Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh
Bagaskoro Gigih Prakoso
112011101047
Pembimbing
dr. Gogot Suharyanto, Sp.OG
DAFTAR ISI
2.2.
Epidemiologi .........................................................................................4
2.3.
Etiologi ...................................................................................................6
2.4.
Patofisiologi ...........................................................................................8
2.5.
2.6.
Diagnosis ..............................................................................................18
2.7.
2.8.
Komplikasi ...........................................................................................25
BAB 1. PENDAHULUAN
Wanita hamil
merupakan kelompok usia dewasa yang paling tinggi berisiko terkena penyakit ini
dan diperkirakan 80% kematian akibat malaria di Afrika terjadi pada ibu hamil dan
anak balita. Di Afrika kematian perinatal akibat malaria diperkirakan terjadi sebanyak
1500 kasus/hari. Di daerah-daerah endemik malaria, 20-40% bayi yang dilahirkan
mengalami berat lahir rendah.
Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara-negara seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun sub tropis, terutama di
negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit malaria disebabkan oleh parasit
protozoa dari genus plasmodium. Empat spesies yang ditemukan pada manusia
adalah Plasmodium vivax, Plasmodium. ovale, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium falciparum. Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan tiga juta anak
meninggal setiap tahun karena menderita malaria. Dan tiap tahun terdapat 110 juta
penderita malaria, 280 juta orang dinyatakan sebagai carrier, dan 2/5 penduduk dunia
selalu kontak dengan malaria.
menginfeksi manusia maupun serangga. Diduga penyakit ini berasal dari Afrika dan
menyebar mengikuti gerakan migrasi manusia melalui pantai Mediterania, India dan
Asia Tenggara.
2.2 Epidemiologi
Setiap spesies Plasmodium memiliki daerah endemik tertentu walaupun
seringkali memiliki geografi yang saling tumpang tindih. Infeksi malaria tersebar
pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika Selatan, Amerika Tengah,
Hispaniola, India, Timur Tengah, dan Oceania serta Kepulauan Caribia.
Lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas
200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun. Beberapa daerah yang bebas
malaria yaitu Amerika Serikat, Kanada, negara di Eropa (kecuali Rusia), Israel,
Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea, Brunei dan Australia. Negara tersebut
terhindar dari malaria karena vektor kontrolnya yang baik. Walaupun demikian, di
negara tersebut makin banyak dijumpai kasus malaria yang dibawa oleh pendatang
dari negara malaria atau penduduknya mengunjungi daerah-daerah malaria.
2.3 Etiologi
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.
jangka waktu yang jauh lebih lama dibandingkan orang yang terinfeksi P. vivax dan
P. ovale. Kekambuhan biasanya terjadi pada penderita P. malariae dan berhubungan
dengan sindrom nefrotik yang mungkin akibat dari pengendapan kompleks antigenantibodi di glomerulus.
c. Plasmodium ovale
Predileksinya dalam sel-sel darah merah mirip dengan Plasmodium vivax
(menginfeksi sel-sel darah muda) walaupun gejalanya lebih ringan karena
parasitemianya lebih ringan. P. ovale sering sembuh tanpa pengobatan. Ada juga
seorang penderita terinfeksi lebih dari satu spesies Plasmodium secara bersamaan.
d. Plasmodium falciparum
Sering menjadi malaria cerebral dengan angka kematian yang tinggi.
Merozoitnya menginfeksi sel darah merah dari segala usia (baik muda maupun tua)
sehingga menyebabkan tingkat parasitemia jauh lebih tinggi dan cepat (> 5% sel
darah merah terinfeksi). Spesies ini menjadi penyebab 50% malaria di seluruh dunia.
Sekuestrasi merupakan sifat khusus dari P. falciparum. Selama berkembang dalam 48
jam, parasit terebut melakukan proses adhesi yang menyebabkan sekuestrasi parasit
pada pembuluh darah kecil. Karena hal tersebut, hanya bentuk awal yang dapat
dilihat pada darah tepi sebelum sekuestrasi berlangsung, hal ini merupakan petunjuk
diagnostik penting seorang pasien terinfeksi P. falciparum. Sekuestrasi parasit dapat
menyebabkan perubahan status mental dan bahkan koma. Selain itu, sitokin dan
parasitemia berkontribusi pada organ target. Gangguan pada organ target dapat
berlangsung sangat cepat dan secara khusus melibatkan sistem saraf pusat, paru-paru,
dan ginjal.
Malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.
Terdapat lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, dan hanya sekitar 67 spesies yang
terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan ke manusia. Di setiap daerah
dimana terjadi transmisi malaria biasanya hanya ada satu atau paling banyak 3 spesies
Anopheles yang menjadi vektor penting. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies
nyamuk Anopheles.
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi malaria dalam kehamilan sangat dipengaruhi oleh perubahan
sistem imunologis oleh adanya organ baru yaitu plasenta. Terjadi penurunan sistem
imunitas didapat yang dramatis selama kehamilan, terutama pada nulipara (efek
imunitas antimalaria ditransfer kepada janin).
Terdapat sejumlah hipotesa
kehamilan, yaitu:
a. Hipotesis l
Hilangnya kekebalan antimalaria secara konsisten berhubungan dengan
terjadinya
imunosupresi
selama
kehamilan,
misalnya
penurunan
respon
limfoproliferatif dan peningkatan level kortisol serum. Hal ini dikondisikan untuk
mencegah penolakan terhadap janin. Akan tetapi, kejadian ini tidak menurunkan
reaksi imunologis pada ibu multigravida yang pernah menderita malaria.
b. Hipotesis 2
Apakah yang hilang adalah cell mediated immunity saja, atau transfer antibodi
mediated immunity secara pasif juga terganggu sehingga ibu hamil mudah terkena
malaria.
c. Hipotesis 3
Plasenta adalah organ yang baru bagi seorang primigravida sehingga
memungkinan adanya imunitas host yang langsung menerobos atau adanya zat
tertentu pada plasenta yang memudahkan P. falciparum untuk memperbanyak diri.
10
imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps
(kekambuhan).
Siklus eritrositik dimulai saat merozoit memasuki sel-sel darah merah. Parasit
tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar, bentuk
tidak teratur dan mulai membentuk tropozoit, tropozoit berkembang menjadi skizon
muda, kemudian berkembang menjadi skizon matang dan membelah banyak menjadi
merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut sel darah merah pecah yang
menyebabkan penderita demam. Selanjutnya merozoit, pigmen dan sisa sel keluar
dan memasuki plasma darah. Parasit memasuki sel darah merah lainnya untuk
mengulangi siklus skizogoni. Beberapa merozoit memasuki eritrosit dan membentuk
skizon dan lainnya membentuk gametosit yaitu bentuk seksual (gametosit jantan dan
betina) setelah melalui 2-3 siklus skizogoni darah.
11
12
13
Selanjutnya sel T akan berdiferensiasi menjadi sel Th-1 dan Th-2. Sel Th-2 akan
menghasilkan IL-4 dan IL-5 yang memacu pembentukan Ig oleh limfosit B. Ig
tersebut
juga
meningkatkan
kemampuan
fagositosis
makrofag.
Sel
Th-1
menghasilkan IFN dan TNF yang mengaktifkan komponen imunitas seluler seperti
makrofag dan monosit serta sel NK.
14
kehamilan membahayakan hasil kehamilan yang melibatkan ibu dan janin. Gejala dan
komplikasi malaria selama kehamilan berbeda-beda tergantung pada intensitas dan
berhubungan langsung dengan tingkat imunitas ibu hamil.
a. Pengaruh pada Ibu
Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan tergantung pada
tingkat kekebalan seseorang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas dimana
gejala malaria akan lebih berat pada primigravida dan menurun seiring jumlah paritas
karena kekebalan pada ibu telah dibentuk dan meningkat.
Perempuan dewasa yang belum pernah terkena parasit dalam jumlah banyak
(tinggal di daerah epidemik atau transmisi malaria rendah), seringkali menjadi sakit
bila terinfeksi oleh parasit pertama kali. Ibu hamil yang tinggal di daerah dengan
transmisi rendah mempunyai resiko 2 sampai 3 kali lipat untuk menjadi sakit yang
berat dibandingkan dengan perempuan dewasa tanpa kehamilan. Kematian ibu hamil
biasanya diakibatkan oleh penyakit malarianya sendiri atau akibat langsung anemia
yang berat. Masalah yang biasa timbul pada kehamilannnya adalah meningkatnya
kejadian berat bayi lahir rendah, prematuritas, pertumbuhan janin terhambat, infeksi
malaria dan kematian janin.
Pada daerah dengan transmisi malaria sedang sampai tinggi, kebanyakan ibu
hamil telah mempunyai kekebalan yang cukup karena telah sering mengalami infeksi.
Gejala biasanya tidak khas untuk penyakit malaria. Yang paling sering adalah berupa
15
anemia berat dan ditemukan parasit dalam plasentanya. Janin biasanya mengalami
gangguan pertumbuhan dan selain itu menimbulkan gangguan pada daya tahan
neonatus.
b. Pengaruh pada Janin
Seorang ibu yang terinfeksi parasit malaria, parasit tersebut akan mengikuti
peredaran darah sehingga akan ditemukan pada plasenta bagian maternal. Bila terjadi
kerusakan pada plasenta, barulah parasit malaria dapat menembus plasenta dan masuk
ke sirkulasi darah janin sehingga terjadi malaria kongenital. Beberapa peneliti
menduga hal ini terjadi karena adanya kerusakan mekanik, kerusakan patologi oleh
parasit, fragilitas dan permeabilitas plasenta yang meningkat akibat demam akut dan
akibat infeksi kronis.
Kekebalan ibu berperan menghambat transmisi parasit ke janin. Oleh sebab itu
pada ibu-ibu yang tidak kebal atau dengan kekebalan rendah terjadi transmisi malaria
intra-uretrin ke janin walaupun mekanisme transplasental dari parasit ini masih belum
diketahui.
Abortus, kematian janin, bayi lahir mati dan prematuritas dilaporkan terjadi
pada malaria berat dan resiko ini meningkat sampai tujuh kali, walaupun apa yang
menyebabkan terjadinya kelainan tersebut diatas juga masih belum diketahui. Malaria
maternal dapat menyebabkan kematian janin karena terganggunya transfer makanan
secara transplasental, demam yang tinggi (hiperpireksia) atau hipoksia karena anemia.
Kemungkinan lain adalah Tumor Necrosis Factor (TNF) yang dikeluarkan oleh
makrofag bila di aktivasi oleh antigen merupakan salah satu faktor yang dapat
menimbulkan berbagai kelainan pada malaria, antara lain demam, kematian janin dan
abortus.
Umumnya infeksi pada plasenta lebih berat daripada darah tepi. Kortmann
(1972) melaporkan bahwa plasenta dapat mengandung banyak eritrosit yang
terinfeksi (sampai 65%), meskipun pada darah tepi tidak ditemukan parasit. Hal ini
mungkin terjadi karena plasenta merupakan tempat parasit berkembang biak, seperti
pada kapiler alat dalam lainnya.
16
17
sakit kepala, nyeri pada tulang/otot, anoreksi dan diare ringan. Namun sebenarnya
efek klinik malaria pada ibu hamil lebih tergantung pada tingkat kekebalan ibu hamil
terhadap penyakit itu sedangkan kekebalan terhadap malaria lebih banyak ditentukan
dari tingkat transmisi malaria tempat wanita hamil tinggal/berasal, yang dibagi
menjadi 2 golongan besar :
a. Stable transmission/transmisi stabil, atau endemik
Orang-orang di daerah ini (contoh: Afrika Sub-Sahara) terus-menerus terpapar
malaria karena sering menerima gigitan nyamuk infektif setiap bulannya. Kekebalan
terhadap malaria terbentuk secara signifikan.
b. Unstable transmission/transmisi tidak stabil, epidemik atau non-endemik
Orang-orang di daerah ini (contoh: Asia Tenggara dan Amerika Selatan) jarang
terpapar malaria dan hanya menerima rata-rata < 1 gigitan nyamuk infektif/tahun.
Wanita hamil (semi-imun) di daerah transmisi stabil/endemik tinggi akan
mengalami peningkatan parasite rate (pada primigravida di Afrika parasite rate pada
wanita hamil meningkat 3040% dibandingkan wanita tidak hamil), peningkatan
kepadatan (densitas) parasitemi perifer, serta menyebabkan efek klinis lebih sedikit,
kecuali efek anemi maternal sebagai komplikasi utama yang sering terjadi pada
primigravida. Anemia tersebut dapat memburuk sehingga menyebabkan akibat serius
bagi ibu dan janin.
Sebaliknya di daerah tidak stabil/non-endemik/endemik rendah yang sebagian
besar populasinya merupakan orang-orang non-imun terhadap malaria, kehamilan
akan meningkatkan risiko penyakit maternal berat, kematian janin, kelahiran
prematur dan kematian perinatal. Ibu hamil yang menderita malaria berat di daerah
ini memiliki risiko fatal lebih dari 10 kali dibandingkan ibu tidak hamil yang
menderita malaria berat di daerah yang sama.
18
2.6 Diagnosis
Gambaran klinik malaria pada wanita non-imun (di daerah non-endemik)
bervariasi dari Malaria ringan tanpa komplikasi (uncomplicated malaria) dengan
demam tinggi, sampai Malaria berat (complicated malaria) dengan risiko tinggi pada
ibu dan janin (maternal mortality rate 20-50 % dan sering fatal bagi janin).
Sedangkan gambaran klinik malaria pada wanita di daerah endemik sering tidak jelas,
mereka biasanya memiliki kekebalan yang semi-imun, sehingga tidak menimbulkan
gejala, misal demam dan tidak dapat didiagnosis klinik.
19
falciparum
tanpa
komplikasi
(uncomplicated)
dapat
menjadi
berat(complicated) jika tidak diobati secara dini dan semestinya. Semua wanita hamil
yang menderita malaria harus diskrining HIV sebagai koinfeksi malaria dan karena
HIV meningkatkan kematian bayi secara signifikan.
20
Gambar 2.6 Merozoit pada darah tepi: beberapa merozoit telah berpenetrasi ke membran
eritrosit dan memasuki sel
21
Gambar 2.7 Bentuk trofozoit (kiri) dan skizon matur dalam eritrosit (kanan)
22
: Quinine: Artesunate/artemether/arteether
b. Trimester dua
: Mefloquine; pyrimethamine/sulfadoxine
c. Trimester tiga
d. Kontraindikasi
23
Bila
24
bradikardia atau deselerasi lambat pada janin yang berhubungan dengan kontraksi
uterus karena hal ini menunjukkan adanya gawat janin. Harus diupayakan segala cara
untuk menurunkan suhu tubuh dengan cepat, baik dengan kompres dingin, pemberian
antipiretika seperti parasetamol.
Pemberian cairan dengan seksama juga merjupakan hal penting.
Hal ini
disebabkan baik dehidrasi maupun overhidrasi harus dicegah karena kedua keadaan
tadi dapat membahayakan baik bagi ibu maupun janin. Pada kasus parasitemia berat,
harus dipertimbangkan tindakan transfusi ganti.
Bila diperlukan, dapat dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan.
Kala II harus dipercepat dengan persalinan buatan bila terdapat indikasi pada ibu atau
janin. Seksio sesarea ditentukan berdasarkan indikasi obstetrik.
primaquine
dalam
kehamilan
merupakan
kontraindikasi.
25
2.8 Komplikasi
a. Anemia
Menurut definisi WHO, anemia dalam kehamilan adalah bila kadar hemoglobin
(Hb) < 11 g/dL. Gregor (1984) mendapatkan data bahwa penurunan kadar Hb dalam
darah hubungannya dengan parasetimia, terbesar terjadi pada primigravida dan
berkurang sesuai dengan peningkatan paritas. Malaria dapat menyebabkan atau
memperburuk anemia. Hal ini disebabkan:
1) Hemolisis eritrosit yang terinfeksi parasit
26
dapat
27
28
d. Imunosupresi
Imunosupresi dalam kehamilan menyebabkan infeksi malaria yang terjadi
menjadi lebih sering dan lebih berat. Lebih buruk lagi, infeksi malaria sendiri dapat
menekan respon imun. Perubahan hormonal selama kehamilan menurunkan sintesis
imunoglobulin.Penurunan
fungsi
sistem
retikuloendotelial
adalah
penyebab
Tingginya demam,
29
terjadi malaria kongenital, khususnya pada keadaan epidemi malaria. Kadar quinine
plasma janin dan klorokuin sekitar l/3 dari kadarnya dalam plasma ibu sehingga kadar
subterapeutik ini tidak dapat menyembuhkan infeksi pada janin. Keempat spesies
plasmodium dapat menyebabkan malaria kongenital, tetapi yang lebih sering adalah
P. malariae.
30
DAFTAR PUSTAKA
6th
p.152-55.
12. Surya I.G.P .Penyakit Infeksi : Infeksi Malaria. Ilmu Kandungan Edisi IV.
Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo.