You are on page 1of 7

VERUKA VULGARIS

A. Definisi
Veruka vulgaris atau yang lebih dikenal dengan kutil atau common wart
merupakan ploriferasi jinak pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh infeksi
human papilloma virus (HPV).

Umumnya terdapat pada anak-anak dan dewasa

muda. Kutil biasanya tanpa gejala tetapi dapat bermasalah untuk estetika, kecacatan
dan nyeri. Virus HPV yang sering menyebabkan veruka antara lain Tipe HPV-2,
HPV-4 or HPV-40. dapat menyerang kulit, ekstremitas, genital serta mukosa laring
dan mulut. Virus ini tidak menunjukkan gejala dan tanda yang akut melainkan terjadi
secara lambat serta adanya ekspansi fokal dari sel epitel. 1,2,3,4
B. Epidemiologi
Veruka dapat terjadi pada semua usia. Insiden meningkat pada masa sekolah
dan puncaknya terjadi pada saat dewasa muda. Berdasarkan penelitian Ada beberapa
studi tentang prevalensi kutil kulit antara anak-anak sekolah di Mesir dan di seluruh
dunia dengan prevalensi bervariasi dari 2,4% - 33%, dengan frekuensi yang sama
pada kedua jenis kelamin. Beberapa studi ini telah menilai faktor risiko untuk
meningkatkan risiko kutil umum di antara anak-anak dan remaja. Ini faktor, kelas
sosial rendah, ukuran keluarga besar, dan membesarkan hewan dalam rumah tangga
telah dilaporkan.5
C. Patogenesis
HPV ditularkan melalui kontak seksual, autoinokulasi, transmisi horisontal,
vertikal dan dapat melalui air liur. Lesi pada jari dan tangan kadang-kadang
menyebabkan lesi oral melalui autoinokulasi. Lesi oral biasanya jinak dengan hanya
beberapa melaporkan kasus transformasi ganas.1,2,4
Setelah papillomavirus malakukan inokulasi, biasanya membutuhkan 2
sampai 9 bulan menjadi veruka yang tampak secara klinis. Pengamatan ini berarti

membutuhkan waktu yang relatif lama infeksi subklinis. Keadaan infeksi tanpa gejala
merupakan sumber potensial dari virus yang menular. Meskipun epidermis dalam
veruka adalah akantotik hiperplasia namun dapat berkembang secara perlahan.1,2,4
Saat seseorang terpapar HPV maka

HPV akan menempel pada reseptor

permukaan sel dan melalukan penetrasi HPV melalui membran sel HPV yang tidak
berkapsid. Proses ini meliputi pelepasan kapsid virus sebagian atau seluruhnya
setelah terjadi penetrasi sehingga genom virus (DNA atau protein) masuk dan
selanjutnya kapsid dihancurkan di dalam inti sel.1,2,4,
Setelah virus masuk ke dalam inti sel, virus melakukan transkripsi dengan
DNA-nya menjadi mRNA. Proses transkripsi selesai virus melanjutkan dengan proses
translasi untuk membentuk protein E dan L. Tahap selanjutnya adalah menyusun
partikel virus, struktur dasar dilengkapi kembali untuk membentuk virus-virus baru
yang akan menginfeksi sel-sel lain.2
Virus papiloma menginduksi kelainan setempat dan ditandai oleh perubahan
morfologi dan hiperplasia akibat percepatan proliferasi sel-sel keratin epidermis
tumbuh terlalu banyak atau sehingga menyebabkan veruka menjadi kasar, bertekstur
dan keras. Humanpapilloma virus ditularkan melalui kontak langsung dengan human
papillomavirus dari kulit ke kulit. Hal ini juga dapat ditularkan melalui kontak tidak
langsung misalnya dari benda yang terkontaminasi seperti handuk dan sepatu. Veruka
dianggap menular jika ada penderita yang di tubuhnya terdapat veruka. HPV lebih
mungkin menyebar jika kulit basah, lembut atau telah melakukan kontak.1,2,4

D. Gambaran Klinis
Veruka vulgaris lebih umum terjadi pada kulit daripada di rongga mulut. Pada
kulit paling sering terjadi pada bagian aspek dorsal jari dan tangan dan juga pada

telapak kaki. Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lenticular atau
kalau berkonfluensi berbentuk plakat dengan permukaan kasar (verukosa). 1,2,3,4
Veruka biasa muncul 2-9 bulan setelah inokulasi. Terdapat periode infeksi
subklinik yang panjang dan mungkin awal terjadinya infeksi tidak tampak.
Permukaan veruka yang kasar mungkin mengganggu kulit yang berdekatan sehingga
dapat terjadi inokulasi pada bagian kulit yang berdekatan tersebut, timbulnya veruka
baru berlangsung beberapa pekan hingga beberapa bulan.1,2
Biasanya veruka vulgaris berlokasi pada tangan terutama pada jari dan telapak
tangan. Meskipun sebenarnya dapat terjadi di bagian tubuh manapun dimana
penyebarannya secara autoinokulasi. Biasanya muncul tanpa gejala. Jika mengenai
lipatan kuku ataupun bagian bawah kuku maka dapat merusak pertumbuhan kuku.
Periungual warts lebih sering terjadi pada orang yang suka menggigit kukunya lesi
biasanya konfluen dan melibatkan lipatan kuku bagian proksimal dan lateral dan
mungkin dapat menyebar ke bibir dan lidah biasanya pada separuh bagian tengah.1,2,4,6

Gambar 1. (a) Common warts, periungual, lesi konfluens, papul keratotik disekitar proksimal
perifer dari jari kuku.2 (b) Pertumbuhan kutil pada permukaan kulit pada tangan kanan 6

Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan anak-anak
kutil dalam jumlah yang banyak. Ada pendapat yang menggolongkan sebagai
penyakit yang sembuh sendiri tanpa pengobatan. Varian veruka vulgaris yang terdapat
di daerah muka dan kulit kepala berbentuk sebagai penonjolan yang tegak lurus pada
permukaan kulit dan permukaannya verokosa disebut sebagai verukosa filiformis.4

E. Diagnosis
Gambaran klinis, riwayat penyakit, papul yang membesar secara perlahan
biasanya sudah sangat membantu untuk membangun diagnosis veruka. Pemeriksaan
histologi dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Lesi seperti keratosis
seboroik, keratosis solar, nevi, akondron, hiperplasia kelenjar sebasea, klavi,
granuloma piogenik kecil, karsinoma sel skuamous dapat menyerupai veruka.1,2,4
Pada gambaran histopatologi gambaran karasteristik veruka vulgaris adalah
proliferasi hiperkeratotik epitel skuamosa berlapis, dan hiperplastik sel yang
mengandung badan inulusi intranuklear dan intrasitoplasmik.2,4

Gambar 2. Veruka Vulgaris. Proses hiperplasia dan hiperplastik sel yang mengandung kedua
badan inklusi intranuklear dan intrasitoplasmik. 2

F. Diagnosis Banding
Lesi umum seperti seboroik, nevi, hiperplasia sebasea, clavier, small pyogenic
granuloma, atau SCC mungkin menyerupai veruka. Diagnosis banding bervariasi
dengan jenis lesi dan lokasi.2
Tabel 1. Diagnosis Banding Veruka2

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atau terapi pada veruka vulgaris disesuaikan dengan lokasi
tubuh yang terkena, usia pasien, status imun pasien, derajat ketidaknyamanan baik
secara fisik maupun emosional dan jika ada terapi sebelumnya. Veruka vulgaris yang
muncul pada anak tidak memerlukan pengobatan khusus karena biasanya dapat
regresi sendiri. Namun, mekanismenya sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
diduga sistem imun seluler dan humoral berperan terhadap regresi spontan veruka
vulgaris.1,2,3
Krioterapi merupakan pilihan utama untuk hampir semua veruka vulgaris.
veruka seharusnya dibekukan secara adekuat dimana dalam waktu 1-2 hari akan
timbul lepuh sehingga akan menjadi lebih lunak. Idealnya pengobatan dilakukan
setiap 2 atau 3 pekan sampai lepuh terkelupas. Komplikasi dari krioterapi diantaranya
terjadinya hipopigmentasi dan timbul jaringan parut (skar). 1,2
Asam salisilat dengan atau tanpa asam laktat efektif untuk pengobatan veruka
vulgaris dimana efikasinya sebanding dengan krioterapi. Efek keratolitik asam
salisilat mampu membantu mengurangi ketebalan veruka dan menstimulasi respon
inflamasi. Glutaraldehid merupakan agen virusidal yang terdiri dari 10%
glutaraldehid dalam etanol cair atau dalam formulasi bentuk gel. Pengobatan hanya

terbatas pada lesi di tangan. Efek samping yang dapat terjadi adalah dermatitis
kontak. Nekrosis kutaneus dapat terjadi walaupun sangat jarang. 1,2
Simetidine oral 30-45 mg/kgbb/hari dapat diberikan oleh karena memiliki
efek imunomodulator. Dilaporkan telah efektif pada anak-anak dan orang dewasa
dimana tidak ditemukan rekurensi setelah 6 bulan diobservasi. Beberapa terapi seperti
electrocauterization, laser atau agen topikal juga dapat digunakan dimana semuanya
fokus pada pemberantasan lesi.

H. Prognosis
Veruka vulgaris dapat regresi spontan, khususnya pada anak-anak, tapi kadang
merespon eksisi sederhana atau ablasi dengan laser atau krioterapi. Penyakit ini
sering residif, walaupun diberikan pengobatan yang adekuat dan tidak ada potensi
keganasan.2

DAFTAR PUSTAKA
1. James WD, Berger TG Elston DM. Chapter 19; Viral disease. Andrews
Diseases of the skin clinical dermatology. Edisi ke-10. Kanada. Saunders
Elsevier. 2011.h.367-420.
2. Elliot J, Reinhard Kernbouer. Chapter 196; Human PapilomanVirus
Infections. Fitzpatrick`s Dermatology in general medicine. Edisi ke-9.
McGaw Hill Medical. 2012.
3. Arya S Nalin, Suja George. Case Report of Extensive Mucocutaneus Verruca
Vulgaris in a non-immunocompromised patient.

International Journal of

Advanced Health Sciences. Vol 2 Issue 5. September 2015.


4. Djuanda A, Mochtar H, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ke-6. Jakarta, 2013.
6

5. Khaled K, Soliman A. Some epidemiolohic aspects of common warts inrural


primary school children. Hindawi Publishing Corporation. 2013.
6. Ramakrishna et al. Mucocutaneus Veruca Vulgaris: A Rare Presentation in an
immunocompetent Patient. Journal of Otology & Rhinology. 2015.

You might also like