You are on page 1of 18

1.

Definisi
Soft tissue atau jaringan lunak merupakan semua jaringan
nonepitel selain tulang, tulang rawan, otak dan selaputnya, sistem
saraf pusat, sel hematopoietik, dan jaringan limfoid. Tumor jaringan
lunak umumnya diklasifikasikan berdasarkan jenis jaringan yang
membentuknya, termasuk lemak, jaringan fibrosa, otot dan jaringan
neurovaskular. Namun, sebagian tumor jaringan lunak tidak diketahui
asalnya.2 Tumor (berasal dari tumere bahasa Latin, yang berarti
"bengkak"), merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi.
Namun,

istilah

ini

sekarang

digunakan

untuk

menggambarkan

pertumbuhan jaringan biologis yang tidak normal. Pertumbuhannya


dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).
Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu
benjolan

atau

pembengkakan

abnormal

yang

disebabkan

pertumbuhan sel baru.


2. Anatomi dan Histologi
Menurut jaringan embrional manusia terdapat 3 lapisan, yaitu :
1.
Ektoderm: berkembangbiak
menjadi
epitel
kulit
dengan
2.

3.

adneksanya, neuroektoderm, yaitu sel otak dan saraf.


Endoderm : berkembang
menjadi
epitel
mukosa,
parenchim organ visceral.
Mesoderm : berkembang menjadi

kelenjar,

jaringan ikat, jaringan lemak,

tulang rawan, tulang, otot polos, otot serat lintang, jaringan


hematopoietik (sum-sum tulang dan jaringan limfoid), pembuluh
darah, dan pembuluh limfe.2
a. Jaringan lemak
Jaringan lemak adalah jenis jaringan ikat khusus yang
terutama terdiri atas sel lemak (Adiposit). Pada pria dewasa normal,
jaringan lemak merupakan 15-20% dari berat badan, pada wanita
normal 20-25% dari berat badan.
b. Jaringan fibrosa
Jaringan ikat Fibrosa (Fibrosa) tersusun dari matriks yang
mengandung serabut fleksibel berupa kolagen dan bersifat tidak

elastis. Fibrosa ditemukan pada tendon otot, ligamen, dan simfisis


pubis. Fungsinya antara lain sebagai penyokong dan pelindung,
penghubung antara otot dan tulang serta penghubung antara
tulang dan tulang.
c. Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi
sebagai tugas utama. Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu
otot lurik, otot polos dan otot jantung. Otot menyebabkan
pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari organ dalam
organisme tersebut.
- Otot lurik
Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar)
sehingga disebut otot volunteer. Pergerakannya diatur sinyal
dari sel saraf motorik. Otot ini menempel pada kerangka dan
-

digunakan untuk pergerakan.


Otot polos
Otot yang ditemukan dalam intestinum dan pembuluh
darah bekerja dengan pengaturan dari sistem saraf tak sadar,
yaitu saraf otonom.

Otot jantung
Kontraksi otot jantung bersifat involunter, kuat dan
berirama.

d. Pembuluh darah
Terdapat 3 jenis pembuluh darah, yaitu:
a. Arteri
Suatu rangkaian pembuluh eferen yang setelah bercabang
akan mengecil dengan fungsi mengangkut darah bersama
nutrient dan oksigen ke jaringan.
b. Kapiler
Jalinan difus saluran-saluran halus yang beranastomosis
secara

luas

dan

melalui

dinding

pertukaran darah dan jaringan.


c. Vena

pembuluh

inilah

terjadi

Bagian konvergensi dari kapiler ke dalam system pembuluhpembuluh yang lebih besar yang menghantar produk metabolism
(CO2 dan lain-lain) kea rah jantung.
e. Saraf perifer
Komponen utama dari susunan saraf tepi adalah serabut
saraf, ganglia, dan ujung saraf. Serabut saraf adalah kumpulan
serat saraf yang dikelilingi selubung jaringan ikat. Tumor pada
serabut saraf neurofibroma. Pada serat saraf tepi, sel penyelubung
yaitu sel schwann. Tumor pada penyeluubung sel saraf tepi yaitu
schwannoma.
3. Klasifikasi Soft Tissue Tumor
Tabel Klasifikasi soft tissue tumor berdasarkan jenis jaringan.
No
.

Soft tissue tumor


Lipoma

1.

Tumor Jaringan Lemak


Liposarkoma
Fasilitis Nodularis
Fibromatosis

2.

Tumor dan Lesi Mirip-Tumor pada


Jaringan Fibrosa

Fibromatosis
Superfisialis
Fibromatosis
Profunda
Fibrosarkoma

3.

Tumor Fibriohistiositik

Histiositoma Fibrosa
Dermatofibrosarkoma

Protuberans
Histiositoma Fibrosa
Maligna
Rabdomioma
4.

Tumor Otot Rangka


Rabdomiosarkoma
Leiomioma
Leiomiosarkoma

5.

Tumor Otot Polos

Tumor otot polos


dengan potensi
keganasan tidak jelas
Hemangioma
Limfangioma

6.

Tumor Vaskular

Hemangioendoteliom
a
Hemangioperisitoma
Angiosarkoma
Neurofibroma

7.

Tumor Saraf Perifer

Schwannoma
Tumor ganas selubung
saraf perifer

8.

Tumor yang Histogenesisnya Tidak


Jelas

Tumor Sel Granular


Sarkoma Sinovium
Sarkoma bagian lunak

alveolus
Sarkoma Epitelioid
Tabel Klasisikasi Tumor Jaringan Lunak Berdasarkan Pertumbuhan
Jinak dan Ganas

CLASSIFICATION: HISTOGENIC CLASSIFICATION SCHEME FOR


BENIGN AND MALIGNANT SOFT TISSUE TUMORS
Tissue formed

Benign

soft

tissue

tumor

Malignant

soft

tissue

tumor

(histogenesis)
Fat

Lipoma

Liposarkoma

Fibrous tissue

Fibroma

Fibrosarkoma

Skeletal muscle

Rabdomioma

Rabdomiosarkoma

Smooth muscle

Leiomioma

Leiomyosarkoma

Synovium

Synovioma

Sarkoma sinovial

Blood vessel

Hemangioma

Angiosarkoma;

hemangiopericytoma

malignant

Lymphatics

Lymphangioma

Lymphangiosarkoma

Nerve

Neurofibroma

Neurofibrosarkoma

Mesothelium

Benign mesothelioma

Malignant
mesothelioma

Tissue histiocyte

Pluripotent

Benign

fibrous Malignant

histiocytoma

histiocytoma

None recognized

Malignant

fibrous

mesenchymoma
Uncertain

None

recognized Ewing's

sarkoma;

sarkoma;

epithelioid alveolar soft parts

sarkoma

4. Etiologi
a. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah
faktor predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam
daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran
penting dalam diagnosis.
b. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen
radiasi-induksi yang mendorong transformasi neoplastik.
c. Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan
setelah itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
d. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya
lemah juga akan meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak.
e. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya
kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka
yang ada.

5. Patofisiologi Soft Tisssue Tumor


Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue
Tumors (STT) adalah proliferasi jaringan mesenkimal yang terjadi di
jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di
mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan
leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa
tumor jinak, seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas
anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas
sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi
seperti lekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4
fase

yaitu

1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.


2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh.

6. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda kanker jaringan lunak tidak spesifik,
tergantung pada lokasi di mana tumor berada, umumnya gejalanya
berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit.
Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi
akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena
adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Tumor jinak jaringan lunak

biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa


lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari
jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat
membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila
digerakkan agak sukar dan dapat menyebar ke tempat jauh ke paruparu, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar,
dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan X-ray
Pemeriksaan X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut
tentang berbagai tumor jaringan lunak, transparansi serta
hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya jelas,
sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang
jelastetapi melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor
ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial,
rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
b. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan
amplop dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk
membedakan antara jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak
tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma
otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor
mendalami sitologi aspirasi akupunktur.
c. CT Scan

CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial


karakteristik tumor jaringan lunak yang merupakan metode umum
untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam beberapa tahun
terakhir.

d. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi
kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar
penampang berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan, tumor
jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke
pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk
mendasarkan pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
e. Pemeriksaan Histopatologis
1. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang
akurat. Dioptimalkan untuk situasi berikut:
a) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode
pengumpulan untuk mendapatkan sel, pemeriksaan
mikroskopik;
b) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya
untuk mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi
sedimentasi sentrifugal, selanjutnya smear;
c)

Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan


tumor yang mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau
kemoterapi, metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.

2. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak


dapat didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
3. Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
4. Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama
dengan bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh
tumor untuk pemeriksaan histologis.
Karena kompleksitas dan keragaman sumber dari tumor
jaringan lunak, diagnosis patologis, selain pewarnaan biasa HE,
sebagian besar membutuhkan penggunaan alat-alat seperti
imunohistokimia atau dibantu diagnosa mikroskop elektron. Ahli
Guangzhou Rumah Sakit modern menyarankan : mendeteksi dini
tumor jaringan lunak membuat pengobatan lebih baik, setiap
ketidaknyamanan tubuh sesegera mungkin melakukan
pemeriksaan rutin dan perawatan ke rumah sakit.
8. Penatalaksanaan Medis
Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumor tergantung
pada tahap dari tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan
tingkatan dari tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan lunak tumors
termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.
a.

Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)


Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan
jaringan lunak tumors. Jika memungkinkan, dokter akan
menghapus kanker dan margin yang aman dari jaringan sehat di
sekitarnya. Penting untuk mendapatkan margin bebas tumor
untuk mengurangi kemungkinan kambuh lokal dan memberikan
yang terbaik bagi pembasmian dari tumor. Tergantung pada

ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin, jarang sekali, diperlukan


untuk menghapus semua atau bagian dari lengan atau kaki.
b. Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum
atau setelah shrink Tumor operasi apapun untuk membunuh sel
kanker yang mungkin tertinggal. Dalam beberapa kasus, dapat
digunakan untuk merawat tumor yang tidak dapat dilakukan
pembedahan. Dalam beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan
untuk memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang
berpengaruh pada keseluruhan hidup.
c.

Kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik
sebelum atau sesudah operasi untuk mencoba bersembunyi di
setiap tumor atau membunuh sel kanker yang tersisa. Penggunaan
kemoterapi untuk mencegah penyebaran jaringan lunak tumors
belum membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker telah menyebar
ke area lain dari tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink
Tumors dan mengurangi rasa sakit dan menyebabkan kegelisahan
mereka, tetapi tidak mungkin untuk membasmi penyakit.

9. Komplikasi
Penyebaran atau metastasis kanker ini paling sering melalui
pembuluh darah ke paru-paru , ke liver, dan tulang. Jarang menyebar
melalui kelenjar getah bening.
10.

A. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian

Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 2000) adalah meliputi :


a. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit
vascular

perifer,

atau

stasis

vascular

(peningkatan

risiko

pembentukan trombus).
b. Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-faktor stress
multiple misalnya: financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak
dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang, stimulasi
simpatis.
c. Makanan / cairan
Gejala:

insufisiensi

pancreas/DM,

hipoglikemia/ketoasidosis),
membrane

mukosa

yang

malnutrisi
kering

(predisposisi
(termasuk

(pembatasan

untuk
obesitas),

pemasukkan

periode puasa pra operasi).


d. Aktivitas atau istirahat
Tanda : mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu
lama, membutuhkan papan matras untuk tidur, penurunan rentang
gerak, tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa, atrofi otot,
gangguan dalam berjalan.
e. Neurosensori
Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan tangan atau kaki,
penurunan reflek tendon dalam, nyeri tekan atau nyeri abdomen.
f. Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.


g. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan
larutan. Tanda:munculnya proses infeksi yang melelahkan, demam.
h. Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti ditusuk-tusuk, fleksi pada kaki, keterbatasan
mobilisasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan luka insisi dan distensi abdominal,
ditandai dengan adanya rasa nyeri, perilaku yang sangat hati-hati,
melindungi

bagian tertentu, memusatkan diri, mempersempit

fokus, perilaku distraksi (tegang, mengerang, menangis, mondarmandir, gelisah), raut wajah kesakitan (mata kuyu, terlihat lelah,
gerakan kaku, meringis), perubahan tonus otot, respons autonom
(diaforesis), perubahan tekanan darah dan nadi, dilatasi pupil,
penurunan atau peningkatan frekuensi nafas.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinuitas jaringan
sekunder terhadap tindakan invasive (insisi bedah)
c.

Perubahan

pola eliminasi

konstipasi

berhubungan

dengan

penurunan peristaltic usus sekunder terhadap efek anesthesi yang


ditandai dengan feses keras, berbentuk, defekasi terjadi kurang
dari 3 kali seminggu, bising usus menurun, melaporkan adanya
perasaan penuh pada rectum.
d.

Imobilitas

fisik

berhubungan

(Carpenito,2000).
3. Fokus Intervensi dan Rasional

dengan

keterbatasan

gerak

1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi


a. Tujuan
Klien melaporkan nyeri berkurang dengan kriteria menunjukkan
perilaku/ketrampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik, tampak
rileks, tidur dan istirahat dengan tepat.
b. Intervensi
1) Observasi nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10).
Rasional:pengkajian nyeri mendasari bagi perencanaan intervensi
keperawatan.
2) Latih klien menggunakan metode distraksi.
Rasional: Latihan pernafasan dan tehnik relaksasi menurunkan
konsumsi O2, frekuensi nafas, frekuensi jantung, ketegangan otot
yang menghentikan siklus nyeri.
3) Ubah posisi yang nyaman, misalnya posisi semifowler dengan
bagian lutut ditopang dengan bantal.
Rasional: posisi yang tepat dapat mengurangi stres pada area
insisi.
4) Pantau tanda vital tiap 4 jam.
Rasional: Untuk mengetahui perubahan KU pasien.
5)

Berikan

tindakan

kenyamanan

(sentuhan

terapeutik,

pengubahan posisi, pijatan punggung).


Rasional:

Rangsang

kutan

mengaftifkan

serabut

besar

yang

bereaksi terhadap nyeri yang mengatur pesan nyeri yang dibawa


oleh serabut kecil.

6) Kolaborasi pemberian analgetic sesuai indikasi.


Rasional: Obat-obat anti inflamasi non steroid dianjurkan untuk
nyeri pasca operasi ringan sampai sedang.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan inkontiunitas jaringan
sekunder terhadap tindakan invasive/ insisi pembedahan.
a. Tujuan
Klien terbebas dari infeksi selama proses penyembuhan dengan
kriteria tidak ada tanda infeksi.
b. Intervensi
1) Observasi adanya tanda-tanda infeksi.
Rasional: sebagai respon jaringan terhadap infiltrasi pathogen
dengan peningkatan darah dan aliran limfe, penurunan epitelisasi,
peningkatan suhu tubuh oleh rangsangan hipotalamus.
2)

Pantau tanda vital, perhatikan demam ringan menggigil, nadi

dan pernafasan cepat, gelisah, peka, disorientasi.


Rasional: untuk mengetahui perubahan KU pasien.
3) Ganti balutan secara sering dengan tehnik steril.
Rasional: dapat mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
luka dan mengurangi resiko transmisi infeksi pada orang lain.
4) Sarankan klien untuk tidak menyentuh area luka operasi.
Rasional: tanpa cuci tangan dan sarung tangan menambah resiko
infeksi pada luka.
5) Anjurkan klien untuk makan TKTP

Rasional: untuk memperbaiki jaringan tubuh harus meningkatkan


masukan protein dan karbohidrat serta hidrasi adekuat untuk
transport vaskuler dari oksigen dan zat sampah.
6) Kolaborasi pemberian antibiotik.
Rasional:

sebagai

penghambat

pertumbuhan

dan

pembunuh

mikroorganisme pada luka, sehingga luka bersih dan terbebas dari


infeksi.
3.

Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus

sekunder terhadap efek anesthesia.


a. Tujuan
Klien mempunyai pola eliminasi fekal yang normal dengan kriteria
mampu buang air besar dan bising usus normal.
b. Intervensi
1) Observasi adanya distensi, nyeri, dan pembatasan pasien dalam
melakukan mobilisasi.
2) Sarankan klien untuk melakukan mobilisasi secara dini.
Rasional: gerak fisik miring kanan/kiri merangsang eliminasi usus
dengan memperbaiki tonus otot abdomen dan merangsang nafsu
makan dan peristaltic usus.
3) Sarankan untuk makan makanan tinggi serat segera setelah
peristaltic aktif kembali.
Rasional: diit seimbang tinggi serat merangsang peristaltic.
4) Sarankan klien minum banyak sesuai anjuran dokter.
Rasional: minum yang cukup perlu untuk mempertahankan pola

BAB dan meningkatkan konsistensi feses.


4. Imobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
a. Tujuan
Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman dengan kriteria hasil
menunjukkan mobilitas yang aman, meningkatkan kekuatan dan
fungsi bagian tubuh yang sakit.
b. Intervensi
1) Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien.
Rasional: Imobilitas yang dipaksakan dapat memperberat keadaan.
2)

Anjurkan

pasien

untuk

beraktivitas

sehari-hari

dalam

keterbatasan pasien.
Rasional: Partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien.
3) Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian
pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., Soft Tissue Tumor, dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,
Harri Prawira Ezzedin. 2009. Fraktur. Faculty of Medicine University of
Riau Pekanbaru, Riau. available at (http://www.Belibis17.tk. Di akses
tanggal 26 Januari 2016.
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/soft-tissuecancer-diagnosis
https://doktermaya.wordpress.com/2011/12/10/soft-tissu-tumor

You might also like