You are on page 1of 6

Survei Internasional TIMSS

Senin, 15-Aug-2011 09:39:17

TIMSS (TRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY)

Apa itu TIMSS?


TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) adalah studi
internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat
pertama. Studi ini dikoordinasikan oleh IEA (The International Association for the
Evaluation of Educational Achievement) yang berkedudukan di Amsterdam,
Belanda. TIMSS merupakan studi yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali,
yaitu pada tahun 1995, 1999, 2003, 2007, 2011, dan seterusnya. Indonesia mulai
sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 1999. Pada tahun 1999 sebanyak 38 negara
berpartisipasi sebagai peserta sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi 46
negara dan pada tahun 2007 kembali bertambah menjadi 49 negara.
Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar
yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan
angket, penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan analisis data, dan
pengendalian mutu. Untuk setiap tahun putaran studi , pengembangan tes dan angket
dipusatkan di Boston College, Boston-USA; penentuan sampel sekolah ditentukan oleh
Statistics Canada di Ottawa-Kanada; dan pengolahan data dilakukan di Data
Processing Center, Hamburg-Jerman.

Tujuan
Tujuan TIMSS adalah untuk mengukur prestasi matematika dan sains siswa kelas VIII di
negara-negara peserta. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara lain
adalah untuk mengetahui posisi prestasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan
prestasi siswa di negara lain dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu,
hasil studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan
kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan.

Apa yang diukur?


Dasar penilaian prestasi matematika dan sains dalam TIMSS dikategorikan ke dalam
dua domain, yaitu isi dan kognitif. Distribusi spesifikasi dari penilaian tersebut adalah
sebagai berikut:
Domain isi matematika:
1. Bilangan
2. Aljabar
3. Geometri
4. Data dan Peluang
Domain isi sains:
1. Biologi
2. Kimia
3. Fisika
4. Ilmu Bumi
Domain kognitif, baik untuk matematika maupun untuk sains:
1. Pengetahuan
2. Penerapan
3. Penalaran

Populasi dan Sampel


Populasi dalam studi ini adalah seluruh siswa kelas VIII sekolah lanjutan tingkat
pertama di Indonesia. Penentuan sampel dilakukan berdasarkan tiga strata, yaitu jenis
sekolah (SMP/MTs), status sekolah (Negeri/Swasta), danperformance sekolah
(Baik/Sedang/Kurang). Secara keseluruhan, sebanyak 150 SMP/MTs negeri dan
swasta, dengan kategori baik, sedang, dan kurang, terpilih sebagai sampel. Sejumlah
5.848, 5.762, dan 5.648 siswa berpartisipasi di setiap tahun putaran studi.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret-April pada setiap tahun putaran
studi dan dilakukan secara bersamaan di sekolah-sekolah sampel. Siswa-siswa dalam
satu kelas utuh diberikan buku tes untuk dikerjakan selama 90 menit. Setelah itu, siswa,
guru Matematika/Biologi/Fisika, dan kepala sekolah diminta untuk mengisi angket.

Hasil
Tabel berikut menunjukkan peringkat prestasi matematika dan sains siswa antar-negara
peserta (Tahun 2007 rata-rata skor internasioanal = 500 dan standar deviasi = 100):
Tabel 1. Skor Rata-rata Prestasi Matematika

TIMSS-R 1999
No. Negara
Skor

TIMSS 2003
No. Negara
Skor

TIMSS 2007
No. Negara

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

604
587
585
582
579
558
540
534
532
531
530
526
525
520
520
519
511
505
502
496
491
487
482
479
476
472
469
467

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Singapura
Korea Selatan
Hongkong
Taiwan
Jepang
Belgia
Belanda
Estonia
Hungaria
Malaysia
Latvia
Rusia
Slowakia
Australia
Amerika Serikat
Lituania
Swedia
Skotlandia
Inggris
Israel
Selandia Baru
Slovenia
Italia
Armenia
Serbia
Bulgaria
Rumania
Internasional

605
589
586
585
570
537
536
531
529
508
508
508
508
505
504
502
499
498
498
496
494
493
484
478
477
476
475
467

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

22
23
24
25
26
27

Singapura
Korea Selatan
Taiwan
Hongkong
Jepang
Belgia
Belanda
Slowakia
Hungaria
Kanada
Slovenia
Rusia
Australia
Finlandia
Ceko
Malaysia
Bulgaria
Latvia
Amerika Serikat
Inggris
Selandia Baru
Internasional
Lituania
Italia
Siprus
Rumania
Maldova
Thailand

28
29
30
31
32
33
34

Israel
Tunisia
Masedonia
Turki
Yordania
Iran
INDONESIA

466
448
447
429
428
422
403

28
29
30
31
32
33
34

Norwegia
Maldova
Siprus
Masedonia
Libanon
Yordania
Iran

461
460
459
435
433
424
411

28
29
30
31
32
33
34

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Taiwan
Korea Selatan
Singapura
Hongkong
Jepang
Hungaria
Inggris
Rusia
Amerika Serikat
Lituania
Ceko
Slovenia
Internasional
Armenia
Australia
Swedia
Malta
Skotlandia
Serbia
Italia
Malaysia
Norwegia
Siprus
Bulgaria
Israel
Ukraina
Rumania
Bosnia
Herzegovina
Libanon
Thailand
Turki
Yordania
Tunisia
Georgia
Iran

Skor
598
597
593
572
570
517
513
512
508
506
504
501
500
499
496
491
488
487
486
480
474
469
465
464
463
462
461
456
449
441
432
427
420
410
403

35
36
37
38

Cili
Filipina
Maroko
Afrika Selatan

392
345
337
275

35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

INDONESIA
Tunisia
Mesir
Bahrain
Palestina
Cili
Maroko
Filipina
Botswana
Saudi Arabia
Gana
Afrika Selatan

411
410
406
401
390
387
387
378
366
332
276
264

35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

Bahrain
INDONESIA
Siria
Mesir
Algeria
Maroko
Kolombia
Oman
Palestina
Botswana
Kuwait
Elsavador
Saudi Arabia
Ghana
Qatar

398
397
395
391
387
381
380
372
367
364
354
340
329
309
307

Tabel 2. Skor Rata-rata Prestasi Sains

TIMSS-R 1999
No. Negara
Skor

TIMSS 2003
No. Negara
Skor

TIMSS 2007
No. Negara

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

24
25
26
27

Taiwan
Singapura
Hungaria
Jepang
Korea Selatan
Belanda
Australia
Ceko
Inggris
Finlandia
Slowakia
Belgia
Slovenia
Kanada
Hongkong
Rusia
Bulgaria
Amerika Serikat
Selandia Baru
Latvia
Italia
Malaysia
Lituania
Internasional
Thailand
Rumania
Israel
Siprus

569
568
552
550
549
545
540
539
538
535
535
535
533
533
530
529
518
515
510
503
493
492
488
488
482
472
468
460

Singapura
Taiwan
Korea Selatan
Hongkong
Estonia
Jepang
Inggris
Hungaria
Belanda
Amerika Serikat
Australia
Swedia
Slovenia
Selandia Baru
Lituania
Slowakia
Belgia
Rusia
Latvia
Skotlandia
Malaysia
Norwegia
Italia
Israel
Bulgaria
Yordania
Internasional
27 Maldova

578
571
558
556
552
552
544
543
536
527
527
524
520
520
519
517
516
514
512
512
510
494
491
488
479
475
474
472

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Singapura
Taiwan
Jepang
Korea Selatan
Inggris
Hungaria
Ceko
Slovenia
Hongkong
Rusia
Amerika Serikat
Lituania
Australia
Swedia
Internasional
Skotlandia
Italia
Armenia
Norwegia
Ukraina
Yordania
Malaysia
Thailand
Serbia
Bulgaria
Israel
Bahrain
Bosnia Herzegovina

Skor
567
561
554
553
542
539
539
538
530
530
520
519
515
511
500
496
495
488
487
485
482
471
471
470
470
468
467
466

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Maldova
Masedonia
Yordania
Iran
INDONESIA
Turki
Tunisia
Cili
Filipina
Maroko
Afrika Selatan

459
458
450
448
435
433
430
420
345
323
243

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

Rumania
Serbia
Armenia
Iran
Masedonia
Siprus
Bahrain
Palestina
Mesir
INDONESIA
Cili
Tunisia
Saudi Arabia
Maroko
Libanon
Filipina
Botswana
Gana
Afrika Selatan

470
468
461
453
449
441
438
435
421
420
413
404
398
396
393
377
365
255
244

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

Rumania
Iran
Malta
Turki
Siria
Siprus
Tunisia
INDONESIA
Oman
Georgia
Kuwait
Kolombia
Libanon
Mesir
Algeria
Palestina
Saudi Arabia
Maroko
Elsavador
Botswana
Qatar
Ghana

462
459
457
454
452
452
445
427
423
421
418
417
414
408
408
404
403
402
387
355
319
303

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi matematika siswa kelas VIII
Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata internasional. Indonesia pada tahun 1999
berada di peringkat ke 34 dari 38 negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46
negara, dan tahun 2007 berada di peringkat ke 36 dari 49 negara . Dengan jumlah
negara peserta yang sama seperti dalam matematika, untuk rata-rata skor prestasi
sains posisi Indonesia tidak jauh berbeda. Siswa Indonesia pada tahun 1999 berada di
peringkat ke 32, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 37, dan pada tahun 2007
berada di peringkat ke 35.
http://litbang.kemdikbud.go.id/detail.php?id=214

Indonesia mengikuti TIMSS pertama kali pada tahun 1999, menyusul kemudian tahun
2003, dan terakhir tahun 2007. Dalam TIMSS 1999 misalnya, ternyata dari 38 negara
peserta siswa SLTP kita hanya mampu menduduki ranking ke-34. Empat negara di
bawah kita hanyalah Chili, Marocco, Filipina, dan Afrika Selatan. Lima negara terbaik
saat itu adalah Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan Belgia.
Bagaimana dengan TIMSS 2003? Sama saja! Siswa Indonesia hanya berada pada
ranking ke-35 dari 46 negara peserta yang melibatkan lebih dari 200.000 siswa. Untuk
bidang sains hasil survey TIMSS 2007 menempatkan Indonesia pada peringkat 35 dari
46 negara peserta, tetap jauh (14 tingkat) dibawah Malaysia.
Dari data tersebut terlihat bahwa kemampuan Matematika dan Sains siswa Indonesia
masih sangat rendah, jauh lebih rendah daripada siswa tetangga seperti Malaysia dan
Singapura. Kemenangan beberapa siswa Indonesia dalam berbagai forum Olimpiade
Internasional (IMO, IPhO dan sebagainya) yang bersifat individual tidak bisa dijadikan
sebagai bukti tingginya kualitas pendidikan kita karena bersifat individual dibandingkan
prestasi buruk siswa Indonesia dalam forum TIMSS yang bersifat kolektif.

Dalam survei tiga tahunan Programme for International Student Assessment (PISA)
tahun 2003, Indonesia berada di urutan ke-40 dari 40 negara dalam hal Matematika,
IPA, maupun membaca. Dalam hal membaca, hanya 31 persen siswa Indonesia yang
mampu menyelesaikan dengan cukup baik sebagian besar soal yang diberikan.
Pada survei PISA tahun 2006, peringkat Indonesia untuk Matematika turun dari 38 dari
40 negara (2003) menjadi urutan 52 dari 57 negara, dengan skor rata-rata turun dari 411
(2003) menjadi hanya 391 (2006). Untuk IPA, peringkat Indonesia turun dari 36 dari 40
negara (2003) menjadi 54 dari 57 negara dengan skor rata-rata turun dari 395 (2003)
menjadi 393 (2006). Untuk membaca, peringkat Indonesia turun dari 40 dari 40 negara
menjadi 51 dari 56 negara.
Ini semua bukti bahwa kenaikan nilai UN dari tahun ke tahun tersebut tidak bunyi di
tingkat internasional.
http://satriadharma.wordpress.com/2011/12/23/jusuf-kalla-dan-unasnya-yangsesat/

PERAN seorang ibu dalam pendidikan anaknya memegang pengaruh penting.Di balik
kesuksesan anak dalam meraih masa depannya, tidak bisa dilepaskan dari sosok ibu.
Hal ini diyakini pendiri Surya Institute, Yohannes Surya, usai peluncuran program
Gerakan Ibu Pandai Matematika (GIPIKA) di Jakarta. GIPIKA adalah program yang
dirintis Surya Institute untuk membantu para ibu belajar matematika sehingga dapat
mengarahkan anak-anaknya belajar matematika.
Yohannes menyebutkan, lebih dari 50% penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 237
juta adalah wanita. Lebih dari 25 juta adalah wanita yang sudah berumah tangga dan
memiliki anak. Sumber daya manusia ini bisa menjadi potensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Tanah Air. Dia menilai, sebagian besar generasi muda bangsa
masih beranggapan matematika adalah hal yang menakutkan.
Padahal,memahami matematika dasar sejak usia dini adalah hal utama untuk generasi
muda agar lebih mengenal bidang sains dan teknologi.Berdasarkan data Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2007 untuk kelas 8 atau
setingkat kelas 2 sekolah menengah pertama, Indonesia berada di peringkat 35 dari 49
negara.
Nilai skor para siswa Indonesia pada TIMSS 2007 juga di bawah rata-rata 500 dan
berada dalam tingkatan low international benchmark. Adapun sosok ibu yang dekat
dengan anak diharapkan menjadi mediasi yang tepat. Dalam program GIPIKA, kaum ibu
dengan berbagai latar belakang profesi menjadi sasaran tepat untuk mengarahkan
anak-anaknya agar mengenal lebih dekat pada matematika. Bila program ini berjalan
secara konsisten dalam lima tahun ke depan,dia yakin, generasi muda akan dekat dan
bisa memahami matematika.
Matematika dapat membuat generasi muda lebih percaya diri dan menjadi langkah
berikutnya untuk memahami dunia sains dan teknologi, ujarnya saat ditemui di Hotel
Grand Sahid Jaya Jakarta,Selasa (11/1) lalu. Yohannes mengatakan, untuk mewujudkan
program GIPIKA, saat ini sudah dipersiapkan 20 orang tutor yang akan mengajarkan
para ibu dengan metode mempelajari matematika bernama GASING. Metode ini adalah
pembelajaran matematika yang gampang, asyik, dan menyenangkan. Dengan program
GIPIKA dan metode GASING, para ibu yang berada di berbagai daerah di Indonesia
akan dilatih agar mampu mengajar matematika kepada anak-anaknya.

Diharapkan, para ibu yang sudah terlatih dapat langsung mengajarkan anaknya
sehingga terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam pendidikan di
berbagai wilayah, terutama daerah pedalaman. Selain itu, dapat mengurangi jurang
pemisah di bidang pendidikan antara daerah pedalaman dan kota-kota besar. Menurut
Yohannes, transformasi pendidikan harus dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk
wilayah pedalaman. Jadi, tidak hanya kotakota besar yang selalu mendapatkan fasilitas
pendidikan yang baik. (hardani triyoga)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/375542/

You might also like