Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Wahyu Sejati Andayani
E14204083
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kahutanan
Pada Falkultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Abstract
WAHYU SEJATI ANDAYANI (E14204083). Laju Infiltrasi Tegakan Jati
(Tectona grandis Linn F) Di BKPH Subah KPH Kendal. Under the direction
of Dr. Ir. Basuki Wasis, MS
RINGKASAN
sampai April 2008. Untuk analisis sifat fisik dilakukan di Laboratorium Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian IPB dengan pengambilan contoh tanah dengan metode
tanah tidak terusik. Hasil analisis sifat fisik tanah selanjutnya akan diregresikan
dengan hasil infiltrasi pada berbagai lokasi penelitian.
Berdasarkan hubungan regresi didapatkan hasil bahwa bulk density
memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju infiltrasi dalam taraf 5%.
Persamaan regresi yang terbentuk adalah Y=9,40-4,14X. Porositas juga
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
Laju
Infiltrasi dipengaruhi oleh besarnya kadar air tanah. Laju infiltrasi meningkat
seiring dengan berkurangnya kadar air dalam tanah.
Kesimpulan yang diambil pada penelitian ini adalah laju infiltrasi
berpengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah. Sifat fisik tanah yang baik dapat
menaikkan atau menurunkan laju Infiltrasi. Hubungan laju Infiltrasi berbanding
terbalik dengan bulk density dan kadar air tanah. Sehingga semakin tinggi bulk
density dan kadar air tanah maka laju infiltrasinya paling rendah. Laju infiltrasi
berbanding lurus dengan porositas dan permeabilitas. Sehingga, semakin tinggi
porositas dan permeabilitas maka laju infiltrasinya makin tinggi.
Kerapatan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Laju Infiltrasi
Pada Tegakan Jati (Tectona grandis Linn F) Di BKPH Subah KPH Kendal
adalah karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun ke perguruan tinggi manapun. Sumber informasi
berasal dari karya yang dikutip dari karya yang diterbitkan ataupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : LAJU INFILTRASI TANAH PADA TEGAKAN JATI
(Tectona grandis Linn F) DI BKPH SUBAH KPH
KENDAL
Nama
NIM
: E14204083
Menyetujui:
Pembimbing
Mengetahui:
Dekan Fakultas Kehutanan
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji dan syukur ke
hadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Laju Infiltrasi Tegakan Jati
(Tectona grandis) DI BKPH Subah KPH Kendal.
Laju infiltrasi menentukan kandungan air tanah dan sangat ditentukan oleh
sifat fisik tanah. Pengelolaan tanah yang baik dapat meningkatkan sifat fisik tanah
sehingga produktivitas hutan dapat meningkat pula. Karena itu, upaya
peningkatan laju infiltrasi hutan jati sebagai upaya pengelolaan hutan yang
berlandaskan sosial, ekonomi dan lingkungan perlu dikaji. Penentuan laju
infiltrasi bisa menjadi intensif dan memacu pengelolaan hutan Jati yang lebih
baik.
Akhirnya, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat.
RIWAYAT HIDUP
perkuliahan
penulis
mengikuti
praktek
pengenalan
dan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ............................................................................................... .ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.2. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.3. Tujuan ...................................................................................................... 2
1.4. Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jati (Tectona grandis.Linn F)................................................................... 3
2.2. Siklus Hidrologi ...................................................................................... 3
2.3. Air Tanah...................................... .......................................................... 4
2.4. Infiltrasi................................................. ................................................... 6
2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi.......................................... 8
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. ...... 13
3.2Alat dan bahan .................................................................................... ........ 13
3.3Metode Penelitian ........................................................................................ 13
3.3.1 Pengukuran Laju Infiltrasi.13
3.3.2 Pengukuran Sifat Fisik Tanah .. 14
3.3.3 Pengukuran Kerapatan Tegakan ........................................................... 14
3.3.4 Metode Analisis Tanah ......................................................................... 15
3.4 Analisis Data ..................................................................................... ........ 15
3.4.1 Analisis Regresi.................................................................................... 15
3.4.2 pF .......................................................................................................... 15
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak ........................................................................................................... 17
4.2 Topograsfi .................................................................................................. 18
4.3 Tanah .......................................................................................................... 18
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Permeabilitas Tanah......................................................................................... 10
2. Hubungan Antara Satuan Tegangan Dalam Air.............................................. 11
3. Hubungan Laju Tegangan Air Dengan Kondisi Kelembaban Tanah............... 12
4. Metode Analisis Sifat Fisik Tanah................................................................... 15
5. Sebaran Potensi Hutan BKPH Subah, KPH Kendal......................................... 17
6. Kondisi Lokasi Penelitian..................................................................................20
7. Permeabilitas Tanah.......................................................................................... 25
8. Permeabilitas Tanah Pada Berbagai lokasi........................................................25
9. Kadar Air Tanah Pada pF.................................................................................. 27
10. Pori Drainase (% Volume) dan Air Tersedia (% Volume)..............................27
11. Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Berbagai Lokasi........................................... 28
12 Hubungan Laju Infiltrasi dan Tekstur Tanah................................................... 29
13. Hubungan Laju Infiltrasi dan Tekstur tanah Pada Berbagai Lokasi................29
14. Hubungan Kerapatan Tegakan Dengan Laju infiltrasi.................................... 33
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Siklus Hidrologi, Dimodifikasi dari konsep Gunung
Unggaran . 4
2. Distribusi Air Tanah......................................................................................... 6
3. Hubungan Laju Infiltrasi dan Waktu................................................................ 7
4. Pengukuran Infiltrasi dengan Infiltrometer. 14
5. Lokasi Penelitian.. 18
6. Bulk Density Pada Berbagai Lokasi..22
7. Porositas Pada Berbagai Lokasi 23
8. Permeabilitas Pada Berbagai Lokasi. 24
9. Kurva Hubungan Antara Laju Infiltrasi Dengan Bulk Density.30
10. Kurva Hubungan Antara Laju Infiltrasi Dengan Porositas..30
11. Kurva Hubungan Antara Laju Infiltrasi dengan Permeabilitas31
12. Kurva pF Pada Berbagai Lokasi Pengukuran..32
13. KU I.47
14.KU II.47
15. KU III..47
16. KUIV...47
17. Tanah Terbuka.47
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
BAB I
PENDAHULUAN
musim kemarau. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui laju infiltrasi
tanah pada tegakan jati.
Keberadaan air dalam tanah sangat terkait dengan kualitas tanah yang
menyimpannya. Tanah yang mempunyai sifat fisik yang baik sangat dipengaruhi
oleh struktur, terkstur, permeabilitas tanah, kadar air tanah, bulk density, ukuran
pori dan lain-lain. Pengukuran tentang sifat fisik tanah sangat diperlukan untuk
menentukan kualitas tanah.
Penentuan laju infiltrasi dan sifat fisik tanah perlu untuk dilakukan karena
dapat digunakan sebagai suatu informasi yang sangat berharga bagi perencanaan,
pengelolaan hutan dan pemilihan jenis yang tepat untuk ditanam di lahan hutan
tersebut. Pengelolaan hutan yang baik sangat terkait dengan pengelolaan sumber
daya air dan tanah. Peningkatan produktivitas hutan dapat dilakukan dengan
peningkatan kualitas tanah dan ketersediaan air tanah melalui infiltrasi.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengkaji pengaruh sifat fisik tanah terhadap infiltrasi.
2. Mengkaji pengaruh penutupan lahan pada berbagai kelas umur tanaman
Jati dan keterbukaan lahan terhadap infiltrasi.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan masukan dan informasi
tentang besarnya laju infiltrasi tanah pada berbagai kelas umur Jati Perum
Perhutani terutama pada BKPH Subah KPH Kendal Unit I Jawa Tengah.
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
2.1
air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau
ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan grafitasi.
Kelebihan dan kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Kegunaan air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
1. Sebagai unsur hara tanaman
Tanaman memerlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk
gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
2. Sebagai pelarut unsur hara.
Unsur hara yang terlarut dalam air diserap dalam air diserap oleh akar-akar
tanaman dari larutan tersebut.
3. Sebagai bagian dari sel-sel tanaman.
Persediaan air dalam tanah tergantung dari:
1. Banyaknya curah hujan atau air irigasi.
2. Kemampuan tanah menahan air.
3. Besarnya evapotranspirasi.
4. Tingginya muka air tanah (Hardjowigeno 2003).
Daerah atau wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air
hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara
gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan.
Proses penyusupan air ini kemudian berakumulasi pada satu titik dimana air
tersebut menemui suatu lapisan atau struktur batuan yang bersifat kedap air
(impermeable). Titik akumulasi ini akan membentuk suatu zona jenuh air
(saturated zone) yang seringkali disebut sebagai daerah luahan air tanah
(discharge zone). Perbedaan kondisi fisik secara alami akan mengakibatkan air
dalam zonasi ini akan mengalir secara gravitasi karena perbedaan tekanan, kontrol
struktur batuan dan parameter lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran
air tanah. Daerah aliran air tanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran
(flow zone). Dalam perjalananya aliran air tanah ini seringkali melewati suatu
lapisan akifer yang diatasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap air
(impermeable). Hal ini mengakibatkan perubahan tekanan antara air tanah yang
berada di bawah lapisan penutup dan air tanah yang berada diatasnya. Perubahan
tekanan inilah yang didefinisikan sebagai air tanah tertekan (confined aquifer) dan
berfluktuasi yang berbeda terhadap iklim sekitar, mudah tercemar dan cenderung
memiliki kesamaan karakter kimia dengan air hujan. Kemudahannya untuk
didapatkan membuat kecenderungan disebut sebagai air tanah dangkal (Rully
2007)
Laju infiltrasi dipengaruhi oleh intensitas hujan. Nilai laju infiltrasi (f)
dapat kurang dari atau sama dengan kapasitas infiltrasi (fp). Jika Intensitas Hujan
kurang dari kapasitas infiltrasi maka laju infiltrasi akan kurang dari kapasitas
infiltrasi. Dan, jika intensitas hujan lebih dari kapasitas infiltrasi maka laju
infiltrasi akan sama dengan kapasitas infiltrasi (Soesanto 2008).
(Asdak
2004).
Menurut
Soesanto
(2008),
faktor-faktor
yang
tanah halus akan kecil dan peka terhadap erosi atau erodibilitasnya besar
(Suplirahim 2007).
2. Kerapatan Limbak (Bulk Density)
Kerapatan limbak tanah (bulk density) merupakan nisbah berat tanah
teragregasi terhadap volumenya, dengan satuan g/cm3 atau g/cc. Kepadatan tanah
mengendalikan kesarangan tanah dan kapasitas sekap air. Bobot isi (bulk density)
merupakan petunjuk tidak langsung aras kepadatan tanahnya, udara dan air, dan
penerobosan akar tumbuhan ke dalam tubuh tanah. Keadaan tanah yang padat
dapat
mengganggu
pertumbuhan
tumbuhan
karena
akar-akarnya
tidak
10
pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil daripada tanah dalam keadaan
kering (Asdak 2004).
5. Porositas Tanah
Volume pori atau porositas adalah persentase dari seluruh volume tanah,
yang tidak diisi bahan padat, terdiri atas pori yang bermacam ukuran dan bentuk
mulai dari ruang submikroskopis dan mikroskopis di antara partikel primer
sampai pada pori-pori besar dan lorong yang dibuat akar dan binatang yang
meliang (Rahim 2003).
Porositas tanah akan menentukan kapasitas penampungan air infiltrasi,
juga menahan terhadap aliran. Semakin besar porositas maka kapasitas
menampung air infiltrasi semakin besar.
Proses infiltrasi akan meningkatkan kadar air pada kondisi kapasitas
lapang, di mana kandungan air dalam tanah maksimum yang dapat ditahan oleh
partikel tanah terhadap gaya tarik bumi. Jumlah air yang diperlukan untuk
mencapai kondisi kapasitas lapang disebut soil moisture difienciency (Soesanto
2008).
6. Permeabilitas
Tanah dengan struktur mantap adalah yang memiliki permeabilitas dan
drainase yang sempurna, serta tidak mudah didispersikan oleh air hujan.
Permeabilitas tanah dapat menghilangkan daya air untuk mengerosi tanah,
sedangkan drainase mempengaruhi baik buruknya pertukaran udara. Faktor
tersebut selanjutnya mempengaruhi kegiatan mikroorganisme perakaran dalam
tanah. Selanjutnya, kelas permeabilitas akan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Permeabilitas Tanah
No.
1
2
3
4
5
6
7
Kelas
Sangat lambat
Lambat
Agak lambat
Sedang
Agak cepat
Cepat
Sangat cepat
Permeabilitas (cm/jam)
< 0,125
0, 125 0,50
0,5 2,0
2,0 6,25
6,25 12,5
12,5 25
> 25
11
12
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
14
15
kelas umur I, II, III dan IV. Pengukuran dilakukan luasan lingkaran dengan jarijari 17,8 m.
3.3.4 Metode Analisis Tanah
Contoh tanah yang dipergunakan adalah contoh tanah utuh, contoh tanah
tersebut kemudian dianalisis di Laboratorium Fisik dan Kimia Tanah, Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Metode analisis yang digunakan di
laboratorium adalah sebagai tercantum dalam Tabel 4.
Tabel 4. Metode Analisis Sifat Fisik Tanah
No.
Sifat Tanah
Metode Analisis
a. Porositas
Volumetri
1
b. Bobot isi
Ring sample-Gravimetri
2
d. Permeabilitas
Lambe
3
e. Air Tersedia
Pleasure plate-gravimetri
4
Satuan
%
g/cm3
cm/jam
%
yaitu:
Y= a + bX
Dimana : Y = Laju infiltrasi (cm/jam)
X = Masing-masing sifat fisik tanah dan kerapatan tegakan.
Selanjutnya masing-masing persamaan regresi yang terbentuk akan diuji
kembali melalui uji kenormalan Kolmogorov-Smirnov.
3.4.2 pF
pF adalah logaritma tekanan hisap atau tegangan air yang dinyatakan
dalam tinggi kolom air. Kurva pF adalah kurva yang menyatakan hubungan antara
kandungan air tanah dengan pF. Pembuatan kurva pF didasarkan asumsi bahwa
tinggi kolom air sama dengan daya hisap atau tekanan yang dialami air. Kurva pF
juga menunjukkan distribusi pori tanah dalam memegang air. Langkah-langkah
16
17
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak
Luas Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kendal adalah 20.389,7 ha dan
sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Kendal (13.302,3 ha) sebesar 65,2 %
dan sebagian lainnya berada di wilayah Kabupaten Batang (5.321,6 ha) sebesar
26,1 % dan Kodya Semarang (1.765,8 ha) sebesar 8,7 %. Dalam pengaturan
pengelolaannya, wilayah hutan KPH Kendal tersebar merata pada tiga Bagian
Hutan, yaitu BH Subah (5.315,1 ha), BH Kalibodri (8.015,7 ha) dan BH
Kaliwungu (7.058 ha). Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Subah
merupakan bagian dari KPH Kendal yang berkedudukan di Kendal. Secara
administratif, seluruh wilayah kerja BKPH Subah terletak di Kabupaten Batang.
Batas hutan BKPH Subah adalah sebagai berikut:
a. Bagian Utara
RPH
Pucung Kerep
Kelas Umur I
(ha)
100,4
Kelas Umur
II (ha)
62,0
Kelas Umur
III (ha)
104,6
Kelas Umur IV
(ha)
155,8
1
2
Subah
94,6
252,4
136,1
185,8
Jatisari
Selatan
38,0
68,4
66,4
167,9
Jatisari Utata
108,3
4,0
63,0
177,9
18
19
dapat diketahui adanya bulan basah, bulan lembab dan bulan kering. Menurut
Schmidt dan Ferguson (FAO 1956 dalam SPH 1998) wilayah hutan KPH Kendal
termasuk tipe iklim C dengan persentase perbandingan bulan kering dengan bulan
basah sebesar 46,3 %.
Menurut Gratner (1956) dalam SPH (2003), daerah dengan tipe iklim C, D
dan E cocok untuk pertumbuhan jati. Karena itu, KPH Kendal yang bertipe iklim
C sangat tepat ditetapkan sebagai kelas perusahaan jati.
20
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi
KU I
Penjelasan
Tegakan berumur 6 tahun, di bawah tegakan tidak ada
pengolahan tanah, rata-rata tinggi tanaman penutup
tanah 19,33 cm, tanah miring + 8 %.
KU II
Tegakan berumur 14 tahun, di bawah tegakan terdapat
ponolahan tanah berupa penanaman tanaman jagung,
rata-rata tinggi tanaman jagung 39,25 cm, tanah miring
+ 10 %.
KU III
Tegakan berumur 22 tahun, di bawah tegakan tidak ada
pengolahan tanah, rata-rata tinggi penutup tanah 18,80
cm, tanah relatif datar, terkadang digunakan untuk areal
pengembalaan kerbau.
KU IV
Tegakan berumur 40 tahun, di bawah tegakan tidak ada
pengolahan tanah, rata-rata tinggi penutup tanah 23,4
cm, tanah relatif datar.
Tanah Terbuka Tidak terdapat tanaman kehutanan, terdapat pengolahan
tanah berupa penanaman tanaman jagung, rata-rata
tinggi tanaman jagung 41 cm, tanah relatif datar.
21
22
KU II. Nilai bulk density sangat sensitif terhadap pengolahan tanah. Pengolahan
tanah yang baik dapat menurunkan bulk density dan menghancurkan struktur,
tetapi pengolahan tanah yang buruk dapat menaikkan bulk density. (Blake dan
Hartge 1986). Sehingga terlihat bahwa penanaman jagung pada areal tanah
terbuka dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Hal ini dapat terjadi karena serasah
jagung dapat berfungsi sebagai mulsa dan peningkat bahan organik tanah.
Pada KU I, nilai bulk density lebih tinggi daripada tanah terbuka, KU III
dan KU IV. Hasil ini menunjukkan nilai asli dari tanah jika tanah tidak mengalami
pengolahan tanah. Asumsi ini terjadi karena lokasi KU I yang berdekatan dengan
tanah terbuka. Agregrasi struktur yang diduga cukup kuat, dominasi lempung
yang cukup tinggi dan tumbuhan penutup tanah yang kurang tinggi dari pada KU
IV diduga menjadi alasan mengapa nilai bulk density pada KU I lebih tinggi dari
KU IV. Berikut hasil merupakan hasil bulk density yang disajikan dalam Gambar
6.
23
5.2.2 Porositas
Porositas adalah jumlah ruang volume seluruh pori makro dan mikro
dalam tanah yang dinyatakan dalam persentase volume di lapangan. Dengan kata
lain porositas adalah volume tanah yang tidak ditempati oleh padatan tanah (Aak
1983). Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa KU III mempunyai nilai porositas
paling tinggi yaitu sebesar 76,36%. Kemudian disusul KU IV sebesar 66,14% ,
tanah terbuka sebesar 63,99%, KU I sebesar 60,52%. KU II mempunyai nilai
terkecil untuk nilai porositas yaitu sebesar 48,95%. Porositas merupakan indikator
kondisi drainase dan aerasi tanah. Oleh karena itu, nilai porositas selalu
berkebalikan dengan bobot isi.
24
25
Permeabilitas (cm/jam)
< 0,125
0, 125 0,50
0,5 2,0
2,0 6,25
6,25 12,5
12,5 25
> 25
Kelas
Sedang
Agak Lambat
Agak Cepat
Agak Cepat
Agak Cepat
26
kelenturan (plasticy), gembur (friable), lunak (soft) dan menjadi keras atau kaku
(coherent) (Hanafiah 2005). Kadar air tanah berbeda pada berbagai tanah dengan
berbagai sifat. Tanah yang diperlakukan sama sering memiliki kandungan air yang
berbeda. Tanah juga akan tumbuh berbeda meskipun memiliki kandungan air
yang sama. Dan sifat tanah yang lain yaitu, jika tanah dengan kandungan air yang
sama tetapi dengan tekstur yang berbeda di tempatkan di dalam kondisi
berhubungan satu dengan yang lainnya, air biasanya akan mengalir dari satu tanah
ke tanah yang lain. Secara umum, air akan mengalir dari tekstur tanah kasar ke
tekstur tanah halus (Lubis 2007).
Di dalam tanah, air tertahan karena adanya kekuatan ikatan antara molekul
air dan partikel tanah yang dinyatakan dengan adanya gaya adhesi dan kohesi.
Oleh karena adanya gaya tersebut terbentuklah potensial air (soil water potensial).
Potensial air adalah sejumlah energi yang bekerja pada sistem keseimbangan air
dan tanah serta air dan tanaman, yang mampu bergerak menuju simpanan air
dalam keadaan tetap dan suhu yang sama. Potensial air tanah total yang bekerja
diantaranya adalah potensial matrik, potensial gravitasi, potensial osmotik,
potensial piezometrik dan potensial angin atau tekanan. Satuan potensial air dapat
dinyatakan dalam bar (atm) dan pF. pF adalah nilai logaritma dari tekanan hisap
atau tekanan yang dialami air dalam satuan cm tinggi kolom air. Hal ini berarti
semakin tinggi kolom air maka semakin tinggi pula tekanannya. Pada pF 0-pF2
(0-0,1atm), air dalam kondisi jenuh dan air gravitasi memegang peranan penting.
Pada pF 2.54 (1/3 atm), air dalam kondisi kapasitas lapang (field capacity) dan
pada pF 4,2 (15 atm) air berada pada titik layu permanen (permanent wilting
point). Air tersedia (available water) berada diantara kapasitas lapang dan titik
layu permanen.
Berdasarkan hasil terlihat bahwa nilai kadar air sebanding dengan pori
drainase. Pori drainase mengambarkan kondisi drainase suatu jenis tanah. KU III
mempunyai mempunyai nilai kadar air pada pF yang paling tinggi sebanding
dengan pori drainase dalam persen volume. Kemampuan tanah menahan air bagi
kebutuhan tanaman ditunjukkan dengan persen volume air tersedia. KU IV
mempunyai kemampuan untuk menahan air paling tinggi yaitu sebesar 17,01%.
KU II mempunyai kemampuan menahan air paling rendah yaitu sebesar 10,91%.
27
Berdasarkan hasi terlihat bahwa energi yang diperlukan untuk menahan air
pada KU III paling tinggi dibanding lokasi yang lain. Namun, KU III mempunyai
pori dreainase atau pori aerasi yang paling baik dari lokasi yang lain. KU I terlihat
mempunyai pori drainase cepat. Sedangkan KU II, KU IV dan tanah terbuka
mempunyai pori drainase lambat. KU III terlihat mempunyai pori drainase sangat
cepat.
Tabel 9. Kadar Air Tanah (%) Volume pada pF
No.
Lokasi
Kadar Air (% Volume) Pada pF
pF 1.
pF 2
pF 2,54
1
KU I
50,15
38,25
27,84
KU II
42,35
36,47
29,26
2
KU III
60,58
47,19
35,68
3
KU IV
58,76
48,78
35,01
4
Tanah Terbuka
56,18
44,89
32,74
5
pF 4,2
15,74
18,35
20,47
18
17,25
1
2
3
4
5
Lokasi
KU I
KU II
KU III
KU IV
Tanah Terbuka
Air Tersedia
(% Volume)
12,10
10,91
15,21
17,01
15,49
28
Infiltrasi
(mm/jam)
48
Infiltrasi
(m/s)
1,33333E-05
KU II
3,6
36
0,00001
3
4
KU III
KU IV
6,4
6,0
64
60
1,77778E-05
1,66667E-05
Tanah terbuka
6,0
60
1,66667E-05
KU III mempunyai nilai infiltrasi paling tinggi yaitu sebesar 6,4 cm/jam
dan KU II mempunyai nilai Infiltrasi paling kecil yaitu sebesar 3,6 cm/jam. KU
IV dan tanah terbuka mempunyai nilai laju infiltrasi yang sama yaitu sebesar 6
cm/jam. Kemudian, KU I mempunyai mempunyai nilai laju infiltrasi sebesar 4,8
cm/jam. Semua lokasi pengukuran menurut Arsyad (1989), tergolong kriteria laju
infiltrasi sangat cepat dan termasuk dalam tekstur tanah pasir berlempung. Kriteria
ini didapat karena semua lokasi penelitian mempunyai jenis tanah yang sama yaitu
assosiasi aluvial kelabu dan aluvial kelabu. Menurut Sirard dkk (2003) yang
menyatakan bahwa laju infiltrasi tanah aluvial kelabu dan litosol tergolong kriteria
sangat cepat (very rapid), sedangkan tanah Latosol-Litosol dan Mediteran-Litosol
termasuk sedang (moderate).
Nilai laju infiltrasi pada lokasi penilitaian tergolong tinggi diasumsikan
karena tanah bertekstur pasir berlempung. Menurut Dephut (2006), jenis tanah
pada lokasi penelitian banyak mengandung endapan liat dan pasir. Tekstur ini
banyak tersebar pada tanah hutan. Jenis tanah ini mempunyai kemampuan
meloloskan air lebih mudah dari pada tanah liat berlempung. Tekstur ini
sebelumnya juga dapat diketahui dari nilai sifat fisik tanah yang dikemukaan di
muka. Sifat fisik itu antara lain bulk density, porositas dan permeabilitas. Hal ini
sangat terlihat, bahwa tekstur dan struktur mempengaruhi sifat fisik tanah.
29
Tektur dan struktur tanah sangat mempengaruhi hampir setiap sifat fisik
tanah. Sifat fisik yang baik akan meningkatkan nilai infiltrasi, sedangkan sifat
fisik tanah yang rusak jelas akan menurunkan nilai infiltrasi. Jika nilai infiltrasi
rendah maka cadangan air tanah akan menurun dan nilai perkolasi juga kecil.
Keadaan air tanah yang kurang tentu saja tidak baik dalam perkembangan
pertumbuhan pohon Jati. Pertumbuhan tanaman yang kurang tentu saja dapat
menurunkan produksivitas hutan tersebut baik dari segi sosial, ekonomi dan
lingkungan, Oleh karena itu, perlu manajemen pengelolaan hutan dalam usaha
peningkatan sifat fisik tanah dan infiltrasi.
Tabel.12 Hubungan Laju Infiltrasi dan Tekstur Tanah
No.
Tekstur Tanah
Laju Infiltrasi (mm/jam)
Pasir berlempung
25-50
1
Lempung
12,5-25
2
Lempung berdebu
7,5-15,0
3
Lempung berliat
2,5-0,5
4
Liat
<0,5
5
(Sumber: Arsyad 1989)
Kriteria
Sangat cepat
Cepat
Sedang
Lambat
Sangat lambat
Tabel 13. Hubungan Laju Infiltrasi dan Tekstur Tanah pada Berbagai Lokasi.
No. Lokasi
1
2
3
4
5
KU I
KU II
KU III
KU IV
Tanah
Terbuka
Laju Infiltrasi
(mm/jam)
48
36
64
60
60
Tekstur Tanah
Kriteria
Pasir berlempung
Pasir berlempung
Pasir berlempung
Pasir berlempung
Pasir berlempung
Sangat cepat
Sangat cepat
Sangat cepat
Sangat cepat
Sangat cepat
30
Nilai bulk density pada KU II terlihat paling besar sehingga nilai infiltrasi
juga paling kecil. Namun, KU III yang mempunyai bulk density paling kecil
sehingga laju infiltrasi yang terjadi akan semakin besar. Tanah yang padat
mempunyai pori-pori makro yang lebih sedikit daripada tanah yang remah
sehingga air yang mengalir akan terhambat dan laju infiltrasi akan menurun
.
31
ini disebabakan karena agregrasi butir-butir primer dan bahan organik menjadi
berkurang. Berdasarkan Gambar 9 dan Gambar 10 dapat dilihat bahwa porositas
dan bulk density memiliki pengaruh yang berbeda terhadap laju infiltrasi. Asdak
(2004) menyatakan bahwa air hujan jatuh di atas permukaan tanah tergantung dari
kondisi biofisik permukaan tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Laju
infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya grafitrasi dibatasi oleh besarnya pori-pori
tanah.
5.4.3 Hubungan Laju infiltrasi dengan Permeabilitas
Berdasarkan grafik pada Gambar 11, terlihat bahwa semakin tinggi nilai
permeabilitas maka laju infiltrasi yang terbentuk akan semakin tinggi. Persamaan
regresi yang terbentuk adalah Y=3,49+0,274X dengan R2=83,5% dan P = 0,025.
Hal ini berari permeabilitas memberikan pengaruh yang nyata terhadap infiltrasi
dalam taraf 5%. Nilai permeabilitas menunjukkan volume pori drainase. Volume
pori drainase yang besar akan menyebabkan tekanan yang diperlukan air untuk
menembus pori semakin kecil. Sehingga, laju infiltrasi tanah semakin besar
(Hanafiah 2005).
32
33
mampu mengisap air pada pori ukuran kurang dari 0,2 mikron. Sehingga pori
yang berguna bagi tanaman diatas 0,2 mikron yang terdiri dari pori pemegang air
berukuran diameter 0,2-8,6 mikron (pF 4,2- pF2,54) (Abas Sapirin dan Sukarman
1995 dalam Silamon 2004). Kadar air pada KU III kecil diakibatkan distribusi
pori drainase sangat cepat lebih dominan. Hal ini mengakibatkan air cepat masuk
ke dalam tanah namun akan cepat hilang dari daerah penyerapan akar. Potensial
gravitasi sangat berperan dalam proses ini. KU II mempunyai paling kadar air
yang tinggi karena distribusi pori darinase lambat yang lebih tinggi. Hal ini
menyebakan tanah mampu mempertahankan kelembabannya lebih lama. Potensial
matrik berperan dalam proses ini. KU IV dan tanah terbuka juga mengalami
kejadian yang serupa karena kedua lokasi tersebut mempunyai pori drainase
lambat. Namun kadar air KU IV dan tanah terbuka lebih rendah dari KU II. KU I
mempunyai pori drainase cepat sehingga air dapat terus masuk dengan kecepatan
tinggi. Oleh karena itu, laju infiltrasi terlihat terpengaruh oleh besarnya kadar air
tanah. Laju infiltrasi meningkat seiring dengan berkurangnya kadar air dalam
tanah.
5.5 Kerapatan Tegakan
Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan kerapatan tegakan pada KU I, II,
III dan IV adalah sebagai berikut.
Tabel 14. Hubungan Kerapatan Tegakan dengan Laju Infiltrasi
No.
Tegakan
Kerapatan (N/ha)
Laju Infiltrasi
(cm/jam)
1
2
3
4
KU I
KU II
KU III
KU IV
1800
290
566
200
4,8
3,6
6,4
6,0
Berdasarkan nilai tabel terlihat bahwa semakin tua umur tegakan maka nilai
kerapatannya akan semakin kecil. KU I mempunyai kerapatan tegakan yang tertinggi
daripada lokasi pengukuran yang lain yaitu sebesar 1800 N/ha dan mempunyai
laju infiltrasi sebesar 4,8 cm/jam. Kerapatan tegakan terendah yaitu pada KU IV
sebesar 200 N/ha dan mempunyai laju infiltrasi sebesar 6 cm/jam.
Hasil yang didapat tidak dapat memberikan gambaran secara jelas tentang
hubungan kerapatan dengan laju infiltrasi. Hal ini diperkuat dengan hasil
34
kerapatan tegakan pada KU II sebesar 290 N/ha yang mempunyai laju infiltrasi
sebesar 3,6 cm/jam dan KU III yang mempunyai kerapatan tegakan sebesar 566
N/ha mempunyai laju infiltrasi sebesar 6,4 cm/jam. Sehingga, dapat dinyatakan
bahwa hubungan antara laju infiltrasi dengan kerapatan tegakan tidak saling
mempengaruhi. Oleh karena itu, terlihat bahwa laju infiltrasi sangat dipengaruhi oleh
sifat fisik tanah. sehingga, peningkatan laju infiltrasi sebaiknya lebih ditekankan pada
perbaikan dan peningkatan sifat fisik tanah.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Silamon (2004), pada
tingkat kerapatan tegakan Pinus merkusii yang berbeda di Gunung Walat. Hasil
yang didapat adalah hubungan antara kerapatan tegakan dan laju infiltrasi saling
mempengaruhi. Semakin tinggi kerapatan tegakan maka laju infiltrasinya akan
semakin besar.
Perbedaan hasil ini diasumsikan karena perkembangan akar muda pada
KU I tidak dapat dapat menyerap air dengan baik sehingga pori-pori makro tanah
tidak terbentuk dengan semestinya. Namun pada KU IV akar tunggang yang
terbentuk dengan baik sehingga dapat menyerap akar lebih baik dan pori-pori
makro tanah terbentuk lebih banyak dari pada KU I, sehingga infiltrasi KU IV
lebih tinggi dari pada KU I.
Perkembangan akar KU I kurang berkembang karena terkait dengan
perkembangan tajuknya lebih keatas daripada kesamping seperti pada KU IV.
Sehingga, keterbukaan tajuk pada KU I lebih tinggi daripada KU IV. Hal ini
menyebabkan infiltrasi pada KU IV lebih tinggi daripada KU I.
Laju infiltrasi berdasarkan hasil, terlihat bahwa KU III mempunyai
kemampuan penyerapan air yang lebih tinggi daripada KU IV. Hasil ini
diasumsikan karena keterbukaan tajuk yang lebih tinggi KU IV daripada KU III.
Keterbukaan tajuk diasumsikan karena kegiatan penjarangan pada KU IV yang
menyebabkan keterbukaan tajuknya lebih tinggi daripada KU III. Hasil ini
ditunjang pula dengan sifat fisik KU IV yang lebih rendah daripada KU III.
6. Vegetasi
Vegetasi
sangat
berpengaruh
dalam
proses
terjadinya
infiltrasi.
35
36
matinya tumbuhan bawah yang toleran terhadap naungan (tumbuhan bawah yang
hidup di bawah lantai hutan). Akibatnya, vegetasi tumbuhan bawah yang
berfungsi sebagai penutup tanah akan berkurang. Keadaan ini tentu saja dapat
menurunkan laju infiltrasi tanah pada tegakan jati.
Penggarapan lahan di bawah tegakan memiliki laju infiltrasi yang rendah
terutama pada KU II. Hal ini menandakan tingkat erosi tegakan jati yang digarap
lebih tinggi daripada lahan dibawah tegakan yang tidak digarap. Hal ini sesuai
dengan dengan pernyataan Qodriyah (2008), erosivitas pengolahan tanah garapan
tegakan jati terutama berumur di bawah 10 tahun lebih tinggi daripada tegakan jati
yang tidak diolah. Sehingga, laju infiltrasi tegakan jati akan lebih tinggi pada
lahan yang tidak diolah. Hal ini terkait dengan tajuk tanaman jati yang masih kecil
sehingga keterbukaan lahan tanpa tajuk lebih besar.
Fenomena karaktek tegakan jati berdasarkan pengamatan yaitu, jati sangat
baik tumbuh baik pada lokasi tanah yang berkapur dengan kadar lempung tinggi.
Sifat dari lempung adalah memiliki daya kembang susut yang tinggi. Jika kondisi
kering maka permukaan tanah dapat timbul celah. Jika kondisi basah, tanah akan
memadat. Sehingga laju infiltrasi pada tegakan jati akan mengecil pada musim
penghujan.
37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Laju infiltrasi berpengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah. Sifat fisik tanah
yang baik dapat menaikkan atau menurunkan laju Infiltrasi. Hubungan laju
Infiltrasi berbanding terbalik dengan bulk density dan kadar air tanah. Sehingga
semakin tinggi bulk density dan kadar air tanah maka laju infiltrasinya paling
rendah. Laju infiltrasi berbanding lurus dengan porositas dan permeabilitas.
Sehingga, semakin tinggi porositas dan permeabilitas maka laju infiltrasinya
makin tinggi.
2. Kerapatan tegakan tidak mempengaruhi laju infiltrasi. Kerapatan tegakan
semakin mengecil pada kelas umur jati yang semakin tua. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa Kelas Umur Jati tidak mempengaruhi laju infiltrasi. KU III
mempunyai nilai infiltrasi tertinggi, kemudian KU IV, Tanah Terbuka, dan KU
I. KU II mempunyai laju infiltrasi paling kecil.
6.2 Saran
1. Perlu adanya peningkatan sifat fisik tanah dalam usaha menaikkan laju infiltrasi
tanah. Tanaman yang ditanaman di areal bawah tegakan hendaknya bukan
hanya tanaman jagung. Namun seharusnya lebih dan ditekankan pada jenis
tanaman pupuk hijau dan MPTs.
2. Pembangunanan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dalam hal ini kegiatan
Penanaman Lahan Di Bawah Tegakan (PLDT) perlu adanya penyuluhan,
pengarahan dan pendampingan agar masyarakat dapat menjaga keawetan tanah
sehingga fungsi hutan dalam aspek sosial dan ekonomi lebih terpenuhi.
3.
Perlu
adanya
penelitian
lebih
lanjut
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi sistem tata air seperti presipitasi dan intersepsi, pada lokasi
yang sama agar dapat diketahui secara utuh karakteristik hidrologi tegakan Jati
BKPH Subah.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Lubis, KS. 2007. Aplikasi Potensial Air Tanah. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatra Utara. Medan. 16 hlm
Plaster EJ. 2003. Soil Science and Management 4th Edition. Thomson Learning.
New York
Purba, TP. 2006. Model Infiltrasi Di Bekas jalan Sarad (Studi Kasus di HPHTI
PT. Musi Hutan Persada Wilayah II Benakat, Sumatera Selatan
[skripsi]. Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Purwowidodo. 2005. Mengenal Tanah. Bogor: Laboratorium Pengaruh Hutan
Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Priyono CNS , Siswamartana S, editor. 2002. Hutan Pinus Dan Hasil Air. Pusat
Pengembangan Sumber Daya Hutan Perhutani Cepu. Cepu
Qodriyah L. 2008. Fenomena Erosi. http://elqodar.multiply.com. [3 Januari 2008]
Rully.
2007.
Air
Tanah?Apa
dan
Bagaimana
Mencarinya.
http://www.fishyforum.com/t9689/id.htm. [19 Januari2008]
40
Suplirahim. 2007. Tanah Sebagai Gudang Kekayaan Bab Dua. http:// suplirahim
.multiply.com/journal/item/11/TANAH_SEBAGAI_GUDANG_KEKA
YAAN-_BAB_2. [12 Desember 2008]
Yogaswara, BD. 2002. Analisis Laju Infiltrasi Pada Berbagai Tingkat Penutupan
Lahan Areal Hutan Jati (Tectona grandis Linn F): Studi Kasus di RPH
Tanggulun BKPH Kalijati KPH Purwakarta. [skripsi]. Jurusan
Menejemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor
Yusmandhany ES. 2004. Kemampuan Potensial Tanah Menahan Air Hujan Dan
Aliran Permukaan Berdasarkan Tipe Penggunaan Lahan Di Daerah
Bogor Bagian Tengah. Buletin Teknik Pertanian 8 (1): 26-29.
http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt091049.pdf. [13 Januari
2009]
Yuwono. 2003. Karakteristik Biofisik Kawasan Hutan Register 19 Gunung
Betung
Sebagai
Sumber
Air
Kota
Bandar
Lampung.
http://tumoutou.net/702_07134/slamet_b_j.htm. [23 Novewmber 2008]
41
LAMPIRAN
42
: KU I
Kondisi lahan
Penggunaan lahan
t
h (cm)
mnt dalam
antara
5
3
10
1,5
15
0,5
20
1
25
1
30
0,1
35
0,9
40
1
45
1
50
1
55
0,4
fc (cm/jam)
antara
36
36
18
18
6
6
14
14
11,2
11,2
0,4
0,4
10,4
10,4
14
14
14
14
12
12
4,8
4,8
dalam
3
1,5
0,5
1
1
0,1
0,9
1
1
1
0,4
Lokasi
: KU II
Kondisi lahan
Penggunaan lahan
h (cm)
dalam
antara
1
1
0,5
0,5
0,4
0,4
0,6
0,6
0,5
0,5
0,5
0,5
0,2
0,2
0,3
0,3
0,5
0,5
0,5
0,5
0,3
0,3
= 10 cm
fc (cm/jam)
dalam
antara
12
12
6
6
4,8
4,8
7,2
7,2
6
6
6
6
2,4
2,4
3,6
3,6
6
6
6
6
3,6
3,6
43
Lokasi
: KU III
Kondisi lahan
Penggunaan lahan
= 10 cm
6
6
3,6
10,8
8,4
6
7,2
0
6
2,4
3,6
6
6
6
6
6
3,6
2,4
2,4
3,6
3,6
12
fc (m/s)
12
4,8
6
3,6
3,6
2,4
3,6
2,4
6
3,6
3,4
8
5,6
5,2
6,8
6
4
4,4
1,6
5,2
3,2
6,4
Lokasi
: KU IV
Kondisi lahan
Penggunaan lahan
= 10 cm
t
fc (cm/jam)
h (cm)
mnt dalam
antara
dalam
antara
5
1,5
1,5
18
10
0,9
0,9
10,8
15
0,6
0,6
7,2
20
1
1
12
25
0,4
0,4
4,8
30
0,6
0,6
7,2
35
0,7
0,7
8,4
40
0,5
0,5
6
45
0,8
0,8
9,6
50
0,5
0,5
6
55
0,5
0,5
6
18
10,8
7,2
12
4,8
7,2
8,4
6
9,6
6
6
44
Lokasi
: Tanah terbuka
Kondisi lahan
Penggunaan lahan
1
0,7
0,7
0,3
0,5
0,5
1,1
0,4
0,5
0,5
0,5
= 10 cm
fc (cm/jam)
dalam
antara
12
12
8,4
8,4
0
0
3,6
3,6
6
6
6
6
13,2
13,2
4,8
4,8
6
6
4
4
8
8
45
Lampiran 2. Hubungan Regresi Laju Infiltrasi Dengan Sifat Fisik Tanah dan
Kerapatan Tegakan
2.1HubunganInfiltrasidenganBulkDensity
Regression Analysis: Infiltrsi versus bulk density
The regression equation is
Infiltrsi_1 = 9.40 - 4.14 bulk density
Predictor
Constant
bulk density
S = 0.466333
Coef
9.4032
-4.1426
SE Coef
0.8980
0.8949
R-Sq = 87.7%
T
10.47
-4.63
P
0.002
0.019
R-Sq(adj) = 83.6%
Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total
DF
1
3
4
SS
4.6596
0.6524
5.3120
MS
4.6596
0.2175
F
21.43
P
0.019
2.2HubunganInfiltrasidenganPorositas
Regression Analysis: Infiltrsi versus porositas
The regression equation is
Infiltrsi_1 = - 1.50 + 0.109 porositas
Predictor
Constant
porositas
Coef
-1.504
0.10862
S = 0.475720
SE Coef
1.532
0.02401
R-Sq = 87.2%
T
-0.98
4.52
P
0.399
0.020
R-Sq(adj) = 83.0%
Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total
DF
1
3
4
SS
4.6331
0.6789
5.3120
MS
4.6331
0.2263
F
20.47
P
0.020
46
2.3HubunganInfiltrasidenganPermeabilitas
RegressionAnalysis:Infiltrsiversuspermeabilitas
The regression equation is
Infiltrsi_1 = 3.49 + 0.274 permeabilitas
Predictor
Constant
permeabilitas
Coef
3.4942
0.27421
SE Coef
0.5011
0.06560
S = 0.509401
R-Sq = 85.3%
T
6.97
4.18
P
0.006
0.025
R-Sq(adj) = 80.5%
Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total
DF
1
3
4
SS
4.5335
0.7785
5.3120
MS
4.5335
0.2595
F
17.47
P
0.025
47
Gambar 14. KU I
Gambar 15. KU II
Gambar 17. KU IV
Lokasi
KUI
KUII
KUIII
KUIV
Tanah
Terbuka
Bulkdensity
(g/cm3)
1,5
1,35
0,63
0,9
Porositas
(%)
60,52
48,95
76,36
66,14
Permeabilita
s(cm/jam)
4,77
1,84
12,25
8,15
0,95
63,99
7,01
KadarAir(%)dalampF
pF
pF1
pF2
2,54 pF4,2
50,15 38,25 27,84 15,74
42,35 36,47 29,26 18,35
60,58 47,19 35,68 20,47
58,76 48,78 35,01
18
56,18
44,89
32,74
17,25
PoriDrainase
(%Volume)
Sangat
Cepat
Cepat Lambat
10,37
11,9
10,41
6,6
5,88
7,21
15,76
13,39
11,51
7,38
9,98
13,77
7,81
11,29
12,15
AirTersedia
(%volume)
12,1
10,91
15,21
17,01
15,49
48
49
50