You are on page 1of 60

49

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

50

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Tim Penyusun
Pengarah :
Dr. Ir. Poentodewo S.S.O., M.Surv.Sc

Deputi Bidang Pemetaan Dasar


Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

Dr. Yusuf Surachman Djajadiharja


Deputi Bidang Infrastruktur Data Spasial


Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

Ir. Sugeng Prijadi, M.App.Sc


Kepala Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan


Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

Penanggungjawab :
Dr. Ir. Parluhutan Manurung

Penulis :
Teguh Fayakun Alif, ST
Akhmad Yulianto Basuki, S. Kom
Ratih Destarina, ST
Andrian Libriyono, ST
Dr. Khafid
Agus Makmuriyanto, ST, M.Si
Nursugi, ST
Dr. Haryadi Permana
M. Hasanudin, ST, MT
Priyadi Dwi Santoso, ST
Ir. Yudhi Antasena, M.Sc
Dr. Udrekh
Dr. Imam Mudita
Kol. Laut Surya Cendra Kelana
Mayor Laut Agus Sutrianto
Mayor Laut M. Yasin
Kapt. Laut M. Qisthi Amarona
Ir. Mustafa Hanafi, M.Si
Dr. Eka Djunarsah
Ir. Berny A. Subki, Dip. OC
Eko Triarso, ST, M.Si

Editor :
Dr. Ir. Parluhutan Manurung
Dr. Ing. Khafid
Agus Makmuriyanto, ST, M.Si
Desain dan Tata Letak :
Agus Setiawan

Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional


Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Dinas Hidro Oseanografi (Dishidros) TNI Angkatan Laut
Dinas Hidro Oseanografi (Dishidros) TNI Angkatan Laut
Dinas Hidro Oseanografi (Dishidros) TNI Angkatan Laut
Dinas Hidro Oseanografi (Dishidros) TNI Angkatan Laut
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Teknik Geodesi dan Geomatika, ITB
Badan Riset Kelautan dan Perikanan,Kementerian Kelautan dan Perikanan
Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Daftar Isi
Sambutan VI
Abstrak VIII
I . Laut Lestari Sebagai Perwujudan Kesejahteraan rakyat Serta Pemersatu Bangsa 1
A. Pendahuluan 1
B. Tujuan 4
C. Dasar Hukum 4
D. Pola Pikir Kebijakan Kelautan 6
E. Kebijakan Kelautan Nasional dalam mendukung MP3EI 7
II . Ekonomi Kelautan : the next strategy towards innovation driven economy 2025 8
A. Potensi Kelautan Indonesia 8
B. Peningkatan Potensi Ekonomi Kelautan 12
C. Pemanfaatan Data Geospasial Kelautan 23
III. Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional 25
A. Urgensi Pemetaan Kelautan Terpadu 25
B. Bisnis Proses Penyediaan Data Geospasial Kelautan 27
C. Tahapan Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional 28
D. Produk Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional 30
E. Sinergi Pelaksanaan dan Pengelolaan antar Instansi 32
F. Struktur Pembiayaan 33
Lampiran A Status Data Batimetri Nasional 38
Lampiran B Kemampuan Pemetaan Kelautan Instansi Pemerintah 44

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Sambutan
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu alaikum Wr.Wb,

ita-cita merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Dengan cita-cita, kita memiliki
arah serta tujuan hidup dan berusaha sedikit demi sedikit mencapainya. Begitu pula suatu
bangsa harus memiliki cita-cita yang ingin dicapai. Bangsa yang tidak memiliki cita-cita
menjalankan roda kehidupannya bagai hidup segan, mati tak mau. Bangsa yang semacam
itu akan dengan mudah tergilas derasnya arus globalisasi dan segera menghilang dalam percaturan dunia.
Apakah bangsa Indonesia memiliki cita-cita? Tentu. Sebagaimana telah dirumuskan oleh para tokoh
pendahulu, cita-cita bangsa Indonesia termaktub dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang
pada paragraf kedua berbunyi sebagai berikut :
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Kata makmur mengisyaratkan tingkat kehidupan yang sejahtera baik secara ekonomi maupun sosial.
Namun kondisi Indonesia setelah lebih dari 60 tahun lepas dari penjajahan, World Bank (World Development
Report 2007) masih mengkategorikan Indonesia sebagai negara dengan status Lower-Middle Income.
Dengan Percapita Gross National Income (PPP) pertahun sebesar $3,720, Indonesia masih menduduki
kelompok bawah pada rangking kondisi ekonomi negara-negara di dunia, tidak terlalu jauh berbeda dengan
pencapaian Vietnam, Nicaragua, Syria, dan masih dibawah Phillipina ($5,300) apalagi Malaysia ($10,320).
Diperkirakan sekitar 7,5% dari penduduk Indonesia masih dikategorikan sebagai penduduk miskin dengan
penghasilan dibawah International Poverty Line sebesar $1 sehari, dan masih kurang dari setengah jumlah
penduduk Indonesia yang berpenghasilan di atas $2 per hari.
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) diharapkan dapat
menjadi senjata andalan untuk mewujudkan kemakmuran Indonesia dengan mencapai taraf innovation
driven economy pada tahun 2025 yang dengan sendirinya akan mengkatrol posisi Indonesia di mata dunia.
Struktur ekonomi Indonesia yang mengekstraksi dan mengumpulkan hasil alam akan bergeser pada industri
yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah produk, proses produksi dan distribusi. Untuk itu, perlu
penyediaan infrastruktur untuk mendukung ekspansi dan integrasi perkonomian.

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Penyediaan infrastruktur yang mendorong konektivitas antar wilayah akan menurunkan biaya transportasi
dan biaya logistik sehingga dapat meningkatkan daya saing produk, dan mempercepat gerak ekonomi.
Sebagai negara yang dua per tiga wilayahnya berupa lautan, sudah selayaknya jika laut dimanfaatkan sebagai
sarana konektivitas utama antar daerah. Sejalan dengan program new inisiative pada RKP 2012, Bakosurtanal
bekerjasama dengan instansi terkait di Indonesia mengajukan program Pemetaan Terpadu Sumber Daya
Kelautan Nasional dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI). Program ini diharapkan dapat mendukung MP3EI dalam pemerataan konektivitas di
seluruh Indonesia melalui media laut, sekaligus menghilangkan kesenjangan ekonomi antara Kawasan Barat
Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Kami berharap, agar rencana yang termuat di dalam proposal ini dapat dilaksanakan sesegera mungkin
dan dengan sebaik-baiknya oleh semua pihak terkait demi terwujudnya cita-cita Bangsa Indonesia. Saatnya
kita untuk memulai langkah dan tindakan yang lebih nyata membangun terobosan, daya dorong, dan daya
ungkit yang lebih baik untuk meraih kemandirian, kemajuan, keadilan, dan kemakmuran bagi bangsa dan
rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Wassalamualaikum Wr Wb.
Deputi Bidang Pemetaan Dasar
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

Dr. Ir. Poentodewo S.S.O., M.Surv.Sc

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

viii

Abstrak

i tengah derasnya arus globalisasi, hanya negara-negara yang


maju dan berdaya saing global yang dapat mempertahankan
eksistensinya. Saat ini, Indonesia sedang berjuang untuk meraih
predikat innovation driven economy di mata dunia. Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan salah satu
program yang dicanangkan pemerintah untuk mempercepat pencapaian taraf
perekonomian tersebut yang direncanakan terwujud pada tahun 2025.
Negara Indonesia, yang dua per tiga wilayahnya berupa lautan, sudah
selayaknya menjadikan sektor kelautan sebagai tumpuan perekonomian nasional.
Besarnya potensi sektor kelautan dalam menyumbang devisa negara membuat
sektor ini menjadi salah satu dari 8 (delapan) fokus utama MP3EI.
Data dan informasi spasial merupakan pondasi yang mutlak ada dalam
pembangunan suatu bangsa. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa perencanaan
pembangunan harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan yang mencakup pengertian gambar visual (images) yang
diperoleh baik melalui observasi langsung maupun dari yang sudah terkumpul,
yang salah satu komponen terpenting di dalamnya adalah data dan informasi
spasial.
Sejalan dengan amanat UU No. 25 Tahun 2004 dan adanya program New
Initiative sesuai dengan RKP 2012, Bakosurtanal bersama beberapa instansi
pemerintah terkait kelautan di Indonesia berkoordinasi untuk melakukan kegiatan
Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional. Kegiatan ini diharapkan
dapat mendukung program MP3EI dalam bidang kelautan dengan menyediakan
data dan informasi spasial khususnya terkait dengan konektivitas nasional yang
menghubungkan 6 Koridor Ekonomi Indonesia.
Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional merupakan salah satu
upaya konsolidasi data dan informasi spasial kelautan sebagaimana telah dirintis
dengan pembuatan Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN) yang dikukuhkan melalui
Perpres No. 85 Tahun 2007 dan diperkuat dengan UU No. 4 Tahun 2011 tentang
Informasi Geospasial. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mewujudkan sebuah
sistem yang dapat memfasilitasi dan mengakomodasi kerjasama semua instansi
pembuat dan pengguna data dalam pengumpulan, pengolahan, pemeliharaan,
penyimpanan dan penyebarluasan data dan informasi spasial kelautan Indonesia.
Hasil yang diharapkan adalah kegiatan ini dapat menyediakan data spasial
kelautan yang berkualitas, mudah diakses dan diintegrasikan untuk mendukung
program MP3EI terutama di sektor kelautan Indonesia.
Implementasi Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional akan
dilaksanakan oleh tim yang merupakan hasil sinergi dan kolaborasi dari instansiinstansi terkait kelautan di Indonesia yang dikoordinasikan oleh Bakosurtanal. Tim
ini akan melakukan koordinasi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Pemetaan
Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional.

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

I. Laut Lestari Sebagai Perwujudan Kesejahteraan rakyat Serta


Pemersatu Bangsa
A. Pendahuluan

ndonesia berhasil meningkatkan meningkatkan status perekonomiannya di


mata dunia dari factor driven economy menjadi eficiency driven economy.
Namun pencapaian pendapatan hingga diatas 3000 USD itu tidaklah
mudah. Indonesia membutuhkan waktu yang lama, yaitu sekitar 40 tahun untuk
merevititalisasi perekonomiannya dihitung dari upaya terencana yang dicanangkan
Pemerintah sejak akhir tahun 1960-an hingga kemudian berhasil melewati krisis
global pada tahun 2010.

Target Indonesia selanjutnya adalah meraih peringkat investment
grade dan mencapai taraf innovation driven economy. Tetapi apakah kita juga
membutuhkan waktu 40 tahun untuk mencapai taraf tersebut? Tentu saja tidak.
Untuk itulah pemerintah mencanangkan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk mempercepat perwujudan
negara ini menjadi negara yang maju dan berdaya saing global. Diharapkan
MP3EI dapat memberikan arah pembangunan ekonomi Indonesia hingga 2025
dan mempercepat terwujudnya suatu negara maju dengan hasil pembangunan
yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. Sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah dengan panjang

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

mencapai 5.200 km dan lebar mencapai 1.870 km. Dengan wilayah seluas itu, tidak
mengherankan jika Indonesia juga memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Sumber
daya alam tersebut tersebar tidak hanya di daratan, tetapi juga di lautan. Oleh karena
itu laut juga merupakan modal utama dalam mewujudkan tujuan utama MP3EI.

Laut bukanlah pemisah tetapi pemersatu negara kepulauan Indonesia, demikian
pernyataan politik yang telah dicanangkan dalam menyatakan NKRI adalah sebagai Benua
Maritim Indonesia. Laut merupakan salah satu moda transportasi perekonomian Indonesia
yang mendistribusikan bahan konsumsi, material dan mobilisasi sumberdaya manusia
antar pulau. Selain itu, laut telah memberikan kita sumber daya alam hayati perikanan
dan kaya akan cadangan mineral, dan energi yang menjadi salah satu sumber utama
perekonomian nasional. Lingkungan laut yang begitu kaya dengan keindahan pantai
dan alam bawah laut dapat mendorong pertumbuhan infrastruktur dan menciptakan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang baru.

Gambar 1.1 (enam) Koridor ekonomi Indonesia


1

Sumatera Timur

25

Pantai Utara JawaJ

KalimantanP

Sulawesi Barat
awa Timur Bali-NTT

apua


Dengan ditetapkannya Masterplan Percepatan dan Perluasan Perekonomian
Indonesia (MP3EI), maka program Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional
ini sangat dibutuhkan dalam mendukung keberadaan 6 koridor ekonomi, dimana koridor
ekonomi Indonesia dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut membutuhkan
konektivitas sebagai penghubung yang dapat menyatukan seluruh wilayah Indonesia
serta mendorong pemerataan pembangunan antar daerah. Konektivitas Nasional
merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakan nasional yang terdiri dari
1.
2.
3.
4.

Sistem Logistik Nasional (Sislognas)


Sistem Transportasi Nasional (Sistranas)
Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN)
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT)

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Upaya ini perlu dilakukan agar dapat diwujudkan konektivitas nasional yang efektif,
efisien, dan terpadu. Konektivitas Nasional Indonesia mengacu pada visi Terintegrasi
secara lokal, terhubung secara global.
Yang dimaksud terintegrasi secara lokal adalah pengintegrasian sistem konektivitas
untuk mendukung perpindahan komoditas, yaitu barang, jasa, dan informasi secara efektif
dan efisien dalam wilayah NKRI. Oleh karena itu, diperlukan integrasi simpul dan jaringan
transportasi, pelayanan inter-moda tansportasi, komunikasi dan informasi serta logistik.

Sedangkan yang dimaksud terkoneksi secara global adalah sistem konektivitas
nasional yang efektif dan efisien yang terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan
sistem konektivitas global melalui jaringan pintu internasional pada pelabuhan dan
bandara (international gateway/exchange) termasuk fasilitas custom dan trade/industry
facilitation. Efektivitas dan efisiensi sistem konektivitas nasional dan keterhubungannya
dengan konektivitas global akan menjadi tujuan utama untuk mencapai visi tersebut.
Konektivitas lokal dan global ini berusaha memaksimalkan pemanfaatan Sea Lane of
Communication (SloC) maupun ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) dalam usahanya
untuk mengakselerasi MP3EI. Negara Indonesia bisa meraih banyak keuntungan dari
modalitas maritim ini untuk mengakselerasi pertumbuhan di berbagai kawasan di
Indonesia (khususnya Kawasan Timur Indonesia), membangun daya saing maritim, serta
meningkatkan ketahanan dan kedaulatan ekonomi nasional.

Gambar 1.2 Konsep konektivitas nasional Indonesia


Dalam rangka penguatan konektivitas nasional yang memperhatikan posisi geostrategis regional dan global, perlu ditetapkan pintu gerbang konektivitas global yang
memanfaatkan secara optimal keberadaan Sea Lane of Communication (SloC) dan ALKI
sebagai modalitas utama percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia.
Konsepsi tersebut akan menjadi tulang-punggung yang membentuk postur konektivitas

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

nasional dan sekaligus diharapkan berfungsi menjadi instrumen pendorong dan


penarik keseimbangan ekonomi wilayah, yang tidak hanya dapat mendorong kegiatan
ekonomi yang lebih merata ke seluruh wilayah Indonesia, tetapi dapat juga menciptakan
membangun kemandirian dan daya saing ekonomi nasional yang solid.
B. Tujuan
Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional di Indonesia adalah kegiatan
terpadu lembaga dan kementerian yang terkait dengan pengelolaan data dan informasi
kelautan nasional dengan tujuan utama untuk :
1. Mendukung konektivitas lokal dan global dalam percepatan Masterplan Percepatan
dan Perluasan Perekonomian Indonesia (MP3EI).
2. Mengembangkan Sistem Informasi Geospasial Kelautan untuk mendukung
Decision Support System (DSS) dalam mendukung kebijakan pemerintah di bidang
pembangunan wilayah laut dan pesisir.
3. Meningkatkan kapasitas lembaga dan kementerian terkait bidang kelautan di
Indonesia dalam melakukan pengelolaan data Geospasial kelautan.
4. Mengelola dan melaksanakan akuisisi data batimetri, data geofisika seperti gaya
berat dan seismik, data tematik kelautan pada seluruh perairan teritorial dan ZEE
Indonesia dengan teknologi terbaru untuk menghasilkan peta batimetri kelautan
Indonesia yang berbasis GIS dan menjadi peta dasar bagi peta-peta turunan tematik
terkait kelautan lainnya.
C. Dasar Hukum
Untuk dapat merealisasikan program
Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan
Nasional di Indonesia, diperlukan landasan
hukum yang kuat terkait bidang kelautan.
Landasan hukum tersebut bukan hanya
menata undang-undang yang sudah ada,
melainkan juga dapat menambahkan
undang-undang yang belum ada namun
diperlukan sehingga mampu mewujudkan
arsitektur bangunan hukum kelautan yang
ideal.

Gambar 1.3 Arsitektur Hukum di Bidang Kelautan yang Ideal


(dimodifikasi dari Kusumastanto, et al, 2008)

Dengan diperkuat oleh Undangundang Informasi Geospasial no 4 tahun


2011 yang baru ditetapkan, undangundang di bidang kelautan mendapatkan
dukungan dalam hal pengelolaan dan
pemanfaatan data dan informasi geospasial
kelautan. Di masa yang akan datang UU-IG
ini akan menjadi landasan utama dalam
hal pengelolaan dan pertukaran data
geospasial kelautan di setiap instansi
pemerintah dan masyarakat luas. Sehingga
dapat digunakan sebesar-besarnya untuk
kepentingan pembangunan nasional yang
berkelanjutan.

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Dalam arsitektur landasan hukum setidaknya terdapat empat elemen, yaitu :


Pertama, elemen pondasi, yaitu unsur hukum yang menjaga keutuhan dan
kedaulatan NKRI yang dalam bagian ini terdapat 5 undang-undang, yaitu UU No.
1/1973 tentang Landas Kontinen, UU No. 5/1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia, UU No. 17/1985 tentang Pengesahan UNCLOS, UU No. 6/1996 tentang
Perairan Indonesia dan UU No. 43/2008 tentang Wilayah Negara. Selain itu, eksekutif
dan legislatif juga harus segera menyusun tiga undang-undang pada bagian pondasi,
yaitu UU Perairan Pedalaman, UU Zona Tambahan dan UU Landas Kontinen. Khusus
untuk Landas Kontinen Indonesia, meski sudah diatur dalam UU No. 1/1973, namun
undang-undang tersebut masih mengacu kepada Konvensi Jenewa Tahun 1958 yang
berdasarkan pada kedalaman laut secara vertikal. Sementara aturan UNCLOS 1982,
selain berdasarkan vertikal juga berdasarkan horizontal.

Kedua, elemen pilar, yaitu unsur hukum yang menopang keutuhan dan kedaulatan
NKRI serta terjaganya dari pelanggaran hukum yang dalam bagian ini terdapat 11
undang-undang, yaitu UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistemnya, UU No. 9/1992 tentang Keimigrasian, UU No. 16/1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, UU No. 5/1994 tentang Pengesahan Konvensi
Keanekaragaman Hayati, UU No. 2/2002 tentang Kepolisian Negara RI, UU No. 3/2004
tentang Pertahanan Negara, UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU No.
33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, UU No. 34/2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, UU No. 17/2006 jo UU
No. 10/1995 tentang Kepabeanan dan UU No. 23/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Ketiga, elemen plafon, yaitu unsur hukum yang mengatur pemanfaatan sumberdaya
ekonomi di wilayah laut yang pada bagian ini terdapat 10 undang-undang yaitu UU
No. 5/1960 tentang Ketentuan Dasar Pokok-pokok Agraria, UU No. 22/2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi, UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal, UU No. 26/2007
tentang Penataan Ruang, UU No. 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil, UU No. 30/2007 tentang Energi, UU No. 17/2008 tentang Pelayaran,
UU No. 42/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, UU No. 10/2009 tentang
Kepariwisataan, UU No. 45/2009 jo UU No. 31/2004 tentang Perikanan.
Keempat, elemen atap, yaitu unsur hukum yang menjadi payung hukum dalam
membangun Indonesia sebagai negara kepulauan, yaitu Undang-undang Kelautan dan
Undang undang Informasi Geospasial. Dengan demikian arsitektur hukum di bidang
kelautan perlu undang-undang yang menjadi payung hukum yaitu UU Kelautan.

Empat Elemen
dalam arsitektur
landasan hukum:
Elemen Pondasi
Elemen Pilar
Elemen Plafon
Elemen Atap

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

D. Pola Pikir Kebijakan Kelautan


Rencana pembangunan nasional Indonesia saat ini mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Dokumen tersebut memuat
visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 yaitu :

Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur


Sedangkan visi pembangunan kelautan Indonesia adalah :
Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat
dan berbasiskan kepentingan nasional
Keselarasan antara visi pembangunan kelautan Indonesia dan visi pembangunan
nasional dapat menjiwai pelaksanaan prioritas pembangunan yang digariskan dalam
RPJMN 2010-2014. Oleh karena itu dengan adanya rencana program New Initiative
yang sesuai dengan RKP 2012 ini, diharapkan proposal Pemetaan Terpadu Sumber Daya
Kelautan Nasional dapat dijadikan salah satu prioritas dalam mendukung percepatan
Masterplan Percepatan dan Perluasan Perekonomian Indonesia (MP3EI). Proposal
Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional mengacu pada prioritas 6,9 dan
10 dari 11 prioritas nasional, yaitu :
Prioritas 6: Infrastruktur
Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional merupakan salah satu bentuk
peningkatan pelayanan terkait data dan informasi geospasial kelautan. Diharapkan
dengan adanya program ini, data dan informasi geospasial kelautan dapat diakses dan
dipergunakan oleh pemerintah dan masyarakat luas dalam mendukung pengambilan
keputusan kebijakan terkait dengan MP3EI dalam hal konektivitas nasional .
Terkait dengan arah kebijakan dengan fokus Dukungan Sarana dan Prasarana bagi
Peningkatan Daya Saing Sektor Riil, Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan
Nasional memenuhi arahan :
- menjamin keterhubungan (interoperabilitas/interkoneksitas) sistem, jaringan,
dan layanan perekonomian
- peningkatan koordinasi dengan para pemangku kepentingan untuk menjamin
keberhasilan implementasi kebijakan dan peraturan terutama yang bersifat
lintas sektor atau terkait dengan pemerintah daerah, serta untuk menciptakan
sinergi kegiatan dengan menggunakan sumber daya secara efisien.
Prioritas 9 : Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Kebencanaan
Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional menyediakan data dan informasi
geospasial kelautan dengan resolusi tinggi mulai dari kawasan perairan dangkal sampai
dengan perairan dalam, sangat bermanfaat dalam pengelolaan kawasan lingkungan
hidup pesisir dan mitigasi bencana. Dengan data dan informasi geospasial kelautan
yang lengkap dengan tingkat akurasi tinggi maka akan sangat bermanfaat dalam
memberikan rekomendasi untuk penataan ruang dan pengelolaan kebencanaan
untuk menekan kerugian baik jiwa maupun materi.
Prioritas 10 : Daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik
Dengan adanya Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional, data dan
informasi geospasial kelautan yang berupa titik batas terluar, pulau-pulau terluar,
dan data yurisdiksi nasional ; ZEE, ALKI dapat tersedia sebagai data dasar dalam
mendukung MP3EI untuk mengambil keputusan pembangunan dalam kontekstual

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

kewilayahan dan keruangan. Data - data ini dapat memberikan gambaran yang
akurat mengenai kondisi existing wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
E. Kebijakan Kelautan Nasional dalam mendukung MP3EI
Untuk membangun suatu negara bahari yang makmur, diperlukan suatu kebijakan
yang berperan memayungi bidang kelautan (ocean policy) yang bersifat lintas sektoral
dan institusi. Dengan adanya kebijakan kelautan, diharapkan sumberdaya kelautan dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Secara historis, kebijakan kelautan Indonesia sudah ada sejak 13 Desember 1957
melalui Deklarasi Djuanda yang memberikan dasar tentang Wawasan Nusantara yang
menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan kesatuan
wilayah, kesatuan politik dan kesatuan ekonomi. Kemudian muncul beberapa kebijakan
dan peraturan berkaitan kelautan yang antara lain UU No. 4/Prp /1960 tentang Perairan
Indonesia, Pengumuman pemerintah tentang Landas Kontinen, UU No. 1/1973 tentang
Landas Kontinen Indonesia dan peraturan perundangan pendukungnya, UU No. 5 tahun
1983 tentang ZEE Indonesia, Konvensi Hukum Laut 1982 (UU No. 17 tahun 1985) sebagai
pengganti UU No 4/1960, Undang-undang No: 9 tahun 1985 tentang Perikanan dan
UU No. 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.
Kebijakan serta peraturan-peraturan tersebut mengukuhkan tentang yurisdiksi
perairan Indonesia. Namun demikian sampai saat ini kebijakan pemerintah tentang
kelautan belum muncul sebagai sebuah kebijakan politik dan ekonomi yang signifikan
dalam pembangunan bangsa secara nasional sebagai negara bahari. Sekalipun dalam
GBHN 1994 telah dimunculnya point tentang kelautan, namun demikian kebijakan
kelautan (Ocean Policy) belum dapat disusun secara komprehensif, padahal agar dapat
dicapai pengembangan sumberdaya kelautan yang optimal perlu dukungan kebijakan.
Dengan potensi sumberdaya kelautan yang besar, maka sangatlah logis jika sektor
kelautan dijadikan tumpuan dalam pembangunan ekonomi nasional saat ini dan masa
mendatang.
Untuk mencapai hal itu, maka secara ekonomi-politik sektor kelautan harus menjadi
arus utama (mainstream) dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional. Sehingga
secara ekonomi pada tataran kebijakan pembangunan, bidang kelautan menjadi arus
utama dalam kebijakan ekonomi nasional (Kusumastanto, 2007). Kebijakan kelautan
Indonesia dalam mendukung MP3EI meliputi:
1) Pengembangan aktivitas ekonomi kelautan dalam mendukung konektivitas nasional
2) Pembangunan infrastruktur kelautan untuk menciptakan pusat-pusat perekonomian
baru di daerah prioritas MP3EI
3) Penguatan pengelolaan wilayah daerah aliran sungai, pesisir, laut dan pulau-pulau
kecil secara terpadu
4) Penyelesaian batas wilayah dan yurisdiksi negara di laut, dan negara-negara
tetangga.
5) Pengentasan kemiskinan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil,
6) Penatakelolaan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan
7) Mencegah, mengurangi dan menanggulangi dampak bencana, pencemaran dan
perubahan iklim
8) Pembangunan kelautan melalui pola perencanaan pembangunan nasional secara
proporsional antara matra darat dan laut

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

9) Penegakan kedaulatan hukum dan keamanan di laut


10) Pengutamaan pendekatan komprehensif dalam menjamin keselamatan pelayaran,
keamanan maritim, dan perlindungan perairan yang berada di bawah kelautan
dan yurisdiksi nasional
11) Perlindungan sumber daya hayati dan ekosistem laut
12) Pengembangan kerjasama regional dan internasional di bidang kelautan,
13) Pengembangan Iptek dan SDM kelautan
Dari kajian kebijakan tersebut diatas, merupakan suatu ironi ketika Indonesia
yang mempunyai wilayah lautan yang luasnya mencapai dua per tiga wilayah Negara
Indonesia dan mengaku sebagai negara bahari justru tidak mengenal dengan baik
wilayah tersebut dan kurang memperdulikan keberadaannya. Sudah saatnya Negara
Indonesia mengalihkan fokus paradigma pembangunan darat ke pembangunan yang
berorientasi kelautan dengan mendukung Program Pemetaan Terpadu Sumber Daya
Kelautan Nasional.

II. Ekonomi Kelautan : the next strategy towards innovation driven


economy 2025
A. Potensi Kelautan Indonesia

ebagai negara yang 2/3 wilayahnya terdiri atas


wilayah laut, pembangunan nasional di Indonesia
kurang berorientasi pada perekonomian kelautan.
Dengan kondisi saat ini, permasalahan ekonomi paling
krusial yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan
(sebanyak 40 juta jiwa) dan pengangguran (sekitar
37 juta jiwa). Oleh sebab itu, Indonesia harus segera
merevitalisasi berbagai kegiatan ekonomi secara simultan
dan membangkitkan sumber-sumber pertumbuhan
ekonomi baru yang mampu menghasilkan barang dan
jasa berdaya saing tinggi. Ekonomi kelautan diyakini dapat
menjadi unggulan kompetitif sekaligus memecahkan
persoalan bangsa.
Sistem ekonomi kelautan Indonesia bukan hanya
mengacu pada nilai ekonomi tetapi juga mengacu pada
unsur spasial yaitu input dan output yang terkait dengan
pesisir dan laut hingga mencapai batas ZEE. Dengan
jumlah pulau sebanyak kurang lebih 17.000 pulau dan
garis pantai kurang lebih sepanjang 81.000 km, Indonesia
memiliki potensi pembangunan (ekonomi) kelautan yang
sangat besar dan beragam. Terdapat beberapa sektor yang
mempunyai kontribusi bagi perekonomian Indonesia,
yaitu sebagai berikut :

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

II.1.Perkembangan Kontribusi Ekonomi Bidang Kelautan Indonesia (1995-2005)

Sumber : Kusumastanto (1997, 2000, 2003), PKSPL-IPB (2007)


Keterangan : * Angka sementara

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

10

Adapun perkiraan potensi ekonomi kelautan Indonesia dapat dilihat pada tabel di
bawah ini (Djunarsjah, 2011) :

Tabel II.2.Potensi Ekonomi Kelautan

Selain potensi ekonomi kelautan terdapat juga beberapa potensi Kelautan lainnya,
baik itu dari sisi keruangan dan kewilayahan, sumberdaya alam dan letak geopolitisnya.
Adapun beberapa potensi Kelautan Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Potensi Fisik
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi fisik, terdiri dari
Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2, Laut Teritorial seluas 0.3 juta km2. Perairan
Nasional seluas 3,1 juta km2, Luas Daratan sekitar 1,9 juta km2, Luas Wilayah Nasional
5,0 juta km2, luas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) sekitar 3,0 juta km2, Panjang garis
pantai lebih dari 81.000 km dan jumlah pulau lebih dari 17.000 pulau.
b. Potensi Pembangunan
Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi Pembangunan adalah
sebagai berikut:
Sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti: perikanan, hutan mangrove,
terumbu karang, industri garam, industri bioteknologi kelautan.
Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti : minyak dan gas bumi, bahan
tambang dan mineral lainnya serta harta karun dari kapal karam.
Energi Kelautan seperti: pasang surut, gelombang, angin, Ocean Thermal Energy
Conversion (OTEC).
Jasa-jasa Lingkungan seperti: pariwisata, perhubungan dan kepelabuhanan serta
penampung (penetralisir) limbah.
c. Potensi Sumberdaya Pulih (Renewable Resource)
Potensi sumber daya pulih adalah sumber protein utama, sebab 99% hasil sektor
perikanan berada pada daerah tangkapan tidak melebih 320 km jauhnya dari pantai
dan 50% produksi protein kelautan berlangsung di daerah pantai. Potensi wilayah
pesisir dan lautan lndonesia dipandang dari segi perikanan Indonesia total sekitar
US$ 71.935.651.400 dan yang baru sempat dimanfaatkan sekitar US$ 17.620.302.800
atau 24,5%. Potensi tersebut belum termasuk hutan mangrove, terumbu karang
serta energi terbarukan serta jasa seperti transportasi, pariwisata bahari yang

11

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

memiliki peluang besar untuk dikembangkan.


d. Potensi Sumberdaya Tidak Pulih (Non Renewable Resource)
Pesisir dan perairan Laut Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas bumi, mineral
dan bahan tambang yang besar. Dari hasil penelitian BPPT (1998) dari 60 cekungan
minyak yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70% persen atau sekitar 40
cekungan terdapat di lepas pantai. Dari 40 cekungan itu 10 cekungan telah diteliti
secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan 29 belum terjamah.
Diperkirakan ke-40 cekungan minyak dan gas bumi tersebut itu berpotensi
menghasilkan 106,2 miliar barel setara minyak, namun baru 16,7 miliar barel yang
diketahui dengan pasti, 7,5 miliar barel di antaranya sudah dieksploitasi. Sedangkan
sisanya sebesar 89,5 miliar barel berupa kekayaan yang belum terjamah. Cadangan
minyak yang belum terjamah itu diperkirakan 57,3 miliar barel terkandung di lepas
pantai, yang lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8 miliar barel terdapat di laut dalam.
Sementara itu untuk sumberdaya gas bumi, cadangan yang dimiliki Indonesia sampai
dengan tahun 1998 mencapai 136,5 Triliun Kaki Kubik (TKK). Cadangan ini mengalami
kenaikan bila dibandingkan tahun 1955 yang hanya sebesar 123,6 Triliun Kaki Kubik.
Sedangkan Potensi kekayaan tambang dasar laut seperti aluminium, mangan, tembaga,
zirconium, nikel, kobalt, biji besi non titanium, vanadium, dan lain sebagainya yang
sampai sekarang belum teridentifikasi dengan baik sehingga diperlukan ekplorasi intensif
melalui berbagai ekspedisi kelautan untuk menguak potensi tersebut.
Menurut data terbaru (BP-Migas, 2008), Indonesia memiliki cekungan sedimen
Tersier sebanyak 86 buah (BP-Migas-ITB, 2008). Sampai dengan 31 Oktober 2008,
dari sekitar 173 blok eksplorasi migas, 66 blok diantaranya berada di kawasan lepas
pantai, 36 blok campuran dan sisanya 77 blok dilakukan di darat. Walaupun demikian
ada kecenderungan penurunan realisasi eksplorasi migas lepas pantai, seperti pada
2006 sebanyak 45 kegiatan sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 24 kegiatan. Begitu
pula tingkat kesuksesan penemuan migas menurun, pada 2006, ditemukan sebanyak
19 pemboran di darat dan 23 pemboran di laut, dengan volume masing-masing 55
MMBO dan 122 MMBO.
Pada 2007, sebaliknya, dijumpai migas pada 28 pemboran di darat dan 12 pemboran
di laut dengan volume 180 MMBO dan 45 MMBO. Hal menarik adalah penemuan
cadangan gas, dimana volume temuan di lepas pantai meningkat tajam. Pada 2006
dijumpai sebanyak 402 BCFG di darat dan 396 BCFG di lepas pantai. Pada 2007,
dijumpai sebanyak 965 BCFG di darat dan sebanyak 2,231 BCFG di lepas pantai. Fakta
tersebut menunjukan pentingnya penguasan informasi data kelautan secara mandiri
oleh Indonesia.
Sebaliknya dengan informasi migas, maka potensi kekayaan bahan tambang dasar
laut seperti aluminium, mangan, seng, tembaga, zirkonium, nikel, kobal, bijih besi non
titanium, vanadium, dan lain sebagainya yang sampai sekarang belum teridentifikasi
dengan baik. Oleh karena itu, dimasa depan diperlukan penguasaan teknologi eksplorasi
ramah lingkungan yang maju untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi bahan
tambang dasar laut.
e. Potensi Geopolitis
Indonesia memiliki posisi strategis, yaitu diantara benua yang menghubungkan
negara- negara ekonomi maju. Posisi geopolitis strategis tersebut memberikan
peluang bagi Indonesia sebagai jalur perekonomian dunia, misalnya melalui

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

12

beberapa selat strategis yang berada di wilayah NKRI yakni Selat Malaka, Selat
Sunda, Selat Lombok, Selat Makasar dan Selat Ombai-Wetar. Potensi geopolitis ini
dapat digunakan Indonesia sebagai kekuatan Indonesia dalam percaturan politik
dan ekonomi antar bangsa.
f. Potensi Sumberdaya Manusia
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi SDM adalah sekitar
60% penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir, sehingga pusat kegiatan
perekonomian seperti: Perdagangan, Perikanan tangkap, Perikanan Budidaya,
Pertambangan, Transportasi laut, dan Pariwisata bahari. Potensi penduduk yang
berada menyebar di pulau-pulau merupakan aset yang strategis untuk peningkatan
aktivitas ekonomi antar pulau sekaligus pertahanan keamanan negara.
B. Peningkatan Potensi Ekonomi Kelautan
Keberlimpahan sumber daya alam dan potensi yang dimiliki Indonesia tidak serta
merta menjadikan Indonesia bangsa yang unggul dan berdaya saing tinggi. Oleh karena
itu, untuk mencapai visi Indonesia 2025 yaitu terwujudnya Masyarakat Indonesia
yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, maka MP3EI mengembangkan tiga strategi
utama, yaitu :
1. Pengembangan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi;
2. Penguatan konektivitas nasional; dan
3. Penguatan kemampuan SDM dan IPTEK nasional

Besarnya potensi ekonomi kelautan


dalam menyumbang devisa negara
sepertinya tidak luput dari perhatian
presiden Republik Indonesia, sehingga
sektor tersebut menjadi salah satu
fokus pengembangan dari 8 program
utama MP3EI disamping pertanian,
pertambangan, energi, industri,
pariwisata, dan telematika, serta
pengembangan kawasan strategis.
Kedelapan program utama tersebut
terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama.

Gambar II.1 : Skema strategi utama MP3EI

Kegiatan ekonomi utama sesuai


dengan MP3EI yang terkait dengan
kelautan antara lain : perkapalan, minyak
dan gas, perikanan, pariwisata serta
peralatan transportasi. Peran Pemetaan
Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional
dalam mendukung masing-masing
kegiatan tersebut secara detail dijabarkan
sebagai berikut :

13

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Perkapalan

Indonesia yang memiliki lebih dari
17.000 pulau dimana sebagian besar
merupakan pulau-pulau kecil. Pulaupulau tersebut dikelilingi oleh lautan
sehingga sulit dijangkau menggunakan
alat transportasi udara maupun darat.
Sebagai negara maritim, sarana
transportasi yang memungkinkan
sebagai alternatif untuk menjangkau
pulau-pulau dan menghubungkan
daratan yang satu ke daratan yang
lainnya adalah kapal. Keberadaan kapal
tidak hanya sebagai sarana transportasi
penumpang dan barang, namun juga
untuk mendukung sistem pertahanan
di wilayah perairan Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Presiden No.
28 tahun 2008, industri perkapalan
merupakan salah satu industri prioritas
yang menjadi andalan di masa depan,

Gambar II.2 : Kegiatan ekonomi utama MP3EI

Kondisi industri pelayaran dan bisnis maritim di Indonesia sangat kondusif dan
sedang berkembang. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, industri perkapalan
di Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Pada bulan Maret 2010,
Indonesia telah memiliki armada sebanyak 9.309 unit kapal (11,95 juta Gros Ton)
atau meningkat sebanyak 3.268 unit kapal (54,1%) dibandingkan dengan bulan Maret
2005 yang hanya memiliki 6.041 unit kapal (5,67 juta Gros Ton) (IPERINDO,2011).
Peningkatan prestasi dunia perkapalan di
Indonesia tidak serta merta menguatkan posisinya
di mata dunia. Indonesia yang merupakan negara
maritim terbesar di dunia, dalam peranan
pembangunan kapal di dunia masih jauh di bawah
Vietnam. Saat ini Indonesia berada di posisi ke18, sementara Vietnam berada di posisi ke-5.
Posisi puncak dipegang oleh Cina, disusul oleh
Korea Selatan dan Jepang (Investor Daily, 2009;
IPERINDO,2011).

Grafik II.1 : Peningkatan jumlah armada niaga nasional



berbendera Indonesia

Maret 2005 s/d Maret 2010 (Iperindo, 2011)

Melalui MP3EI, pemerintah berusaha


menggenjot geliat industri perkapalan Indonesia.
Untuk memfasilitasi, pemerintah memberikan
arahan pada Pembangunan dermaga, fasilitas break
water, jalur akses utama dan jalur akses terminal
pada pelabuhan pelabuhan yang dimanfaatkan
untuk kegiatan industri perkapalan.

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

14

Minyak dan Gas (Migas)



Laut Indonesia menyimpan cadangan energi yang sangat besar seperti minyak
bumi, panas bumi, gas alam dan air yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
industri perkapalan, transportasi, dan lain sebagainya. Indonesia merupakan salah
satu negara penghasil migas terbesar di dunia. Potensi migas Indonesia tersebar
merata di hamper seluruh wilayah Indonesia, khususnya di bagian Barat dimana
terdapat cadangan minyak bumi terbesar di Provinsi Riau dan gas alam di Kabupaten
Natuna.

Migas merupakan salah satu sektor yang paling berkontribusi terhadap PDB
Indonesia. Tetapi pada tahun 2000-an, produksi minyak bumi Indonesia telah
mengalami penurunan. Penurunan produksi migas disebabkan terutama oleh
rendahnya tingkat eksplorasi dan penemuan cadangan baru. Rendahnya tingkat
eksplorasi disebabkan karena kontrak konsesi (PSC) migas di Indonesia dinilai
tidak cukup menarik jika dibandingkan negara penghasil migas lainnya. Strategi
dan arahan mendatang untuk fenomena ini adalah dengan mendorong eksplorasi
untuk menemukan cadangan migas baru
Perikanan

Dalam Undang-undang (UU) No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan disebutkan
bahwa Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan . Sedangkan sumber daya ikan sendiri diartikan sebagai
potensi semua jenis ikan. Indonesia memiliki potensi sumber daya ikan yang sangat
besar, termasuk di dalamnya adalah perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
Sampai tahun 2010, Indonesia masih menjadi salah satu produsen besar di dunia
untuk berbagai komoditas termasuk perikanan.

Gambar II.3 : kegiatan perikanan sebagai penggerak perekonomian (KKP, 2011)

15

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)


Berdasarkan data United Nations Environmental Programme (UNEP, 2009)
terdapat 64 wilayah perairan Large Marine Ecosystem (LME) di seluruh dunia yang
disusun berdasarkan tingkat kesuburan, produktivitas, dan pengaruh perubahan
iklim terhadap masing-masing LME. Indonesia memiliki akses langsung kepada 6
(enam) wilayah LME yang mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang cukup
besar, yaitu: LME 34 Teluk Bengala; LME 36 Laut Cina Selatan; LME 37 Sulu
Celebes; LME 38 Laut-laut Indonesia; LME 39 Arafura Gulf Carpentaria; LME
45 Laut Australia Utara. Sehingga, peluang Indonesia untuk mengembangkan
industri perikanan tangkap sangat besar.

Produksi perikanan Indonesia menunjukkan kecenderungan (trend) positif
dimana pada tahun 2009 mencapai 5.285.020 ton atau bernilai Rp 177.773,9
milyar dan menyumbang sekitar 3,45% dari total PDB (BPS, 2010). Jumlah ini naik
dua kali lipat dari produksi perikanan pada tahun 1992. Namun demikian, jumlah
ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan negara-negara produsen perikanan
lainnya seperti China (17 juta ton/tahun) dan Peru (10,7 juta ton/tahun). Produksi
perikanan ini hampir sama dengan negara-negara yang luas lautnya jauh lebih kecil
dari Indonesia seperti Jepang (5 juta ton/tahun) dan Chile (4,3 juta ton/tahun).

Gambar II.4 :
Lumbung ikan
(wilayah Maluku)

Untuk memaksimalkan potensi perikanan Indonesia, khususnya perikanan tangkap,


diperlukan data persebaran ikan di wilayah Indonesia. Dengan berkembangnya teknologi
di bidang survey dan pemetaan, lokasi persebaran ikan dapat dengan mudah di deteksi
dan ditampilkan dalam bentuk data spasial. Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan
Nasional dapat digunakan sebagai data spasial dasar dalam menyajikan persebaran
lumbung ikan yang mencakup seluruh wilayah laut Indonesia.

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

16

Dengan adanya lumbung ikan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan


masyarakat pesisir, membuka kesempatan kerja baik secara langsung maupun tidak,
mendorong perkembangan sector ekonomi riil bagi masyarakat local serta mengeliminir
kesenjangan antar wilayah dan meningkatkan daya saing.
Pariwisata

Pariwisata adalah salah satu sektor industri jasa yang paling menjanjikan,
menghasilkan 10% dari pendapatan dunia baik secara langsung (hotel, restoran,
dll) maupun tidak langsung (imbas dari pariwisata misalnya konstruksi dan jasa).
Perkembangan pariwisata di Indonesia menunjukkan peningkatan yang stabil dengan
persentase 4% per tahun, dengan angka kedatangan pengunjung mencapai 6,5 juta
pada tahun 2009. Kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2009 merupakan
kunjungan tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir yaitu mencapai 6.323.730 kunjungan
atau naik 1,43%. Penerimaan devisa negara dari sektor pariwisata sejumlah US$
6.292,3 juta atau mengalami peningkatan sebesar 20,19% (Depbudpar, 2009).

Indonesia memiliki potensi wisata bahari yang besar, selain potensi yang
didukung oleh kekayaan alam yang indah dan keanekaragaman flora dan fauna
maupun kemajemukan budaya yang menarik wisatawan. Pembangunan wisata
bahari dapat dilaksanakan melalui pemanfaatan obyek dan daya tarik wisata secara
optimal. Berbagai obyek dan daya tarik wisata yang dapat dimanfaatkan adalah
wisata alam (pantai), keragaman flora dan fauna (biodiversity), taman laut wisata
alam (ecotourism), wisata bisnis, wisata budaya maupun wisata olah raga. Misalnya
kawasan terumbu karang di seluruh perairan Indonesia luasnya mencapai 7.500 km2
dan umumnya terdapat di wilayah taman nasional laut. Selain itu juga didukung
oleh 263 jenis ikan hias di sekitar wilayah terumbu karang tersebut. Potensi wisata
bahari tersebut tersebar di sekitar 241 daerah Kabupaten/Kota.
Peralatan Transportasi

Struktur ekonomi Indonesia yang saat ini masih terlalu fokus pada pertanian
dan industri yang mengekstraksi dan mengumpulkan hasil alam akan bergeser pada
industri yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah produk, proses produksi
dan distribusi. Untuk itu, perlu penyediaan infrastruktur untuk mendukung ekspansi
dan integrasi perkonomian. Infrastruktur itu sendiri memiliki spektrum yang sangat
luas. Satu hal yang harus mendapatkan perhatian utama adalah infrastruktur yang
mendorong konektivitas antar wilayah. Penyediaan infrastruktur yang mendorong
konektivitas akan menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik sehingga dapat
meningkatkan daya saing produk, dan mempercepat gerak ekonomi.

Termasuk dalam infrastruktur konektivitas ini adalah pembangunan jalur
transportasi dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta seluruh regulasi dan
aturan yang terkait dengannya. Dalam bidang kelautan, infrastruktur konektivitas
adalah termasuk pembangunan sarana pelabuhan serta pembuatan jalur yang aman
untuk dilalui kapal dalam pelayaran. Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan
Nasional yang termasuk di dalamnya data batimetri nasional dapat dimanfaatkan
untuk menentukan pengerukan pelabuhan dan jalur pelayaran yang aman sehingga
kapal tidak kandas.
Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional mempunyai kemampuan dalam
mendukung kegiatan ekonomi utama MP3EI dalam bidang kelautan, yang patut

17

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

diperhitungkan secara ekonomis, antara lain di bidang :


Pelayaran
Pembangunan di Indonesia hingga saat ini masih belum merata. Terjadi kesenjangan
antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dalam
usaha pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia, MP3EI mencanangkan
Koridor Ekonomi Indonesia (KEI) dan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi dengan membuat klaster industri serta Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Pembagian tersebut dibuat dengan mempertimbangkan potensi dan keunggulan
masing-masing wilayah.

Gambar II.3 :
Kegiatan perikanan sebagai
penggerak perekonomian
(KKP, 2011)

Dengan memperhitungkan berbagai potensi dan peran strategis masing-masing


pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau),
telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi Indonesia. Keberadaan Koridor Ekonomi
Indonesia dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut membutuhkan konektivitas
sebagai penghubung yang dapat menyatukan seluruh wilayah Indonesia serta
mendorong pemerataan pembangunan antar daerah. Sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia, perhubungan laut memiliki peranan yang sangat penting dan
strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perhubungan laut sangat
ideal sebagai sarana konektivitas nasional untuk merealisasikan cita-cita yang
terkandung dalam wawasan nusantara, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan
makmur. Seperti yang telah dibuktikan oleh sejarah kegemilangan pemerintahan
Hindia Belanda yang dicapai berkat keunggulan transportasi laut.

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Jumlah kunjungan kapal di seluruh pelabuhan mengalami fluktuasi, meskipun secara


umum mengalami trend positif. Dalam kurun waktu 14 tahun terakhir (1995-2008)
di beberapa pelabuhan strategis telah mengalami peningkatan jumlah kunjungan
kapal lebih dari 45%. Tidak hanya itu, penambahan jumlah gross ton kapal juga
mengalami peningkatan lebih dari 50%. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran kapal
yang berlayar di perairan Indonesia semakin bertambah besar dan nilai perdagangan
melalui jasa perhubungan laut semakin meningkat. Berdasarkan Kantor Administrasi
Pelabuhan Indonesia, jumlah kunjungan kapal di seluruh pelabuhan di Indonesia
pada tahun 2008 mencapai 729.564 unit dengan jumlah total ukuran kapal sebesar
822.968.000 GT (Dephub, 2008).

Marine Cadastre (Kadaster Laut)


Konsep kadaster laut mungkin masih terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia.
Tetapi di luar negeri, konsep ini sudah banyak diterapkan. Konsep ini bermula pada
tahun 1980-an, Marine Technological Society mengusulkan agar dibuat pelabuhan
tengah laut di wilayah Amerika Serikat dimana kapal-kapal besar dan kapal tanker
hanya boleh berlabuh di pelabuhan tersebut. Untuk menuju pantai, barang-barang
dari kapal besar tersebut diangkut oleh kapal-kapal kecil. Hal ini bertujuan untuk
menghindari pencemaran pantai yang mungkin diakibatkan oleh tabrakan kapal-kapal
besar tersebut. Untuk itu, diperlukan sertifikat bagi kapling laut yang digunakan
untuk membangun pelabuhan tersebut, seperti halnya yang berlaku di daratan.
Pada lahan di laut, juga dikembangkan pertanian laut antara lain berupa budidaya
rumput laut, tambak, dan lain-lain yang dapat mendukung sektor pertanian rakyat.
Kondisi laut Indonesia yang rawan pencemaran sangat tidak kondusif untuk sektor
pertanian laut, sehingga sektor ini perlu dijaga dan dilindungi dengan aspek hukum.
Lahan ini perlu diberikan sertifikat lahan sehingga tidak mudah digusur juga tidak
mudah diterjang untuk kepentingan lain misalnya pariwisata, pelayaran dan lain
sebagainya. Oleh karena itu harus jelas siapa pemiliknya, luas lahannya, lokasinya
dan lain-lain.

18

19

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

20

Kadaster laut juga dapat digunakan sebagai salah satu solusi penyelesaian konflik,
misalnya akibat penggunaan trawl dan pelanggaran jalur penangkapan ikan. Pemetaan
Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional yang merupakan gabungan dari Peta LPI
seluruh Indonesia, dapat digunakan sebagai peta dasar untuk melakukan plotting dan
kompilasi data yang diperoleh dari DKP, Polisi air maupun kanto pelabuhan terkait.
Setelah itu dilakukan analisa, untuk menghasilkan rekomendasi penyelesaian konflik
di perairan dengan kadaster laut. Solusi untuk pemecahan permasalahan pelanggaran
trawl adalah memberikan penegasan hak kepada nelayan dengan mencantumkan
pemilik hak, syarat penetapan hak, masa berlaku hak, jenis pengawasan dan sanksi
pelanggaran hak. Sedangkan rekomendasi untuk pemecahan masalah pelanggaran
jalur tangkap ikan adalah adanya penegasan batas-batas wilayah jalur tangkap ikan
menggunakan titik-titik koordinat acuan pada sistem navigasi kapal.

Penataan wilayah pesisir dan Pengembangan Wilayah Laut


Keberadaan data spasial kelautan yang terintegrasi dapat dimanfaatkan oleh
pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk menentukan arah
pengembangan wilayah laut. Sebagai contoh, berikut adalah pusat pengembangan
aqua culture Teluk Tomini, Sulawesi Utara.

Gambar II.3 : kegiatan perikanan sebagai penggerak



perekonomian (KKP, 2011)

Kawasan Teluk Tomini merupakan salah satu prototype yang dapat mewakili kondisi
wilayah pesisir di Indonesia, yang umumnya memiliki kondisi kemiskinan dan banyak
pengangguran, kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah serta keterbatasan
infrastruktur.

21

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Tabel II.3 Kondisi kemiskinan di Kawasan Teluk Tomini tahun 2010


(www.bps.go.id, 2011)

Problematika tersebut dapat teratasi dengan adanya data spasial kelautan yang
dihasilkan oleh Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional. Dari data
spasial yang ada, dapat dilakukan identifikasi dan perhitungan potensi yang dimiliki
oleh kawasan Teluk Tomini, yaitu perikanan, industri pengolahan, wisata bahari,
perdagangan dan jasa. Sebagai contoh, berikut adalah perhitungan potensi perikanan.

Tabel II.4 Rata-rata perikanan budidaya dalam ton menurut wilayah tahun 2006-2010
(www.bps.go.id, 2011)

Tabel II.5 Kontribusi rata-rata produksi tahun 2006-2010 terhadap produksi


perikanan Indonesia (www.bps.go.id, 2011)

Dari perhitungan dan data-data diatas, diketahui bahwa potensi perikanan Teluk
Tomini berkontribusi besar terhadap produksi perikanan nasional, yaitu hingga
8,20% jika dikelola secara maksimal. Untuk itu, dapat disusun suatu kebijakan
pengembangan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh Teluk Tomini.

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

22

Gambar II.8 : Arah pengembangan Teluk Tomini

Dari penjabaran diatas terlihat gambaran seberapa besar kontribusi sektor perikanan
terhadap perekonomian nasional jika dikelola dengan baik. Jika dari contoh diatas
dimana perhitungan hanya pada sektor perikanan dan satu daerah sudah berpengaruh
besar terhadap perekonomian nasional, seberapa besar kontribusi bidang kelautan
jika semua sektor kelautan di seluruh Indonesia dihitung? Tentu akan menghasilkan
nominal yang signifikan.

Zonasi Pemanfaatan Wilayah Laut


Tidak hanya daratan yang perlu diatur tata ruang dan pemanfaatannya. Wilayah
laut pun perlu dilakukan zonasi agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Dengan
zonasi, pemanfaatan wilayah laut akan lebih maksimal dan berdampak positif
selain untuk menjaga kelestarian serta konservasi daya dukung lingkungan, juga
dapat berkontribusi terhadap kondisi perekonomian bangsa baik secara langsung
maupun tidak.

Gambar II.9 :
Peta rencana zonasi wilayah
pesisir dan pulau-pulau
kecil (KKP, 2011)

23

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Salah satu contoh zonasi wilayah laut adalah Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (PRZWP3K) yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil, Kementrian Kelautan dan Perikanan. Peta tersebut digunakan
untuk mengatur pemanfaatan kawasan pesisir. Dengan adanya Pemetaan Terpadu
Sumber Daya Kelautan Nasional, diharapkan zonasi wilayah laut dapat menjangkau
wilayah yang lebih luas, bukan hanya di wilayah pesisir tetapi menjangkau seluruh
wilayah laut Indonesia.

C. Peningkatan Potensi Ekonomi Kelautan

Data-data yang didapatkan dari Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional
berupa data batimetri, geologi, oseanografi, metereologi laut dan informasi lainnya.
Data tersebut adalah data dasar yang belum mempunyai arti bagi penerimanya
apabila tidak diolah dan diproses terlebih dahulu. Data yang akan didapatkan
diperoleh dalam bentuk berbagai format dan menggunakan alat yang berbeda
pula. Oleh karena dibutuhkan SOP yang disepakati bersama dalam hal pengolahan
dan pengelolaan data. Hal ini disebabkan karena masing-masing perangkat lunak
(software) dan piranti survei (hardware) mempunyai struktur data yang berlainan,
baik dari segi konsep maupun dari segi teknik penyimpanan dan pengelolaan data.

Proses pengolahan dan pengelolaan data nantinya harus disesuaikan dengan


kebutuhan pengguna. Menyesuaikan dengan IDSN yang telah ada, maka data
geospasial kelautan harus dalam bentuk Sistem Informasi Geografis based dengan
format file Geodatabase, serta mempunyai informasi Metadata. Dengan format
tersebut maka data dan informasi geospasial kelautan dapat dipergunakan untuk
menganalisa suatu permasalahan dan dapat ditelusuri data aslinya.

Hasil analisa tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan/
kebijakan (Decision Support System) yang diantaranya dapat dimanfaatkan untuk
mendukung MP3EI, mitigasi bencana, pertumbuhan ekonomi wilayah pesisir, dan
lain sebagainya.

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

24

25

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

III. Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


A. Urgensi Pemetaan Kelautan Terpadu

ntuk mengoptimalisasi keberadaan Sea Lane of Comunication (SloC) dan


Alur Laut Kepuluan Indonesia (ALKI) dalam mendukung konektivitas nasional
ini, maka diperlukan data geospasial kelautan yang dapat menjadi informasi
dasar dan utama dalam pengelolaan lingkungan laut dan pesisir, penanggulangan
potensi bencana, potensi kenaikan muka air laut atau penenggelaman kawasan pantai,
serta penanganan batas yurisdiksi negara kita dengan negara tetangga. Tanpa adanya
data geospasial kelautan yang lengkap dengan tingkat resolusi tinggi dan ketelitian
berdasarkan kebutuhannya, maka aktivitas pemanfaatan laut untuk mendukung MP3EI
adalah suatu hal yang sulit dilakukan.

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

26

Gambar III.1 Peta Negara Kesatuan Republik Indonesia


Kondisi hingga saat ini, Indonesia belum memiliki data spesifik dan akurat
tentang data Geospasial kelautan yang lengkap dan terpadu. Data Geospasial kelautan
yang ada hingga saat ini belum mencakup keseluruhan wilayah Indonesia, tersebar di
masing-masing instansi pemerintah dengan ketelitian dan akurasi yang berbeda-beda
serta belum terintegrasi dengan baik.
Berdasarkan kondisi tersebut, Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan
(PDKK) Bakosurtanal bersama beberapa instansi terkait berkoordinasi untuk melakukan
kegiatan Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional. Kegiatan ini merupakan
rangkaian kegiatan dimulai dari inventarisasi, akuisisi, pengolahan, serta integrasi dan
sharing data kelautan. Dengan kegiatan ini, diharapkan wilayah laut Indonesia yang
menjadi fokus pembangunan nasional sesuai dengan MP3EI dapat terpetakan dengan
tingkat ketelitian dan akurasi sesuai dengan kebutuhan.
Kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia
tidak bisa dibiarkan berlanjut di masa yang akan datang. MP3EI saat ini dicanangkan
sebagai langkah awal dari pergerakan menuju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
lebih merata. Adapun strategi pengembangan potensi ekonomi melalui 6 koridor ekonomi
mustahil dilakukan tanpa adanya data spasial kelautan yang lengkap. Dengan adanya
Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional, potensi sumber daya kelautan
Indonesia dapat diketahui dan dihitung keberadaannya.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga menghadapi tantangan akibat perubahan
iklim global. Beberapa indikator perubahan iklim yang berdampak signifikan terhadap
berlangsungnya kehidupan manusia adalah: kenaikan permukaan air laut, kenaikan
temperatur udara, perubahan curah hujan, dan frekuensi perubahan iklim yang ekstrem.
Demikian pula, pengaruh kombinasi peningkatan suhu rata-rata wilayah, tingkat
presipitasi wilayah, intensitas kemarau/banjir, dan akses ke air bersih, menjadi tantangan
bagi percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia. Pemetaan Terpadu
Sumber Daya Kelautan Nasional ini akan dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan

27

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

yang terjadi di lautan Indonesia.


Oleh karena itu di era ICT saat ini harus kita sadari bersama bahwa keterpaduan
data Geospasial Kelautan sangat diperlukan untuk melakukan analisa perhitungan dan
identifikasi sumber daya alam dalam mendukung akselerasi MP3EI. Dengan demikian
Program Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional ini merupakan salah
satu solusi untuk dapat menghasilkan suatu perencanaan pembangunan nasional
berbasis kelautan. Untuk mencapai tujuan tersebut sangatlah dibutuhkan kerjasama
dan koordinasi antar instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang kelautan dan
pembangunan nasional.
B. Bisnis Proses Penyediaan Data Geospasial Kelautan

Gambar III.2 Skema peraturan yang berlaku, kebutuhan pengguna, komponen proyek

Kebutuhan data dan informasi geospasial kelautan saat ini, harus disesuaikan
dengan peraturan internasional dan nasional yang berlaku saat ini. Data dan informasi
geospasial kelautan harus memenuhi kebutuhan para penggunanya. Data-data tersebut
dianggap sangat bernilai strategis untuk keamanan nasional sehingga perlu dijaga
kerahasiaannya dari penguasaan pihak asing. Akuisisi data serta pengolahan datanya
harus diupayakan dengan mengoptimalkan kemampuan nasional secara mandiri tanpa
bantuan asing. Melihat aktivitas yang telah dilakukan instansi dalam survei kelautan
secara sektoral dan kemampuan swasta nasional dalam akuisisi data khususnya dalam
kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi dan daya dukung peralatan yang dimiliki

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

28

hingga saat ini, dapat dikatakan kemampuan nasional untuk menyelenggarakan survei
sistematis meliputi seluruh Indonesia tidak dapat diragukan lagi. Terlebih kemampuan
personil akan lebih optimal bila disertai penambahan investasi peralatan dan sistem
pengolahan yang berteknologi tinggi.
C. Tahapan Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional

Gambar II.3 Tahapan Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional

hingga saat ini, dapat dikatakan kemampuan nasional untuk menyelenggarakan survei
sistematis meliputi seluruh Indonesia tidak dapat diragukan lagi. Terlebih kemampuan
personil akan lebih optimal bila disertai penambahan investasi peralatan dan sistem
pengolahan yang berteknologi tinggi.
C. Tahapan Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional
Proses penyelenggaraan program Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan
Nasional dapat dibagi menjadi 3 tahap utama, yaitu :
1. Studi Kelayakan
Setelah infrastruktur data kelautan nasional tersedia, maka kemudian dilakukan
studi kelayakan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan mendefinisikan
apakah infrastruktur data kelautan nasional yang tersedia mampu mendukung
tujuan studi yaitu mendukung MP3EI dalam bidang kelautan, serta menguji relevansi
antara tujuan proyek Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional dengan
tujuan studi tersebut.

29

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

2. Infrastruktur Data Kelautan nasional


Langkah pertama untuk mempersiapkan Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan
Nasional adalah memastikan ketersediaan komponen-komponen utama infrastruktur
data kelautan nasional, meliputi :
a) Organisasi : Institusi yang berwenang menangani
b) Standar dan spesifikasi : Peraturan terkait yang berlaku
c) Sumberdaya manusia dan kompetensi : Ketersediaan sumberdaya manusia
yang kompeten menangani pekerjaan tertentu
d) Keberadaan peralatan dan sistem : Ketersediaan perangkat keras yang mendukung
kegiatan
e) Basis data dan jaringan : Perangkat lunak yang dibutuhkan
3. Proyek Utama (2 Fase)
Implementasi dari kegiatan Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional
adalah berupa alih teknologi dan penguatan institusional. Keseluruhan kegiatan ini
akan dibagi menjadi dua fase dengan tujuan dan peranan masing-masing. Dalam
hal ini, Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional dibagi menjadi dua
fase, yang pertama adalah Rencana Periode 2013 2015 dan yang kedua adalah
Rencana Periode 2015 2020.
Secara lebih rinci tentang tahapan pelaksanaan proyek utama Pemetaan Terpadu
Sumber Daya Kelautan Nasional dapat dilihat pada tabel berikut :

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

30

D. Produk Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


Status peta LPI skala 250.000 hingga saat ini, yang telah dipetakan adalah 70 Nomor
Lembar Peta (NLP) dari target keseluruhan sejumlah 290 Nomor Lembar Peta (NLP)
seluruh wilayah Indonesia.

III.4 Rencana Pemetaan Kelautan Indonesia

Produk yang akan dihasilkan dalam Pemetaan Terpadu Nasional ini salah satunya
adalah Peta Lingkungan Pantai (LPI) Skala1:50.000 dan 1:250.000. Peta LPI ini mempunyai
cakupan wilayah darat dan laut sesuai dengan indeks rencana pemetaan.

31

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Gambar III.5. Peta LPI skala 1:250.000

Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) yang dihasilkan nantinya disimpan ke dalam
database yang terintegrasi dengan Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN). Sehingga
instansi-instansi pemerintah yang tergabung dengan program Pemetaan Terpadu Sumber
Daya Kelautan Nasional ini akan mendapatkan akses secara langsung terhadap data
Geospasial Kelautan melalui jaringan Infrastruktur Data Spasial Nasional. Berikut dapat
dilihat skema proses pengolahan dan basis data Geospasial Kelautan :

Gambar III.6 Pengelolaan data Geospasial kelautan

Koordinasi teknis dalam kebijakan, evaluasi, dan monitoring teknis pelaksanaan


dalam Program Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional akan diserahkan
pada BAKOSURTANAL sebagai lembaga yang berwenang terhadap data spasial secara
nasional dan sebagai simpul pusat dalam Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN).

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

32

E. Sinergi Pelaksanaan dan Pengelolaan antar Instansi

Gambar III.7
Sinergi Instansi pemerintah dalam
PTSDKN

Sinergi antar instansi merupakan cara paling optimal dalam percepatan penyelesaian
Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional meliputi perairan laut Indonesia.
Masing-masing instansi seperti BAKOSURTANAL, DISHIDROS, LIPI, PPPGL dan BPPT
memiliki kemampuan sesuai dengan tugas fungsinya untuk melakukan akuisisi data,
pengelolaan dan pemanfaatan data. Sinergi pelaksanaan yang akan dilakukan secara
komprehensif demi kepentingan nasional meliputi antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

perencanaan teknis dan pengelolaan


pelaksanaan survei lapangan
pengolahan data
pengelolaan data
sharing data
pemanfaatan bersama data dan informasi
penelitian dan pengembangan.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya koordinasi teknis dalam kebijakan,
evaluasi, dan monitoring teknis pelaksanaan dalam Program Pemetaan Terpadu Sumber
Daya Kelautan Nasional akan diserahkan pada BAKOSURTANAL sebagai lembaga yang
berwenang terhadap data spasial secara nasional dan sebagai simpul pusat dalam
Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) sesuai amanah UU Informasi Geospasial no
4 tahun 2011. Bekerjasama dengan instansi-instansi yang lain seusai dengan kapasitas
dan kemampuan masing-masing.
Di masa yang akan datang dengan adanya kesepahaman tugas pokok dan fungsi
dari masing-masing instansi ini, dapat dijadikan model bentuk kerjasama antar instansi
pemerintah dengan bidang kajian yang sama.

33

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

F. Struktur Pembiayaan
Bappenas akan bertindak sebagai koordinator dalam perencanaan program dan
budgeting yang dilaksanakan bersama antar instansi yang terkait dalam pembangunan
informasi geospasial terpadu ini agar pelaksanaannya dapat lebih tepat sasaran dan
efektif.

Struktur Pembiayaan Prasarana data center kelautan terintegrasi dengan IDSN

Investasi Peralatan Survei

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Mobilisasi akusisi data

Managemen Data dan Informasi

Pengembangan SDM

34

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional

35

dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan


Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Managemen Data dan Informasi

Diseminasi data dan informasi

No

Uraian

Volume

Satuan

1 Seminar Kelautan di lingkup


Nasional dan Internasional
23 Sosialisasi dan Bimbingan Teknis
kelautan :
- Perguruan Tinggi
- Sektoral

3p

aket

3 Rapat koordinasi nasional terkait


dengan kelautan
4 Working Group nasional kelautan
(triwulan)

Harga satuan Jumlah Harga (Milyar)


(Juta)
750
2,25

paket4

00

6p

aket

5003

12

paket3

50

1,2

4,2
10,65

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Kajian dan Pengembangan

Total Estimasi Biaya

36

37

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

LAMPIRAN
Lampiran A Status Data Batimetri Nasional
Lampiran B Kemampuan Pemetaan Kelautan Instansi Pemerintah

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

38

A. Status Data Batimetri Nasional


1. Ketersediaan Data Batimetri Tiap Instansi

ingga saat ini belum ada instansi pemerintah yang secara spesifik menangani
data batimetri. Pemetaan batimetri di Indonesia ditangani oleh beberapa
instansi, sehingga menimbulkan tumpang tindih pemetaan pada daerah
yang sama dan belum terintegrasi. Status data batimetri yang ditangani oleh tiap-tiap
instansi antara lain :
BAKOSURTANAL

BAKOSURTANAL telah berkontribusi aktif dalam upaya pemetaan sistematis
wilayah laut dan pesisir Indonesia pada kurun waktu tahun 1993-1998 melalui
program Marine Resource Evaluation and Planning (MREP). Kemudian disusul dengan
program Marine Coastal Resource Mapping Project (MCRMP ) di bawah koordinasi
DKP pada tahun 2002-2006. Dan program kegiatan rutin sebagai kelanjutan MREP ,
yaitu survei hidrografi dan pembuatan Pemetaan Lingkungan Pantai Indonesia (LPI)

Gambar 1 Status indeks peta LPI skala 50.000 dan 250.000 hingga tahun 2010

Dengan keterbatasan dana yang tersedia, hingga saat ini area wilayah
pantai dan laut yang telah disurvei dan dipetakan oleh Bakosurtanal
yaitu seperti terdapat pada Tabel 1.

39

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Tabel 1. Status indeks peta LPI dan LLN hingga tahun 2009

DISHIDROS TNI-AL

Instansi lain yang berkompeten dalam pemetaan wilayah pantai dan laut yaitu
Dinas Hidro Oseanografi TNI AL, adapun area yang telah disurvei dan dipetakan
hingga sampai tahun 2010 yaitu :

Gambar 2. Status indeks area yang telah disurvei dan dipetakan oleh Dishidros TNI AL hingga tahun 2008
(Sumber : Workshop Data Batimetri Nasional,2010)

Sedangkan data peta wilayah pantai dan laut yang dimiliki oleh Dishidros-TNI AL
hingga tahun 2010 yaitu seperti terdapat pada Tabel 2.

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

40

Tabel 2. Status indeks peta laut dan produk peta lainnya hingga tahun 2009

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL)



P3GL merupakan bagian dari Kementerian ESDM yang tugasnya memetakan
potensi geologi kelautan di sekitar wilayah pantai dan laut Indonesia, walaupun
data utama yang dihasilkan peta potensi geologi kelautan akan tetapi terdapat data
sekunder yang dihasilkan yaitu data sounding dan peta batimetri. Sehingga dengan
pertimbangan ini maka P3GL dapat berkontribusi pada National Data Bathymetry
Working Group. Adapun status area yang disurvei dan dipetakan yaitu seperti terdapat
pada gambar 3. Kapal survey yang tersedia antara lain Geomarine 1,2 dan 3.

Gambar 1 Status indeks peta LPI skala 50.000 dan 250.000 hingga tahun 2010

Gambar 1 Status indeks peta LPI skala 50.000 dan 250.000 hingga tahun 2010

41

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Pusat Penelitian Oseanografi LIPI (P2O-LIPI)



P2O-LIPI merupakan instansi yang mempunyai kajian spesifik di bidang
oseanografi kelautan. Dengan wahana kapal yang dimiliki yaitu kapal Baruna Jaya
VII dan Baruna Jaya VIII data yang dihasilkan merupakan data oseanografi kelautan
sedangkan data batimetri merupakan data sekunder yang belum didokumentasikan
dalam bentuk peta secara rapi. Status area yang sudah disurvei seperti terdapat
pada Gambar 4.

Gambar 4. Status area yang telah disurvei oleh P2O-LIPI

BPPT- Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam (PTISDA) dan Balai Teknologi
Survei Kelautan (BTSK)

PTISDA merupakan salah satu unit di BPPT yang bergerak aktif di bidang
Pengkajian Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam, salah satu di antaranya
adalah sumber daya kelautan dan pesisir. Ketersediaan data batimetri di PTISDA
tergolong cukup banyak berkat adanya kerjasama dengan kapal-kapal asing yang
mempunyai kemampuan pengambilan data batimetri. Program kerjasama yang
menghasilkan data batimetri antara PTISDA LIPI Kerjasama dengan negara asing
adalah sebagai berikut:
1. Survey GINCO (SO 137-139) tahun 1999-2000 (Indonesia German)
2. Sinkai 6500 (YK02XX) tahun 2002 (Indonesia Jepang)
3. HMS Scott 2005 (Inggris, open data)
4. Survey Natusushima (NT0502) 2005 (Indonesia Jepang)
5. Survey Sumatra Aftershocks (MD149) 2005 (Indonesia Perancis).
6. Survey Sumatra 2006 (Indonesia German)
7. Survey SINDBAD (SO 190) 2006 (Indonesia - German)
8. Survey Sumatra Aftershocks 2 2006 (Indonesia Perancis)
9. Survey Sea-Cause (SO 186)-2006 (Indonesia - German)
10. Survey Paleoquakes (RR0705) 2007 (Indonesia Amerika)
11. Survey Kaiyo (KY0909) 2009 (Indonesia Jepang)

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

42

12. Survey CGG Veritas (Indonesia Perancis 2009) Belum diolah.


13. Survey SO-2000 (Indonesia, Inggris, Amerika).
BTSK merupakan salah satu unit pelaksana teknis yang berada di bawah Deputi
Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam-BPPT. BTSK mempunyai 4 (empat) buah
armada kapal riset yaitu Baruna Jaya I, II, III dan IV yang masing-masing mempunyai
peruntukan yang berbeda. Data batimetri merupakan produk sekunder dari BTSK yang
sebagian besar dilakukan oleh K/R Baruna Jaya III dan IV. Gambar 5 menunjukkan area
yang sudah dilakukan survei batimetri oleh PTISDA DAN BTSK.

Gambar 5. Area Survei Batimetri PTISDA dan BTSK BPPT

2. Kompilasi Data Batimetri Nasional


Setelah dilakukan inventarisasi terhadap, data batimetri yang tersebar di berbagai
instansi tersebut, maka dapat diketahui daerah mana yang belum terpetakan (daerah
gap). Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa tidak semua data baru memiliki kualitas
yang baik atau tidak semua data lama tidak dapat dimanfaatkan walaupun hanya
berupa data lintasan kapal. Sehingga ada beberapa data yang dirasa sangat kurang baik
resolusi maupun akurasi sehingga butuh untuk disurvei secara komprehensif. Adapun
hasil inventarisasi data-data yang telah ada, sebagai berikut :

43

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Gambar 6. Area survei batimetri gabungan Bakosurtanal-P2O Lipi-BPPT-P3GL

Dari hasil overlay data-data di atas hasil yang didapatkan :

Catatan : Data tersebut merupakan hasil perhitungan dari gabungan dari masingmasing instansi, kecuali data dari Dishidros TNI-AL yang belum masuk kedalam
overlay data batimetri.

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

44

B. Kemampuan Pemetaan Kelautan Instansi Pemerintah

erikut ini merupakan kajian awal tentang kemampuan instansi pemerintah yang
mempunyai kewenangan dalam pengumpulan data batimetri, dengan wahana
dan peralatan yang dimilikinya:

BAKOSURTANAL

Gambar 7. Kapal Survei Katamaran (Sumber: Bidang Kelautan Bakosurtanal)

Dishidros TNI-AL

45

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

KRI DEWA LEUSER 924

KRI PULAU REMPANG 729 924

KRI DEWA KEMBAR 932

Awak 50 ABK
Awak 60 ABK

KAL VEGA

KRI PULAU ROMANG 723

KRI PULAU ROTE 721

Awak 36ABK

Gambar 8. Armada kapal survei yang dimiliki Dishidros, TNI-AL


(Sumber : Dishidros, TNI - AL)

Awak 35 ABK

KAL ARIES

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

46

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) - ESDM :

Geomarin I

Geomarin II

Geomarin III

Gambar 9. Armada Kapal Survei yang dimiliki P3GL ESDM (Sumber : P3GL - ESDM)

Pusat Penelitian Oseanografi(P2O)-LIPI

47

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Kapal Baruna Jaya VII

Kapal Baruna Jaya VIII

Gambar 10. Armada Kapal Survei yang dimiliki P2O LIPI (Sumber : P2O - LIPI)

BPPT - Balai Teknologi Survei Kelautan (BTSK)

Kapal Baruna Jaya I

Kapal Baruna Jaya II

Kapal Baruna Jaya III

Kapal Baruna Jaya IV


Gambar 10. Armada Kapal Survei yang dimiliki P2O LIPI (Sumber : P2O - LIPI)

Daftar Isi
Apridar. 2010. Ekonomi Kelautan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2011. Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2011 Buku I : Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro
dan Pembiayaan Pembangunan. Jakarta : Bappenas.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2011. Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2011 Buku II : Prioritas Pembangunan Bidang. Jakarta : Bappenas.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2011. Rencana Pembangunan Berdimensi
Kewilayahan. Jakarta : Bappenas.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2011. Buku Saku Rangkuman Rencana
Pembangungan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Prioritas
Bidang Wilayah dan Tata Ruang. Jakarta : Bappenas.
Dahuri, Rokhmin. Kelautan, Potensi Memakmurkan Rakyat. Kompas, 25 Juni 2005.
Dewan Kelautan Indonesia. 2008. Evaluasi Kebijakan Dalam Rangka Implementasi
Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982) di Indonesia. Jakarta
: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Djunarsjah, Eka. 2011. Lingkup Keilmuan dan Aplikasi Hidrografi (presentasi).
Kusumastanto, Tridoyo. 2007. Analisis Ekonomi Kelautan dan Arah Kebijakan
Pengembangan Jasa Kelautan. Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir
dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Kusumastanto, Tridoyo. 2007. Ocean Policy dalam Membangun Negara Bahari. Bogor
: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
____________. 2011. Deklarasi Djuanda. URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Deklarasi
Djuanda.
Dikunjungi pada 11 September 2011 Pukul 02.06 WIB.

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

50

Pemetaan Terpadu Sumber Daya Kelautan Nasional


dalam rangka Mendukung Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

50

You might also like