You are on page 1of 105

HUBUNGAN MINAT BELAJAR FIKIH DENGAN

PENGAMALAN IBADAH SISWA MADRASAH


TSANAWIYAH AL-FALAK BOGOR

Oleh :

YAYAH KHOIRIYAH
101011020652

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1427 H / 2006 M
HUBUNGAN MINAT BELAJAR FIKIH DENGAN
PENGAMALAN IBADAH SISWA MADRASAH
TSANAWIYAH AL-FALAK BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


Untuk Mencapai Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

YAYAH KHOIRIYAH
NIM: 101011020652

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. H. Muardi Chotib


NIP. 150 012 950

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1427 H / 2006 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN MINAT BELAJAR FIKIH DENGAN


PENGAMALAN IBADAH SISWA MADRASAH TSANAWIYAH AL-FALAK
BOGOR” telah di ujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16
November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam program strata 1 (S1) pada jurusan
Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 16 November 2006

Sidang Munaqasah

Dekan FITK Pembantu Dekan 1


Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, M.A
NIP : 150 231 356 NIP : 150 202 343

Anggota

Penguji 1 Penguji II

Drs. Khalimi, M.Ag Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag


NIP :150 267 202 NIP : 150 299 477
KATA PENGANTAR

ϢϴΣήϟ΍ϦϤΣήϟ΍Ϳ΍ϢδΑ
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan

rahman dan rahim-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam tak lupa selalu tersanjungkan kepada junjungan alam

Rosulullah saw, yang telah membawa umat manusia Minaz Zulumaati Ilan Nuur.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari betul bahwa tidak sedikit

hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan dari berbagai

pihak, baik moral, materi, pemikiran maupun support, Alhamdulillah hambatan dan

kesulitan tersebut dapat teratasi. Oleh karenanya dengan hati yang tulus penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. H. Muardi Chatib, Dosen pembimbing skripsi, yang telah banyak

memberikan bimbingan dan petunjuk dengan penuh kesabaran serta telah

meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

3. Seluruh karyawan dan staff perpustakaan utama dan fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang turut membantu dan

mentediakan referensi-referensi yang penulis butuhkan.


4. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang selama ini telah membantu dan membimbing penulis

selama belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Seluruh Karyawan dan staff Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor yang telah

mengizinkan penulis mengadakan penelitian ini, khususnya Bapak AF. Badru

Zaman dan keluarga, Bapak Drs. KH. Achmad Hasbullah dan keluarga, Bapak

Tegap Pratama dan Ibu Dra. Hj. Rt. Iis Syarifah serta Bapak H. Komarudin Lc

dan keluarga.

6. Abi dan Umi tercinta, Bapak Syamsudin dan Ibu Maryam, yang telah mengasuh,

membimbing dan mendidik serta membiayai penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Semua teman-teman Alumni pondok pesantren Al-Falak Bogor khususnya

angkatan 2001, terutama Sihabudin, N.Fahmi, Nur Seha, Murniasih dan Siti Haya

S.Pdi, terima kasih buat sharingnya, buat Uum Khumaeroh S.Pdi makasih buat

pinjaman buku-bukunya.

8. M. Utomo, Edi Susanto (EQ), dan Yuliasih makasih buat waktunya yang selama

ini telah bersedia menemani dan mendengarkan segala keluh kesah yang penulis

hadapi dalam proses penulisan skripsi ini.

9. Untuk keluarga besar penulis, adik-adikku yang tercinta, A. Irfan, A. Rifa’i,

Halimatus Sa’diyah, dan Masrifah, Drs. Fahrurrozi (paman), Hj. Salus dan
Alm.Hj. Maemunah (nenek tercinta), terima kasih buat support dan

kepeduliannya kepada penulis.

10. Bapak Edi Wibowo dan Ibu “Dice” serta Lola dan Lulu yang selama ini telah

menjadi sponsor dan sumber inspirasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, termasuk para

responden yang telah bersedia mengisi angket dalam penelitian ini.

Penulis tidak dapat berbuat banyak, kecuali mendo’akan segala usaha,

pengorbanan dan amal baik semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda

dari Allah swt, Amien.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Jakarta, November 2006

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 4

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ........................................... 5

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

E. Sistematika Penulisan .................................................................. 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengamalan Ibadah ...................................................................... 8

1. Pengertian Ibadah dan Pengamalan Ibadah ............................ 8

2. Macam-macam Ibadah Tujuannya .......................................... 14

3. Sumber Ibadah ....................................................................... 18

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengamalan Ibadah ......... 19

B. Minat Belajar Fikih ....................................................................... 22

1. Pengertian Minat Belajar Fikih ................................................ 22

2. Jenis-jenis Minat ...................................................................... 27

iii
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat................................ 28

4. Indikator Minat......................................................................... 31

5. Peran Minat Belajar Fikih Dalam Pengamalan Ibadah ............ 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian ......................................................................... 36

B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 38

C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 38

D. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 40

E. Teknik Pengolahan Data ................................................................ 41

F. Teknik Analisa Data....................................................................... 42

G. Teknik Interpretasi Data................................................................. 44

H. Hipotesis......................................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor............ 46

B. Pelaksanaan Pengajaran Fikih Di Madrasah Tsanawiyah

Al-Falak Bogor .............................................................................. 58

C. Pengamalan Ibadah dan Minat Belajar Fikih Siswa

Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor ......................................... 63

D. Pengujian Hipotesis........................................................................ 84

iv
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 92

B. Saran-saran..................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94

LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah swt menciptakan Jin dan Manusia itu untuk mengabdi kepada-Nya. Ini

ditegaskan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzaariyaat ayat 56 yang

berbunyi:

ΕΎϳέ΍άϟ΍ ˶ϥϭ˵Ϊ˵Β˸ό˴ϴ˶ϟ͉ϻ˶·˴βϧ˶Ϲ˸΍˴ϭ͉Ϧ˶Π˸ϟ΍˵Ζ˸Ϙ˴Ϡ˴ΧΎ˴ϣ˴ϭ
Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada Ku”. (Q.S. Adz-Dzaariyaat:56)

Secara tegas Allah swt memerintahkan manusia untuk beribadah kepada-Nya

dengan Firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 21 yaitu:

ΓήϘΒϟ΍ ˴ϥϮ˵Ϙ͉Θ˴Η˸Ϣ˵Ϝ͉Ϡ˴ό˴ϟ˸Ϣ˵Ϝ˶Ϡ˸Β˴ϗ˸Ϧ˶ϣ˴Ϧϳ˶ά͉ϟ΍˴ϭ˸Ϣ˵Ϝ˴Ϙ˴Ϡ˴Χϱ˶ά͉ϟ΍˵Ϣ˵Ϝ͉Α˴έ΍ϭ˵Ϊ˵Β˸ϋ΍˵αΎ͉Ϩϟ΍Ύ˴Ϭ͊ϳ˴΃Ύ˴ϳ

Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-
orang sebelummu, agar kamu bertakwa”. (Q.S. Al-Baqarah: 21)

Perintah itu adalah esensi dari semua tugas manusia sehingga tugas

pendidikan juga merupakan salah satu tugas dalam rangka beribadah kepada-Nya.

Ilmu tentang ibadah dimuat dalam Ilmu Fikih. Ibadah adalah wajib,

mempelajari ilmu tentang ibadah wajib pula, karena tidak mungkin seseorang

melaksanakan ibadah itu hanya mengetahui esensi dari ibadah saja tanpa mengetahui

cara melakukan ibadah tersebut.

Madrasah Tsanawiyah sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang

diakui oleh pemerintah. Di madrasah ini diajarkan teori dan praktek ibadah sesuai

1
2

dengan yang termuat dalam kurikulum bidang studi Fikih. Isi dari bidang studi ini

merupakan bahan pengajaran yang berdiri sendiri sebagai mata pelajaran atau bidang

studi pokok.

Tujuan mempelajari materi bidang studi ini yang tercantum didalam


kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah setelah mempelajari materi bidang
studi Fikih, siswa harus mengetahui bagaimana cara melaksanakan ibadah
yang baik dan benar, mereka juga terdorong untuk melaksanakan pengamalan
ibadah yang sesuai dengan materi pelajaran Fikih yang diajarkan kepada
mereka di sekolah.1

Siswa yang duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, secara umum berusia

13-15 Tahun dan pengamalan ibadah yang dilakukan oleh mereka dalam kehidupan

sehari-hari terutama yang berkaitan dengan pengamalan ibadah wajib pada umumnya

hanya pada shalat lima waktu serta puasa di bulan Ramadhan.

Madrasah Tsanawiyah Al-Falak sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam

yang juga menyelenggarakan pendidikan pondok pesantren bagi siswa-siswinya

terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Seperti lembaga pendidikan

lainnya, Madrasah Tsanawiyah Al-Falak melakukan berbagai upaya untuk mencapai

keberhasilan tujuan pendidikan yang maksimal, sehingga menghasilkan lulusan

(peserta didik) yang dapat dengan baik dan benar mengamalkan ilmu yang mereka

peroleh dari sekolah, terutama ibadah wajib.

Untuk peningkatan kualitas siswa dibidang iman dan takwa, pengajaran ilmu

fikih dijadikan sebagai salah usaha mencapainya. Melalui pembelajaran Fikih

diharapkan dapat meningkatkan iman dan takwa siswa dan mereka dapat
____________________________
1
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, GBPP Mata Pelajaran Fikih, (Jakarta: DEPAG RI,
2004), h. 1.
3

merealisasikannya dalam sikap dan prilaku hidupnya sesuai dengan tujuan

pembelajaran mata pelajaran Fikih. Disamping itu Madrasah Tsanawiyah Al-Falak

juga memiliki kegiatan keagamaan yang rutin dan terprogram dengan baik seperti

pelaksanaan shalat lima waktu secara berjamaah, membaca Al-Quran dan lain-lain.

Selain itu Madrasah Tsanawiyah Al-Falak juga memiliki sarana dan prasana

beribadah yang memadai serta kontrol yang baik terhadap pelaksanaan ibadah siswa-

siswinya.

Keberhasilan suatu proses pendidikan sangat di pengaruhi oleh kesiapan

pendidik dan peserta didik (siswa). Jika diantara keduanya atau salah satunya tidak

ada kesiapan, maka keberhasilan suatu proses pendidikan sukar dicapai. Untuk

mengetahui kesiapan peserta didik (siswa) dapat dilihat dari minat belajarnya.

Dengan adanya minat pada diri peserta didik (siswa) dalam mempelajari suatu

pelajaran khususnya mata pelajaran Fikih akan membantu siswa tersebut untuk

mencapai keberhasilan belajarnya. Keberhasilan belajar yang dicapai bukan hanya

berupa nilai atau prestasi melainkan juga adanya perubahan tingkah laku.

Dengan demikian jelas bahwa minat memiliki fungsi yang penting dalam

mencapai prestasi belajar. Mustahil apabila siswa yang tekun belajar nilainya tidak

akan memuaskan, demikian pula dengan minat belajar pada mata pelajaran Fikih.

Apabila siswa berminat pada mata pelajaran Fikih maka ia akan terus tekun

mempelajarinya yang pada akhirnya prestasi yang dicapai akan memuaskan. Prestasi

yang diraih bukan hanya dalam bentuk nilai melainkan juga pengamalan dari isi atau
4

tujuan pembelajaran mata pelajaran Fikih yang diaktualisasikan dalam bentuk

pengamalan ibadah yang ditunjukkan oleh siswa.

Berdasarkan pengamatan sementara penulis, siswa-siswi di Madrasah

Tsanawiyah Al-Falak memiliki pengamalan ibadah yang baik dan berminat terhadap

mata pelajaran Fikih. Seperti dijelaskan diatas bahwa minat merupakan faktor penting

dalam mencapai hasil pembelajaran. Karena itulah penulis merasa tertarik untuk

mengadakan penelitian mengenai pengamalan ibadah siswa dan hubungannya dengan

minat belajar fikih yang merupakan salah satu faktor pendorong keberhasilan proses

pembelajaran yang ditandai oleh perubahan sikap dan tingkah laku melalui

pengamalan terhadap isi materi yang terkandung didalam mata pelajaran yang mereka

pelajari khususnya mata pelajaran Fikih. Oleh karena itu judul penelitian ini adalah

“Hubungan Minat Belajar Fikih Dengan Pengamalan Ibadah Siswa Madrasah

Tsanawiyah Al-Falak Bogor”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah jadi penulis menduga cukup banyak

masalah yang ada kaitannya dengan masalah pokok. Masalah tersebut ditampilkan

berupa identifikasi masalah.

1. Apakah minat belajar Fikih ada kaitannya dengan pengamalan ibadah siswa?

2. Apakah kontrol yang baik dari orang tua akan mempengaruhi pengamalan ibadah

siswa?
5

3. Apakah keteladanan orang tua dalam beribadah dapat mempengaruhi pengamalan

ibadah siswa?

4. Apakah kelengkapan Fasilitas/ sarana dan prasarana untuk beribadah dapat

mempengaruhi pengamalan ibadah siswa?

5. Apakah lingkungan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dapat

mempengaruhi pengamalan ibadah siswa?

6. Apakah Keteladanan guru di sekolah dapat mempengaruhi pengamalan ibadah

siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor?

7. Apakah ada hubungan yang signifikan antara pengamalan ibadah dengan minat

belajar Fikih siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor?

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Demikian banyaknya masalah yang berhubungan dengan masalah pokok perlu

dibatasi agar tidak terlalu luas sehingga tidak sulit dijangkau, penulis membatasinya

pada masalah yang ditulis pada urutan pertama dari identifikasi masalah yaitu

“Apakah minat belajar Fikih ada kaitannya dengan pengamalan ibadah siswa”.

Pilihan batasan ini berdasarkan anggapan bahwa masalah itulah yang paling dekat

dan paling berkaitan dengan masalah pokok.


6

2. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah diatas penulis merumuskan menjadi “Apakah

pengamalan ibadah ada kaitannya dengan minat belajar Fikih siswa Madrasah

Tsanawiyah Al-Falak Bogor”

D. Manfaat Penelitian

Minat belajar Fikih merupakan variabel bebas (x) independent variabel dalam

penelitian ini yaitu variabel bebas yang ada hubungan yang signifikan terhadap

variabel pengamalan ibadah siswa (y) dan pengamalan ibadah siswa sebagai

dependent variabel (y) yaitu variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel minat

belajar fikih (x), sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan bagi orang tua di rumah dan juga bagi guru mata pelajaran Fikih khususnya

bahwa pengamalan ibadah siswa sebagai salah satu wujud keberhasilan dari tujuan

pengajaran mata pelajaran Fikih yang dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah

satunya adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri yang dapat berupa keinginan,

kemauan (minat) terhadap mata pelajaran Fikih..

Dengan demikian para guru khususnya guru mata pelajaran Fikih untuk lebih

meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fikih yang

pembahasannya tentang tata cara beribadah dapat memberikan pengaruh yang positif

terhadap pengamalan ibadah siswa. Diharapkan para guru mata pelajaran fikih untuk

senantiasa memberikan motivasi kepada siswanya sehingga mereka tertarik untuk


7

mempelajari ilmu Fikih dan terdorong untuk mempraktekkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

E. Sistematika Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku penulisan skripsi, tesis

dan desertasi yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press.

Sedangkan sistematika penulisan skripsi ini dimulai dengan pendahuluan

sebagai bab I yang berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Dalam bab II berisikan tinjauan teoritis yang dimulai dengan pengamalan

ibadah, pengertian ibadah dan pengamalan ibadah, macam-macam ibadah dan

tujuannya, sumber ibadah dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengamalan ibadah,

minat belajar Fikih, pengertian minat belajar Fikih, jenis-jenis minat, faktor-faktor

yang mempengaruhi minat, indikator minat serta peran minat belajar Fikih dalam

pengamalan ibadah.

Dalam bab III metodologi penelitian yang berisikan variabel penelitian,

tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik

pengolahan data, teknik analisa data, teknik interpretasi data dan hipotesis.

Dalam bab IV hasil penelitian yang berisikan gambaran umum madrasah

Tsanawiyah Al-Falak Bogor, pelaksanaan pengajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah

Al-Falak Bogor, pengamalan ibadah dan minat belajar Fikih siswa Madrasah

Tsanawiyah Al-Falak Bogor, serta pengujian hipotesis.

Dalam bab V penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengamalan Ibadah

1. Pengertian Ibadah Dan Pengamalan Ibadah

a. Pengertian Ibadah

Kata “ ΓΩΎΒϋ“ adalah bentuk masdar dari kata “ΪΒϋ “, yang biasa diartikan

antara lain dengan “mengabdi, tunduk, taat, merendahkan diri dan sebagainya”.1

Menurut istilah Fikih ibadah ialah “perbuatan untuk menyatakan bakti kepada

Allah swt yang didasari oleh ketaatan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi

larangan-Nya”.2

Pengertian ibadah di atas mengandung arti bahwa setiap perbuatan manusia

yang didasari oleh ketaatan kepada Allah swt dengan melakukan segala amal

perbuatan yang dianjurkan atau diperintah-Nya dan menjauhi segala amal perbuatan

yang dilarang-Nya merupakan suatu ibadah.

Ibadah juga dapat berarti “sikap tunduk seorang hamba dan merendahkan diri

kepada Allah swt sebagai tanda syukur atas segala karunia yang diterimanya dengan

____________________________
1
H. Ismail Syah, et.all., Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke-2,
h. 168.
2
Muhammadiyah Djafar, Pengantar Ilmu Fikih, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), Cet. Ke-1,
h. 24.

8
9

cara mengerjakan perintah-Nya seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Serta

manjauhi segala perbuatan maksiat yang dilarang-Nya”.3

Dari definisi ibadah di atas bahwa yang dimaksud dengan ibadah adalah sikap

tunduk dan pengabdian seorang hamba kepada sang pencipta, Allah swt yang telah

memberikan berbagai macam nikmat dan karunia kepadanya.

Sedangkan pengertian ibadah menurut ulama Fikih:

Ibadah adalah perbuatan manusia dalam rangka mendekatkan diri


kepada Allah swt dengan menjalankan segala perintah-Nya dan mengamalkan
segala perbuatan yang diizinkan-Nya. Amalan yang diperintahkan Allah swt
tersebut dapat berupa amalan khusus yaitu amalan yang telah ditentukan
rincian-rinciannya, tingkat, waktu dan cara-cara tertentu seperti shalat, puasa
dan haji, serta amalan yang umum yaitu semua amalan yang di izinkan Allah
swt.4

Pengertian ibadah yang dikemukakan oleh ulama Fikih sangat jelas bahwa

setiap usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah swt merupakan ibadah.

Dan ulama Fikih membagi amal perbuatan manusia dalam rangka mendekatkan diri

kepada Allah swt kedalam dua bagian yang pertama: amalan yang khusus yaitu

amalan yang telah ditetapkan oleh Allah swt baik waktu, rincian-rinciannya, tingkat

dan cara-cara tertentu, dan yang kedua amalan yang umum yaitu segala amalan yang

dianjurkankan atau diizinkan oleh Allah swt.

Majlis tarjih Muhammadiyah mengemukakan pengertian ibadah, sebagai

berikut:

____________________________
3
Abdul Mudjib, Fikih Ibadah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2000), h. 38.
4
Satria Efendi, Ilmu Fikih, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 2003), h. 114.
10

˴ϥ˶Ϋ˵΍Ύ˴Ϥ˶Α˶Ϟ˴Ϥ˴ό˸ϟ΍˴ϭ ˶Ϫ˸ϴ˶ϫ΍˴Ϯ˴ϧ˶ΏΎ˴Ϩ˶Θ˸Ο΍˴ϭ˶ϩ˶ή˶ϣ΍˴ϭ˴΍˶ϝΎ˴Μ˶Θ˸ϣ˶Έ˶Α˶Ϳ΍ϰ˴ϟ˶΍ ˵Ώ͊ή˴Ϙ˴Θϟ΍˴ϲ˶ϫ˵Γ˴ΩΎ˴Β˶ό˸ϟ˴΍


˵Δ˴λΎ˴Ψ˸ϟ΍˴ϭ˵ω˶έΎ͉θϟ΍˶Ϫ˶Α˴ϥ˶Ϋ˵΍˳Ϟ˴Ϥ˴ϋ͊Ϟ˵ϛ˵Δ͉ϣΎ˴ό˸ϟΎ˴ϓ˲Δ˴λΎ˴Χ˴ϭ˲Δ˴ϣΎ˴ϋ˴ϲ˶ϫ˴ϭ˵ω˶έΎ͉θϟ˴΍˶Ϫ˶Α
˳Δ˴λ˸Ϯ˵μ˸Ψ˴ϣ˳ΕΎ͉ϴ˶ϔ˸ϴ˴ϛ˴ϭ˳ΕΎ͉ϴ˶΋˸ΰ˵Π˶ΑΎ˴Ϭ˸ϴ˶ϓ˵ω˶έΎ͉θϟ΍˵ϩ˴Ω˸ϭ˵Ϊ˵ΣΎ˴ϣ
Artinya: “Ibadah adalah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah swt dengan
mentaati segala perintahNya dan mengamalkan segala yang diizinkan-Nya.
Ibadah ada yang umum dan ada yang khusus. Ibadah yang umum adalah
segala amalan yang diizinkan Allah, yang khusus adalah apa yang telah
ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya, tingkat dan cara-caranya
tertentu”.5

Dari pengertian ini tergambar bahwa ibadah ialah bertaqarrub (mendekatkan

diri) kepada Allah swt dengan mematuhi segala yang diperintah-Nya dan

mengamalkan segala yang dianjurkan-Nya. Majlis tarjih Muhammadiyah juga

membagi ibadah itu kepada ibadah khusus (khashahah) dan ibadah yang umum

(‘Ammah)

Ibadah yang dilakukan manusia bukan untuk kepentingan Allah, tapi kembali

untuk kepentingan dan kebahagiaan manusia itu sendiri. Seandainya semua manusia

beribadah kepada Allah, itu semua tidak akan menambah keagungan, kebesaran dan

kemuliaan Allah swt, sebaliknya jika semua manusia ingkar kepada-Nya, itu semua

tidak akan mengurangi sifat Maha Sempurna Allah swt. Ahmad D. Marimba

mengatakan:

Hubungan antara manusia dengan Tuhan yang bersifat penghambaan


diri (penyerahan diri) manusia kepada-Nya tidaklah membawa faedah kepada
yang disembah (Allah), melainkan kepada yang menyembah (manusia).
Tuhan bersifat sempurna, artinya Dia tidak dapat disifatkan berkekurangan
dalam hal apapun. Kebesaran Tuhan padanya, lepas dari adanya penyembahan
manusia terhadap-Nya. Kesempurnaan sifat-sifat Tuhan berarti pula Dia tidak
____________________________
5
Nasrudin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1989), cet. Ke-10, h. 404.
11

mengharapkan sesuatu apapun dari siapapun untuk kepentingan-Nya.


Berulang kali dinyatakan dalam firman-Nya, bahwa kepada siapa menyembah
Allah,menuruti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, maka
kebahagiaan di dunia dan di akherat adalah teruntuk baginya.6

Perkataan Ahmad D. Marimba di atas berlandaskan firman Allah swt yang

berbunyi:

ϞϤϨϟ΍ ˲Ϣ˸ϳ˶ή˴ϛ͇ϲ˶Ϩ˴Ϗ˸ϲ˷˶Α˴έ͉ϥ˶΍˴ή˴ϔ˴ϛ˸Ϧ˴ϣ˴ϭ˶Ϫ˶δ˸ϔ˴Ϩ˶ϟ˵ή˵Ϝ˸θ˴ϳΎ˴Ϥ͉ϧ˶Ύ˴ϓ˴ή˴Ϝ˴η˸Ϧ˴ϣ˴ϭ
Artinya: “Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri,dan barangsiapa yang ingkar,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha Mulia”.7 (Q.S. an-Naml:
40)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbuatan apa saja yang

dilakukan manusia kebaikan dan keburukan semuanya kembali kepada pelakunya

sendiri. Jika ingin hidup bahagia di dunia dan akhirat, harus mengerjakan semua

perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Sedangkan pengertian ibadah dalam presfektif kurikulum Madrasah

Tsanawiyah adalah perbuatan siswa dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt

dengan mengamalkan segala yang diperntahkan-Nya meliputi: salat, puasa di bulan

Ramadhan, zakat dan perintah-perintah wajib yang lainnya serta menjauhkan diri dari

setiap perbuatan yang dilarang oleh Allah swt.

Berdasarkan pengertian ibadah dalam presfektif kurikulum Madrasah

Tsanawiyah di atas jelas bahwa setiap perbuatan yang dilakukan oleh siswa terutama

yang berkaitan dengan perintah-perintah yang wajib seperti salat lima waktu, puasa di
____________________________
6
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif,
1998), Cet ke-8, h. 144.
7
DEPAG R.I, Op.Cit,h. 598.
12

bulan Ramadhan dan lain-lain serta siswa mau menjauhi segala perbuatan yang

dilarang oleh Allah swt jika dilandasi usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah

swt, perbuatan tersebut dinamakan dengan ibadah.

b. Pengertian Pengamalan Ibadah

Pengamalan ibadah artinya melaksanakan semua yang diperintahkan Allah

swt dan meninggalkan atau menjauhi semua yang dilarang-Nya. Sesuatu yang

diperintahkan oleh Allah swt itu ada yang bersifat suruhan pasti (talab jazim) yang

melaksanakannya merupakan suatu kewajiban; ada pula yang bersifat tidak pasti

(talab ghairu jazim), yang melaksanakannya merupakan anjuran sunat. Adapun yang

dilarang oleh Allah swt itu ada yang bersifat larangan pasti (talab tarki jazim) yang

meninggalkannya merupakan suatu perintah yang haram; adapula larangan yang

bersifat tidak pasti (talab tarki ghairu jazim), yang meninggalkannya merupakan suatu

perintah yang tidak haram, tetapi makruh; boleh dilaksanakan (tidak berdosa

pelakunya) dan sebaiknya ditinggalkan atau dijauhi.

Setiap manusia diperintahkan untuk beribadah kepada Allah swt. Firman-Nya:

ΓήϘΒϟ΍ ˴ϥϮ˵Ϙ͉Θ˴Η˸Ϣ˵Ϝ͉Ϡ˴ό˴ϟ˸Ϣ˵Ϝ˶Ϡ˸Β˴ϗ˸Ϧ˶ϣ˴Ϧϳ˶ά͉ϟ΍˴ϭ˸Ϣ˵Ϝ˴Ϙ˴Ϡ˴Χϱ˶ά͉ϟ΍˵Ϣ˵Ϝ͉Α˴έ΍ϭ˵Ϊ˵Β˸ϋ΍˵αΎ͉Ϩϟ΍Ύ˴Ϭ͊ϳ˴΃

Artinya: ”Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-
orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. (Q.S. Al-Baqarah:21)

Pada ayat ini Allah swt memerintahkan kepada manusia untuk menyembah

atau beribadah kepada-Nya karena Allah swt yang telah menciptakan manusia dan

mencukupi kebutuhannya di dunia dengan karunia-Nya dan tujuan manusia


13

diperintahkan untuk beribadah adalah agar mereka bertakwa kepada Allah swt.

Kemudian Allah swt menegaskan lagi di dalam Firman-Nya:

ϰ˴ϣΎ˴Θ˴ϴ˸ϟ΍˴ϭ ϰ˴Α˸ή˵Ϙ˸ϟ΍ ϱ˶ά˶Α˴ϭ Ύ˱ϧΎ˴δ˸Σ˶· ˶Ϧ˸ϳ˴Ϊ˶ϟ΍˴Ϯ˸ϟΎ˶Α˴ϭ Ύ˱Ό˸ϴ˴η ˶Ϫ˶Α ΍Ϯ˵ϛ˶ή˸θ˵Η˴ϻ˴ϭ ˴Ϳ΍ ΍ϭ˵Ϊ˵Β˸ϋ΍˴ϭ
˶Ϧ˸Α΍˴ϭ ˶ΐϨ˴Π˸ϟΎ˶Α ˶ΐ˶ΣΎ͉μϟ΍˴ϭ ˶ΐ˵Ϩ˵Π˸ϟ΍ ˶έΎ˴Π˸ϟ΍˴ϭ ϰ˴Α˸ή˵Ϙ˸ϟ΍ ϱ˶Ϋ ˶έΎ˴Π˸ϟ΍˴ϭ ˶Ϧϴ˶ϛΎ˴δ˴Ϥ˸ϟ΍˴ϭ
˯ΎδϨϟ΍ ΍˱έϮ˵Ψ˴ϓ˱ϻΎ˴Θ˸Ψ˵ϣ˴ϥΎ˴ϛϦ˴ϣ͊ΐ˶Τ˵ϳ˴ϻ˴Ϳ΍͉ϥ˶·˸Ϣ˵Ϝ˵ϧΎ˴Ϥ˸ϳ˴΃˸Ζ˴Ϝ˴Ϡ˴ϣΎ˴ϣ˴ϭ˶Ϟϴ˶Β͉δϟ΍
Artinya: ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapakmu, karib-
kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga yang
jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri”. (Q.S. An-Nisaa’:36)

Pada ayat di atas, selain manusia diperintahkan untuk menyembah dan

beribadah kepada Allah swt, mereka juga dilarang untuk mempersekutukan Allah

dengan sesuatu apapun di dunia ini sebab syirik (menyekutukan) Allah merupakan

salah satu dosa besar yang tidak di ampuni oleh Allah swt. Kemudian Allah swt

menegaskan kembali dalam Firman-Nya berkenaan dengan perintah menyembah

Allah dan larangan berbuat syirik (menyekutukan) Allah, sebagai berikut:

˶Ϳ΍˶ϥϭ˵ΩϦ˶ϣ˴ϥϭ˵Ϊ˵Β˸ό˴Η˴Ϧϳ˶ά͉ϟ΍͉ϥ˶·Ύ˱Ϝ˸ϓ˶·˴ϥϮ˵Ϙ˵Ϡ˸Ψ˴Η˴ϭΎ˱ϧΎ˴Λ˸ϭ˴΃˶Ϳ΍˶ϥϭ˵ΩϦ˶ϣ˴ϥϭ˵Ϊ˵Β˸ό˴ΗΎ˴Ϥ͉ϧ˶·
˶Ϫ˸ϴ˴ϟ˶· ˵Ϫ˴ϟ ΍ϭ˵ή˵Ϝ˸η΍˴ϭ ˵ϩϭ˵Ϊ˵Β˸ϋ΍˴ϭ ˴ϕ˸ί͋ήϟ΍ ˶Ϳ΍ ˴ΪϨ˶ϋ ΍Ϯ˵ϐ˴Θ˸ΑΎ˴ϓ Ύ˱ϗ˸ί˶έ ˸Ϣ˵Ϝ˴ϟ ˴ϥϮ˵Ϝ˶Ϡ˸Ϥ˴ϳ˴ϻ
ΕϮΒϜϨόϟ΍ ˴ϥϮ˵ό˴Ο˸ή˵Η
Artinya: ”Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan
kamu membuat dusta. Sesungguhnya sesuatu yang kamu sembah selain
Allah itu tidak mampu memberikan rizki kepadamu; maka mintalah rizki itu
di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya
kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan”. (Q.S: Al-‘Ankabuut: 17)

Dari ayat di atas, Allah menegaskan kepada manusia bahwa jika mereka

menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain maka sesungguhnya mereka telah
14

berbuat dusta. Apa yang mereka sembah selain Allah tidak akan dapat mendatangkan

atau memberikan rizki kepada mereka sebab hanya Allah yang Maha Pemberi rizki

kepada seluruh makhluk-Nya dan kepada-nyalah manusia akan kembali, jadi hanya

Allah swt yang patut untuk disembah.

2. Macam-macam Ibadah dan Tujuannya

a. Macam-macam Ibadah

Jalaludin Rahmat mengatakan bahwa ibadah terbagi dua yaitu: ibadah yang

merupakan upacara-upacara tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti

shalat, zikir, puasa, haji dan sebagainya. Dan yang kedua ibadah yang mencakup

hubungan antar manusia dalam rangka mengabdi atau mendekatkan diri kepada Allah

swt.8 Ibadah jenis pertama bersifat ritual, yakni berhubungan langsung dengan Allah

swt atau ibadah yang menyangkut hubungan vertical antara manusia dengan Allah

swt, karenanya para ulama menamakannya dengan ibadah mahdhah. Ibadah mahdhah

ini tidak banyak jumlahnya hanya terdiri dari delapan macam, yaitu thaharah, shalat,

puasa, zakat, haji, mengurus jenazah, udhiyah dan aqiqah, zikir dan doa.9

Ibadah jenis ini bersifat ta’abbudi, artinya manusia tidak boleh merubah dan

menambahkannya dengan hal-hal yang baru. Contohnya ketika mengucap takbir

Allahu Akbar dalam shalat sambil mengangkat tangan.

Sedangkan ibadah jenis kedua bersifat sosial yakni hubungan antar sesama

manusia yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, karena itu ulama

____________________________
8
Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1991), Cet ke-4, h. 6.
9
ibid. h. 47.
15

menamakannya dengan ibadah ghairu mahdhah. Ibadah ini banyak sekali jumlahnya

tidak bisa dibatasi, mencakup segala perbuatan baik menurut syara’ yang diniatkan

karena Allah menjadi ibadah. Contoh makan secara lahiriah tidak ada hubungannya

dengan Allah tetapi apabila diniatkan agar kuat beribadah kepada Allah, akan

menjadi amal ibadah dan sebagainya.

Untuk ibadah jenis kedua ini manusia diberi kelonggaran, artinya manusia

boleh merubah dan menambahkannya dengan hal-hal yang baru yang sesuai dengan

kondisi dan situasinya. Islam hanya memberi petunjuk umum dan pengarahan saja.

Misalnya, Islam memerintahkan supaya orang membangun tempat ibadah, tempat

pendidikan, membantu fakir-miskin, orang terlantar dan sebagainya.

Sedangkan pembagian ibadah berdasarkan kurikulum Madrasah Tsanawiyah

terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Ibadah yang merupakan hubungan antara manusia dengan Allah swt yang

meliputi: salat (salat sendiri, berjamaah, salat janazah serta salat sunnah

rawatib), puasa dibulan Ramadhan, zakat, thaharah, shadaqah, aqiqah dan

qurban dan lain-lain.

2. Ibadah yang merupakan hubungan antara manusia dengan manusiua yang

meliputi: perkawinan, warisan , wasiat, perceraian, jual-beli, hutang –piutang,

riba, dan barang temuan.

3. Ibadah yang merupakan hubungan antara manusia dengan lingkungannya

meliputi: memelihara kelestarian alam dan kemakmuran lingkungan, binatang,

makanan dan minuman yang dihalalkan serta diharahmkan.


16

b. Tujuan ibadah

Abbas al-Aqqad, menetapkan dua tujuan pokok ibadah, ialah:

1) Mengingat manusia akan unsur rohani didalam dirinya, yang juga memiliki

kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya.

2) Mengingatkan bahwa dibalik kehidupan yang fana ini, masih ada kehidupan yang

bersifat abadi.

Pendapat yang dikemukakan di atas dapat diselaraskan dengan


menganalisis penjelasan yang di ungkapkan oleh Prof. Dr. Harun Nasution,
yang intinya dia mengatakan bahwa tubuh manusia terdiri dari jasmani dan
rohani. Jasmani karena ia bersifat materi, maka ia memiliki kebutuhan hidup
kebendaan, sedangkan rohani bersifat immateri, maka ia memiliki kebutuhan
spiritual.

Agar terjadi keseimbangan antara jasmani dan rohani, maka kedua unsur itu

perlu diberikan pendidikan dan latihan yang seimbang. Karena pengembangan daya-

daya jasmani saja tanpa dibarengi dengan daya-daya rohani akan membuat hidup

seseorang menjadi pincang dan berat sebelah. Dalam Islam pendidikan dan latihan

rohani yang diperlukan manusia diberikan dalam bentuk ibadah.

Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa ibadah yang

dilakukan manusia, baik dalam bentuk shalat, zakat, puasa, haji dan lain sebagainya

adalah merupakan pendidikan dan latihan rohani agar tetap ingat akan kebesaran dan

keagungan Allah swt, bahkan merasa senantiasa dekat dengan-Nya; dan sekaligus

sebagai pernyataan syukur atas semua nikmat-Nya.


17

Manusia beribadah dengan tujuan berusaha untuk bersikap dan bertingkah

laku yang baik agar mendapat ridho dari Allah swt sebab tujuan akhir dari hidup

manusia dimuka bumi ini adalah untuk mencapai keridhoan-Nya.10

Jadi tujuan akhir dari ibadah yang dilakukan oleh setiap manusia adalah untuk

mencapai keridhoan Allah swt dengan melaksanakan syariat-Nya di muka bumi ini

agar memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.11 Sebagaimana tujuan

Allah swt menciptakan manusia yaitu untuk menyembah dan mengabdi kepada-Nya

yang di tegaskan dalam Firman-Nya sebagai berikut:

ΕΎϳέ΍άϟ΍ ˶ϥϭ˵Ϊ˵Β˸ό˴ϴ˶ϟ͉ϻ˶·˴βϧ˶Ϲ˸΍˴ϭ͉Ϧ˶Π˸ϟ΍˵Ζ˸Ϙ˴Ϡ˴ΧΎ˴ϣ˴ϭ
Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada Ku:. (Q.S. Adz-Dzaariyaat:56)

Dari ayat di atas jelas sekali bahwa manusia dalam hidupnya mengemban

amanah ibadah , baik dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia maupun

alam dan lingkungannya. Dan tujuan akhir ibadah yang dilakukan manusia adalah

untuk mencapai keridhoan Allah swt.

Sedangkan tujuan ibadah dalam presfektif kurikulum Madrasah Tsanawiyah

adalah:

1) Agar siswa dapat menjadi manusia yang taat kepada perintah Allah swt dan

Rasulnya serta bertanggung jawab terhadap masyarakatnya.

2) Mendorong siswa untuk mensyukuri nikmat dari Allah swt.

____________________________
10
A.D. Djazuli, Ilmu Fikih, (Jakarta:Kencana, 2005), h. 31
11
Ibid., h. 27
18

3) Mendorong tumbuh dan menebalnya iman siswa kepada Allah swt.

3. Sumber Ibadah

Ucapan dan perbuatan seorang mukallaf yang diniatkan untuk mencapai ridho

Allah swt dan didasari oleh ketaatan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi

larangan-Nya merupakan ibadah, semua ucapan dan perbuatan mukallaf tersebut

bersumber dari ilmu Fikih sebab ibadah merupakan salah satu objek kajian ilmu

Fikih.12

Perintah beribadah datang dari Allah swt melalui firman-Nya didalam Al-

Qur’an, adapun cara pelaksaannya ditunjukkan oleh Nabi, yang materinya dimuat

dalam ilmu Fikih.13

Tujuan ilmu Fikih adalah menerapkan hukum-hukum syariat terhadap

perbuatan manusia, sehingga ilmu Fikih merupakan sumber atau tempat kembalinya

seorang hakim dalam keputusannya, tempat kembalinya seorang mufti dalam

fatwanya dan tempat kembalinya seorang mukallaf untuk mengetahui hukum-hukum

syara’ yang berkaitan dengan ucapan dan perbuatannya.14

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengamalan Ibadah

Pengamalan ibadah pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

intern dan faktor ekstern.


____________________________
12
Muhammadiyah Djafar, Pengantar Ilmu fikih¸(Jakarta: Kalam Mulia, 1993), Cet ke-1,
h.18
13
Satria Efendi, Pengantar Ushul fiqih dan Ushul Fiqih Perbandingan, (Jakarta: Pustaka
Hidayah, 1993), Cet ke-1, h. 192
14
Totok Jumantoro dan Syamsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Amzah,
2005), Cet ke-1, h. 178
19

a. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri, antara

lain:

1) Kebutuhan manusia akan agama (naluri untuk beragama) yaitu kebutuhan

manusia akan pedoman hidup yang dapat menunjukkan jalan kearah

kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2) Adanya dorongan untuk bersyukur, taat, patuh atau mengabdi kepada Allah,

sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. Hal tersebut sesuai dengan

tujuan penciptaan manusia yang ditegaskan dalam al-Qur’an surat Adz-

Dzaariyaat ayat 56 sebagaimana telah dijelaskan pada halaman sebelumnya.

3) Adanya cita-cita untuk memperoleh kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.

4) Adanya kemauan, keinginan, dorongan (minat) untuk melaksanakan ibadah

dan tetap melaksanakan ibadah tanpa adanya paksaan dari luar.

b. Faktor ekstern yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi seseorang dan merupakan

stimulus yang dapat membentuk dan mengubah pengamalan ibadah seseorang,

hal tersebut dapat dilihat dari:

1) Lingkungan keluarga

Pengaruh kedua orang tua terhadap pengamalan ibadah dalam Islam

sudah lama disadari, orang tua telah diberikan tanggung jawab yang besar

dalam menentukan pengamalan ibadah terhadap anak-anaknya, sehingga

keluarga dapat terhindar dari berbagai macam mala petaka didunia dan

akhirat. Firman Allah swt 


20

ϢϳήΤΘϟ΍ ΍˱έΎ˴ϧ˸Ϣ˵Ϝ˸ϴ˶Ϡ˸ϫ˴΃˴ϭ˸Ϣ˵Ϝ˴δ˵ϔ˸ϧ˴΍΍˸Ϯ˵ϗ΍˸Ϯ˵Ϩ˴ϣ˴΍˴Ϧ˸ϳ˶ά͉ϟ΍Ύ˴Ϭ͊ϳ˴Ύ˴ϳ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka…..”.(Q.S. At-Tahrim:6)

Lingkungan keluarga yang memiliki prilaku beragama yang baik akan

memberikan dukungan yang positif terhadap perkembangan pengamalan

ibadah seseorang.15

2) Lingkungan Institusional

Lingkungan institusional yang berpengaruh terhadap pengamalan

ibadah antara lain adalah lembaga pendidikan.

Sekolah sebagai institusi formal memiliki pengaruh yang besar

terhadap pengamalan ibadah siswa. Pengaruh tersebut terjadi antara lain

karena interaksi antara kurikulum dengan siswa, guru dengan siswa, siswa

dengan siswa atau bisa saja terjadi karena hubungan siswa dengan

sarana/prasarana ibadah di Sekolah, sekolah yang kaya akan aktifitas

keagamaan, memiliki sarana prasarana yang memadai untuk beribadah akan

mendorong siswa untuk beribadah dengan tekun dan baik.16.

3) Lingkungan masyarakat.

Umumnya siswa Madrasah Tsanawiyah banyak menghabiskan

waktunya diluar rumah (Sekolah dan lingkungan masyarakat). Berbeda

____________________________
15
K.M. Asyiq, Ibadah Dalam Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), h. 137
16
Ibid., h. 139
21

dengan di Sekolah dan di rumah umumnya pergulan di masyarakat kurang

memperhatikan disiplin atau aturan yang harus dipatuhi secara ketat.

Namun demikian, kehidupan masyarakat dibatasi oleh norma-norma

dan nilai-nilai yang didukung oleh warganya sehingga dengan demikian setiap

warga berkewajiban untuk mematuhi semua norma-norma dan nilai-nilai

tersebut yang biasanya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama yang dianut

oleh suatu masyarakat.

Disamping itu ada hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pengamalan ibadah

seseorang. Hal-hal lain yang dapat mempengaruhi antara lain adalah surat kabar,

televisi, majalah, buku-buku dan lain-lain.

Dari kedua faktor intern dan ekstern di atas yang dapat mempengaruhi

pengamalan ibadah seseorang, faktor intern yang berupa dorongan, kemauan (minat)

memiliki peranan yang sangat penting bagi setiap perbuatan yang dilakukan oleh

seseorang termasuk didalamnya pengamalan ibadah sebab minat dapat mendorong

seseorang untuk berbuat dan tetap terus melakukan sesuatu, baik minat itu timbul

dengan sendirinya dalam diri seseorang maupun minat yang timbul karena pengaruh

lingkungan dari luar ataupun orang lain sebab dengan kemauan (minat) akan

membuat orang terus melakukan suatu kegitan dan memperoleh hasil yang baik dari

kegiatan yang telah ia lakukan.

B. Minat Belajar Fikih

1. Pengertian Minat Belajar Fikih


22

Minat merupakan suatu landasan yang paling menyakinkan demi keberhasilan

suatu proses belajar. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat

dapat mengerti dan mengingat apa yang ia pelajari, minat adalah tenaga penggerak

yang terpercaya bagi proses belajar.17

Dari segi bahasa minat dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang

tertinggi terhadap sesuatu, gairah atau kenginan.

Menurut Kartini Kartono: “Minat merupakan moment dari kecenderungan-

kecenderungan yang terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap

penting”.18

Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa ”Minat adalah kecenderungan jiwa

terhadap sesuatu karena kita merasa ada kepentingan terhadap sesuatu itu yang

umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu”.19

Menurut Suryabrata bahwa “Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

mengenang dan memperhatikan beberepa objek kegiatan. Objek yang diminati

seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang”.20

Makna minat menurut Crow & Crow “Minat atau interest bisa berhubungan

dengan gaya gerak yang mendorong kita cenderung atau rasa tertarik pada orang,

____________________________
17
Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, terjemah, Bergman Sitorus, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1987), h.78.
18
Kartini Kartono, Teori Kepribadian, (Bandung:Alumni,1980), h. 538
19
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:PT. Al-Ma’arif,
1992), Cet ke-8, h. 79
20
Suryabrata, Dasar-dasar Psikologi Untuk Pendidikan Sekolah, (Jakarta: Prima Karya,
1998), h. 107
23

benda atau kegiatan ataupun bisa juga berupa pengamalan yang efektif yang

dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”.21

Dengan melihat beberapa pengertian minat yang dikemukakan oleh beberapa

ahli di atas terlihat saling melengkapi, sehingga dapat disimpulkan bahwa minat

adalah rasa suka dan perhatian serta ketertarikan seseorang terhadap sesuatu baik

manusia, benda atau kegiatan yang membuat orang tersebut merasa terikat dan

memberikan perhatian penuh terhadap suatu objek yang disukainya tanpa adanya

perintah atau paksaan dari luar.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.22

Menurut Chaplin, yang dikutip oleh Muhibbin Syah mengartikan bahwa

belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat

latihan dan pengalaman. Sedangkan menurut Wittig, belajar adalah perubahan yang

relatif menetap yang terjadi dalam segala macam (keseluruhan) tingkah laku suatu

organisme sebagai hasil pengalaman.23

____________________________
21
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:PT. Tiara Wacana Yogya, 1993),
Cet ke-4, h. 112.
22
Slameto, Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), Cet. ke-4, h. 2.
23
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), Cet. ke-
4, h. 90.
24

Menurut morgan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam

tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.24

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

a. Belajar menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap.

Perubahan tingkah laku ini menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik

maupun psikis, seperti perubahan berpikir, keterampilan, kecakapan,

kebiasaan dan sikap.

b. Perubahan itu pada pokoknya membedakan antara keadaan sebelum individu

berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan belajar.

c. Perubahan itu dilakukan melalui kegiatan, usaha atau praktek yang disengaja.

Sedangkan pengertian fikih menurut bahasa berarti “Pintar, cerdas, faham”.25

Atau pemahaman yang mendalam dan membutuhkan pengerahan potensi akal.26

Menurut istilah banyak definisi yang diberikan oleh para ulama.

Pengertian Fikih menurut syara’ pada mulanya diartikan sebagai pengetahuan

keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa akidah (ushuliyah)

maupun amaliah (Furu’iyah). Ini berarti Fikih sama dengan pengertian syari’ah

Islamiyah. Namun pada perkembangan selanjutnya Fikih merupakan bagian dari

syari’ah islamiyah yaitu pengetahuan tentang hukum syariah islamiyah yang

____________________________
24
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002),
cet. Ke- 18, h. 84.
25
Nasrudi Razak, op.cit., h. 25.
26
Rahmat Syafe’I, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke-1, h. 18
25

berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat (mukallaf)

dan diambil dari dalil yang terperinci.

Ilmu Fikih adalah “mengetahui hukum-hukum syara’ yang berhubungan

dengan perbuatan orang mukallaf, baik perbuatan anggota badan maupun batin.

Seperti hukum wajib, haram, mubah, sah dan tidak sahnya suatu perbuatan itu”. 27

1. Menurut TM. Hasbi Ash-Shiddiqiey bahwa:

˴Ϧ˸ϴ˶ϔ͋Ϡ˴Ϝ˵Ϥ˸ϟ΍˶ϝΎ˴ό˸ϓ˴Ύ˶Α˵ϖ͉Ϡ˴ό˴Θ˴Η˸ϰ˶Θ͉ϟ΍˶ΕΎ˴Β˶Ο΍˴Ϯ˸ϟ΍˴ϭ˴ϕ˸Ϯ˵Ϙ˵Τ˸ϟ΍˵Ϧ͋ϴ˴Β˵ϳ˵Ϣ˸Ϡ˶ό˸ϟ΍˴Ϯ˵ϫ˵Ϫ˸Ϙ˶ϔ˸ϟ˴΍
Artinya: “Fikih adalah ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban
yang berhubungan dengan amalan para mukallaf”.28

2. Selanjutnya TM. Hasbi Ash-Shiddiqiey menukil pengertian Fikih menurut

mazhab Syafi’i:

˴Ϧ˸ϴ˶ϔ͋Ϡ˴Ϝ˵Ϥ˸ϟ΍˶ϝΎ˴ό˸ϓ˴Ύ˶Α˵ϖ͉Ϡ˴ό˴Θ˴Η˸ϰ˶Θ͉ϟ΍˴Δ͉ϴ˶ϋ˸ή͉θϟ΍˴ϡΎ˴Ϝ˸Σ˴ϻ΍˵Ϧ͋ϴ˴Β˵ϳ˸ϰ˶Θ͉ϟ΍˵Ϣ˸Ϡ˶ό˸ϟ΍˴Ϯ˵ϫ˵Ϫ˸Ϙ˶ϔ˸ϟ˴΍
˶Δ͉ϴ˶Ϡ˸ϴ˶μ˸ϔ͉Θϟ΍Ύ˴Ϭ˶Θ͉ϟ˶Ω˴΃˸Ϧ˶ϣ˶Δ˴τ˶Β˸Ϩ˴Θ˸δ˵Ϥ˸ϟ΍
Artinya: “Fikih adalah ilmu yang menerangkan segala hukum syara’
yang berhubungan dengan perbuatan para mukallaf yang
dikeluarkan (diistinbatkan) dari dalil-dalil yang tafshili”.29

Mempelajari Fikih diperintahkan Allah swt dan rasul-Nya, karena Fikih

merupakan bagian dari ilmu agama. Allah swt memerintahkan kepada manusia agar

diantara mereka ada yang meninggalkan kampung halaman untuk memperdalam

____________________________
27
H. Muhammad Rifa’I, Ushul Fiqih, (Semarang: Wicaksana, 1998), h. 7.
28
T.M. Hasbi Ash-Shiddiqiey, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000),
Cet. Ke- 11, h. 2.
29
Ibid., h. 25 – 26.
26

masalah agama, supaya mereka memberikan pengajaran kepada masyarakat tentang

agama. Firman Allah swt:

΍Ϯ˵Ϭ͉Ϙ˴ϔ˴Θ˴ϴ˶ϟ˲Δ˴ϔ˶΋΂˴σ˸Ϣ˵ϬϨ˶ϣ˳Δ˴ϗ˸ή˶ϓ͋Ϟ˵ϛϦ˶ϣ˴ή˴ϔ˴ϧ˴ϻ˸Ϯ˴Ϡ˴ϓ˱Δ˴ϓ΂˴ϛ΍ϭ˵ή˶ϔ˸Ϩ˴ϴ˶ϟ˴ϥϮ˵Ϩ˶ϣ˸Ά˵Ϥ˸ϟ΍˴ϥΎ˴ϛΎ˴ϣ˴ϭ
˴ϥϭ˵έ˴ά˸Τ˴ϳ˸Ϣ˵Ϭ͉Ϡ˴ό˴ϟ˸Ϣ˶Ϭ˸ϴ˴ϟ˶·΍Ϯ˵ό˴Ο˴έ΍˴Ϋ˶·˸Ϣ˵Ϭ˴ϣ˸Ϯ˴ϗ΍ϭ˵έ˶άϨ˵ϴ˶ϟ˴ϭ˶Ϧϳ͋Ϊϟ΍ϲ˶ϓ
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi tiap-tiap golongan diantara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-
Taubah:122)

Sabda Rasulullah saw:

˶Ϧ˴Ϥ˸Σ͉ήϟ΍˶Ϊ˸Β˴ϋ˵Ϧ˸Α΍˵Ϊ˸ϴ˴Ϥ˵Σ˴ϝΎ˴ϗ˴ϝΎ˴ϗ˳ΏΎ˴Ϭ˶η˶Ϧ˸Α΍˶Ϧ˴ϋ˴β˵ϧ˸Ϯ˵ϳ˸Ϧ˴ϋ˳ΐ͉ϫ˴ϭ˵Ϧ˸Α΍Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ
˵Ϳ΍˶Ϊ˸ϳ˶ή˵ϳ˸Ϧ˴ϣ˴Ϣ͉Ϡ˴γ˴ϭ˶Ϫ˸ϴ˴Ϡ˴ϋ˵Ϳ΍ϰ͉Ϡ˴λ˷˶ϰ˶Β͉Ϩϟ΍˵Ζ˸ό˶Ϥ˴γ˵ϝ˸Ϯ˵Ϙ˴ϳΎ˱Β˸ϴ˶τ˴Χ˴Δ˴ϳ˶ϭΎ˴ό˵ϣ˵Ζ˸ό˶Ϥ˴γ
ϢϠδϣϭϯέΎΨΑϩ΍ϭέ ˶Ϧ˸ϳ˷˶Ϊϟ΍ϰ˶ϓ˵Ϫ˵Ϭ˷˶Ϙ˴ϔ˵ϳ΍˱ή˸ϴ˴Χ˶Ϫ˶Α
Artinya: Diriwayatkan oleh Ibnu Wahhab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata:
berkata Humaid ibnu Abdirrahman mendengar Mu’awiyah di dalam
khutbahnya ia berkata: Aku mendengar Rasulululah saw telah bersabda:
barangsiapa yang dikehendaki Allah akan diberikannya kebajikan dan
keutamaan, niscaya diberikan kepadanya keluasaan faham dalam
agama”.(HR. Bukhari dan Muslim).

Dari pengertian-pengertian di atas penulis melihat antara definisi yang satu

dengan lainnya memiliki titik persamaan bahwa Fikih adalah ilmu yang menerangkan

hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf yang

diistinbatkan dari dalil-dalil yang tafshili.

Jadi yang dimaksud dengan minat belajar Fikih adalah kecenderungan untuk

selalu mengingat dan memperhatikan secara terus menerus terhadap ilmu yang

menerangkan tentang segala hak dan kewajiban seorang mukallaf (ilmu fikih) yang
27

disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikannya

dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap

2. Jenis-jenis Minat.

Minat merupakan suatu karakterisrik efektif yang dapat mempengaruhi proses

belajar mengajar, sehingga dapat dilihat langsung hasilnya antara siswa yang

berminat dan tidak berminat.. ditinjau dari timbulnya minat didalam proses belajar

mengajar terdapat 3 macam minat, yaitu:

a. Minat volunter, minat ini adalah proses minat yang timbul dengan sendirinya dari

pihak pelajar tanpa ada pengaruh dari luar.

b. Minat involunter, minat ini adalah minat yang timbul dari dalam diri pelajar

dengan pengaruh situasi yang diciptakan oleh pengajar (guru).

c. Minat non volunter, minat ini adalah minat yang timbul secara sengaja atau

diharuskan oleh para guru sehingga minat dalam diri siswa itu yang sebelumnya

tidak ada menjadi ada30.

Dari ketiga jenis minat tersebut dapat dilihat bahwa minat volunter merupakan

minat yang tumbuh dengan sendirinya dalam diri siswa tanpa adanya pengaruh dari

pihak pengajar. Minat ini timbul bukan karena adanya faktor dari luar atau pengajar

akan tetapi minat itu timbul karena siswa tersebut suka membacaatau karena rasa

keingintahuan yang besar terhadap suatu bidang atau objek.

____________________________
30
Muhammad Surya, Karakteristik Pelajar Dalam Proses Belajar, (Bandung:Media
Pembinaan No.24,2000), h. 36.
28

Adapun minat involunter timbul karena situasi yang diciptakan oleh guru.

Siswa akan merasa berminat apabila ia merasa senang dengan proses pembelajaran

dan situasi yang menyenangkan yang diciptakan oleh guru. Sebaliknya, apabil guru

tersebut tidak dapat menciptakan situasi yang menyenangkan dalam proses belajar

mengajar maka minat siswa akan menjadi berkurang.

Sedangkan minat non volunter, merupakan minat yang timbul karena adanya

keharusan dari luar, minat ini timbul dalam diri siswa karena ia merasa harus

menyukai sesuatu hal tersebut sebab itu merupakan suatu keharusan baginya.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat

Minat sebagai salah satu faktor internal psikologis yang mempengaruhi

kualitas pencapaian hasil belajar, minat tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi

banyak faktor yang memyebabkan minat dalam diri siswa itu timbul terhadap

beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh guru bidang studi. Beberapa faktor yang

mempengaruhi minat antara lain:

a. Motivasi

Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang

bersifat internal maupun eksternal. Menurut D.P. Tampubolon, “Minat

merupakan perpaduan antara keiginan yang dapat berkembang jika ada

motivasi”.31

____________________________
31
D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak,(Bandung: Angkasa,
1993), Cet ke-1,h. 41.
29

Seorang siswa yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan tentang agama

Islam misalnya, tentu saja akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku

tentang agama Islam, mendiskusikannya dan sebagainya.

b. Belajar

Minat dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar siswa yang

semula tidak menyenangi suatu pelajaran tertentu lama kelamaan disebabkan

bertambahnya pengetahun mengenai pelajaran tersebut, minat pun akan tumbuh

sehingga ia akan lebih giat lagi mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Singgih D. Gunarsa, bahwa “Minat

akan timbul dari sesuatu yang kita sukai dan kita dapat mengetahui sesuatu

dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang

minat”.32

c. Bahan Pelajaran.

Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh

siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik

minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa sebagaimana yang

dikemukakan oleh Slameto bahwa “Minat mempunyai pengaruh yang sangat

besar terhadap belajar, krena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai

____________________________
32
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1989), Cet ke-3,
h. 68.
30

dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena

tidak ada daya tarik baginya”.33

d. Guru

Guru juga termasuk salah satu objek yang dapat merangsang dan

membangkitkan minat belajar siswa. Guru yang berhasil membina kesediaan

belajar murid-murudnya, berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang

dapat dilakukan demi kepentingan murid-muridnya.34

Guru yang baik, pandai, ramah dan disiplin serta disenangi banyak murid-

murid sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat siswa, sebaliknya

guru yang memiliki sikap yang buruk tidak disukai oleh murid, akan sulit untuk

merangsang perhatian dan minat dalam diri siswa.

e. Keluarga

Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenya

keluarga sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat dalam diri siswa

terhadap pelajaran sebagaimana yang diungkapkan oleh Abd. Rachman Abror

bahwa “tdak semua siswa memulai studi barunya karena faktor minatnya sendiri,

ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tertentu karena

pengaruh dari gurunya, teman sekelasnya atau orang tuanya”.35

____________________________
33
Slameto, op.cit., h.59.
34
Kurt Singer, op.cit., h. 93.
35
Abd. Rachman Abror, Op.Cit., h. 113.
31

f. Teman Sepergaulan

Melalui pergaulan, seorang siswa akan dapat terpengaruh arah minatnya,

karena teman-teman pergaulannya. Seseorang yang bergaul dengan teman-teman

yang memiliki minat, pemahaman dan pengamalan agama yang baik akan

mempengaruhi minat keagamaannya sebaliknya seseorang yang bergaul dengan

teman-teman yang tidak memiliki minat, pemahaman dan pengamalan agama

yang baik bahkan terbiasa melanggar aturan-aturan agama maka akan

mempengaruhi minat keagamaanya. Sehingga ia melakukan hal-hal yang serupa

dengan teman-teman sepergaulannya.

4. Indikator Minat

Ada beberapa indikator minat yang dapat dikenali atau dilihat melalui proses

belajar di kelas maupun di rumah, diantaranya”

a. Perasaan Senang.

Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran maka ia akan memiliki

perasaan senang terhadap mata pelajaran tersebut. Siswa yang berminat terhadap

mata pelajaran Fikih , ia akan merasa senang dalam mempelajarinya. Ia akan rajin

belajar dan terus mempelajari semua materi yang berhubungan dengan mata

pelajaran Fikih. Ia mengikuti pelajaran dengan antusias tanpa ada beban paksaan

dalam dirinya.
32

b. Perhatian dalam Belajar

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa seseorang terhadap

pengamatan, pengertian ataupun yang lainnya dengan mengesampingkan hal lain

selain daripada hal itu. Jadi siswa yang memiliki perhatian dalam belajar jiwa dan

pikirannya terfokus pada apa yang dipelajarinya.

c. Pengetahuan

Selain dari perasaan senang dan perhatian untuk mengetahui berminat atau

tidaknya seorang siswa terhadap suatu mata pelajaran dapat dilihat dari

pengetahuan yang dimilikinya. Siswa yang berminat terhadap suatu mata

pelajaran maka ia akan memiliki pengetahuan yang luas tentang mata pelajaran

tersebut. Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran Fikih maka

pengetahuannya tentang Fikih akan lebih luas disbanding siswa yang tidak

berminat terhadap mata pelajaran Fikih.

5. Peran Minat Belajar Fikih Dalam Pengamalan Ibadah

Sebagai salah satu aspek kejiwaan minat memiliki peranan yang sangat

penting dalam setiap sikap dan tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang. Minat

dapat membuat seseorang dapat memperoleh atau bahkan tetap melakukan sesuatu

dengan baik, dengan adanya minat pada suatu objek tertentu akan membuat seseorang

merasa senang dalam melakukan hal tersebut. Minat erat kaitannya dengan perasaan,

terutama perasaan senang karena dapat dikatakan minat itu terjadi karena adanya
33

sikap senang , seseorang yang berminat kepada sesuatu berarti ia senang kepada

sesuatu itu.36

Jika seseorang telah memiliki minat terhadap suatu objek tertentu maka ia

akan terdorong untuk memperoleh sesuatu yang ia senangi dan terus melakukannya

dengan tekun. Minat dapat berpengaruh terhadap kualitas pencapaian hasil yang baik

dari setiap kegiatan atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.

Dalam buku psikologi pendidikan diungkapkan bahwa Minat berperan

sebagai pendorong seseorang “Motivating force” untuk berbuat atau berusaha dalam

mencapai sesuatu”.37

Minat sangat mempengaruhi corak perbuatan manusia yang akan

diperlihatkan kepada orang lain, sekalipun seseorang mampu untuk melakukan suatu

perbuatan tetapi jika ia tidak memiliki minat terhadap objek yang akan ia lakukan

maka ia tidak akan dapat melakukan perbuatan tersebut dengan tekun dan juga tidak

akan memperoleh hasil yang baik dari perbuatan yang telah ia lakukan.38

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu, minat dapat mempengaruhi kualitas hasil

pencapaian tujuan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.39

Minat memiliki kaitan yang erat dengan tindakan (pengamalan), perbuatan

seseorang sebab minat sangat mempengaruhi corak perbuatan yang ditunjukkan oleh
____________________________
36
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet ke-2,
h. 85.
37
M. Alisuf Sabri, op.cit., h. 124.
38
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Jakarta: Pustaka Setia, 2003), h. 246.
39
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2003), h. 151.
34

seseorang kepada orang lain. Seseorang tidak dapat melakukan suatu kegiatan atau

tindakan dengan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari perbuatan yang ia

lakukan tanpa adanya minat didalam dirinya.

Sedangkan yang dimaksud dengan minat belajar Fikih adalah kecenderungan

untuk selalu mengingat dan memperhatikan secara terus menerus terhadap mata

pelajaran Fikih yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan

mempelajarinya serta membuktikannya dalam perubahan tingkah laku atau sikap

yang sifatnya menetap.

Dalam hubungannya dengan usaha pembinaan terhadap nilai-nilai pendidikan

khususnya pendidikan agama Islam, maka minat belajar Fikih memiliki peranan yang

sangat besar dan urgent sekali, bahkan dapat menentukan keberhasilan yang hendak

dicapai.40

Maka kaitannya dengan pengamalan ibadah, minat belajar Fikih berperan

sebagai salah satu faktor pendorong siswa untuk mempelajari mata pelajaran Fikih

dengan tekun sehingga pada akhirnya siswa tersebut akan memperoleh prestasi yang

memuaskan yang ditandai bukan hanya dengan nilai yang baik akan tetapi juga

adanya perubahan tingkah laku melalui pengamalan terhadap isi materi pelajaran

yang mereka pelajari. Siswa yang memiliki minat belajar Fikih akan terus terdorong

melakukan ibadah dalam keadaan bagaimanapun, sebab pengamalan ibadah

merupakan salah satu bukti keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran

Fikih selain prestasi (nilai) yang baik, berbeda dengan siswa beribadah tanpa adanya
____________________________
40
Abd. Rahman Saleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Bandung: Jemmars, 1980), h. 90.
35

minat khususnya minat pada mata pelajaran Fikih dalam dirinya maka mereka hanya

tergerak untuk mau beribadah tetapi sulit untuk bisa terus tekun beribadah dengan

baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari karena tidak ada pendorongnya.

Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran

khususnya mata pelajaran Fikih akan terdorong untuk mempraktekkan dan

membuktikan ilmu yang dipelajarinya. Kaitan minat belajar Fikih dan pengamalan

ibadah adalah bahwa minat belajar Fikih merupakan salah satu faktor pendorong

siswa untuk mau melaksanakan pengamalan ibadah dengan tekun serta baik dan

benar sesuai dengan materi pelajaran Fikih yang mereka pelajari di sekolah.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau

sifat yang berdiri sendiri-sendiri.1 Dalam penelitian ini ada dua variabel yang

dijadikan acuan. Pertama variabel minat belajar Fikih yang disebut Independent

Variabel yaitu variabel bebas (x) yang memberikan pengaruh terhadap variabel lain.

Minat belajar Fikih sebagai Independent Variabel karena minat belajar Fikih

merupakan variabel bebas yang dapat memberikan pengaruh terhadap variabel

pengamalan ibadah. Minat belajar Fikih yang dimaksud adalah kecenderungan untuk

selalu mengingat dan memperhatikan secara terus menerus terhadap mata pelajaran

Fikih yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajarinya serta

membuktikannya dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap.

Kedua adalah variabel pengamalan ibadah yaitu variabel terikat (y) yang disebut

dependent variabel yaitu variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas (x).

Pengamalan ibadah sebagai variabel terikat atau Dependent variabel karena

pengamalan ibadah merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Pengamalan ibadah yang dimaksud adalah perbuatan seseorang yang menyatakan

____________________________
1
Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993),
Cet ke-1, h. 25.

36
37

bakti kepada Allah swt yang didaasrkan atas keimanan atau keyakinan terhadap

agamanya dan diaktualisasikan dalam sikap dan perbuatan hidupnya.

Variabel minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fikih merupakan

variabel x yang terdiri dari perasaan senang, perhatian dan pengetahuan siswa tentang

mata pelajaran Fikih. Adapun pengamalan ibadah merupakan variabel y yang terdiri

dari sikap dan tingkah laku (perbuatan) siswa dalam menjalankan ajaran agama.

Tabel 1

Daftar Variabel Penelitian

Nomor
No Variabel Idikator Variabel Jumlah Item
Item
1 Pengamalan 1. Keaktifan siswa melaksanakan 1, 2, 3, 4,
Ibadah Siswa shalat lima waktu 5, 6, 7, 8,
2. Melaksanakan ibadah puasa di 9, 10, 11,
bulan Ramadhan 20 12, 13, 14,
3. Melaksanakan zakat fitrah 15, 16, 17,
4. Melaksanakan makna yang 18, 19 dan
terkandung didalam dua kalimat 20
syahadat
5. Gemar atau senang beribadah
6. Melaksanakan ibadah sebagai
suatu kebutuhan

2 Minat Belajar 1. Kehadiran siswa di kelas 21, 22, 23,


Siswa 2. Pelaksanaan tugas-tugas dari 24, 25, 26,
Terhadap guru 27, 28, 29,
38

Mata 3. Keaktifan siswa 15 30, 31, 32,


Pelajaran 4. Menyukai Pelajaran Fikih 33, 34 dan
Fikih 5. Pengetahuan materi Fikih 35
6. Arti penting materi pelajaran
Fikih bagi siswa

Untuk mengukur variabel minat belajar Fikih digunakan skala sikap, dengan

menyediakan alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju

(TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Sesuai dengan judul skripsi ini maka penelitian akan dilakukan di lokasi

Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 09 Oktober 2006 sampai dengan 14

Oktober 2006.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa/siswi Madrasah

Tsanawiyah Al-Falak Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor yang berjumlah 400

siswa untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:


39

Tabel 2
Jumlah Populasi dalam Penelitian
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
I 76 71 147
II 58 78 136
III 40 77 113
Jumlah 174 226 400

2. Sampel

Dari populasi 400 orang ini penulis mengambil 15% nya yaitu 60 orang.

pengambilan 15% ini sebagai sampel penelitian berdasarkan pendapat Suharsimi

Arikunto, yaitu: “Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya

lebih besar dapat diambil 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih”.2

Penarikan sampel ini dilakukan dengan random sampling (penarikan secara

acak). Adapun yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi

kelas I, II dan III Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Kecamatan Ciomas Kabupaten

Bogor. (lihat lampiran1)

Tabel 2
Jumlah Sampel Penelitian

Sampel
No Kelas Populasi
Laki-laki Perempuan
1 I, II dan III 400 orang 30 30

Jumlah 400 60

____________________________
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta, 1993), h. 107
40

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam pengumpulan data, digunakan alat pengumpul data sebagai

berikut:

1. Observasi

Yang dimaksud dengan observasi adalah suatu pengamatan terhadap

gejala-gejala, peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang dapat dilihat dengan

mata dan dapat dirasakan dengan indera-indera yang lain yang dilakukan di

lingkungan Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Kabupaten Bogor. Observasi

dilakukan secara langsung dilapangan, tanpa melalui perantara untuk mengamati

keadaan yang sesungguhnya. Dalam objek ini penulis juga mengadakan

pencatatan mengenai keadaan siswa, guru, karyawan serta data-data yang lain.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dalam bentuk dialog langsung dengan Kepala

Madrasah Tsanawiyah untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian

dan dialog dengan guru mata pelajaran Fikih untuk mengetahui hal-hal yang

berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar Fikih yang dihadapi (lihat lampiran 2

dan 3)

3. Angket

Angket dilakukan setelah pengumpulan data dengan teknik observasi dan

wawancara, kemudian peneliti menyebarkan angket. Angket disebarkan kepada

siswa-siswi kelas I, II dan III Madrasah Tsanawiyah Al-Falak yang menjadi


41

sampel dalam penelitian ini. “Angket merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber-sumber data”.3

Angket yang disebarkan untuk variabel pengamalan ibadah sebanyak 20 item

dan untuk variabel minat belajar Fikih sebanyak 15 item.(lihat lampiran 4)

E. Teknik Pengolahan Data.

Dalam pengolahan data penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan kejelasan angket/ kuisioner yang

berhasil dikumpulkan.

2. Skoring, yaitu semua pernyataan angket akan ditabulasikan dengan skor nilai

setiap itemnya, dengan cara jawaban yang berupa huruf akan di rubah menjadi

angka, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3
Skor dan Alternatif Jawaban Untuk
Variabel Pengamalan Ibadah
Alternatif Jawaban Skor
Positif Negatif
Selalu 4 1
Sering 3 2
Kadang-kadang 2 3
Tidak Pernah 1 4

____________________________
3
I. Jumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah, (Bandung :CV. Lima,
1998), h. 55
42

Tabel 4
Skor dan Alternatif Jawaban Untuk
Variabel Minat Belajar Fikih
Skor
Alternatif Jawaban
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4

3. Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang berhasil dikumpulkan

kedalam tabel-tabel.(lihat lampiran 4)

F. Teknik Analisa Data

1. Untuk menganalisa setiap variabel yang digunakan penulis menggunakan

teknik analisa secara deskriptif dengan menggunakan rumus prosentase

sebagai berikut:

P
F
x100%
N
Keterangan:

P = Prosentase

F = Frekuensi Jawaban Responden

N = Jumlah Responden

2. Kemudian untuk menggolongkan (mengklasifikasikan) pengamalan ibadah

dan minat belajar Fikih siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor,

penulis membuat kriteria penggolongan pengamalan ibadah dan minat yang


43

didasarkan atas skor akhir angket yang diperoleh masing-masing siswa, yaitu

sebagai berikut:

Posisi Pengamalan
Perolehan Skor Keterangan
Ibadah
70 – 80 I Sangat Tinggi
55 – 69 II Tinggi
45 – 54 III Sedang
35 – 44 IV Rendah
20 – 34 V Sangat Rendah

Posisi Minat
Perolehan Skor Keterangan
Belajar Fikih
51 – 60 I Tinggi
31 – 50 II Sedang
20 – 30 III Rendah

3. Untuk mengetahui koefisien korelasi antara dua variabel yang digunakan

dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisa korelasional. Teknik

analisa korelasional adalah teknik analisa statistik mengenai hubungan antara

dua variabel4. Adapun rumus yang digunakan untuk mengolah data tersebut

adalah rumus “product moment”

Rumus tersebut adalah sebagai berikut:

____________________________
4
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet ke-2 h. 191
44

N . XY   X . Y
N . X 
  X  . N . Y 2   Y  
rxy =
2 2 2

Keterangan: r x y : Angka indeks korelasi “r” product moment

N : Number Of Cases

 x : Jumlah keseluruhan skor x

 y : Jumlah keseluruhan skor y

 xy : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y

G. Teknik Interpretasi Data

Setelah mengetahui koefisien korelasi, selanjutnya memberikan interpretasi

terhadap hasil analisa data tersebut:

1. Interpretasi kasar atau sederhana yaitu dengan mencocokkan hasil perhitungan

dengan indeks korelasi “r” product moment seperti dibawah ini:

0,00 – 0,20 : Sangat lemah atau sangat rendah sehingga dianggap tidak ada

korelasi antara variabel x dan y

0,20 – 0,40 : Antara variabel x dan y terdapat korelasi lemah atau rendah

0,40 – 0,70 : Antara variabel x dan y terdapat korelasi sedang atau cukup

0,70 – 0,90 : Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90 – 1,00 : Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sangat kuat atau

sangat tinggi
45

2. Interpretasi menggunakan nilai “r” yaitu df= N – nr hasilnya dikonsultasikan

pada tabel nilai “r” product moment dari person untuk taraf df signifikansi 5

% (lihat lampiran 5)

H. Hipotesis

Setelah penulis melakukan teknik pengumpulan data melalui observasi,

wawancara dan angket, data yang berhasil dikumpulkan oleh penulis kemudian diolah

melalui tahapan editing, skoring dan tabulating. Kemudian untuk mengatahui

koefisien korelasi antara dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini penulis

memasukkan hasil penjumlahan skor angket kedalam rumus “r” product moment.

Setelah angka korelasinya diketahui penulis kemudian mencocokkannya dengan tabel

nilai “r” product moment sehingga dapat diketahui apakah terdapat hubungan yang

signifikan antara variabel pengamalan ibadah dan variabel minat belajar Fikih atau

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pengamalan ibadah dan

variabel minat belajar Fikih.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan kedalam suatu hipotesis

sebagai berikut:

Hipotesa Alternatif (Ha) = Adanya hubungan yang signifikan antara pengamalan

ibadah dan minat belajar Fikih siswa Madrasah

Tsanawiyah Al-Falak Bogor.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Yayasan Pendidikan Al-Falak Bogor

1. Sejarah Berdiri Yayasan Al-Falak dan Perkembangannya

Yayasan pendidikan Al-Falak berdiri pada tahun 1901, pada awal berdiri

yayasan ini hanya menyelenggarakan pendidikan non formal yaitu memberikan

pengajaran ilmu agama dalam bentuk pengajian (sistem pendidikan pondok

pesantren) dan metode pengajaran yang digunakan adalah Sorogan dan Balaghan

atau disebut juga dengan istilah Bandongan.

Pendiri yayasan Al-Falak adalah KH. Tb. Muhammad Falak Abbas, nama

kecil beliau adalah Abd. Halim-Abd. Harits. Nama Muhammad Falak beliau peroleh

dari gurunya di Mekkah karena kemahirannya dalam penguasaan ilmu Falak dan

nama itulah yang nantinya diambil sebagai nama yayasan oleh keturunan beliau. KH.

Tb. M. Falak Abbas berasal dari desa Sabi, Pandeglang Banten, yang lahir pada tahun

1258 H (1842 M) dan meninggal dunia tahun 1392 H (19 Juli 1972 M) berdasarkan

catatan ini pendiri yayasan Al-Falak meninggal dunia setelah mencapai usia 134

tahun menurut perhitungan tahun Komariyah atau 130 tahun menurut perhitungan

tahun Syamsiyah Yayasan Al-Falak berlokasi di kampung Pagentongan Desa Gunung

Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor berjarak lebih kurang 9 km dari pusat

kota Bogor.

46
47

Pada tahun 1928 yayasan Al-Falak mulai mendirikan lembaga pendidikan

formal yaitu madrasah Diniyah yang hanya memuat materi pelajaran agama saja tapi

kemudian pada tahun 1962 materi pelajaran yang diberikan di madrasah Diniyah Al-

Falak tidak hanya berupa materi pelajaran agama saja, pelajaran umum pun diberikan

kepada para siswanya.

Kemudian pada tahun 1963 yayasan Al-Falak baru mendapatkan bantuan dari

pemerintah. Kyai Syaifuddin Zuhri, Menteri Agama RI, langsung menghadiri

pembukaan berdirinya bangunan asrama untuk santri yayasan Al-Falak

Perintisan yang telah dimulai sebelumnya untuk mengadakan pengajaran bagi

anak-anak yang seusia dikalangan santri, diberikan pula pengetahuan umum. Maka

kemudian pada tahun 1964 sejak tersedianya sarana, bangunan baru itu melembaga

yayasan ini menyelenggarakan pendidikan tingkat sekolah dasar dan menengah

lanjutan tingkat pertama yang diberi nama SDI dan SMPI Al-Falak yang diresmikan

oleh gubernur Jawa Barat yang saat itu dijabat oleh Bpk. Purn. Jend. Mashudi, tahun

1967 yayasan Al-Falak menyelenggarakan lembaga pendidikan yang disebut dengan

SP IAIN (sekolah persiapan masuk ke IAIN) dan ini hanya berlangsung selama 3

tahun. Pada tahun 1968 SDI dan SMPI Al-Falak dialih fungsikan menjadi PGAN

(Pendidikan Guru Agama Negeri) 6 tahun Fi’liyal Pagentongan Bogor .

Pada SDI perbandingan antara pelajaran umum dan pelajaran agama adalah

50% : 50% dan pada PGAN 6 tahun adalah 60% : 40% hal ini dapat dilihat jelas pada

tabel I dan II tentang daftar mata pelajaran yang diberikan kepada siswa SDI dan

PGAN Al-Falak berikut ini:


48

Tabel 1
Daftar Mata Pelajaran
SDI/Madrasah Ibtidaiyah Yayasan Al-Falak1

No Mata Pelajaran I II III IV V VI


A Pelajaran Agama
1 Al-Qur’an 3 3 2 2 2 1
2 Hadits - - - 1 1 1
3 Tarjamah - - - 1 1 1
4 Tauhid 2 2 2 2 2 1
5 Fiqih - - 3 2 2 2
6 Tarikh - - 2 2 2 2
7 Akhlak 3 3 2 2 2 2
8 Muhadatsah/Muthola’ah - - 2 2 2 2
9 Nahwu/Sharaf - - - - - 1
10 Khot/Imla 3 3 2 1 1 1
11 Insya’ - - - - - 1
12 Hisab 1 1 1 1 1 1
Jumlah 12 12 16 16 16 16
B Pelajaran Umum
1 Berhitung 2 2 2 2 2 2
2 Pendidikan Jasmani 2 2 2 2 2 2
3 Sejarah - - 1 1 1 1
4 Ilmu Hayat/Kesehatan 1 1 1 1 1 1
5 Ilmu Bumi - - - 1 1 1
6 Ilmu Pengetahuan Alam 1 1 1 1 1 1
7 Bahasa Daerah 1 1 1 1 1 1
8 Menulis 2 2 1 1 1 1
9 Menggambar 1 1 1 1 1 1
10 Seni Suara 1 1 1 1 1 1
11 Prakarya 1 1 1 1 1 1
12 Kepramukaan - - 1 1 1 1
Jumlah 24 24 32 32 32 32

____________________________
1
LP3ES, Profil Pesantren, (Jakarta:LP3S, 1982), Cet ke-3, h. 58-59
49

Pada tahun 1979 istilah PGAN Fi’liyal Pagentongan Bogor di ubah menjadi

MTs. N Fi’liyal Bogor hal ini sesuai dengan SK. Menteri agama saat itu. Kemudian

tahun 1983 PGAN tidak lagi menerima siswa baru dan tahun 1985 yayasan Al-Falak

mulai menyelenggarakan pendidikan Aliyah Al-Falak Bogor atau setingkat dengan

SLTA yang statusnya Diakui sampai dengan sekarang.

Pada tahun 1993 MTs. N Fi’liyal Bogor tidak lagi membuka penerimaan

siswa baru, sebab dimulai dari tahun 1993 sampai sekarang nama MTs. N Fi’liyal

Bogor diubah menjadi Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor, perubahan nama ini

sejalan juga dengan perubahan status madrasah tsanawiyah Al-Falak yang pada

mulanya bersatus negeri kemudian berubah statusnya menjadi lembaga pendidikan

yang dikelola oleh badan milik swasta dalam hal ini dikelola oleh keturunan Tb. M.

Falak Abbas sebagai pendiri pertama yayasan ini.2

Pada tahun ajaran 1996/1997 Madrasah Tsanawiyah Al-Falak mengalami

kemajuan baik secara kualitas maupun kuantitas. Dengan kemajuan ini, tidak

mengalami kesulitan untuk mengikuti ujian negara yang diselenggarakan oleh

Departemen Agama. Dengan adanya ujian negara ini maka ijazah Madrasah

Tsanawiyah memiliki status yang sama dengan ijazah SLTP. Hal ini sesuai dengan

keputusan bersama tiga menteri Nomor 6 tahun 1975 No: 037/u/1975 dan No. 37

tahun 1975 tentang peningkatan mutu pendidikan menyatakan, bahwa:

____________________________
2
Drs. H. Achmad Hasbullah, Ketua Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Al-Falak Bogor,
Wawancara Pribadi,Bogor, 15 Oktober 2006
50

a. Ijazah madrasah memiliki nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum yang

setingkat

b. Ijazah madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum yang setingkat lebih tinggi

c. Siswa madrasah dapat pindah ke sekolah umum yang setingkat.3

Yayasan pendidikan Al-Falak berdiri di atas tanah seluas 3800 M dengan luas

bangunan 623 M serta luas halaman sekolah 761 M, tanah tersebut merupakan wakaf

dari pendiri yayasan Al-Falak yaitu Tb. M. Falak Abbas.

Adapun batas-batas wilayah yayasan pendidikan Al-Falak adalah sebagai

berikut:

a. Sebelah Utara Desa Loji

b. Sebelah Selatan Desa Sindang Barang

c. Sebelah Barat Kali Ciomas

d. Sebelah Timur Desa Hegarmanah

Visi dari yayasan Al-falak ini adalah “Unggul dalam mutu setiap lulusan yang

Islami” sedangkan misi dari yayasan Al-Falak adalah sebagai berikut

a. Menciptakan prilaku peserta didik yang Islami

b. Meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar di Madrasah

c. Menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat terhadap keberadaan

madrasah

____________________________
3
M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Di Lingkungan Sekolah dan Keluarga,
(Jakarta: Bulan Bintang, 2002), h. 24
51

2. Struktur Organisasi Yayasan Al-Falak

Untuk membina pendidikan dilingkungan pesantren Al-Falak yang

mengalami diferensiasi yaitu dengan mempertahankan sistem tradisional dalam

bentuk pengajian dan sistem klasikal dalam bentuk Sekolah maka didirikanlah

yayasan sosial dan lembaga pendidikan Islam Al-Falak yang disingkat yayasan Al-

Falak, adapun susunan pengurus lama hanya terdiri dari ketua yayasan yang saat itu

dijabat oleh H. Sholeh Thohir beliau adalah cucu dari Tb. M. Falak Abbas pendiri

yayasan Al-Falak sedangkan yang menjabat sebagai bendahara adalah Ajun

Komisaris Polisi (Pensiunan) Toto Suryadinata, beliau merupakan tenaga penting

yang berada diluar lingkungan pesantren.

Susunan Pengurus Yayasan Al-Falak Yang Baru Adalah Sebagai Berikut:

Ketua Lembaga : Drs.KH.Tb. Achmad Hasbullah

Ketua Yayasan : H. Tb. AF. Badru Zaman

Sekretaris : Muhammad Tegap Pratama

Bendahara : Mad Iyus

Pembantu : 1. H. komarudin Lc

3. Dra.Hj.Rt. Iis Syarifah

4. Drs. Koharudin

Kemudian struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah Al-Falak dan personil-

personilnya adalah sebagai berikut

1. Ketua LP3AF : Drs. H. Achmad Hasbullah

2. Kepala Madrasah : AF. Badru Zaman


52

3. Ketua Komite Madrasah : Amin Fasha

4. Kaur. Tata Usaha : Syaeful Rahman S.Ag

5. Bidang Kurikulum : Barnas. C

6. Bidang Kesiswaan : Dra. Hj. Iis Syarifah

7. Bidang Umum : Komarudin Lc

8. Bidang Humas : Drs. Nahrawi Nafis


Ketua LP3AF
Drs. KH. Achmad Hasbullah

Instansi Lain Kamad Komite Madrasah


KKM / MAPENDA AF. Badru Zaman Amin Fasha

Bendahara Kaur Tata Usaha


Drs.Hubji Zaman Saeful Rahman SA.g

Wakep. Bid. Kurkulum Wakep. Bid. Kesiswaan Wakep. Bid. Umum Wakep. Bid. Humas
Barnas. C Dra. Hj. Iis Syarifah H. Komarudin LC Drs. Nahrowi. N
STRUKTUR ORGANISASI MTs. AL-FALAK BOGOR

Staf Guru
53

Siswa
54

3. Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan

a. Keadaan Siswa

Dalam rangka pelaksanaan pendidikan di Madrasah, pihak yayasan lembaga

pendidikan pondok pesantren Al-Falak menyiapkan kurikulum yang disesuaikan

Departemen Agama RI, agar nantinya setelah lulus siswa/siswi dapat melanjutkan

kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam pengelolaan pendidikan ada kalanya

madrasah mengalami kemajuan dan kemunduran, adapun pihak madrasah telah

berusaha mengadakan perbaikan-perbaikan sesuai dengan kondisi yang ada, dalam

hal ini kepala madrasah memberi penjelasan sebagai berikut:

1) Madrasah Tsanawiyah untuk saat ini menggunakan kurikulum 2004 (Kurikulum

Berbasis Kompetensi)

2) Dalam perkembangannya siswa/siswi ada yang drop out dan mutasi dari

sekolah lain

3) Siswa/siswi yang masuk ke Madrasah Tsanawiyah Al-Falak rata-ratanya setiap

tahun yang berasal dari lulusan MI 70 % sedangkan dari lulusan SD hanya 40

%4

Untuk lebih mudahnya berikut ini penulis membuat tabel keadaan

siswa/siswi Madrasah Tsanawiyah Al-Falak dan perkembangannya dari tahun ke

tahun sebagai berikut:

____________________________
4
AF. Badru Zaman.Kepala Madrasah Tsanawiyah Al-Falak,Wawancara Pribadi,Di Kantor
Kepala Madrasah,14 Oktober 2006
55

Tabel 2
Keadaan Siswa/Siswi Madrasah Tsanawiyah Al-Falak
Dari Tahun Ajaran 1991/1992 – 2005/2006
No Tahun Ajaran Jumlah Siswa
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 1991/1992 18 22 40
2 1992/1993 32 48 80
3 1993/1994 83 98 181
4 1994/1995 56 62 118
5 1995/1996 84 87 171
6 1996/1997 74 78 152
7 1997/1998 65 76 141
8 1998/1999 72 92 164
9 1999/2000 73 95 I68
10 2000/2001 70 94 164
11 2001/2002 83 168 251
12 2002/2003 62 173 235
13 2003/2004 179 68 247
14 2004/2005 261 102 363
15 2005/2006 174 226 400

b. Keadaan Guru dan Karyawan

Madrasah Tsanawiyah Al-Falak adalah salah satu Madrasah yang dikelola

oleh yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial keagamaan. Keberadaan

guru dan karyawan menjadi tanggung jawab yayasan sepenuhnya, yang diangkat dan

di gaji oleh yayasan. Oleh karena itu semua guu dan karyawan adalah seseorang yang

benar-benar mau mengabdikan dirinya dengan tulus ikhlas untuk mencari ridha Allah

semata-semata, untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis cantumkan daftar guru dan

karyawan Madrasah Tsanawiyah Al-Falak tersebut:


56

Tabel 3
Daftar Guru dan Karyawan MTs. Al-Falak Bogor
Nama Jabatan/Bid. Studi Pendidikan
No
1 AF. Badru Zaman Kepala Madrasah STIH
2 Drs. A. Djunaedi Fiqih, PPKN IAIN
3 Drs. Nahrowi Nafis SKI, Aqidah - Akhlak IAIN
4 H. Komarudin. Lc Bhs. Inggris Al-Azhar
5 Barnas. CH Matematika D2
6 Hubji Zaman S.Ag Bhs. Arab UIK
7 Hj. Ida Suhartini KTK/Seni PG.SLTP
8 Etty Djuarsa Bhs. Inggris PG.SLTP
9 Dra. Suminar Matematika IKIP
10 Papat Fatmawati Bhs. Indonesia STAI
11 Nahrudin Muchtar Bhs. Arab D1
12 A. Suryatin Bhs. Daerah D1
13 Dra. Hj. Iis Syarifah Qur’an - Hadits IAIN
14 Saeful Rahman S. Ag IPS UIK
15 Deden Sofyan S.Ag Qur’an – Hadits, Fikih STAI
16 Fachruddin, HS. S.Ag Qiroat STAI
17 A. Saeful Gozali IPS D2
18 Yudir Suhaidir S.Pd Bahasa Indonesia UNJ
19 Abdurrahman IPS SLTA
20 Ade Malihah S.Pd IPA/ Matematika UIK
21 Agus Sutisna IPA/ Biologi D3
22 Maya Rosalinda Penjaskes UIK
23 Sesi Heriasi S.Pd IPA/ Fisika UIK

Adapun guru bidang studi mata pelajaran Fikih pada Madrasah Tsanawiyah

Al-Falak Bogor adalah 2 orang dan bertugas pada 3 kelas, yaitu kelas satu, kelas dua

dan kelas tiga. Hal tersebut sebagaimana yang terlihat dalam tabel berikut:
57

Tabel 4
Guru Mata Pelajaran Fikih Madrasah Tsanawiyah
Al-Falak Tahun Ajaran 2005-2006

No Nama Guru Kelas Pendidikan


1 Deden Sofyan S.Ag I dan II STAI
2 Drs. A. Junaedi III IAIN

c. Keadaan Sarana dan Prasarana

Suatu pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar jika

semua aspek terpenuhi, termasuk didalamnya sarana dan prasarana, fasilitas-fasilitas

dan benda-benda yang ada hubungannya dengan pendidikan dan pengajaran.

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki yayasan Al-Falak adalah sebagai

berikut:

1. Tanah komplek seluas 3800 M (wakaf KH. Tb. M. Falak Abbas)

2. Ruang belajar dan asrama berlantai dua

3. Ruang Kepala Madrasah

4. Ruang guru

5. Perpustakaan

6. Laboratorium IPA

7. Masjid

8. Kantin

9. Sanggar pramuka

10. Ruang Osis


58

11. Toilet Guru

12. Toilet siswa

13. Dapur Umum dan Ruang Makan

14. Perlengkapan kantor, alat-alat peraga, alat olah raga dan peralatan lainnya

B. Pelaksanaan Pengajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah Al-Falak

1. Pengertian pengajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah Al-Falak

Di Madrasah Tsanawiyah, Fiqih merupakan sebuah bahan pengajaran yang

berdiri sendiri sebagai mata pelajaran atau bidang studi. Pelaksanaan pengajaran

Fiqih sejak tahun ajaran 1985/1986 mengikuti kurikulum 1984 yang disempurnakan,

kemudian diberlakukan kurikulum 1994. Namun sekarang sejak tahun 2004 telah

mulai diberlakukan kurikulum2004 yang biasa disebut dengan kurikulum berbasis

kompetensi

Pendidikan pengajaran Fikih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah

memiliki pengertian sebagai berikut:

a. Mata Pelajaran Fikih adalah bimbingan untuk mengetahui ketentuan-


ketentuan syariat Islam atau materi yang sifatnya memberikan
pengetahuan tentang syariat Islam untuk dimiliki, diresapi dan diamalkan.
b. Pengajaran Fikih adalah usaha bimbingan atau asuhan terhadap anak didik
agar dapat memahami, menghayati serta mengusahakan pelaksanaan
syariat tersebut sebagai bagian dari keseluruhan Pendidikan Agama Islam
dan menjadikan ajaran agama Islam sebagai dasar dan pandangan
hidupnya. Bimbingan tersebut bukan hanya pemberian pelajaran saja
terhadap siswanya, melainkan seorang guru harus memberi teladan di
Madrasah kepada siswanya dan di lingkungan masyarakat.5
____________________________
5
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, GBPP Mata Pelajaran Fiqih ,(Jakarta: DEPAG RI,
2004), h. 1
59

Dari uraian di atas jelas bahwa pengajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah

tidak hanya agar siswa dapat memahami dengan menghayati materi yang terdapat

dalam mata pelajaran Fikih tetapi juga diharapkan mampu melaksanakan atau

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Pengajaran Fikih

Tujuan mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah adalah sebagai berikut:

a. Agar siswa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh dengan

mengetahui dalil-dalil naqli dan aqli sebagai pedoman hidup dan amal baik

dalam hubungan dirinya dengan masyarakat dan alam sekitarnya.

b. Agar siswa dapat menjadi manusia yang taat kepada perintah Allah dan

Rasul-Nya serta bertanggung jawab terhadap masyarakat dan negaranya.

3. Fungsi Pengajaran Fikih

Agar tujuan mata pelajaran Fikih di atas dapat terlaksana dengan baik

haruslah berfungsi sebagai berikut:

a. Membentuk kebiasaan dalam melakukan:

1) Amal Ibadah kepada Allah swt

2) Ketentuan-ketentuan agama (syariat) dengan ikhlas

3) Tuntunan akhlak yang mulia

b. Mendorong tumbuh dan menebalnya iman

c. Mendorong tumbuhnya semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah

Allah swt

d. Mendorong untuk mensyukuri nikmat dari Allah swt


60

e. Mendorong terlaksananya ibadah kepada Allah dan terlaksananya syariat Islam

untuk dirinya, keluarga dan masyarakat

f. Sebagai kumpulan pelaksanaan materi Fikih yang bersumber dari Al-Qur’an dan

Hadits.

4. Ruang Lingkup dan Bahan Pengajaran

Mata pelajaran Fikih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah, berisi pokok-

pokok materi sebagai berikut:

a. Hubungan manusia dengan Allah swt

Materi yang hendak dicapai dalam ruang lingkup ini meliputi: praktek shalat

(Shalat sendiri, berjamaah, shalat jenazah, shalat sunnah rawatib serta yang lainnya),

puasa (wajib, sunnah), zakat (fitrah dan maal), haji, thaharah, shadaqah, hadiah,

aqiqah, kurban dan wakaf.

b. Hubungan manusia dengan manusia

Materi yang akan dicapai dari kurikulum ini meliputi: perkawinan, warisan,

wasiat, perceraian, mengurus anak yatim, jual-beli, hubungan majikan dan buruh,

hutang-piutang, barang temuan, riba, latihan kewiraan, hukum mematuhi untuk

keamanan, ketertiban dan musyawarah (syura), hukum merampok, membunuh,

mencuri dan pengadilan dalam Islam.

c. Hubungan manusia dengan alam

Materi yang akan dicapai adalah kemakmuran lingkungan, memelihara

kelestarian alam, binatang yang dihalalkan dan diharamkan, makanan dan minuman

yang di halalkan dan di haramkan serta binatang sembelihan.


61

Berdasarkan keterangan di atas, pelaksanaan pengajaran mata pelajaran Fikih

di Al-Falak tidak terlepas dari kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Sebagaimana didalam proses belajar mengajar, ada beberapa komponen yang saling

berkaitan. Begitu pula dalam pengajaran mata pelajaran Fikih, diantaranya yaitu

tujuan, bahan pelajaran, dan metode yang digunakan.

Mengenai tujuan umum yang hendak dicapai dari mata pelajaran Fikih yaitu

sebagaimana yang tercantum didalam GBPP sedangkan tujuan kurikuler itu lebih

lanjut dijabarkan dalam bentuk tujuan intruksional khusus dengan

mempertimbangkan kemampuan atau kompetensi dasar yang hendak dikembangkan

dan dicapai melalui pokok bahasan dalam mata pelajaran Fikih yang diberikan

kepada siswa di kelas.

Bahan pelajaran yang diajarkan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku

saat ini yaitu Kurikulum 2004 (KBK) serta buku pelajaran Fikih lainnya yang dapat

menunjang proses belajar mengajar yang menjadi pegangan bagi guru bidang studi

Fikih.

Berdasarkan wawancara penulis dengan guru mata pelajaran Fikih, metode

yang dipakai diantaranya yaitu:

a. Ceramah

Metode ini digunakan pada waktu guru menerangkan materi-materi yang

berkenaan dengan pengertian thaharah, shalat, puasa dan yang lainnya. Pada intinya

metode ini berupa penerangan lisan baik tentang materi yang ada maupun
62

menyampaikan penjelasan tentang pendapat yang tidak terdapat dalam bahan

pengajaran Fikih sebagai tambahan dalam memperdalam materi.

b. Tanya-Jawab

Metode ini dilaksanakan dengan bentuk pertanyaan kepada siswa sebagai

feed-back untuk mengetahui apakah siswa telah mengerti materi yang telah dijelaskan

atau tidak, hal ini dapat menarik perhatian siswa serta dapat mengklasifikasikan

kemampuan siswa di kelas.

c. Demonstrasi

Metode ini dipakai dengan mempertunjukkan sesuatu dalam rangka melatih,

agar anak didik dapat mempraktekkan pelajaran yang bersifat peragaan, seperti

praktek wudhu, cara shalat yang baik dan benar. Melalui metode ini siswa dituntut

untuk memperhatikan objek atau hal yang di demonstrasikan sehingga dapat

dikembangkan keterampilan dan kemampuan mengamati serta mempraktekkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Mengenai evaluasi pengajaran mata pelajaran Fikih dilakukan dengan

evaluasi harian dan evaluasi semester. Sedangkan untuk nilai mata pelajaran Fikih

digunakan nilai formatif dan nilai sumatif. Kemudian digabungkan lalu dibagi dua

dan hasil pembagian tersebut menjadi nilai akhir (rata-rata). Oleh guru yang

bersangkutan nilai ini dijadikan nilai sebagai alat evaluasi mengenai prestasi siswa

yang selanjutnya dimasukkan kedalam raport.6

____________________________
6
Deden Sofyan. S.Ag, Guru Mata Pelajaran Fikih, Wawancara Pribadi, Ruang Guru
Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor, 13 Oktober 2006
63

Mengenai pelaksanaan ibadah siswa-siswi yang dilaksanakan di lembaga

pendidikan Al-Falak antara lain:

a. Shalat, terutama shalat wajib yang dilakukan secara berjamaah oleh seluruh

siswa/siswi dan yang bertindak sebagai imamnya adalah guru, disamping itu

juga dilaksanakan shalat sunnah seperti shalat Dhuha, Tahiyatul Masjid dan

lain-lain.

b. Peringatan hari besar Islam (PHBI), dilaksanakan secara sederhana dan

penuh kegembiraan dan ini dilaksanakan di lapangan sekolah. Kegiatan

yang dilaksanakan antara lain: Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi serta Tahun Baru

Hijriyah

c. Hari besar nasional, seperti menyambut 17 Agustus dengan mengisi

kegiatan berupa perlombaan sebagaimana yang dilakukan pada umumnya.

Demikianlah tentang pelaksanaan pengajaran mata pelajaran Fiqih secara

singkat yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor.

C. Pengamalan Ibadah dan Minat Belajar Fikih Siswa/Siswi Madrasah

Tsanawiyah Al-Falak Bogor

Mengenai pengamalan ibadah dan minat belajar Fikih siswa/siswi Madrasah

Tsanawiyah Al-Falak Bogor, berdasarkan angket yang telah disebarkan dan hasil

observasi penulis di lokasi penelitian maka data yang diperoleh dapat dilihat pada

tabel-tabel berikut:
64

1. Pengamalan Ibadah Siswa/Siswi Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor

Berdasarkan hasil perhitungan angket yang telah disebarkan kepada

responden, wawancara dan observasi di tempat penelitian maka data yang diperoleh

penulis mengenai pengamalan ibadah siswa/siswi Madrasah Tsanawiyah Al-Falak

Bogor dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:

Tabel 5
Pernahkah Siswa Meninggalkan Salat Lima Waktu
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi (%)
1 Selalu 1 2 %
Sering 6 10 %
Kadang-kadang 34 57 %
Tidak Pernah 18 31 %
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 1 responden (2 %) selalu

meninggalkan salat lima waktu, 6 responden (10 %) sering meninggalkan salat lima

waktu, 34 responden (57 %) kadang-kadang meninggalkan salat lima waktu dan 18

responden (31 %) tidak pernah meninggalkan salat lima waktu. Hal tersebut

menunjukkan bahwa keaktifan mereka dalam mengerjakan salat lima waktu sangat

positif.

Tabel 6
Siswa Meninggalkan Salat Lima Waktu
Ketika Menonton tv yang Acaranya Bagus
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
2 Selalu 1 2 %
Sering 13 22 %
Kadang-kadang 20 33 %
Tidak Pernah 26 43 %
Jumlah 60 100 %
65

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 1 responden (2 %) Selalu meninggalkan

salat lima waktu ketika sedang menonton tv yang acaranya bagus, 13 responden (22

%) Sering meninggalkankan salat lima waktu ketika sedang menonton tv yang

acaranya bagus, 20 responden (33 %) kadang-kadang meninggalkan salat lima waktu

ketika sedang menonton tv yang acaranya bagus dan 26 responden (43 %) tidak

pernah meninggalkan salat lima waktu meskipun sedang menonton tv yang acaranya

bagus. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa melaksanakan salat lima

meskipun sedang menonton tv yang acaranya bagus positif

Tabel 7
Siswa yang Bangun Pagi Sesudah Jam Enam
No Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
3 Selalu 1 2 %
Sering 13 22 %
Kadang-kadang 26 43 %
Tidak Pernah 20 33 %
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 1 responden (2 %) Selalu bangun pagi

sesudah jam enam, 13 responden (22 %) Sering bangun pagi sesudah jam enam, 26

responden (43 %) kadang-kadang bangun pagi sesudah jam enam dan 20 responden

(33 %) tidak pernah bangun pagi sesudah jam enam. Hal ini menunjukkan bahwa

siswa bangun pagi sebelum jam enam positif.


66

Tabel 8
Keaktifan Siswa Melaksanakan Puasa di Bulan Ramadhan
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
4 Selalu 31 52 %
Sering 19 31 %
Kadang-kadang 60 17 %
Tidak Pernah - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 31 responden (52 %) Selalu melaksanakan

puasa di bulan Ramadhan, 19 responden (31 %) Sering melaksanakan puasa di bulan

Ramadhan, 10 responden (17 %) kadang-kadang melaksanakan puasa di bulan

Ramadhan. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas dari responden melaksanakan

puasa di bulan Ramadhan.

Tabel 9
Pernahkah Siswa Meninggalkan Ibadah Wajib
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
5 Selalu 2 5 %
Sering 13 22 %
Kadang-kadang 26 43 %
Tidak Pernah 19 31 %
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 2 responden (5 %) selalu meninggalkan

ibadah wajib, 13 responden (22 %) sering meninggalkan ibadah wajib, 26 responden

(43 %) kadang-kadang meninggalkan ibadah wajib dan 19 responden (31 %) tidak

pernah meninggalkan ibadah wajib. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa

melaksanakan ibadah wajib positif.


67

Tabel 10
Keaktifan Siswa Membayar Zakat Fitrah
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
6 Selalu 30 50 %
Sering 23 38 %
Kadang-kadang 6 10 %
Tidak Pernah 1 2%
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 30 responden (50 %) Selalu membayar

zakat fitrah, 23 responden (38 %) sering membayar zakat fitrah, 6 responden (10 %)

kadang-kadang membayar zakat fitrah dan 1 responden (2 %) tidak pernah membayar

zakat fitrah . Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas siswa membayar zakat

fitrah jika bulan Ramadhan tiba.

Tabel 11

Pernahkah Siswa Meninggalkan Salat Ashar Pada Waktu Libur Sekolah


No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
7 Selalu 1 2%
Sering 12 20 %
Kadang-kadang 18 30 %
Tidak Pernah 29 48 %
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 1 responden (2 %) selalu meninggalkan

salat ashar ketika libur sekolah, 12 responden (20 %) Sering meninggalkan salat ashar

pada waktu libur sekolah, 18 responden (30 %) kadang-kadang meninggalkan salat

ashar pada waktu libur sekolah dan 29 responden (48 %) tidak pernah meninggalkan

salat ashar pada waktu libur sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas dari

responden melaksanakan salat lima waktu meskipun pada waktu libur sekolah.
68

Tabel 12
Siswa Mengikuti Salat Berjamaah yang Dilaksanakan di Sekolah
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
8 Selalu 32 53 %
Sering 19 31 %
Kadang-kadang 4 7%
Tidak Pernah 5 8%
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 32 responden (53 %) Selalu mengikuti

salat berjamaah yang dilaksanakan di sekolah, 19 responden (31 %) sering mengikuti

salat berjamaah yang dilaksanakan di sekolah, 4 responden (7 %) kadang-kadang

mengikuti salat berjamaah yang dilaksanakan di sekolah dan 5 responden (8 %) tidak

pernah mengikuti salat berjamaah yang dilaksanakan di sekolah. Hal ini menunjukkan

bahwa mayoritas responden mengikuti salat berjamaah yang dilaksanakan di sekolah.

Tabel 13
Siswa yang Lupa Mengingat Dua Kalimat Syahadat Setiap Salat
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
9 Selalu 1 2%
Sering 6 10 %
Kadang-kadang 21 25 %
Tidak Pernah 32 53 %
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 1 responden (2 %) selalu lupa mengingat

dua kalimat syahadat setiap salat, 6 responden (10 %) sering lupa mengingat dua

kalimat syahadat setiap salat, 21 responden (25 %) kadang-kadang lupa mengingat

dua kalimat syahadat setiap salat dan 32 responden (53 %) tidak pernah lupa
69

mengingat dua kalimat syahadat setiap salat. Hal tersebut menunjukkan bahwa

responden selalu mengingat dua kalimat syahadat dalam setiap salat.

Tabel 14
Siswa yang Lupa Mengerjakan Salat Tepat pada Waktunya
No. Item Alternatif Frekuensi %
Jawaban
10 Selalu - -
Sering 8 14 %
Kadang-kadang 23 38 %
Tidak Pernah 29 48 %
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 8 responden (14 %) sering lupa

melaksanakan salat tepat waktu, 23 responden (38 %) kadang-kadang lupa

melaksanakan salat tepat waktu dan 29 responden (48 %) tidak pernah lupa Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas respoden dalam melaksanakan salat selalu tepat

waktu.

Tabel 15
Siswa yang Meninggalkan Salat Ketika Sedang Sakit
No. Item Alternatif Frekuensi %
Jawaban
11 Selalu 3 5%
Sering 15 25 %
Kadang-kadang 21 35 %
Tidak Pernah 21 35 %
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 3 responden (5 %) selalu meninggalkan

salat ketika sedang sakit, 15 responden (25 %) sering meninggalkan salat ketika

sedang sakit 21 responden (35 %) kadang-kadang meninggalkan salat ketika sedang


70

sakit dan 21 responden (35 %) tidak pernah meninggalkan salat ketika sedang sakit.

Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden tetap melaksanakan salat

meskipun sedang sakit.

Tabel 16
Siswa yang Melaksanakan Salat Berjaah dengan Orang Tua Ketika di Rumah
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
12 Selalu 30 50 %
Sering 20 33 %
Kadang-kadang 7 12 %
Tidak Pernah 3 5%
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 30 responden (50 %) selalu salat

berjamaah dengan orang tua ketika di rumah, 20 responden (33 %) sering salat

berjamaah dengan orang tua ketika di rumah, 7 responden (12 %) kadang-kadang

salat berjamaah dengan orang tua ketika di rumah dan 3 responden (5 %) tidak pernah

melaksanakan salat berjamaah dengan orang tua ketika di rumah. Hal tersebut

menunjukkan bahwa mayoritas dari responden melaksanakan salat berjamaah dengan

orang tua mereka ketika di rumah.

Tabel 17
Siswa yang Melaksanakan Salat jika di Marahi oleh Orang Tua
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
13 Selalu 1 2 %
Sering 10 17 %
Kadang-kadang 20 33 %
Tidak Pernah 29 48 %
Jumlah 60 100 %
71

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 1 responden (2 %) selalu salat jika

dimarahi oleh orang tua, 10 responden (17 %) sering salat jika dimarahi oleh orang

tua, 20 responden (33 %) kadang-kadang salat jika dimarahi oleh orang tua dan 29

responden (48 %) tidak pernah salat karena dimarahi oleh orang tua. Hal tersebut

menandakan bahwa siswa melaksanakan salat bukan karena dimarahi oleh orang tua.

Tabel 18

Siswa yang Memiliki Keinginan untuk Menunaikan Ibadah Haji


No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
14 Selalu 29 48 %
Sering 24 33 %
Kadang-kadang 7 17 %
Tidak Pernah - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 29 responden (48 %) selalu memiliki

keinginan untuk menunaikan ibadah haji, 24 responden (33 %) menjawab Sering

memiliki keinginan untuk menunaikan ibadah haji dan 7 responden (17 %) kadang-

kadang memiliki keinginan untuk menunaikan ibadah haji. Hal ini menunjukkan

bahwa keinginan siswa untuk menunaikan ibadah haji positif.

Tabel 19
Siswa yang Merasa Bosan Melaksanakan Salat Lima Waktu
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
15 Selalu 1 2 %
Sering 11 18 %
Kadang-kadang 14 23 %
Tidak Pernah 34 57 %
Jumlah 60 100 %
72

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 1 responden (2 % ) selalu merasa bosan

melaksanakan salat lima waktu,11 responden (18 %) sering merasa bosan

melaksanakan salat lima waktu, 14 responden (23 %) Kadang-kadang merasa bosan

melaksanakan salat lima waktu dan 34 responden (57 %) tidak pernah merasa bosan

melaksanakan salat lima waktu. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa mau

melaksanakan ibadah haji jika sudah mampu.

Tabel 20
Siswa yang Berbuka Puasa Ketika Sedang Sakit
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
16 Selalu 2 3%
Sering 6 10 %
Kadang-kadang 24 40 %
Tidak Pernah 28 47 %
Jumlah 60 100 %
Berdasarkan tabel di atas 2 responden (3 %) selalu berbuka puasa ketika

sedang sakit, 6 responden (10 %) sering berbuka puasa ketika sedang sakit, 24

responden (40 %) kadang-kadang berbuka puasa ketika sedang sakit dan 28

responden 47 % tidak pernah berbuka puasa meskipun sedang sakit. Hal ini

menunjukkan bahwa keaktifan siswa melaksanakan ibadah puasa meskipun mereka

sedang sakit positif.

Tabel 21
Siswa Tidak Lupa Melaksanakan Salat Meskipun Sedang Asik Bermain
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
17 Selalu 32 54 %
Sering 23 38 %
Kadang-kadang 4 7%
Tidak Pernah 1 1%
Jumlah 60 100 %
73

Berdasarkan tabel di atas 32 responden (54 %) selalu tidak lupa melaksanakan

salat meskipun sedang asik bermain, 23 responden (38 %) sering tidak lupa

melaksanakan salat meskipun sedang asik bermain, 4 responden (7 %) kadang-

kadang tidak lupa melaksanakan salat ketika sedang asik bermain dan 1 responden (1

%) tidak pernah tidak lupa atau selau lupa melaksanakan salat ketika sedang asik

bermain. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak lupa melaksanakan

salat ketika mereka sedang asik bermain

Tabel 22
Siswa yang Mengikuti Salat Berjamaah
Hanya Karena Peraturan yang di Tetapkan Oleh Sekolah
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
18 Selalu 1 2%
Sering 7 12 %
Kadang-kadang 25 41 %
Tidak Pernah 27 45 %
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas 1 responden (2 %) selalu mengikuti salat berjamaah

hanya karena peraturan yang ditetapkan oleh sekolah, 7 responden (12 %) sering

mengikuti salat berjamaah hanya karena peraturan yang di tetapkan oleh sekolah, 25

responden (41 %) kadang-kadang mengikuti salat berjamaah hanya karena peraturan

yang ditatapkan oleh sekolah dan 27 responden (45 %) Tidak pernah mengikuti salat

berjamaah hanya karena peraturan yang ditetapkan oleh sekolah. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas siswa mengikuti salat berjamaah bukan hanya karena

mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh sekolah


74

Tabel 23
Ibadah Sebagai Suatu Kebutuhan Bagi Siswa
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
19 Selalu 26 43 %
Sering 28 47 %
Kadang-kadang 4 7%
Tidak Pernah 2 3%
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas 26 responden (43 %) selalu menganggap bahwa

ibadah merupakan suatu kebutuhan baginya, 28 responden (47 %) sering menganggap

bahwa ibadah merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya, 4 responden (7 %) kadang-

kadang menganggap ibadah sebagai suatu kebutuhan dan 2 responden (3 %) tidak

pernah menganggap ibadah sebagai suatu kebutuhan. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas siswa menjadikan ibadah sebagai salah satu kebutuhan hidupnya.

Tabel 24
Siswa yang Melaksanakan Ibadah Dengan Senang Hati
No Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
20 Selalu 27 45 %
Sering 27 45 %
Kadang-kadang 6 10 %
Tidak Pernah - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas 27 responden (45 %) selalu melaksanakan ibadah

dengan senang hati, 27 responden (45 %) sering melakukan ibadah dengan senang

hati dan 6 responden (10 %) kadang-kadang beribadah dengan senang hati. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa melakukan ibadah dengan senang hati

bukan karena paksaan.


75

2. Minat Belajar Fikih Siswa/Siswi Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor

Berdasarkan hasil perhitungan skor angket yang telah disebarkan oleh penulis

maka data yang diperoleh mengenai minat belajar Fikih siswa/siswi Madrasah

Tsanawiyah Al-Falak dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

Tabel 25
Kehadiran Siswa dalam Mata Pelajaran Fikih
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
21 Sangat Setuju 51 85 %
Setuju 7 12 %
Tidak Setuju 2 3%
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas mengenai kehadiran siswa pada mata pelajaran Fikih

menunjukkan bahwa 51 responden (82 %) menjawab sangat Setuju (SS), 7 responden

(12 %) menjawab Setuju (S) dan 2 responden (3 %) menjawab Tidak Setuju (TS).

Hal tersebut menunjukkan bahwa kehadiran siswa pada mata pelajaran Fikih sangat

positif

Tabel 26
Pelajaran Fikih Sangat Diperlukan Bagi Siswa
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
22 Sangat Setuju 47 78 %
Setuju 8 13 %
Tidak Setuju 5 8%
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas bahwa 47 responden (78 %) menjawab Sangat

Setuju (SS) pelajaran Fikih sangat diperlukan oleh setiap siswa, 8 responden (13 %)
76

menjawab Setuju (S) pelajaran Fikih diperlukan setiap siswa dan 5 responden (12%)

menjawabTidak Setuju (TS) pelajaran Fikih di butuhkan oleh setiap siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas siswa menganggap belajar Fikih merupakan suatu

kebutuhan.

Tabel 27
Beribadah Tanpa Belajar Fikih Tidak Benar
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
23 Sangat Setuju 51 85 %
Setuju 8 13 %
Tidak Setuju 1 2%
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 51 responden (85 %)

menjawab Sangat Setuju (SS) beribadah tanpa belajar fikih tidak benar, 8 responden

(13 %) menjawab Setuju (S) beribadah tanpa belajar Fikih tidak benar dan 1

responden (2 %) menyatakan Tidak Setuju beribadah tanpa belajar Fikih tidak benar.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa berpendapat beribadah tanpa belajar

Fikih itu tidak benar.

Tabel 28
Siswa Senang Belajar Fikih Karena Senang Beribadah
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
24 Sangat Setuju 50 83 %
Setuju 10 17 %
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %
77

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 50 responden (83 %)

menjawab Sangat Setuju (SS) siswa senang belajar Fikih karena mereka senang

beribadah dan 10 responden (17 %) menjawab Setuju (S) siswa senang belajar Fikih

karena mereka senang beribadah. hal tersebut menunjukkan bahwa perasaan senang

siswa terhadap pelajaran Fikih positif.

Tabel 29
Ibadah adalah Wajib, Mempelajari Ilmu tentang Ibadah (Fikih) Wajib Pula
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
25 Sangat Setuju 51 85 %
Setuju 7 12 %
Tidak Setuju 2 3%
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas mengenai ibadah adalah wajib maka mempelajari

Fikih wajib pula menunjukkan bahwa 51 responden (85 %) menjawab Sangat (SS)

Setuju dan 7 responden (12 %) menjawab Setuju (S) dan 2 responden menyatakan

Tidak Setuju (TS). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa berpendapat bahwa

mempelajari Fikih merupakan suatu keharusan atau kewajiban.

Tabel 30
Dengan Belajar Fikih Siswa Mengetahui Beribadah yang Baik dan Benar
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
26 Sangat Setuju 47 78 %
Setuju 12 20 %
Tidak Setuju 1 2%
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %
78

Berdasarkan tabel di atas mengenai atas menunjukkan bahwa 47 responden

(78 %) menjawab Sangat Setuju (SS) dengan mempelajari fikih siswa dapat

mengetahui cara beribadah yang baik dan benar, 12 responden (20 %) menjawab

Setuju (S) dengan mempelajari Fikih siswa dapat mengetahui cara beribadah yang

baik dan benar dan 1 responden menyatakan Tidak Setuju (TS) dengan mempelajari

Fikih siswa dapat mengetahui cara beribadah yang baik dan benar

Tabel 31
Ilmu Fikih Merupakan Pedoman Bagi Siswa dalam Beribadah
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
32 Sangat Setuju 43 72 %
Setuju 12 20 %
Tidak Setuju 5 8 %
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 43 responden (72 %)

menjawab Sangat Setuju (SS) ilmu fikih merupakan pedoman bagi siswa dalam

beribadah, 12 responden (20 %) menjawab Setuju (S) dan 5 responden (8 %)

menjawab Tidak Setuju (TS) ilmu fikih merupakan pedoman bagi siswa dalam

beribadah. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan ilmu Fikih

sebagai pedoman bagi siswa dalam beribadah.

Tabel 32
Perhatian Siswa Terhadap Pelajaran Fikih
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
27 Sangat Setuju 50 83 %
Setuju 8 14 %
Tidak Setuju 2 3 %
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %
79

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 50 responden (83 %)

menjawab Setuju (SS), 8 responden (14 %) menjawab Setuju (S) dan 2 responden (3

%) menyatakan Tidak Setuju (TS) siswa harus memiliki perhatian yang besar ketika

mempelajari Fikih karena Fikih merupakan salah satu pelajaran penting bagi setiap

siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa perhatian siswa terhadap mata pelajaran

Fikih sangat positif.

Tabel 33
Bertambahnya Pengetahuan Tentang Fikih Membuat Siswa Lebih Rajin Ibadah
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
28 Sangat Setuju 48 80 %
Setuju 10 17 %
Tidak Setuju 2 3 %
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 48 responden (8 %) menjawab

Sangat Setuju (SS) bertambahnya pengetahuan tentang Fikih membuat siswa lebih

rajin beribadah, 10 responden (17 %) menjawab Setuju (S) dan 2 responden (3 %)

menyatakan Tidak Setuju (TS) bertambahnya pengetahuan tentang Fikih membuat

siswa lebih rajin beribadah. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa lebih rajin

untuk beribadah dengan bertambahnya pengetahuan Fikih.


80

Tabel 34
Agar Ibadah kita diterima Allah swt Salah Satunya
Siswa Harus Mempelajari Fikih
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
29 Sangat Setuju 47 78 %
Setuju 12 20 %
Tidak Setuju 1 2 %
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 47 responden (78 %)

menyatakan Sangat Setuju (SS) Salah satu syarat diterimanya ibadah oleh Allah swt

adalah dengan mempelajari fikih,12 responden (20 %) menjawab Setuju (S) dan 1

responden (2 %) menjawab Tidak Setuju (TS). Hal ini menyatakan bahwa mayoritas

siswa berpendapat salah satu syarat diterimanya ibadah seseorang adalah dengan

mempelajari ilmu Fikih.

Tabel 35
Beribadah dan Belajar fikih Merupakan Dua Hal
Yang Menyenangkan Bagi Siswa
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
31 Sangat Setuju 49 82 %
Setuju 7 12 %
Tidak Setuju 4 6 %
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 49 responden (82 %)

menyatakan Sangat Setuju (SS) bahwa beribadah dan belajar fikih merupakan dua hal

yang menyenangkan bagi siswa, 7 responden (12 %) menjawab Setuju (S) dan 4
81

responden (6 %) menjawab Tidak Setuju (TS). Hal ini menunjukkan ibadah dan

belajar Fikih siswa sangat positif.

Tabel 36
Pengetahuan Fikih sangat penting Bagi Pengamalan Ibadah Siswa Sehari-hari
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
27 Sangat Setuju 50 83 %
Setuju 10 7%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 50 responden (83 %)

menjawab Sangat Setuju (SS) dan 10 responden (7 %) menjawab Setuju (S)

pengetahuan Fikih sangat penting bagi pengamalan ibadah siswa sehari-hari. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas respoden menyatakan Pengetahuan Fikih sangat

penting bagi pengamalan ibadah sehari-hari.

Tabel 37
Keaktifan Siswa Mengikuti Kegiatan keagamaan Yang dilaksanakan Di Sekolah
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
33 Sangat Setuju 52 87 %
Setuju 8 13 %
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 52 responden (87 %)

menyatakan Sangat Setuju (SS) dan 8 responden (13 %) menyatakan Setuju (S) siswa

aktif mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah. Hal ini


82

menyatakan mayoritas responden mengikuti setiap kegiatan keagamaan yang

dilaksanakan di sekolah.

Tabel 38
Materi Fikih Bukan Hanya Untuk Dipelajari
Oleh Siswa Tetapi Juga Untuk Diamalkan
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
29 Sangat Setuju 49 82 %
Setuju 10 6%
Tidak Setuju 1 2%
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 49 responden (82 %)

Menyatakan Sangat Setuju (SS) pelajaran fiqih dapat di pelajari di buku maka siswa

boleh bercanda di dalam kelas, 10 responden (6 %) menyatakan Setuju (S) dan 1

responden (2 %) menyatakan Tidak Setuju (TS). Hal tersebut menyatakan bahwa

mayoritas siswa menyadari materi pelajaran Fikih bukan hanya untuk dipelajari akan

tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam mengatur hubungan

manusia dengan Allah swt, hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan

lingkungan sekitarnya.

Tabel 39
Siswa dapat Melaksanakan Salat dengan Benar
Syarat dan Rukunnya Karena Mempelajari Fikih
No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi %
35 Sangat Setuju 49 82 %
Setuju 9 15 %
Tidak Setuju 2 3%
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 60 100 %
83

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 49 responden (82 %)

menyatakan Sangat Setuju (SS) 9 responden (15 %) menyatakan Setuju (S) dan 2

responden (3 %) menyatakan Tidak Setuju (TS) siswa dapat melaksanakan salat

dengan baik dan benar syarat dan rukunnya karena belajar Fikih. Hal tersebut

menunjukkan mayoritas respoden menyadari bahwa mempelajari Fikih sangat

penting sebab dengan mempelajari Fikih siswa dapat melaksanakan salat dengan baik

dan benar syarat dan rukunnya.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara penulis dengan guru-guru serta

jawaban-jawaban responden terhadap angket yang disebarkan oleh penulis di atas,

dapat diketahui bagaimana pengamalan ibadah serta minat belajar Fikih siswa/siswi

Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor.

Untuk pengamalan ibadah terlihat bahwa sebagian besar siswa/siswi

Madrasah Tsanawiyah Al-Falak selalu melaksanakan shalat lima waktu, pengamalan

mereka tentang makna dua kalimat syahadat sangat positif, berpuasa di bulan

Ramadhan, membayar zakat dan keiginan mereka untuk menunaikan ibadah haji

cukup baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengamalan ibadah siswa/siswi

Madrasah Tsanawiyah Al-Falak keaktifannya sangat positif.

Adapun mengenai minat belajar Fikih siswa/siswi Madrasah Tsanawiyah Al-

Falak yang meliputi kehadiran siswa di kelas, pengetahuan siswa terhadap materi

Fikih, pelaksanaan tugas-tugas dari guru, keaktifan siswa di kelas dan perasaan

senang menunjukkan bahwa siswa/siswi Madrasah Tsanawiyah Al-Falak sebagian

besar berminat terhadap mata pelajaran Fikih hal tersebut di tunjukkan dengan
84

sebagian besar dari responden dalam penelitian ini memberikan jawaban Sangat

Setuju (SS) dan Setuju (S) atau Selalu dan Sering untuk pernyataan positif dan

jawaban Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS) atau Kadang-kadang dan

Tidak Pernah untuk pernyataan negatif.

Dari hasil angket di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata skor pengamalan

ibadah siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Falak adalah (65,62) sehingga pengamalan

ibadahnya berada dalam kategori tinggi yang terletak antara 55 – 69, sedangkan

mengenai minat belajar Fikih siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor nilai rata-

ratanya adalah (55,65) sehingga minat belajar Fikihnya pun berada dalam kategori

Tinggi yang terletak antara 51 – 56.

D. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan data-data di atas dapat diketahui bahwa siswa-siswi di Madrasah

Tsanawiyah Al-Falak Bogor memiliki pengamalan ibadah yang baik dan berminat

terhadap mata pelajaran Fikih. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara

pengamalan ibadah siswa dengan minat belajar Fikih, karena penulis ingin

mengetahui hubungan antara dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini

melalui perhitungan kasar yaitu perhitungan berdasarkan jumlah perolehan skor yang

sebenarnya dari masing-masing variabel maka untuk membuktikannya penulis akan

mengolah data di atas dengan menggunakan rumus korelasional melalui langkah-

langkah sebagai berikut:


85

Membuat distribusi frekuensi pengamalan ibadah dengan cara sebagai berikut:

1. Menentukan ruang (R)

R=H–L+1

= 80 – 46 + 1

=35

2. Menentukan banyak kelas (kelas interval)

K = 1 + 3,33 log N

= 1 + 3,33 log 60

= 1 + 3,33 . 1, 778

= 1 + 5,92

= 6,92 (dibulatkan menjadi 7)

3. Menentukan panjang kelas interval

P=R:K

= 35 : 7

= 4, 86 (dibulatkan menjadi 5)

Tabel 40
Distribusi Frekuensi Pengamalan Ibadah Siswa
Interval Frekuensi Nilai Tengah
76 – 80 11 78
71 – 75 10 73
66 – 70 8 68
61 – 65 15 63
56 – 60 13 58
51 – 55 1 53
46 – 50 2 48
Jumlah 60 -
86

Membuat distribusi frekuensi minat belajar Fikih dengan cara sebagai berikut:

1. Menentukan ruang (R)

R=H–L=+1

= 60 – 42 + 1

= 19

2. Menentukan banyak kelas (kelas interval)

K = 1 + 3,33 log 60

= 1 + 3,33 . 1, 778

= 1 + 5, 92

= 6, 92 (dibulatkan menjadi 7)

3. Menentukan panjang kelas interval

P=R:K

= 19 : 7

= 2,71 (dibulatkan menjadi 3)

Tabel 41
Daftar Distribusi Frekuensi Minat Belajar Fikih
Interval Frekuensi Nilai Tengah
58 – 60 19 59
55 – 57 27 56
52 – 54 8 53
49 – 51 1 50
46 – 48 2 47
43 – 45 2 44
40 – 42 1 41
Jumlah 60 -
87

Tabel 42
Perhitungan Untuk Memperoleh Angka Korelasi Antara Variabel Pengamalan
Ibadah (X) dan Variabel Minat Belajar Fikih (Y)
Responden X Y XY X2 Y2
1 56 68 3808 3136 4624
2 59 76 4484 3481 5776
3 56 64 3584 3136 4096
4 55 75 4125 3025 5625
5 57 77 4389 3249 5929
6 55 76 4180 3025 5776
7 58 79 4585 3364 6241
8 55 65 3575 3025 4225
9 58 78 4524 3364 6084
10 52 63 3276 2704 3969
11 59 78 4602 3481 6084
12 58 74 4292 3364 5476
13 58 74 4292 3364 5476
14 57 66 3762 3249 4356
15 56 69 3864 3136 4761
16 51 60 3060 2601 3600
17 47 51 2397 2209 2601
18 42 46 1932 1764 2116
19 58 68 3944 3364 4624
20 45 49 2205 2025 2401
21 57 73 4161 3249 5329
22 58 62 3596 3364 3844
23 54 57 3078 2916 3249
24 59 80 4720 3481 6400
25 59 78 4602 3481 6084
26 58 66 3828 3364 4356
27 54 58 3132 2916 3364
28 60 80 4800 3600 6400
29 60 75 4500 3600 5625
30 53 62 3286 2809 3844
31 54 64 3456 2916 4096
32 56 61 3416 3136 3721
33 56 63 3528 3136 3969
34 59 80 4720 3481 6400
35 60 58 3480 3600 3364
36 58 64 3712 3364 4096
88

37 55 58 3190 3025 3364


38 60 71 4260 3600 5041
39 57 60 3420 3249 3600
40 57 59 3363 3249 3481
41 55 63 3465 3025 3969
42 57 66 3762 3249 4356
43 56 58 3248 3136 3364
44 57 62 3534 3249 3844
45 55 60 3300 3025 3600
46 58 73 4234 3364 5329
47 57 64 3648 3249 4029
48 54 58 3132 3916 3364
49 54 57 3078 3916 3249
50 56 61 3416 3136 3721
51 57 63 3591 3249 3969
52 56 68 3808 3136 4624
53 58 78 4524 3364 6084
54 54 59 3186 2916 3481
55 55 60 3300 3025 3600
56 56 63 3528 3135 3969
57 47 50 2350 2209 2500
58 50 57 2850 2500 3249
59 55 68 3740 3025 4624
60 56 64 3584 3136 4096
N = 60 X  Y= XY=2 X2=2 Y2=18
=3937 3339 20326 62555 6563

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel pengamalan

ibadah (x) dengan variabel minat belajar fikih (y), maka hasil penjumlahan di atas

dimasukkan kedalam rumus “r” product moment, sebagai berikut:

N . XY   X . Y
N . X 
  X  . N . Y 2   Y  
rxy=
2 2 2

N = 60

 x = 3937
89

 y = 3339

 xy = 220326

 x2 = 262555

 y2 = 186563

60.220326  3937 
. 3339
60.262555  3937 .60.186563  3339 
rxy=
2 2

73917
253331. 44859
rxy=

73917
rxy=
11364175329

 0,693
73917
rxy=
106602,88

r x y = 0,693

Interpretasi sederhana dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara

variabel X dan variabel Y tidak bertanda negatif, jadi terdapat korelasi positif rxy

sebesar 0,693 ternyata terletak antara 0,40 – 0,70 maka ini menunjukkan bahwa

korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi sedang atau cukup (lihat

rentangan harga “r” product moment).

Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan tersebut

signifikan atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan rtabel product moment dengan

terlebih dahulu mencari derajat bebas (db), karena dalam penelitian ini sampelnya
90

berjumlah 60 dan variabel yang dikorelasikan ada dua yaitu pengamalan ibadah (X)

dan minat belajar fikih (Y) maka derajat bebasnya dapat dihitung dengan langkah

sebagai berikut:

Db = N – nr

= 60 – 2

= 58

Setelah diketahui Db sebesar 58, diperoleh “r” product moment pada taraf

signifikansi 5% diperoleh rtabel = 0,250 dan pada taraf signifikansi 1% diperoleh rtabel

= 0,325 (lihat lampiran 5)

Selanjutnya kita bandingkan “rxy” dengan “rtabel “ (rt). Seperti diketahui rxy

yang diperoleh adalah 0,693 sedangkan rtabel masing-masing 0,250 dan 0,325. Dengan

demikian ternyata rxy adalah lebih besar daripada rtabel baik pada taraf signifikansi 5%

maupun pada taraf signifikansi 1%, karena rxy lebih besar dari rtabel baik pada taraf

signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1% maka hipotesa alternatif (Ha)

diterima sedangkan hipotesa nihil (Ho) ditolak, dengan demikian berarti bahwa ada

korelasi yang sedang atau cukup yang signifikan (meyakinkan) antara pengamalan

ibadah dan minat belajar Fikih. Hal ini berarti semakin besar pengamalan ibadah

siswa semakin besar pula minat belajar Fikihnya, begitu juga sebaliknya.

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar kontribusi (sumbangan) yang

diberikan variabel x terhadap variabel y, maka harus diketahui terlebih dahulu suatu

koefisien yang disebut dengan “Coeficient Of Determination” (korelasi penentu)

dengan rumus:
91

KP = r2 x 100 %

= 0,48 x 100 %

= 48 %

Dari hasil perhitungan Coeficient Of Determination di atas menunjukkan

bahwa r diperoleh nilai sebesar 48. ini berarti bahwa variabel x (minat belajar Fikih)

memberikan kontribusi sebesar 48 % terhadap variabel y (pengamalan ibadah siswa)

dan ini berarti sekitar 52 % dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain diluar minat

belajar Fikih.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengamalan ibadah dan

minat belajar Fikih siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Al-Falak Bogor dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan dari pengamatan dan skor angket menunjukkan bahwa siswa-

siswi di Madrasah Tsanawiyah Al-Falak memiliki minat belajar terhadap mata

pelajaran Fikih dan pengamalan ibadah yang baik yaitu berada dalam kategori

sedang

2. Hasil perhitungan korelasi dari variabel minat belajar fikih (x) dan variabel

pengamalan ibadah (y) dengan menggunakan rumus korelasional “r” Product

Moment tampak adanya hubungan positif dalam taraf korelasi Sedang atau cukup

yaitu (0,69) yang terletak antara 0,40 – 0,70, jika dibandingkan rxy dan rtabel (rt),

rxy lebih besar daripada rtabel 0,250 pada taraf signifikansi 5 % dan 0,325 pada

taraf signifikansi 1 % sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan adanya

hubungan yang signifikan antara variabel x dan variabel y diterima sedangkan

hipotesa nihil (Ho) yang menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan

antara variabel x dan variabel y ditolak.

3. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan rumus korelasional “r”

product moment dan kesimpulan yang didapat, pengamalan ibadah siswa

92
93

Madrasah Tsanawiyah dalam kehidupan sehari-hari salah satunya dapat

dipengaruhi oleh minat belajar Fikih. Sehingga pengamalan ibadah memiliki

kaitan yang erat dengan minat belajar Fikih.

B. Saran-saran

Minat belajar siswa di sekolah, khususnya minat belajar pada mata pelajaran

Fikih dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap pengamalan ibadah siswa,

oleh karena itu penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada para orang tua untuk dapat memberikan kontrol dan teladan yang baik

terhadap pengamalan ibadah putra-putrinya di rumah.

2. Kepada lembaga pendidikan sebagai tempat diadakannya penelitian ini untuk

lebih mengembangkan dan meningkatkan penelitian semacam ini dalam ruang

lingkup populasi dan sampel yang lebih luas lagi, tidak terbatas pada satu

lembaga pendidikan saja, melainkan dalam ruang lingkup yang lebih luas. Selain

itu lembaga pendidikan juga diharapkan dapat menciptakan suasana yang dapat

mendukung tumbuhnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fikih.

3. Kepada guru bidang studi Fikih untuk lebih optimal dalam mengupayakan

tumbuh dan berkembangnya minat belajar siswa khususnya pada mata pelajaran

fikih dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang bervariasi,

karena dengan adanya minat belajar pada diri siswa akan membantu dalam usaha

pencapaian tujuan pembelajaran yang ditandai dengan adanya pengamalan

terhadap materi pembelajaran melalui perubahan sikap dan tingkah laku.


DAFTAR PUSTAKA

Abror, Abd. Racman, Drs., Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : PT. Tiara Wacana
Yogya, 1993, Cet. ke-4

Arikunto, Suharsimi, Drs., Prosedur Penelitian, Jakarta : UI, 1993

Ash-Shiddiqiey, T.M. Hasbi, Prof., Pengantar Hukum Islam, Jakarta : Bulan Bintang,
2000, Cet. ke-11

Asyiq, K.M., Drs., Ibadah Dalam Islam, Surabaya : Al-Ikhlas, 1993

Djafar, Muhammadiyah, Drs., Pengantar Ilmu Fikih, Jakarta : Kalam Mulia, 1993,
Cet. ke-1

Djazuli, A.D., Prof., Ilmu Fikih, Jakarta, Kencana, 2005

Efendi, Satria, Drs., Ilmu Fikih, Jakarta : Pustaka Hidayah, 2003

_______________, Pengantar Ushul Fiqh dan Ushul Fiqh Perbandingan, Jakarta :


Pustaka Hidayah, 1993

Gunarsa, Singgih D, Drs., Psikologi Perawatan, Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 1989,
Cet. ke-3

Jumantoro, Totok, Prof, Dr., dan Munir Amin, Syamsul, Drs., Kamus Ilmu Ushul
Fiqh, Jakarta : Amzah, 2005, Cet. ke-1

Jumhur, I., Drs., dan Surya, Moch., Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung
: CV. Lima, 1998

Kartono, Kartini, Teori Kepribadian, Bandung : Alumni, 1980

Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, GBPP Mata Pelajaran Fikih, Jakarta : DEPAG


RI, 2004

Marimba, Ahmad D., Prof, Dr., Psikologi Perawatan, Jakarta : BPK. Gunung Mulia,
1989

Mudjib, Abdul, Drs, M.A., Fikih Ibadah, Surabaya : Al-Ikhlas, 2000

Purwanto, M. Ngalim, Drs., Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya, 2002, Cet. ke-18

94
95

Rahmat, Jalaludin, Prof, Dr., Islam Alternatif, Bandung : Mizan, 1991, Cet. ke-4

Rahmat, Syafe’i, Prof,Dr., Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, Cet.

ke-1

Razak, Nasrudin, Drs., Dienul Islam, Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1989, Cet. ke-10

Rifa’i, Muhammad, Drs., Ushul Fiqih, Semarang : Wicaksana, 1998

Sabri, M. Alisuf, Drs., Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet.
ke-2

Saleh, Abd. Rahman, Prof, Dr., Didaktik Pendidikan Agama, Bandung : Jemmars,
1980

Sevilla, Consuelo G., Drs., Pengantar Metode Penelitian, Jakarta : UI, 1993, Cet.
ke-1

Singer, Kurt, membina Hasrat Belajar, Terjemah. Sitorus, Bergman, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 1987

Slameto, Drs., Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka


Cipta, 2003, Cet. ke-4

Sobur, Alex, Drs, M.Si., Psikologi Umum, Jakarta : Pustaka Setia, 2003

Sudijono, Anas, Drs., Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2003, Cet. ke-2

Surya, Muhammad, Prof, Dr., Karakteristik Pelajar dalam Proses Belajar, Bandung :
Media Pembinaan No. 24, 2000

Psikologi Belajar, Jakarta : Rajawali Press, 2003

Suryabrata, Sumadi, Drs, B.A., Dasar-dasar untuk Psikologi Pendidikan Sekolah,


Jakarta : Prima Karya, 1998

Syah, Ismail, Drs, H., et al., Filsafat Hukum Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1992, Cet.
ke-2

Syah, Muhibbin, Drs., Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,


1999, Cet. ke-4
96

Tampubolon, D.P., Drs., Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak, Bandung :


Angkasa, 1993, Cet. ke-1

You might also like