Professional Documents
Culture Documents
DIFTERI
Disususun Oleh :
Kelompok II
1. Zaenal arifin
2. Tatat permana
3. Wati suwarta
4. Abdul subur
5. Ahmad hapidz
6. Deni hendriyani
7. Edah
A. Definisi
diphteriae yang berasal dari membran mukosa hidung dari nasofaring, kulit, dan
B. Etiologi
C. Epidemiologi
Penularan umumnya melalui udara, berupa infeksi droplet, selain itu dapat pula
D. Patofsiologi
Kuman berkembang biak pada saluran nafas atas, dan dapat juga pada vulva,
laring dan saluran nafas atas. Kelenjar getah bening akan tampak membengkak
bila mengenai jaringan saraf.Sumbatan pada jalan nafas sering terjadi akibat dari
pseudo membran pada laring dan trakea dan dapat menyebabkan kondisi yang
fatal
Corynebacterium diphteriae
Kontak langsung dengan orang yang
Trinfeksi atau barang barang yang
Terkontaminassi.
Aliran sistemik
Biasanya pembagian dibuat menurut tampat atau lokalisasi jaringan yang terkena
a. Infeksi ringan
nyeri menelan.
b. Infeksi sedang
c. Infeksi berat
Disertai gejala sumbatan jalan nafas yg berat, yg hanya dapat diatasi dengan
dapat menyertai.
F. Gejala Klinis
Masa tunas 3-7 hari khas adanya pseudo membran, selanjutnya gejala klinis dapat
dibagi dalam gejala umum dan gejala akibat eksotoksin pada jaringan yang
terkena.
Gejala umum yang timbul berupa demam tidak terlalu tinggi lesu, pucat ntyeri
kepala dan anoreksia sehingga tampak penderita sangat lemah sekali Gejala ini
biasanya disertai dengan gejala khas untuk setiap bagian yang terkerta seperti
pilek atau nyeri menelan atau sesak nafas dengan serak dan stridor, sedangkan
gejala akibat eksotoksin bergantung kepada jaringan yang terkena seperti
1. Difteria hidung
Gejalanya paling ringan dan jarang terdapai (hanya 2%). Mula-mula hanya
tampak pilek, tetapi kemudian sekret yang ke luar tercampur darah sedikit
lainnya.
Paling sering dijumpai (± 75%). Gejala mungkin ringan. Hanya berupa radang
diagnosis dapat dibuat atas dasar hasil biakan yang positif. Dapat sembuh
sendiri dan memberikan imunitas pada penderita. Pada penyakit yang lebih
berat, mulainya seperti radang akut tenggorok dergan suahu yang tidak terlalu
tampak seperti leher sapi (bull neck). Brennernan dan Mc Quarne (1956)
permukaan tonsil baik satu maupun kedua sisi dapat dianggap sebagai difteria.
Dapat terjadi salah menelan dan suara serak serta stridor inspirasi walaupun
belum terjadi sumbatan taring. Hal ini disebabkan oleh paresis palatum mole.
Lebih sering sebagai penjalaran difteria faring dart tonsil (3 kali lebih banyak)
daripada primer mengenai laring. Gejala gangguan jalan nafas berupa suara
serak dan stridor inspirasi jelas dan bila lebih berat dapat timbul sesak nafas
pseudomembran. Bila anak terlihat sesak dan payah sekali maka harus segera
4. Difteria faeraneus
Merupakan keadaan yang sangat jarang sekali terdapat. Tan Eng Tie(1965)
a. Saluran pernafasan
b. Kardiovaskuler
c. Urogenital
d. Susunan saraf
menelan Sifatnya reversible dan terjadi pada minggu kesatu dan kedua
dapat mengenai otot muka, leher anggota gerak dan yang paling berbahaya
bergantung kepada:
prognosisnya.
I. Pencegahan
1. lsolasi penderita.
2 kali berturut-turut.
2. Imunisasi
mengobati karier difteria. Dilakukan dengan uji Schick. yaitu bila hasil uji
J. Penatalaksanan Teraupetik
1. Pengobatan Umum
Terdiri dari perwatan yang baik, istirahat mutlak di tempat tidur, isolasi
2. Pengobatan Spesifik
mata
bertahap
difteri laring dengan sumbatan jalan nafas akan menyelamatkan jiwa penderita
secara tiak tepat dapat menimbulkan refleks vagal yang dapat menyebabkan
kematian. Intubasi trakea juga dapat dipakai untuk menolong penderita yang
mengalami sumbatan jalan nafas dan dapat dilakukan oleh dokter umum.
K. Penatalaksanaan Perawatan
1. Pengkajian
status imunisasi
laring
2. Diagnosa Keperawatan
jalan nafas.
virulen
terpenuhi
4. Intervensi
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 2005, IlmU Kesehatan Anak, Jakarta:
FKUI.