You are on page 1of 5

REFLEKSI KASUS

Nama : Mulika Indriani Firdaus


NIM : 20080310146
Dokter Pengampu : dr Warih Tjahjono, Sp. PD
1. Pengalaman
OS datang dari poli dengan keluhan pusing yang dirasa hilang timbul sejak 5
hari SMRS. OS juga mengeluh tidak bisa tidur, dan penglihatan kanan kiri
terasa agak kabur. OS juga mengeluh terasa linu-linu pada tangan dan kaki
sebelah kiri. Nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK dalam batas
normal. Riwayat opname pada Januari 2012 dengan diagnosis hipertensi. OS
didiagnosis CKD (Chronic Kidney Disease).
2. Permasalahan Yang Dikaji
Hal apa sajakah yang mungkin dapat menyebabkan CKD? Serta kapankah
seorang penderita CKD memerlukan cuci darah?
3. Analisis Kritis
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu kerusakan, kekurangan fungsi ginjal
yang hampir selalu tidak reversibel dengan sebab yang bermacam-macam.
a. Host
Bersamaan bertambahnya usia, fungsi ginjal juga akan menurun. Setelah
umur 40 tahun, kita mulai kehilangan beberapa nefron, yaitu saringan
penting di dalam ginjal. Setiap dekade pertambahan umur, fungsi ginjal
menurun sekitar 10 ml/menit/1,73 m2. Pada usia dekade keempat dapat
terjadi kerusakan ringan dengan nilai Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) 60-89
ml/menit/1,73 m2. Dengan perhitungan standar LFG normal sekitar 100
ml/menit/1,73, penurunan tersebut adalah sama dengan 10% dari
kemampuan normal fungsi ginjal.
b. Faktor resiko
Faktor resiko GGK yang sering ditemukan antara lain :
1) Glomerulonefritis

Glomerulonrfritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal


tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada
dewasa. Glomerulonefritis terbagi atas 2, yaitu :

Glomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis akut adalah penyakit yang mengenai glomeruli
kedua ginjal. Faktor penyebabnya antara lain reaksi imunologis (lupus
eritematosus

sistemik,

(hipertetensi),

dan

infeksi

penyakit

streptokokus,
metabolik

cedera

(diabetes

vascular
mellitus).

Glomerulonefritis akut yang paling lazim adalah yang akibat infeksi


streptokokus. Glomerulonefritis akut biasanya terjadi sekitar 2 3
minggu setelah serangan streptokokus. Sekitar 1 2% individu yang
terkena Glomerulonefritis pascastreptokokus akan mengalami tahap
akhir gagal ginjal yang memerlukan dialisis ginjal atau transplantasi
ginjal.

Glomerulonefritis Kronik
Biasanya,

glomerulonefritis

kronik

(GNK)

menyusul

glomerulonefritis akut, tetapi ada kasus GNK pada pasien yang


tidak pernah mengalami glomerulonefritis akut sebelumnya. Jalan
penyakit GNK dapat berubah ubah. Ada pasien yang mengalami
gangguan fungsi ginjal minimal dan merasa sehat. Perkembangan
penyakitnya juga perlahan. Walaupun perkembangan penyakit
GNK perlahan atau cepat, keduanya akan berakhir pada penyakit
ginjal tahap akhir. GNK dicirikan dengan kerusakan (karena
menjadi sklerotik) glomeruli dan hilangnya fungsi ginjal secara
perlahan. Glomeruli mengalami pengerasan (sklerotik). Ginjal
mengecil, tubula mengalami atrofi, ada inflamasi interstisial yang
kronik, dan arteriosklerosis. Sekitar 20 35% pasien yang
memerlukan terapi pengganti ginjal (dialisis) memilikii riwayat
penyakit glomerulus.
2) Pielonefritis Kronik

Pielonefritis kronik adalah cedera ginjal progresif yang menunjukkan


kelainan parenkimal yang disebabkan oleh infeksi berulang atau infeksi
yang menetap pada ginjal. Pielonefritis kronik terjadi pada pasien dengan
infeksi saluran kemih yang juga mempunyai kelainan anatomi utama
pada saluran kemihnya. Menurut hasil penelitian Hafidz (2010) terhadap
penderita GGK yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan,
ditemukan bahwa 30% penderita GGK mempunyai riwayat infeksi
saluran kemih (ISK).
3) Penyakit Ginjal Polisiklik
Penyakit ginjal polisiklik merupakan kelainan ginjal turunan yang paling
sering terjadi. Prevalensinya sekitar 1 dari 1000 dan lebih sering terjadi
pada populasi kulit putih dibandingkan kulit hitam. Penyakit ini
mencakup 4 10% pasien dengan gagal ginjal yang membutuhkan
transplantasi atau dialisis. Hampir semua kasus akibat mutasi pada gen
PKD1 atau PKD2. Mutasi PKD1 mencakup 85% kasus dan
menyebabkan gagal ginjal yang lebih dini dibandingkan mutasi PKD2.
Gambaran klinis utamanya adalah kista multipel di ginjal, namun kista
dapat juga timbul di hati, limpa, dan pankreas. Aneurisma intracranial
dan kelainan katup jantung juga dapat terjadi.
4) Nefrosklerosis Hipertensif
Nefrosklerosis (pengerasan ginjal) menunjukkan adanya perubahan
patologis pada pembuluh darah ginjal sebagai akibat hipertensi.
Hipertensi merupakan penyebab kedua terjadinya penyakit ginjal tahap
akhir. Sekitar 10% individu pengidap hipertensi esensial akan mengalami
penyakit ginjal tahap akhir. Menurut hasil penelitian Hanifa (2010)
terhadap penderita GGK yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik
Medan, ditemukan bahwa 60,4% penderita GGK mempunyai riwayat
hipertensi.
5) Nefropati Diabetik
Sebagian kecil pasien, terutama yang memiliki kontrol glikemik yang
buruk, telah memiliki ginjal yang membesar dengan peningkatan laju

filtrasi glomerulus (LFG) pada saat diagnosis diabetes ditegakkan.


Perubahan mikrovaskular pada ginjal diabetik merupakan perubahan
yang diabetik khas yang terjadi. Diabetes merupakan penyebab tunggal
tersering dari penyakit ginjal stadium akhir dan meliputi 30-40% kasus.
Penelitian Ginting (2008) terhadap penderita GGK yang dirawat inap di
RSUP Haji Adam Malik Medan, ditemukan bahwa 16% penderita GGK
mempunyai riwayat diabetes mellitus. Menurut hasil penelitian Hanifa
(2010) terhadap penderita GGK yang dirawat inap di RSUP Haji Adam
Malik Medan, ditemukan bahwa 19,8% penderita GGK mempunyai
riwayat Diabetes Mellitus.
6) Nefropati Analgesik
Penyalahgunaan analgesik secara kronik menyebabkan cedera ginjal.
Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang disebabkan oleh kelebihan pemakaian
analgesik merupakan masalah yang cukup sering dijumpai dan
merupakan suatu bentuk penyakit ginjal yang paling mudah dicegah.
Bahan yang dapat menyebabkan timbulnya nefropati adalah kombinasi
aspirin dan fenasetin, karena insufisiensi ginjal jarang terjadi pada
penderita yang hanya menelan aspirin, fanasetin atau asetominofen
(metabolit utama dari fenasetin) saja. Biasanya diperlukan 2 sampai 3 kg
aspirin dan fenasetin untuk menimbulkan penyakit ginjal secara klinis.
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu
pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Beberapa indikasi lain adalah apabila
terjadi perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru, dan
kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik.
4. Dokumentasi
Nama : Ny. Sartini
Umur : 40 tahun
Alamat : Kalangan RT04 Bangunjiwo Kasihan Bantul
Ureum : 143 mg/dl
Kreatin : 7,69 mg/dl

5. Referensi
Suwitra, K. (2009). Penyakit Ginjal Kronik. In Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Interna Publishing.
Kathuria, P. (2012). Chronic Kidney Disease. Diakses pada 25 April 2012, dari
http://www.emedicinehealth.com/chronic_kidney_disease/page2_em.htm
#Chronic Kidney Disease Causes

You might also like