Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
luka berat 6.142 orang dan luka ringan dengan fraktur sebanyak 8.694 orang
(Http://penjelajahwaktu.blogspot.com/2007/09/artikel-trauma-pada-kecelakaanlalu.html). Sedangkan data yang diperoleh dari RSU Unit Swadana Dr. R.
Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro pada tahun 2006 diketahui insiden
terjadinya fraktur akibat kecelakaan 503 orang, pada tahun 2007 668 orang.
Di Ruang Anyelir pada satu bulan terakhir ada 27 pasien post operasi fraktur
ekstremitas (Medical Record RSU Unit Swadana Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro, April 2008), dari survey awal pada 5 pasien didapatkan 2 (40%)
pasien mengerti tentang pelaksanaan mobilisasi post operasi fraktur ekstremitas.
Salah satu sebab pentingnya pengetahuan klien dalam pelaksanaan
mobilisasi adalah setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji
pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti darah dan saraf. Dampak
yang bisa terjadi apabila kurangnya pengetahuan tentang mobilisasi dapat
mengakibatkan masalah yang serius antara lain mobilisasi yang diberikan sebelum
terjadi union maka kemungkinan terjadinya union sangat besar dan imobilisasi
yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang
akan mengganggu penyembuhan fraktur, sehingga hal ini sangat mempengaruhi
proses dari fraktur itu sendiri (Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi : 102). Disamping
itu motivasi juga dapat mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi karena motivasi
merupakan proses pembangkitan gerak agar seseorang bergerak untuk melakukan
sesuatu.
Mengingat banyaknya masalah di atas maka pengetahuan klien tentang
mobilisasi sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan lunak
seperti darah dan saraf juga membantu mempercepat proses penyembuhan pada
pasien fraktur dengan cara-cara mobilisasi meliputi flexi dan ekstensi jari-jari,
insersi dan efersi kaki, flexsi dan ekstensi pergelangan kaki, flexsi dan ekstensi
lutut (Ereeves). Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang mobilisasi dengan motivasi
pelaksanaan mobilisasi post operasi fraktur ekstremitas di Ruang Anyelir RSU
Unit Swadana Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Tahun 2008.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang mobilisasi dengan
motivasi pelaksanaan mobilisasi post operasi fraktur ekstremitas di Ruang Anyelir
RSU Unit Swadana Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Tahun 2008 ?
1.3
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang mobilisasi dengan
Tujuan Khusus
1.4
1.4.1
Manfaat Penelitian
Bagi Responden
Untuk membantu peningkatan pemahaman mobilisasi pada pasien post
Bagi Institusi
Memberikan informasi bagi istitusi yang berwenang tentang pelaksanaan
Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman pertama
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas tentang teori sebagai landasan dalam penelitian
meliputi konsep pengetahuan, konsep mobilisasi, konsep motivasi, konsep
perawatan post operasi, konsep fraktur ekstremitas, kerangka konsep dan hipotesa.
2.1
Konsep Pengetahuan
2.1.1
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
suatu
: 127). Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
2.1.2
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat,
yakni :
2.1.2.1 Tahu atau know
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya.
2.1.3
dan apabila
kemungkinan
tersebut
tidak berhasil,
dicoba
3.
4.
2.1.4.1 Pendidikan
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin
baik pula tingkat pengetahuannya (Nursalam, 2001 : 163), dan pendidikan itu
sendiri adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan
orang lain menuju kearah cita-cita tertentu (Nursalam, 2001 : 132 ).
2.1.4.2 Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam, 2001 : 134 ).
2.1.4.3 Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Bekerja pada umumnya adalah
keluarga yang menyita waktu bekerja akan mempengarugi terhadap kehidupan
keluarga (Nursalam dan Siti Pariani, 2001 : 133).
2.1.4.4 Pendapatan
Penghasilan yang rendah akan mengurangi kemampuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan lainnya, seperti kebutuhan keluarga mereka terhadap
gizi, perumahan dan lingkungan sehat, pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya. Jelas semuanya itu akan dengan mudah dapat menimbulkan penyakit
(Effendy N, 1998 : 40).
2.2
2.2.1
Konsep Mobilisasi
Pengertian mobilisasi
Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk dapat
10
2.2.2
Tujuan mobilisasi
Status mobilisasi mempunyai kesehatan mental dan efektifitas fisik tubuh.
mobilisasi adalah :
2.2.3.1 Tingkat perkembangan tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuskuler dan tubuh
secara proporsional, pastur, pergerakan dan reflek akan berfungsi secara optimal.
2.2.3.2 Kesehatan fisik
Penyakit, cacat tubuh dan immobilisasi akan mempengaruhi pergerakan
tubuh.
2.2.3.3 Keadaan nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan obesitas dapat
menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.
2.2.3.4 Gaya Hidup
Beberapa budaya menilai aktivitas fisik itu lebih penting dari yang lain, gaya
hidup ini bermula. Beberapa anak dianjurkan keluarga untuk bermain di luar
sedangkan yang lain menghabiskan waktu untuk menonton televisi, beberapa
orang ikut berpartisipasi pada aktivitas fisik yang reguler untuk menjaga atau
meningkatkan kesehatan mereka.
10
11
2.2.3.5 Ketidakmampuan
Menurut Tarwoto (2003 : 69) ketidakmampuan merupakan sebuah disfungsi
mental atau fisik atau kelemahan yang menghambat seseorang melakukan
aktivitas yang normal dari hidup dan pekerjaan. Kelemahan fisik dan mental yang
menghalangi seseorang untuk melaksanakan aktifitas kehidupan ada 2 macam :
1. Ketidakmampuan primer
Disebabkan langsung oleh karena penyakit atau trauma.
Contoh : paralisis atau karena injuri spinal curd.
2. Ketidakmampuan sekunder
Dampak atau akibat ketidakmampuan primer.
Contoh : kelemahan otot karena bedrest.
2.2.4
Mekanika tubuh
Mekanika tubuh menurut Priharjo Robert (1993 : 7) adalah :
tubuh
dalam
mempertahankan
kemampuan benda.
2.2.5
Manfaat Mobilisasi
11
keseimbangan
seperti
12
Pelaksanaan Mobilisasi
Lama mobilisasi
Minimal 15 menit - 2 jam tergantung pada kebutuhan klien.
2.
Frekuensi mobilisasi
2-12 kali tiap hari tergantung kebutuhan klien.
3.
Cara mobilisasi
Ada enam posisi tubuh yang dapat digunakan yaitu :
1) Terlentang.
2) Miring kanan.
3) Miring kiri.
4) Tengkurap.
5) Sim kanan.
6) Sim kiri.
2.3
2.3.1
Konsep Motivasi
Pengertian Motivasi
12
13
Motif adalah suatu istilah-istilah psikologis yang berasal dari bahasa Latin
movere. Menurut Branca (Mahli Syarkawi, 2000 : 15) movere berarti bergerak.
Selanjutnya pengertian motif lebih banyak dihubungkan dengan faktor penyebab
timbulnya aktifitas dalam suatu proses terjadinya aktifitas itu sendiri.
Hal tersebut sesuai seperti yang dinyatakan oleh Withaker (Mahli Syarkawi,
2000 : 17) bahwa motif adalah kondisi internal yang membuat orang aktif dan
mengarahkannya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagian ahli berpendapat
bahwa istilah motif dan motivasi mengandung pengertian yang sama. Namun
sebagian lagi berpendapat berbeda. Menurut Atkinson yang dikutip (Mahli
Syarkawi, 2000 : 15) mengartikan motivasi sebagai perwujudan motif yang
berbentuk tingkah laku yang nyata. Pendapat yang sedikit berbeda ialah pendapat
Muharli (Mahli Syarkawi, 2000:15) yang mengatakan motif adalah alasan atau
dorongan yang menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu, sedangkan
motivasi adalah proses pembangkitan gerak agar seseorang bergerak untuk
melakukan sesuatu.
Pengertian tersebut mengandung tiga elemen penting sebagai berikut :
1. Bahwa motivasi ini mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa energi di
dalam system Neurophysiological yang ada pada organisme manusia, karena
menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu sendiri muncul
dari dalam diri manusia). Penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik
manusia.
13
14
2.3.2
14
15
mengetahui kekuatan dari motivasi itu. Sebagai aspek psikologis, motivasi tidak
dapat diukur secara langsung, melainkan hanya diukur gejala dari motivasi itu
yang dinamakan tingkah laku. Dengan demikian untuk mengetahui kekuatan
motivasi seseorang, juga dengan mengamati perilaku mereka yang berkaitan
dengan aktifitas-aktifitas pelaksanaan mobilisasi.
Telah banyak para ahli mengadakan penyelidikan untuk menemukan cara
mengukur intensitas atau kekuatan motif dan motivasi, di antaranya Skinner
dengan menggunakan metode penghalang atau obstruction methode.
Dari hasil eksperimen itu Skinner (Mahli Syarkawi, 2000 : 16) mengambil
kesimpulan bahwa kekuatan motivasi dapat diukur dengan mengamati atau
15
16
Teori Motivasi
16
17
Teori ini mengatakan bahwa tingkah laku seseorang didorong kearah suatu
tujuan tertentu karena adanya suatu kebutuhan. Dorongan tersebut adalah sesuatu
yang dibawa sejak lahir atau bersifat intrinsik. Dorongan dapat dipelajari dan
berasal dari pengalaman-pengalaman dimasa lalu, sehingga berbeda untuk tiap
orang (Morgan at.al, 1996 : 8).
2.3.5
Bentuk-bentuk Motivasi
Menurut Mahli Syarkawi (2000 : 18) bentuk-bentuk motivasi adalah :
Motivasi bawaan
Adalah motivasi yang dibawa sejak lahir, motivasi itu ada tanpa dipelajari.
Motivasi ini seringkali disebut motivasi yang disyaratkan secara biologis
(Physiological Driver), misalnya dorongan untuk makan, dorongan untuk
bekerja dan lain-lain.
2.
Motivasi Intrinsik
17
18
Motivasi Ekstrinsik
Adalah motivasi yang menimbulkan aktifitas pelaksanaan mobilisasi yang
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak mutlak
berkaitan dengan aktifitas pelaksanaan mobilisasi. Motivasi ekstrinsik timbul
bukan berasal dari dirinya, akan tetapi terjadi karena adanya pengaruh dari
luar. Motivasi ini memberikan dampak yang kurang baik terhadap aktifitas
pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi. Ia pelaksanaan mobilisasi bukan
semata ingin memahami suatu pelajaran secara hakiki, akan tetapi ia
pelaksanaan mobilisasi karena adanya pengaruh dan rangsangan dari luar
dirinya yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan aktifitas pelaksanaan
mobilisasi. Rangsangan dari luar itu dapat berupa penghargaan, pujian,
imbalan dan lain sebagainya.
2.3.6
18
19
1.
2.
Kebutuhan akan keamanan, seperti terlindung, bebas dari ketakutan dan lainlain.
Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dan dihargai dalam suatu
kelompok.
2.
2.3.7
Ciri-ciri Motivasi
Menurut Azwar (1999 : 150) ciri-ciri orang yang memiliki motivasi
19
20
adalah :
1. Dengan tehnik verbal
2. Tehnik tingkah laku (meniru, mencoba, menerapkan)
3. Tehnik intensif dengan cara mengambil kaidah yang ada.
4. Supervisi
(kepercayaan
akan
suatu
cara
logis,
namun
membawa
keberuntungan)
5. Citra atau image yaitu dengan imagenasi atau daya khayal yang tinggi maka
individu termotivasi.
2.4
Jember.http://www.blogger.com/email-post.g?blogID=5565340717432598598&
post ID=322244381720216687)
2.4.1
20
21
21
22
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu posisi
ke posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi
lateral ke posisi terlentang. Bahkan memindahkan pasien yang telah dianastesi ke
brankard dapat menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga. Untuk itu pasien
harus dipindahkan secara perlahan dan cermat. Segera setelah pasien dipindahkan
ke barankard atau tempat tidur, gaun pasin yang basah (karena darah atau cairan
lainnya) harus segera diganti dengan gaun yang kering untuk menghindari
kontaminasi. Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti dan
diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk
mencegah terjadi resiko injury.
2.4.4
ruang pulih sadar (Recovery Room : RR) sampai kondisi pasien stabil, tidak
mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang
perawatan (bangsal perawatan).
PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini
disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk ;
1. Perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat anastesi)
2. Ahli anastesi dan ahli bedah
3. Alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.
Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang ada diantaranya adalah alat
bantu pernafasan : oksigen, laringoskop, set trakheostomi, peralatan bronkhial,
kateter nasal, ventilator mekanik dan peralatan suction.
22
23
2.4.5
2.4.5.1 Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok hipovolemik,
syok nerogenik jarang terjadi. Tanda-tanda syok secara klasik adalah pucat, kulit
dingin, basah, pernafasan cepat, sianosis pada bibir, gusi dan lidah, nadi cepat,
lemah dan bergetar, penurunan tekanan darah dan irine pekat
2.4.5.2 Perdarahan
Penatalaksanaan perdarahan seperti halnya pada pasien syok. Pasien
diberikan posisi terlentang dengan posisi tungkai kaki membentuk sudut 20
derajat dari tempat tidur sementara lutut harus dijag tetap lurus.
Penyebab perdarahan harus dikaji dan diatasi. Luka bedah harus selalu
diinspeksi terhadap perdarahan. Jika perdarahan terjadi, kassa steril dan balutan
yang kuat dipasangkan dan tempat perdarahan ditinggikan pada posisi ketinggian
jantung. Pergantian cairan koloid disesuaikan dengan kondisi pasien.
2.4.5.3 Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada pembuluh
darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa ditimbulkan adalah
embolisme pulmonari dan sindrom pasca flebitis.
23
24
24
25
2.5
2.5.1
Konsep Fraktur
Pengertian Fraktur (patah tulang)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
Etiologi fraktur
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrim. Meskipun tulang patah
jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan, lunak,
perdarahan ke otot dan sendi, doslokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan
kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cidera akibat gaya
yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen.
2.5.3
Klasifikasi fraktur
25
26
Derajat II
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
26
27
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur,
kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisus atau fraktur impaksi
atau permukaan patahan saling terdesak ke tempat lain. Diagnosis fraktur
bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan sinar X pasien. Biasanya
pasien mengeluh mengalami cidera pada daerah tersebut (Suddart & Brunner,
2002 : 2257-2359).
2.5.5
Penatalaksanaan
Fraktur biasanya menyertai trauma, untuk itu sangat penting untuk
melakukan pemeriksaan terhadap jalan nafas atau air way, proses pernafasan atau
breathing, sirkulasi atau circulation, apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah
dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan pantang ditanyakan untuk
mengetahui berapa lama sampai di rumah sakit, mengingat golden periode 1-6
jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto
radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain
memudahkan proses pembuatan foto (Mansjoer Arif, 2000 : 348).
2.5.6
Penyembuhan Fraktur
Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh
darah yang robek.
2.
3.
27
28
2.
3.
4.
5.
2.
3.
Jika terlihat massa kallus pada X-Ray berarti fraktur teraba telah menyatu.
4.
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu.
2.
3.
2.
3.
2.6
Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir
28
29
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :
1. Usia.
2. Pendidikan.
3. Pekerjaan.
4. Penghasilan
Perawatan Post
operasi
Mobilisasi :
1. Pengertian mobilisasi
2. Tujuan mobilisasi
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
mobilisasi
4. Mekanika tubuh
5. Manfaat Mobilisasi
6. Waktu pelaksanaan
mobilisasi.
7. Frekuensi mobilisasi.
8. Cara mobilisasi
Tingkat pengetahuan
pasien tentang mobilisasi:
1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
4.
5.
6.
Baik
Analisis
Sintesis
Evaluasi
Baik
Cukup
Cukup
Kurang
Kurang
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
29
30
Hipotesa adalah suatu asumsi pernyataan tentang hubungan antara dua atau
lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam riset
(Nursalam, 2001 : 34).
H0 : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang mobilisasi dengan
motivasi pelaksanaan mobilisasi post operasi fraktur ekstremitas di Ruang
Anyelir RSU Unit Swadana Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro
Tahun 2008.
30
31
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode adalah merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan menggunakan tehnik
serta alat-alat tertentu (Notoatmodjo S, 2002 : 3). Pada bab ini akan diuraikan
tentang desain penelitian, kerangka kerja (frame work), populasi, sampel,
sampling dan waktu penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, tehnik
pengumpulan data, masalah etika dan keterbatasan.
3.1
Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting yang memungkinkan
31
32
3.2
Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti (subjek
penelitian), variabel yang akan diteliti dan variabel yang mempengaruhi dalam
penelitian, ini dapat digambarkan :
Populasi : Seluruh pasien post operasi fraktur ekstremitas di Ruang Anyelir RSU Unit
Swadana Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Tahun 2008,
sebanyak 27 responden.
Sampel
: Seluruh pasien post operasi fraktur ekstremitas di Ruang Anyelir RSU Unit Swadana
Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Tahun 2008, sebanyak 27 responden
yang memenuhi kriteria inklusi.
Sampling
Total sampling
Identifikasi variabel
Variabel Independent :
Pengetahuan pasien post ops fraktur
ekstremitas tentang mobilisasi
Variabel dependent :
Motivasi pelaksanaan mobilisasi pasien
post operasi fraktur ekstremitas
33
3.3
3.3.1
Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang akan
diteliti (Nursalam, 2003 : 93). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
post operasi fraktur ekstremitas di Ruang Anyelir RSU Unit Swadana Dr. R.
Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Tahun 2008, sebanyak 27 responden.
3.3.2
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (Nursalam, 2003 : 95), yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi yaitu
karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau
yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien post operasi
fraktur ekstremitas di Ruang Anyelir RSU Unit Swadana Dr. R. Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro Tahun 2008 yaitu sebanyak 27 responden yang
memenuhi kriteris inklusi.
Menurut Arikunto (2002 : 112) apabila populasi kurang dari 100, maka
sampel diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Pada penelitian ini sampel adalah jumlah populasi yang memenuhi kriteria
inklusi.
Kriteria inklusi adalah karateristik sampel yang dapat dimasukkan atau yang
layak untuk diteliti adalah :
1. Pasien dengan post operasi fraktur ekstremitas.
2. Pasien yang bersedia diteliti.
3. Pasien yang bersedia menandatangani informed consent.
33
34
3.3.3
Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dalam populasi untuk mewakili
3.4
Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu
kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda yang dimiliki oleh kelompok
tersebut (Nursalam, 2001 : 41).
3.4.1
Variabel independent
Variabel independent adalah stimulasi aktivitas yang menipulasi oleh
Variabel dependent
Variabel dependent adalah variabel yang nilainya di tentukan oleh variabel
lain (Nursalam, 2003 : 102). Variabel dependent pada penelitian ini adalah
motivasi pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi fraktur ekstremitas.
3.5
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
34
35
Variabel
dependen :
Motivasi
pelaksanaan
mobilisasi
pasien post
operasi
fraktur
ekstremitas.
3.6
3.6.1
Motivasi
pelaksanaan
mobilisasi pada
pasien post
operasi fraktur
ekstremitas.
Indikator
Alat Ukur
Skala
Skor
Pengetahuan pasien
tentang :
1. Pengertian
mobilisasi.
2. Tujuan
mobilisasi.
3. Faktor yang
mempengaruhi
mobilisasi.
4. Mekanika
tubuh.
5. Manfaat
mobilisasi.
Kuesioner
Ordinal
Pelaksanaan
mobilisasi selama
15 menit-2 jam
dengan posisi :
1. Terlentang.
2. Miring
kanan.
3. Miring kiri.
4. Tengkurap.
5. Sim kanan.
6. Sim kiri.
Kuesioner
Ordinal
Ya : 1
Tidak : 0
Dengan kriteria :
1. Pengetahuan baik, bila
responden bisa
menjawab ya 4-5
pertanyaan (76-100%).
2. Pengetahuan cukup,
bila responden bisa
menjawab ya 3
pertanyaan (56-75%).
3. bila responden bisa
menjawab ya 2
pertanyaan ( 55%).
Ya : 1
Tidak: 0
Dengan Kriteria :
1. Pelaksanaan baik, bila
responden bisa
menjawab ya 8-10
pertanyaan (76-100%).
2. Pelaksanaan cukup,
bila responden bisa
menjawab ya 6-7
pertanyaan (56-75%).
3. Pelaksanaan kurang,
bila responden bisa
menjawab ya 5
pertanyaan ( 55%).
35
36
2. Waktu penelitian
36
37
Penelitian dan mulai pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai
dengan Juli Tahun 2008.
3.6.2
Analisa data
3.6.2.1 Editing
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan data yang
telah dikumpulkan. Juga memonitor jangan sampai terjadi kekosongan data yang
dibutuhkan.
3.6.2.2 Coding
Setiap responden diberi kode sesuai dengan nomor urut responden. Untuk
jawaban data variabel independent pengetahuan pasien post operasi fraktur
ekstremitas tentang mobilisasi baik diberi kode 3, cukup diberi kode 2 dan kurang
diberi kode 1. Sedangkan variabel motivasi pelaksanaan mobilisasi pasien post
operasi fraktur ekstremitas, Baik di beri kode 3, cukup diberi kode 2 dan kurang
diberi kode 1.
3.6.2.3 Skoring
Pada variabel independent, diberi skor 0 jika jawaban tidak dan diberi skor 1
jika jawaban ya. Dan pada variabel dependent di beri skor 1 jika mobilisasi baik
dan skor 2 jika mobilisasi tidak baik. Dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
N
Sp
x100%
Sm
Keterangan :
N
Sp
Sm
37
38
Setelah
dilakukan
prosentase,
kemudian
tingkat
pengetahuan
di
interpretasikan dengan :
1.
Baik
2.
3.
3.6.2.4 Tabulating
Dari pengelolaan data yang dilakukan kemudian dimasukkan dalam tabel
distribusi yang dikonfirmasikan dalam bentuk prosentase dan narasi kemudian
dilakukan tabulasi silang untuk mengetahui hubungan antara variabel independent
dan dependent. Dan hasil penelitian didistribusikan ke dalam tabel. Uji korelasi
pada penelitian ini menggunakan uji korelasi spearmans rho dengan tehnik
komputerisasi SPSS 12 dengan taraf siginifikasi 0,05 dimana H 0 ditolak jika nilai
signifikasi lebih kecil dari taraf nyata ( = 0,05). Spearmans rho akan
menunjukkan korelasi antara dua gejala ordinal.
Untuk indeks korelasi dapat diketahui 4 hal, yaitu :
1. Arah korelasi
Dinyatakan dalam tanda + (plus) dan (minus), tanda (minus) menunjukkan
adanya korelasi sejajar berlawanan arah.
2. Ada tidaknya korelasi
Dinyatakan dalam rangka pada indeks. Betapapun kecilnya indeks korelasi
jika bukan 0,000 dapat diartikan bahwa kedua variabel yang dikorelasikan
terdapat adanya korelasi.
38
39
Interpretasi
Tinggi
Cukup
Agak rendah
Rendah
Sangat rendah
Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada
menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang mungkin
terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika klien dengan post operasi
fraktur bersedia diteliti, maka klien harus menandatangani lembar persetujuan
tersebut dan bila klien menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa
dan tetap menghormati hak-haknya.
3.7.2
39
40
3.7.3
Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.
3.8
3.8.1
Keterbatasan
Pengumpulan data dengan kuesioner memungkinkan jawaban kurang valid
karena lebih banyak dipengaruhi oleh sikap dan harapan-harapan pribadi yang
bersifat subyektif, sehingga hasilnya kurang mewakili secara kwalitatif).
3.8.2
jumlahnya, biaya yang tersedia serta kemampuan peneliti yang masih sangat
terbatas (peneliti pemula), sehingga hasil yang diharapan kurang sempurna dan
kurang memuaskan.
40