You are on page 1of 15

LAPORAN KELOMPOK PJBL 2

GOITER
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Blok Endocrine System

Anggota kelompok 3:
PSIK REG 1 dan 2
Denny

125070207111019

Siti Rodliyah

135070200111001

Erfan Dani

135070200111002

Lala Aisyana

135070200111003

Dewi Pujiastuti

135070200111004

Angga Dwi Saputra

135070200111005

Minchatul Fitri

135070200111006

Esthi Dwi Yuliawati

135070200111007

Anjang Feronika P

135070200111008

Aulia Dian T

135070200111010

Arinda Rizky F

135070200111011

Rifanny Dyah Irandi

135070207111002

Septin Arianti Merinda

135070207111003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2015

1. Definisi
Goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid dan dapat disebabkan oleh
defisiensi yodium, defek genetic, pengobatan dengan berbagai obat (mis. PAS
untuk terapi tuberkulosis), dan hipertiroidisme (John Gibson,2002)
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh
karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat
berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya
(De Jong & W, Syamsuhidayat. R., 1998)
Goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid. Apabila pembesaran ini tidak
dikaitkan dengan hipotiroidisme atau hipertiroidisme, inflamasi, atau kanker,
goiter ini disebut simple goiter. Kelenjar tiroid bisa membesar karena tiroidis
atau

faktor

lingkungan,

misalnya

defisiensi

iodin.

Keadaan

ini

bisa

mengurangi produksi hormone tiroid yang bisa membuat sekresi TSH


meningkat karena tidak ada umpan balik negative. Stimulasi TSH akan
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid (Mary Baradero, 2009).
2. Epidemiologi
Goiter nodular menyerang 14 % perempuan dan 4 % laki-laki yang berusia 20
sampai 60 tahun. Prevalensi nodular goiter meningkat seiring usia yaitu
sebesar 2,7 persen pada perempuan dan 2,0 persen pada laki-laki usia 26
sampai 30 tahun, 8,7 dan 6,7 pada perempuan dan laki-laki usia 36 sampai
40 tahun.
(Thompson, M., 2007)
3. Klasifikasi
A. Berdasarkan Fisiologisnya
Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut
a. Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang
disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal
sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang
meningkat. Goiter atau struma semacm ini biasanya tidak menimbulkan
gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi secara berlebihan
dapat mengakibatkan kompresi trakea.
b. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid
sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari
kelenjar untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon.

Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami


atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi
radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar
dalam sirkulasi.25,26 Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat
badan, sensitif terhadap udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi,
gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, mensturasi
berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan bicara.
27,28 Gambar penderita hipotiroidisme dapat terlihat di bawah ini.
c. Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan
sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik
hormon tiroid yang berlebihan.Keadaan ini dapat timbul spontan atau
adanya sejenis antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid,
sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan tetapi ukuran
kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan
menurun, nafsu makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh
suka udara dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung
berdebar-debar,

tremor

pada

tungkai

bagian

atas,

mata

melotot

(eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi


otot.27,28 Gambar penderita hipertiroidisme dapat terlihat di bawah ini.
B.

Berdasarkan Klinisnya

Secara klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan menjadi


sebagai berikut :
a. Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan
struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar
luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara
nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau
lebih benjolan (struma multinoduler toksik).
Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam
darah.

Penyebab

tersering

adalah

penyakit

Grave

(gondok

eksoftalmik/exophtalmic goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak


ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya.

Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap


selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar
dalam sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan
kelenjar tiroid hiperaktif.
Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan
pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut
sebagai hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan
antibodi tetapi bukan mencegah pembentukyna.32 Apabila gejala gejala
hipertiroidisme bertambah berat dan mengancam jiwa penderita maka
akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya rasa khawatir yang
berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara dan menelan,
koma dan dapat meninggal.20
b. Struma Non Toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi
struma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non
toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut
sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering
ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali mengandung
yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.
Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka
pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai
tanda-tanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non
toksik. Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan
berkembang

menjadi

multinodular

pada

saat

dewasa.

Kebanyakan

penderita tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau


hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan kosmetik atau
ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya
gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea
(sesak napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul
perdarahan di dalam nodul.
Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya
endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam
keadaan seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir
sama dengan yang diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok
yang dipakai Depkes RI adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas

10 %-< 20 %, endemik sedang 20 % - 29 % dan endemik berat di atas 30


%.
4. Etiologi
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi
kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium, goitrogenik glikosida
agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu,
jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obatobatan anti tiroid, anomali, peradangan dan tumor/neoplasma.
Penyebab Goiter adalah (Rumahorbo, 1999):
a. Auto-imun

(dimana

tubuh

menghasilkan

antibodi

yang

menyerang

komponen spesifik pada jaringan tersebut).

Tiroiditis Hasimotos juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat


adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini
menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH & TRH
akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun
tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetic
untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yg sering ditemukan adalah
tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali
membesar & hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat
rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.

Penyakit Graves. Sistem kekebalan menghasilkan satu protein, yang


disebut tiroid stimulating imunoglobulin (TSI). Seperti dengan TSH, TSI
merangsang kelenjar tiroid untuk memperbesar memproduksi sebuah
gondok.

b. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme


baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan
hipotiroidisme.
c. Obat-obatan tertentu yang dapat menekan produksi hormon tiroid.
d. Peningkatan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) sebagai akibat dari
kecacatan dalam sintesis hormon normal dalam kelenjar tiroid
e. Gondok endemik
hipotiroidisme

akibat

defisiensi

iodium

dalam

makanan.

Gondok

merupakan pembesaran kelenjar tiroid. Pada << iodiurn terjadi gondok


karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan & hipertrofik dalarn usaha
untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT
akan disertai kadar TSH & TRH karena minim umpan balik. Kekurangan

yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran


kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
f.

Kurang

iodium

menyebabkan

dalam

diet,

sehingga

pembengkakan.

kinerja

Yodium

sendiri

kelenjar

tiroid

dibutuhkan

&

untuk

membentuk hormon tyroid yang nantinya diserap di usus & disirkulasikan


menuju bermacam-macam kelenjar. Kelenjar tersebut diantaranya :
Kelenjar air ludah, Mukosa lambung, Ciliary body, Plasenta, Intenstinum
tenue, Choroid, Kelenjar mammae, Kelenjar gondok.
Sebagian besar unsur yodium ini dimanfaatkan di kelenjar gondok. Jika
kadar yodium di dalam kelenjar gondok kurang, dipastikan seseorang akan
mengidap penyakit gondok.
g. Beberapa disebabkan oleh tumor (Baik dan jinak tumor kanker)

Multinodular Gondok. Individu dengan gangguan ini memiliki satu /


lebih nodul di dalam kelenjar tiroid yang menyebabkan pembesaran.
Hal ini sering terdeteksi sebagai nodular pada kelenjar perasaan
pemeriksaan fisik. Pasien dapat hadir dengan nodul tunggal yang besar
dengan nodul kecil di kelenjar / mungkin tampil sebagai nodul
beberapa ketika pertama kali terdeteksi.

Kanker Tiroid. Thyroid dapat ditemukan dalam nodul tiroid meskipun <
5 persen dari nodul adalah kanker. Sebuah gondok tanpa nodul bukan
merupakan resiko terhadap kanker. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak
selalu,

menyebabkan

hipotiroidisme.

Terapi

kanker

yang

jarang

dijumpai tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, terapi iodium


radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini
menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anakanak, adalah penyebab kanker tiroid. << iodium dapat risiko
pembentukan kanker tiroid merangsang proliferasi & hiperplasia sel
tiroid.
h. Kerusakan genetik, yang lain terkait dengan luka atau infeksi di tiroid,
Tiroiditis. Peradangan dari kelenjar tiroid sendiri dapat mengakibatkan
pembesaran kelenjar tiroid.
i.

Kehamilan
Sebuah hormon yang disekresi selama kehamilan yaitu gonadotropin
dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.

(Sherwood, L., 2004; Rumahorbo, Hotma, 1999)


5. Faktor Resiko

Beberapa faktor risiko umum munculnya gondok adalah :


a. Kurangnya diet yodium. Orang-orang yang tinggal di daerah dimana
yodium sulit didapatkan beresiko tinggi gondok.
b. Jenis kelamin. Perempuan lebih rentan mengalami gangguan tiroid
daripada laki-laki. Menurut Wickham & Robert J Graves ini b/d modulasi
respons imun oleh estrogen. Hal ini karena epitope ekstraseluler TSHR
homolog dengan fragmen pada reseptor LH dan homolog dengan fragmen
pada reseptor FSH
c. Usia lanjut. Umur di atas 50 tahun atau lebih berisiko lebih tinggi terkena
gondok.
d. Riwayat medis. Riwayat pribadi atau keluarga yang menderita penyakit
autoimmune meningkatkan risiko gondok.
e. Kehamilan dan menopause. Masalah tiroid lebih sering terjadi setelah
kehamilan dan menopause.
f.

Obat tertentu. Beberapa obat termasuk immunosuppressants, obat


jantung Amiodarone ( kaya iodium sehingga memiliki efek samping
hipertiroid) dan lithium obat psikiatri meningkatkan risiko gondok. gondok
karena mengganggu metabolik hormon titoid dengan cara menghambat
sintesa hormon.

g. Terpapar radiasi. Risiko meningkat jika seseorang menjalani perawatan


radiasi ke leher atau dada atau terkena radiasi di fasilitas nuklir
(Murwani arita, 2009; Tarwono, dkk, 2012)
6. Patofisiologi
Terlampir
7. Manifestasi Klinis
Secara klinis, pasien dapat memperlihatkan penonjolan di sepertiga bagian
bawah leher. Goiter yang besar dapat menimbulkan masalah kompresi
mekanik, disertai pergeseran letak trakea dan esofagus, dan gejala-gejala
obstruksi
Pembengkakan/penonjolan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk
sebuah benjolan besar, di bagian depan leher tepat di sepertiga bagian
bawah leher.
Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang
tenggorokan).
Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).

Kelainan fisik (asimetris leher).


(Price & wilson, 2006)
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang
berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit
terbuka.

Jika terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan

beberapa komponen

yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus

atau noduler kecil), gerakan Universitas Sumatera Utarapada saat pasien


diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan.
b. Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk,
leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba
tiroid

dengan

menggunakan

ibu

jari

kedua tangan

pada tengkuk

penderita.
c. Tes Fungsi Hormon
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes
fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total
tiroksin dan triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin
bebas serum mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara
metabolik

aktif.

Kadar

radioimunometrik.

TSH

plasma

dapat

diukur

dengan

assay

Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai

indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya


kadar akan berada di bawah normal pada pasien peningkatan autoimun
(hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal penilaian pasien yang
diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI)
digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap
dan mengubah yodida.
d. Foto Rontgen leher
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau
menyumbat trakea (jalan nafas)
e. Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan
tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan
kemungkinan adanya kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu

pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG


antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma.
f.

Sidikan (Scan) tiroid


Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama
technetium-99m dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah.
Setengah jam kemudian berbaring di bawah suatu kamera canggih
tertentu selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop
adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama adalAh fungsi
bagian-bagian tiroid.

g. Biopsi Aspirasi Jarum Halus


Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.
Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya
penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan
hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik
biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang kurang baik atau
positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.
(Darmayanti, dkk., 2012)
9. Penatalaksanaan
a. Untuk

memastikan

status

fungsional

goiter

tersebut,

diperlukan

pengukuran T4 serum bebas dan kadar TSH.


b. Terapi nodula antara lain dengan penekanan TSH oleh tiroksin, yaitu
pengobatan yang akan mengakibatkan penekanan TSH hipofisis, dan
penghambatan fungsi tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid.
c. Pembedahan dapat dianjukan untuk goiter yang besar yang berguna
dalam

menghilangkan

gangguan

mekanis

dan

kosmestis

yang

diakibatkannya. namun tujuan utama dalam pembedahan adalah untuk


mengurangi massa fungsional pada tiroid, mengurangi penekanan dan
esophagus dan trakhea, mengurangi kejadian tumor atau keganasan.
d. Terapi Radioiodine Merupakan Terapi alternatif dengan tujuan untuk
mempertahankan fungsi dari

jaringan tiroid normal. Radioidodine juga

digunakan untuk mengurangi volume nodul.


e. Obat Anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil
(PTU) dan metimasol/karbimasol.
f. Goiter timbul sebagai akibat dari kekurangan yodium, garam dabur harus
diberi tambahan yodium.(Price dan Wilson,2002).

Jika pasien eutiroid dan keganasan berhasil disingkirkan, tidak diperlukan


pengobatan kecuali jika pembengkakan sangat jelas atau menimbulkan gejala
penekanan. (David Rubenstein,2003)
a. Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
m hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif
dan tidak dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang
merugikan yang dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis
parah

atau

kekambuhan.Pada

wanita

hamil

atau

wanita

yang

menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik atau pil KB), kadar hormon


tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan makin banyak tiroid
yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4
sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid. Pembedahan dengan
mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum pembedahan tidak
perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari.
Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa
mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat
dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma dilakukan 3-4
minggu setelah tindakan pembedahan
b. Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar
tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi
maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %.
Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga
memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak
meningkatkan

resiko

kanker,

leukimia,

atau

kelainan

genetic.Yodium

radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di
rumah sakit, obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi,
sebelum pemberian obat tiroksin.
c. Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid
Tiroksin

digunakan

untuk

menyusutkan

ukuran

struma,

selama

ini

diyakinibahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh


karena itu untuk menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin
(T4) ini juga diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah
operasi

pengangkatan kelenjar tiroid.Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat


ini adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.
Konservatif/medikamentosa
a. Goiter non toksik : iodium, ekstrak tiroid 20-30 mg/dl
b. Goiter toksik :

Bed rest

PTU 100-200 mg (propilthiouracil)


Merupakan obat anti-tiroid, dimana bekerjanya dengan prevensi pada
sintesis dan akhir dari tiroksin. Obat ini bekerja mencegah produksi
tiroksin (T4). Diberikan dosis 3x 100 mg/hari tiap 8 jam sampai tercapai
eutiroid. Bila menjadi eutiroid dilanjutkan dengan dosis maintenance 2 x 5
mg/hari selama 12-18 bulan.

Lugol 5 10 tetes
Obat

ini

membantu

mengubah

menjadi

tiroksin

dan

mengurangi

vaskularisasi serta kerapuhan kelenjar tiroid. Digunakan 10-21 hari


sebelum operasi. Namun sekarang tidak digunakan lagi, oleh karena
propanolol lebih baik dalam mengurangi vaskularisasi dan kerapuhan
kelenjar. Dosis 3 x 5-10 mg/hari selama 14 hari.

Iodium (I131)

Radioterapi
Menggunakan I131, biasanya diberikan pada pasien yang telah diterapi dengan
obat anti-tiroid dan telah menjadi eutiroid. Indikasi radioterapi adalah pasien
pada awal penyakit atau pasien dengan resiko tinggi untuk operasi dan untuk
pasien dengan hipotiroid rekuren. Radioterapi merupakan kontraindikasi bagi
wanita hamil dan anak-anak.
Operatif
a. Isthmulobectomy , mengangkat isthmus
b. Lobectomy, mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram
c. Tiroidectomi total, semua kelenjar tiroid diangkat
d. Tiroidectomy subtotal bilateral, mengangkat sebagian lobus kanan dan
sebagian kiri.
e. Near total tiroidectomi, isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal
sinistra dan sebaliknya.

f.

RND (Radical Neck Dissection), mengangkat seluruh jaringan limfoid pada


leher sisi yang bersangkutan dengan menyertakan n. accessories, v. jugularis
eksterna dan interna, m. sternocleidomastoideus dan m. omohyoideus serta
kelenjar ludah submandibularis.

(Rubeinstein,David dkk, 2003; Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M., 2002)

10.

Komplikasi

Penyakit ini tidak mengubah keadaan metabolism penderita. Komplikasi


hanya disebabkan oleh pembesaran kelenjar tiroid yang menekan jaringan
disekitar, keadaan ini dapat menimbulkan Neoplasma jinak biasanya jenis
struma adenomatosa dan adenoma folikuler tiroid. Sedangkan neoplasma
ganas umumnya yang tersering adalah karsinoma tiroid papilliferum, tetapi
jika kelenjar tiroid mengganas dapat menimbulkan kanker tiroid. Komplikasi
tersebut meliputi: distress pernapasan, disfagia, penggelembungan vena;
pembentukan sirkulasi vena kolateral dalam dada, kongesti pada wajah,
sianosis, dan akhirnya distress ketika penderita mengangkat kedua lengannya
hingga menyentuh sisi kepala.
(Kowalak, J., Welsh W., & Mayer Brenna, 2012)

Asuhan Keperawatan
Diagnose keperawatan
1. Gangguan citra tubuh b.d biofisik (perubahan postur tubuh)
NOC :
Body image
NIC :
Body image enhancement
2. Defisiensi pengetahuan b.d kurang familier dengan sumber-sumber
informasi
NOC :
Knowledge : Disease Process
NIC :
Teaching Disease Process
3. Ketidakseimbangan Nutrisi b.d kesulitan menelan
NOC :
Eating Disorder Self-Control
NIC:
Eating Disorder Management
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
NOC : Coping
NIC : Coping Enhancement

DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary ; Wilfrid, Mary & Siswadi, Yakobus. 2009. Klien gangguan
endokrin. Jakarta : EGC
Baughman C. Diane & Joann C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Buku
Saku Dari Brunner & Suddart. Jakarta; EGC
Darmayanti, dkk. 2012. Endemik Goiter. Denpasar: Bagian/SMF Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar
De Jong. W, Syamsuhidayat. R., 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan anatomi modern untukperawat Ed. 2. Jakarta :
EGC
Kowalak Jennifer, Welsh William, & Mayer Brenna. 2012. Professional Guide to
Pathophysiology: Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Mayer, dkk. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit EGC
Murwani arita. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jogjakarta: mitra cendika
Peran autoimunitas di diabetes insipidus sentral. Dalam: Czernichow P, Robinson
AG, eds. Diabetes insipidus pada manusia. Frontiers dalam penelitian
hormon. Basel: Karger; vol 13:922-925
Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. 2002. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses
Proses Penyakit, Ed.6 Vol.2. Jakarta : EGC
Rubeinstein, David, dkk. 2003. Lecture Notes : Kedokteran Klinis,Ed.6. Jakarta :
EGC
Rumahorbo, Hotma. 1999. Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. 2004. Sistem endokrin. Dalam : Fisiologi manusia dari sel ke
sistem edisi 2. Jakarta : EGC
Thompson, M. 2007. Medicine and Surgery: An integrated textbook With
STUDENT

CONSULT

www.books.google

online

access.

Elsevier

Health

Sciences.

www.clinicalkey.comTarwono,dkk,
endokrin, Jakarta: Tim

2012.

perawatan

medikal

bedah,

sistem

You might also like