Professional Documents
Culture Documents
BAB 1. PENDAHULUAN
Ulkus Dekubitus
2.1.1
Definisi
Ulkus dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di
Etiologi
Ulkus dekubitusdisebabkan oleh tekanan yang cukup kuat dalam jangka
waktu lebih pendek atau dengan tekanan yang rendah dalam jangka waktu yang
lebih lama sehingga mengganggu jalannya aliran darah ke kapiler. Kebutuhan
oksigen dan nutrisi jaringan juga terganggu.Tekanan ini lebih besar dari tekanan
arteri yang menyebabkan gangguan aliran darah sehingga terjadi iskemia dan
kerusakan jaringan.Tekanan darah kapiler berkisar antara 16-33 mmHg. Pada usia
lanjut yang mengalami immobilisasi tidak dapat merubah posisi, maka tekanan
pada sakrum akan terjadi sekitar 6070 mmHg atau tumit sekitar 35-45 mmHg,
tekanan ini melebihi tekanan kapiler sehingga berakibat timbulnya daerah iskemia
yang bila berlanjut akan terjadi nekrosis sehingga timbul ulkus decubitus. Daerah
yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah sacrum, tumit, tuberosita ischail,
trochanter major dan malleolus lateral (Nuralia, dr. Gadis.2012).Menurut Bouten,
ulkus dekubitus disebabkan oleh 3 teori, teori pertama karena tekanan yang terus
sering terjadi ulkus dekubitus adalah sakrum, tumit, tuberosita ischial, trochanter
major dan malleolus lateral.Berikut gambar 2.2.1 lokasi yang paling sering terjadi
ulkus dekubitus
Gambar 2.1 Lokasi dan Persentase Ulkus Dekubitus. 1: studi Yeoman dan Hardy,
2: studi Dansereaou
2.1.3
Epidemiologi
Faktor Resiko
Terdapat 2faktor resiko pada ulkus dekubitus, faktor ekstrinsik dan faktor
intrinsik. Faktor ekstrinsik atau faktor dari lingkungan terdiri dari tekanan,
gesekan, kelembapan, panas, tinggal lama di internal care unit, istirahat dalam
waktu lama, menjalani proses operasi dalam waktu lama, dan menunggu waktu
operasi dalam waktu yang lama.Sedangkan pada faktor intrinsik berhubungan
dengan struktur, fungsi tubuh dan faktor personal. Faktor tersebut meliputi
malnutrisi, diabetes mellitus, memiliki riwayat memiliki ulkus dekubitus
sebelumnya, riwayat kandung kencing dan buang air besar inkontinen, usia lanjut,
penyakit kardiovaskular, penyakit saluran pernafasan, terganggunya persepsi
sensoris, serum albumin yang rendah, kadar hemoglobin yang rendah,
menurunnya status mental, jenis kelamin, patah tulang, edema, penyakit kritis,
menurunnya aliran darah, stroke, terganggunya mobilitas, dan berat badan
(Campbell,2009).
Sedangkan menurut Hartman, faktor resiko untuk ulkus decubitus dibagi
menjadi faktor resiko primer dan faktor resiko sekunder.Faktor resiko primer
terdapat pada orang yang mengalami imobilisasi. Imobilisasi sendiri ada 2
kriteria, imobilisasi total dan imobilisasi relative. Pada kasus imobilisasi total
apabila pergerakan spontan sudah tidak didapatkan, contohnya pada pasien tidak
sadar, pasien dengan bius total. Sedangkan imobilisasi relative didapatkan gerakan
spontan didapatkan terbatas, contohnya karena pengaruh obat yang ada efek
mengantuk/sedasi, patah tulang, sakit parah, multiple sclerosis, paraplegia,
hemiplegia, dan polyneuropathy. Sedangkan pada faktor resiko sekunder, meliputi
tidak cukupnya aliran darah ke kulit, demam, inkontinesia, keadaan umum yang
lemah, dan penuaan fisiologis pada kulit (Hartmann AG,2008).
Berikut tabel pembagianfactor resiko dari ulkus decubitus.
Tabel 2.1. Faktor Resiko Ulkus Dekubitus (Bluestein, Am Fam
Physician:2008;78(10):1186-1194)
Intrinsik
Ekstrensik
Mobilitas terbatas
Penekanan dari permukaan yang keras
Spinal cord injury
(tempat tidur, kursi roda, tandu)
Gesekan karena ketidakmampuan pasien
Cerebrovascular accident
bergerak di tempat tidur
Gangguan neurologi progresif(Parkinson,
Pergeseran karena pergerakan otot
Alzheimer, multiple sclerosi)
Nyeri
Kelembapan
Fraktur
Inkontinensia urin atau alvi
Perawatan setelah operasi
Keringat berlebihan
Koma atau tidur
Aliran udara pada luka
Arthropathies
Nutrisi Buruk
Anoreksia
Dehidrasi
Geligi yang buruk/tidak sehat/tidak bergigi
Keterbatasan diet/gizi
Lemahnya indera penciuman dan pengecap
Kemiskinan atau kurangnya asupan
makanan
Komorbiditas
Diabetes mellitus
Depresi atau psikosis
Vasculitis atau penyakit vaskuler kolaen
lainnya
Penyakit vaskuler perifer
Penurunan sensasi nyeri
Immunodefciency atau penggunaan terapi
kortikosteroid
Gagal jantung kongesti
Keganasan
Gagal ginjal
Penyakit paru obstruktif kronik
Dementia
Aging skin
Elastisitas menurun
Aliran darah kulit menurun
Perubahab pH kulit
Flattening of rete ridges
Hilangnya lemak subkutan
Aliran darah dermal-epidermal menurun
Sedangkan menurut Braden dan Bergstrom (1987) dalam Handayani (2010) faktor
faktor yang berhubungan dengan resiko terjadinya ulkus decubitus diuraikan
sebagai berikut :
2.1.4.1 Faktor Tekanan
Efek patologis tekanan yang berlebihan dihubungkan dengan intensitas tekanan
dan
durasi tekanan
2.1.4.1.1 Intensitas Tekanan
Intensitas tekanan menggambarkan besarnya tekanan antar muka
kulit bagian luar dengan permukaan matras. Jika tekanan antar muka
melebihi tekanan kapiler maka pembuluh kapiler akan kolaps dan
selanjutnya jaringan akan hipoksia dan iskemi. Tekanan kapiler rata rata
diperkirakan 32 mmHg di arteriol, 30 40 mmHg di akhir arteri, 25
mmHg di pertengahan arteri, 12 mmHg di vena, dan 10-14 mmHg di
bagian akhir vena. Lindan (1961) dalam Bryant (2007) mengukur tekanan
antar muka laki laki dewasa sehat dalam posisi supine, prone, sidelying
dan duduk di atas bed percobaan mendapatkan data tekanan antar muka
antara 10 0 100 mmHg. Tekanan antar muka 300 mmHg ditemukan pada
posisi duduk tanpa alas kursi (Kosiak dalam Bryant, 2000). Pada individu
sehat, tekanan antar muka tidak selalu akan mengakibatkan hipoksia
karena individu sehat mempunyai kemampuan mengenali sensasi dengan
baik sehingga mampu berpindah posisi ketika merasa tidak nyaman, tapi
pada individu yang tidak mampu mengenali sensasi ataupun tidak mampu
10
berkisar pada batas batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita
imobilisasi pada tempat tidur secara pasif dan berbaring di atas kasur busa biasa
maka tekanan daerah sacrum akan mencapai 60 70 mmHg, dan daerah tumit
mencapai 30 45 mmHg. Tekanan ini akan menimbulkan daerah iskemik dan bila
berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan
bahwa sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversible bila kurang dari 2
jam. Seseorang yang terpaksa berbaring berminggu minggu tidak akan mengalami
dekubitus selama dapat berganti posisi perjamnya (Ichwani, 2011).
Selain faktor tekanan ada beberapa faktor lain yang dapat memengaruhi
timbulnya dekubitus yaitu sebagai berikut :
-
Pada penderita usia lanjut yang cachectis atau sangat kurus, kulit pada
daerah yang terkena yang terkena tekanan dapat terlipat oleh karena
gesekan dengan alas tempat tidur sehingga kulit seakan akan tertinggal
dari bagian tubuh yang lain (Ichwani, 2011).
11
TEKANAN
Hipoksia jaringan
Pallor
ULKUS DEKUBITUS
Tekanan menetap
Tekanan dihilangkan
Perfusi buruk
Hiperemia Reaktif
Iskemi Jaringan
Edema
jaringan
Hipoksia berubah
Resolusi
Kebocoran
kapiler karena
permeabilitas
meningkat
Akumulasi
sampah metabolik
Akumulasi protein di
ruang interstitial
meningkat
12
13
(AHCPR)(Firdausi,2011).
Nama penderita
Tanggal
Kondisi Fisik
Baik
4
Lumayan
3
Buruk
2
Sangat buruk
1
Kesadaran
Kompos mentis
4
Apatis
3
Sopor
2
Stupor/koma
1
Aktivitas
Ambulan
4
Ambulan dengan bantuan
3
Hanya bisa duduk
2
Tiduran
1
Mobilitas
Bergerak bebas
4
Sedikit terbatas
3
Sangat terbatas
2
Tidak bisa bergerak
1
Inkontinensia
Tidak
4
Kadang-kadang
3
Sering inkontinensi urin
2
Inkontinensia urin dan alvi
1
Keterangan :
Skor 14:: resiko sangat kecil, Skor 12-13 : resiko sedang, Skor 12
50 kali lebih besar
: resiko
14
pada penilaian awal pasien dan mungkin akan berdampak pada rencana terapi.
Adanya ulkus dekubitus dapat menunjukkan pasien tidak dapat menjangkau
fasilitas pelayanan kesehatan. Pasien tersebut mungkin memerlukan pelayanan
perawatan atau tenaga
komunikasi dan sensorik lebih rentan terjadi ulkus dekubitus karena meraka tidak
merasakan nyeri atau mereka menyatakan tidak merasa nyaman dengan cara tidak
khas (Bluestein D dan Javaheri A,2008).
Penilainya ulkus dekubitus juga melihat jumlah, lokasi dan
ukuran
(panjang,lebar dan kedalaman) dan menilai adanya eksudat, bau, saluran sinus,
nekrosis, eskar formation,
(granulation and
tunneling, undermining,
infeksi, penyembuhan
ditentukan sampai pengelupasan kulit dan eschar di lepaskan dari dasar luka.
Paling penting adalah menentukan stadium ulkus dekubitus, menurut National
Pressure Ulcer Advisory Panels staging system (NPUAP) ada 6 stadium ulkus
dekubitus seperti terlihat pada tabel 2.4
Tabel 2.4 Stadium Ulkus Dekubitus (NPUAP, 2014)
Stadium 1
Reaksi peradangan terbatas pada epidermis,tampak sebagai daerah
kemerahan/eritema, indurasi atau lecet
Stadium 2
Reaksi lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh dermis hingga lapisan
lemak subkutan. Tampak sebagai ulkus yang dangkal, tepi jelas dan
perubahan warna pigmen kulit
Stadium 3
Ulkus lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan, menggaung dan
berbatasan dengan fascia otot
Stadium 4
Perluasan ulkus menembus otot sehingga tampak tulang di dasar ulkus
serta dapat mengakibatkan infeksi pada tulang dan sendi
15
Unstageable
Dasar ulkus tertutup lapisan berwarna kuning, coklat, abu-abu atau
hijau
tinjauan
literatur
mengindikasikan
bahwa
luka
dapat
16
adalah
faktor
pendukung
yang
penting
untuk
17
masase
untuk
melancarkan
sirkulasi
darah.
Semua
eksreta/sekreta, harus dibersihkan dengan hati hati agar tidak menyebabkan lecet
pada kulit penderita (Nuralia, dr. Gadis, 2006).
Tindakan selanjutnya yang berguna baik untuk pencegahan maupun
setelah terjadinya dekubitus adalah :
a. Meningkatkan status kesehatan penderita :
18
19
luka
selalu
bersih,
eksudat
sedapatnya
dapat
mengalir
20
Agent
Hydrocolloi
d
Hydogel
Film
Dressing
Alginates
Moist saline
gauze
Petroleum
gauze
dressing
Hypertonic
saline wet
gauze
21
dressing
Iodine
solution wet
gauze
dressing
t
Broad
spectrum
antiseptic
Daily to
four times
daily
Has
antimicrobia
l activity
healthy tissue
May damage Specifically not
healthy tissue recommended by
some experts due
to potential
toxicity
fibroblasts
(Ichwani, 2011)
banyak
namun
penggunaan
rutin
secara
umum
tidak
berspektrum luas untuk kuman gram positif dan negative serta anaerob dapat
diberikan sambil menunggu hasil kultur. Ampicilin-sulbactam, imipenem,
meropenem,
tikarsilin
klavunat,
piperasilin
tazobactan,
serta
kombinasi
22
2.
3.
4.
umum
penatalaksanaan
ulkus
dekubitus
dibagi
menjadi
23
Hydrocolloids (wafers
and fillers)
Transparent films
Wound fillers
Wound pouches
Exudate control
2.
24
Mechanical debridement.
3.
25
gologan
penicillins,
cephalosporins,
aminoglycosides,
5.
Tindakan bedah
Tindakan bedah bertujuan untuk membersihkan ulkus dan mempercepat
penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus stadium III &
IV dan karenanya sering dilakukan tandur kulit, myocutaneous flap, skin graft
serta intervensi lainnya terhadap ulkus.
Intervensi terbaru terhadap ulkus dekubitus adalah Negative Pressure
Wound Therapy, yang merupakan aplikasi tekanan negatif topikal pada luka.
Teknik ini menggunakan busa yang ditempatkan pada rongga ulkus yang
dibungkus oleh sebuah lapisan yang kedap udara. Dengan demikian, eksudat
dapat dikeluarkan dan material infeksi ditambahkan untuk membantu tubuh
membentuk jaringan granulasi dan membentuk kulit baru. Terapi ini harus
dievaluasi setiap dua minggu untuk menetukan terapi selanjutnya.
26
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: M. Ikhsan
Umur
: 25 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
No. Telepon
: 081235129046
Agama
: Islam
Suku
: Madura
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Status Pembiayaan
: Jamsostek
No. RM
: 45.19.20
27
daerah luka. Pasien mengaku sejak 2 tahun yang lalu tidak bisa berjalan atau
duduk sendiri karena sebelumnya pasien mengalami kecelakaan dan menjadi
lumpuh hingga sekarang. Pasien mengatakan sehari-hari lebih banyak
berbaring dan tidak begitu sering berpindah-pindah posisi karena tidak bisa
melakukannya
sendiri.
Pasien
juga
mengatakan
sehari-hari
pasien
: cukup
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
Tax
: 36,5 oC
Kulit:
Dalam batas normal
Kepala :
Mata
Hidung
Leher
Thoraks
Cor:
I: Ictus cordis tidak tampak
P: Ictus cordis teraba di ICS V MCL Sinistra
P: Batas jantung ICS IV Parasternal dekstra sampai ICS V MCL sinistra
28
I: Flat
A: Bising usus (+) normal
P: Tympani, pekak hepar +
P: Soepel, nyeri tekan -, defans muskular Ekstremitas :
AH
L: ulkus (+) 2-3cm mengenai dermis dan 5-6cm menembus fascia bentuk
elips, darah (-), nekrosis (-), pus (+)
F: nyeri (-), paraesthesia (+)
M: paraplegia ext inf (+)
29
ASSESMENT
Ulkus Dekubitus + Paraplegia Ext Sup. e.c Spinal Cord Injury
PLANNING
Terapi :
Pro debridement,
30
DAFTAR PUSTAKA
Aloma cookie gender, MSN RN CRRN. Pressure Ulcer prevention dan
Management. ARN network:2008; 8-9
Bluestein D dan Javaheri A. Pressure Ulcers: Prevention, Evaluation, and
Management. Am Fam Physician:2008;78(10):1186-1194
Bouten, Carlijn V.C.1996.Etiology and Pathology of Pressure Sore: a
literature review.Department of Computational and Experimental Mechanics of
the Eindhoven University of Technology, in co-operation with the department of
Movement Sciences of
the University of Limburg, The Netherlands.
Bryant. 2008. Acute Chronic Wounds Nursing Management. Statewide
quality branch, rural and regional health and agedcare division of victorian state
government, department of health, Australia.
Brandon J Wihelmi. 2006. Pressure Ulcers, Surgical Treatment and
Principles. http://www.emedicine.com/plastic/topic462.htm diakses pada tanggal
27 November 2013
Campbell, Karen E. 2009.A New Model to Identify Shared Risk Factors
for Pressure Ulcers and Fraility in Older Adults. Rehabilitation Nursing, Vol.34,
No 6
Dealey, C. (2009). Skin Care and Pressure Ulcer.Lippincot William &
Wilkins Adv wound care diakses dari www.WOUNDCAREJOURNAL.com
Firdausi H. Ulkus dekubitus. PKB:2011;101-105
Hartmann AG, Paul. 2008. Phase-Spesific wound management of
decubitus ulcer. Heidenheim. Germany
Handayani, Ririn Sri. 2010. Efektivitas Penggunaan Virgin Coconut Oil
(VCO) dengan Massage untuk Pencegahan Luka Tekan Grade I pada Paeien yang
Berisiko Mengalami Luka Tekan di RSUD. Hj. Abdoel Moeloek Provinsi
Lampung. Tesis. Diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ichwani J. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Imobilisasi dan
komplikasi akibat imobilisasi pada orang usia lanjut. PKB IPD:2011:146-157
31