You are on page 1of 30

MAKALAH

Pengembangan Model Pembelajaran Fisika


Guru Profesional

Oleh:
FUJA NOVITRA
15175015

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. FESTIYED, M.S

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


1

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa selalu
melimpahkan berkat rahmat dan hidayahNya, hingga akhirnya penyusunan makalah yang
berjudul Guru Profesional ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat beriring
salam tak lupa buat Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, Rahmatan Lilalamin.
Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada semua pihak, terutama pada dosen
pembimbing Prof. Dr. Festiyed, M.s yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa kendala yang cukup
berarti . Dan semua pihak yang telah membantu dan memberi dorongan penulis dalam
penyusunan makalah ini yag tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna, karena keterbatasan
pada penulis. Untuk itu, penulis dengan ikhlas menerima semua saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak.
Padang ,

Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan
Masalah....................................................................................
1

.
i
ii
1
1
2

C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................... 3
A. Pengertian
5
Profesi....................................................................................
B. Profesionalisme Guru.............................................................................. 6
C. Sikap dan Perilaku Guru yang
19
Profesional..............................................
BAB III PEMBAHASAN

22

..........................................................................................
BAB IV PENUTUP.................................................................................................... 24
A. Kesimpulan.............................................................................................. 24
.
B. Saran........................................................................................................ 24
.
DAFTAR

25

PUSTAKA....................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia atau
memanusiakan manusia, pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan
nasional

yang

diatur

secara

sistematis.

Pendidikan

nasional

berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang


bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UU No. 20 Tahun 2003).
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia
yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu
tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap
usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada
peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya.
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh
teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur
yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan
fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan
kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar
mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil

pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu


kinerjanya.
Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung berupaya
mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai ujung
tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai
pendidik, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin pada
kompetensi guru. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat tergantung pada
kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru.
Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan
harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah
mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu
pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan
tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai
keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok
ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru.
Guru sebagai pekerja harus berkemampuan yang meliputi penguasaan materi
pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara
menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu
guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini
sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem

Pendidikan

Nasional

bahwa

pendidik

dan

tenaga

kependidikan

berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,


kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya. Harapan dalam Undang-Undang tersebut menunjukkan adanya
perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai sumber
informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju
paradigma

yang

memposisikan

guru

sebagai

fasilitator

dalam

proses

pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa
dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk selalu
meningkatkan kemampuannya terutama memberikan keteladanan, membangun

kemauan,

dan

mengembangkan

kreativitas

peserta

didik

dalam

proses

pembelajaran.
Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi
pedagogis, profesional, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil
mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat
bersosialisasi dengan baik. Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan
khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional. Mereka harus (1) memiliki
bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan
dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.
Di samping itu, mereka juga harus (4) mematuhi kode etik profesi, (5)
memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6) memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7) memiliki
kesempatan

untuk

mengembangkan

profesinya

secara

berkelanjutan,

(8)

memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan


(9) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU tentang Guru
dan Dosen).
Bila kita mencermati prinsip-prinsip profesional di atas, kondisi kerja pada
dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki titik lemah pada hal-hal berikut; (1)
Kualifikasi dan latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan bidang tugas. Di
lapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai
dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya, (2)
Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Guru profesional
seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif,
personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, seorang guru selain terampil mengajar, juga
memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik, (3)
Penghasilan tidak ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (4) Kurangnya
kesempatan untuk mengembangkan profesi secara berkelanjutan. Banyak guru yang
terjebak pada rutinitas. Pihak berwenang pun tidak mendorong guru ke arah
pengembangan kompetensi diri ataupun karier. Hal itu terindikasi dengan minimnya
kesempatan beasiswa yang diberikan kepada guru dan tidak adanya program

pencerdasan guru, misalnya dengan adanya tunjangan buku referensi, pelatihan


berkala, dsb.
Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well.
Artinya, guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti
dan memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu
bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Dengan
integritas barulah, sang guru menjadi teladan atau role model. Menyadari
banyaknya guru yang belum memenuhi kriteria profesional, guru dan penanggung
jawab pendidikan harus mengambil langkah. Hal-hal yang dapat dilakukan di
antaranya;

(1)

Penyelenggaraan

pelatihan.

Dasar

profesionalisme

adalah

kompetensi. Sementara itu, pengembangan kompetensi mutlak harus berkelanjutan.


Caranya, tiada lain dengan pelatihan, (2) Pembinaan perilaku kerja. Studi-studi
sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20 dan penelitian-penelitian
manajemen dua puluh tahun belakangan bermuara pada satu kesimpulan utama
bahwa keberhasilan pada berbagai wilayah kehidupan ternyata ditentukan oleh
perilaku manusia, terutama perilaku kerja, (3) Penciptaan waktu luang. Waktu luang
(leisure time) sudah lama menjadi sebuah bagian proses pembudayaan. Salah satu
tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah menjadikan manusia makin
menjadi "penganggur terhormat", dalam arti semakin memiliki banyak waktu luang
untuk mempertajam intelektualitas (mind) dan kepribadian (personal),

(4)

Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu


"membangun" manusia muda dengan penuh percaya diri, guru harus memiliki
kesejahteraan yang cukup.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam
makalah ini adalah guru pofesional. Termasuk didalammnya kompetensi yang harus
dikuasi oleh guru yang menyandang predikat profesional.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan guru profesional.
2. Untuk mendeskripsikan kompetensi yang harus dimiliki guru profesiona

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Profesi
Kata profesi berasal dari bahasa inggris profess yang dalam bahasa yunani
Eayyia berarti janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas
khusus secara tetap/permanen. Menurut Hornby dalam Ramayulis (2012) perkataan
profesi itu ternyata mengandung berbagai makna dan pengertian. Pertaman, profesi
itu menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan (to profess means to trust),
bahkan suatu keyakinan (to believe) atas suatu kebenaran (ajaran agama) atau
kredibilitas seseorang. Kedua, profesi itu dapat pula menunjukkan dan
mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu a particular, business.
Selanjutnya dalam Webstrs New World Dictionary menunjukkan lebih
lanjut bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi
(kepada pengembangannya) dalam liberal arts atau science, dan biasanya meliputi
pekerjaan mental dan bukan pekerjaan manual. Seperti mengajar, keinsinyuran,
mengarang dan sebagainya, terutama kedokteran, hukum dan teknologi.
Adapun pengertian profesi menurut Soetjipto dan Kosasi (2004 : 262)
adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dan etika khusus serta
standar layanan, sedangkan profesional adalah (a) sifat sesuatu yang berkenaan
dengan profesi, (b) penampilan dalam menjalankan jabatan sesuai dengan tuntutan
profesi, (c) orang yang mempunyai kemampuan sesuai dengan tuntutan profesi.
Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa profesi itu adalah suatu
pekerjaan yang membutuhan tenaga ahli tinggi dalam bidang tertentu.
Robert W Richey dalam Ramayulis (2012) mengemukaka ciri-ciri dan
syarat-syarat profesi sebagai berikut :
1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan
kepentingan pribadi
2. Seorang pekerja profesional, secara relatif memerlukan waktu yang panjang
untuk mempeljari konsep-konsep serts prinsip-prinsip pengetahuan khusus
yang mendukung keahliannya

3. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu


mengikuti perkembangan dalam perkembangan dan pertumbuhan jabatan.
4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku dan cara kerja.
5. Membutuhkan suatu kegiatan itelektual yang tinggi.
6. Adanya organisasi yang meningktkan standar pelayanan, disiplin diri dalam
profesi, serta kesejahteraan anggotanya
7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian
8. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup dan menjadi seotang anggota
permanen.
Berkaitan dengan professional ini, nabi Muhammad SAW bersabda yang
artinya:Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan profesinya (ahlinya)
maka tunggulah kehancurannya. (H.R. Bukhari)
Selain itu, Allah,SWT juga mengingatkan kita, semua seperti yang tercantum
dalam surat Al-anam ayat 135 adalah :

Artinya:
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah (bekerjalah) sepenuh kemampuanmu (menurut
profesimu masing- masing, Sesungguhnya akupun berbuat (bekerja pula). kelak kamu
akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di
dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan
keberuntungan. (Departemen Agama RI: Q.S. Al-Anam: 135)

B. Profesionalisme Guru
1. Guru Profesional
Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian tau orang
yang mempunyai keahlian.

Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat

profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
dipersiapkan untuk pekerjaan tersebut.

Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang
yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif
secara terpola, formal, dan sistematis. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen (pasal 1) dinyatakan bahwa: Guru adalah pendidik
professional

dengan

tugas

utama

mendidik,

mengajar, membimbing,

mengrahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur


pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Guru professional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan tugas-tugas
yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode
pembelajaran. Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional adalah keahlian
yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang
diprogramkan secara khusus. Keahlian tersebut mendapat pengakuan formal
yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak yang
berwenang (dalam hal ini pemerintah dan organisasi profesi).
Guru yang profesional adalah orang yang memilki kemapuan atau keahlian
khusus dalam bidan keguruan (pembelajaran) sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai seorang pembelajar dengan kemampuan maksimal.
Atau dengan kata lain pemelajar profesional adalah orang yang terdidik dan
terlatih dengan baik dan memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya, artinya
seorang pembelajar telah memperoleh pendidikan formal serta menguasai
berbagai strategi dalam kegiatan belajar mengajar,selain itu pemelajar yang
profesional juga harus menguasai landasan-landasan pendidikan yang tercantu
dalam kompetensi.
Salah satu kewenangan guru adalah menghadapi peserta didiknya, untuk
itu ia harus memiliki kemampuan dan memiliki standar, dengan prinsif mandiri
(otonom) atas keilmuannya. Jadi untuk berprofesi sebagai seorang guru perlu
adanya kekuatan pengakuan formal melalui tiga tahap; yakni; sertifikasi;
regristrasi dan lisensi.
a. Sertifikasi adalah pemberian sertifikat yang menunjukkan kewenangan
seseorang anggota seperti ijasah tertentu. Menteri Pendidikan akan
mengeluarkan peraturan menteri nomor 18 tahun 2007 yang berisi kebijakan
mengenai sertifikasi guru. Berdasarkan peraturan tersebut, sertifikasi
dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio yaitu pengakuan atas

pengalaman professional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan


dokumen yang mendeskripsikan: kualifikasi akademik, pendidikan dan
pelatiahan,

pengalaman

mengajar,

perencanan

dan

pelaksanaan

pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya


pengenbangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, penglaman
organisasi dibidang kependidikan dan social, dan penghargaan yang relevan
dengan bidang pendidikan.
b. Regritasi mengacu kepada suatu pengaturan di mana anggota diharuskan
terdaftar namanya pada suatu badan atau lembaga
c. Lisensi adalah suatu pengaturan yang menetapkan seseorang memperoleh
izin dari yang berwajib untuk menjalankan pekerjaanya.
2. Profesionalisme Dibangun Oleh Unsur Kompetensi
Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan

dan ditampilkan melalui unjuk kerja.

Mentri Pendidikan Nasional melalui keputusannya nomor 045/U/2002


menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan
tertentu. Sehingga komptensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terwujud tindakan cerdas dan penuh
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.
Menurut Undang-undang nomor 14 tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah
nomor 19 tahun 2005 serta peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang
guru disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi komptensi personal,
komptensi paedagogik, kompetensi professional, dan kompetensi sosial.
Sertifikat pendidik diperoleh guru melalui program sertifikasi guru.
Program sertifikasi guru adalah program yang berisi proses pemberian sertifikat
pendidik untuk guru. Guru yang telah mengikuti dan dinyatakan lulus akan
memperoleh sertifikat guru sebagai tenaga professional. Secara garis besar
program sertifikasi guru dibedakan menjadi:
a. Program sertifikasi untuk guru yang telah ada (guru dalam jabatan)
b. Program sertifikasi untuk calon guru.
c. Sehat jasmani dan rohani

Seperti telah diamanatkan dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005


bahwa guru mempunyai peran dan kedudukan yang strategis dalam
pembangunan nasional di bidang pendidikan, oleh karenanya profesi keguruan
perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Sebagai tenaga
professional, guru dituntut mampu melaksanakan pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan yang Mahaesa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Sebagai kompensasi dari tuntutan tersebut maka pemerintah memberikan
anggaran lebih untuk kesejahteraan dan perlindungan profesionalisme guru.
Guru yang profesional harus memiliki kompetensi. Peraturan pemerintah
nomor 74 tahun 2008 tentang guru menyebutkan bahwa kompetensi
merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki,

dihayati,

dikuasai,

dan

diaktualisasikan

oleh

Guru

dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru bersifat holistic. dan


kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik,
profesional, sosial dan personal.
a. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemapuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2) Pemahaman terhadap peserta didik;
3) Pengembangan kurikulum atau silabus;
4) Perancangan pembelajaran;
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran;
7) Evaluasi hasil belajar; dan
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan.
Secara rinci masing-masing subkompetensi dijabarkan menjadi
indikator-indikator esensial sebagai berikut:
Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki
indikator esensial memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsipprinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan

memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar


awal peserta didik.
Subkompetensi merancang pembelajaran, didalamnya termasuk
memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran.
Subkompetensi ini memiliki beberapa indikator, diantaranya adalah
memahami landasan kependidikan, menerapakan teori belajar dan
pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai dari materi ajar, serta
menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan stategi yang dipilih.
Subkompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki indikator
menata latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang
kondusif.
Subkompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran
memiliki indikator merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis
hasil evaluasi proses dan hasil untuk menentukan tingkat ketuntasan
belajar, dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
Subkompetensi

mengembangkan

peserta

didik

untuk

mengaktualisasikan berbagai potensinya memiliki indikator memfasilitasi


peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan
memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang
mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah
kemampuan

guru

dalam

Kompetensi

Pedagogik

mengelola

merupakan

pembelajaran
kompetensi

peserta

khas,

yang

didik.
akan

membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat


keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya. Kompetensi
ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus
menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon

10

guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan
potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.
Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7 (tujuh)
aspek dan 45 (empat puluh lima) indikator yang berkenaan penguasaan
kompetensi pedagogik. Berikut ini disajikan ketujuh aspek kompetensi
pedagogik beserta indikatornya:
1) Menguasai karakteristik peserta didik
Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang
karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran.
Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial,
emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya:
a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta
didik di kelasnya,
b) Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran,
c) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar
yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan
kemampuan belajar yang berbeda,
d) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku
peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak
merugikan peserta didik lainnya,
e) Guru membantu mengembangkan

potensi

dan

mengatasi

kekurangan peserta didik,


f) Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik
tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga
peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok
olok, minder, dsb).
2) Menguasasi teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik.
Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode,
dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan
standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan
memotivasi mereka untuk belajar:

11

a) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai


materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya
melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang
bervariasi,
b) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik
terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas
pembelajaran

berikutnya

berdasarkan

tingkat

pemahaman

tersebut,
c) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas
yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda
dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,
d) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan
belajar peserta didik,
e) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait
satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran
maupun proses belajar peserta didik,
f) Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang
memahami

materi

pembelajaran

yang

diajarkan

dan

menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran


berikutnya.
3) Pengembangan kurikulum.
Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting
kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan
lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan
menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik:
a) Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum,
b) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan
silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik
dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,
c) Guru

mengikuti

urutan

materi

memperhatikan tujuan pembelajaran,

12

pembelajaran

dengan

d) Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan


pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan
tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan
di kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan seharihari
peserta didik.
4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik.
Guru mampu menyusun dan
pembelajaran

yang

mendidik

secara

melaksanakan
lengkap.

rancangan

Guru

mampu

melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan


peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai
materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik
peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi
komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran:
a) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan
rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan
aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang
tujuannya,
b) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk
membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji
sehingga membuat peserta didik merasa tertekan,
c) Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi
tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar
peserta didik,
d) Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai
tahapan proses pembelajaran, bukan sematamata kesalahan yang
harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu
peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban
tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg
benar,
e) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum
dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan seharihari
peserta didik,

13

f) Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan


waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan
perhatian peserta didik,
g) Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau
sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat
termanfaatkan secara produktif,
h) Guru mampu audiovisual (termasuk tik) untuk meningkatkan
motivasi

belajar

pembelajaran.

peserta

didik

Menyesuaikan

dalam

aktivitas

mencapai

tujuan

pembelajaran

yang

dirancang dengan kondisi kelas,


i) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik
lain,
j) Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara
sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik.
Sebagaicontoh:
mengevaluasi

guru

menambah

pemahaman

peserta

informasi
didik

baru

terhadap

setelah
materi

sebelumnya, dan
k) Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audiovisual
(termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar pesertadidik
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
5) Pengembangan potensi peserta didik.
Guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta
didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik
melalui

program

embelajaran

yang

mendukung

siswa

mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya


sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan
potensi mereka:
a) Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk
penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat
kemajuan masingmasing.

14

b) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang


mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan
dan pola belajar masingmasing.
c) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk
memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis
peserta didik.
d) Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses
pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap
individu.
e) Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat,
potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.
f) Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai
dengan cara belajarnya masing-masing.
g) Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik
dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi
yang disampaikan.
6) Komunikasi dengan peserta didik.
Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu
memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau
pertanyaan peserta didik:
a) Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman
dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan
pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab
dengan ide dan pengetahuan mereka.
b) Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan
dan tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika
diperlukan

untuk

membantu

atau

mengklarifikasi

pertanyaan/tanggapan tersebut.
c) Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar,
dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa
mempermalukannya.

15

d) Guru

menyajikan

kegiatan

pembelajaran

yang

dapat

menumbuhkan kerja sama yang baik antarpeserta didik.


e) Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua
jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap
salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.
f) Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik
dan

meresponnya

secara

lengkap

danrelevan

untuk

menghilangkan kebingungan pada peserta didik,


7) Penilaian dan Evaluasi.
Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas
efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan
pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam
proses pembelajarannya:
a) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang
tertulis dalam RPP.
b) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis
penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan
mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik,
tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang
telah dan akan dipelajari.
c) Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi
topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan
dan kelemahan masingmasing peserta didik untuk keperluan
remedial dan pengayaan.
d) Guru

memanfaatkan

masukan

dari

peserta

didik

dan

merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya,


dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran,
rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.
e) Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan
rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
16

b. Kompetensi Profesional;
Kompetensi profesional

merupakan

kemampuan

Guru

dalam

menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni


dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi
penguasaan:
1) Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu; dan
2) Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu.
Setiap subkompetensi tersebut diatas memiliki indikator yang berbeda.
Subkompetensi menguasai subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang
studi memiliki indikator memahami materi yang ada dalam kurikulum
sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang
menanungi atau koheren dengan materi ajar, memahahi hubungan konsep
antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari.
Subkompetensi menguasi struktur dan metode keilmuan memiliki
indikator menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan /materi bidang studi secara profesional dalam
konteks secara global.
c. Kompetensi Sosial
Kemampuan guru dalam komunikasi secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, dan
masyarakat. Diharapkan guru dapat berkomunikasi secara simpatik dan
empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik
dan tenaga kependidikan, dan masyarakat, serta memiliki kontribusi
terhadap perkembangan siswa, sekolah dan masyarakat, dan dapat
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk
berkomunikasi dan pengembangan diri.

17

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari


masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
1) Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secarasantun;
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasisecara fungsional;
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesamapendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik;
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilaiyang berlaku; dan
5) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
d. Kompetensi Kepribadian (Personal)

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal guru yang


mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berahlak mulia. Secara
rinci subkompetensi terbebut dapat dijabarkan sebagai beikut:
Subkompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki
indikator bertindak sesuai dengan norma hokum, bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma.
Subkompetensi kepribadian yang dewasa mempunyai indikator
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidikan dan
memiliki etos kerja sebagai guru.
Subkompetensi kepribadian

yang

arif

memiliki

indikator

menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik,


sekolah dam masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir
dan bertindak.
Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator
memiliki prilaku yang berpenagaruh positip terhadap peserta didik dan
memiliki prilaku yang disegani.
Subkompetensi berakhlak mulia dan menjadi teladan memiliko
indikator bertindak sesuai dengan norma religious (iman dan takwa, jujur,
ikhlas, suka menolong) dan memiliki prilaku yang diteladani peserta didik.
Subkompetensi evaluasi diri dan pengembangan diri memiliki
indikator memiliki kemampuan untuk berintrospeksi dan mampu
mengembangkan potensi diri secara maksimal.

18

C. Sikap dan Perilaku Guru yang Profesional


Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas
guru, antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam melalui
pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih
tinggi. Kendatipun dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak
penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang yang
menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki ijazah perguruan tinggi.
Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitas
pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam
kenyataannya banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan. Kesalahankesalahan yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh
kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu antara lain:
1. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
2. Menunggu peserta didik berperilaku negatif,
3. Menggunakan destruktif discipline,
4. Mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik,
5. Merasa diri paling pandai di kelasnya,
6. Tidak adil (diskriminatif), serta
7. Memaksakan hak peserta didik (Mulyasa, 2005:20).
Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respon hanya akan timbul,
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang dikehendaki adanya reaksi
individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu timbul didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif negati,
menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi
reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2000: 15).
Sedangkan perilaku merupakan bentuk tindakan nyata seseorang sebagai
akibat dari adanya aksi respon dan reaksi. Menurut Mann dalam Azwar (2000) sikap
merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu

19

bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini
dikarenakan tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata namun juga
ditentukan faktor eksternal lainnya.
Upaya yang dapat dilakukan agar beberapa sikap dan perilaku menyimpang
dalam dunia pendidikan dapat hindari, diantaranya: Pertama, menyiapakan tenaga
pendidik yang benar-benar profesional yang dapat menghormati siswa secara utuh.
Kedua, guru merupakan key succes factor dalam keberhasilan budi pekerti. Dari
guru siswa mendapatkan action exercise dari pembelajaran yang diberikan. Guru
sebagai panutan hendaknya menjaga image dalam bersikap dan berperilaku. Ketiga,
Budi pekerti dijadikan mata pelajaran khusus di sekolah. Kempat, adanya kerjasama
dan interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah), dan orang tua.
Terkait dengan hal di atas, Hasil temuan dari universitas Harvard bahwa 85 %
dari sebab-sebab kesuksesan, pencapaian sasaran, promosi jabatan, dan lain-lain
adalah karena sikap-sikap seseorang. Hanya 15 % disebabkan oleh keahlian atau
kompetensi teknis yang dimiliki (Ronnie, 2005:62).
Namun sayangnya justru kemampuan yang bersifat teknis ini yang menjadi
primadona dalam istisusi pendidikan yang dianggap modern sekarang ini. Bahkan
kompetensi teknis ini dijadikan basis utama dari proses belajar mengajar. Jelas hal
ini bukan solusi, bahkan akan membuat permasalahan semakin menjadi. Semakin
menggelembung dan semakin sulit untuk diatasi.
Menurut Danni Ronnie M ada enam belas pilar agar guru dapat mengajar
dengan hati. Keenam belas pilar tersebut menekankan pada sikap dan perilaku
pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik. Enam belas pilar
pembentukan karakter yang harus dimiliki seorang guru, antara lain:
1. Kasih sayang,
2. Penghargaan,
3. Pemberian ruang untuk mengembangkan diri,
4. Kepercayaan,
5. Kerjasama,

20

6. Saling berbagi,
7. Saling memotivasi,
8. Saling mendengarkan,
9. Saling berinteraksi secara positif,
10. Saling menanamkan nilai-nilai moral,
11. Saling mengingatkan dengan ketulusan hati,
12. Saling menularkan antusiasme,
13. Saling menggali potensi diri,
14. Saling mengajari dengan kerendahan hati,
15. Saling menginsiprasi,
16. Saling menghormati perbedaan.
Jika para pendidik menyadari dan memiliki menerapkan 16 pilar pembangunan
karakter tersebut jelas akan memberikan sumbangsih yang luar biasa kepada masyarakat
dan negaranya.

21

BAB III
PEMBAHASAN

Penulis mengamati bahwa guru yang profesional identik dengan guru


bersertifikat. Banyak opini-opini yang menyatakan bahwa guru yang profesional
adalah guru yang telah telah di sertifikasi dan memiliki sertifikat pendidik. Itu artinya
bahwa guru yang telah menerima tunjangan sertifikasi adalah guru yang harus
profesional. Pada dasarnya semua guru sudah menguasai empat kopetensi guru, namun
kompetensi tersebut kurang optimal di kuasai oleh guru.

A. Pengertian Profesi
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan profesi selalu dikaitkan dengan
jabatan atau pekerjaan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua
jabatan atau pekerjaan disebut profesi karena profesi menuntut keahlian dari
pemangkunya.
Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang
yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif
secara terpola, formal, dan sistematis. Guru professional akan tercermin dalam
penampilan pelaksanaan tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam
materi maupun metode pembelajaran. Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional
adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang
diprogramkan secara khusus. Keahlian tersebut mendapat pengakuan formal yang
dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak yang
berwenang (dalam hal ini pemerintah dan organisasi profesi)
B. Profesionalisme Guru

22

Guru yang profesional adalah orang yang memilki kemampuan atau keahlian
khusus dalam bidang keguruan (pembelajaran) sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai seorang pendidik dengan kemampuan maksimal, atau
dengan kata lain pendidik profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih
dengan baik dan memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya, artinya seorang
pendidik telah memperoleh pendidikan formal serta menguasai berbagai strategi
dalam kegiatan belajar mengajar,selain itu pendidik yang profesional juga harus
menguasai landasan-landasan pendidikan yang tercantum dalam kompetensi.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yakni:
1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik,
2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,
3. Kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas
mendalam,
4. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
C. Sikap dan Perilaku Guru yang Profesional
Sikap dan prilaku yang harus dimiliki seorang guru profesional adalah kasih
sayang, penghargaan, pemberian ruang untuk mengembangkan diri, kepercayaan,
kerjasama, saling berbagi, saling memotivasi, saling mendengarkan, saling
berinteraksi

secara

positif,

saling

menanamkan

nilai-nilai

moral,

saling

mengingatkan dengan ketulusan hati, saling menularkan antusiasme, saling


menggali potensi diri, saling mengajari dengan kerendahan hati, saling
menginsiprasi, saling menghormati perbedaan.

23

Guru sebagai manusia biasa yang mempunyai keterbasan, hendaknya selalu


mempunyai niat untuk selalu memperbaiki dan mengembangkan diri dalam rangka
menuju guru profesional dan guru bersertifikat. Pada dasarnya semua guru berupaya
menjadi guru profesional, namun ada banyak kendala kompleks yang menyebabkan
kurang maksimalnya kinerja guru.
Penulis setuju dengan kebijakan pemerintah, bahwa guru yang akan disertifikasi
di urutkan berdasarkan masa kerja. Guru yang memiliki masa kerja lebih dari sepuluh
(guru senior) tahun lebih menguasai kompetensi guru di bandingkan guru Fresh
Graduated (guru junior). Guru senior lebih mengerti psikologi siswa, menguasai kelas,
berpengalaman, dan lebih paham memberikan perlakuan terbaik pada siswanya. Guru
junior harus banyak belajar pada guru senior

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru adalah sebuah profesi, untuk menjadi guru yang profesional ada empat
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesinal. Kompetensi yang
maksud adalah sebagai berikut :
1) Kompetensi Pedagogik
2) Kompetensi Profesional
3) Kompetensi Kepribadian
4) Kompetensi Sosial
B. Saran
Untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang tercantum dalam pembukaan UUD
tahun 1945, dibutuhkan guru yang profesional. Guru profesional hendaknya paham
dan menghayati kompetensi yang harus dipenuhinya sebagai guru profesional.
Jangan menunggu hadirnya tunjangan sertifikasi untuk menjadi guru profesional,
namun ada tidak tunjanga sertifikasi guru harus menjadi guru yang profesional
memberikan pelayanan prima bagi siswa.

24

DAFTAR PUSTAKA

Azwar Saifuddin, 2000. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Permen Diknas No 16 Tahun 2007
Peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008
Ramayulis.2012. Profesi dan Etika Keguruan, Jakarta : Kalam Mulia
Ronnie M. Dani, 2005. Seni Mengajar dengan Hati. Jakarta: Alex Media Komputindo.

25

Soetjipto.2004.Kompetensi

Guru.

http://www.google.co.id/2012/04/keterampilanmengajar-guru.html,

diakses

pada 20 september 2015


Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: BP. Media
Pustaka Mandiri.

26

You might also like