You are on page 1of 3

PANITIA PELAKSANA STUDY TOUR

PESANTREN PERSATUAN ISLAM 112 BOGOR UTARA


Sekretariat : Jln. Raya Padjajaran no. 28 Wr. Jambu Bogor 16153
Tlp. (0251) 8338475

Nomor : 01/P2ST/IV/10
Lampiran :-
Perihal : Pemberitahuan

Kepada Ykh.
Orang Tua/Wali Santri
Pesantren Persatuan Islam 112 Bogor
Di Tempat

‫ﺒﺴـﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤﻦ ﺍﻠﺮﺤﻴـﻢ‬

Segala puji bagi Allah SWT yang masih memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita,
baik nikmat Iman maupun nikmat Islam. Serta yang selalu mencurahkan rahmat dan
hikmahNya kepada kita. Semoga kita selalu ada dalam keadaan sehat wal afiat dan ada dalam
lindunganNya.
Berhubung dengan akan dilaksanakannya Study Tour oleh Santri Pesantren Persatuan
Islam 112 Bogor, dengan ini kami selaku Panitia Pelaksana Study Tour mewajibkan kepada
seluruh santri untuk mengikuti kegiatan tersebut. Yang Insya Allah akan dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Sabtu, 01 Mei 2010
Tempat : Museum Bank Mandiri dan Museum Fatahilah. Jakarta

Maka dengan ini, kami mewajibkan kepada seluruh santri untuk membayar iuran
tersebut sebesar Rp. 35.000/santri*, yang mana dana ini akan digunakan untuk kelancaran
kegiatan tersebut.
Demikianlah pemberitahuan ini kami sampaikan, atas segala perhhatian dan
partisipasinya kami haturkan terima kasih. Jazaa Kumullaahu Khaeran Katsieraa.

Bogor, 06 April 2010


Panitia Pelaksana Study Tour
Pesantren Persatuan Islam 112 Bogor

Ketua Panitia Sekretaris Panitia

( Mushofi A. Anshori ) ( Astari tia Athira )

Mengetahui
Mudier Tsanawiyah Mudier Mu’allimien

( Ust. Ardo Syuhada, S.T ) ( Ust. Rahmat Hidayat, S.HI )


Nun,di sebuah hutan belantara tumbuhlah sebatang pohon yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan jutaan pohon yang
lainnya. Ia memiliki batang yang sangat lurus dan tegak, akarnya yang kukuh, serta aroma khasnya yang harum, semerbak, memenuhi
seluruh isi hutan. Sehingga tidaklah menjadi hairan, ramai sekali para pencari kayu bakar yang merasa tertarik kepada pohon itu. Bahkan
ramai yang berniat baik untuk turut memelihara keindahan pohon itu. Dengan senang hati mereka membiarkan pohon tersebut tetap tumbuh.

Sering kali mereka menyempatkan diri untuk menyiraminya dengan air yang diperoleh dari lubuk bening di pinggir hutan. Semua itu
mereka lakukan dengan penuh harap agar suatu saat kelak, di alam yang mulai penuh dengan kerosakkan ini, Sang Pohon Cantik akan
tumbuh dengan sejuta pesona. Memberikan warna perubahan bagi siapa saja, untuk lebih mencintai lingkungan mereka dan berhenti
membuat kerosakan.

Sementara bagi para penebang pohon yang liar, keberadaan pohon cantik itu sangatlah mengganggu. Mereka sedar, apabila pohon tersebut
tumbuh dengan baik, maka akan banyak perhatian yang akan tertuju kepada hutan itu. Perhatian yang tentu saja membuat langkah mereka
semakin sulit dalam membuat kerosakan di dalam hutan itu. Para penebang pohon yang liar itu berikrar, mereka akan memindahkan pohon
cantik itu ke halaman rumah-rumah mereka. Tetapi kalau tujuan itu tidak tercapai, maka mematikan pohon itu adalah cara terbaik yang
harus mereka tempuh.

Beruntung, pohon cantik tersebut mendapat penjagaan yang sangat rapi dari para pencari kayu bakar yang baik hati. Mereka secara
bergiliran mengiring berjalan dengan sangat waspada agar pertumbuhan Sang Pohon terjaga . Selain itu, pohon tersebut rupanya memiliki
akar yang dapat menumbuh dengan cepat. Sehingga sari-sari makanan yang ada dalam tanah dapat diserap dengan baik. Demikian juga
dengan air yang ada, dapat digunakan oleh Sang Pohon untuk menampung kehidupannya.

Dipendekkan cerita,pohon tersebut telah tumbuh besar, daunnya yang rimbun menghijau membuat mata tak lelah untuk memandang, dari
dahan-dahannya lahir wangian semerbak harum yang menyeliputi seluruh hutan, dan satu lagi, pohon cantik tersebut memiliki buah yang
sangat manis. Selain dapat menghilangkan dahaga, juga dapat mengenyangkan para penikmatnya. Terasalah berkah Sang Pencipta bagi para
pencari kayu bakar, meskipun para penebang pohon yang liar masih saja mencari helah untuk selalu menghapuskan pohon itu.

Namun, demikianlah kudrat keberadaan setiap makhluk yang hidup dan tumbuh di atas muka bumi ini, tak satupun yang abadi! Tak
terkecuali dengan keadaan pohon cantik yang disanjung para pencari kayu bakar dan seluruh penghuni hutan. Pada suatu petang, ketika
langit mulai gelap, angin pun kencang berhembus. Pucuk pohon cantik bergoyang dengan hebatnya. Ia sekuat tenaga mengimbangi keadaan
yang mana pada bila-bila masa boleh menumbangkannya. Sang Pucuk terus bergerak, awalnya hanya berniat untuk mempertahankan diri
dari keadaan alam yang ia hadapi.

Tetapi lama-kelamaan ia sedar, bahwa sebenarnya ia dapat mengatasi sepenuhnya serangan angin tersebut. Ia yakin benar telah ditampung
oleh akar yang kuat, dan dahan-dahan yang kukuh, serta dedaunan yang dapat menahan laju dan kencangnya angin dengan sempurna.
Kerana keyakinannya itulah tiba-tiba ia membuat sebuah gerakan yang tidak disangka-sangka oleh Sang Akar, yang sekuat tenaga
mencengkam tanah.

Sang Pucuk menari, bukan hanya mengikut arah angin, namun terkadang ia membuat gerakan yang membingungkan Sang Akar dalam
mempertahankan keseimbangannya. Dan, Sang Akar pun mengeluarkan bantahannya; "Hai, pucuk. Berhentilah menari! Aku bingung
melihatmu!" "Kenapa mesti bingung, Akar? Aku tahu benar situasi yang ada. Ikut sajalah!" "Bagaimana aku hendak mengikuti tarianmu,
kalau kamu susah diikuti" "Percayalah, akar. Aku diatas mampu melihat semuanya. Bukan hanya batang, daun, dan kau akarku sendiri.
Tetapi jarak puluhan batu di sekeliling kita pun dapat aku lihat dengan jelas" "Hai, apa salahnya aku mengingatkanmu, pucuk?" "Kau salah
akar, harusnya kau ikut saja apa kataku. Kerana posisimu di bawah, dan kau tidak tahu apa-apa tentang dunia ini!"

"Aduhai…angkuh nian kau, pucuk! Kalaulah tak ada aku, mana mungkin kau dapat berdiri dan berada di atas sana!" "Sudahlah, kenapa
kalian malah bertengkar, hah?!" Sang Daun menegahi suasana yang semakin panas. "Kerana dia mulai merasa angkuh, daun!" akar
mengarahkan serabut akarnya kepada Sang Pucuk. "Apa urusanmu, akar?! Ikuti sajalah kataku, dan kau akan selamat" "Apakah kalian lupa,
hah? Kalian itu saling memerlukan! Tidak akan ada kehidupan kalau tidak aku, kau, dan si akar itu. Sedarlah, saudaraku! kawanku!" Sang
Daun kembali berkata-kata dengan perasaan yang sedih kerana pertelingkahan saudaranya sendiri.

Perdebatan demi perdebatan terus bergulir di antara keduanya. Sang Pucuk tidak merasa harus mengalah sedikit pun terhadap Sang Akar. Ia
merasa bahawa ialah segalanya, dialah ketua kerana berada di tempat yang paling atas. Ia merasa ditakdirkan Tuhan untuk berada di atas
dengan segala penglihatannya yang luas akan dunia ini. Ia merasa Tuhan telah memberikan kekuasaan mutlak kepadanya untuk berbuat
sesuka hati. Sementara, Sang Akar merasa kecewa, Sang Pucuk telah mengambil langkah yang keliru dalam melaksanakan upaya menjaga
kelangsungan hidup seluruh bagian pohon tersebut. Dan, Sang Daun yang berusaha meleraikan perdebatan itu pun tak berdaya
menenangkan keduanya, meski ia tak pernah merasa lelah untuk mendamaikan perseteruan dua saudara satu tubuh itu.

Waktu yang digariskan mungkin saja telah tiba, kerana perdebatan yang berlarutan itu, Sang Akar bermalas-malasan untuk menyerap air dan
zat-zat yang dibutuhkannya. Demikian juga Sang Daun, kerana kelelahan melerai perdebatan kedua saudaranya, ia lupa untuk mengolah
makanan meskipun matahari terus bersinar sepanjang hari. Dan, Sang Pucuk rupanya semakin terlena. Ia tidak menyadari dua saudara
dibawahnya sudah mengalami gangguan. Ia tetap berlenggok mengikuti arah angin dengan irama yang menghiburkan hatinya. Hingga
tibalah saat di mana angin justeru berhembus dengan sangat perlahan.

Sang Pucuk terlena kerana desirnya, ia merasa ngantuk dan ia biarkan gerakannya yang tidak beraturan, dan ia pun mulai terpejam. Terlelap
dalam tidur yang tidak disedarinya, dan angin datang menyerang. Tubuhnya terkulai. Sang Daun yang lapar tidak berdaya menahan tubuh
Sang Pucuk yang datang tiba-tiba. Ia ikut terjatuh. Sementara di bawah, Sang Akar yang bermalas-malasan tidak lagi memiliki cengkaman
yang kuat terhadap tanah di sekelilingnya. Sang Akar tidak berkuasa menahan tubuh kedua saudaranya yang terjatuh lebih dulu. Ia tercabut,
bercerai-berai.

Beginilah akhirnya kisah pohon cantik,sebuah cerita yang menyedihkan.Para pencari kayu bakar yang baik hati bermuram durja, sementara
para penebang liar bergelak tawa, "Tak perlu kita robohkan, kawan. Mereka roboh sendiri kerana permusuhan…!! " "O, bahkan tak perlu
angin yang kencang rupanya…….kasihan betul….." demikianlah kata penebang pohon yang liar.

Dari sini saudara-saudaraku dapatkah kita mengambil sedikit iktibar dari cerita ini? Marilah kita jauhi permusuhan yang meleraikan
silaturrahim antara kita, janganlah berdendam kerana dendam itu tidak membawa kedamaian.. saling hormat menghormati dan
bersatu padulah kita agar syiar Islam dapat diteruskan dan digemilangkan.. dan agar kita tetap menjadi orang yang beriman..
InsyaAllah..
'Perumpamaan orang beriman yang berkasih sayang, dan saling rahmat merahmati dan di dalam kemesraan sesama mereka
adalah seperti satu tubuh, apabila satu anggota mengadu sakit, maka seluruh tubuh akan turut merasainya.'

You might also like