You are on page 1of 3

PENGERTIAN KRISIS EKONOMI GLOBAL

Krisis ekonomi Global merupakan peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar
dunia mengalami keruntuhan dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Ini
dapat kita lihat bahwa negara adidaya yang memegang kendali ekonomi pasar dunia
yang mengalami keruntuhan besar dari sektor ekonominya. Bencana pasar keuangan
akibat rontoknya perusahaan keuangan dan bank-bank besar di Negeri Paman Sam
satu per satu, tinggal menunggu waktu saja. [1]Bangkrutnya Lehman Brothers
langsung mengguncang bursa saham di seluruh dunia. Bursa saham di kawasan Asia
seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India, Taiwan dan Korea
Selatan, mengalami penurunan drastis 7 sd 10 persen. Termasuk bursa saham di
kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Tak
terkecuali di AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street mengalami kerugianbesar.
Seluruh dunia telah diliputi oleh krisis financial (krisis ekonomi global), seluruh
negara-negara di dunia baik itu negara maju maupun negara berkembang telah
terjebak dalam kesulitan yang sangat rumit. Beberapa negara yang sebelumnya
menikmati kondisi ekonomi yang kuat yang mempunyai teknologi yang canggih
dalam hal ilmu pengetahuan, pangan, senjata, obat-obatan terlihat hancur
perekonomiannnya. Fakta dari masalah tersebut adalah bahwa ekonomi negara-negara
tersebut ditopang oleh kebijakan yang sangat rapuh yang meyebabkan collaps terkena
dampak krisis ekonomi global.
Krisis finansial global yang menyebabkan menurunnya kinerja perekonomian dunia
secara drastis pada tahun 2008 diperkirakan masih akan terus berlanjut, bahkan akan
meningkat intensitasnya pada tahun 2009. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia,
selain menyebabkan volume perdagangan global pada tahun 2009 merosot tajam, juga
akan berdampak pada banyaknya industri besar yang terancam bangkrut, terjadinya
penurunan kapasitas produksi, dan terjadinya lonjakan jumlah pengangguran dunia.
Bagi negara-negara berkembang dan emerging markets, situasi ini dapat merusak
fundamental perekonomian, dan memicu terjadinya krisis ekonomi.

KONDISI KRISIS EKONOMI 2008


kondisi krisis saat ini dipicu oleh hal-hal yang jauh berbeda dengan krisis 2008
dimana krisis bermula dari lebih satu negara di Eropa. Sementara pada 2008, hanya
disebabkan kredit macet dari pembiayaan rumah atau subprime mortgage di AS.
"Karena dari 2008 bottom up mortgage, penyebabnya single country yaitu AS.
Sehingga penanganannya lebih mudah. Walau recovery-nya hingga kini berjalan
lamban," tuturnya.
"Di euro zone penyebabnya top down. Disebabkan utang pemerintah di zona itu besar
dan tidak disiplinnya mereka dalam menjalankan kewajiban. Krisis saat ini, negara
yang terlibat multy countries," tambahnya.
Bila di AS menggunakan solusi injeksi likuiditas melalui program quantitave easing.
Namun solusi yang sama tidak bisa dilakukan di Eropa serta memilik potensi menjalar
ke negara dengan perekonomian terkuat di Eropa seperti Jerman dan Perancis.
"Penanganannya akan lebih sulit lagi. Karena euro zone juga harus memulihkan
kepercayaan pasar, mendorong pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan," jelasnya.

Kendati demikian, ia mengatakan, kondisi fundamental perekonomian Indonesia


masih cukup kuat untuk menghadapi krisis saat ini terutama bila pemerintah dapat
menjaga pertumbuhan perekonomian domestik.
"Berdasar pengalaman lalu, Indonesia mempunyai daya tahan ekonomi yang lebih
baik dibandingkan dengan negara lain dalam menghadapi krisis 2008," tegasnya.
PENYEBAB TERJADINYA KRISIS EKONOMI
****Krisis Ekonomi 2008 diyakini terjadi karena inflasi global, pengangguran
meningkat, minyak yang tinggi dan harga pangan, nilai dolar menurun, pasar
perumahan yang mengerikan, dan krisis subprime mortgage. Meski krisis ekonomi
terjadi di seluruh dunia, artikel ini akan terdiri dari tips tentang bagaimana penelitian
Krisis Ekonomi Amerika Serikat tahun 2008 dan 2009.
*** dari faktor penyebabnya, krisis Ekonomi global pada saat ini berbeda dengan
krisis ekonomi yang melanda Indonesia lebih kurang satu dasawarsa lalu, yang mana
pada saat itu krisis ekonomi yang melanda Indonesia lebih disebabkan oleh
ketidakmampuan Indonesia menyediakan alat pembayaran luar negeri, dan tidak
kokohnya struktur perekonomian Indonesia, tetapi krisis kewangan global pada tahun
2008 ini berasal dari faktor-faktor yang terjadi di luar negeri. Tetapi kalau kita tidak
hati-hati dan waspada dalam menyikapi permasalahan ini, tidak mustahil dampak
krisis keuangan global pada tahun 2008 ini akan sama atau bahkan lebih buruk jika
dibandingkan dengan dampak dari krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998.
***Krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter beberapa waktu yang lalu,
paling tidak telah memberikan indikasi yang kuat terhadap tiga hal. Pertama,
kredibilitas pemerintah telah sampai pada titik nadir. Penyebab utamanya adalah
karena langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dalam merenspons krisis selama
ini lebih bersifat tambal-sulam, ad-hoc, dan cenderung menempuh jalan yang
berputar-putar.
Selain itu, seluruh sumber daya yang dimiliki negeri ini dicurahkan sepenuhnya untuk
menyelamatkan sektor modern dari titik kehancuran. Sementara itu, sektor tradisional,
sektor informal, dan ekonomi rakyat, yang juga memiliki eksistensi di negeri ini
seakan-akan dilupakan dari wacana penyelamatan perekonomian yang tengah
menggema.
Salah satu faktor terpenting yang bisa menjelaskan kecenderungan di atas adalah
karena proses penyesuaian ekonomi dan politik (economic and political adjustment)
tidak berlangsung secara mulus dan alamiah. Soeharto-style state-assisted capitalism
nyata-nyata telah merusak dan merapuhkan tatanan perekonomian. Memang di satu
sisi pertumbuhan ekonomi yang telah dihasilkan cukup tinggi, namun mengakibatkan
ekses yang ujung-ujungnya justru counter productive bagi pertumbuhan yang
berkelanjutan.
Hancurnya kredibilitas pemerintah yang dibarengi dengan tingginya ketidakpastian itu
telah menyebabkan terkikisnya kepercayaan (trust). Yang terjadi dewasa ini tidak
hanya sekadar pudarnya trust masyarakat terhadap pemerintah dan sebaliknya,
melainkan juga antara pihak luar negeri dengan pemerintah, serta di antara sesama
kelompok masyarakat. Yang terakhir disebutkan itu tercermin dengan sangat jelas dari

keberingasan massa terhadap simbol-simbol kekuasaan serta kemewahan dan


terhadap kelompok etnis Cina, seperti yang dikenal dengan peristiwa Mei 1998.
Sementara itu, krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dapat dilihat dari
respons masyarakat yang kerap kali berlawanan dengan tujuan kebijakan yang
ditempuh pemerintah. Misalnya, kebijakan pemerintah yang seharusnya berupaya
menggiring ekspektasi masyarakat ke arah kanan, justru telah menimbulkan respons
masyarakat menuju ke arah kiri, dan sebaliknya. Faktor lainnya adalah semakin
timpangnya distribusi pendapatan dan kekayaan, sehingga mengakibatkan lunturnya
solidaritas sosial.

You might also like