You are on page 1of 2

13

VII.

PEMBAHASAN
Percobaan ini menggunakan bahan baku utama kulit udang galah. Dipilih
bagian kulit karena pada kulit udang ini terkandung chitin lebih banyak
dibandingkan bagian tubuh lainnya. Sedangkan chitosan sendiri adalah salah satu
turunan chitin. Kulit ini dipisahkan dari udangnya, lalu dicuci bersih, dan
dikeringkan. Lalu kulit udang ini dihancurkan hingga menjadi halus atau bubuk
powder. Tujuannya agar chitin yang terkandung dalam kulit udang dapat cepat
bereaksi dengan zat kimia (HCl dan NaOH) dan lepas dari kandungan chitin
tersebut. Kulit udang dibersihkan, dikeringkan, dan dihaluskan di rumah sebelum
melakukan praktikum untuk mempermudah jalannya praktikum.
Kulit udang sebanyak 5 gram ditambahkan aquades hingga jumlah
totalnya menjadi 300 ml. Meskipun dicampurkan, kedua bahan ini tidak saling
melarut. Pelarutan chitin sebenarnya tergantung dari konsentrasi asam mineral dan
temperatur. Karena itulah, pada saat proses pemanasan temperaturnya tidak terlalu
tinggi dan campuran tidak boleh diaduk terlalu sering karena dikhawatirkan akan
membuat kandungan chitin terlarut dalam aquadest. Pemanasan pun hanya
dilakukan selama 2 menit.
Setelah dipanaskan, larutan ini disaring. Slurry kulit udang kemudian
dipanaskan kembali dengan ditambah aquadest hingga jumlahnya 300 ml. Setelah
itu, larutan ini diukur pH-nya. Karena terlalu basa yaitu 8, untuk menetralkannya
maka ditetesi HCl hingga pH-nya menjadi 7. Larutan ini disaring, ditambah
aqudes sebanyak 300 ml, dan dipanaskan kembali Kemudian diukur pH-nya agar
menjadi menjadi netral dengan ditambah NaOH hingga pH-nya menjadi 7. Lalu
perlakuan selanjutnya sama dengan perlakuan sebelumnya. Terakhir, setelah
disaring chitosan yang diperoleh dikeringkan dalam oven.
Chitosan dalam bentuk powder telah diperoleh, namun apakah bubuk
kering itu murni chitosan atau masih terkandung zat lainnya selain chitosan, hal
itu masih diragukan. Karena dalam percobaan pembuatan chitosan ini tidak
diketahui parameter kimia zat chitosan. Chitosan kering yang kami peroleh yaitu
sebanyak 4,35 gram. Padahal bahan baku yang kami gunakan sebanyak 5 gram.
Artinya, terdapat sebanyak 0,65 gram sampel awal yang telah hilang atau

14

terbuang. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor seperti
adanya kulit udang yang larut dalam aquades dan proses pencucian yang tidak
bersih. Bisa juga dikarenakan banyak serbuk powder kulit udang yang terbawa
pada saat pencucian maupun penyaringan menggunakan kertas saring. Hal ini bisa
dilihat pada kertas saring dimana masih begitu banyak slurry udang yang tak bisa
diambil dan masih tertinggal.
Sebagaimana kita ketauhi, ada tiga rangkaian proses dalam pembuatan
Chitosan dari Chitin. Yaitu de-mineralisasi, de-proteinasi dan terakhir adalah deasetilasi. Pembuatan Chitosan sendiri memerlukan bahan baku dari limbah
industri pengolahan udang dan rajungan. yang diambil dapat berupa kulit, kepala,
dan ekor yang tidak terpakai.
Bahan-bahan tadi kemudian dihilangkan mineralnya (de-mineralisasi)
dengan cara dimasak pada PH asam. Untuk itulah pada praktikum ini kita
tambahkan senyawa asam pekat berupa Asam Klorida (HCl). Karena Organisme
laut itu sangat kaya akan mineral makanya harus dihilangkan terlebih dahulu
kandungan mineralnya.
Proses selanjutnya ialah dihilangkan proteinnya (de-proteinasi) dengan
dimasak pada tempat yang sama pada PH basa (9-10). Untuk itulah pada
praktikum ini kita tambahkan senyawa basa kuat berupa Natrium Hidroksida
(NaOH). Hasilnya, diperoleh bahan yang disebut dengan chitin murni yang nanti
akan dimanfaatkan untuk proses selanjutnya.
Proses berikutnya (terakhir) adalah de-asetilasi. Proses ini diperlukan
karena Di dalam struktur chitin, terdapat gugus asetil. Gugus ini harus dibuang
dan digantikan dengan gugus NH2, juga pada proses basa, tapi jauh lebih kuat dari
basa pada proses penghilangan protein. Setelah de-asetilasi, jadilah chitosan
dalam bentuk bubur. Bubur ini tinggal dicuci dan dikeringkan, tahapan tahapan
seperti inilah yang bisanya dilakukan dalam proses pengolahan chitosan.
Dari gambar pada hasil pengamatan dapat kita lihat bahwa terdapat
perbedaan warna pada chitosan sebelum dan sesudah pengeringan. Chitosan
sebelum pengeringan berwarna merah bata, sedangkan setelah pengeringan
berwarna putih pucat.

You might also like