Professional Documents
Culture Documents
2.
Untuk menahan aliran air, misalnya pada bangunan dam, agar air tidak mengalir
melalui bawah bangunan dam.Air yang mengalir di bawah bangunan dam secara
bertahun-tahun akan membawa partikel tanah, yang akan mengakibatkan
terjadinya rongga-rongga di bawah bangunan, dan hal ini dapat membahayakan
kestabilan dam tersebut.grouting pada dam ini biasa disebut Tirai sementasi
( kata dosenku, Pak Soedarsono ) yah, guna tirao sementasi ini untuk
menghambat laju air, sehingga aliran air semakin panjang, karena aliran semakin
panjang maka air akan mengalami kehilangan energi.
3.
Untuk menahan aliran air tanah agar tidak masuk ke dalam suatu kegiatan
bangunan yang sedang berjalan.Bangunan di bawah permukaan tanah apabila
lokasi nya dibawah permukaan air tanah, akan selalu terganggu oleh adanya air
tanah yang masuk dari dinding galian.Namun biasanya masih dapat diatasi dengan
pompa
Pelaksanaan Grouting
Biasanya untuk mendapatkan data dan contoh dari lapisan di bawah tanah dengan
menggunakan core drill, yang dilakukan di tempat bagian dalam tanah yang
direncanakan untuk menerima beban dari bangunan.Ada 2 macam core drill, untuk
diameter yang kecil, dan ada yang untuk diameter yang besar disebut shot
drill.Diameter besar dapat sampai lebih dari 75 cm, sehingga diharapkan masih
dapat masuk, dan melihat formasi dari lapisan tanah, selain juga mendapatkan
tanah dari hasil core drill tersebut.Cara untuk mendapatkan tanah ini untuk
dilaksanakan pada beberapa tempat dengan jumlah tertentu yang ditentukan oleh
ahlinya/foundation engineer.Untuk perkiraan sementara secara kasar, dapat juga
diperkirakan dengan cara memasukkan air dengan tekanan ke dalam lubang bor
tanah, dengan melalui pipa diameter 2 dengan panjang sesuai kebutuhan, yang
tertutup rapat dengan lubang tanahnya, biasanya dengan seal dari karet.Dengan
memasukkan air tersebut, jika laju aliran air berkurang secara cepat dan terjadi
penambahan tekanan airnya ( dilihat pada pressure gauge), ini dapat diartikan
retakan-retakan tanahnya sedikit dan dapat diperbaiki dengan cement grout.Tetapi
jika terjadi sebaliknya dimana laju aliran airnya besar, dengan hanya sedikit atau
tidak ada penambahan tekanan, ini menunjukkan formasi tanah yang poreus, dan
retakan-retakan tanah yang besar.Disini perlu grout dengan jumlah bahan yang
banyak.
Bahan Grout biasanya
1. Campuran semen dan air
2. Campuran semen, abu batu dan air
3. Campuran semen, clay dan air
4. Campuran semen,clay, pasir dan air
5. Asphalt
6. Campuran clay dan air
7. Campuran bahan kimia
Grouting adalah suatu proses, dimana suatu cairan campuran antara semen dan air diinjeksikan
dengan tekanan ke dalam rongga, pori, rekahan dan retakan batuan yang selanjutnya cairan
tersebut dalam waktu tertentu akan menjadi padat secara fisika maupun kimiawi.
Grouting adalah metode untuk mengisi rongga struktur beton yang kropos dan penambahan
coran akibat pengecoran tidak sempurna, Mortar fillet ( Pinggulan sudut ) untuk pondasi mesin,
sebagai dudukan mesin ,dudukan bearing pondasi jembatan, pembuatan beton pra cetak,
penutup retak yang besar, tentunya semen Grouting siap pakai yang mempunyai karakteristik
tidak susut dan dapat mengalir sangat baik, memenuhi persyaratan standar corps of engineering
CDR C-621 dan ASTM C-1107
Teknologi grouting bukanlah barang baru, grouting sudah ada sejak tahun 1800-an dan bahkan
sebelumnya. Grouting awalnya hanya digunakan untuk mengontrol aliran air, tetapi sekarang
telah meluas dan aplikasinya tidak terbatas, diantaranya adalah digunakan untuk:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
dapat mengakibatkan penurunan kualitas campuran. Sedangkan bahan semen yang digunakan
adalah Portland Cement (PC), tipe I yang tidak mengandung bahan lain dan memenuhi syarat
yang ditentukan dalam SII - 3 - 1981.
Perbandingan bahan grout untuk cement milk, ditentukan berdasarkan tujuan dari grouting
tersebut dan kondisi batuan yang juga akan berubah menurut besarnya penyerapan grouting.
Perbandingan campuran semen yang sering dipakai untuk pekerjaan grouting ini adalah C : W =
1 : 10 sampai 1 : 1. Untuk retakan yang relatif besar dipakai C : B= 1 : 0,5, dan bahkan kadang kadang dipakai mortar (campuran semen dan pasir).
Pada umumnya proporsi campuran dimulai dari C : W = 1 : 10 atau 1 : 8. Apabila grouting
memperlihatkan penyerapan grout yang lebih besar dari 30 liter per menit dan berlangsung
selama 20 menit maka campuran dikentalkan secara berangsur. Namun sebaliknya apabila
tekanan ijneksi naik tiba - tiba atau jumlah volume grout masuk turun sangat banyak maka
campuran diubah menjadi lebih encer.
Grouting Semen
Grouting semen adalah grouting semen yang merupakan campuran antara air dan semen
dengan perbandingan C : W = 1 : 10 sampai 1 : 1. Perubahan dari campuran semen dan air ini
sangat tergantung kepada permeabilitas batuan dan kondisi batuannya sendiri.
Pada grouting semen ini kadang kala dilakukan tambahan bahan grout berupa tanah lempung
atau pasir halus yang dilakukan sesuai dengan kondisi batuan yang menempati lokasi rencana
bendungan (apabila membangun bendungan). Informasi sifat fisik dan teknik dari tanah / batuan
mempunyai arti yang sangat penting yang perlu diketahui terutama bila grouting akan
dipertimbangkan sebagai bagian dari perbaikan pondasi bendungan atau dari penggalian
terowongan.
Penentuan permeabilitas dan porositas tanah akan dapat membantu dimana permeabilitas akan
mengontrol kemampuan grouting dan jenis bahan grout yang akan digunakan. Sedangkan
porositas tanah menentukan jumlah bahan grout yang diperlukan dan hal ini akan berkaitan
dengan besarnya biaya pekerjaan.
Grouting Kimia
Secara umum grouting semen tidak dapat dilakukan pada tanah dengan koefisien permeabilitas
lebih kecil dari 0,1 cm/detik (10^-1 cm/detik) dan grouting lempung tidak bisa dilakukan pada
tanah dengan k < 0,01 cm/detik (10^-2 cm/detik) dan bahan groutnya berupa campuran semen
dan air.
Grouting kimia adalah grouting yang dilakukan dengan campuran bahan kimia dan air atau
cairan bahan kimia dengan bahan kimia lainnya. Grouting kimia ini umumnya digunakan untuk
mengisi retakan yang halus atau butiran batuan yang halus yang dimaksudkan untuk
memperkecil koefisien permeabilitas dan meningkatkan kuat tekan dari batuan atau bagian
bangunan yang di grout.
Pada tanah dengan k > 0,01 cm/detik (10^-2 cm/detik) cairan grout harus mempunyai viskositas
sebesar 10 centipois atau lebih tanpa kesulitan, kecuali grouting ini dilakukan dekat permukaan
dengan tekanan grout yang digunakan rendah. Grouting kimia dapat dilakukan pada tanah
dengan k sampai 0,00001 cm/detik (10^-5 cm/detik) dan hasilnya cukup memuaskan (Federal
Highway Administration,1976).
Secara umum grouting kimia ini dikenal beberapa sistem yaitu :
Sistem silikat, sistem ini menggrouting lapisan pasir dengan larutan natrium silikat yang
mempunyai koefisien permeabilitasnya lebih kurang 5 x 10-4 cm/detik atau lebih besar. Grouting
dengan bahan grout dari silikat ini dapat melakukan penetrasi pada tanah pasir halus dengan
ukuran butirnya berkisar antara 100 - 70 mikron dan pasir yang mempunyai permeabilitas lebih
kecil dari 10-4 cm/detik.
2.
Sistem acrylamide, sistem ini dapat dilakukan pada tanah dengankoefisien permeabilitas
dari 10-5cm/detik atau lebih besar. Acrylamide ini viskositasnya berkisar antara 1,50 centipois
atau sama dengan viskositas air sehingga acrylamide ini mudah dipenetrasikan ke dalam lapisan
pasir halus. Untuk lebih baiknya dalam memanfaatkan acrylamide ini sebaiknya larutan
acrylamideini mempunyai pH antara 7 - 11. Cairan acrylamide ini beracun dan dapat menembus
kulit.
3.
Bahan grout kimia lainnya adalah berupa Lignochromes, Resin, Foams dan Isosyanate
tetapi cairan ini sangat beracun.
1.
Perbandingan Metoda Stabilisasi Tanah Dengan Grouting Dan Kemampuan Penetrasi Relatif
Bahan Kimia
Grouting : Overview
Pengertian Grouting
injeksi material grouting untuk mengisi celah pada batuan dan sta
b. grouting non-struktural :
Pemilihan metode ini cocok digunakan dalam upaya pencegahan tetapi jika pada sebelumnya telah
terjadi gerakantanah maka diperlukan beberapa metode penanggulangan sebagai pendukung.
3. Penanaman Pohon Dilajur Rawan Longsor
Tumbuhan dapat digunakan untuk mengontrol erosi pada tanah yang tidak stabil. Metode
penanaman ini bertujuan untuk melindungi lereng, karena akar-akar pohon akan menyerap air dan
mencegah air berinfiltrasi ke dalam zona tanah tidak stabil. Akar-akaran dalam kelompoknya
membentuk rakit yang menahan partikel tanah tetap di tempatnya. Dalam kondisi demikian
umunua akar-akar tumbuhan menambah kuat geser tanah (Hardiyatmo. C. H., 2006).
4. Sementasi (Bahasa Gaulnya Kita campur saja dengan Semen)
Menurut Dwiyanto (2005), grouting merupakan metode untuk memperkuat tanah/batuan atau
memperkecil permeabilitas tanah/batuan dengan cara menyuntikkan pasta semen atau bahan
kimia ke dalam lapisan tanah/batuan.
Grouting merupakan suatu proses pemasukan suatu cairan dengan tekanan kedalam rongga atau
pori rekahan dan kekar pada batuan yang dalam waktu tertentu cairan tersebut akan menjadi
padat dan keras secara fisika maupun kimiawi, dengan tujuan untuk menurunkan permeabilitas,
meningkatkan kuat geser, mengurangi kompresibilitas, mengurangi potensi erosi internal terutama
pada pondasi alluvial.
Grouting adalah penyuntikan bahan semi kental (slurry material) ke dalam material tanah/batuan
dengan bertekanan dan melalui lubang bor spesial, dengan tujuan menutup diskontinuitas terbuka
rongga-rongga dan lubang- lubang pada lapisan/strata yang dituju (Pangesti, 2005)
5. Betonisasi
Ya cara ampuh cuman ndikit mahal dari Grouting yaitu dengan cara pembetonan namun cara ini
hanya bersifat sementara karena hanya menguatkan komposisi tanah luarnya saja sedangkan
dalamnya sama saja jadi bersifat sementara saja.
Pelaksanaan grouting
Pelaksanaan grouting meliputi penentuan
titik grouting, uji permebilitas, pemboran
dan grouting (Dwiyanto, 2005). Berikut ini adalah uraian
secara singkat mengenai tahap pelaksanaan grouting:
a. Penentuan titik grouting
Penentuan titik grouting berpatokan pada stasiun-stasiun
yang ditentukan di lapangan melalui penyelidikan oleh
tenaga ahli. Jarak tiap-tiap titik grouting disesuaikan
dengan kebutuhan.
b. Pemboran
Pelubangan titik grouting dilakukan dengan cara di bor.
Dalamgrouting ada 2 macam pemboran, yaitu pemboran
dengan pengambilan core dan pemboran tanpa core.
Diameter lubang bor adalah 76 cm untuk
pemboran coring dan 46 mm untuk pemboran non coring.
Khusus untuk permboran dengan coring diperlukan mesin
dengan penggerak hidrolik agar kualitas core yang
dihasilkan lebih bagus.
c. Uji Permeabilitas atau Test Lugeon
Keterangan:
Lu = Lugeon unit (l/mnt/m)
Q = debit aliran yang masuk (l/mnt)
P = tekanan total (Po+Pi) (kg/cm2)
L = panjang lubang yang di uji (m)
d. Grouting
Tahap pekerjaan grouting dilakukan dengan cara
menyuntikkan bahan semi kental (slurry material) ke dalam
tanah atau batuan melalui lubang bor. Komponen utama
peralatan grouting adalah grout mixerdan grout pump.
1.Grout Mixer
Grout mixer adalah mesin pencampur material yang akan
disuntikkan ke dalam tanah atau batuan. Umumnya grout
mixer mempunyai kapasitas mencampur (batching)
sebesar 200 liter/batch.
2. Grouting Pump
Grouting pump berperan untuk memompa air maupun
campurangrouting. Kapasitas pemompaan minimum 100
liter/menit pada tekanan pompa 6 kg/cm 2 dan mampu
mencapai tekanan hingga 20 kg/cm2.
Tipe-Tipe Grouting dan Kegunaannya