Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Muslim (C2a008107)
Jurnal Muslim (C2a008107)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dbr
mereka yang berbeda dengan usaha besar,Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga diyakini
memiliki peran yang penting dan strategis, ditinjau dari beberapa aspek. Pertama, jumlah industrinya yang
besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik
dan Kementrian
Koperasi dan UKM tahun 2009, jumlah Usaha mikro kecil (UMK) tercatat 52,723 juta unit atau 99,9%
dari total unit usaha. Kedua,potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja, setiap unit investasi
pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan investasi yang
sama pada usaha besar. Pada tahun 2009 sektor UMKM mampu menyerap 96,2 juta tenaga kerja atau
97,3% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga,kontribusi UMKM dalam pembentukan
PDB
signifikan yakni sebesar Rp 2.280 triliun dari total PDB Rp 5.294 triliun.
Dengan tren perkembangan jumlah unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang semakin
meningkat tiap tahunnya kemudian penyerapan tenaga kerja pada sektor UMKM juga semakin meningkat
tiap tahunnya ditambah kontribusinya terhadap PDB yang meningkat setiap tahunnya juga merupakan hal
yang menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Banyak kalangan perbankan mulai merambah ke
bisnis mikro ini dengan menyalurkan kredit, selain itu sudah banyak upaya pemerintah yang dilakukan
untuk pendanaan UMKM lewat kredit. Secara keseluruhan dari tahun 2008 penyaluran kredit yang
diberikan seluruh kelompok Bank berjumlah Rp 633 triliun meningkat menjadi Rp 920 triliun pada tahun
2011 (BI dalam majalah InfoBank, Februari 2011).
Perlu diwaspadai juga pembiayaan kredit kepada UMKM yang akhir-akhir ini semakin kencang
dikucurkan oleh lembaga keuangan maupun perbankan mempunyai
resiko yang besar juga, hal ini
karena masih belum optimalnya UMKM pada pengelolaan kredit yang di gunakan. Gatot Supramono,
(1995) mengungkapkan pada kenyataannya
selalu ada sebagian nasabah yang karena suatu sebab
tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah meminjaminya. Akibat nasabah tidak dapat
membayar lunas utangnya, maka menjadikan perjalanan kredit terhenti atau macet. perkreditan UMKM
tak terlepas dari permasalah kredit macet ini, terlihat dari data NPL (Non Performing Loan) kredit mikro
kecil menengah (MKM) dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang mengalami kenaikan tiap
tahunnya pada masing-masing bank menurut kelompoknya. Tahun 2008 angka NPL kredit UMKM
berjumlah 18,803 triliun dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 26,167 triliun (BI dalam majalah
InfoBank, Februari 2011).
Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang sebagian besar dilakukan oleh warga di Jepara adalah mebel,
Jepara memang tidak berada di jalur lintas ekonomi Pulau Jawa, sehingga Jepara harus
mempunyai keunggulan komparatif untuk dapat bersaing dengan daerah sekitarnya. Sejak lama Jepara
telah mempunyai keunggulan dalam bidang seni ukir, sehingga dikenal dengan julukan Jepara Kota
Ukir. Akhir-akhir ini industri mebel Jepara lesu, yang antara lain disebabkan oleh berkembangnya
industri sejenis ditempat lain dan menipisnya persediaan bahan kayu. Untuk itu segala upaya dilakukan
untuk membangkitkan kembali kejayaan industri furniture dan seni ukir Jepara. Sebanyak 15.271 unit
produksi telah diidentifikasi, dikategorikan dan ditentukan geografisnya di Jepara. Menurut survei,
setidaknya terdapat 14.091 unit kecil (92 %), 871 unit menengah (6 %), dan 309 unit besar (2 %) yang
memperkerjakan sekitar 170.000 orang. Angka tersebut merupakan angka minimum untuk industri di
Jepara. Aliran tunai yang dinyatakan oleh unit yang disampel adalah Rp825miliar (jualan/tahun).Kegiatan
tersebut menghasilkan pendapatan yang cukup besar, yaitu nilai tambah antara Rp 11.900 - 12.300 miliar/
tahun (sekitar Euro 1 miliar/tahun), atau Rp 70 - 78juta/pekerja/tahun. Konsumsi kayu bulat di Kabupaten
Jepara adalah sebesar 1,5 hingga 2,2 juta m/tahun, dengan kata lain, 9 m kayu bulat dapat menyokong
pekerjaan 1pekerja tetap selama satu tahun (Roda, dkk 2004).
Pada tabel 1 data dari Bank BRI cabang Jepara menunjukkan bahwa UMKM industri mebel
Jepara mendominasi permasalahan kredit macet (kurang lancar, diragukan dan macet) pada kredit yang
BRI kucurkan kepada UMKM yang ada di Jepara.Tetapi disisi lain penelitian dari Ramadhani Achdiawan
dan Atie puntodewo (2010) menunjukkan usaha industri mebel di Jepara mengalami penurunan
dibandingkan dari tahun 2005 dan tahun 2010 sebesar 21%.
Tabel 1
Laporan Kredit bermasalah Menurut Jenis usaha
Kantor Cabang BRI Jepara (Desember 2011)
Jenis Usaha
Mebel
Jumlah Debitur
58
Kelontong
11
Bahan bangunan
Penggilingan Padi
1,83%
Konveksi
1,83%
1,83%
0,92%
0,92%
0,92%
Perhiasan Perak.
Distributor Makanan Ringan
0,92%
0,92%
Perdagangan Busa
0,92%
Minimarket
0,92%
Perdagangan Pakaian
0,92%
0,92%
0,92%
TOTAL
86
100%
menyelamatkan dan melestarikan kondisi hutan dan lahan di Indonesia yang sudah berada di ambang
kehancuran adalah Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) Sukadaryati(2006).
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini betujuan untuk menganalisis pengaruh pengelolaan
pemasaran, tingkat persaingan, pengelolaan keuangan, pengelolaan teknis dan tingkat kebijakan
pemerintah terhadap kredit macet (kurang lancar, diragukan dan macet) pada UMKM industri mebel di
Kabupaten Jepara tahun 2012.
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Proses perkreditan di dasarkan unsur kepercayaan antara kreditur dan debitur. Kreditur atau bank
mencoba menghindari default atau kegagalan membayar kewajiban dengan melakukan analisis terlebih
dahulu kepada debitur dengan menggunakan berbagai analisis. Dalam hal ini debitur atau pelaku
UMKM sendiri memang rentan akan mengalami kredit macet. Kredit non peform dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, secara garis besar dikelompokkan dalam faktor intern, debitur, dan ekstern menurut
(Pasha, 2007), faktor intern meliputi persoalan kualitas analisis dan pengawasan kredit, sedangkan faktor
ekstern meliputi perilaku debitur setelah memperoleh kredit dan perubahan iklim usaha.Oleh karena itu
UMKM dan khususnya juga UMKM mebel Jepara masih membutuhkan juga peran pemerintah baik itu
berupa kebijakan yang mendukung UMKM maupun langsung kepada hal mengenai pembinaan. Dalam
penelitian ini faktor yang mempengaruhi kredit macet (kurang lancar, diragukan dan macet) pada
UMKM mebel di Jepara yaitu faktor pengelolaan pemasaran, tingkat persaingan, pengelolaan keuangan,
pengelolaan teknis/produksi dan tingkat kebijakan pemerintah.
Pengaruh Pengelolaan Pemasaran Terhadap Kredit Macet UMKM Mebel Jepara
Menurut Dendawijaya (2001) default atau kredit macet dapat dilihat dari prinsip studi kelayakan
diantaranya aspek pemasaran. Suatu pemasaran dapat dilihat prosesnya dimulaidari proses perencanaan,
penetapan harga sampai dengan promosi yang dilakukan. Apabila strategi pemasaran yang dilakukan
secara terencana dan terstruktur maka hal ini bisa meningkatkan hasil penjualan produk UMKM tersebut
dan tentu saja semakin menurunkan risiko kredit macet UMKM. Dalam penelitian Bank BRI Jepara
(2011), Pengelolaan Pemasaran merupakan salah satu faktor yang signifikan negatif
mempengaruhi
kredit macet pada usaha kecil dan menengah Jepara. Sehingga dapat
disimpulkan semakin tinggi
tingkat intensitas pemasaran yang dilakukan
oleh UMKM maka aktivitas usahanya semakin lancar.
Dengan demikian kemungkinan gagal membayar kewajiban kepada kreditur akan menurun dan tingkat
kredit macet juga akan kecil. Sehingga semakin tinggi aspek pemasaran maka semakin rendah tingkat
kredit macet UMKM.
H1 : Diduga Pengelolaan Pemasaran berpengaruh negatif terhadap kredit macet
(kuranglancar,diragukan dan macet) UMKM mebel Jepara.
Pengaruh Tingkat Persaingan Terhadap Kredit Macet UMKM Mebel Jepara
Rifat Pasha (2007) menyebutkan faktor ekstern yaitu perilaku debitur dan perubahan iklim usaha
merupakan faktor yang mempengaruhi kredit macet. Perubahan iklim usaha yakni persaingan diantara
pengusaha bisa dikatakan sebagai faktor ekstern yang perlu diperhitungkan oleh UMKM. Suatu
persaingan dapat terjadi dari iklim usaha yang terjadi, peningkatan jumlah pengusaha sampai dengan
persaingan harga. Bila terjadi bentuk persaingan yang tidak sehat maka berdampak pada aktivitas usaha
dengan penurunan pendapatan UMKM yang berimplikasi terhadap posisi kredit macet UMKM. Dan hal
ini sesuai juga dengan penelitian Wisnu Adi Hidayat (2007) yang menyatakan tingkat persaingan
berpengaruh signifikan positif terhadap kredit macet.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi tingkat persaingan yang terjadi maka semakin tinggi tingkat kredit macet yang dialami UMKM.
H2 : Diduga Tingkat persaingan berpengaruh positif terhadap kredit macet
(kuranglancar,diragukan dan macet) UMKM mebel Jepara.
Menurut Sutojo (2000) Penyebab timbulnya kredit bermasalah diantaranya faktor ekstern
seperti peraturan pemerintah dapat menjadi sebab lain merosotnya kemampuan debitur
mengembalikan kredit. Suatu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mengenai fiskal, moneter
ataupun kebijakan lainnya yang diterbitkan departemen tertentu secara tidak langsung maupun
langsung akan mempengaruhi suatu kelompok usaha dan salah satunya UMKM. Oleh karena itu
semakin banyak peraturan pemerintah yang dikeluarkan akan semakin berpengaruh terhadap
aktivitas usaha UMKM dan dapat berdampak pada kondisi kredit macet dari UMKM tersebut.
Penelitian Wisnu Adi Hidayat (2007) menyebutkan faktor eksternal kebijakan pemerintah
berpengaruh signifikan negatif terhadap kredit macet UMKM. Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak kebijakan pemerintah yang dikeluarkan maka semakin
tinggi tingkat kredit macet UMKM.
H4 : Diduga tingkat kebijakan pemerintah berpengaruh positif terhadap kredit macet
(kuranglancar,diragukan dan macet) UMKM mebel Jepara.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terbagi menjadi 6 variabel yang terdiri dari 5 variabel independen
(pengelolaan pemasaran, tingkat persaingan, pengelolaan keuangan, pengelolaan teknis dan tingkat
kebijakan pemerintah) dan satu variabel dependen (kredit macet). Variabel pengelolaan pemasaran diukur
dengan indikator rencana pemasaran, pangsa pasar dan luas serta bentuk pasar pada UMKM mebel
Jepara. Variabel tingkat persaingan diukur dengan indikator iklim usaha, jumlah pesaing dan persaingan
harga yang terjadi industri UMKM mebel Jepara. Variabel pengelolaan keuangan diukur dengan indikator
pengelolaan proyeksi dari penjualan, pengelolaan arus kas dan pengelolaan laporan keuangan untuk
mengetahui laba rugi usaha. Variabel pengelolaan teknis diukur dengan indikator proses produksi yang
dilakukan UMKM mebel Jepara dari awal sampai finishing, persediaan bahan baku yang tersedia dan
lokasi dari usaha mebel . Kemudian variabel tingkat kebijakan pemerintah diukur dengan indikator
kebijakan Departemen Kehutanan yang menyangkut persediaan bahan baku, kebijakan moneter, dan
kebijakan fiskal. Sedangkan variabel dependen yakni kredit macet diukur dengan indikator prospek usaha
menurun karena kondisi pasar dn persaingan yang terjadi, kinerja menurun karena perolehan laba dan
arus kas yang masuk menurun, dan kemampuan membayar kredit berkurang berdasarkan ketepatan dan
kesesuaian penggunaan kredit yang digunakan.
Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha UMKM industri mebel di Jepara.
Berdasarkan data yang didapat jumlah dari UMKM mebel di Jepara berjumlah 14.962 unit. Sampel
penelitian diambil secara purposive sampling, karena pengusaha UMKM mebel Jepara yang tergabung
dalam APKJ (Asosiasi Perajin Kecil Jepara) memiliki anggota sekitar 120 pengusaha kecil mebel Jepara
dan menjadi sampel disini mampu memberikan informasi yang dibutuhkan bagi penelitan ini maka
terkumpul sampel sebanyak 34 pengusaha UMKM mebel Jepara yang mengalami permasalahan kredit
macet (kurang lancar,diragukan dan macet).
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif pada setiap variabel yang dikembangkan
bahkan disertai dengan masing-masing indikatornya sehingga akan diperoleh gambaran deskriptif
mengenai karakteristik responden pada masing-masing variabel penelitian. Analisis deskriptif ditentukan
dengan menggunakan perhitungan nilai indeks.
Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan melalui metode analisis yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda. Adapun bentuk persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + e
Dimana :
Y
: Variabel kredit macet
a
: Konstanta
b1..b4 : Koefisiensi regresi
: Variabel Pengelolaan pemasaran
X1
X2
: Variabel Tingkat persaingan
X3
: Variabel Pengelolaan keuangan
X4
: Variabel Pengelolaan teknis/operasi
X5
: Variabel Tingkat kebijakan pemerintah
e
: Variabel pengganggu (residual)
Berdasarkan jenis kelamin responden didapatkan jumlah dan persentase responden yang ditemui,
responden berjenis kelamin laki laki merupakan mayoritas yaitu sebanyak 29 orang dengan persentase
85,29%. Kemudian diikuti oleh responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 5 orang dengan
persentase 14,7%.
Berdasarkan usia responden didapatkan jumlah dan persentase responden yang ditemui saat itu
jumlah responden terbanyak adalah responden dengan rentang usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 19 orang
(55,88%). Diikuti oleh responden usia 41-50 tahun sebanyak 9 orang (26,47%). Sedangkan rentang usia
31-40 tahun sebanyak 6 orang (17,65%) dan tidak ada responden yang berada pada retang di atas 50tahun.
Berdasarkan pendidikan terakhir responden didapatkan jumlah dan persentase yang ditemui
jumlah responden terbanyak adalah responden dengan pendidikan terkahir SMA sebanyak 19 orang
(55,88%), Kemudian pendidikan terakhir S1 memiliki jumlah 11 responden (32,36%), dan pendidikan
SMP dan D3 memiliki jumlah responden yang sama sebanyak 2 orang masing-masing (5,88%).
Berdasarkan penjualan per tahun mebel didapatkan jumlah responden terbanyak pada usaha yang
memiliki pendapatan diatas Rp 300 juta sebanyak 31 orang (91,18), diikuti responden yang memiliki
pendapatan usaha sebanyak RP 300 juta-Rp 2,5 Miliar sejumlah 3 orang (8,82%).
Berdasarkan penggolongan kualitas kredit yang diukur dengan prospek usaha, kinerja debitor, dan
kemampuan membayar didapatkan responden yang mengalami kredit macet dengan klasifikasi kurang
lancar sebanyak 23 orang (67,65%), selanjutnya yang masuk dalam klasifikasi diragukan sebanyak 7
orang (20,59%) dan yang masuk dalam kriteria macet terdapat 4 orang (11,76%).
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel independen (Ghozali, 2005). Berikut adalah tabel hasil uji koefisien determinasi:
Tabel 2
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Durbin-Watson
2,029
Nilai adjusted R Square diperoleh sebesar 0,865. Hal ini berarti bahwa hanya 86,5% variabel
kredit macet UMKM mebel Jepara dapat dijelaskan variabel pengelolaan pemasaran, tingkat persiangan,
pengelolaan keuangan, pengelolaan teknis dan tingkat kebijakan pemerintah. Sedangkan sisanya, 13,5%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian.
Uji F (Uji Simultan)
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel pengelolaan pemasaran, tingkat
persiangan, pengelolaan keuangan, pengelolaan teknis dan tingkat kebijakan pemerintah secara bersamasama (simultan) terhadap variabel kredit macet pada UMKM industri mebel Kabupaten Jepara tahun 2012
dilakukan Uji F (Uji Simultan). Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Hasil Uji Simultan
ANOVAa
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
172,179
5
34,436
1
Residual
22,203
28
,793
Total
194,382
33
a. Predictors: (Constant), pemerintah, pemasaran, keuangan, persaingan, teknis
b. Dependent Variable: kreditmacet
F
43,427
Sig.
,000b
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16 For Windows, diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,000 dan signifikan pada 0,05. Hal ini berarti pengelolaan pemasaran, tingkat
persiangan, pengelolaan keuangan, pengelolaan teknis dan tingkat kebijakan pemerintah secara bersamasama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap kredit macet UMKM industri mebel Kabupaten Jepara
tahun 2012.
Uji T (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen, pengelolaan
pemasaran, tingkat persiangan, pengelolaan keuangan, pengelolaan teknis dan tingkat kebijakan
pemerintah terhadap variabel dependennya, yaitu terhadap kredit macet UMKM industri mebel
Kabupaten Jepara tahun 2012. Pengambilan keputusan didasarkan pada probabilitas signifikansi 0,05
(5%).
Tabel 4
Hasil Uji Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
B
(Constant)
11,702
PEMASARAN
-.107
PERSAINGAN
.218
1
KEUANGAN
.038
TEKNIS
-,596
PEMERINTAH
.203
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Std. Error
3,309
.099
.088
.098
,180
.094
Standardized
Coefficients
Beta
Sig.
-.118
.255
.045
-,619
3,536
-1.079
2.478
.386
-3,309
,001
.290
.020
.703
,003
.217
2.145
.041
Berdasarkan hasil di atas maka persamaan regresi linear dirumuskan sebagai berikut :
Y = 11,702 -0,107 X1 + 0,218 X2 + 0,038 X3 0,596 X4 + 0,203 X5
Hasil persamaan regresi menunjukkan bahwa setiap kenaikan variabel Beta sebesar satu satuan
dengan asumsi variabel lain tetap atau konstan maka akan mampu menaikkan variabel Harga Saham (Y)
sebesar 1902,694 satuan. Setiap penurunan variabel GCG sebesar satu satuan dengan asumsi variabel lain
tetap atau konstan akan mampu menaikkan variabel Harga Saham (Y) sebesar 1079,156 satuan. Setiap
kenaikan variabel CAR sebesar satu satuan dengan asumsi variabel lain tetap atau konstan maka akan
menurunkan variabel Harga Saham (Y) sebesar 31,536 satuan. Setiap kenaikan variabel NIM sebesar satu
satuan dengan asumsi variabel lain tetap atau konstan maka akan mampu menaikkan variabel Harga
Saham (Y) sebesar 523,385 satuan.
Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada hasil pengolahan data, yang terkait dengan
judul, permasalahan, dan hipotesis penelitian, maka dalam penelitian ini ada beberapa hal yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengaruh pengelolaan pemasaran terhadap kredit macet UMKM mebel Jepara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan pemasaran berpengaruh negatif
namun tidak signifikan terhadap kredit macet (kurang lancar, diragukan dan macet) pada
UMKM mebel Jepara. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan pemasaran berpengaruh tidak
signifikan terhadap kredit macet, sedangkan hubungan yang negatif mengindikasikan bahwa
semakin tinggi intensitas pemasaran maka akan semakin rendah resiko kredit macet yang dialami
UMKM. Dalam hal ini berarti aspek pemasaran telah di jalankan dengan terencana pada
beberapa UMKM mebel Jepara dan juga pangsa pasar bagi mebel Jepara yang masih besar.
b.
c.
d.
e.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bank BRI Jepara (2011) yang
menyatakan bahwa pengelolaan pemasaran berpengaruh negatif terhadap kredit macet UMKM.
Pengaruh tingkat persaingan terhadap kredit macet UMKM mebel Jepara
Tingkat persaingan dalam penelitian ini diperoleh berpengaruh positif dan signifikan, hal
ini sesuai dengan hipotesis awal dan penelitian terdahulu dari Wisnu Adi Hidayat (2007) yang
menyatakan berpengaruh positif signifikan terhadap kredit macet UMKM. Pengaruh tingkat
persaingan yang signifikan terhadap kredit macet menunjukkan bahwa tinggi rendahnya
persaingan berpengaruh langsung terhadap kredit macet UMKM. Hubungan yang positif
mengindikasikan bahwa semakin tinggi persaingan semakin tinggi tingkat kredit macet yang
dialami UMKM mebel Jepara. Dalam hal ini berarti aspek persaingan yang terdiri dari
jumlah pesaing dan iklim usaha yang terjadi di jepara masih tinggi sehingga mempengaruhi
kredit macet (kurang lancar,diragukan dan macet) pada UMKM mebel Jepara.
Pengaruh pengelolaan keuangan terhadap kredit macet UMKM mebel Jepara
Pengelolaan keuangan dalam penelitian ini diperoleh berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan berpengaruh tidak signifikan
terhadap kredit macet, Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Wisnu Adi Hidayat (2007) yang
menyatakan keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap kredit macet UMKM. Dalam
hasil penelitian ini berarti semakin tinggi pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh UMKM
membuat semakin besar resiko kredit macet yang dialami. Hal ini dapat dikarenakan
karena
banyak pengusaha UMKM mebel Jepara yang belum mengerti laporan keuangan dalam bentuk
laporan laba rugi, kas, penjualan sehingga mereka masih menggunakan catatan biasa dalam setiap
transaksi.
Pengaruh pengelolaan teknis terhadap kredit macet UMKM mebel Jepara
Pengelolaan teknis dalam penelitian diperoleh berpengaruh berpengaruh negatif
dan
signifikan terhadap kredit kurang lancar, diragukan dan macet UMKM mebel
Jepara.
Dan
hal ini sesuai dengan Lukman Dendawijaya (2001) menjelaskan bahwa aspek ini signifikan dan
pada dasarnya menilai sejauh mana kemampuan proses mengelola dan melaksanakan
operasinya,sehingga mempengaruhi dari akivita usahanya. Dalam penelitian ini berarti
menunjukkan semakin tinggi proses pengelolaan teknis atau
produksi yang dilakukan dari
awal sampai finishing membuat semakin rendah pula
kredit macet yang dialami pengusaha
UMKM mebel Jepara.
Pengaruh tingkat kebijakan pemerintah terhadap kredit macet UMKM mebel Jepara
Tingkat kebijakan pemerintah dalam penelitian diperoleh berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kredit kurang lancar, diragukan dan macet UMKM mebel Jepara. Dan
hal ini sesuai dengan Siswanto (2000) kebijakan pemerintah berpengaruh positif terhadap kredit
macet. Penyebab timbulnya kredit bermasalah diantaranya faktor ekstern seperti peraturan
pemerintah dapat menjadi sebab lain merosotnya kemampuan debitur mengembalikan kredit.
Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat kebijakan pemerintah berpengaruh positif
terhadap kredit macet, diragukan dan kurang
lancar UMKM mebel Jepara dapat diterima.
Dalam hal ini berarti menunjukkan bahwa terdapat hubungan pemerintah dengan kebijakannya
sangat penting dalam mempengaruhi kredit macet (kurang lancar, diragukan dan macet)
pada
UMKM mebel Jepara. Semakin banyak kebijakan pemerintah yang dikeluarkan berkaitan
dengan UMKM mebel Jepara baik secara langsung maupun tidak langsung semakin besar
pula kredit macet yang dialami oleh UMKM mebel Jepara. Sebagai contoh dampak yang bisa
langsung berdampak kepada UMKM mebel Jepara adalah peraturan Departemen Kehutanan
yang berkaitan dengan pelindungan hutan atau pembatasan penebangan kayu dan hal tersebut
berdampak kepada persediaan bahan baku dari industri mebel tersebut. untuk memperoleh laba.
10
REFERENSI
Achdiawan, Ramadhani dan Atie Puntodewo. 2007. Livelihoods of Furniture Producers in Jepara.
Project Mahogany and Teak Furniture Action Research to Improve Value
Brealey, Richard.A, dkk. 2007. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Dendawijaya, Lukman. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit
Undip.
Hidayat, Wisnu Adi. 2007. Analisis Kredit Macet usaha Mikro Kecil dan Menengah di Sentra
Konveksi Ulujami Pemalang. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Infobank No. 383/XXXIII/ Februari 2011.
Pasha, Rifat. 2007. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Non-Performing Loan BPR Di Wilayah Kerja
Kantor Bank Indonesia Malang. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Tahun XI, Nomor 1, Januari
2007: 143-154
Roda, Jean Marc, dkk. 2007. Atlas Industri Mebel Kayu di Jepara Indonesia. Jakarta :
French
Agriculture Research Centre For International Development dan Center For International Forestry
Research.
Sukadaryati. 2006. Potensi Hutan Rakyat di Indonesia dan Permasalahannya, Prosiding Seminar Hasil
Litbang Hasil Hutan 2006: 49-57.
Supramono, Gatot. 1995. Perbankan dan Masalah Kredit (Suatu Tinjauan Yuridis). Jakarta :
Penerbit Djambatan.
Sutojo, Siswanto. 2000. Strategi Manajemen Kredit Bank Umum Konsep,Teknik dan kasus (seri
manajemen Bank no.6). Jakarta : PT Damar Mulia Pustaka.
Tambunan, Tulus.T.H. 2009. UMKM di Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia.
11