Professional Documents
Culture Documents
berlangsung kurang dari 15 menit, tidak memperlihatkan gambaran fokal yang signifikan,
dan tidak berlangsung dalam suatu rangkaian yang memiliki durasi total lebih dari 30 menit.
Kejang demam kompleks memiliki durasi lebih lama,ada tanda fokal dan terjadi dalam
rangkaian yang berkepanjangan.
Kata kunci: Kejang demam, seizures,kejang demam sederhana,kejang demam kompleks.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kejang demam adalah kejang yang timbul pada saat bayi atau anak mengalami demam akibat
proses diluar intrakranial tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang perlu diwaspadai karena kejadian
berulang dapat menyebabkan kerusakan sel-sel otak.Kejang demam dapat dibedakan atas kejang
demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana ialah kejang menyeluruh
yang berlangsung kurang dari 10 menit dan tidak berulang dalam 24 jam sedangkan kejang demam
kompleks ialah kejang pada salah satu tungkai/lengan saja(kejang fokal) yang berlangsung lebih 10
menit dan berulang selama 1 hari atau selama demam berlangsung. 1 Kejang demam dapat terjadi pada
2-5% populasi anak,yaitu pada semua anak yang berusia 6 bulan sampai 6 tahun, terutama orang
tuanya yang pernah mempunyai riwayat kejang demam. Terjadinya kejang demam bergantung kepada
umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat. Lennox(1949) berpendapat bahwa 41,2% anggota
keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%. 2 Makalah ini
akan membahas lebih rinci mengenai kejang demam dari anamnesa, pemeriksaan, etiologi,
manifestasi, patofisiologi, tatalaksana serta prognosis.
SKENARIO
Seorang anak perempuan berusia 4 tahun di bawa ibunya ke UGD RS karena kejang seluruh tubuhnya
30 menit yang lalu.
HIPOTESIS
Anak dengan keluhan tersebut menderita kejang demam sederhana.
ANAMNESIS
Anamnesis adalah pengumpulan data status pasien yang didapat dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien. Tujuan dari anamnesis antara lain:
mendapatkan keterangan sebanyak mungkin mengenai penyakit pasien, membantu menegakkan
Identitas penderita:
Nama, alamat, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin,status sosial ekonomi keluarga serta
lingkungan tempat tinggal.3
Riwayat pengobatan:
Adakah pernah berjumpa dokter lain untuk mendapatkan perawatan?
Adakah ada mangkonsumsi obat-obat yang diresep oleh dokter atau dibeli di apotek
sebelumnya?
Riwayat kehamilan:
Kesehatan ibu saat kehamilan
Pernah sakit panas?
Pernah tetanus toxoid?
Riwayat kelahiran:
Tanggal lahir
Tempat lahir
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik yang pertama kali dilakukan adalah penilaian kesadaran. Pada kasus
inididapatkan kesadaran pasien compos mentis dan pasien tampak aktif. Pemeriksaan berikutnya yaitu
tanda-tanda vital terutama suhu karena pasien ini mengalami demam.Pemeriksaan fisik dalam batas
normal. Tanda rangsang meningeal negatif dengan pemeriksaan saraf cranialdalam batas normal.
Tanda rangsang meningeal yang merupakan suatu tanda adanya iritasi meningeal, secara
klasik terdiri dari kaku kuduk, tanda Brudzinski I & II, Babinsky, dan tanda Kernig. Pada pasien
dengan positifnya tanda rangsang meningeal, sugestif untuk adanya meningitis terutama meningitis
bakterialis.Jadi pemeriksaan tanda rangsang meningeal ini dapat digunakan sebagai salah satu
indikator untuk menyingkirkan diagnosis meningitis.5
Tanda Ransang Meningeal :
Kaku kuduk (Nuchal rigidity)
Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat menepel pada
dada.
Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)
Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala pasien dan tangan lainnya di dada pasien
untuk mencegah agar badan tidak terangkat, kemudian kepala pasien difleksikan ke dada
secara pasif. Bila terdapat rangsang meningeal maka kedua tungkai bawah akan fleksi pada
sendi panggul dan lutut.
Brudzinski II (Brudzinskis contralateral leg sign)
Fleksi tungkai pasien pada sendi panggul secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya
ada sendi panggul dan sendi lutut.
Kernig
Penderita dalam posisi terlentang dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus, kemudian dicoba
meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Pada iritasi menigeal ekstensi lutut secara pasif
akan menyebabkan rasa sakit dan terdapat hambatan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeri ksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang demam.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan darah lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium
Demam (+)
Kejang 5 menit (1x)
Rewel
Composmetis
Demam dalam batas normal
Babinsky (-)
Kaku kuduk (-)
Saraf cranial dalam batas normal
Krik saingh (-)
Motorik (-)
Working Diagnosis(WD)
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosa kerja/working diagnosis
Kejang Demam Sederhana. Diagnosa ini dibuat atas keluhan dan gejala klinis saat pasien datang ke
dokter. Kejang yang terjadi saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf
pusat. Kejang terjadi selama 5 menit (1x) dan kejang kelojotan seluruh tubuh.
Manifestasi klinis Kejang demam yang menyebabkannya diambil sebagai diagnosa penyakit antara
lain ialah.6
Perbedaan kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks dapat dilihat dalam tabel di
bawah:6
Simple/sederhana/Benign(70-80%)
Durasi <15 menit
Kompleks/Atypical(20-30%)
Salah satu dari gejala dibawah:
Kejang tonik-klonik
Kejang fokal
Tidak
ada
gangguan
neurologis
gangguan pertumbuhan sebelum atau setelah Ada riwayat gangguan neurologis atau defisit
kejang
Kejang tonik-klonik adalah jenis kejang generalisata yang ditandai oleh munculnya secara mendadak
kontraksi kuat dan kaku otot-otot lengan dan tungkai(kejang tonik), diikuti oleh kontraksi dan
relaksasi ritmik otot-otot(kejang klonik). Kejang ini merupakan jenis kejang generalisata yang paling
sering terjadi dan semula diberi nama kejang grandmal. Kejang generalisata lainnya mungkin bersifat
tonik murni atau klonik murni.
Differential Diagnosis(DD)
Penyakit
Kejang Demam Sederhana
Kejang
yang
pemeriksaan
Pungsi
Lumbal
untuk
Meningitis
Ensefalitis
sign +.
Infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme.
Gejalanya
adalah
suhu
yang
naik
mendadak,
muncul
dalam
waktu
5-10
hari
setelah
Kejang demam paling sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun. 6
3-5% dari populasi anak dan anak lelaki lebih banyak prevalensi dari anak perempuan. 6
Frekuensi epilepsi diantara berbagai anggota keluarga adalah 4-10%. 1
Menurut ras, kulit putih lebih banyak dari kulit berwarna.
75% rekurensi dalam jangka waktu 12 bulan dari kejang pertama. 7
ETIOLOGI
Tidak diketahui pasti tetapi tampaknya pengaruh genetik yang kuat serta demam. 1 Kejang
demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang paling sering
dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran pernapasan, otitis media,
dan gastroenteritis.8
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297 anak
penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang akhirnya
memicu serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %. Selanjutnya adalah
otitis media akut (31 %) dan gastroenteritis (27%).8
demam. Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang paling
sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran pernapasan, otitis media,
dan gastroenteritis.9
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297 anak
penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang akhirnya memicu
serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %. Selanjutnya adalah otitis media akut
(31 %) dan gastroenteritis (27%).7
-
Ambang kejang
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang itulah seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak
dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 oC.
PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang
didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme terpenting otak adalah glukosa. Sifat proses
itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke
otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam lipoid dan permukaan
luar yang ionik.Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
Kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida. Akibatnya
konsentrasi Kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na + rendah, sedangkan di luar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya.Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel,
maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang
terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi
pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membrane sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membrane
tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membrane sel tetangganya dengan bantuan bahan
yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.Tiap anak mempunyai ambang kejang yang
berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada
suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C
sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang lebih tinggi,kejang baru terjadi pada suhu 40C
atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahawa terulangnya kejang demam lebih sering
terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penganggulangannya perlu diperhatikan
pada tingkat suhu berapa penderita kejang.2
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama(lebih dari 15 menit) biasanya
disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnenia, asidosis laktat disebabkan metabolisme anaerobik,
hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat
disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya meningkatkan metabolisme otak. Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama
berlangsungnya kejang lama.Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak.Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan
10
y
P
f
D
h
K
B
j
E
b
g
p
u
S
k
r
d
c
l
a
i
s
n
e
t
o
R
epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.2
MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar kejang demam terjadi dalam 24 jam pertama sakit, sering sewaktu suhu tubuh
meningkat cepat, tetapi pada sebahagian anak,tanda pertama penyakit mungkin kejang dan pada yang
lain, kejang terjadi saat demam menurun. Derajat demam bukan merupakan faktor kunci yang
memicu kejang. Selama suatu penyakit, setelah demam turun dan naik kembali sebagian anak tidak
kembali kejang walaupun tercapai tingkatan suhu yang sama dan sebagian anak yang lain tidak
mengalami kejang pada penyakit demam berikutnya walaupun tercapai tingkatan suhu yang sama.
Sebagian besar pasien mengalami kejang demam jinak dan hanya akan sekali kejang selama suatu
penyakit demam. Hanya 20% dari kejang demam pertama bersifat kompleks.Dari pasien yang
mengalami kejang demam kompleks, sekitar 80% mengalami kejang demam kompleks sebagai
kejang pertama.Anak yang berkemungkinan besar mengalami kejang demam kompleks tidak dapat
diketahui secara pasti sebelum kejadian. Namun,mereka cenderung berusia kurang dari 18 bulan dan
memiliki riwayat disfungsi neurologik atau gangguan perkembangan. 1
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya
tonsillitis, otitis media akuta, bronchitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi
dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk
tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang
berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit
anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. 2
11
Di Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FKUI-RSCM Jakarta, Kriteria Livingstone dimodifikasi dan
dipakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana ialah: 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria modifikasi Livingston
diatas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam.Kejang kelompok kedua ini
mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya
merupakan faktor pencetus saja.
Klasifikasi Epilepsi/kejang
Cara yang paling sederhana untuk mengelompokkan serangan epilepsi adalah apakah pada EEG
serangan tersebut bersifat fokal atau umum. 8
Epilepsi umum/generalisata primer
Hal ini mengacu pada aktivitas serangan listrik pada EEG yang timbul dari kedua hemisfer secara
bersamaan.Biasanya dimulai pada masa anak-anak atau remaja.Mungkin terdapat riwayat keluarga.
Pencitraan otak(CT atau MRI) menunjukkan gambaran normal. Sering bersifat fotosenstitif(bisa
dipicu oleh cahaya yang berkilat). Tiga manifestasi yang umum: 9
1. Absences anak-anak yang khas(petit mal)
2. Kejang mioklonik
3. Serangan tonik-klonik umum: kekakuan tonik tungkai selama beberapa saat disertai
kehilangan kesadaran tiba-tiba dan diikuti oleh kejang klonik yang lamanya bervariasi. 8
Kejang tonik-klonik yang dahulunya disebut grand mal adalah kejang epilepsi yang klasik. Ia
diawali dengan hilang kesadaran yang cepat, pasien mungkin bersuara menangis,akibat
eskpirasi paksa yang disebabkan oleh spasme toraks atau abdomen. Pasien hilang posisi
berdiri,mengalami tonik kemudian klonik dan inkontinensia urin atau alvi disertai disfungsi
otonom.10
Kejang tonik klonik demam yang sering disebut kejang demam paling sering terjadi pada
anak berusia kurang dari 5 tahun.Teori menyarankan bahwa kejang ini disebabkan oleh hipertermia
yang muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri.Kejang ini umumnya
berlangsung singkat dan ada predesposisi familial. Pada beberapa kasus, kejang dapat berlanjut
12
melewati masa anak-anak dan anak mungkin mengalami kejang nondemam pada kehidupan
selanjutnya.11
Epilepsi yang terkait lokalisasi
Terdapat fokus listrik yang jelas pada EEG yang menunjukkan tempat asal serangan.Sering ditemukan
kelainan pada pencitraan (sklerosis hipokampus, tumor jinak, malformasi atriovenosa, diplasia
korteks).Tidak terdapat riwayat keluarga. Bentuk yang umum adalah: 9
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kegawatan
Pasien di perlakukan seperti pada keadaan kegawatan yang mengancam nyawa.Lakukan penilaian
tanda vital secara cepat dan penilaian resusitasi sebagai berikut.
A (airways) : bebaskan jalan napas
B (breathing ) : jaga pernapasan sebaik mungkin
C (circulation) : tekanan darah dan volume darah di pertahankan secukupnya
MEDIKA MENTOSA
Pengobatan saat kejang dapat dilihat pada tatalaksana penghentian kejang lihat bagan di bawah.2,4
Bagan 4: Penghentian Kejang Demam
Kejang :
segera
berikan Diazepam
Intravena atau
Diazepam rektal
13
Bila Diazepam tidak tersedia: langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal dan
NON-MEDIKA MENTOSA
14
antipiretika
f) Apabila kejang berlangsung lebih dari 30 menit dapat diberikan kortikosteroid untuk
mencegah oedem otak dengan menggunakan cortisone 20-30 mg/kgBB atau dexametason
0,5-0,6 mg/kgBB
Kurangnya pengetahuan orang tua,mengenai penyakit. Menjelaskan pada orang tua tentang:
o Menyediakan obat antipiretika dan anti konvulsan sesuai petunjuk dokter
o Anak segera diberikan obat antipiretik bila demam.
o Penanganan kejang sederhana di rumah : dibaringkan di tempat yang ratadan aman,
melonggarkan baju, memberikan kompres dingin, memberiminum setelah pasien sadar
o
o
o
penuh.
Bila kejang berlangsung lama segera bawa ke rumah sakit
Bila diberikan diazepam rectal, ajarkan pemakaian.
Jika anak mendapat imunisasi beritahukan orang tua agar menjelaskan pada petugas
kesehatan jika anaknya penderita kejang demam dan diberikanimunisasi yang tidak
mengakibatkan demam.
KOMPLIKASI
Berulangnya Kejang:2
-
Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan pertama
dari serangan pertama.
Epilepsi:2
-
Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita KDS
tergantung kepada faktor:
a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita
KDS
Hemiparesis2
Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari setengah
jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal. Kejang fokal yang terjadi sesuai
dengan kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid, sesudah 2 minggu timbul
keadaan spastisitas. Diperkirakan 0,2 % KDS mengalami hemiparese sesudah kejang lama.
Retardasi Mental2
Ditemukan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang kejang
demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau kelainan
neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya
kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental adalah 5x lebih besar.
15
PENCEGAHAN
Pencegahan berkala ( intermiten ) untuk kejang demam sederhana denganDiazepam 0,3
mg/KgBB/dosis PO dan anti piretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai
demam.2
Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata denganAsamValproat15 40
mg/KgBB/hari dan fenobarbital 3-5mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2 3 dosis.
Pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan pencegahan segera saat kejang
berlangsung.
1. Pencegahan berulang:
a) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter.
b) Tersedianya alat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara
pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak
( 36-37C).
c) Anak diberi obat antipiretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam
dan jangan menunggu sampai suhu meningkat.
2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi:
a) Baringkan pasien pada tempat yang rata.
b) Kepala dimiringkan untuk menghindari aspirasi cairan tubuh.
c) Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas.
d) Lepaskan pakaian yang ketat.
e) Jangan melawan gerakan pasien untuk menghindari cedera.
16
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau
lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan
sesuatu ke dalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang.
Vaksinasi
Sejauh ini tidak ada kontraindikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang mengalami
kejang demam. Kejang setalah demam vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT
adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per
100.000.8
Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah
vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi
hingga 3 hari kemudian.8
PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan
kematian.2
Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi kejang demam
PENUTUP
Kejang adalah suatu kejadian paroksismal yang disebabkan oleh lepas muatan hipersinkron abnormal
dari suatu kumpulan neuron SSP. Istilah kejang perlu secara cermat dibedakan dari epilepsi. Epilepsi
menerangkan suatu penyakit pada seseorang yang mengalami kejang rekuren nonmetabolik yang
disebabkan oleh suatu proses kronik yang mendasarinya. Kejang demam adalah penyakit pada anak
17
yang disebabkan oleh demam, namun tidak sampai menginfeksi otak anak.Infeksi ekstrakranial yang
paling banyak didapatkan yakni dari saluran pernapasan bagian atas, dan merupakan 70% dari seluruh
penyebab kejang demam.Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, dan memutar
matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak
lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir
kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Penanganganan yang cepat akan mengurangkan resiko komplikasi.
KESIMPULAN
Hipotesis diterima. Anak dengan keluhan kejang beberapa menit yang lalu,kejang kelojotan seluruh
tubuh
mata mendelik ke atas yang berlangsung selama 5 menit, menderita Kejang Demam
Sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
1. Marvin A.F. Kejang demam. Buku Ajar Pediatri Rudolf.Vol III. 20 th ed. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta:2007. Pg2160-61.
2. Hassan R, Alatas H. Ensefalitis,Kejang demam. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Vol II.
11th ed. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:2007.p6224,847-54.
3. Bickley L.S. Anamnesis. Bates Guide to Physical Examination and History Taking.
International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer Health;
2009.
4. Santoso M.,Kurniadhi D.,Tendean M.,Oktavia E.,Ciulianto R. Kejang demam. Panduan
Kepaniteraan Klinik Pendidikan Dokter. Fakultas Kedokteran Ukrida:2009. p831-3.
5. Scheld WM, Whitley RJ, Marra CM. Infections of the central nervous system. 3rd Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p.384.
6. Janine H. Febrile seizures. The Toronto Notes. 27th ed. Toronto Notes for Medical Students,
Inc. Toronto, Ontario, Canada. 2011.p1102-3.
7. Statham E. Febrile seizures. Learn Pediatrics. University of British Columbia. Diunduh dari
http://learnpediatrics.com/body-systems/nervous-syste/febrile-seizures/.
Diakses
tanggal
8/1/2012.
8. Lumbantobing SM. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. h. 1-3.
9. Elizabeth J.C. Gangguan kejang,epilepsi. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta: 2001.p172-4.
10. Patrick D. Epilepsi. At A Glance Medicine. Penerbit Erlangga:2006.p182-3.
11. Lombardo M.C. Gangguan kejang. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses penyakit. Vol
II. 6th ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 2006.pg1157-66.
18
19