Professional Documents
Culture Documents
Pindah Rumah
Muhammad Akhyar
PUISI
Nila Rahma
7 Hari
7
8
9
10
12
13
14
Indra El
Sesak
OPINI
15
Apa Pesannya?
Mulyadi Syamsuri
CERITA PENDEK
18
21
Bisnis
Alra Ramadhan
23
Panggilan Acak
Fina Febriani
KRITIK
26
RESENSI
30
PANTAU
31
HER VOICE
34
Choice
Alfi Syahriyani
BIDIK
36
Koordinator Komunitas: Muhammad Akhyar
Pemimpin Redaksi: Johan Rio Pamungkas
Editor: Johan Rio Pamungkas, Fina Febriani,
Nila Rahma, Tery Marlita
Penata Letak: Vita Wahyu Hidayat, Dian Kusumawardhani
Ilustrator Kulit Muka: Dian Kusumawardhani
Pemasaran: Alfi Syahriyani, Danu Ardi Kuncoro
Tahun II, no.6/2012, September 2012
Independence
Hindun Wilda Risni
email: katajiwa.langitsastra@gmail.com
twitter: @langitsastra
majalah-katajiwa.tumblr.com
Catatan Kebudayaan
Pindah Rumah
Muhammad Akhyar
Catatan Kebudayaan
muda dari kelapa yang letaknya di pucuk kelapa. Bentuknya mirip dengan rebung bambu,
tetapi dengan rasa lebih manis. Oh saudara,
gulai umbut itu nikmatnya tiada tara. Masih
terasa di lidah saya sampai sekarang. Kala itu
saya masih ingat ujarannya sambil menepuk
pohon kelapa yang masih dua meter tingginya, di samping pohon kelapa yang sudah ia
buat rebah, nah, yang ini kita tebang untuk
hari raya tahun depan.
Kini, ketika saya sampai ke rumah ini,
ia telah terbujur kaku. Tak akan ada lagi
tangan yang menepuk batang kelapa dan
berjanji merubuhkannya di hari raya tahun
depan. Ia kini malah yang telah rubuh. Di
rumah itu kini yang tersisa hanyalah istrinya.
Semua anaknya sudah berkeluarga dan tinggal jauh dari rumah itu.
Tentu saja, anak yang berbudi tidak
akan membiarkan bunda kandung mereka
tinggal sendirian, tertatih di rumah tersebut.
Anak yang berbudi pastilah akan meminta
ibunda mereka tinggal bersama mereka.
Paling tidak mereka akan bersepakat untuk
bergantian merawat ibu mereka yang memang sudah sepuh itu.
Akan tetapi apa hendak dikata, niat
baik tak selamanya disambut manis saudara.
Uwak saya itu tak pernah mau mengikuti
ajakan anak-anaknya. Ia tak pernah bisa
meninggalkan rumah itu. Ah, inilah rumah
tempat ingatannya tentang suaminya tercinta
berkelindan.
Dari kisah ini saya baru mafhum
mengapa orang-orang dulu membuat prosesi pindah rumah itu begitu sulit dan rumit
Catatan Kebudayaan
menjadi biasa-biasa saja. Hidup tak boleh
di situ-situ saja. Harus ada kemajuan. Harus
ada pindah rumah. Oh, tidak. Hidup rasanya
menjadi berat. Karena hal-hal baru tadi
menawarkan yang belum ada sebelumnya:
janji kebenaran.
Hanya saja, ketika kehidupan telah
mengantarkan kita kepada alat-alat untuk
mencapai kebenaran tadi, alih-alih
ketenangan, kecemasan yang makin menderadera kemanusiaan kita. Betapa banyak hal
yang disampaikan oleh janji-janji sebenarnya
menyimpan simulacrum pertanyaan yang tak
ada habisnya. Pada akhirnya hidup yang awalnya tenang menjadi gaduh oleh banyaknya
tanya yang menusuk-nusuk dinding kepala.
Lihatlah kabar yang mengatakan
bahwa ada kehidupan setelah kematian.
Bagaimana pula kita membuktikan ini
benar-benar ada. Bahkan hidup ini sendiri
pun jika kita pertanyakan belum tentu benar
keberadaannya. Bisa saja ini hanyalah mimpi
semalam yang berada di otak seseorang. Kemudian ketika orang itu terbangun, kita dan
orang-orang kita kenal akan hilang begitu
saja, seiring kerjap matanya. Tak usah jauh,
jika masih saja kita ingin benar-benar bertanya, bagaimana kita yakin bahwa orang yang
kita anggap orang tua selama ini benar-benar
adalah orang tua kita. Adakah di antara kita
yang tega, menyatakan begini duhai ayah
Puisi
Nila Rahma
7 Hari
Aku selalu meminum air yang sejak lama kau suapkan padaku
air itu tak pernah habis sebab kau selalu berjaga
berjaga untuk selalu mengisi ulang wadah itu saat hampir habis
Tak pernah sekali pun kau terlambat mengisinya.
Kau selalu mengisinya dengan hati-hati
dan aku berpikir, bagaimana kau bisa sehati-hati itu menuangnya?
tak ada yang pernah tertumpah, sepercik pun.
Jika dihitung, 7 hari adalah jangka waktu airku habis
Tepat di hari keenam kau selalu datang untuk menuang
Aku bisa minum hari ini dan setidaknya 7 hari lagi
Itupun jika cuaca normal.
Dulu,
kau selalu mengirim pesan pendek dengan bilang,
Mbak, apakah air galonnya sudah mau diantar?
Ya, bisa. Antarkan saja ke rumah.
Berkali-kali demikian.
Aku tak sangka kau menghafal jangka waktunya, 7 hari.
Dengan hafalnya jangka waktu demikian,
tanpa diminta pun kau akan datang membawa air
tanpa ada pesan pendek lagi
dan tentunya tanpa balasan dariku.
Puisi
Itulah mengapa aku tak pernah menyimpan nomormu.
Sekilas membaca pesan pendek darimu, kujawab, hapus.
Selesai. Aku tak pernah menyimpan nomormu.
Kali ini cuacanya tidak normal
sedang begitu terik-teriknya
Biasanya, di hari keenam setelah kau datang menuang, kau akan datang lagi
tapi sekarang aku butuh kau lebih cepat
Aku tak menyimpan nomormu
Semua pesan pendekmu soal pemesanan air itu sudah kuhapus
Tidak ada rekaman di panggilan masuk ataupun keluar karena memang kita tidak pernah
berteleponan.
Ini sudah larut malam
Tak ada toko yang masih membuka layanan
Gas komporku habis
Aku tak mungkin memaksa untuk menaruh panci
di atas kompor tak bernyawa ini.
Terpaksa kali ini aku meminum air kran
karena kau tak datang.
Depok, 26 Mei 2012
Puisi
Puisi
Puisi
Hasrul Eka Putra
Puisi
Pertemuan
Kisah apa yang kau ceritakan kali ini
Apakah sama
Kita itu sama
Mengumbar janji sebebasnya
Seperti itik diantara perdu ilalang
Di padang
Kita akan sama kali ini
Seberapabanyak yang kau keluarkan, aku tak akan kalah
Aku tak akan mati dalam chandradimukha
Aku tak akan musnah sayang
Aku akan bergelut pada mu itu
Hingga phallusku bergesek dengan phallus mu
Hingga keringatku menghapus dengan keringatmu
Kepal akan bertemu tinju
Sayang
Dengan mesra sampai desah terakhir
10
Puisi
11
Puisi
Indra Eka Widya Jaya
Merampas Prajnaparamitha
Aku
Perampok
Pemerkosa
Penodong
Pembunuh
Bajingan
Namun aku tak pernah membunuh
Kupu-kupu dan bunga
Pulung kerajaan itu ada dan tepat
Dibalik badong mu!
Kuteteskan darah,
Si pembuat keris
Dan suamimu yang merampas mu
Sampai aku tidak disebut
Perampok
Pembunuh
Pemerkosa
Penodong
Hingga
Anak tiriku
Selesai mem
Buka pintu
Aku masih
Bisa men
Nuliskan
Ini aaa
Aaaaa
Aaaaa
Aaaa
Aaaa
Aaaa
Aaa
Aaa
Aa
Aa
a
Pararaton
Pupuh Pratama
12
Puisi
Indra Eka Widya Jaya
Maya
Aku masih melihatmu dan menelusup kedalam mimpi yang sama
Ketika kau menunjukkan geligimu yang tersemat dibalik lambe merah
Kau selalu menginterupsi setiap langkah ya
Langkah bodoh ini
Aku ingin sekali menghisap wangi keringatmu
Dari ujung tudungmu itu
Kau tahu aku menahan setiap cipratan testosteron
Dalam tahun tahun ini
Hingga mengecil
Ingin sekali ku kecup dan melumat setiap langkah
Yang kutulis bersamamu
Dan setiap pandangan yang mengarah ke bawah lehermu
Kurantai dengan paksa
Namun persetan
Tak peduli Tuhan
Seribu tahun pun
Aku tetap sama
Tj. Priok 2012
Di balik bantal
13
Puisi
Indra El
Sesak
ketika arus datang
awas kepala mu terbang
labrak tumbang bukan kepalang
merekah kau terjang
hingga nadi - nadi pun tegang
tak jua dan tak ada memang
tak tau kau butuh gagang
makin kau pegang
meradang
marah
dan tangan mu melayang
pecah
dan nafas pun hilang
lelah
kau tak pulang
naik turun mata mu jelang
lepas
berharap semua hilang
lepas
biarkan dia terbang
lepas
dan kau tenang
14
Opini
Mulyadi Syamsuri
Apa Pesannya?
M
15
Opini
3 detik itu sampai akhirnya saya mengunduh
sendiri iklan tersebut sehingga tidak perlu
lagi berlama-lama menonton televisi.
Dalam potongan gambar yang
muncul pada detik 55 hingga 57 itu,
tampak wajah seorang manusia. Kita dapat
melihat keseluruhan wajahnya mulai dari
rambutnya, dahinya, alisnya, matanya,
hidungnya, pipinya kecuali mulutnya yang
agak tertutup oleh tangannya. Apa yang
paling menarik perhatian saya adalah mata
manusia itu.Honestly, itu adalah sebuah mata
yang sangat cantik. Bentuknya pipih sedang
memanjang (namun tidak terlalu pipih)
dengan sorot mata yang hitam dan tajam.
Pada potongan gambar detik 556, pandangan
matanya tampak ke samping. Pada detik
558 hingga 561, ia memejamkan matanya
(sepertinya ketika memejamkan matanya
inilah, ia memindahkan arah pandangannya
dari samping ke tengah). Pada detik 562 ia
mulai membuka matanya perlahan dengan
arah pandangan menuju ke tengah (Tidak!
Jika anda perhatikan dengan lebih seksama,
arah pandangan itu tidak menuju ke tengah,
tapi ke arah mata anda para pemirsa !)
disertai dengan tarikan halus garis wajah ke
atas pada pipi dan bibirnya yang membentuk
bulan sabit.
Pada potongan gambar detik 562
ini, gambar mata yang tampak seperti mata
seseorang yang baru saja bangun tidur atau
mata seseorang yang baru saja kembali
terbuka setelah mengalami pengembaraan
yang dalam ketika terpejam. Pada detik 563
kelopak matanya terbuka semakin lebar,
16
Opini
teman. Saya tidak menyebutkan bahwa
saya melihat mobil BMW secara langsung
kepadanya, namun memecah tiap bagian
dari mobil BMW menjadi bagian-bagian.
Saya katakan pada teman saya ini bahwa
saya melihat sebuah benda bermesin,
memiliki empat roda, memiliki setir di
dalamnya dan merupakan kendaraan yang
diimpor dari luar negeri. Teman saya ini
kemudian menggabungkan setiap deskripsi
yang tadi telah saya sebutkan dengan rinci
itu kemudian ia konstruksikan menjadi
sebuah gambaran imajiner sebuah kendaraan
yang memiliki nama: mobil MercedezBenz. Lihatlah, saya telah mendeskripsikan
kendaraan yang saya lihat dalam mimpi secara
benar lewat informasi yang saya dekonstruksi
(potong-potong jadi beberapa bagian) dan
teman saya juga telah mengkonstruksikan
kembali potongan-potongan informasi itu
17
Cerpen
Taufik Akbar
Angka
Tercecer Kisah
Hari ketiga puluh satu, minggu ke empat, luna kelima1, Pukul 11.11 WIB.
i hadapan saya terpancang sepucuk nisan. Nisan yang masih basah oleh kesedihan
yang dihasilkan kelenjar air mata. Dalam ingatan yang tak pernah benar-benar ada,
beberapa hari yang lalu segalanya tumpah ruah: wajah muram, bunga kembang rupa, doadoa sendu, sendal-sendal yang penuh lumpur lalu orang-orang mulai senyap, pergi berlahan
meningalkan tapak-tapak. Selangkah, dua langkah, tiga langkah, empat langkah. Entah apa
yang sedang dikerjakan tumbuh ringkih itu di bawah sana. Adakah ia mendengar, adakah
yang ingin ia katakan, adakah ia menyerah, adakah ia marah pada saya sebelum saya pergi jua
dari sini.
Betapa hari sebelumnya Dayang meminta saya untuk pulang, ia katakan ayah sedang
bersiap melunasi umurnya, sakitnya kian parah dan seluruh keluarga sudah berkumpul
bersiap mengikhlaskannya. Saya diam tak berkomentar banyak, dayang memohon-mohon
18
Cerpen
meminta saya pulang.
Saya bergeming hingga
ia katakan bahwa ayah
ingin berjumpa. Nama saya
selalu disebut-sebut.
71 % keluarga di
Indonesia memiliki 1
orang anggota keluarga
yang perokok2
Sewaktu kecil, saya
selalu mengulang-ngulang
pertanyaan yang sama,
Yah, mengapa
senang mengisap
benda aneh itu dan
mengeluarkan asap dari
mulut?
Ia pun akan
menjawab dengan
pertanyaan yang selalu
sama,
Mengisap benda
ini membuat ayah merasa
tenang dan bisa berpikir
lebih baik.
Tiap subuh ia
akan duduk di teras
rumah menyerumput
secangkir kopi sambil
menyalakan benda aneh
itu, mengisapnya dalamdalam dan mengembuskan
asapnya pelan-pelan.
2 Majalah Tempo edisi 28 mei -3
juni 2012
Wajahnya menggambarkan
nikmat yang tiada dua.
Bisanya ibu akan datang
setelah pekerjaannya di
dapur selesai dan mereka
mengobrol entah tentang
apa.
Pun sehabis makan
malam, menonton televisi,
selesai beribadah, saat
buang air besar, sehabis
mandi, benda beberapa
66 % perokok pasif di
Indonesia adalah kaum
hawa.3
Ibu saya seorang ibu
rumah tangga, mengurus
keperluan anaknya
mengurus keperluan
suaminya. Perhatiannya
bak embun di tengah
gersangnya gurun
sahara, tatapan matanya
riuh rendah dendang
paling indah, ucapannya
ibarat madu yang paling
manis. Begitulah saya
memandang ibu. Seorang
hawa yang sangat saya
cintai tiada banding di
dunia. Sampai-sampai
3 ibid
19
Cerpen
seperlunya saja antara kata
iya dan diksi tidak.
Kelas 1 SMA saya
tahu ibu menderita
kanker paru-paru dan ia
menyembunyikannya dari
saya.
Satu orang meregang jiwa
setiap 5,8 detik karena
rokok.4
Ayah, di depan nisan
ini aku ingin mengatakan
bahwa aku menyerah.
Akhirnya aku datang juga
setelah berhari-hari didera
rasa tak nyaman. Aku tahu
tatapan mata orang-orang
ketika aku ke sini: Anak
durjana, anak durhaka,
anak tak tahu adat. Tapi
sayang sekali mereka tak
benar-benar mengerti
bagaimana perasaanku
saat engkau merenggut
ibu dariku dengan
kebiasaanmu itu.
Aku marah ayah.
Terlampau marah
untuk meminta
pertanggungjawaban
darimu. Di benakku hanya
ada kesangsian apakah
engkau mencintai aku
dan ibu. Apakah orang
yang mencintai begitu
tega merengkuh jiwa
yang dicintainya. Apakah
4 ibid
20
Cerpen
Alra Ramadhan
Bisnis
mati. Ia memandangiku
sesaat. Matanya sayu,
setidaknya itu yang terlihat
dibalik kacamatanya. Detik
selanjutnya dipindahkannya
kakinya itu dari kulit-kulit
berkapuk keras menuju
lantai.
Aku duduk...
Saat inilah
ketakbebasanku mulai
muncul. Saat aku menyadari
bahwa kakiku tiada dapat
dengan bebas berselonjor.
Dan punggungku, ah..
tak bertemu dengan kulit
berkapuk empuk. Aku tak
lagi merdeka, aku terbatasi.
Dan dalam keterbatasan ini
aku tak nyaman. Sungguh.
Bila saja tak karena keperluan
mendesak, tak ku duduki
bangku ini. Bukankah
manusia selalu membatasi?
Ah...
Harusnya lah aku
21
Cerpen
berbahagia dengan ini:
ketika aku ada pada gerbong
yang tak hendak aku
kehendaki. Ketika aku ada
dalam ketidakmerdekaanku.
Ketika aku sadar bahwa aku
dalam keterbatasan, dan
ada yang lebih tak terbatas.
Ketika semua itu berkumpul,
lalu menjadi kelas, dan
lantas semakin membatasi.
Harusnya aku bersuka cita
dengan hal ini.
Ah, tidak... batinku.
Aku benar-benar
terkurung. Jarak mataku
dengan kursi di depanku tak
lebih dari satu meter. Dan
ketika aku melihat sekeliling,
benar-benar tak ada yang
menarik perhatianku. Ya,
tentu saja, aku tak bisa
bahagia dengan itu. Aku tak
bisa terus terkurung dan
terpasung dalam hidup dan
pemikiran rasio.
Tapi, mereka di
sekelilingku bahagia.
Mereka tertidur lelap
dalam kekangan. Mereka
mendengkur keras dengan
tangan bersedeku, kaki
menumpang kursi depannya,
keterbatasan.
Mereka mungkin tak
sadar bahwa sesungguhnya
mereka terkurung. Ah,
bagaimana mungkin?
Atau mereka merasa harga
kursi inikau tentu tahu
kawan, perbandingan harga
kursi kereta bisnis dengan
ekonomilebih mahal
daripada kelas di bawah,
sehingga mereka dapat tidur
nyenyak. Mereka menerima
segala kungkungan.
Atau mungkin mereka
tahu mereka terkurung?
Mungkin mereka tahu
bahwa mereka terbatas.
Lantas mereka memaksakan
bahagia ada pada mereka,
dalam diri mereka, dan di
sekitar mereka. Mereka
menganggapnya lumrah
dan telah sesuai. Entahlah.
Manusia memang lebih
sering menerima tanpa
mempertanyakan.
Tapi aku rasa opsi
kedua tadi patutlah jadi
pertimbanganku. Aku
tetap harus berbahagia,
bersyukur, meski dalam
keterbatasanku. Aku harus
22
Cerpen
Fina Febriani
Panggilan Acak
23
Cerpen
Ugh, jawaban yang
memalukan! Seketika saja
aku begitu membenci diriku.
Hidupku datar saja. Tak
ada yang menarik.
Astaga! Mengapa itu
yang keluar?
Fiiiin! Tak adakah yang
lebih bodoh dari itu?
Kau diam. Hening pun
mengambil alih.
Kau saja yang cerita.
kataku menetralisasi
penyesalan. Kau punya
cerita apa?
Ah ya, jadi di sini
mengalirlah cerita itu dari
mulutmu. Kudengarkan
saksama. Kata demi kata.
Benarkah ini nyata?
tanyaku pada malam.
Kuraba hatiku. Hangat.
Sama-sama.
Klik. Aku menghela
napas. Semoga masih ada
kesempatan.
Kuletakkan ponselku.
Menunggu. Lima menit,
sepuluh menit, tiga puluh
menit. Sepi. Akhirnya,
kuputuskan berbaring.
Dengan nelangsa dan sejuta
tanya. Ini malam ketiga. Ke
mana dia?
***
Seberang Nusa, 5 Mei 2012,
pukul 23.00
Tut tit tut tit
tut
Kurapatkan ponselku
ke telinga. Menunggu
jawaban.
Tuuut tuuut
tuuut
Hmm, halo?
Halo.
Ini siapa ya?
Seorang teman.
Teman?
Ah, tepatnya seseorang
yang ingin menjadi teman
Anda.
Aduh, serius dong. Ini
siapa?
Teman.
Akh!
Tut tut tut
Sambungan terputus.
Malam berikutnya, pukul
23.00
Tut tit tut tit
tut
Kurapatkan ponselku ke
telinga. Menunggu jawaban.
Dari orang yang berbeda.
Tuuut tuuut
tuuut
Hello?
Halo.
Who is this?
A friend.
Hah?
Tut tut tut
Lagi. Terputus. Lebih
cepat dari sebelumnya.
Malam berikutnya, pukul
23.00
Tut tit tut tit
Cerpen
tut
Kurapatkan ponselku ke
telinga. Menunggu jawaban.
Dari orang yang berbeda.
Tuuut tuuut
tuuut
Halo, selamat malam.
Selamat malam.
Ya? Dengan siapa?
Seorang teman.
Teman?
Ya. Aku ingin menjadi
temanmu.
Oh, baiklah.
Aku terdiam sejenak.
Terhenyak oleh tanggapan
yang berbeda dari biasanya.
Boleh tahu namamu?
tanyaku memberanikan diri.
Fin.
Hmm. Maaf
mengganggumu, Fin.
Oh, tak masalah. Ada
yang ingin kau sampaikan?
Aku hanya ingin
berbincang. kataku bingung.
Hmm. Baiklah. Tentang
apa?
Ah ya, tentang
Sambungan berlanjut.
Malam berikutnya, pukul
23.00
Tut tit tut tit
tut
Kurapatkan ponselku ke
Dahiku seketika
mengernyit.
Mengapa?
Sebab aku
Tut tut tut
Sambungan terputus.
Hei! Tunggu! Aaa
Kalimatku terhenti.
Larut oleh hening yang
mematikan.
Malam berikutnya, pukul
23.45
Benar. Aku tidak sadar.
Entah sejak kapan dan entah
karena apa, perbincangan
acak itu begitu kunikmati.
Kulirik ponselku untuk
kesekian kali malam ini.
Masih sepi. Dan mungkin,
akan terus sepi.
Rumah, 5 Juli 2012
25
Kritik
Dimensi Keislaman
dalam Kumpulan
Puisi Modern
Tertua di Indonesia
A
Ibnu Wahyudi
26
Kritik
yang ada, dimulai dengan //Bismillah itoe
moela dikata/ Rahman dan rahim kedoewanja serta/ Mengarang sair soewatoe tjeritta/
Dengen pitoeloeng Toehan kitta//.
Karya bernuansa Islam seperti ini akhirnya
menjadi sesuatu yang langka pada masa awal
pertumbuhan sastra modern Indonesia itu,
yaitu pada pertengahan sampai akhir abad
XIX. Yang lebih mendominasi adalah karyakaryakhususnya syairyang ditulis oleh
peranakan Cina atau orang Indo-Eropa, yang
cenderung menulis hal-hal biasa dan netral
saja atau mengisahkan cerita yang berkaitan
dengan relasi pribumi dan nonpribumi, khususnya yang berhubungan dengan masalah
pernyaian.
Kecenderungan tematik yang sarat dengan
ajaran moral atau keislaman secara khusus,
dapat dikatakan sebagai sesuatu yang hampir-hampir tidak lagi kental. Kenyataan ini
menarik dan menimbulkan tanda tanya. Apa
gerangan yang terjadi? Jangan-jangan, tema
seperti ini masih ditulis dan banyak, namun
terwadahi dalam karya-karya yang ditulis
dengan huruf Jawi sebagai naskah atau sebagi
kirografik. Demikian pula dengan identitas
pengarangnya, yang agaknya pribumi atau
sekurang-kurangnya bukan keturunan Cina
atau Indo-Eropamerupakan pula sesuatu
yang istimewa sebab pengarang pribumi
pertama yang selama ini luas dikenal adalah
R.M. Tirto Adhisoerjo dengan karya-karyanya yang terbit pada awal abad XX.
Didaktis
Syair yang terhimpun dalam buku ini lebih
27
Kritik
ada kesangsian lagi di sini untuk menyatakan
bahwa buku kumpulan puisi yang berupa syair
ini adalah khazanah sastra modern atau lebih
tepatnya disebut sebagai pemula khazanah
sastra modern di Indonesia.
Secara tematik, keseluruhan bait syair ini
dapat dipilah ke dalam
beberapa topik utama, yaitu
topik yang berkaitan dengan ajakan untuk berbuat
kebajikan dalam hidup
keseharian, topik yang berhubungan dengan sikap
yang selayaknya ditunjukkan oleh murid terhadap
gurunya atau topik yang
berhubungan dengan dunia pendidikan, dan topik
yang berhubungan
dengan persoalan
spiritualitas atau
religiusitas.
Pertama madat k
edoewa maen
Sentiijasa lakoen
ja soedalah an
Ahirnja itoe men
tjoerie kaen
Modalnja abis tiij
ada laen
Katiga orang soek
a berdoesta
Apa lah segala am
poenja kata
Terboleh pertjaija
semata-mata
Ketieganja itoe b
ersama serta
Kampat soeka b
eroetang oetanga
n
Yang tiijada kira
dengen itoengan
Kelima orang soek
a pelantjong ngan
Lawan nja itoe ber
sama timbangan.
Kritik
sia, tapi kesemuanya itu baru berupa pengetahuan atau hal-hal yang perlu diindahkan,
sementara alasan yang mendasari kenegatifan
kebiasaan-kebiasaan tersebut belum secara
langsung disebutkan. Dasar argumen yang
menyebabkan keenam perilaku itu buruk,
baru disebutkan pada bait-bait selanjutnya,
seperti bahwa orang akan berpenyakitan jika
suka menghisap madat, atau orang akan
semakin miskin jika perilaku berhutang sudah
menjadi kebiasaan.
Dipraktikkan atau munculnya perilaku
buruk seperti telah ditunjukkan, tentu dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Hal itu bisa
sebagai akibat pergaulan yang tidak baik, bisa
karena ketidaktahuan akan bahaya keenam
faktor negatif tadi karena lingkungan yang
tidak sehat, bisa pula diakibatkan oleh faktor
pendidikan. Dengan penjelasan lain, perilaku
atau tabiat seperti itu barangkali bukan
sesuatu yang disengaja atau dicita-citakan,
melainkan akibat tingkat pendidikan yang
rendah atau akibat dari tidak adanya atmosfir
didaktis yang mengitarinya. Secara tersurat,
bair-bait syair ini menyatakan bahwa aspek
pendidikan itu sangat penting dan memegang
peran utama dalam pembentukan kepribadian
manusia.
Keislaman sebagai Landasan Spiritualitas
Selama ini, karya-karya sastra yang terbit
pada awal keberadaan sastra Indonesia
29
Resensi
Johan Rio Pamungkas
bu dan
Bapak
atau
Papa
dan
Mama
atau
apapun sebutan kita untuk mereka adalah
orang pertama yang melihat kita di dunia.
Orang yang utama kita berikan bakti serta
cinta yang kita miliki. Buku ini adalah
sebentuk bakti dan cinta dari seorang anak
untuk kedua orang tuanya.
Buku bertajuk Surat Cinta untuk Ayah
Bunda buah karya Muhammad Akhyar
ini merupakan usaha untuk memberikan
sebuah cinta walau hanya dalam sebentuk
surat atau tulisan. 14 tulisan di sini seakan
mengajarkan pembaca tanpa menggurui
bagaimana berdialog dengan orang tua dan
bagaimana orang tua menghadapi anak.
Rasa cinta antara anak dan orang tua yang
30
Pantau
Johan Rio Pamungkas
ada suatu waktu di Belanda, beberapa pelukis muda Belanda, yang sedang belajar untuk
melukis, melukis beberapa bunga dan memperlihatkannya kepada pemuda Indonesia.
Lalu, kumbang-kumbang dan kupu-kupu hinggap di atas lukisan bunga para pemuda Belanda.
Lukisan tersebut untuk merendahkan kemampuan melukis pemuda Indonesia tersebut.
Terhina dan sangat marah, pemuda Indonesia itu kemudian mengurung diri berhari-hari.
Para pemuda Belanda tersebut di atas lantas mengunjungi rumah pemuda Indonesia itu karena
Tahun II, no. 6/2012, Agustus 2012
31
Pantau
diketuk tidak ada juga jawaban dari dia, mereka lantas masuk dengan mendobrak pintu.
Mereka terkejut dan menjerit mengira bahwa
pemuda Indonesia itu telah mati. Sebelum
suasana bertambah panik, sang pemilik
rumah muncul dan berkata, Lukisan kalian
hanya mengelabui kumbang dan kupu-kupu,
tapi gambar saya bisa menipu manusia.
Itulah kisah Raden Saleh yang termak-
Raden Saleh di lantai rumahnya dan benarbenar mirip dengan lantai rumah dan dirinya
yang mati.
Raden Saleh, pelukis kenamaan
Indonesia yang secara istimewa mengeyam
pendidikan di Eropa pada masa kolonial,
membawa pemahaman baru mengenai seni
visual.
Karya-karyanya yang tidak biasa
menunjukkan perpaduan
nilai Jawa dan
budaya Eropa.
Menjadikannya kiblat bagi para pecinta
seni. Sebanyak 40
lukisan cat minyak
dan sketsa buah
karya Raden Saleh
dipamerkan di Galeri
Nasional, Jakarta,
Indonesia pada tanggal 3-17 Juni 2012.
Contohnya
pada karya Singa
dan Ular Gaya
Romantisme sangat
terlihat pada lukisan
ini. Bagaimana
Dok. Langit Sastra / Vita Wahyu Hidayat
lukisan ini bisa membangkitkan kenangan
tub dalam brosur pameran Raden Saleh dan
romantis dan keindahan pada objek lukisanAwal Seni Lukis Modern Indonesia Lukisan
nya, yakni ular yang ingin mematuk singa
yang mengelabui para koleganya, pelukisdan dua ekor singa yang ingin menerkam ular
pelukis muda Belanda, itu sendiri bertajuk
dilatarbelakangi pemandangan yang sangat
Mayat Raden Saleh yang saat itu, belum
indah. Lukisan ini juga adalah simbolisasi
dibingkai tentu saja, dibentangkan oleh
peperangan antara yang baik dan jahat.
32
Pantau
biografi tentang
Raden Saleh. Film
biografi tersebut cukup detail
menceritakan
kehidupan Raden
Saleh sejak dia
lahir, belajar lukis
di Belanda dan
berkeliling negaranegara Eropa,
hingga Pelukis
Sang Raja itu meninggal dunia di
Bogor.
33
Her Voice
Choice
Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;
(Robert Frost,The Road Not Taken, 1920)
Alfi Syahriyani
34
Her Voice
we receive, and stop blaming others for the
results.
When we get older, we realize that
life is about making a decision. Age talks,
choices talk as well. They go hand in hand.
The choices will be more varied and complicated when we get older, unlike when we
were a child, we can ask our parents which
ones the best. The choice is merely like,
Which dress do you like? or Which dress I
should wear now? However, when we grow
older, we can rely on others forever, because
the question is not only about the things
that we use temporarily, but its about a
path that will create another path, a path of
our life, a path that will be brought us until
the end of our life. We are the one who control our life.
In the middle of process, of course we
will find many challenges to ride. We find
that to reach our dream or to create a big
leap, we cant start from a big step, but a
small step instead. We also find that we cant
only rely on ourselves because there is an
invisible hand playing around our own life,
the Power that easily changes everything.
35
Bidik
Independence
aR
Hindun Wild
36
isni