Professional Documents
Culture Documents
Plasenta merupakan organ yang luar biasa. Plasenta berasal dari lapisan trofoblas
pada ovum yang dibuahi, lalu terhubung dengan sirkulasi ibu untuk melakukan
fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh janin itu sendiri selama kehidupan
intra uterin. Keberhasilan janin untuk hidup tergantung atas keutuhan dan efisiensi
plasenta.
Plasenta terbentuk pada kira-kira minggu ke-8 kehamilan berasal dari bagian
konseptus yang menempel pada endometrium uteri dan tetap terikat kuat pada
endometrium sampai janin lahir. Fungsi plasenta sendiri sangat banyak, yaitu
sebagai tempat pertukaran zat dan pengambilan bahan nutrisi untuk tumbuh
kembangnya janin, sebagai alat respirasi, sebagai alat sekresi hasil metabolisme,
sebagai barrier, sebagai sumber hormonal kehamilan. Plasenta juga bekerja sebagai
penghalang guna menghindarkan mikroorganisme penyakit mencapai fetus.
Kebanyakan obat-obatan juga dapat menembus plasenta seperti morfin, barbiturat
dan anestesi umum yang diberikan kepada seorang ibu sewaktu melahirkan, dapat
menekan pernafasan bayi yang baru lahir.
Struktur Placenta
Plasenta merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi janin karena
merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak dan sebaliknya, berbentuk
bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal lebih kurang
2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram.
Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke
arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus
uteri lebih luas sehingga lebih banyak tempat untuk melakukan implantasi.
Permukaan fetal ialah yang menghadap ke janin, warnanya keputih-putihan dan
licin karena tertutup oleh amnion, di bawah nampak pembuluh-pembuluh darah.
Permukaan maternal yang menghadap dinding rahim, berwarna merah dan terbagibagi oleh celah-celah/sekat-sekat yang berasal dari jaringan ibu. Oleh sekat ini,
plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon. Pada penampang sebuah plasenta,yang
masih melekat pada dinding rahim nampak bahwa plasenta terdiri dari dua bagian
yaitu bagian yang dibentuk oleh jaringan anak dan bagian yang dibentuk oleh
jaringan ibu.
Bagian yang terdiri dari jaringan anak disebut piring penutup (membrana chorii),
yang dibentuk oleh amnion, pembuluh-pembuluh darah janin, chorion dan villi.
Bagian yang terbentuk dari jaringan ibu disebut piring desidua atau piring basal
yang terdiri dari desidua compacta dan sebagian dari desidua spongiosa, yang
Fungsi Plasenta
Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Salah satu fungsi
plasenta adalah untuk perfusi dan transfer nutrisi, yaitu sebagai tempat pertukaran
zat dan pengambilan bahan nutrisi untuk tumbuh dan berkembangnya janin di
dalam rahim, berupa penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari
ibu ke janin, dan pembuangan karbondioksida dan sampah metabolisme janin ke
peredaran darah ibu.
Fungsi lain dari plasenta adalah :
1. Nutrisi : memberikan bahan makanan pada janin
2. Ekskresi : mengalirkan keluar sisa metabolisme janin
3. Respirasi : memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin
4. Endokrin : menghasilkan hormon-hormon : hCG, HPL, estrogen,progesteron, dan
sebagainya.
5. Imunologi : menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin
6. Farmakologi : menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin, yang
diberikan melalui ibu.
7. Proteksi : barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat toksik (tetapi akhir2
ini diragukan, karena pada kenyataannya janin sangat mudah terpapar infeksi /
intoksikasi yang dialami ibunya).
Sirkulasi Darah Pada Placenta
a. Sirkulasi Fetal
Darah janin yang terdeoksigenasi, atau darah yang menyerupai darah ibu mengalir
ke placenta melalui 2 arteri umbilikalis. Pada taut antara tali pusat dan placenta,
pembuluh-pembuluh umbilikus bercabang berkali-kali dibawah amnion dan
bercabang kembali didalam vilus yang terpecah-pecah, dan akhirnya membentuk
jaringan kapiler pada percabangan terakhir. Darah dengan kandungan oksigen yang
jelas lebih tinggi kembali dari placenta ke janin melalui sbuah vena umbilikalis.
Cabang-cabang pembuluh umbilikalis yang berjalan disepanjang permukaan fetal
placenta disebut sebagai pembuluh permukaan placenta atau pembuluh korion.
Kedua arteri umbilikalis berpisah di lepeng korion untuk mendarahi cabang-cabang
kotiledon. Terdapat dua pola percabangan arteri korion yang berlainan. satu
menyebar : pada tipe ini adalah pola jaringan pembuluh halus yang berjalan dari
tempat insersi tali pusat ke berbagai kotiledon. Tipe magistral ditandai oleh arteriarteri yang berjalan ke tepi placenta tanpa banyak mengalami penyusutan
diameter. Arteri-arteri ini merupakan end-arteri dan mendarahi satu kotiledon
sewaktu percabangan membelok ke bawah untuk menembus lempeng korion. Pada
minggu ke 10 pasca konsepsi, pola kecepatan aliran darah, tali pusat yang
berbentuk gelombang mendadak berubah. Sebelum waktu ini tidak dijumpai
frekuensi akhir diastol. Pada masa gestasi yang lebih lanjut akan dianggap
abnormal.
b. Sirkulasi Maternal
Homeostatis janin tergantung pada sirkulasi ibu placenta yang efisien oleh karena
itu para peneliti mencoba mendefinisikan faktor-faktor yang mengendalikan aliran
darah ke dan dari ruang antar vilus. Detil-detil fisiologis yang terdapat pada sirkulasi
placenta ibu adalah sebagai berikut : darah ibu masuk melalui lempeng basal dan
terdorong keatas lempeng korion oleh puncak tekanan arteri ibu sebelum terjadi
dispersi ke lateral. Setelah membasahi permukaan mikrovilus eksterna vilus korion,
darah ibu mengalir kembali melalui lubang-lubang vena dilempeng basal dan masuk
ke vena-vena uterus. Dengan demikian, darah ibu melintasi placenta secara acak
tampa melalui saluran-saluran yang sudah ada. Secara umum arteri spiralis berjalan
tegak lurus, tetapi vena berjalan sejajar terhadap dinding uterus membentuk suatu
tatan yang mempermudah vena menutup saat uterus berkontraksi dan mencegah
terperasnya darah ibu ke ruang antar vilus.
Ramsay dan Donner menyajikan sebuah ringkaran tentang studi anatomis
pembuluh darah uteroplacenta. lemen-elemen sitotropoblastik mula-mula terbatas
dibagian terminal arteri utero placenta. Pada minggu ke 16 sitotropoblas ditemukan
pada banyak arteri dilapisan dalam miometrium. Pada beberapa pembuluh,
penumpukan tropoblas dapat menyebabkan berhentinya sirkulasi. Jumlah saluran
arteri ke ruang antar vilus secara bertahap dikurangi oleh sitotropoblas dan oleh
penetrasi dalam tropoblas terhadap dinding arteri bagian proksimal. Setelah minggu
ke 30 terbentuk fleksus vena prominen yang memisahkan desidua basalis dari
miometrium yang ikut membentuk bidang pembelahan.
Perfusi Dan Transport Placenta
Beberapa teori yang berhubungan dengan perfusi placenta dan transportnya, dan
dalam beberapa penelitian klinik menunjukkan hasil yang signifikan dan dapat
dijadikan pedoman. Salah satu penelitian klinik berupa observasi pada kehamilan
lanjut, dimana uterus mengalami over dilatasi. Hal ini mengakibatkan otot-otot
uterus tidak dapat menjepit pembuluh darah yang terbuka secara tiba-tiba. Dari
penelitian itu dikatakan bahwa ibu yang mengalami hipotensi merupakan penyebab
utama terjadinya penurunan aliran darah ke uterus dan placenta. Pada karakteristik
yang lain pembuluh uterus tidak dapat melakukan respon untuk pertukaran O2 dan
CO2 maka dari itu terapi dengan memberikan oksigen pada ibu dengan risiko janin
hipoksia yang disebabkan oleh vasodilatasi dari otot-otot uterus merupakan
tindakan yang perlu dipertimbangkan. Hubungan antara oksigenisasi janin dan ibu
sangat kompleks karena beberapa faktor ikut menentukan apakah tekanan O2
dalam vena tali pusat janin normal atau tidak.
aliran karbondioksida dari janin ke ibu terjadi dalam bentuk molekul yang
berlangsung secara difusi.Disamping itu, terdapat perbedaan afinitas eritrosit janin
yang lebih tinggi terhadap O2 sehingga dengan mudah dapat melepaskan CO2 ke
dalam darah ibu. Sedangkan afinitas eritrosit dewasa terjadi sebaliknya, yaitu
dengan mudah melepaskan O2 dan mudah menarik CO2. Sejumlah konsep tentang
hubungan perfusi dan transport plasenta menunjukkan hasil yang sangat signifikan,
serta mempunyai hubungan yang baik. Salah satunya adalah tidak adanya
autoregulasi dalam pembuluh darah uterus. Ini ditunjukkan pada penelitian
terhadap binatang dimana tidak ada reaksi hiperemi setelah terjadinya oklusi arteri
uteri. 4)Implikasi klinis dari penelitian tersebut adalah uterin bed pada kehamilan
lanjut mungkin dilihat sebagai dilated bed yang hamper lengkap. Dengan demikian,
itu tidak mudah mengganti kerugian pada saat terjadi penurunan vasodilatasi yang
tiba-tiba. Dari perspektif klinis, hipotensi pada ibu harus dilihat sebagai factor
penyebab langsung dalam pengurangan produksi aliran darah uterus dan plasenta.
Hipotensi ibu seharusnya dihindari, khususnya pada kehamilan lanjut.
Karakteristik lain pada pembuluh darah uterus adalah tidak adanya respon dari
ruang pembuluh darah uterus dalam pergantian PO2 atau PCO2. Lagi, ini
memperlihatkan signifikansi klinik yang besar, karena itu berarti terapi oksigen
untuk ibu mendukung resiko peningkatan hipoksia janin dengan adanya
vasokonstriksi pada uterus. Pada penelitian lainnya, dengan percobaan pada
binatang dimana pemberian oksigen pada ibu meningkatkan oksigenasi janin.
Penelitian ini didukung oleh pendekatan klinik yang menggunakan terapi oksigen
pada ibu pada saat terdapat tanda fetal distress selama kala I dan kala II. Beberapa
penelitian pada binatang mendukung penggunaan terapi oksigen pada ibu pada
hipoksia janin.
Dampak dari pemberian oksigen ketika aliran darah umbilicus dan uterus dan
oksigenasi janin bahwa tidak ada efek peningkatan PO2 ibu ketika darah uterus dan
umbilicus mengalir, dan hal itu berarti harapan bahwa PO2 vena umbilical mewakili
darah yang teroksigenasi pada janin,meningkat secara signifikan. Secara klinis,
penelitian pertama memperlihatkan efek ketika oksigenasi janin dengan pemberian
oksigen ibu menjadi dasar perubahan PO2 kulit kepala janin dan dengan mengambil
sample kulit kepala janin selama persalinan. Baru-baru ini, pemberian oksigen pada
ibu digunakan pada komplikasi kehamilan dengan IUGR. Efek menguntungkannya
adalah keduanya ditetapkan dengan adanya perubaan PO2 darah janin dan saturasi
darah yang didapatkan dari cordosintesis dan dengan kemajuan percepatan yang
berbentuk gelombang pengukuran pada aorta asenden janin dianjurkan untuk
mengurangi impedansi plasenta selama terapi oksigen pada ibu. Pada manusia,
PO2 vena umbilicus cenderung sama dengan vena uterus, bukan arteri. PO2 vena
umbilikal pertengahan kehamilan manusia lebih tinggi pada pertengahan kehamilan
dan menurun pada kehamilan lanjut. PO2 vena umbilical pada masa post natal
sangat rendah. Afinitas Hb yang lebih rendah menjamin curah Hb akan
teroksigenasi bahkan pada PO2 darah vena umbilical janin yang rendah. Perubahan
pembentukan plasenta.
Kandungan glukosa dan laktat menunjukkan oksidasi dengan kecepatan tinggi
setelah janin hidup. Jika transportnya meningkat, kontribusinya ke oksidasi juga
meningkat, kegunaan asam amino sebagai bahan bakar metabolisme. Sebaliknya,
selama ibu puasa, transport glukosa dalam plasenta menurun dan oksidasi asam
amino meningkat. Sebagai tambahan untuk bahan bakar metabolisme janin, asam
amino digunakan untuk sintesa protein. Pada beberapa kasus dalam percobaan
untuk memperkirakan kadar sintesis protein yang ditakar pergram akan meningkat
pada awal kehamilan dan menurun jika kehamilan mendekati aterm, hal ini
berkaitan dengan tingkat metabolisme. Kadar sintesa protein melebihi batas
minimal protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, hal ini mencerminkan
tingginya perputaran protein selama pertumbuhan janin yang normal.
Baru-baru ini teknologi ultrasonografi terus ditingkatkan untuk mendapatkan data
tentang percepatan peredaran yang dapat dijadikan alat investigasi untuk menilai
volume aliran secara akurat. Bagaimanapun dopler velosimetri telah banyak
digunakan dalam menilai dan menangani janin dengan IUGR dan ini diperoleh dari
peredaran darah. Penelitian pada tahun 1999 menunjukan bahwa pengukuran
peredaran darah vena umbilikalis (mL/Min) dapat diperoleh pada janin dengan
akurasi dan ketepatan dan penilaian bisa lebih kompleks rata-rata kurang dari 5
menit. Teknik ini melibatkan kombinasi dari USG. Color Dopler dan Pulsed-wave
Doopler Velocimetry untuk menghitung aliran vena umbilikalis dengan rumus :
Aliran vena umbilikal (mL/min) luas potongan melintang pembuluh darah (r2) x
Kecepatan rata-rata (cm s) x 60 s
Informasi secara kuantitatif tentang transport asam amino dan nitrogen ke janin
manusia tidak dibentuk dengan kuat karena sulit untuk memperoleh data yang
reliabel untuk membedakan asam amino arteri-vena umbilical oada saat persalinan.
Untuk dapat melaksanakan fungsi transfer nutrisi, plasenta dapat
melakukannya dengan jalan :
Pertukaran zat pasif
a. Secara filtrasi
1.1. Plasenta bertindak sebagai membrane semi permiabel
1.2. Perbedaan tekanan hidrostatik dapat menimbulkan filtrasi zat yang larut dalam
air, mengalir ke tempat dengan tekanan yang lebih rendah.
b. Difusi
1.1. Molekul kecil yang dapat melalui sifat membrane semi permeable plasenta.
1.2. Arah aliran zat yang larut dalam air, tergantung dari konsentrasinya.
1.3. Difusi ini akan lebih cepat aktif karena terdapat molekul pengangkut atau
system saluran disebut system karier.