You are on page 1of 8

Pengertian Ideologi mp

Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu edios yang
artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu. Pengertian ideology secara umum
adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan, pandangan dan kepercayaan yang menyeluruh dan
sistematis. Dalam arti luas, ideology adalah pedoman normative yang dipakai oleh seluruh
kelompok sebagai dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi.
Adapun pengertian Ideologi menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1. Destut De Traacy
Istilah ideology pertama kali dikemukakan oleh destut de Tracy tahun 1796 yang berarti suatu
program yang diharapkan dapat membawa suatu perubahan institusional dalam masyarakat
Perancis.
1. Lyman Tower Sargent
Ideologi adalah sebuah sistem nilai atau kepercayaan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran
oleh beberapa kelompok
1. M. Djindar Tamimy (Allahuyarham)
Ajaran atau ilmu pengetahuan yang secara sistematis dan menyeluruh membahas mengenai
gagasan, cara-cara, angan-angan (baca: cita-citaPenulis) atau gambaran dalam pikiran, untuk
mendapatkan keyakinan mengenai hidup dan kehidupan yang benar dan tepat; berarti pula
keyakinan hidup.
2.2.

Landasan Normatif Ideologi Muhammadiyah

Adapun landasan normatif ideologi Muhammadiyah adalah berlandaskan pada Al Quran:


1. QS. Al Imron: 104
Yang artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orangorang yang beruntung.
1. QS. Al Imron: 110
Yang artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

2.3.

Fungsi Ideologi Muhammadiyah

Adapun fungsi Ideologi Muhammadiyah adalah sebagai berikut:


1. Menjelaskan dan menanamkan Islam agamaku, Muhammadiyah Gerakanku
2. Membangun komitmen idealisme untuk menjalankan misi dan cita-cita gerakan
3. Mengikat solidaritas kolektif yang kokoh
4. Membela/ menjaga/ mempertahankan keutuhan organisasi sesuai prinsip gerakan
2.4.

Tiga Point Penting Ideologi Gerakan Muhammadiyah

Pertama, pembahasan ideologi/keyakinan hidup mencakup 3 bidang yaitu: Pandangan hidup;


Tujuan hidup; Ajaran dan cara yang dipergunakan untuk melaksanakan pandangan hidup dalam
mencapai tujuan hidup tersebut.
Kedua, ideologi/keyakinan hidup Muhammadiyah adalah berdasarkan dan bersumberkan ajaranajaran Islam.
Ketiga, ideologi/keyakinan hidup adalah hasil ciptaan (akal pikiran) manusia, yang pada
dasarnya merupakan prinsip-prinsip yang mempunyai sifat tetap/tidak mudah berubah;
sedangkan ajaran Islam yang menjadi dasar dan sumber ideologi/keyakinan hidup
Muhammadiyah adalah wahyu Allah yang bersifat abadi/tidak berubah-ubah.
2.5.

Enam Dimensi Ideologi Gerakan Muhammadiyah

Adapun dimensi Ideologi gerakan Muhammadiyah telah dirumuskan oleh Bpk. Haedar Nashir,
sebagai berikut:
1. Ideologi gerakan Muhammadiyah merupakan sistem paham dan teori perjuangan yang
dilandasi, dijiwai, dan dibingkai serta dimaksudkan untuk mengamalkan Islam dalam
seluruh kehidupan umat manusia.
2. Ideologi gerakan Muhammadiyah ialah manhaj (sistem, metode) dakwah Islam untuk
mengajak manusia beriman kepada Allah (tuminuna billah) serta amar ma`ruf nahi
munkar.
3. Ideologi gerakan Muhammadiyah ialah sistem dan teori perjuangan Islam untuk tajdid
(pembaruan) sehingga selalu terbuka pada kritik dan memiliki agenda perubahan ke arah
kemajuan (ishlah).

4. Ideologi gerakan Muhammadiyah memiliki kerangka pemikiran dalam Muqaddimah


Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan
Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khittah Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah, dan pemikiran-pemikiran formal lainnya dalam Sistem Keyakinan dan
Hidup Islami dalam Muhammadiyah.
5. Ideologi gerakan Muhammadiyah merupakan teori dan strategi perjuangan Islam yang
menyeluruh dan mencakup seluruh aspek kehidupan untuk mewujudkan Masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya.
6. Ideologi gerakan Muhammadiyah merupakan tali pengikat gerakan yang diwujudkan
dalam sistem organisasi, jama`ah, kepemimpinan, dan gerakan amal usaha untuk
menjadikan Islam sebagai rahmatan lil`alamin di muka bumi ini.
2.6.

Ideologi Global Muhammadiyah

2.6.1. Muhammadiyah dan Agama


Ideologi Muhammadiyah tentang agama telah dijelaskan dalam Matan Keyakinan dan Cita- Cita
Hidup Muhammadiyah (MKCHM) yang intinya adalah sebagai berikut: Muhammadiyah
berkeyakinan, bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para rasul-Nya sejak
Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada nabi penutup Muhammad
saw., sebagai hidayat dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin
kesejahteraan materiil dan spirituil duniawi dan ukhrawi.
Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan :
1. Al-Quran : Kitab Allah yang diwahyukan kepada NabiMuhammad saw.
2. Sunnah Rasul : Penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Quran yang diberikan oleh
nabi Muhammad saw dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
Dengan kata lain, Muhammadiyah berpedoman pada prinsip purifikasi dan dinamisasi dalam
memahami agama Islam.
Muhammadiyah juga bekerja untuk terlaksananya ajaran- ajaran Islam yang meliputi bidangbidang: aqidah, akhlak, ibadah dan muamalat duniawiyat.
Dalam hal aqidah secara global dan secara mendasar, Muhammadiyah merujuk pada Al Quran
surah Al Ikhlas: 1-4 dan QS. Al Furqon: 63-77. Sedangkan dalam bidang akhlaq, merujuk pada
QS. Al Qalam: 4, QS. Al Ahzab: 21, dan QS. Al Bayyinah: 5.
Dalam bidang ibadah, Muhammadiyah berdasarkan firman Allah SWT pada QS. Asy Syam:5-8,
QS. Ali Imron: 114 dan QS Al Ashr: 3. Sedangkan dalam bidang muamalah duniawiyah
merujuk pada QS. Al Baqarah: 30, QS. Shad: 27, QS. Ali Imron: 112 dan 142, QS. Al Insyiroh:
5-8 dan QS Al Qashas: 77.

2.6.2. Muhammadiyah dan Keummatan


Pada tahap awal pertumbuhannya, Muhammadiyah tidak membangun kongsi- kongsi dagang,
tetapi membangun sekolah sebanyak mungkin. Pertimbangannya sangat jelas yakni kebodohan
telah menjadi musuh terbesar umat Islam dan mustahil umat Islam dapat membangun masa
depan yang lebih baik bilamana kebodohan dan keterbelakangan tetap saja melekat lengket
dalam kehidupan umat Islam.
Olehkarena itulah Muhammadiyah dalam hal keummatan mempunyai doktrin yaitu
enlightenment atau pencerahan ummat Islam. Lewat doktrin tersebut, Muhammadiyah merintis
sekolah umum sebanyak- banyaknya, tidak hanya pesantren saja. Menarik untuk diingat anjuran
tokoh- tokoh Muhammadiyah agar ZIS (zakat, Infaq dan Shodaqoh) tidak saja disalurkan ke
masjid, tetapi kalau perlu lebih banyak disalurkan ke lembaga pendidikan.
Alasannya jelas, yakni umat Islam yang berjubel memadati masjid tidak akan pernah dapat
berangkat jauh bila mereka tetap terbelenggu dalam kebodohan dan keterbelakangan. Umat
Islam yang bodoh, demikian keprihatinan para tokoh Muhammadiyah sejak dulu, dapat berubah
posisi dari mayoritas kuantitatif menjadi mayoritas kualitattif.
Dalam mencerdaskan dan mencerahkan umat, Muhammadiyah menempuh tiga proses
pendidikan sekaligus, yakni talim, tarbiyah, dan tadib. Talim yaitu berusaha mencerdaskan
otak manusia. Tarbiyah yaitu mendidik perilaku yang benar. Sedangkan tadib yaitu
memperhalus adab kesopanan. Dengan kata lain, Muhammadiyah mencoba memasukkan nilainilai ke-Islaman dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Pada saat ini, bila kita perhatikan, hasil usaha Muhammadiyah dalam bidang pendidikan relatif
telah memuaskan. Santri bukan lagi mengandung seseorang yang lemah, bodoh, sarungan,
berwawasan sempit, serta mudah dipecundangi, tetapi sebaliknya, santri adalah sosok manusia
beragama, yang makin cerdas, dan kritis, menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi,
berwawasan luas dan sangat yakin diri. ICMI barangkali adalah salahsatu gambaran santri
modern, dan samapai batas tertentu, konstribusi Muhammadiyah dalam mengubah citra santri
lewat proses pencerahan itu tidak dapat diabaikan.
Adapun dasar Muhammadiyah dalam bidang ini adalah merujuk pada firman Allah SWT dalam
Al Quran surah At Taubah: 122, QS. An Nahl: 43, Al Qashas: 77, QS. Al Mujadilah: 11, QS. Al
Baqarah: 197, QS. Ali Imron: 190-191, QS. Al Maidah: 100, Ar Rad: 19-20, QS. Al Isro: 36
dan QS. Az Zumar: 18.

2.6.3. Muhammadiyah dan Sosial

Pada masa awal berdirinya Muhammadiyah, salahsatu cita- cita KHA. Dahlan dalam mendirikan
organisasi Muhammadiyah adalah untuk merentas masalah sosial pada masyarakat Indonesia,
salahsatunya adalah kemiskinan. Hal ini dapat disimpulkan dari kenyataan bahwa KHA. Dahlan
mengajarkan dalam setiap forum pengajian, surat Al Maun sampai para pendengarnya merasa
bosan sampai surat Al Maun itu mulai dipraktekkan dalam kenyataan oleh para anggota dan
simpatisan Muhammadiyah.
Bila dipadatkan dalam empat buah istilah, cita- cita sosial Muhammadiyah berkisar pada
ukhuwah, hurriyah, musawah, dan adaalah (persaudaraan, kemerdekaan, persamaan, dan
keadilan). Seperti sabda Rasulullah Saw, tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (ukhuwah). Didunia ini manusia bebas
merdeka untuk memilih jalan hidupnya namun ia akan bertanggungjawab sepenuhnya di
hadapan Allah (hurriyah). Sedangkan musawah berarti bahwa manusia punya kesamaan derajat
dengan manusia lain sehingga tidak boleh ada eksploitasi atas manusia, karena memang tidak
ada hubungan antar manusia yang berdasarkan inferioritas dan superioritas tertentu.
Sementara itu keadilan dalam arti luas menjadi pondasi paling dalam untuk tegaknya
persaudaraan, kemerdekaan, dan persamaan di atas. Demikian mendasarnya keadilan ini dalam
Islam, sehingga orang luar seringkali menyebut Islam sebagai religionof justice. Keadilan dalam
Islam bersifat komprehensif (menyeluruh), yaitu meliputi kehidupan sosial, hukum, politik,
ekonomi, dan lain sebagainya.
Muhammadiyah dalam prakteknya guna mencapai cita- cita sosial tersebut diatas, dapat kita liat
melalui amal usaha Muhammadiyah antara lain: PKU (Penolong Kesengsaraan Umum) yang
saat ini disebut juga Pusat Kesehatan Umat, PAYM (Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah),
LAZISMU (Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah), amal usaha pendidikan
dan PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah). Melalui bidang pendidikan ini pulalah
Muhammadiyah ingin mencetak ahli- ahli kesehatan, ahli hukum, pakar ekonom, dan lain
sebagainya. Seperti pesan dari KHA. Dahlan, pendiri Muhammadiyah, Jadilah engkau dokter,
guru, insyinyur, dll, dan kembalilah ke Muhammadiyah.
Adapun dasar Muhammadiyah dalam bidang ini adalah merujuk pada firman Allah SWT dalam
Al Quran surah Al Mauun: 1-7, QS. Ali Imron: 104 dan 110, QS. An Nisa: 58, QS. Al Anfal:
27, dan QS. Ibrahim: 7.

2.6.4. Muhammadiyah dan Politik Kebangsaan


Dalam mencapai cita- cita perjuangan untuk membangun masyarakat utama yang diridhoi Allah
SWT, Muhammadiyah menghindari kegiatan politik kenegaraan atau politik praktis.
Sebagaimana sejak didirikannya, Muhammadiyah tidak melakukan perjuangan politik praktis
untuk meraih kekuasaan di ranah negara sebagaimana halnya partai politik.
Muhammadiyah dengan menggariskan Khittahnya sebenarnya ingin menegaskan bahwa politik
tidak dapat dihimpitkan dengan dakwah. Demikian pula partai politik tidak dapat disatu-

paketkan dengan organisasi dakwah. Penghimpitan dan penyatuan politik dan dakwah sekilas
tampak ideal dan akan menghasilkan buah perjuangan yang positif tetapi jangka panjang justru
mengandung banyak masalah dan bom waktu konflik keagamaan sekaligus konflik politik.
Olehkarena itu, Muhammadiyah merumuskan dan melahirkan konsep kepribadian
Muhammadiyah pada tahun 1962. Salahsatu latar belakangnya, agar cara- cara dan karakter
perjuangan politik tidak masuk ke tubuh Muhammadiyah, serta Muhammadiyah lebih dapat
berkonsentrasi pada gerakan dakwah. Biarlah Muhammadiyah memfokuskan diri mengurus
dakwah dan tajdid di ranah masyarakat, sedangkan perjuangan politik kenegaraan secara terfokus
pula dilakukan oleh partai politik.
Muhammadiyah juga telah menetapkan kebijakan mengenai larangan rangkap jabatan tertentu
antara jabatan- jabatan penting di Persyarikatan dengan jabatan- jabatan penting di partai Politik.
Kebijakan Muhammadiyah tersebut tidak lain untuk membingkai gerakan Muhammadiyah agar
tetap dalam koridornya sebagai gerakan Islam yang berkiprah di lapangan dakwah
kemasyarakatan yang tidak berpolitik praktis di ranah perjuangan kekuasaan Negara.
Muhammmadiyah memiliki Pedoman Hidup Islami dalam kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. Selain Khittah Ujung Pandang dan Denpasar, Muhammadiyah juga merumuskan
pedoman sebagai acuan bagi tingkahlaku (mode for behavior) atau lebih konkret lagi acuan bagi
tindakan (mode for action) yang membingkai dan mengikat setiap anggota dalam kehidupan
poitik. Pedoman berpolitik (berbangsa dan bernegara) tersebut merupakan bagian dari seluruh
acuan Muhammadiyah yang terkandung dalam Pedoman HIDUP Islami Warga Muhammadiyah
(PHIWM) yang diputuskan dalam Muktamar ke-44 tahun 2000 di Jakarta. Kandungan isi dari
Pedoman Hidup Islami dalam Berbangsa dan Bernegara tersebut sebagai berikut:
Kehidupan dalam berbangsa dan bernegara
1) Warga Muhammadiyah perlu mengambil bagian dan tidak boleh apatis (masa bodoh)
dalam kehidupan politik melalui berbagai saluran secara positif sebagai wujud bermuamalah
sebagaimana dalam bidang kehidupan lain dengan prinsip-prinsip etika /akhlaq Islam dengan
sebaik-baiknya dengan tujuan membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
2) Beberapa prinsip dalam berpolitik harus ditegakkan dengan sejujur-jujurnya dan
sesungguh-sesungguhnya yaitu menunaikan manat (Q.S An-Nisa / 4 :5) dan tidak boleh
menghianati amanah ( Q.S. An-Nisa / 4 : 58), menegakkan keadilan, hukum, dan kebenaran
(Q.S. Al-Anfal / 8: 27), ketaatan kepada pemimpin sejauh sejalan dengan perintah Allah dan
Rasul (Q.S An-Nisa / 4 : 58), mengemban risalah Islam (Q.S Al-Anbiya / 21 :107), menunaikan
amar maruf, nahi munkar, dan mengajak orang untuk beriman kepada Allah (Q.S Ali Imran /
3:104,110), mempedomani Al-Quran dan Sunnah (Q.S An-Nisa /4: 108), mementingkn kesatuan
dan persaudaraan umat manusia (Q.S An-Nisa/ 4: 108), menghormati kebebasan orang lain (Q.S.
Al-Hujarat/49:13), menjauhi fitnah dan kerusakan (Q.S. Al-Balad/90:13) menghormati hak hidup
orang lain (Q.S. Al-Anam/ 6: 151), tidak berkhianat dan melakukan kezaliman (Q.S. Al-Furqan/
25:19, Al-Anfal/ 8:27), tidak mengambil hak orang lain (Q.S. Al-Maidah/5: 38), berlomba dalam
kebaikan (Q.S. Al-Baqarah/ 2:148), bekerja sama dalam kebaikan dan ketaqwaan serta tidak
bekerja sama (konspirasi) dalam melakukan dosa dan permusuhan (Q.S.Al-Midah/ 5: 2),

memelihara hubungan baik antara pemimpin dan warga (Q.S. An-Nisa/ 4: 57-58), memelihara
keselamatan umum (Q.S. At-Tubah/ 9:18), hidup berdmpingan dengan baik dan damai (Q.S. Ali
Imran/3:104, Al- Qashsash/ 28:77), tidak melakukan fasad dan kemungkaran (Q.S. Ali Imran/ 3:
104, Al-Qashash/ 28:77), mementingkan ukhwah Islamiyah (Q.S. Ali Imran/3: 103), dan prinsipprinsip lainnya yang maslahat, ihsan dan isalah.
3) Berpolitik dalam dan demi kepentingan umat dan bangsa sebagai wujud ibadah kepada
Allah dan islah serta ihsan kepada sesama, dan jangan mengorbankan kepentingan yang lebih
luas dan utama itu demi kepentingan diri sendiri dan kelompok yang sempit.
4) Para politisi Muhammadiyah berkewajiban menunjukkan keteladanan diri (uswah
hasanah) yang jujur, benar, dan adil serta menjauhkan diri dari perilku politik yang kotor,
membawa fitnah fasad (kerusakan), dan hanya mementingkan diri sendiri.
5) Berpolitik dengan kesalehan, sikap positif, dan memiliki cita-cita bagi terwujudnya
masyarakt Islam yang sebenar-benarnya dengan fungsi amar maruf dan nahi munkar yang
tersisitem dalam satu kesatuan imamah yang kokoh.
6) Menggalang silaturrahmi dan ukhwah antar politisi dan kekuatan politik yang digerakkan
oleh politisi Muhammadiyah secara cerdas dan dewasa.
Adapun kebijakan larangan rangkap jabatan, pimpinan pusat Muhammadiyah telah
memberlakukannya sebagaimana ditetapkan dalam Khittah Ujung Pandang tahun 1971, yang
beberapa kali diperbaiki dan disempurnakan oleh PP. Muhammadiyah. Dengan kata lain bukan
merupakan kebijakan yang baru dan selama ini telah terbukti berlaku secara efktif di lingkungan
Muhammadiyah. Dalam prakteknya karena situasi dan pertimbangan khusus terkadang ada
keringanan tertentu yakni memperoleh izin kepada PP. Muhammadiyah untuk diperbolehkan
merangkap jabatan tetapi sifatnya terbatas dan benar- benar diperlukan. Namun tidak sampai ada
penolakan terhadap kebijakan Muhammadiyah tersebut.
Kebijakan Muhammadiyah tersebut terkandung dalam Keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah nomor 101/KEP/I.0/B/2007 tentang Ketentuan Jabatan di Lingkungan
Persyarikatan yang Tidak Dapat Dirangkap dengan Jabatan Lain yang dikeluarkan tanggal 15
Rajab 1428 H bertepatan dengan 30 Juli 2007 M.

2.6.5. Muhammadiyah dan Seni Budaya


Muhammadiyah memandang bahwa Islam adalah agana fitrah, yang tidak bertentangan dengan
fitrah manusia. Islam bahkan mengatur dan mengarahkan fitrah manusia itu untuk kemuliaan dan
kehormatan manusia sebagai makhluk Allah SWT.
Rasa seni merupakan penjelmaan rasa keindahan dalam diri manusia yang harus dipelihara dan
disalurkan dengan baik dan benar sesuai dengan jiwa dan ajaran Islam.

Berdasarkan keputusan Munas Tarjih ke-22 tahun 1995 ditetapkan bahwa karya seni hukmnya
mubah (boleh) selama tidak mengarah atau mengakibatkan fasad (kerusakan), dlarar (bahaya),
isyyan (kedurhakaan) dan baidanillah (terjauhnya dari Allah; maka pengembangan kehidupan
seni harus sejalan dengan etika atau norma- norma Islam sebagaimana dituntunkan tarjih
tersebut.
Begitupulah seni rupa, seni suara, seni sastra, dan seni pertunjukan pada dasarnya mubah (boleh)
serta menjadi haram (terlarang) manakala membawa kemusyrikan dan melanggar norma agama
Islam.
Setiap warga Muhammadiyah baik dalam menciptakan maupun menikmati seni dan budaya
selain dapat menumbuhkan perasaan halus dan keindahan juga menjadikan seni budaya sebagai
sarana dakwah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Adapun dasar Muhammadiyah dalam bidang ini adalah merujuk pada firman Allah SWT dalam
Al Quran surah Ar Rum: 30.

You might also like