You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seksio sesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat inisisi pada
dinding abdomen dan uterus. Proses kehamilan, persalinan, dan nifas tidak senantiasa
berlangsung secara fisologi namun dapat pula secara patologi. Oleh karena itu
pengawasan yang teliti dan terus menerus selama berlangsungnya ketiga proses itu
harus dilakukan dengan seksama. Pengawasan bertujuan menemukan sedini mungkin
kelainankelainan

yang

dapat

mempengaruhi

prosesproses

tersebut,

agar

mendapatkan penanganan yang sebaikbaiknya (William,R, 2010, hal 634).


Menurut definisi WHO kematian maternal ialah kematian seorang wanita hamil atau
sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun. jumlah yang diperoleh pada
kematian ibu di tahun 2006 negara negara maju yang umumnnya berkisar antara 1,5
dan 3,0 per 10.000 kelahiran hidup dan di tahun 2007 kematian ibu sebanyak 3,2 jiwa
pertahun. WHO memperkirakan peningkatan jumlah kematian ibu pada tahun 2008
data statistik dari banyaknya jumlah penduduk pertahun. (Anggreni L, online diakses 19
Januari 2012)
Pada Tahun 2008 dilaporkan di dunia ini wanita melahirkan dengan seksio
sesarea meningkat 4 kali di bandingkan 10 tahun sebelumnya, di lihat dari angka
kejadian seksio sesarea dilaporkan di Amerika serikat persalinan dengan seksio
sesarea sebanyak 35% dari seluruh persalinan

dan Asia 28%, di Indoneasia

berdasarkan survai demografi dan kesehatan tahun 2009 2010 mencatat angka
persalinan seksio sesarea secara nasional berjumlah kurang lebih 20,5% dari total

persalinan seksio sesarea. berdampak terhadap perkembangan walau tidak memiliki


kondisi medis paling banyak disebabkan oleh adanya ketakutan menghadapi persalinan
normal, selain itu juga karena faktor usia, dan paritas. (Anggreni L, online, diakses 19
Januari, 2012).
Kehamilan patologi seperti plasenta previa, malpresentasi janin, panggul

sempit,

disproporsi sefalopelviks, dan gawat janin dapat diakhiri dengan seksio sesarea
(Wiknojosastro, 2007, hal 118).
Efek samping dari persalinan seksio sesarea dapat berdampak komplikasi seperti
infeksi atau perdarahan sehingga dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
terhadap ibu (Sriastuti,online, diakses 25 Agustus 2012).
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu inisisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram. (Sarwono, 2005, hal 134).
Tindakan seksio sesarea merupakan salah satu jalan untuk menolong persalinan
sehingga tercapai Well born baby and well health mother. Kini tindakan seksio
sesarea sudah dapat diterima oleh masyarakat, bahkan sering dijumpai permintaan
persalinan dengan operasi seksio sesarea (Manuaba IBG, 2002, hal 158).
Dewasa ini seksio sesarea jauh lebih aman dari pada dulu karena pemberian
antibiotika, transfusi darah, anestesi, dan tekhnik operasi yang lebih sempurna serta
perawatan yang intensif. Karena itu saat ini ada kecenderungan untuk melakukan
operasi tanpa dasar indikasi yang cukup kuat. Namun perlu diingat, bahwa seorang
wanita yang telah mengalami operasi pasti akan menimbulkan cacat dan parut pada

rahim yang dapat membahayakan kehamilan dan persalinan berikutnya, walaupun


bahaya tersebut relatif kecil. (Manuaba EGC, 2002, hal 176).
Beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian seksio sesarea adalah umur ibu,
paritas, penyulit persalinan, riwayat seksio sesarea karena panggul sempit dan umur
kehamilan.
Umur ibu yang terlalu muda secara biologis perkembangan alat reproduksinya
belum sepenuhnya optimal sehingga beresiko sebesar satu sampai dua kali dibanding
yang berumur optimum berproduksi antara 2035 tahun, atau umur yang terlalu tua
juga berisiko sama. Indikasi seksio sesarea juga harus dipertimbangkan pada primitua,
riwayat infertilitas, dan pada wanita dengan riwayat obstetrik yang kurang baik
( Sriastuti, online, diakses 25 Agustus 2012).
Ibu yang mengalami kehamilan pertama dan yang berulangulang (paritas tinggi)
dapat memberi risiko dua kali menjalani persalinan sesarea dibanding yang sedikit
terlebih dengan jarak kehamilan yang dekat akan berisiko sampai tiga kali hal ini
disebabkan kehamilan yang berulang akan membuat uterus menjadi renggang
sehingga dapat menyebabkan kelainan letak janin dan kelainan implantasi plasenta
yang berakibat buruk pada proses persalinan (Sriastuti, online, diakses 25 Agustus
2012).
Proses melahirkan yang mengalami gangguan atau adanya penyulit persalinan
baik dari ibu ataupun dari janin berisiko tiga sampai empat kali untuk terjadinya
persalinan sesarea. Kejadian paling sering adalah bayi yang terlalu besar, panggul ibu
yang terlalu kecil, dan letak bayi yang melintang ( Sriastuti, online, diakses 25 Agustus
2012).

Seorang ibu yang pada persalinan sebelumnya melahirkan dengan cara seksio
sesarea kemungkinan pada persalinan berikutnya akan mengalami hal yang sama. Ibu
yang mempunyai riwayat seksio sesarea sebelumnya memiliki risiko sebesar empat kali
untuk terjadinya persalinan seksio sesarea ( Sriastuti, online, diakses 25 Agustus 2012).
Data yang didapatkan dari dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2009
ditemukan 4,305 kasus seksio sesarea dan meningkat 530,44 % pada tahun 2010
menjadi 8366 kasus (profil dinas kesehatan Sulawesi Selatan).
Khusus di Rumah Sakit Salewangan Maros pada tahun 2009 ditemukan angka
Persalinan seksio sesarea sebanyak 135 kasus dan pada tahun 2010 terjadi
peningkatan 23,32 % menjadi 165 kasus.
Untuk mendeteksi secara dini apakah ibu hamil akan mengalami seksio sesarea
atau tidak sebaiknya ibu hamil rajin memeriksakan kehamilannya.
Mengingat besarnya resiko dari persalinan seksio sesarea dan tingginya angka
kejadian seksio sesarea dari tahun ke tahun memberi motivasi kepada peneliti untuk
melakukan penelitian tentang gambaran indikasi seksio sesarea yang dibatasi menurut
umur ibu dan paritas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan halhal yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas maka
dirumuskan masalah:
1.

Bagaimanakah gambaran

seksio sesarea menurut umur ibu di Rumah Sakit

Salewangang Kabupateng Maros Tahun 2011?

2.

Bagaimanakah gambaran seksio sesarea menurut paritas ibu di Rumah Sakit


Salewangang Kabupaten Maros Tahun 2011?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran Persalinan seksio sesarea di Rumah Sakit Salewangang
Kabupaten Maros Tahun 2011.
2. Tujuan khusus
a.
b. Diketahuinya gambaran seksio sesarea menurut umur ibu.
c. Diketahuinya gambaran seksio sesarea menurut paritas ibu.

D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi instansi kesehatan khususnya kebidanan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian ibu.
2. Sebagai pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu (teori)
yang selama ini diperoleh di bangku kuliah.
3. Sebagai sumber informasi dan bacaan bagi masyarakat dan penelitian selanjutnya
dalam rangka mengembangkan pengetahuan yang berhubungan dengan seksio
sesarea.
4. Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan peneliti selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Seksio Sesarea

1. Pengertian Seksio Sesarea


Istilah seksio sesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong.
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram ( Sarwono , 2005, hal 134).
Angka mortalitas kasar yang dikoreksi mendapatkan risiko kematian ibu yang
menyertai seksio sesarea adalah 26 kali lebih besar dari pada kelahiran pervaginam
mereka mencatat peningkatan risiko kematian ibu pada pembedahannya sendiri
sebanyak sepuluh kali lipat bertambahnya pengunaan sesio sesarea untuk melindungi
bayi dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi ibu (William, R, 2010, hal 645).
Namun perlu diingat, bahwa seorang wanita yang telah mengalami pembedahan
merupakan seseorang yang mempunyai parut dalam uterus, dan pada kehamilan dan
persalinan berikutnya memerlukan pengawasan yang cermat berhubungan dengan
adanya bahaya ruptura uteri, namun dengan tekhnik yang baik bahaya ini tidak besar,
sebelum keputusan untuk melakukan seksio sesarea diambil pertimbangan secara teliti

indikasi dengan risiko yang mungkin terjadi ( perdarahan, cedera saluran kemih/
usus,infeksi) pertimbangan tersebut harus berdasarkan penilian prabedah secara
lengkap.(Sarwono, 2006, hal 62).
2. Indikasi Seksio Sesarea (Sarwono, 2006, hal 134)
a. Indikasi ibu
1) Plasenta previa
Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea tanpa
menghiraukan faktorfaktor lainnya. Plasenta previa parsialis pada primigravida sangat
cenderung untuk seksio sesarea. Perdarahan banyak dan berulang merupakan indikasi
mutlak untuk seksio sesarea karena perdarahan itu biasanya disebabkan oleh plasenta
previa yang lebih tinggi derajatnya (Arif M, 2007, hal 372).
2) Panggul sempit
Pada panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar karena meskipun
menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio sesarea. Batas terendah
untuk melahirkan janin vias naturalis adalah conjugata vera = 8 cm. panggul dengan
conjugata vera = 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin dengan normal
dan harus diselesaikan dengan seksio sesarea (Manuaba, hal 118).
3) Disproporsi sefalopelvik
Disproporsi fetopelvik mencakup panggul sempit (contracted pelvis) fetus yang
tumbuhnya terlampau besar,atau adanya ketidak seimbangan relatif antara ukuran bayi
dan ukuran pelvis yang ikut menimbulkan masalah disproporsi adalah bentuk pelvis,

presentasi fetus serta kemampuannya untuk moulage dan masuk panggul, kemampuan
berdilatasi pada cervix, dan efektifan kontraksi uterus. (William R, 2010, hal 635).
4) Ruptura uteri mengancam
Pada persalinan dengan ruptura uteri harus dilakukan dengan cermat khususnya
pada persalinan dengan kemungkinan distosia dan pada persalinan wanita yang pernah
mengalami seksio sesarea atau pembedahan lain pada uterus sebelumnya. Karena
adanya bahaya yang lebih besar maka pengakhiran kehamilan dengan ruptura uteri
mengancam perlu ditangani dengan seksio sesarea (William R, 2010, hal 471).
5) Partus lama
Persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam di golongkan sebagai
persalinan lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. dapat
menyebabkan atonia uteri, laserasi, perdarahan,infeksi, gawat janin dan kematian
perinatal maka dari itu perlu segera dilakukan seksio sesarea untuk penangannya
(William R, 2010, hal 616).
6) Preeklampsia
Pada Preeklamsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam sejak gejala
eklamsia timbul. telah diketahui bahwa kehamilan dengan preeklamsia dapat
mengancam janin atau persalinan tidak dapat terjadi dengan bahaya hipoksia dan pada
persalinan bahaya ini semakin besar. Pada gawat janin dalam kala I diperlukan
tindakan seksio sesarea segera (Saifuddin AB, 2006, hal 214).
7) Distosia serviks
Pada distosia serviks primer penanganannya adalah pengawasan persalinan
secara seksama di rumah sakit. Sedangkan pada distosia serviks sekunder

penangannya harus segera dilakukan seksio sesarea sebelum jaringan parut serviks
yang dapat menjalar ke atas sampai segmen bawah uterus (William R, 2010, hal 466).
8) Pernah seksio sesarea sebelumnya
Pada wanita yang pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya biasanya
kembali mengalami hal yang sama pada kehamilan dan persalinan berikutnya, hal ini
disebabkan karena mengingat adanya bahaya ruptura uteri karena seksio sesarea
sebelumnya. Namun wanita yang pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya dapat
diperbolehkan untuk bersalin pervaginam kecuali jika sebab seksio sesarea sebelumya
adalah mutlak karena adanya kesempitan panggul (William R, 2010, hal 635).
b. Indikasi janin
1) Gawat janin
Tindakan operasi dilakukan pada kasus gawat janin dalam rahim, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, kematian janin dalam rahim, tali pusat janin
menumbung. pada kehamilan dan persalinan kala I yang dapat menyebabkan gawat
janin harus segera dilakukan seksio sesarea (Manuaba, 2002, hal 165).
2) Malpresentasi janin
a) Letak lintang (William R, 2010, hal 237)
Greenhill dan Eastman berpendapat bahwa:
(1) Bila ada kesempitan panggul maka seksio sesarea Sadalah cara terbaik dalam segala
letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
(2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio sesarea
walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
(3) Pada multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan caracara lain.

b) Letak sungsang
Seksio sesarea dianjurkan pada letak sungsang apabila ada indikasi panggul
sempit, janin besar, primigravida, dan anak mahal dengan komplikasi pertolongan
persalinan letak sungsang melalui jalan vaginal sebagian besar pertolongan persalinan
di lakukan dengan seksio sesarea. (Manuaba, 2010, hal 503).
c) Presentasi dahi
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal tidak dapat lahir
spontan pervaginam sehingga harus dilahirkan secara seksio sesarea (Arif, M, 2007,
hal 306).
d) Presentasi muka
Indikasi untuk melakukan seksio sesarea pada presentasi muka adalah mento
posterior persistens, kesempitan panggul, dan kesulitan turunnya kepala dalam rongga
panggul (Arif M, 2007, hal 305).
e) Gemelli
Seksio sesarea pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi janin pertama pada
letak lintang, plasenta previa, prolapsus funikuli, dan interlocking yaitu janin pertama
dalam letak sungsang dan janin kedua dalam presentasi kepala (Arif M, 2007, hal,
309).

3. Kontra indikasi Sesio Sesarea


Dalam praktek obstetri modern pada hakekatnya tidak terdapat kontra indikasi,
meskipun

demikian

perlu

diingat

bahwa

seksio

sesarea

dilakukan

untuk

menyelamatkan ibu maupun janin, oleh sebab itu seksio sesarea dilakukan hanya
dalam keadaan bila ada indikasi (Cunningham, 2002, hal 511).
4. Komplikasi Seksio Sesarea (Manuaba IBG, 2002, hal 339)
a. Pada ibu
Terjadi trias komplikasi ibu yaitu perdarahan, infeksi, dan trauma jalan lahir.
1) Perdarahan
Perdarahan merupakan komplikasi yang paling gawat, memerlukan tranfusi darah dan
merupakan penyebab kematian ibu yang paling utama. Penyebab perdarahan pada
tindakan operasi adalah:
a) Atonia uteri: sumber perdarahan berasal dari implantasi plasenta.
b) Robekan jalan lahir: ruptura uteri, robekan serviks, robekan forniks (kolfoporeksis),
robekan vagina, robekan perineum, dan semuanya dapat menimbulkan perdarahan
ringan sampai berat.
c) Perdarahan karena molahidatidosa/korio karsinoma.
d) Gangguan pembekuan darah: kematian janin dalam rahim melebihi 6 minggu, pada
solusio plasenta, dan emboli air ketuban.
e) Retensio plasenta atau rest plasenta: gangguan pelepasan plasenta menimbulkan
perdarahan dari tempat implantasi plasenta.

2) Infeksi

Setiap tindakan operasi selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri, sehingga


menimbulkan infeksi. Infeksi makin meningkat apabila didahului oleh:
a) Keadaan umum yang rendah: anemia saat hamil, sudah terdapat manipulasi intrauterin,
dan sudah terdapat infeksi sejak awal.
b) Perlukaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri.
c) Terdapat retensio plasenta atau rest plasenta.
d) Pelaksanaan operasi persalinan yang kurang legeartis.
Semua faktor tersebut dapat memudahkan terjadinya infeksi.
3) Trauma tindakan operasi persalinan
Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan sehingga menimbulkan
trauma jalan lahir. Trauma operasi persalinan dijabarkan sebagai berikut:
a) Perlukaan pada serviks.
b) Perlukaan pada forniks-kolpoporeksis.
c) Terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak lengkap.
d) Terjadi fistula atau inkontinensia.
b. Pada bayi
Terjadi trias komplikasi bayi dalam bentuk: asfiksi, trauma tindakan, dan infeksi.
1) Asfiksia
a) Tekanan langsung pada kepala: menekan pusatpusat vital pada medulla oblongata.
b) Aspirasi: air ketuban dan mekonium.
c) Perdarahan atau edema jaringan saraf pusat.
2) Trauma langsung pada bayi
a) Fraktura ekstremitas.

b) Traktura tulang kepala bayi.


c) Perdarahan atau edema jaringan otak.
d) Trauma langsung pada mata, telinga, hidung, dan lainnya.
3) Infeksi
Infeksi ringan sampai sepsis yang dapat menyebabkan kematian.
5. JenisJenis Seksio Sesarea (Sarwono, 2005, hal 119)
a. Seksio sesarea klasik atau korporal
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kirakira sepanjang
10 cm.
1) Kelebihan
a) Mengeluarkan janin lebih cepat.
b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.
c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
2) Kekurangan
a) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealisasi
yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan.
b. Seksio sesarea ismika atau profunda
1) Kelebihan
a) Penjahitan luka lebih mudah.
b) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.

c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke
rongga peritoneum.
d) Perdarahan kurang.
e) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kurang/lebih kecil.
2) Kekurangan
a) Luka dapat menyebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat menyebabkan arteria
uterina putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak.
b) Keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi.
6. Pelaksanaan seksio sesarea (Arif M, 2006, hal 345)
a. Seksio sesarea klasik atau kolporal
1) Mulamula dilakukan desinfeksi pada dinding perut dan lapangan operasi dipersempit
dengan kain suci lama.
2) Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simfisis sepanjang 12 cm
sampai di bawah umbilikus lapis demi lapis sehingga kavum peritoneal terbuka.
3) Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi.
4) Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen atas rahim (SAR), kemudian
diperlebar secara sagital dengan gunting.
5) Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan.janin dilahirkan dengan
meluksir kepala dan memotong fundus uteri. Setelah janin lahir seutuhnya, tali pusat
dijepit dan dipotong di antara kedua penjepit.
6) Plasenta dilahirkan secara manual. Disuntik 10 U oksitosin ke dalam rahim secara intra
mural.

Lapisan I

Lapisan II

Lapisan III

7) Luka insisi SAR dijahit kembali.


: Endometrium bersama miometrium
dijahit secara jelujur dengan benang
catgut khromik.
: Hanya miometrium saja dijahit secara
simpul (berhubungan otot SAR sangat
tebal) dengan catgut khromik.
: Perimetrium saja, dijahir secara simpul
dengan benang catgut biasa
8) Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi.
9) Rongga perut dibersihkan dari sisasisa darah dan akhirnya luka dinding perut dijahit.
b. Seksio sesarea ismika atau profunda
1) Mulamula dilakukan desinfeksi pada dinding perut dan lapangan operasi dipersempit
dengan kain suci lama.
2) Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simfisis samping di bawah
umbilikus lapis demi lapis sehingga kavum peritonei terbuka.
3) Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi.
4) Dibuat bladderflap, yaitu dengan menggunting peritoneum kandung kencing (plika
vesikouterina) di depan segmen bawah rahim (SBR) secara melintang. Plika
vesikouterina ini disisihkan secara tumpul ke arah samping dan bawah, dan kandung
kencing yang telah disisihkan ka arah bawah dan samping dilindungi dengan spekulum
kandung kencing.

5) Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm di bawah irisan plika vesikouterina tadi
secara tajam dengan pisau bedah 2 cm, kemudian diperlebr melintang secara tumpul
dengan kedua jari telunjuk operator. Arah irisan pada segmen bawah rahim dapat
melintang (transversal) sesuai cara Kerr; atau membujur (sagital) sesuai cara kronig.

6) Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan dengan
meluksir kepalanya. Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya. Tali pusat
dijepit dan dipotong, plasenta dilahirkan secara manual. Ke dalam otot rahim intra mural
disuntikkan 10 U oksitosin.
Luka dinding rahim dijahit.
a) Lapisan I : dijahit jelujur pada endometrium dan mimotrium.
b) Lapisan II : dijahit jelujur hanya pada miometrium saja.
c) Lapisan III : dijahit jelujur pada plika vesikouterina.
7) Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi.
8) Rongga perut dibersihkan dari sisasisa darah dan akhirnya luka dinding perut dijahit.

7. Nasehat paska operasi (Sarwono,2006, hal 121)


a. Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang satu tahun dengan memakai
kontrasepsi.
b. Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik.
c. Dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit yang besar.

d. Apakah persalinan yang berikut harus dengan seksio sesarea bergantung


dari indikasi seksio sesarea dan keadaan pada kehamilan berikutnya.
e. Hampir di seluruh institusi di Indonesia tidak dianut diktum once a
cesarean always a cesarean.
f. Yang dianut adalah once a cesarean not always cesarean. kecuali pada
panggul sempit atau disproposi sefalopelvik.

B. Tinjauan umum tentang variabel yang diteliti


1. Umur ibu
Umur adalah lama waktu seseorang hidup menurut Kamus Bahasa Indonesia.
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 2030 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada umur dibawah 20 tahun ternyata 25 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal
yang terjadi pada umur 2029 tahun. Dan kematian maternal meningkat kembali
sesudah umur 3034 tahun (Saifuddin AB, 2006, hal 23).
Umur ibu yang terlalu muda secara biologis perkembangan alat reproduksinya
belum sepenuhnya optimal sehingga berisiko sebesar satu sampai dua kali dibanding
yang berumur optimum bereproduksi antara 2035 tahun atau umur yang terlalu tua
juga berisiko sama (Anggreni, online, diakses 19 Agustus 2012).
Pada dasarnya umur dapat dipengaruhi proses persalinan sehingga dapat
dikatakan bahwa pada usia muda dan tua tidak dianjurkan melahirkan dimana usia
tersebut dengan alasan menghindari terjadinya komplikasi dimana pada usia < 20

organ organ reproduksinya wanita belum sempurna secara keseluruhan serta


perkembangan kejiwaannya belum matang.
( Cunningham,2002 hal 203).
Pada wanita untuk hamil dan melahirkan adalah antara 20 30 tahun,
sedangkan kehamilan diatas 35 tahun memiliki resiko tinggi terutama apabila terdapat
kelainan bawaan pada ibu dan umur diatas 40 tahun harus di pertimbangkan
kehamilannya untuk menghindari terjadinya komplikasi

lebih berisiko misalnya

penyakit hipertensi, DM, dan eklamsi. Sehingga dalam penanganan persalinannya


hanya dapat dilakukan dengan cara seksio sesarea. ( Winkjosastro, 2007, hal 223)
2. Paritas
Paritas menurut Kamus Istilah Kedokteran adalah persalinan yang dialami oleh
seorang ibu tanpa memandang apakah anak tersebut hidup atau mati pada saat lahir
dengan berat janin mencapai 1000 gram tetapi tidak termasuk abortus .

Paritas 23 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal
karena pada paritas pertama dan paritas yang lebih tinggi dapat menyebabkan lebih
tinggi terjadinya resiko yang dapat menyebabkan kematian maternal. Namun hal ini
akan berkurang tingkat keamanannya apabila persalinan sebelumnya telah melalui
operasi sesarea sehingga masih perlu untuk tetap memperhatikan kondisi kesehatan
ibu selama kehamilan dan saat persalinan (Saifuddin AB, 2006, hal 23).
Paritas menunjukkan jumlah kehamilan yang terdahulu yang telah tercapai
vibialitas dan telah dilahirkan tanpa melihat jumlah anak akan tetapi kelahiran kembar
hanya dihitung satu paritas persalinan yang pertama sekali biasanya mempunyai resiko

yang relatif tinggi terhadap ibu dan anak akan tetapi resiko ini akan menuru pada
paritas kedua, ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas keempat. Dan statusnya
paritas yang paling aman jika ditinjau dari sudut kematian maternal adalah paritas dua
dan tiga resiko untuk terjadinya persalinan saksio sesarea pada primipara dua kali lebih
besar dari multipara ( Sugono D, 2007 hal 125).

C. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Seksio sesarea merupakan jalan terakhir untuk mengakhiri kehamilan patologi


sehingga tercapai well born baby dan well health mother. Tingginya angka kejadian
seksio sesaraea dapat dipengaruhi oleh faktor resiko seperti umur ibu dan paritas.
Umur menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah lama seseorang hidup. Umur ibu
yang terlalu muda (< 20 tahun) atau terlalu tua (> 35 tahun) memegang peranan
penting dalam proses kehamilan, persalinan, dan nifas. Perkembangan alat reproduksi
umur ibu yang terlalu muda belum matang sedangkan umur ibu yang terlalu tua alat
alat reproduksinya mengalami proses degenerasi atau kemunduran sehingga dapat
mempersulit proses kehamilan, persalinan, dan nifas (Sugono D, 2007, hal 248)
Paritas menurut Kamus Istilah Kedokteran adalah persalinan yang dialami oleh
seorang ibu tanpa memandang apakah anak tersebut hidup atau mati pada saat lahir
dengan berat janin mencapai 1000 gram tetapi tidak termasuk abortus.
Ibu yang mengalami kehamilan pertama dan yang berulangulang (paritas tinggi)
dapat memberi risiko dua kali menjalani persalinan sesarea dibanding yang sedikit.
Kehamilan yang berulang akan membuat uterus menjadi renggang sehingga dapat

menyebabkan kelainan letak janin dan plasenta yang berakibat buruk pada proses
persalinan ( Anggreni, online diakses 25 Agustus 2012).

D. Kerangka konsep

Keterangan
: Variabel independen
: Variabel dependen
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan deskriptif dan
bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian seksio sesarea di Rumah Sakit
Salewangang Maros Kabupaten Maros Tahun 2011.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Salewangang Maros Kabupaten Maros
pada Tanggal 15 Agustus Sampai 15 September Tahun 2012 selama satu bulan.

C. Populasi, Sampel, dan Tehnik Pengambilan Sampel.


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang dirawat dan tercatat
dalam rekam medik Rumah Sakit Salewangang Maros Kabupaten Maros Tahun 2011
sebanyak 569 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang mengalami seksio sesarea
yang tercatat dalam rekam medik Rumah Sakit Salewangang Maros Kabupaten Maros
Tahun 2011 sebanyak 50 orang.
3 Tehnik Sampling

Pengambilan sampel diakukan secara acak tanpa memperhatikan


Strata yang ada setiap subjek / unit dari populasi memiliki peluang
yang sama dan independen ( tidak tergantungan ) untuk terpilih ke
dalam sampel ( Sulistyaningsih, 2011, hal 72 ).

n=

1 + N ( d )2
Keterangan :
N = besar papulasi
N = besar sampel
d = tinkat keprcayaan/ keteptan yang diinginkan ( 0,05 )
Sehingga di dapatkan jumlah sampel sebagai berikut

n=
1+161(0,05) 2
n=

161

162 ( 0,05 )2

n=
162 (0,0025)

n=
4,05

161

161

161

n = 39,75
n = 40

perasional
1. Seksio sesarea
adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu inisisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadan utuh serta berat
janin diatas 500 gram. (Sarwono, 2005, hal 134).
Kriteria objektif:
a. Seksio Sesarea : bila ibu bersalin mempunyai indikasi seksio sesarea
dan melahirkan janinnya dengan cara membuka dinding perut dan dinding
uterus.
b. Bukan seksio sesarea : bila ibu bersalin tidak mempunyai indikasi seksio
sesarea dan melahirkan janinnya secara
pervaginam.
2. Umur ibu
Adalah umur ibu saat mengalami seksio sesarea yang tercantum dalam status ibu di
Rumah Sakit Maros Kabupaten Maros yaitu:
Kriteria objektif :
Resiko tinggi : bila umur ibu bersalin < 20 tahun atau > 35 tahun.
c. Resiko rendah : bila umur ibu bersalin antara 2035 tahun.
3.

Paritas

Paritas adalah seorang ibu yang pernah melahirkan bayi baik dalam keadaan hidup
atau mati saat lahir dengan berat janin mencapai 1000 gram tetapi tidak termasuk
abortus yang tercantum dalam status ibu di Rumah Sakit Salewangang Maros
Kabupaten Maros yaitu:
Kriteria objektif :
a. Resiko tinggi : semua ibu bersalin yang mempunyai riwayat seksio sesarea sebelumnya
dan bila ibu pernah melahirkan bayi 1 kali atau > 3 kali dengan atau tanpa riwayat
seksio sesarea sebelumnya.
b. Resiko rendah : bila ibu pernah melahirkan bayi 2 sampai 3 kali tanpa riwayat seksio
sesarea sebelumnya.

E. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara mengambil data dari buku register seksio sesarea
mulai tanggal 1 JanuariDesember 2011 di Rumah Sakit Salewangan Maros.
Selanjutnya dicatat sesuai dengan yang tercantum dalam buku register seksio sesarea
ke dalam format check list penelitian yang telah disiapkan.

F. Analisis Data
Pengolahan data dianalisa secara sederhana yaitu menentukan presentase dengan
menggunakan kalkulator kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Data dianalisa dalam bentuk presentase dengan menggunakan rumus:

P = x 100 %
N
Keterangan:
P = Presentase yang dicari
f

= Frekuensi

N = Jumlah sampel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Salewangang
Maros didapatkan jumlah ibu bersalin yang dirawat pada Tahun 2011 berjumlah 569
orang dan yang menjadi sampel adalah ibu bersalin yang mengalami seksio sesarea
yaitu sebanyak 161 orang yag dapat digambarkan pada tabel berikut:

Tabel IV.1
Distribusi Persalinan Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Salewangang Maros
Kabupaten Maros Tahun 2011
Persalinan
Seksio Sesarea

(F)
161

Bukan Seksio Sesarea


408
Total
569
Sumber : data Sekunder Rumah Sakit Salewangang Maros tahun 2011.

(f)
28,29
71,71
100

Dari data tabel IV.1 di atas menunjukkan bahwa dari 569 ibu bersalin yang
dirawat di Rumah Sakit Salewangang Maros Kabupaten Maros Tahun 2011 didapatkan
161 orang (28,29 %) yang mengalami seksio sesarea dan 408 orang (71,71 %) yang
bukan seksio sesarea.

Tabel IV.2
Distribusi Persalinan Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Salewangang Maros
Kabupaten Maros Tahun 2011
Umur ibu
Resiko tinggi

(F)
12

(f)
24

Resiko rendah
38
76
Total
50
100
Sumber :data Sekunder Rumah Sakit Salewangang Maros tahun 2011.
Dari tabel IV.2. di atas menunjukkan bahwa indikasi seksio sesarea di Rumah
Sakit Salewangang Maros Kabupaten Maros Tahun 2011 pada ibu dengan resiko tinggi
berjumlah 12 orang (24 %) dan pada ibu dengan resiko rendah berjumlah 38 orang (76
%).
Tabel IV.3
Distribusi Persalinan Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Salewangang Maros
Kabupaten Maros Tahun 2011

Paritas
Resiko tinggi

(F)
17

(f)
34

Resiko rendah
33
66
Total
50
100
Sumber : data Sekunder Rumah Sakit Salewangan Maros tahun 2011.
Dari tabel IV.3. di atas menunjukkan bahwa Indikasi seksio sesarea di Rumah
Sakit Salewangang Maros Kabupaten Maros Tahun 2011 pada golongan ibu dengan
resiko tinggi yang mengalami seksio sesarea sebanyak 17 orang (34%) dan pada
golongan ibu dengan resiko rendah yang mengalami seksio sesarea sebanyak 33
orang (66 %).

B. Pembahasan
Setelah melakukan penelitian tentang indikasi seksio sesarea di Rumah Sakit
Salewangang Maros Kabupaten Maros Tahun 2011 menunjukkan bahwa dari 569 orang
yang bersalin diketahui sebanyak 161 orang (28,29 %) yang mengalami seksio
sesarea.
Berikut ini akan dilakukan pembahasan tentang sejauh mana kontribusi faktor
yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini antara lain:
1. Umur ibu
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya dalam pembahasan
ini dari 161 ibu bersalin yang mengalami seksio sesarea di Rumah Sakit Salewangang
Maros Kabupaten Maros Tahun 2011 sebagian besar adalah ibu yang bersalin dengan
golongan resiko rendah yaitu umur 2035 tahun sebanyak 38 orang (76 %). Sedangkan
ibu yang bersalin dengan golongan resiko tinggi yaitu umur < 20 tahun atau > 35 tahun
sebanyak 12 orang (24 %).

Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang mengalami seksio sesarea di Rumah Sakit
Salewangan Maros dalam taraf yang aman karena secara teori wanita yang berumur
2035 tahun merupakan reproduksi yang sehat, sedangkan wanita yang berumur < 20
tahun organ reproduksinya belum matang dan pada wanita yang berumur > 35 tahun
organ reproduksinya telah mengalami degenerasi atau kemunduran (Manuaba IBG,
2001, hal 9).
Namun perlu diingat bahwa seorang wanita yang telah mengalami pembedahan
merupakan seseorang yang mempunyai parut dalam uterus, sehingga pada kehamilan
dan persalinan berikutnya memerlukan pengawasan yang cermat berhubung dengan
adanya bahaya ruptura uteri (Husodo L, 2006, hal 863).
2. Paritas
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa indikasi seksio sesarea pada paritas
dengan golongan resiko tinggi sebanyak 17 orang (34 %) dan pada paritas dengan
golongan resiko rendah sebanyak 33 orang (66 %).
Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa ibu yang mengalami
kehamilan pertama dan yang berulangulang (paritas tinggi) dapat memberikan resiko
menjalani seksio sesarea. Hal ini disebabkan karena kehamilan yang berulang akan
membuat uterus meregang sehingga dapat menyebabkan kelainan letak janin dan
kelainan implantasi plasenta yang akan berakibat buruk pada proses persalinan
sehingga dapat menjadi indikasi seksio sesarea (Sriastuti, online, diakses 25 Agustus
2012).
Hal ini juga sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa paritas 23 merupakan
paritas paling aman ditinjau dari kematian maternal karena pada paritas pertama dan

paritas yang lebih tinggi dapat menyebabkan lebih tinggi terjadinya resiko yang dapat
menyebabkan kematian maternal. Namun paritas 23 ini dapat berkurang tingkat
keamannya apabila pada persalinan sebelumnya telah melalui operasi sesarea
sehingga masih perlu untuk tetap memperhatikan kondisi kesehatan ibu selama
kehamilan dan saat persalinan (Saifuddin AB, 2006, hal 23).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran indikasi seksio sesarea di
Rumah Sakit Salewangang Maros Kabupaten Maros Tahun 2011 maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Ibu yang melahirkan bukan dengan seksio sesarea berjumlah 408 orang (71,71 %) dan
jumlah ibu bersalin yang mengalami seksio sesarea sebanyak 161 orang (28,29 %).
2. Indikasi seksio sesarea menurut umur ibu pada umur < 20 tahun berjumlah nol orang
( 0 ), pada umur 2035 tahun berjumlah 38 (76 %) orang, dan pada umur > 35 tahun
berjumlah 12 orang (24 %). Sedangkan indikasi seksio sesarea menurut umur ibu
dengan resiko tinggi berjumlah 12 orang (24 %) dan ibu dengan resiko rendah
berjumlah 38 orang (76 %).
3. Indikasi seksio sesarea menurut paritas ibu pada ibu dengan paritas 1 berjumlah 10
orang (20 %),pada ibu dengan paritas 2 berjumlah 23 orang (46 %), ibu dengan paritas

3 berjumlah 10 orang (20 %), dan pada ibu dengan paritas > 3 berjumlah 7 orang (14
%). Sedangkan indikasi seksio sesarea menurut paritas ibu dengan resiko tinggi
berjumlah 17 orang (34 %) dan ibu dengan resiko rendah berjumlah 33 orang (66 %).

B. Saran
1. Mengingat angka kejadian seksio sesarea dari tahun ke tahun meningkat maka
sebaiknya di tempattempat pelayanan kesehatan perlu dilakukan nasehatnasehat
paska seksio sesarea dan pengawasan ibu hamil secara cermat mengingat bahaya
yang mengancam ibu hamil pada kehamilan dan persalinan berikutnya.
2. Sebaiknya ibu hamil mendapatkan informasi dan penyuluhan yang jelas tentang seksio
sesarea dan setiap ibu hamil perlu meningkatkan kesadaran untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin agar dapat mengenali tandatanda bahaya kehamilan sejak
awal dan mengantisipasi masalah yang dapat timbul pada saat persalinan.
3. Diharapkan akan ada peneliti yang dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan
penambahan variabel independen lainnya seperti sosial ekonomi, umur kehamilan,
pengetahuan, frekuensi kunjungan antenatal dan lainlain.

You might also like