Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
I Made Mega
I Nyoman Dibia
I G P Ratna Adi
Tati Budi Kusmiyarti
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya, Buku Ajar Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan ini dapat tersusun tepat
pada waktunya.
Buku ajar ini dimaksudkan sebagai buku pegangan, sehingga diharapkan dapat
membantu mahasiswa dalam menempuh mata kuliah Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian
Lahan, dengan bobot 3 SKS di Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Udayana. Topik yang disajikan dalam buku ajar ini mengacu pada Silabus Mata Kuliah
yang telah disusun sebelumnya. Dalam buku ajar ini dibahas tentang klasifikasi tanah dan
perkembangannya, .sistem klasifikasi tanah yang digunakan di Indonesia, evaluasi
sumberdaya lahan, kesesuaian lahan untuk pertanaian dan non pertanian. Pada akhir
pokok bahasan dilengkapi dengan bahan diskusi, tugas terstruktur atau tugas mandiri.
Buku ajar ini disusun dari beberapa literatur dan hasil-hasil penelitian.
Buju ajar ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat diharapkan, semoga buku ajar ini ada manfaatnya.
ii
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 1
1.1. Pengertian Klasifikasi Tanah dan Sumberdaya Alam........................................................................ 1
1.2. Tanah yang Diklasifikasikan ............................................................................................................. 2
1.3. Hubungan Klasifikasi Tanah dengan Ilmu Pengetahuan lainnya ...................................................... 3
II. MORFOLOGI TANAH .......................................................................................................................... 5
2.1. Profil Tanah ....................................................................................................................................... 6
2.2. Ciri-ciri Morfologi Tanah .................................................................................................................. 7
III. KLASIFIKASI TANAH DAN PERKEMBANGANNYA..................................................19.
3.1. Tujuan Klasifikasi Tanah ................................................................................................................. 19
3.2. Asas Klasifikasi Tanah .................................................................................................................... 19
3.3. Sejarah Perkembangan Klasifikasi tanah ......................................................................................... 20
iii
iv
I.
PENDAHULUAN
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai pendahuluan, 75 % mahasiswa mampumenjelaskan
pengertian klasifikasi Tanah dan Sumberdaya Alam serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lainya
Sasaran Belajar
1.
2.
3.
menyebabkan lahan tidak dapat berproduksi sama sekali baik secara alami maupun
dengan pengelolaan. Besarnya variasi faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi lahan
menyebabkan degradasi lahan mengalami perkembangan fase-fase yang menunjukkan
tingkat keparahannya sebelum mencapai suatu keadaan yang ekstrim (lahan kritis).
Tingkat kerusakan akibat degradasi lahan dapat digolongkan rendah, sedang dan tinggi.
Definisi tanah di atas menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak saja tanah yang
terbentuk secara alami, tetapi juga tanah-tanah yang terbentuk karena modifikasi
manusia. Biasanya tanah tersebut mengandung horison-horison (lapisan-lapisan).
Batas atas tanah adalah udara atau air dangkal. Pada bagian-bagian pinggir, tanah
secara berangsur-angsur beralih ke air yang dalam atau ke area tandus batuan atau
hamparan es. Sedangkan batas bawahnya sampai kebahan bukan-tanah yang barang kali
paling sulit didefinisikan. Tanah mencakup horison-horison dekat permukaan tanah yang
berbeda dari batuan di bawahnya, sebagai hasil interaksi iklim, jasad hidup, bahan induk,
dan relief atau topografi, melalui waktu pembentukannya.
1.3 Hubungan Klasifikasi Tanah dengan Ilmu Pengetahuan lainnya
Klasifikasi tanah merupakan bagian dari Pedologi. Pedologi mencakup genesis tanah,
klasifikasi tanah dan pemetaan tanah. Ketiga ilmu di atas saling berkaitan, sehingga
merupakan suatu rangkaian.
Pedologi berhubungan erat dengan ilmu-ilmu pengetahuan dasar (basic science) yaitu
kimia, fisika dan matematika; ilmu bumi (Klimatologi, Geologi, Mineralogi), ilmu hayati
(Botani, Zoologi, Mikrobiologi) dan adapat diterapkan pada ilmu terapan yaitu Pertanian
(agronomi), kehutanan dan teknik (enginering), sehingga klasifikasi tanah dapat dapat
ikatakan sebagai ilmu yang interdisipliner. Hubungan antar ilmu-ilmu di atas disajikan
pada Gambar 1.
FISIKA
KIMIA
MATEMATIKA
ILMU-ILMU DASAR
BOTANI
ZOOLOGI
MIKROBIOLOGI
IL
M
UIL
M
U
H
A
Y
A
TI
A
R
PERTANIAN
IL
M
UIL
M
U
A
L
A
M
PEDOLOGI
(ILMU TANAH)
ILMU-ILMU TERAPAN
KEHUTANAN
3
ENGINEERING
KLIMATOLOGI
GEOLOGI
MINERALOGI
Bahan diskusi
1. Jelaskan pengertian klasifikasi tanah
2. Jelaskan tanah-tanah yang dapat diklasifikasikan
3. Sebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi lahan.
4. Bagaimana cara mencegah terjadinya degradasi lahan.
Latihan terstruktur :
Mahasiswa belajar membuat suatu skema yang menguraikan hubungan klasifikasi tanah
dengan ilmu-ilmu lainnya.
Tugas mandiri :
Mahasiswa membuat rangkuman pemahaman tentang klasifikasi tanah
Daftar Pustaka
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo,
Jakarta.
II.
MORFOLOGI TANAH
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai pendahuluan, 75 % mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengidentifikasi morfologi Tanah
Sasaran Belajar
4.
5.
Morfologi pertama kali dikemukakan oleh Goethe dalam taun 1817. Pada
awalnya istilah ini hanya dipergunakan dalam ilmu hayat seperti botany dan zoology,
tetapi kemudian hampir semua ilmu pengetahuan alam mempergunakannya. Orang
pertama yang menggunakan cara morfologi dalam mempelajari tanah menurut Zakharov
(1927) adalah Ruprecht (Joffe, 1950).
Morfologi bukan suatu ilmu melainkan sarana sesuatu ilmu, merupakan
cara yang digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan ilmiah. Tujuan morfologi tanah
adalah suatu uraian pelukisan, sehingga yang dimaksud morfologi tanah adalah suatu
uraian tanah mengenai kenampakan, ciri-ciri dan sifat-sifat tanah yang adapat diamati dan
dipelajari di lapang.
semuanya mempunayai sifat yang memenuhi syarat untuk dikelompokkan sebagai satu
sewri tanah. Luas polipedon minimun 2 m2, sedangkan luas maksimum tidak terbatas.
Hubungan antara profil tanah, solum, pedon dan poli pedon ditunjukan pada Gambar 1.
mungkin pula tercampur warna lain berupa warna reduksi yang mempunyai warna lebih
kearah biru, atau dalam bentuk bintik, becak (mottling) berwarna merah, coklat, kuning
atau hitam. Becak ini merupakan skumulasi senyawa-senyawa besi, Al atau Mn yang
makin besar akumulasinya makin jelas terkumpul membentuk konkresi. Mengenai becakbecak ini selain warnanya perlu pula diamati jelas, jumlah dan besarnya.
Jelas tidaknya becak-bacak dibedakan atas :
-k- kabur (faint) : perbedaan warna dasar (matrix) dan becak (mottling) tidak jelas;
-j- jelas (distinc) : tampak jelas perbedaan dasar dan becak;
-t- tegas (prominent) : becak merupakan ciri yang tegas.
Jumlahnya (abundance) dibedakan atas :
-s- sedikit (few) : kurang dari 2 % luas permukaan horison profil yang diamati;
-c- cukup (common) : antara 2 % - 20 %.
-b- Banyak (many) : lebih dari 20 % luas permukaan horison profil;
Besarnya (size) becak-becak dibedakan atas :
-h- halus (fine) : diameter becak-becak kurang dari 5 mm;
-s- sedang (medium) : diameternya antara 5-15 mm; dan
-k- kasar (coarse) : diameternya lebih dari 15 mm.
Warna reduksi dan warna becak-becak menunjukkan drainase terhambat
(buruk).
Warna penentuan warna tanah diperlukan suatu patokan warna sebagai
pembanding. Yang banyak digunakan adalah Munsell Soil Color Chart yang meliputi
kira-kira 1/5-nya seluruh warna yang ada.
Penentuan warna tanah digunakan Munsell Soil Color Chart yang terdiri dari 9
kartu dengan hue antara kuning (yellow) dan merah (red) berturut-turut mulai dari 5 Y,
2,5 Y, 10 YR, 7,5 YR, 5 YR, 2,5 YR, 10 %, 7,5 R dan 5 R. Masing-masing kartu disusun
dengan interval value mulai dari 1 samapi dengan 8, dan dengan interval chroma mulai
dari 2 samapai 8 atau mulai 0 samapai 8 tanpa angka 5. Makin tinggi value makin cerah
warnanya, sedangkan makin besar angka chroma makin besar intensitasnya.
Cara menentukan warna tanah adalah dengan membandingkan warna tanah
dengan warna pembanding dealam kartu Munsell Soil Color Chart, dengan mendekatkan
contoh tanah atau memasukkan contoh tanah ke dalam lubang yang telah tersedia di dekat
maisng-masing kertas warna pembanding. Penulisan warna ditulis menurut urutan hue,
value, chroma, misalnya 10 YR (coklat).
10
Klas tekstur
Pasir
11
2.
Pasir berlempung
3.
Lempung berpasir
4.
Lempung berdebu
5.
Lempung
6.
Debu
7.
Lempung berliat
8.
9.
10.
Liat berpasir
11.
Liat berdebu
No.
Klas tekstur
12.
Liat
13.
Liat berat
12
melekat satu sama lain dengan kuat sehingga tidak membentuk gumpalan-gumpalan
(ped).
Penyipatan strukur tanah meliputi 3 hal yaitu bentuk, tingkat perkembangan dan
ukuran.
a. Bentuk struktur
Bentuk struktur tanah dibedakan menjadi :
1. Lempeng (platy) : sumbu vertikal lebih pendek dari sumbu horisontal.
2. Prismatik (prismatic) : sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal. Sisi
atas tidak membulat.
3. Tiang (columnar) : sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal. Sisi-sisi
atas membulat.
4. Gumpal bersudut (angular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu
horisontal. Sisi-sisi membentuk sudut tajam.
5. Gumpal membulat (subangular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu
horisontal. Sisi-sisi membentuk sudut membulat.
6.
Granuler (granular) : membulat, atau banyak sisi. Masing-masing buitr ped tidak
porous.
: < 1 mm.
- halus
: 1-2 mm.
- sedang
: 2-5 mm.
- kasar/tebal
: 5-10 mm.
13
- sangat kasar
: > 10 mm.
: < 5 mm.
- halus
: 5-10 mm.
- sedang
: 10-20 mm.
- kasar
: 20-50 mm.
- sangat kasar
: > 50 mm.
: < 10 mm.
- halus
: 10-20 mm.
- sedang
: 20-50 mm.
- kasar/tebal
: 50-100 mm.
- sangat kasar
14
Krietria
Keterangan
Tidak lekat
Agak lekat
Lekat
Sangat lekat
Krietria
Tidak plastis
Agak plastis
Keterangan
Tidak dapat membentuk gulungan tanah
1 Sangat gembur
2 Gembur
3 Teguh
4 sangat teguh )
5 Sangat teguh )
sekali
Tanah kering : Tanah dalam kedaan kering angin.
0 Lepas
1 Lunak
16
2 Agak keras )
3 Keras )
4 Sangat keras )
5 Sangat keras )
sekali
2.2.6. pH Tanah
Penentuan pH tanah dalam klasifikasi dan pemetaan tanah diperlukan untuk
menaksir lanjut tidaknya perkembangan tanah, respon tanah terhadap pemupukan,
kebutuhan kapur dan laon-lainnya.
Penentuan pH tanah dapat dikerjakan secara ekeltrometrik dan kolorimetrik.
Pengukuran pH tanah di lapang biasanya digunakan cara yang sederhana yaitu dengan
lakmus atau pH stick.
2.2.7. Padas
Padas adalah lapisan tanah yang mampat, padat dan keras terbentuk selama
bagian proses pembentukan tanah atau warisan suatu daur pelapukan menjadi bahan
induk tanah yang sekarang ada.
Padas dapat terbentuk karena : 1) terlalu beratnya masaa yang ada di atasnya
(misalnya akibat pembajakkan yang terlalu berat atau adanya glacier), 2) pemadatan
akibat cuaca yang membekukan, 3) agregasi tanah disertai perubahan temperatur, 4)
karena pengikatan yang sangat erat berupa sementasi, baik oleh bahan perekat besi, bahan
organik silikat ataupun liat.
Bahan diskusi :
1. Jelaskan pentingnya ciri morfologi tanah ditetapkan di lapangan
2. Bagaimana cara penetapan ciri-ciri morfologi tanah tersebut
17
Latihan terstruktur :
Mahasiswa melakukan praktikum lapangan penetapan ciri morfologi di lapangan ( warna,
struktur, tekstur tanah dan lain-lainnya)
Tugas mandiri :
Mahasiswa mencari dan menjelaskan beberapa contoh ciri morfologi dari berbagai tanah.
Daftar Pustaka
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Puslittanak Bogor.
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo,
Jakarta.
18
III.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai klasifikasi Tanah dan perkembangannya., 75 % mahasiswa
mampu menjelaskan tujuan, asas-asas, dan perkembangan system klasifikasi Tanah
Sasaran Belajar
1. Mahasiawa mampu menjelaskan tujuan.tanah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan asas-asas klasifikasi Tanah
3. Mahasiswa mamapu menjelaskan beberapa system klasifikasi Tanah
yang
mengembangkan sistem klasifikasi tanah di dunia, oleh karena itu Dokuchaev dianggap
sebagai Bapak Ilmu Tanah.
Dari daratan Rusia selanjutnya klasifikasi tanah berkembang ke Eropa dan
Amerika serta negara-negara lain di dunia. Di Eropa, khususnya di Jerman, klasifikasi
tanah dikembangkan oleh Glinka, kemudian baru dikembangkan di Amerika Serikat.
Sistem klasifikasi yang dikembangkan berdasarkan teori bahwa setiap jenis tanah
mempunyai maxfologi tertentu atau mempunyai ciri dan sifat tertentu yang dihubungkan
pada kombinasi faktor-faktor pembentuk tanah. Sistem klasifikasi itu berkembang di
20
Amerika Serikat (USA) pada tahun 1949 dan sering disebut sistem klasifikasi tanah
tersebut yang pertama dipergunakan di Amerika Serikat hingga tahun 1969.
Pada
tahun
1960
Departemen
Pertanian
Amerika
Serikat
(USDA)
Bahan diskusi :
Jelaskan, mengapa tanah-tanah perlu diklasifikasikan
Latihan terstruktur :
Mahasiswa membuat uraian tentang sejarah perkembangan system klasifikasi tanah
Tugas mandiri :
Mahasiswa membuat rangkuman tentang beberapa system klasifikasi tanah
21
Daftar Pustaka
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo,
Jakarta.
22
IV.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai system klasifikasi Tanah Pusat Penelitian Tanah Bogor., 75
% mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system PPTBogor
Sasaran Belajar
1. Mahasiawa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system PPT Bogor
2. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat Tanah menurut system PPT Bogor
Sistem klasifikasi tanah dari PPT (Pusat Penelitian Tanah) Bogor yang telah
banyak dikenal di Indonesia adalah Sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957). Sistem ini
disusun oleh Dudal (seorang ahli survei dan klasifikasi tanah dari Belgia yang menganut
sistem USDA, diperbantukan pada PPT mulai tahun 1950), dan Soepraptohardjo
(Pimpinan Bagian Pemetaan Tanah PPT Bogor). Selanjutnya Sistem DS (1957)
disempurnakan lagi dengan dikenalnya sistem FAO/UNESCO (1974) dan sistem
Taksonomi Tanah (1975). Perubahan tersebut terutama menyangkut definisi jenis-jenis
tanah dan macam tanah. Dengan perubahan definisi tersebut maka disamping nama-nama
tanah lama yang tetap dipertahankan dikemukakan nama baru yang kebanyakan mirip
dengan nama-nama tanah dari FAO/UNESCO, sedang horison penciri seeprti yang
dikemukakan oleh USDA ataupun oleh FAO/UNESCO.
Sistem klasifikasi tanah ini, menggunakan 6 kategori yaitu Golongan (Ordo),
Kumpulan (Sub-ordo), Jenis (Great soil group), Macam (Sub group), Rupa (Famili), dan
Seri (Series). Pada kategori golongan dan kumpulan, tanah dibedakan atas dasar tingkat
perkembangan dan susunan horison tanah. Pemberian nama tanah baru mulai pada
kategori Jenis tanah, sehingga nama-nama tanah pada kategori golongan dan kumpulan
tidak dikenal. Pada kategori rendah (rupa dan seri) penciri utamanya adalah tekstur dan
drainase tanah. Salah satu contoh nama tanah :
Golongan
Kumpulan
: Horison ABC.
Jenis tanah
: Latosol.
Macam tanah
: Latosol Humic.
23
Rupa
Seri
: Bogor.
Litosol
Rendzina
Sistem Dudal-
Modifikasi
FAO/UNESCO
USDA Soil
Soepraptohardjo (1956-
1978/1982
(1974)
Taxonomy
1961).
(PPT)
(1975)
1.
Tanah Aluvial
Tanah Aluvial
Fluvisol
Entisol
2.
Andosol
Andosol
Andosol
Inceptisol
3.
Kambisol
Cambisol
Andisol
4.
Grumusol
Grumusol
Vertisol
Inceptisol
5.
Latosol
Kambisol
Cambisol
Vertisol
Latosol
Nitosol
Inceptisol
Lateritik
Ferralsol
Ultisol
6.
Litosol
Litosol
Litosol
Entisol
7.
Mediteran
Mediteran
Luvisol
Alfisol/Inceptisol
8.
Organosol
Organosol
Histosol
Histosol
9.
Podsol
Podsol
Podsol
Spodosol
10.
Podsolik
Acrisol
Ultisol
11.
Podsol Coklat
Kambisol
Cambisol
Inceptisol
12.
Podsol Coklat
Podsolik
Acrisol
Ultisol
24
Kekelabuan
13.
Regosol
Regosol
Regosol
Entisol/Inceptisol
14.
Renzina
Renzina
Renzina
Rendoll
15.
Ranker
Ranker
16.
Tanah-tanah Berglei
Gleisol
Gleysol
Glei Humus
Gleisol Humik
Inceptisol (Aquept)
Gleisol
Inceptisol (Aquept)
Hidromorf
Podsolik
Gleyic
Ultisol
Kelabu
Gleiik
Acrisol
(Aquult)
Aluvial Hidromorf
Gleisol Hidrik
Planosol
Planosol
17.
Grumusol
Inceptisol (Aquept)
Planosol
Inceptisol (Aquept)
Gleisol
: Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan
sifat-sifat hidromorfik lain.
Aluvial
Arenosol
: Tanah berstektur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman
sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri
mirip horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat
karena tekstur teralu kasar. Tidak mempunyai horison penciri kecuali
epipedon ochrik.
Andosol
Latosol
: Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur,
warna seragam dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam
(lebih dari 150 cm),kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya
mempunyai epipedon umbrik dan horison kambik.
25
Brunizem
Kambisol
: Tanah dengan horison kambik, atau epipedon umbrik, atau mollik. Tidak
ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air).
Nitosol
Podsolik
Mediteran
Planosol
Podsol
Oksisol
Bahan diskusi :
1. Mengapa sistem di atas dinamakan sistem PPT Bogor
2. Apa saja yang digunakan sebagai kriteria pembeda pada sistem PPT Bogor
26
Latihan terstruktur :
Mahasiswa mencari data-data beberapa jenis tanah yang diklasifikasi menurut PPT
Bogor.
Tugas mandiri :
Mahasiswa membuat rangkuman beberapa jenis tanah beserta sifat-sifatnya.
Daftar Pustaka
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Darmawijaya, M.I. 1980. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo,
Jakarta.
27
V.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai system klasifikasi Tanah FAO/UNESCO., 75 % mahasiswa
mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system FAO/UNESCO
Sasaran Belajar
1. Mahasiawa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system FAO/UNESCO
2. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat Tanah menurut system FAO/UNESCO
Sistem klasifikasi tanah ini dibuat dalam rangka pembuatan peta tanah dunia
dengan skala 1 : 5.000.000. Peta tanah ini terdiri dari 12 peta tanah. Sistem ini terdiri dari
2 kategori. Kategori pertama setara dengan great soil group, dan kategori kedua setara
dengan sub group dalam Taksonomi Tanah (USDA).
Untuk pengklasifikasian, digunakan horison-horison penciri yang sebagian
diambil dari kriteria-kriteria horison penciri pada Taksonomi Tanah dan sebagian dari
sistem klasifikasi tanah ini. Nama-nama tanah diambil dari nama-nama tanah klasik yang
sudah terkenal dari Rusia, eropa barat, Kanada, Amerika Serikat dan beberapa nama baru
yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini. Tampaknya dari nama-nama tanah tersebut
bahwa sistem ini merupakan komromi dari berbagai sistem dengan tujuan agar diterima
oleh semua pakar di dunia.
Beberapa nama dan sifat tanah dalam kategori great group menurut sistem
FAO/UNESCO sebagai berikut :
Fluvisol
Gleysol
Regosol
28
Arenosol
: Tanah dengan tekstur kasar (pasir), terdiri dari bahan albik yang terdapat
pada kedalaman 50 cm atau lebih, mempunyai sifat-sifat sebagai horison
argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur
yang kasar tersebut. Tidak mempunyai horison penciri lain kecuali
epipedon ochrik. Tidak terdapat sifat hidromorfik, tidak berkadar garam
tinggi.
Rendzina
Ranker
: Tanah dengan epipedon umbrik yang tebalnya kurang dari 25 cm. Tidak
ada horison penciri lain.
Andosol
: Tanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan horison
kambik, serta mempunyai bulk density kurang dari 0,85 g/cc dan
didominasi bahan amorf, atau lebih dari 60 % terdiri dari bahan vulkanik
vitrik, cinder, atau pyroklastik vitrik yang lain.
Vertisol
Solonet
Yermosol
Xerolsol
Kastanozem
: Tanah dengan epipedon mollik berwarna coklat (kroma > 2), tebal 15 cm
atau lebih, horison kalsik atau gipsik atau horison yang banyak
29
Phaeozem
Greyzem
: Tanah dengan epipedon mollik yang berwarna hitam (kroma < 2), tebal
15 cm atau lebih, terdapat selaput (bleached coating) pada permukaan
struktur tanah.
Cambisol
: Tanah dengan horison kambik dan epipedon ochrik atau umbrik, horison
kalsik atau gipsik. Horison kambik mungkin tidak ada bila mempunyai
epipedon umbrik yang tebalnya lebih dari 25 cm.
Luvisol
Podzoluvisol : Tanah dengan horison argillik, dan batas horison eluviasi dengan
Horison di bawahnya terputus-putus (terdapat lidah-lidah horison eluviasi
= tonguing).
Podsol
Planosol
Acrisol
Nitosol
: Tanah dengan horison argillik, dan kandungan liat tidak menurun lebih
dari 20 % pada horison-horison di daerah horison penimbunan liat
maksimum. Tidak terdapat epipedon mollik.
Ferrasol
: Tanah dengan horison oksik, KTK (NH4Cl) lebih 1,5 me/100 g liat.
Tidak terdapat epipedon umbrik.
Histosol
30
Dalam tingkat sub group nama tanah terdiri dari dua patah kata seeprti halnya
sistem Taksonomi Tanah, dimana kata kedua menunjukkan nama great group, sedangkan
kata pertama menunjukkan sifat utama dari sub group tersebut.
Contoh :
Great group
: Fluvisol
Sub group
: Claseric Fulvisol
Great group
: Regosol
Sub group
: Humic Regosol
Bahan diskusi :
1. Atas dasar apa disusunya system klasifikasi FAO/UNESCO
2. Berapa kategori dalam system FAO/UNESCO
Latihan terstruktur :
Mahasiswa menguraikan sifat-sifat tanah dari beberapa jenis tanah
Tugas mandiri :
Mahasiswa merangkum beberapa jenis tanah yang ada di Indonesia berdasarkan peta
tanah menurut FAO/Unesco.
Daftar Pustaka
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Driessen, P.M and R. Dudal. 1989.1Major Soil of the World. Agricultural University
Wageningen. Amsterdam.
31
32
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai Taksonomi Tanah., 75 % mahasiswa mampu menjelaskan
riwayat dan kategori systemTaksonomi Tanah
Sasaran Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan riwayat system Taksonomi Tanah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan kategori dalam systemTaksonomi Tanah
6.1 RIWAYAT
Sistem Taksonomi Tanah yang dulu dikenal dengan istilah A Comprehensive
System of Soil Classification 7 th Approximation diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1960 dalam Konggres Tanah Internasional ke-7 di hadison (Wisconsin) Amerika
Serikat oleh Dr. Guy D Smith. Sistem tersebut disebut Comprehensive system karena
(diharapkan) dapat digunakan seluruh tanah di dunia, untuk berbagai bidang ilmu yang
berhubungan dengan tanah. Disebut 7 th Approximation karena sistem tersebut dibuat
dengan beberapa kali perbaikan dan ini adalah perbaikan yang ke-7. First Approximation
dimulai pada tahun 1951. Sampai pada 2nd Approximation naskahnya hanya diedarkan
terbatas dalam lingkungan ahli-ahli tanah di Amerika. Berdasarkan atas tanggapan dan
saran-saran para ahli tersebut kemudian disusun perbaikan-perbaikan berikutnya. Mulai
dari 2nd Approximation naskah diedarkan lebih luas baik di Amerika Serikat maupun ke
negara-negara di luar Amerika. Di samping itu di Amerika dilakukan pula uji coba
terhadap sistim tersebut dalam kegunaannya untuk survey tanah. Dengan menampung ke
dalam sitim ini semua saran dan pendapat dari ahli-ahli tanah berbagai negara yang
masing-masing mempunyai pengetahuan dan pengalaman terhadap jenis tanah yang
berlainan, maka diharapkan sistim ini dapat memenuhi kebutuhan klasifikasi tanah
seluruh dunia.
Taksonomi Tanah bukan merupakan perbaikan yang terakhir, tetapi hanya
merupakan pendekatan (approximation) untuk mendapatkan tanggapan dan kritik dan
untuk di uji lebih lanjut.
33
34
Approximation diterbitkan dalam proceeding of the American Soil Science 1963, Vol.
27, Nomor 2. Selain itu masih banyak tanggapan lain seperti tercantum pada daftar
pustaka tulisan ini.
Dengan demikian nyata bahwa sistem ini telah merangsang timbulnya diskusidiskusi dan penelitian-penelitian baru.
6.2 KATEGORI
Di dalam sistim ini dikenal 6 kategori yaitu : order, sub order, great group, subgroup, family dan serie yang disebut sistem kategori multiple. Kategori type (Thorp dan
Smith, 1949) ditiadakan. Hal ini disebabkan karena tekstur lapisan atas (lapisan olah)
yang digunakan sebagai faktor pembatas untuk type sering berubah-ubah karena banyak
dipengaruhi faktor-faktor yang datangnya dari luar.
1. Order
Order dibedakan atas sifat-sifat umum tanah yang menentukan pembentukan
horison penciri. Menurut 7th Approximation (1960) dikenal 10 order yaitu :
Entisol,
Vertisol, Inceptisol, Aridosol, Mollisol, Spodosol, Alfisol, Ultisol, Oxisol dan Histosol.
Jumlah ini bertambah atau berkurang sesuai dengan hasil-hasil penyelidikan yang masih
dilakukan.
2. Sub-Order
Tiap-tiap order dibagi dalam sub-order yang masing-masing mempunyai
keseragaman genetik yang lebih besar. Faktor pembatas terutama adalah faktor-faktor
yang besar pengaruhnya terhadap sifat-sifat genetik tanah. Faktor-faktor tersebut antara
lain adalah ada tidaknya penggenangan, adanya iklim atau vegetasi, tekstur yang extrem
(pasir), kadar allophan atau seskwioksida bebas yang menentukan arah dan kecepatan
(derajat) perkembangan tanah.
3. Great Group
Great group dari tiap-tiap sub order terutama ditentukan oleh tidaknya horison
penciri serta sifat horison penciri tersebut. Bila dalam satu sub order horison penciri tidak
35
berbeda, maka digunakan penciri lain. Horison penciri yang diambil adalah yang
menunjukkan perbedaan utama tingkat perkembangan tanah dan yang berbeda jenisnya.
Termasuk horison penciri adalah horison illuviasi (liat, besi, humus), horison
permukaan yang tebal dan berwarna gelap, lapisan pan yang mempengaruhi perakaran
dan pergerakan air dalam tanah dan horison anthropic yang terbentuk pada tanah-tanah
yang digarap. Faktor-faktor di luar horison penciri yang digunakan sebagai pembatas bila
horison tidak relevant antara lain adalah : self mulching, warna merah dan coklat tua pada
tanah-tanah dari batuan basa, perbedaan kejenuhan basa yang besar, sifat pengerasan
irreversible, bentuk-bentuk lidah horison eluviasi pada horison illuviasi dan suhu yang
rendah. Tiap-tiap great group mempunyai horison penciri atau faktor-faktor penentu lain
yang jenis dan sifatnya sama.
4. Subgroup
Subgroup adalah sekumpulan tanah yang di samping memiliki sifat-sifat great
groupnya memiliki pula sifat-sifat lain sebagai berikut :
1. Memiliki sifat-sifat lain yang terdapat pada order, suborder great group dari
golongan sendiri atau golongan lain.
2. Memiliki sifat-sifat lain yang baru yang tidak terdapat pada order, suborder dan
great group tersebut.
5. Famili
Famili adalah bagian dari subgroup berdasarkan atas sifasifat tanah yang penting bagi
pertumbuhan tanaman. Pembagiannya untuk tiap-tiap subgroup berbeda-beda. Tiap-tiap
famili mempunyai tata udara tanah, air tanah, plant root relationship, kadar unsur-unsur
hara utama yang sama kecuali unsur N. Yang digunakan sebagai penentu adalah lapisan
di bawah lapisan oleh atau yang sama dalamnya. Faktor pembedanya adalah tekstur,
ketebalan
horison,
susunan
(keadaan)
mineral,
kemasaman,
konsistensi
dan
36
yang dapat digunakan untuk membeda-bedakan subgroup dengan baik terutama pada
tanah-tanah yang selalu tegenang atau tanah-tanah daerah dataran banjir (flood plain yang
tidak mempunyai perkembangan horison.
5. Seri
Seri adalah sekumpulan tanah yang mempunyai sifat-sifat dan susunan horison yang
sama terutama di bagian bawah lapisan olah. Suatu seri tanah dapat mempunyai
perbedaan-perbedaan lereng, tingkat erosi, sifat-sifat lapisan olah dan lain-lain selama
faktor-faktor tersebut tidak menyebabkan perbedaan sifat dan susunan horison di
bawahnya. Tanah di lapisan atas (lapisan olah) tidak digunakan sebagai faktor penentu
karena sering mengalami perubahan sifat.
Sifat-sifat tanah yang digunakan untuk menentukan seri tanah dapat dipilih dari
beberapa sifat belum di bawah lapisan olah tersebut misalnya tekstur, drainase
(permeabilitas), mineralogi tanah, tanah, tebal horison, konsistensi, struktur, kemasaman
tanah dan sebagainya. Yang biasa digunakan adalah kombinasi antara beberapa sifat
tersebut.
Bahan diskusi :
1. Siapa pemrakarsa sistem Soil Taxonomy
2. Jelaskan kriteria pembeda dari masing-masing kategori
Latihan terstruktur :
Mahasiswa menguraikan sejarah perkembangan soil taxonomy
Tugasmandiri :
Mahasiswa membuat kelebihan dan kelemahan system soil taxonomy dibandingan
system klasifikasi tanah lainnya.
37
Daftar Pustaka
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo,
Jakarta.
Soil Survey Staff,. 1998. Keys to Soil Taxonomy. USDA. SCS. Sixth Edition.
38
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai tata nama dalamTaksonomi Tanah., 75 % mahasiswa mampu
menjelaskan nama-nama dalam systemTaksonomi Tanah
Sasaran Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan nama order,sub order, great grup, sub grup dalam
system Taksonomi Tanah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan nama famili Tanah dan menentukan nama seri Tanah
dalam system taksonomi Tanah.
Tabel 4. Nama-nama tanah dalam tingkat oder dan akhiran untuk kategori yang lebih
Rendah
No.
Nama Order
1.
Entisol
ENT
2.
Vertisol
ERT
Verto, berubah
3.
Andisol
AND
4.
Inceptisol
EPT
Inceptum, permulaan
5.
Ardisol
ID
6.
Mollisol
oll
Mollis, lunak
7.
Spodosol
OD
Spodos, abu
8.
Alfisol
ALF
Dari Al dan Fe
9.
Ultisol
ULT
Ultinus, akhir
39
10.
Oxisol
OX
Oxide, oksida
11.
Histosol
ISL
Histos, jaringan
12.
Gelisol
EL
Gel, jelly
Arti/maksud
alb
albu, white
and
Seperti Ando
aqu
aqua, water
Selalu basah
ar
arare, to plow
arg
dari argillic,
horison argillic,
white clay
Dingin
ferr
ferrum, iron
Terdapat besi
fibr
fibra, fiber
fluv
fluvius, river
Dataran banjir
hem
hemi, half
hum
humus, earth
lept
leptos, thin
Horison tipis
40
ochr
ochros, pale
orth
orthos, true
plagh
plaggen, sod
psamm
psammos, sand
Bertesktur pasir
rend
Seperti Rendzina
sapr
sapros, rotten
torr
Biasanya kering
trop
ud
udus, humid
umbr
umbra, shade
ust
ustus, burn
xer
xeros, dry
di depannya
Tabel 6. Suku kata dan kata-kata asal untuk penamaan great group
Formative element
Arti/maksud
acr
agr
ager, field
alb
albus, white
and
Seperti ando
anthr
anthospos, man
Terdapat epipedon
41
anthopic
aqu
aqua, water
Selalu basah
arg
argillic horison
calc
calcic, lime
camb
cambiare, to exchange
chrom
chroma, color
cry
kryos, coldness
Cold (dingin)
dur
durus, hard
Terdapat duripan
dystr dys
dystrophic, infertile
eutr, eu
eutrophic, fertile
ferr
ferrum, iron
Terdapat Fe
frag
fragilis, brittle
Terdapat fragipan
gragloss
gibbs
Terdapat gibbsit
gloss
glossa, tongue
Lidah-lidah horison
elluviasi
hal
hals, salt
Bergaram
hapl
haplous, simple
Minuman horison
hum
humus, earth
Terdapat humus
hydr
hydor, water
Tedapat air
luo, lu
louo, to was
Terdapat illuviasi
nadur
natrium, sodium
ochr
ochros, pale
pale
paleos, old
pell
pellos, dusky
Chroma rendah
plac
Terdapat plinthite
42
quats
quarz, quarts
rend
Seperti Renzina
sal
sal, salt
sider
sideros, iron
sombr
sombre, dark
spagno
sphagnos, bog
torr
Biasanya kering
trop
ud
udus, humid
umbr
umbra, shade
ust
ustus, burnt
Iklim kering
verm
vermes, worn
vitr
vitrum, glass
xer
xeros, dry
Aquic Hapludult adalah subgroup dari Hapludult yang mempunyai sifat seperti
suborder aquult (banyak terdapat karatan pada kedalaman 25 cm)
43
Haplic Durargid adalah subgroup dari Durargid yang mempunyai sifat seperti
great group Haplargid.
Mollic Hapludalf adalah subgroup dari Hapludalf yang mempunyai sifat seperti
Mollisol pada umumnya.
Beberapa suku kata baru yang dipergunakan dalam penamaan subgroup tertera pada
Tabel 7.
Tabel 7. Beberapa suku kata dari kata-kata asal untuk penamaan subgroup
Formative element
Arti/maksud
abruptic
allie
arenic
arena, sand
Tekstir berpasir
clastic
klastos, broken
cumulic
glossa, tongue
Terdapat lidah-lidah
glossic
arena sand
limnic
lithic
lithos, stone
leptic
leptos, thin
Bersolum tipis
pergellic
Selalu membeku
Horison petrocalcic
calcium
plinthic
Terdapat plinthite
brick
ruptic
ruptum, broken
stratic
stratun, a covering
Berlapis-lapis
44
superic
superase, to overtop
pachic
pachys, thick
Epipedon tebal
45
Nama-nama seri di Amerika Serikat diambil dari nama tempat atau sifat-sifat
alam (natural feature) dari tempat-tempat yang berdekatan dengan tempat pertama kali
ditemukan seri tersebut. Misal : KebakKkramat coarse loamy neutral Typic Tropofluvent.
Disamping itu ada contoh lain :
Ordo
: Vertisol
Sub ordo
Great group
Sub group
Famili
Seri
Bahan diskusi :
1. Jelaskan nama-nama suborder lebih pendek dari nama pafa kategori dibawahnya
(great grup)
2. Apakah nama tanah menunjukkan sifat-sifatnya, jelaskan
Latihan terstruktur :
Mahasiswa melaksanakan praktikum mengklasifikasikan tanah dengan system soil
taxonomy.
Tugas mandiri :
Mahasiswa mencoba memberikan nama beberapa tanah dari data-data didalam literature.
46
Daftar Pustaka
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo,
Jakarta.
Soil Survey Staff,. 1998. Keys to Soil Taxonomy. USDA. SCS. Sixth Edition.
47
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai horizon penciri dalamTaksonomi Tanah., 75 % mahasiswa
mampu menjelaskan dan mengidentifikasi horizon penciri pada profil Tanah menurut
systemTaksonomi Tanah
Sasaran Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan cirri-ciri horizon penciri : epipedon, endopedon dan
horizon penciri lain
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi horizon penciri : epipedon, endopedon dan horizon
penciri lain dalam suatu profil tanah
Dalam sistem Taksonomi Tanah, lapisan-lapisan dari tubuh tanah yang diperiksa
sebagai sifat penciri ialah epipedon dan endopedon. (horison bawah = subsurface).
Selanjutnya akan dikemukakan dibawah ini ciri-ciri beberapa epipedon dan horison
bawah. Horison penciri adalah horison genetik yang digunakan untuk menggolongkan
tanah dan memberikan nama tanah dalam berbagai kategori.
48
1. Perkembangan struktur tanah cukup kuat, tidak masif dan keras sampai keras
sekali jika kering.
2. Warna chroma horison C.
Jika tidak ada horison C dibandingkan dengan horison di bawah epipedon.
3. Kejenuhan basa < 50% (NH4OAc).
4. Kadar bahan organik paling sedikit 1% (0,58% C organik).
5. Tebal :
a) > 25 cm, jika solum > 75 cm.
b) > 1/3 dar pada solum, jika solum < 75 cm.
c) > 18 cm dalam AR propil.
d) > 10 cm dalam AR propil.
e) 25 cm jika epipedon bertekstur lebih kasar dari pada pasir sangat halus
berlempung (very fine loamy sand).
6. P2O5 larut dalam asam sitrat < 2,50 ppm atau meningkat di bawah epipedon.
49
o value > 5,5 bila kering atau > 3,5 bila lembab
o chorma 4 atau lebih
Suatu lapisan permukaan yang tebalnya kurang dari 50% terletak di atas lapisan
gambut (peat atau muck) yang mengandung bahan organik seperti pada point (1)
dan mempunyai ketebalan diantara 10-30 cm. Dalam hal ini epipedon hostic telah
mengalami penimbunan.
50
Kadar P2O5 larut dalam asam sitrat kurang dari 250 ppm. Merupakan horison
penciri dari order mollisol dan beberapa great group dan subgroup dari Inceptisol.
51
banyak mengandung phosphate. Batas dengan horison dibawahnya pada umumnya jelas
sekali. Hanya merupakan horison penciri pada great group Anthrumberpt.
f. Epipedon plaggen (Yunani : plaggen = sod = tanaman sisa-sisa rumput atau turfa)
Epipedon plaggen merupakan horison buatan manusia (man made surface
layer), tebal lebih dari 50 cm, dan merupakan hasil dari pemupukan yang terus-menerus
dengan sejenis rumput (sod) atau saresah hutan (forest litter). Cara pemupukan seperti ini
dilakukan beberapa adab yang lalu di Eropa Barat, sebelum ditemukan pupuk-pupuk
buatan. Warna dan kandungan bahan organik tergantung dari bahan yang ditambahkan.
Pada horison ini sering ditemukan pecah-pecahan batu bata, atau benda-benda
lain, yang warna dan ukurannya berbeda-beda. Merupakan horison yang sudah
bercampur, aduk dengan berbagai macam bahan dari luar.
Hanya untuk penciri pada suborder Plaggept (Inceptisol).
52
6. Warna bukan sebagai penciri, bervariasi dari kelabu, coklat, merah, putih atau
campuran warna itu dalam becak-becak kasar atau sedang.
7. Fragmen batuan lapuk yang masih memperlihatkan struktur batuan asal (saprolite)
tidak ada atau terdapat kurang dari 5% volume, kecuali jika diselubungi dan iikat oleh
besi oksida atau gibsit.
Ciri-ciri laboratorium yang dapat digunakan untuk menetapkan horison oxic ialah :
1. Kapasitas Penukaran kation yang ditetapkan dengan larutan 1 N NH4CL tidak
melebihi 10 m.e per 100 g lempung (clay).
2. Basa terekstrak dan aluminium dapat ditukar (KCl); kurang dari 10 meg per 100 g
liat.
3. Kapasitas penukaran Kation dengan NH4OAC dari seluruh bagian horison oxic
(bahan organik liat dan pasir) ialah 16 meg atau kurang per 100 g liat.
4. Preparat horison dari horison oxic tidak menunjukkan lebih dari 1% selaput liat
(clay skin).
5. Liat didispersi dalam air dikocok (jungkir balik) dalam air selama 16 jam tanpa
bahan dispersi tak mendapatkan lebih dari 3% fraksi liat kecuali jika mempunyai
muatan positif (pH KCl pH air).
6. Tekstur tanah (bagian 2 mm) adalah lempung berpasir atau lebih halus
mengandung paling sedikit 15% liat.
< 15
15 40
(% A) x 1,2
(%A) + 8 %
> 40
3. Penambahan liat dalam sub b tersebut dicapai dalam suatu jarak vertikal < 30
cm.
4. Ketebalan dari lapisan argilik :
53
54
adalah bahwa pada horison spodic bahan yang diakumulasikan bersifat amorf, sedang
pada horison argillic bebentuk kristal (crystallin layer-lattice sillicate clays).
Horison spodic kebanyakan ditemukan di daerah dingin dan sedang, tetapi ditemukan
pula di daerah-daerah tropica basah. Horison ini biasanya terbentuk pada tanah-tanah
berasal dari bahan induk yang bertesktur kasar. Dapat terbentuk pada tanah-tanah yang
berdrainase baik ataupun buruk. Dalam keadaan optimum horison ini dapat terbentuk
setelah beberapa ratus tahun.
Di lapang horison spodic dicirikan oleh :
1. Tekstur horison berpasir atau debu kasar.
2. Hue, value dan chroma berubah dengan jelas dalam jarak beberapa cm ke bawah.
Value yang terendah, hue termerah atau chroma yang tertinggi terdapat pada
bagian horison yang paling atas. Warna tanah kebanyakan mempunyai hue 10 R
atau lebih merah (lembab) dengan value dan chroma 6/6, 4/4, 3/2 dan 2/1.
Horison di bawah horison spodic mempunyai chroma yang rendah atau hue
kuning.
3. Tidak bertekstur, remah, granular, platty atau blocky dan prismatik dengan taraf
perkembangan yang lemah.
4. Butir-butir halus berukuran debu (20 50 ) yang disebut pellet dan selaput
lempung pada butir-butir pasir sering ditemukan pada horison psodic yang banyak
mengandung pasir.
5. Tebal lebih dari 1 cm, baik merupakan horison yang bersambung atau lamelaelamelae dalam batas 1 m. Tidak disebut horison spodic bila horison tersebut
sangat tipis (< 1 cm), atau terlalu dekat permukaan dan tidak jelas sehingga oleh
pengolahan yang berulang-ulang sampai sedalam 18 cm menghilangkan ciri yang
ada.
6. Bila diantaranya terdapat horison eluviasi (horison albic) biasanya terjadi lagi
akumulasi bahan organik (second maximum) yaitu horison B2h pada horison
spodic tersebut.
Analisis laboratorium horison spodic mempunyai ciri-ciri :
a. Dalam irisan yang tipis mudah dilihat adanya coating atau pellet yang
isotroph.
55
Jika tidak ada karatan dan value kurang dari 4 chroma kurang dari satu.
Jika tidak ada karatan dan value 4 atau lebih, maka kroma 1 atau kurang.
Jika warna berubah karena sinar matahari maka hue tidaklebih biru dari 10 Y.
56
57
Merupakan horison penciri pada order Mollisol dan Aridisol bagi beberapa great
group dan subgroup yang termasuk di dalamnya.
58
8.4 PAN
Beberapa horison yang digunakan sebagai horison penciri kadang-kadang sangat
teguh atau padat dan tidak dapat ditembus akar tanaman. Horison ini disebut pan yang
meliputi horison petrocalcic, fragipan, duripan dan horison placic.
59
60
a) Pengikatannya cukup kuat sehingga fragment yang kering tidak dapat larut
dalam air, tidak larut dalam asam tetapi larut dalam alkali yang pekat atau
asam alkali berganti-ganti.
b) Terdapat coating silika pada ruang-ruang pori, atau bidang-bidang
struktur.
Duripan merupakan horison penciri pada beberapa great group dari order
Inceptisol, Aridisol, Mollisol, Spodosol dan Alfisol.
d. Horison placic (Yunani : plax = batu pipih)
Horison placic adalah lapisan pan yang tipis (2-10) berwarna merah tua sampai
hitam dengan besi sebagai pengikat, sukar ditembus air atau akar tanaman dan
mengandung bahan organik 3% atau lebih.
61
62
Resim kelengasan terletak di antara aridic dan udic. Sifat kelengasan tanah
kering (kelengasan > 15 bar) pada jeluk 50 cm dari permukaan lebih dari 90 hari
dan lembab 180 hari kumulatif dalam setahun. Terdapat didaerah-daerah tropis
dan sub tropis dengan satu atau dua kali musi kering.
3. Xeric (Xeric moisture regime) keros; dry, kering.
Resim kelengasan di daerah iklim kering (di Indonesia mungkin tidak ada), di
Laut Tengah misalnya Mediteranean. Tanah kering pada kedalaman 50 cm
permukaan selama > dari 45 hari terus menerus (consecletive) selama 4 tahun.
Temperatur rata-rata < 22oC, perbedaan musim panas dan dingin > 50oC pada
tanah jeluk 50 cm dari permukaan.
c. Sifat hidromorfik
Dipergunakan untuk tanah-tanah yang banyak dipengaruhi oleh air (dalam
kategori tinggi) tetapi mempunyai sifat lebih menyerupai tanah-tanah lain yang
berdrainase lebih baik. Misalnya Chernosem basah (Aquoll) lebih menyerupai Ustoll
(Chernosem berdrainase baik) daripada Aquod (Pedzol basah).
Contoh-contoh lain :
-
63
N = ----------------
L+3H
Jika nilai A (dalam %) naik maka nilai n juga naik dan sebagiannya nilai A turun
maka nilai n juga turun.
Tetapi nilai tersebut berbanding terbalik dengan kadar lempung dan humus. Harkat nilai n
sangat tinggi apabila lebih dari 2,8.
Tinggi
= 2,1 - 2,8
Sedang
= 1,4 - 2,1
Rendah
= 1,1 1,4
Sangat rendah
= 0,7 1,1
Pada umumnya nilai n kurang dari 0,7 tanah dianggap matang (ripe) dan bila lebih dari
0,7 tanah dianggap mentah sampai sangat mentah (belum matang) artinya belum
berstruktur. Tanah yang mempunyai n value tinggi mempunyai sifat daya tumpunya
sangat rendah. Sehingga apabila digunakan untuk jalan tanahnya ambles (turun). Tata
guna tanah kurang sesuai untuk peternakan (sapi, kerbau, dll).
e. Sifat vertic
Sifat vertic adalah sifat tanah mengembang dan mengkerut yang khas terdapat
pada tanah-tanah yang banyak mengandung mineral liat mudah mengembang seperti
montmorillonit, yang merupakan sifat penciri untuk order dan subgroup. Sifat vertic
ditunjukkan oleh beberapa bentuk misalnya gilgai, relief, slickenside, koeficient Cole dan
Potensial linear extensibility.
Lm Ld
LM
Vm
Dbd
Ld
Vd
Lm
Ld
Vm
64
Dbm
Vd
atau mika tetapi tidak mengandung montmorillonit nilai COLE < 0,03. Pada tanah berliat
dengan kandungan montmorillonit tinggi nilai COLE : 0,03 0,18 (Holmgren, 1968,
Grosmman et al, 1968; Framzmeier and Ross, 1968).
Jumlah perkalian antara tebal tiap-tiap horison dalam keadaan kering dengan
COLE masing-masing horison disebut Potensial Linear Extensibility.
n
P.L.B. ai ci i 1......................
i 1
f. Sifat Halomorfik
Dalam Taksonomi Tanah tidak terdapat kategori khusus untuk menggolongkan
tanah alkali dan tanah beragam. Sifat halomorfik digunakan pada great group dan
subgroup dari Inceptisol, Aridisol, Mollisol dan Alfisol. Sifat halomorfik yang
dipergunakan sebagai penciri adalah : Na dapat ditukar dan diterdapatnya horison natric
atau salic. Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh :
Halaquept : Kadar Na > 15% di lapisan atau sampai sedalam 50 cm. Natrargid,
Natrixerol, Natrustalf dan lain-lain tanah dengan horison natric. Termasuk tanah-tanah
yang dulu disebut Solonetz dan Solodized Solonetz.
Natric Argiustoll, Natric Cryoboroll : Tanah-tanah alkali dengan horison argillic dengan
% Na dapat tukar tinggi (> 15 % pada horison argillic).
Salorthid : Tanah beragam dengan horison salic pada kedalaman 75 cm. Termasuk tanahtanah yang dulu disebut solonchak.
65
Sollorthidic Natrustalf : Tanah beragam (subgroup) dengan horison salic pada kedalaman
75 cm.
66
bulk density < 0,85 9/cc (pada epipedon atau horison cambic).
Kompleks pertukaran didominasi oleh bahan amorf dan atau > 60% bahan vitric
piroclastik pada fraksi debu, pasir atau kerikil.
h. Plinthite
Merupakan campuran liat dan kuarsa yang telah mengalami pelapukan lanjut,
bnayak karatan merah dan mengeras secara irreversible karena keadaan basah dan kering
dan kering yang berganti-ganti.
Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut :
1. seskwioksida, kandungan humus rendah.
2. Biasanya terdapat dalam bentuk karatan-karatan berwarna merah. Bila karatan
merah ini banyak, maka terbentuklah lapisan dengan karatan berwarna merah
yang kontinu.
3. Teguh dalam keadaan kapasitas lapang, dan keras pada titik layu permanen.
Dalam keadaan lembab dapat dipotong dengan cangkul.
4. Bila terjadi pembajakan dan pengeringan berulang-ulang akan mengeras
irriversible dan membentuk lapisan padas batu besi ironstone hardpan.
Digunakan sebagai penciri great group dan subgroup dari order Alfisol dan Oxisol.
Contohnya :
-
67
Batas antara tanah dengan batuan di bawahnya disebut kontak lithic bila batuan
tersebut relatif keras dan kontak paralithic bila relatif lunak (USDA, 1967). Dalam hal
ini tidak termasuk duripan, horison petrocalcic ataupun fragipan. Termasuk dalam
kontak paralithic adalsh sandstone, siltstone atau shale dan batuan lain yang
kekerasan mineralnya kurang dari 3 (skala Mohs) bila batuan tersebut hanya terdiri
dari satu macam mineral. Bila terdiri lebih dari satu mineral, pecahan batunya
(sebesar kerikilyang dikocok dijungkir balik dalam air atau larutan natrium
heksametaphosphate, dalam waktu kurang dari 15 jam harus sudah hancur (dispers)
seluruhnya. Pada kontak lithic bila batuan hanya terdiri dari satu macam mineral
kekerasannya harus 3, sedang bila lebih dari satu macam mineral, pecahannya yang
dikocok dalam air atau natrium heksametaphospate tidak dapat hancur dalam waktu
15 jam.
Kedalaman samapi ke kontak lithic yang kurang dari 50 cm digunakan sebagai
penciri pan subgroup Lithic.
68
a. Fibric : sangat sedikit dilapuk, sisa-sisa tanaman masih jelas bentuknya, bulk
density rendah. Merupakan penciri untuk suborder Fibrist (fibra = fiber), yang
dulu disebut peat atau raw peat.
b. Hemic : bahan organiknya setengah dilapuk mempunyai sifat peralihan antara
fibric dan sapric. Digunakan sebagai penciri untuk suborder Hemist (hemi = half)
yang dulu disebut peaty muck atau mucky peat.
c. Sapric : sudah sangat lapuk, bahan-bahan kasar sedikit sekali, bulk density tinggi.
Biasanya terdapat pada bagian atas tanah-tanah organik yang telah diperbaiki
drainasenya dan diusahakan. Digunakan sebagai penciri untuk suborder Saprist
(sapros = busuk/hancur) yang dulu disebut muck.
Bahan diskusi :
1. Jelaskan batasan horison penciri (diagnostic horizone)
2. Berapa tebal masing-masing horison penciri tersebut
Latihan terstruktur :
Mahasiswa melakukan praktikum : Penetapan horison penciri : epipedon, endopedon dan
horison penciri lain pada profil tanah.
Tugas mandiri :
Mahasiswa menguraikan hubungan antara horison penciri satu dengan yang lainnya.
69
Daftar Pustaka
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Puslittanak Bogor.
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo,
Jakarta.
Soil Survey Staff,. 1998. Keys to Soil Taxonomy. USDA. SCS. Sixth Edition.
70
71
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai order tanah dalamTaksonomi Tanah., 75 % mahasiswa
mampu menjelaskan dan menetapkan order-order dari suatu profil tanah
Sasaran Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat pembeda masing-masing order tanah
2. Mahasiswa mampu menetapkan order Tanah dari suatu profil Tanah berdasarkan Kunci
Taksonomi Tanah
2. Mempunyai material gelik (gelic material) sampai pada kedalaman 100 cm dari
permukaan tanah dan permafrost sampai pada kedalaman 200 cm dari permukaan tanah.
GELISOL
B. Tanah-tanah yang :
1. Mempunyai bahan tanah organik dari permukaan sampai salah satu kedalaman berikut
:
a. Sampai kedalaman kontak litik atau paralitik bila kontak litik atau paralitik ditemukan
pada kedalaman 10 cm atau kurang, asalkan ketebalan bahan tanah organik lebih dari dua
kali ketebalan tanah mineral di atas kontak tersebut; atau
b. Sampai kedalaman berapa saja bila bahan tanah organik terdapat di atas bahan
fragmental (kerikil, batu, kerakal) dan celah-celah diantaranya terisi oleh bahan organik,
atau bahan fragmental tersebut terdapat di atas kontak litik atau paralitik; atau
2. Mempunyai bahan tanah organik yang batas atasnya terletak pada kedalaman 40 cm
dari permukaan, dan
a. Mempunyai salah satu dari ketebalan berikut :
(1) 60 cm atau lebih bila tiga perempat atau lebih dari volume terdiri dari serat lumut atau
kerapatan lindak lembab < 0,1 g/cc; atau
(2) 40 cm atau lebih bila
* bahan tanah organik jenuh air untuk jangka waktu lama (lebih dari 6 bulan)
atau dikeringkan secara buatan; dan
* bahan tanah organik terdiri dari bahan saprik atau hemik atau terdiri dari bahan
fibrik yang serat lumutnya kurang dari tiga perempat volume dan mempunyai kerapatan
lindak 0,1 g/cc. dan
b. Mempunyai bahan tanah organik yang
(1) Tidak mempunyai lapisan tanah mineral setebal 40 cm yang terdapat di permukaan
tanah ataupun batas atasnya pada kedalaman 40 cm dari permukaan; dan
(2) Tidak mempunyai lapisan-lapisan tanah mineral yang tebal komulatifnya 40 cm pada
kedalaman < 80 cm.
73
HISTOSOL
C. Tanah lain yang mempunyai sifat andik di seluruh sub horison, baik tertimbun maupun
tidak, yang ketebalan komulatifnya 35 cm atau lebih pada kedalaman 60 cm atau kurang
dari permukaan tanah mineral atau dari batas lapisan organik yang memenuhi syarat sifat
tanah andik (pilih yang lebih dangkal).
ANDISOL
D. Tanah-tanah lain yang tidak mempunyai epipedon plaggen, tetapi mempunyai :
1. Horison spodik yang batas atasnya pada kedalaman 2 m dari permukaan; atau
2. Horison plakik yang memenuhi semua persyaratan horison spodik kecuali ketebalan
dan indeks akumulasi dan terletak di atas frangipan, di atas horison spodik, atau di atas
horison albik yang terketak di atas frangipan.
SPODOSOL
E. Tanah-tanah lain yang :
1. Mempunyai horison oksik yang batas atasnya pada kedalaman 150 cm dari
permukaan dan tidak menunjukkan adanya kenaikan kandungan liat yang memenuhi
syarat sebagai batas atas horison kandik pada kedalaman 150 cm dari permukaan; atau
2. Mempunyai 40 persen atau lebih liat pada 18 cm lapisan tanah permukaan, setelah
dicampur, dan mempunyai baik horison oksik atau horison kandik yang jumlah mineral
mudah lapuknya memenuhi syarat horison oksik, dan batas atasnya terletak pada
kedalaman 150 cm.
OXISOL
F. Tanah-tanah lain yang :
1. Tidak mempunyai kontak litik atau paralitik, horison petrokalsik, atau duripan pada
kedalaman 50 cm dari permukaan;
2. Sesudah tanah sampai kedalaman 18 cm dicampur, misalnya oleh pengolahan,
mengandung 30 persen atau lebih liat pada semua sub horison sampai pada kedalaman 50
cm atau lebih;
3. Dalam jangka waktu tertentu (hampir setiap tahun, kecuali bila tanah diairi atau
diusahakan mempunyai retakan-retakan terbuka yang pada kedalamn 50 cm sekurangkurangnya lebarnya satu sentimeter yang meluas sampai ke permukaan atau sampai ke
dasar lapisan olah atau dasar kerak permukaan (surface crust); dan
74
75
76
77
Bahan diskusi :
1. Berapa ada order tanah
2. Tentukan order tanah di bawah ini
Pada suatu kawasan lahan kering di Kabupaten Tabanan ditemukan pedon tanah yang
berkembang dari batuan volkanik dengan vegetasi : albisia, cengkeh dan pisang. Kawasan
ini memiliki regim kelembaban udik dengan suhu tanah rata-rata tahunan 26,5 o C (beda
suhu terpanas dan terdingin < 5 o C). Adapun deskripsi profil dan analisis laboratorium
tanah tersebut sebagai berikut :
Deskripsi profil tanah :
Ap0-26 cm , coklat gelap (10 YR 3/3), lempung; struktur gumpal agak membulat, sangat kasar,
cukup; agak lekat, agak plastis; pori-pori mikro banyak, meso dan makro sedikit; akar mikro
cukup, meso dan makro sedikit; reaksi tanah agak masam; batas jelas dan rata.
Bw126- 42 cm , coklat gelap kekuningan (10 YR 4/3), lempung; struktur gumpal agak
membulat, kasar, cukup; agak lekat, agak plastis; pori-pori mikro banyak, meso dan makro
sedikit; akar mikro cukup, meso dan makro sedikit; reaksi tanah agak masam; batas jelas dan
rata.
R-- > 42 cm, batuan volkanik yang keras.
Hasil analisis laboratorium :
Horis
on
Ap
Bw1
Tekstur
Pasir
(%)
27,30
Debu
(%)
47,89
27,13
47,71
Liat (%)
pH
BO
(%)
KTK
me/100g tanah
KB
(%)
5,99
6,12
2,50
2,45
24,02
25,90
78,94
80,10
Klas tekstur
24,81
lempung
24,16
Lempung
Latihan terstruktur :
Mahasiwa melakukan praktikum penentuan order tanah berdasarkan sifat-sifat tanah yang
dimiliki dan kriteria yang tertera dalam Kuni Taksonomi Tanah.
Tugas mandiri :
Mahasiswa menentukan sendiri beberapa order tanah dari beberapa data yang didapat di
internet.
Daftar Pustaka
78
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Puslittanak Bogor.
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, ames.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo,
Jakarta.
Lopullisa, C. 2004. Tanah-tanah Utama Dunia. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Soil Survey Staff,. 1998. Keys to Soil Taxonomy. USDA. SCS. Sixth Edition.
79
X. SUMBERDAYA LAHAN
Kompetensi Dasar
Setelah dijelaskan dan diskusi pokok bahasan ini, mahasiswa peserta kuliah memahami
arti penting sumberdaya lahan dan lingkungan bagi kehidupan manusia.
Sasaran Belajar
1. Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat memahami pengertian sumberdaya
lahan
2. Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan sebab-sebab terjadinya
degradasi lahan dan lingkungan.
3. Setelah dijelaskan dan diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan permasalahan
-permasalahan dalam penggunaan lahan
4. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami produktivitas lahan.
5. Setelah dijelaskan dan diskusi, mahasiswa dapat memahami pengertian lahan
marginal dan lahan kritis.
6. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan sebab-sebab kerusakan
lingkungan.
menyebabkan lahan tidak dapat berproduksi sama sekali baik secara alami maupun
dengan pengelolaan. Besarnya variasi faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi lahan
menyebabkan degradasi lahan mengalami perkembangan fase-fase yang menunjukkan
tingkat keparahannya sebelum mencapai suatu keadaan yang ekstrim (lahan kritis).
Tingkat kerusakan akibat degradasi lahan dapat digolongkan rendah, sedang dan tinggi.
Semakin tinggi tingkat kerusakan, maka produktivitas/daya dukungnya akan semakin
rendah, dan akan mengurangi intensitas penggunaannya serta hilangnya produksi jangka
80
panjang. Apabila intensitas kerusakannnya sangat tinggi (ekstrim) maka lahan tersebut
akan dapat berubah menjadi lahan kritis.
Degradasi tanah/lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu degradasi
alami dan degradasi dipercepat. Degradasi secara alami memang terus terjadi dari masa
lampau hingga saat ini. Degradasi alami terjadi akibat adanya proses denudasi yang
biasanya meninggalkan sisa dalam bentuk permukaan sisa erosi atau dataran aluvial yang
luas dalam bentuk landform dataran banjir, adanya bukit-bikit sisa dan sebagainya.
Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, yang
.umumnya
disebabkan
oleh
adanya
campur
tangan
manusia
yang
dalam
Bahan diskusi:
1. Sebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi lahan.
2. Bagaimana cara mencegah terjadinya degradasi lahan.
81
Lahan marginal adalah lahan yang bila dikelola akan mebutuhkan tambahan input
yang cukup besar sehingga kadang-kadang tidak sesuai dengan output yang
Lahan kritis adalah lahan yang mengalami produktivitas sampai ke titik kritis. Di
Indonesia lahan kritis semakin bertambah dengan laju pertambahan sekitar 400.000
hektar tiap tahunnya. Timbulnya lahan kritis salah satunya disebabkan oleh penggunaan
lahan yang mengabaikan azas konservasi terutama di lahan marginal.
Lahan marginal adalah lahan yang memiliki sejumlah faktor pembatas, dan bila
diusahakan secara agroekonomi lahan tersebut memberikan hasil yang tidak seimbang
antara masukan dan hasil yang diperoleh, serta berpotensi cukup besar untuk mengalami
degradasi, apabila terjadi kesalahan dalam pengelolaannya. Lahan atau tanah marginal di
Indonesia diperkirakan berjumlah 61 juta hektar, yang pada umumnya dibuka untuk areal
transmigrasi, maupun untuk perluasan perkebunan berbagai komoditas seperti kelapa
sawit, kakao, dan karet
Bahan diskusi:
1. Apa perbedaan lahan marginal dengan lahan kritis?
2. Jelaskan sebab-sebab terjadinya lahan marginal dan lahan kritis.
3. Tunjukkan beberapa contoh lahan marginal dan lahan kritis.
83
menginterpretasikan
menetapkan alternatif-alternatif
ekonomi tertentu.
2. Beek (1978), menyebutkan bahwa apa yang harus dilakukan dalam evaluasi lahan
adalah memberikan prediksi
mengenai
besarnya
input-output
baik
efek
yang
hasilnya
harus
dapat
memberikan
pilihan
kebutuhan
akan
perubahan
misalnya
dengan
keinginan
informasi
dengan
pengguna sistem informasi yang umumnya para perencana. Sebagai hasil proses
evaluasi lahan akan dihasilkan peta kemampuan/kesesuaian lahan yang menunjukkan
berbagai pilihan
dievaluasi.
Bahan diskusi:
1. Coba buat intisari pengertian evaluasi sumberdaya lahan yang dikemukakan oleh
ke 4 ahli tersebut.
2. Menurut pendapat saudara, mana yang paling tepat dari ke 4 pengertian tersebut.
Tujuan dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk mengetahui potensi atau
nilai dari suatu lahan untuk penggunaan yang diinginkan. Evaluasi lahan tidak hanya
terbatas pada penilaian karakteristik/kualitas lahan saja, konsekuensi sosial dan dampak
lingkungan yang ditimbulkannya juga harus mendapat perhatian. Oleh karena itu pada
prinsipnya proyek evaluasi lahan harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengelolaan lahan sekarang, dan apa yang akan terjadi bila tindakan
pengelolaan sekarang tetap atau tidak berubah.
2. Perbaikan-perbaikan apa yang mungkin dilakukan dalam tindakan pengelolaan dalam
rangka penggunaan sekarang.
3. Apa jenis penggunaan lainnya yang secara fisik memungkinkan, dan relevan (sesuai)
baik secara ekonomis maupun sosial.
4. Penggunaan yang bagaimana yang memungkinkan produksi yang lestari atau
keuntungan-keuntungan lainnya.
5. Pengaruh buruk apa yang mungkin timbul dari masing-masing penggunaan lahan baik
secara fisik, maupun sosial ekonomi.
6. Masukan apa yang diperlukan baik secara tetap ataupun secara berulang untuk dapat
mempertahankan produksi yang diinginkan dan meminimalkan pengaruh buruknya.
7. Apa keuntungan-keuntungan dari masing-masing bentuk penggunaan lahan tersebut.
Bahan diskusi:
Apa yang dimaksud dengan masukan tetap dan masukan berulang. Beri contohnya
masing-masing.
85
Ruang lingkup evaluasi sumberdaya lahan meliputi: menetapkan kerangka dasar, data/informasi
yang diperlukan, survei dan pemetaan sumberdaya lahan, penilaian lahan, menetapkan/membuat keputusan
tentang penggunaan lahan yang paling relevan/menguntungkan dan membuat perencanaan dalam pola penggunaan lahan.
Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang
diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada lahan tersebut.
86
Sebagai dasar pemikiran utama dalam prosedur evaluasi lahan adalah kenyataan bahwa berbagai
penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Oleh karena itu dibutuhkan keteranganketerangan/informasi tentang lahan tersebut yang menyangkut berbagai aspek sesuai dengan rencana
peruntukan yang sedang dipertimbangkan. Keterangan/informasi yang dimaksud paling tidak menyangkut
tiga aspek utama yaitu: aspek lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomi.
Data-data tentang lahan dapat diperoleh dari kegiatan survei sumberdaya lahan termasuk survei
tanah. Hasil survei sumberdaya lahan dapat menyajikan berbagai informasi dalam bentuk faktor lingkungna
yang dipetakan. Sebagai contoh: peta tanah menunjukkan penggolongan tanah, peta vegetasi/penggunaan
lahan, peta iklim dan peta lainnya. Namun dari contoh-contoh hasil survei tersebut belum dapat
memberikan apakah lahan dapat digunakan untuk budidaya tanaman tertentu misalnya untuk menanam
cengkeh. Agar peta-peta dari hasil survei tersebut mempunyai makna bagi perencanaan pengelolaan lahan,
diperlukan tahapan berikutnya yaitu dengan jalan membandingkan sifat-sifat tanah, vegetasi, iklim dan lain
sebagainya dengan persyaratan yang dibutuhkan berbagai jenis penggunaan lahan.
Tahapan dimana persyaratan yang dibutuhkan suatu penggunaan lahan dibandingkan dengan
kualitas lahan, yang dalam hubungan ini dilakukan dengan menganalisis nilai masing-masing tipe/jenis
lahan untuk masing-masing macam penggunaan lahan yang dipertimbangkan merupakan ciri proses
evaluasi lahan.
Hampir setiap aktivitas manusia melibatkan penggunaan lahan dan karena jumlah dan aktivitas
manusia bertambah cepat, maka lahan menjadi sumberdaya yang langka. Oleh karena itu keputusan untuk
mengubah pola penggunaan lahan mungkin memberikan keuntungan atau kerugian yang besar baik ditinjau
dari pengertian ekonomis maupun terhadap perubahan lingkungan. Dengan demikian dalam membuat
keputusan tentang penggunaan lahan merupakan aktivitas politik, dan sangat dipengaruhi keadaan sosial
ekonomi.
Lahan sangat bervariasi dalam berbagai faktor seperti keadaan topografi, iklim, geologi, tanah,
vegetasi , yang menutupinya. Berbagai keterangan tentang kemungkinan pemanfaatan dan pembataspembatas dari faktor lingkungan yang bersifat permanen maupun sementara sangat penting diperhatikan
dalam membicarakan perencanaan dan perubahan dalam pola penggunaan lahan.
Bahan diskusi:
Kenapa setiap aktifitas penggunaan lahan, keadaan sosial ekonomi berperan
cukup besar?
Seorang ahli evaluasi lahan harus dibekali dengan pemahaman tentang prinsipprinsip dasar evaluasi lahan. Ada enam prinsip dasar dalam evaluasi lahan (FAO, 1976):
1. Kesesuaian lahan dinilai dan diklasifikasikan sesuai dengan macam penggunaan yang
87
spesifik.
2. Evaluasi membutuhkan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dan masukan
yang dibutuhkan pada berbagai tipe penggunaan lahan
3. Dibutuhkan pendekatan multi disipliner
4. Evaluasi dibuat relevan dengan konteks fisik, ekonomi dan sosial dari daerah yang
bersangkutan.
5. Kesesuaian lahan ditujukan untuk penggunaan yang bertahan/lestari
6. Evaluasi lahan menyangkut perbandingan lebih dari satu macam penggunaan.
Bahan diskusi:
Buatlah intisari pengertian dari ke enam prinsip evaluasi lahan tersebut
Beberapa bidang ilmu yang berkaitan dengan bidang evaluasi lahan antara lain:
(1) ilmu kesuburan tanah, (2) fisika tanah, (3) geologi dan geomorfologi, (4) penginderaan jauh, (5)
budidaya tanaman, (6) ilmu iklim, (7) konservasi tanah dan air,
(8) ilmu sosial ekonomi dan budaya.
Bahan diskusi:
1. Jelaskan peranan ilmu penginderaan jauh untuk bidang evaluasi lahan
2. Kenapa ilmu sosial ekonomi berperan dalam bidang evaluasi lahan ?
88
Salah satu tahapan penting dalam pelaksanaan evaluasi fisik lahan untuk menilai
potensinya adalah menentukan dan memperoleh informasi tentang karakteristik/kualitas
lahannya. Karakteristik lahan dapat didefinisikan semua faktor/komponen/sifat/ciri lahan
yang dapat diukur atau ditaksir (diestimasi) seperti tekstur tanah, kedalaman efektif tanah,
lereng permukaan dan sebagainya.
Pemahaman komponen-komponen lahan melalui tiap-tiap disiplin ilmu akan
menghsilkan sejumlah informasi tentang ciri lahan yang terpecah-pecah. Dengan cara ini
penilaian tentang lahan sering mengakibatkan hubungan penting yang terjadi di antara
ciri-ciri/karakteristik lahan yang berbeda. Dengan demikian interpretasi mengenai potensi
lahan akan lebih sulit dan lebih banyak memakan waktu.
Konsep kualitas lahan disusun untuk mensintesis pemahaman tentang sifat-sifat
lahan yang terpisah-pisah tersebut ke dalam satu kesatuan faktor yang saling berinteraksi.
Kualitas lahan adalah gabungan dari beberapa karakteristik lahan yang mempunyai
pengaruh nyata terhadap kemampuan/kesesuaian lahannya. Masing-masing kualitas lahan
mempunyai keragaan (performance) tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya
bagi penggunaan tertentu. Kualitas lahan ada yang dapat diestimasi atau diukur secara
langsung di lapangan, tapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan.
Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan
tergantung dari sifat-sifatnya.
Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak selalu terbatas hanya pada satu macam
penggunaan. Sebagai contoh: kualitas lahan yang sama bisa berpengaruh terhadap lebih
dari satu macam penggunaan. Demikian pula sebaliknya satu macam penggunaan lahan
89
tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan. Contoh: bahaya erosi dipengaruhi
oleh berbagai keadaan sifat tanah, terrain (lereng) dan iklim (curah hujan). Ketersediaan
air bagi kebutuhan tanaman dipengaruhi antara lain oleh faktor iklim, topografi, drainase,
tekstur, struktur, zona perakaran, dan bahan kasar (batu, kerikil) di dalam penampang
tanah.
Beek (1978) membedakan kualitas lahan ke dalam empat bagian yaitu: (1)
kualitas lahan ekologi mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan), contohnya :
ketersediaan air, ketersediaan unsur hara, ketersediaan oksigen, bahaya banjir,
temperatur, dan sebagainya; (2) kualitas lahan pengelolaan (mempengaruhi pengelolaan
usaha pertanian) contoh: kemungkinan untuk mekanisasi, ukuran dari blok pengelolaan
yang potensial, lokasi dalam hubungannya dengan penyediaan sarana produksi (input)
dan pemasaran hasil (aspek ekonomi) dan sebagainya; (3) kualitas lahan konservasi
(mempengaruhi degradasi lahan) contoh: bahaya erosi, bahaya salinisasi dan alkalinisasi,
bahaya pemadatan tanah, bahaya terbentuknya kerak, adanya spesies tanaman atau hewan
yang unik dan sebagainya; (4) kualitas lahan perbaikan (kemungkinan untuk merubah
kondisi)
contoh: sifat dapat diairi, sifat dapat dilakukan drainase, respon terhadap
90
Tabel 1. Karakteristik Lahan yang Digunakan dalam CSR, 1983; FAO, 1983 dan
Sys et al., 1983.
CSR/FAO, 1983)
FAO, 1983
Temperatur
Ketersediaan air
Ketersediaan oksigen
Media perakaran
Retensi hara
Toksisitas
Sodisitas
Bahaya sulfidik
Bahaya erosi
Penyiapan lahan
Kelembaban
Ketersediaan hara
Ketersediaan oksigen
Media untuk perkembangan akar
Kondisi untuk pertumbuhan
Kemudahan diolah
Salinitas dan alkalinitas/toksisitas
Retensi terhadap erosi
Bahaya banjir
Temperatur
Energi radiasi dan fotoperiode
Bahaya unsur iklim (angin, kekeringan)
Kelembaban udara
Periode kering untuk pemasakan
(ripening) tanaman
Sifat iklim
Topografi
Kelembaban
Sifat fisik Tanah
Sifat
kesuburan
tanah
Salinitas
dan
alkalinitas.
Bahan diskusi:
Kelompokkan jenis-jenis kualitas lahan tersebut menurut kelompok kualitas lahan utama.
- Bahaya banjir
: ditentukan oleh genangan
- Penyiapan lahan
: ditentukan oleh batuan di permukaan, dan singkapan batuan
Fasilitas yang berkaitan dengan aspek ekonomi merupakan penentu kesesuaian
lahan secara ekonomi (Rossiter, 1995). Hal ini dengan pertimbangan bahwa,
bagaimanapun potensialnya secara fisik suatu wilayah, tanpa ditunjang oleh sarana
ekonomi yang memadai tidak akan banyak memberikan kontribusi terhadap
pengembangan wilayah tersebut.
Bahan diskusi : Dari jenis-jenis kualitas lahan tersebut, mana yang paling berpengaruh terhadap
produksi tanaman?.
Pertemuan Minggu ke IV
92
Informasi tentang tanah merupakan data dasar untuk evaluasi lahan secara
langsung/tidak langsung. Informasi ini sering merupakan ciri lahan yang langsung dapat
diamati atau dinilai. Informasi tanah merupakan bagian yang sangat penting karena tanah
merupakan bagian dari sumberdaya lahan yang mempunyai pengaruh langsung dan terus
menerus untuk penggunaan di bidang pertanian. Proses genesis, klasifikasi dan
penyebaran tanah pada suatu daerah akan sangat mempengaruhi sifat-sifat tanah yang
bersangkutan. Oleh karena itu seorang ahli evaluasi lahan harus mempunyai basic ilmu
tanah di samping ilmu-ilmu pendukung lainnya.
Bahan diskusi:
1. Tunjukkan jenis-jenis data tanah yang dimaksud.
2. Dari jenis-jenis data tanah yang saudara tunjukkan, selanjutnya kelompokkan ke
dalam kualitas lahan.
Informasi iklim yang valid dan terpercaya sangat menunjang dalam evaluasi
kemampuan/kesesuaian lahan. Seperti diketahui sangat banyak jenis-jenis tanaman yang sangat sensitif
terhadap pengaruh iklim misalnya anggur tidak cocok untuk ditanam pada daerah-daerah dengan curah
hujan maupun bulan basah terlalu tinggi.
Data iklim dapat diperoleh dari stasion iklim maupun lembaga-lembaga yang berkaitan dengan
pemanfaatan data iklim. Informasi iklim yang paling memegang peranan dalam evaluasi lahan antara lain;
curah hujan, lamanya bulan kering, suhu (temperatur), energi radiasi (fotoperiode) dan sebagainya.
Pengetahuan tentang iklim/ simulasi data iklim sangat diperlukan untuk keperluan evaluasi sumberdaya
lahan
khususnya untuk prediksi kesesuaian lahan dalam penyusunan perencanaan/memberikan rekomendasi
penggunaan/perubahan penggunaan lahan.
Tugas:
1. Pelajari kembali tipe-tipe zona agroklimat/tipe-tipe iklim dan simulasi data iklim
2. Jelaskan dengan contoh pengaruh iklim terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman
93
Ketinggian di atas muka laut, panjang dan derajat kemiringan lereng, posisi pada
bentangan lahan, bentuklahan (landform) dinilai sangat penting dalam evaluasi lahan.
Faktor topografi dapat berpengaruh terhadap kemungkinan bahaya erosi atau
mudah tidaknya diusahakan, demikian juga di dalam program mekanisasi pertanian. Data
topografi ini hampir selalu digunakan dalam setiap sistem evaluasi lahan. Bentuklahan
(landform) sangat erat kaitannya dengan potensi lahan sehingga tidak luput dari perhatian
ahli evaluasi lahan. Sebagai contoh pada bentuklahan dataran banjir tidak disarankan
untuk daerah pemukiman atau untuk jenis-jenis tanaman yang memerlukan drainase
tanah yang baik seperti kates, cengkeh, atau tanaman-tanaman tahunan lainnya.
Struktur dan formasi geologi mempunyai banyak pengaruh langsung/tidak
langsung pada penggunaan lahan khususnya pada bidang pertanian. Relief/topografi
sangat berhubungan erat dengan keadaan geologinya. Formasi geologi sangat
mempengaruhi struktur daerah dan merupakan bahan dasar dari bahan induk tanah. Oleh
karena itu adanya informasi tentang geologi sangat memudahkan dalam mengevaluasi
potensi (kemampuan dan kesesuaian lahan) untuk suatu penggunaan tertentu. Manfaat
seperti ini telah ditunjukkan oleh penggunaan data geologi di dalam sistem evaluasi lahan
seperti pada sistem lahan (land system).
Bahan diskusi:
1. Jelaskan hubungan bentuklahan (landform) dengan potensi lahan
2. Coba lihat peta geologi Pulau Bali lalu jelaskan pengaruh formasi geologi dengan
ordo tanah yang terbentuk.
Vegetasi merupakan salah satu unsur lahan yang dapat berkembang secara alami
atau sebagai hasil dari aktivitas manusia baik pada masa lalu maupun masa kini. data
vegetasi (vegetasi permanent) perlu dipertimbangkan dengan alasan bahwa vegetasi
sering
dapat
digunakan
(kemampuan/kesesuaian
sebagai
lahan)
petunjuk
bagi
suatu
untuk
mengetahui
penggunaan
tertentu
potensi
melalui
94
Pada pendekatan sitem evaluasi lahan secara terpadu, dalam membuat perencanaan
penggunaan lahan (pengembangan suatu wilayah) informasi sosial ekonomi juga
diperlukan. Sebagai contoh dari aspek ekonomi adalah aspek pemasaran, harga-harga
hasil komoditas, nilai input-output dan sebagainya. Dari aspek sosial budaya misalnya di
daerah yang penduduknya mayoritas muslim jangan mengembangkan ternak babi
meskipun dari hasil evaluasi, daerah tersebut sangat cocok untuk peternakan babi.
Demikian juga pada daerah-daerah yang petaninya sudah mengembangkan jenis-jenis
tanaman tertentu secara turun-temurun seperti salak di Sibetan, tembakau di
Temanggung, kita harus hati-hati untuk merekomendasikan tanaman-tanaman lain
meskipun cocok untuk daerah tersebut. Demikian pula meskipun secara agribisnis
tanaman tertentu sangat cocok dengan kondisi setempat namun nilai ekonomisnya sangat
rendah dan pemasarannya sulit, mungkin tidak layak direkomendasikan.
Bahan diskusi:
Coba saudara identifikasi lagi informasi data sosial ekonomi dan budaya yang perlu dipertimbangkan
dalam pemberian rekomendasi penggunaan lahan.
95
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu
penggunaan tertentu yang lebih spesifik dari kemampuan lahan. Perbedaan dalam tingkat
kesesuaian ditentukan oleh hubungan antara keuntungan dan masukan yang diperlukan
sehubungan dengan penggunaan lahan tersebut. Dalam bentuknya yang sangat kuantitatif,
kesesuaian lahan dinyatakan dalam istilah ekonomi dari masukan dan keluaran atau
dalam hasilnya berupa pendapatan bersih atau di daerah-daerah berkembang berupa
tingkatan kehidupan masyarakat taninya. Tujuan daripada evaluasi kesesuaian lahan
adalah untuk memberikan penilaian kesesuaian lahan untuk tujuan-tujuan yang telah
dipertimbangkan. Manfaat evaluasi kesesuaian lahan adalah memberikan pengertian
tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya, serta memberikan
kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat
diharapkan berhasil.
Menurut FAO (1976) struktur klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat
kategori yaitu: Order kesesuaian, Kelas kesesuaian, Subkelas kesesuaian, dan Unit
kesesuaian. Order kesesuaian lahan mencerminkan macam kesesuaiannya, kelas
kesesuaian mencerminkan derajat kesesuaian lahan dalam order, subkelas kesesuaian
mencerminkan macam hambatan atau macam perbaikan utama yang dibutuhkan dalam
kelas. Unit kesesuaian lahan mencerminkan perbedaan-perbedaan minor yang
dibutuhkan dalam pengelolaan subkelas.
Order kesesuaian lahan dapat dibagi menjadi dua yaitu: Order sesuai (S) dan order
tidak sesuai (N) bagi penggunaan yang dipertimbangkan. Order sesuai (S) adalah lahan
96
yang dapat dipergunakan secara berkelangsungan untuk suatu tujuan yang telah
dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan akan memuaskan setelah
dikalkulasi dengan masukan yang diberikan, tanpa adanya resiko kerusakan terhadap
sumberdaya lahannya. Order tidak sesuai (N) adalah lahan yang apabila dikelola,
mempunyai kesulitan sedemikian rupa sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu
tujuan yang telah direncanakan. Lahan ini tidak sesuai digunakan untuk pertanian karena
berbagai hambatan.
Order sesuai (S) dapat dibagi lagi menjadi kelas-kelas. Jumlah kelas pada order
sesuai tidak ditentukan, tetapi diusahakan sesedikit mungkin untuk memudahkan
interpretasi. Dalam hal ini terdapat tiga kelas dalam order sesuai yang didefinisikan
secara kuantitatif adalah sebagai berikut: (1) kelas S1 (sangat sesuai) adalah lahan yang
tidak mempunyai pembatas serius dalam menerapkan pengelolaan yang diberikan atau
hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti yang tidak secara nyata berpengaruh
terhadap produksinya dan tidak menaikkan masukan melebihi yang biasa diberikan. (2)
kelas S2 (cukup sesuai) adalah lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu
penggunaan yang lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas dan
keuntungan, dan meningkatkan masukan yang diperlukan. (3) kelas S3 (sesuai marginal)
adalah lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan yang
lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan
masukan yang diperlukan.
Order N (tidak sesuai) biasanya ada dua kelas yaitu: (1) kelas N1 (tidak sesuai
saat ini) adalah lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, tetapi masih
memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan
sekarang ini dengan biaya yang rasional. (2) kelas N2 (tidak sesuai untuk selamanya
adalah lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin untuk
digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.
Sub kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan
yang diperlukan dalam suatu kelas. Tiap kelas dapat dibagi menjadi satu atau lebih sub
kelas tergantung dari jenis pembatas yang ada. Untuk kelas S1, tidak ada faktor
pembatas. Sebagai contoh kelas S2 yang mempunyai faktor pembatas kedalaman efektif
(r) akan menurunkan sub kelas menjadi S2r.
Kesesuaian lahan pada tingkat satuan (unit) merupakan pembagian lebih lanjut
dari sub kelas. Semua satuan (unit) dalam satu sub kelas mempunyai tingkat kesesuaian
97
yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkat sub kelas.
Satuan-satuan yang satu berbeda dengan yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek
tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan pembatas datail dari
pembatasnya. Dengan diketahuinya pembats secara detail, akan memudahkan penafsiran
perencanaan pada tingkat usahatani. Simbul kesesuaian lahan pada tingkat satuan (unit)
dibedakan oleh angka-angka yang ditempatkan setelah simbul subkelas. Skema struktur
klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO (1976) dapat dilihat pada Gambar dibawah.
Gambar 7. Struktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan Pada Berbagai Kategori (FAO, 1976)
Order
Kelas
S (sesuai)
Sub kelas
S1
S2
S3
S2n
S2e
S2ne
Unit
S2e-1
S2e-2
dsb
Sc2n
N1
N2
N1n
N1c
dst
Keterangan:
S = sesuai
N = tidak sesuai
Sc = sesuai menurut keadaan
Bahan diskusi:
Jelaskan perbedaan antara kesesuaian lahan dengan kemampuan lahan berdasarkan atas pemahaman
mengenai definisi di atas.
Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini (current suitability)
adalah
kesesuaian
lahan
yang
dihasilkan
berdasarkan
data
yang
belum
mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada di setiap satuan
peta. Sebagaimana diketahui bahwa faktor pembatas yang kemungkinan terdapat di
satuan peta yang dievaluasi, ada yang sifatnya permanen dan tidak memungkinkan untuk
dapat diperbaiki atau tidak ekonomis. Di lain pihak ada faktor pembatas yang dapat
diatasi atau diperbaiki dan secara ekonomi masih menguntungkan dengan masukan
teknologi yang tepat.
98
Tabel 5. Jenis usaha perbaikan kualitas/karakteristik lahan aktual untuk menjadi potensial
menurut tingkat pengelolaannya.
No
1.
2.
Tingkat pengelolaannya
3.
4.
5.
- Sistem irigasi/pengairan
- Sitem irigasi/pengairan
Sedang, tinggi
Sedang, tinggi
Sedang, tinggi
99
Tinggi
- Gambut; kematangan
ketebalan
6.
Retensi Hara
- KTK
- Ph
Ketersediaan Hara
- N total
- P205 tersedia
- K20 dapat tukar
Bahaya banjir
- Periode
- Frekuensi
7.
8.
9.
10.
Kegaraman
- Salinitas
Toksisitas
- Kejenuhan aluminium
- Lapisan pirit
11.
12.
13.
Potensi mekanisasi
Bahaya erosi
Tinggi
Sedang, tinggi
- Pemupukan
- Pemupukan
- Pemupukan
Tinggi
Tinggi
- Reklamasi
Sedang, tinggi
- Pengapuran
- Pengaturan sistem tata air tanah,
tinggi permukaan air tanah harus di
atas lapisan bahan sulfidik.
Sedang, tinggi
Sedang, tinggi
Sedang, tinggi
Sedang, tinggi
Sedang, tinggi
Keterangan : - Tingkat pengelolaan rendah : pengelolaan dapat dilaksanakan oleh petani dengan biaya yang relatif
rendah.
- Tingkat pengelolaan sedang : pengelolaan dapat dilaksanakan pada tingkat petani menengah,
memerlukan modal menengah dan teknik pertanian sedang.
- Tingkat pengelolaan tinggi : pengelolaan hanya dapat dilakukan dengan modal ynag relatif besar,
umumnya dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan besar atau menengah.
Tabel 6. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut
tingkat pengelolaannya.
Kualitas lahan/
sifat lahan
1. Rejim radiasi
2. Rejim suhu
3. Rejim kelembaban udara
4. Ketersediaan air
- Bulan kering
- Curah hujan
Tingkat pengelolaan
___________________________________
Rendah
Sedang
Tinggi
-
+
+
100
++
++
5. Media perakaran
- drainase
+
++
- Tekstur tanah
- Kedalaman efektif
+
- Gambut:
- kematangan
+
- Ketebalan
+
6. Retensi hara:
- KTK
+
++
- pH (H2O)
+
++
- KB
++
- C-organik
+
++
7. Ketersediaan hara
- N-total
+
++
+++
- P2O5 tersedia
+
++
+++
- K2O
+
++
+++
8. Bahaya banjir
- Periode
+
++
- Frekuensi
+
++
9. Kegaraman
- Salinitas
+
++
10. Toksisitas
- Kejenuhan Aluminium
+
++
- Lapisan pirit
+
++
11. Kemudahan pengolahan
+
+
12. Potensi mekanisasi
+
13. Bahaya erosi
+
++
Keterangan: - : Tidak dapat dilakukan perbaikan
+ : Perbaikan dapat dilakukan, dan akan dihasilkan kenaikan sebesar satu
kelas lebih tinggi misalnya dari S3 menjadi S2
++ : Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan sebesar dua
kelas lebih tinggi, misalnya dari kelas S3 menjadi S1
+++ : Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan sebesar tiga
kelas atau lebih, misalnya dari kelas N1 menjadi S1
Tugas:
Dari data yang diberikan, coba asumsikan tingkat perbaikan kualitas lahan dari aktual menjadi
potensial.
Cara penilaian kesesuaian lahan yang sering dilakukan adalah dengan cara
matching (mencocokkan) kualitas/karakteristik lahan dengan persyratan tumbuh tanaman
yang dievaluasi/persyaratan penggunaan lahan yang dikehendaki. Dalam sistem Matching
ini berlaku hukum minimum, yang artinya kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh faktor
pembatas terberat.
Contoh penilaian kesesuaian lahan jagung varietas Harapan pada Seri Santong
daerah Lombok, dapat dilihat seperti Tabel di bawah ini.
101
80
S1
S1
S2
S2
sedang
S2
S2
lempung
berpasir
<5
55
S3
S3
S1
S1
S1
S1
0
matang
S1
S1
12
45
6,0
0,8
S2
S2
S1
S1
0,2
S1
8-15
sedang
S2
S2
tidak
pernah
S1
S3
S3
S1
S1
S1
S1
S2
S1
*
*
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S2
S2
S1
S1
S1
12.Penyiapan lahan
S1
S1
Stoniners (%)
0
S1
S1
Rock outcrop (%)
0
S1
S1
Kelas kesesuaian lahan
Aktual (A)
S3
Potensial (P)
S3
Keterangan: *Usaha perbaikan dapat dilakukan,kelas kesesuaian lahan naik 1 tk.
satu tingkat.
Tugas : Lakukan penilaian kelas kesesuaian lahan aktual dan potensian pada seri tanah yang
Pertemuan
minggu ke:data
XI yang telah disediakan.
lainnya berdasarkan
Pertemuan Minggu XI
102
adalah
karakteristik/kualitas
lahan
diagnostiknya.
Untuk
mengetahui
103
Tabel 8. Kesesuaian Lahan untuk Tempat Tinggal (Gedung) tanpa ruang bawah tanah
(USDA, 1983)1)
Sifat Tanah
Kesesuaian Lahan
Baik
-
Sedang
-
Buruk
30
Tanpa
Tanpa
Jarang sering
> 75
45-75
< 45
Rendah
Sedang
Tinggi
(< 0.03)
(0.03-0.09)
(> 0.09)
OL, OH, PT
<8
8-15
> 15
Keras
> 100
50-100
< 50
Lunak
> 50
< 50
> 100
50-100
< 50
> 50
< 50
< 25
25-50
> 50
Ada
Maksimum 3 lantai
Lapisan yang paling tebal antara 25-100 cm dari permukaan tanah
3)
Rata-rata yang dibobotkan dari permukaan sampai kedalaman 100 cm
2)
104
Kesesuaian Lahan
Baik
Sedang
Buruk
> 30
Keras
> 100
50-100
< 50
Lunak
> 50
< 50
Tebal
> 100
50-100
< 50
Tipis
> 50
< 50
Rendah
Sedang
Tinggi
(< 0.03)
(0.03-0.09)
(> 0.09)
<5
5-8
>8
GW,GP,SW,SP,
CL dgn PI
CL dgn PI > 15
SP,GM,GC,SM,
< 15
CH,MH,OH,OL
3. Padas keras
1)2)
SC.
PT.
> 75
30-75
< 30
7. Lereng
<8
8-15
> 15
8. Banjir
Tanpa
Jarang
Sering
< 25
25-50
> 50
Ada
2)
Untuk famili tanah kaolinitik, pengharkatan menjadi satu tingkat lebih baik dari tabel ini
3)
4)
105
Tugas:
Berikan masing-masing dua buah contoh yang termasuk masukan tetap danmasukan berulang.
107
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
108
Data sumberdaya lahan dapat diperoleh melalui dua cara yaitu: (1) melalui data
sekunder seperti data hasil survei dan pemetaan tanah, laporan hasil penelitian, peta-peta
dan sebagainya; (2) dari data primer melalui kegiatan survei evaluasi lahan.
Agar dapat memberikan rekomendasi penggunaan/perubahan pola penggunaan
lahan yang tepat, ahli evaluasi lahan sebaiknya dapat melihat secara langsung kondisi
bentang lahan yang akan dievaluasi melalui kegiatan survei agar dapat diketahui kondisi
landscape secara utuh. Hal ini sangat perlu dilakukan karena berdasarkan banyak
pengalaman kesalahan dalam memberikan rekomendasi dapat menyebabkan kerugian
pada si pengguna lahan. Sebagai contoh kasus, ada suatu perusahan yang bergerak di
bidang agribisnis rugi sampai milyaran rupiah karena kesalahan dari konsultan dalam
memberikan rekomendasi. Hal ini bisa terjadi karena dalam memberi rekomendasi hanya
berdasarkan hasil analisis kesuburan tanah lapisan atas saja, tanpa didukung oleh data
morfologi/profil tanah, formasi geologi/bahan induk maupun kondisi lingkungan lainnya.
Bahan diskusi:
Jelaskan kelebihan-kelebihan hasil evaluasi sumberdaya lahan berdasarkan data
sekunder dengan data primer (data hasil survei).
Dalam evaluasi lahan, pengamatan fisik dan sosial ekonomi harus dilakukan.
setelah tujuan studi digariskan, maka pendekatan dalam evaluasi lahan dapat dilakukan
menurut dua strategi yaitu:
1. Pendekatan dua tahap (two stage approach)
Tahap pertama terutama berkenaan dengan evaluasi lahan secara fisik (kualitatif), yang
kemudian diikuti dengan tahapan kedua yang meliputi analisis ekonomi dan sosial.
Keuntungan dalam pendekatan ini adalah metodenya langsung dengan urutan aktifitas
109
yang jelas, pengaturan waktu yang fleksibel untuk aktifitas dan pengaturan staf
dimungkinkan. Pendekatan dua tahap ini sering digunakan dalam survei inventarisasi
sumberdaya lahan untuk keperluan perencanaan secara luas.
2. Pendekatan evaluasi lahan paralel (sejajar)
Analisis/evaluasi lahan secara fisik berjalan bersama-sama dengan analisis sosial
ekonomi. Keuntungan pendekatan ini adalah kemungkinan adanya kerjasama
kelompok multidisipliner antara ahli fisik, sosiologi dan ekonomi. Metode ini biasanya
sangat tepat untuk evaluasi lahan secara detil.
Sampai saat ini pekerjaan evaluasi lahan lebih banyak menggunakan pendekatan
dua tahap. Alasannya adalah kesulitan dalam pengaturan waktu dan staf, dan adanya
kenyataan bahwa ahli-ahli dari berbagai disiplin biasanya tidak mengerti bahasa teknis
satu dan lainnya sehingga pekerjaan kelompok multidispliner sering gagal.
Konsultasi
pendahuluan
Pendekatan dua tahap
Tahap pertama
Pendekatan paralel
Survei dasar
Survei dasar
Klasifikasi lahan
kualitatif
Tahap kedua
Klasifikasi
kualitatif dan
kuantitatif
Analisis
ekonoman
dan sosial
Klasifikasi lahan
kuantitatif
Keputusan
perencanaan
Gambar 1. Skema Pendekatan dua Tahap dan Pendekatan Paralel dalam Evaluasi Lahan
Bahan diskusi: Jelaskan kelebihan dan kekurangan kedua pendekatan tersebut.
110
Secara skematis keenam kegiatan utama tersebut dapat diringkas seperti Gambar di
bawah ini.
KONSULTASI PENDAHULUAN
- tujuan
- data dan asumsi
- rencana evaluasi
JENIS-JENIS UTAMA
PENGGUNAAN LAHAN
ULANGAN
PERSYARATAN
DAN
PEMBATAS PENGGUNAAN
LAHAN
MEMBANDINGKAN
PENGGUNAAN LAHAN
DAN KEADAAN LAHAN
- membandingkan
- analisis sosil ekonomi
- dampak lingkungan
SATUAN PEMETAAN
LAHAN
KARAKTERISTIK/
KUALITAS LAHAN
PENYAJIAN HASIL
Satuan lahan homogen adalah suatu daerah/areal yang dibatasi oleh kesamaan
/kemiripan unsur-unsur pembentuknya. Makin banyak unsur pembentuk satuan lahan
yang bersangkutan, makin homogen satuan lahan tersebut. Adapun unsur-unsur
112
pembentuk satuan lahan antara lain: landform, lereng, tanah, landuse, iklim, geologi dan
sebagainya. Cara delineasi satuan lahan homogen adalah dengan cara mengkompilasikan
beberapa peta seperti peta landform, peta lereng, peta tanah, peta landuse, peta iklim, dan
peta geologi.
Peta landform
Peta lereng
Peta tanah
Peta landuse
Peta iklim
Peta geologi
Gambar 3. Tumpang susun beberapa peta dalam proses delineasi satuan lahan homogen
Tugas: Buatlah delineasi satuan lahan berdasarkan peta-peta yang telah tersedia.
satuan lahan tersebut sering dilakukan secara transek lereng, ataupun berdasarkan katena
lahan. Intensitas pengamatan/jumlah sampel tergantung dari luas dan homogenitas satuan
lahan. Bila luas satuan lahannya sempit dan homogen, maka pengambilan sampel tidak
perlu terlalu banyak. Pada kondisi seperti ini penentuan titik sampel dapat dilakukan
secara stratified purposif sampling dengan asumsi bahwa karena satuan lahannya sangat
homogen, dimanapun diambil sampelnya akan dapat mewakili daerah yang bersangkutan.
Bila satuan lahannya sangat luas dan masih diragukan homogenitasnya, maka
pengambilan sampel harus lebih banyak baik secara random, grid, maupun purposif
dalam satuan lahan yang bersangkutan. Analisis sampel dapat dilakukan secara komposit,
berdasarkan nilai tengah, atau nilai rata-rata. Contoh Gambar satuan lahan dapat dilihat
seperti di bawah ini.
3
5
6
2
4
Gambar 4. Satuan lahan yang didelineasi berdasarkan tumpang susun beberapa peta.
Tugas:
Lakuan penentuan titik sampel pengamatan pada satuan satuan lahan yang telah didelineasi.
menanyakan data managemen lahan yang dilakukan seperti pemupukan : jenis, dosis
pupuk yang digunakan, produksi per satuan luas, input-output dalam usaha tani dan
sebagainya, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel pada kedalaman tertentu sesuai
dengan tujuan evaluasi. Perlu juga diperhatikan dalam observasi lapang tersebut sambil
mencocokkan hasil delineasi satuan lahan yang dilakukan di laboratorium dengan
kenyataan yang sebenarnya di lapangan. Bila terjadi kesalahan langsung dilakukan
perbaikan saat itu juga
Tugas:
Coba saudara persiapkan blangko isian untuk pengamatan lapang, dan lengkapi dengan quisioner untuk
wawancara dengan petani.
Tugas:
Coba saudara analisis data karakteristik/kualitas lahan yang telah disediakan, dan hubungkan antara
data karakteristik yang satu dengan yang lainnya
115
Pendekatan sistem lahan (Land System Approaach) atau dikenal sebagai survei
terpadu mempunyai arti bahwa semua faktor-faktor fisik lingkungan dipetakan secara
simultan. Sebagai awal dari pendekatan ini sebenarnya bertitik tolak dari penggunaan
interpretasi potret udara untuk keperluan pemetaan tingkat tinjau yang cepat. Berdasarkan
interpretasi potret udara/citra satelit, area-area dengan pola yang berulang dari topografi,
tanah, dan vegetasi dipetakan sebagai satuan atau individu sistem lahan. Sebagai konsep
utama yang digunakan dalam pendekatan sistem lahan ini adalah bahwa pada area-area
tertentu
semua
faktor-faktor
lingkungan
(topografi,
tanah,
vegetasi,
geologi,
geomorfologi, dan iklim) akan saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan akan
menghasilkan pola yang jelas pada potret udara. Pendekatan ini disebut sebagai
pendekatan terpadu karena metode ini tergantung dari pengidentifikasian area-area yang
jelas sebagai hasil integrasi dari variabel-variabel lingkungan.
Dalam membicarakan pendekatan sistem lahan ini ada tiga istilah
yang
digunakan yaitu: lokasi, satuan lahan, dan sistem lahan. Lokasi merupakan bagian dari
permukaan lahan yang untuk semua keperluan/penggunaan praktis seragam dalam
bentuklahan, tanah dan vegetasi. Satuan lahan merupakan kelompok dari lokasi yang
berhubungan yang mempunyai bentuklahan tertentu di dalam sistem lahan, dan seluruh
satuan lahan yang sama akan mempunyai asosiasi lokasi yang sama pula. Sistem lahan
merupakan area yang mempunyai pola yang berulang dari topografi, tanah dan vegetasi.
Keuntungan dari pendekatan sistem lahan adalah cepat, relatif murah, dan merupakan
integrasi berbagai faktor lingkungan yang berbeda. Namun pendekatan sistem lahan ini
mempunyai kelemahan yaitu tingkat generalisasi yang tinggi.
Bahan diskusi:
Coba jelaskan hubungan topografi dengan tanah, vegetasi, geologi dan geomorfologi.
116
tertentu. Hal ini dilakukan dengan anggapan bahwa suatu daerah yang mempunyai
fisiografik yang relatif seragam akan mempunyai faktor-faktor lingkungan lainnya yang
juga relatif seragam seperti: iklim mikro, ciri tanah, kondisi habitat tanaman dan
sebagainya. Masing-masing satuan lahan yang diidentifikasikan dengan cara demikian
dapat dianggap mempunyai sifat-sifat yang secara keseluruhan relatif seragam.
Pendekatan seperti ini sangat tepat terutama bila diperlukan evaluasi medan secara
keseluruhan.
Klasifikasi lahan dengan pendekatan fisiografik ini menjadi sangat penting dalam
evaluasi lahan mengikuti beberapa perkembangan yaitu: pengembangan konsep satuan
fisiografik sebagai dasar pembagian dari bentang lahan; kecendrungan penggunaan yang
semakin meluas dari penginderaan jauh baik foto udara maupun citra satelit (landsat,
spot, radar, ikonos) dan sebagainya. Penggunaan foto udara/citra satelit memberikan
kemungkinan untuk melaksanakan identifikasi satuan fisiografi dan pemetaannya secara
relatif cepat. Perkembangan yang pesat ini cukup beralasan karena potret udara/citra
penginderaan jauh lainnya pada umumnya dapat menggambarkan objek di muka bumi
secara lengkap, dimana masing-masing objek mirip dengan keadaan sebenarnya dan
sesuai dengan letaknya di medan; citra dapat dibuat secara cepat dan berulang
kemungkinan penggunaannya untuk memantau sumberdaya lahan dan lingkungan dengan
biaya yang relatif rendah.
Bahan diskusi:
Jelaskan hubungan antara pendekatan fisiografik dengan pendekatan sistem lahan.
117
118
liat berat dengan nilai 40 sampai pasir dengan nilai 1. Iklim zone tanah adalah: untuk
zone podsolik 40-35, sedangkan untuk zone tanah coklat 15-5.
Pada sistem perkalian (persamaan-persamaan Storie Index Rating yang disingkat
SIR) dengan formula:
SIR
=AxBxCxX
119
Bahan diskusi:
Pada kenyataannya sering terjadi penggabungan antara pendekatan fisiografik dan parametrik. Mengapa
demikian?
120
121
pengelolaan yang digunakan. Tipe pengelolaan yang digunakan dalam setiap bentuk
penggunaan lahan biasanya ditentukan oleh ukuran, intensitas modal, intensitas tenaga
kerja, tingkat pengetahuan petani, tenaga yang digunakan dalam usaha tani. Dalam
menentukan agar faktor produksi mendapatkan perhatian yang lebih spesifik dan
dijelaskan secara terinci karena faktor produksi tersebut sampai batas-batas tertentu akan
menentukan tingkat pengelolaannya.
Pada keadaan tertentu tipe-tipe penggunaan lahan secara terinci tidak hanya terdiri
dari satu macam tanaman saja. Oleh sebab itu dikenal tipe penggunaan lahan tunggal, tipe
penggunaan lahan ganda dan tipe penggunaan lahan majemuk.
Tipe penggunaan lahan tunggal adalah penggunaan lahan untuk satu jenis
tanaman saja, misalnya untuk perkebunan cengkeh, kopi, kakao, dan sebagainya.
Tipe penggunaan lahan ganda adalah penggunaan lahan untuk lebih dari satu jenis
tanaman sekaligus, dan tiap-tiap jenis tanaman membutuhkan input atau masukan yang
berbeda, syarat-syarat tumbuh dan memberikan hasil yang berbeda-beda pula. Sebagai
contoh, hutan produksi yang sekaligus digunakan sebagai tempat rekreasi.
Tipe penggunaan lahan majemuk adalah penggunaan lahan lebih dari satu jenis
tanaman, akan tetapi untuk tujuan evaluasi lahan dianggap sebagai satu kesatuan. Jenis
penggunaan lahan yang berbeda mungkin saja terjadi dalam urutan waktu tertentu,
misalnya rotasi tanaman atau terjadi dalam waktu yang sama secara simultan, akan tetapi
di tempat yang berbeda dalam satu kesatuan lahan yang sama.
Bahan diskusi:
Kenapa tipe pengguanaan lahan diperlukan dalam evaluasi lahan, apa bedanya dengan penggunaan
lahan secara umum?
lingkungan yang sangat penting peranannya adalah faktor tanah, iklim, dan topografi.
Kondisi dari sifat-sifat tanah tidak saja menentukan kemampuan menyediakan hara bagi
tanaman, tetapi juga menentukan daya jelajah akar sebagai organ pengambil hara dan
penegak tanaman. Dengan dasar pemikiran seperti tersebut di atas maka dalam sistem
evaluasi lahan ini disusun serangkaian kriteria penciri yang terdiri dari unsur tanah, iklim
dan topografi. Hal tersebut dimaksudkan untuk tujuan evaluasi fisik lahan secara semi
kuantitatif.
Kriteria penciri adalah variabel yang telah diketahui mempunyai pengaruh
terhadap hasil atau output yang diperoleh atau masukan (input) yang diperlukan untuk
suatu jenis penggunaan lahantertentu. Kriteria penciri menunjukkan sampai seberapa jauh
kualitas atau kondisi lahan yang ada dapat memenuhi kebutuhan atau persyaratan yang
diperlukan oleh penggunaan lahan. Ukuran-ukuran tersebut menunjukkan tingkat
kesesuaian dari sebidang lahan. Persyaratan tumbuh yang diperlukan oleh masing-masing
tanaman mempunyai batas minimum, optimum dan maksimum. Untuk keperluan evaluasi
lahan yaitu untuk menentukan kelas kesesuaian lahan, maka persyaratan tumbuh ini
dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kelas kesesuaian lahan yang dikaitkan dengan
kualitas dan karakteristik lahan. Sebagai contoh, kriteria kelas kesesuaian lahan untuk
tanaman padi sawah dapat dilihat seperti Tabel di bawah.
123
Tekstur
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Gambut
Ketebalan (cm)
Ketebalan (cm), jika ada
bahan mineral /
pengkayaan
Kematangan
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-organik (%)
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
Sodisitas (xn)
Alkalinitas / ESP (%)
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
Singkapan batuan (%)
S1
24 - 29
22 - 24
29 - 32
18 - 22
32 - 35
< 18
> 35
33 - 90
30 - 33
< 30 ; > 90
Agak terhambat,
sedang
Terhambat,
baik
Cepat
Halus, agak
halus
<3
>50
Sedang
Sangat terhambat,agak
cepat
Agak kasar
3 - 15
40 - 50
15 - 35
25 - 40
> 35
< 25
< 60
< 140
60 - 140
140 - 200
140 - 200
200 - 400
> 200
> 400
saprik+
saprik+,
hemik+
hemik+,
fibrik+
fibrik
> 16
> 50
5,5 - 8,2
< 35
< 4,5
> 1,5
16
35 - 50
4,5 - 5,5
8,2 - 8,5
0,8 - 1,5
<2
2-4
4-6
>6
< 20
20 - 30
30 - 40
> 40
> 100
75 - 100
40 - 75
< 40
<3
Sangat rendah
3-5
Rendah
5-8
Sedang
>8
Berat
F0,F11,F12,
F21,F23,F31,F32
F13,F22,F33,
F41,F42,F43
F14,F24,F34,
F44
F15,F25,F35,
F45
<5
<5
5 - 15
5 - 15
15 - 40
15 - 25
> 40
> 25
Kasar
> 8,5
Bahan diskusi:
Jelaskan pengaruh faktor iklim dan topografi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
124
Seperti halnya untuk penggunaan lahan di bidang pertanian, untuk bidang non
pertanian pun memerlukan penciri kunci/persyaratan penggunaan lahan yang umumnya
berbeda antara satu penggunaan dengan penggunaan lainnya. Sebagai contoh penggunaan
lahan untuk permukiman penciri kuncinya akan berbeda dengan penggunaan lahan untuk
bidang pariwisata.
Evaluasi lahan untuk daerah permukiman mencakup penilaian kesesuaian lahn
untuk gedung, septic tank, jalan, tempat pembuangan/penimbunan sampah dan
sebagainya. Karena semua bangunan tersebut di atas tanah, maka sifat-sifat tanah perlu
diperhatikan. Sifat-sifat tanah yang berpengaruh antara lain:
1. Kelas ukuran butir (particle size class)
2. Sifat rheologi/angka Atterberg: batas cair (liquid limit), dan indek plastisitas (plasticity
index).
3. Potensi mengembang mengerut
4. Tata air atau drainase tanah (wetness)
5. Tebal tanah sampai ke hamparan batuan
6. Kepekaan erosi
7. Bahaya banjir
8. Lereng
9. Daya menyangga tanah (daya dukung tanah)
10. Potensi terjadi korosi
11. Lapisan organik
12. Mudah tidaknya tanah digali.
Bahan diskusi:
1. Coba saudara bandingkan batas-batas ukuran butir antara sistem Unified, sistem
AASHTO, dan sistem USDA
2. Kenapa potensi mengembang mengerut dan sifat rheologi sangat penting
diperhatikan?.
125
KEMAMPUAN LAHAN
Kompetensi Dasar
Setelah membaca dan mendiskusikan pokok bahasan ini, mahasiswa peserta kuliah. dapat membuat
penilaian kemampuan lahan.
Sasaran Belajar
1. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami definisi, tujuan dan
manfaat evaluasi kemampuan lahan
2. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan struktur klasifikasi
kemampuan lahan
3. Setelah membaca dan melakukan diskusi, mahasiswa dapat melakukan penilaian
kemamampuan lahan
Evaluasi kemampuan lahan pada dasarnya merupakan evaluasi/pendugaan potensi lahan untuk
penggunaan secara umum, tidak membicarakan peruntukan untuk penggunaan secara spesifik. Oleh karena
itu sifatnya merupakan evaluasi yang lebih umum dibandingkan dengan evaluasi kesesuaian lahan yang
bersifat lebih khusus. Sebagai contoh lahan tersebut cocok untuk bidang pertanian, tapi belum jelas untuk
tanaman apa (masih bersifat umum). Dengan mengetahui potensi daripada lahan yang bersangkutan, maka
kita akan dapat menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan di dalam usaha-usaha
pengembangan/pengelolaannya untuk mempertahankan produktivitas lahan tersebut. Adapun manfaat dari
evaluasi kemampuan lahan adalah memberikan sumbangan data/informasi bagi para perencana tentang
potensi umum suatu daerah untuk keperluan-keperluan perencanaan untuk tujuan yang diinginkan.
Klasifikasi kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan ke dalam satuan-satuan khusus
menurut kemampuannya untuk penggunaan yang intensif dan perlakuan yang diperlukan untuk dapat
dipergunakan secara terus menerus.
Ada tiga tingkat dalam klasifikasi kemampuan lahan yaitu:
1. Kelas kemampuan lahan mengungkapkan derajat pembatas (penghambat) dari nol
atau dapat diabaikan pada kelas I sampai ekstrem pada kelas VIII. Kelas kemampuan
lahan dituliskan dalam angka Romawi, misalnya kelas kemampuan lahan VI.
2. Subkelas kemampuan menunjukkan jenis pembatas utama yang meliputi erosi (e),
kebasahan (w), karakteristik tanah (s), iklim (c), dan gradien/lereng (g). Contoh
Subkelas VIe.
3. Satuan kemampuan lahan: pengelompokan beberapa satuan peta inventarisasi yang
mempunyai kemiripan respon terhadap pengelolaan yang sama, mempunyai hasil
potensial yang hampir sama, dan memerlukan upaya konservasi tanah yang sama.
Sebagai contoh pemberian simbol dalam satuan kemampuan adalah: VIe-1, VIe-2 dan
sebagainya.
Satuan kemampuan lahan pada bentuklahan (landform) dengan jenis batuan yang umum sering
dapat dikelompokkan ke dalam Kelompok Kemampuan Penggunaan Lahan. Hal ini memungkinkan
pengertian yang lebih baik tentang hubungan antara satuan kemampuan penggunaan lahan dengan bentang
lahan (landscape). Suatu kelompok kemampuan penggunaan lahan bisa terdiri dari beberapa satuan
kemampuan penggunaan lahan yang berbeda, seperti IVc-1
KELAS
II
III
IV
126
VI
VII
VIII
pembatas
derajat
SUBKELAS
e = erosi
w = kebasahan
s = tanah
UNIT
jenis utama
pembatas
c = iklim
g = gradien
IVs-1
IVs-2
Ivs-3
etc
kemiripan kebutuhan
pengelolaan dan
konservasi tanah
Sub-kelas
kemampuan
Satuan
pengelolaan
127
Satuan peta
tanah
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
dapat digarap
IIc, iklim
IIe, erosi
IIw, kelembaban
IIs, tanah
IIes
dll
IIe-1
IIe-2
IIe-3
dst
Seri X
Seri Y
Seri Z
1. Lereng permukaan
2. Kepekaan erosi
3. Tingkat erosi
4. Kedalaman tanah
5. Tekstur lapisan atas
6. Tekstur lapisan
A
KE,KE2
e0
k0
t1,t2
t3
sda
II
B
C
D
A
KE3 KE4,KE5 KE6
(*)
e1
e2
e3
(**)
k1
k2
k2
(*)
t1,t2
t1,t2
t1,t2 (*)
t3
t3,t4
t3,t4
(*)
sda
sda
sda
(*)
128
VII
E
F
(*)
(*)
e4
e5
k3
(*)
t1,t2 t1,t2
t3,t4 t3,t4
sda
sda
VIII
G
(*)
(*)
(*)
t5
t5
7. Permeabilitas
P 2,P3 P2,P3
8. Drainase
9. Kerikil/batuan
10. Ancaman banjir
11.Garam/salinitas
d1
b0
O0
g0
d2
b0
O1
g1
P2,P3
P4
d3
b1
O2
g2
P2,P3
P4
d4
b2
O3
g3
P1
d5
b3
O4
(*)
(*)
(*)
(*)
(*)
(**) (**)
(*)
(*)
(**) (**)
g3
(*)
VIs
VIs
IVs-1
VIs
IIe-2
IIe-2
IVd
IVd
Keterangan :
129
P5
d0
b4
(*)
(*)
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu
penggunaan tertentu yang lebih spesifik dari kemampuan lahan. Perbedaan dalam tingkat
kesesuaian ditentukan oleh hubungan antara keuntungan dan masukan yang diperlukan
sehubungan dengan penggunaan lahan tersebut. Dalam bentuknya yang sangat kuantitatif,
kesesuaian lahan dinyatakan dalam istilah ekonomi dari masukan dan keluaran atau
dalam hasilnya berupa pendapatan bersih atau di daerah-daerah berkembang berupa
tingkatan kehidupan masyarakat taninya. Tujuan daripada evaluasi kesesuaian lahan
adalah untuk memberikan penilaian kesesuaian lahan untuk tujuan-tujuan yang telah
dipertimbangkan. Manfaat evaluasi kesesuaian lahan adalah memberikan pengertian
tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya, serta memberikan
kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat
diharapkan berhasil.
Menurut FAO (1976) struktur klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat
kategori yaitu: Order kesesuaian, Kelas kesesuaian, Subkelas kesesuaian, dan Unit
kesesuaian. Order kesesuaian lahan mencerminkan macam kesesuaiannya, kelas
kesesuaian mencerminkan derajat kesesuaian lahan dalam order, subkelas kesesuaian
mencerminkan macam hambatan atau macam perbaikan utama yang dibutuhkan dalam
kelas. Unit kesesuaian lahan mencerminkan perbedaan-perbedaan minor yang
dibutuhkan dalam pengelolaan subkelas.
Order kesesuaian lahan dapat dibagi menjadi dua yaitu: Order sesuai (S) dan order
tidak sesuai (N) bagi penggunaan yang dipertimbangkan. Order sesuai (S) adalah lahan
130
yang dapat dipergunakan secara berkelangsungan untuk suatu tujuan yang telah
dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan akan memuaskan setelah
dikalkulasi dengan masukan yang diberikan, tanpa adanya resiko kerusakan terhadap
sumberdaya lahannya. Order tidak sesuai (N) adalah lahan yang apabila dikelola,
mempunyai kesulitan sedemikian rupa sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu
tujuan yang telah direncanakan. Lahan ini tidak sesuai digunakan untuk pertanian karena
berbagai hambatan.
Order sesuai (S) dapat dibagi lagi menjadi kelas-kelas. Jumlah kelas pada order
sesuai tidak ditentukan, tetapi diusahakan sesedikit mungkin untuk memudahkan
interpretasi. Dalam hal ini terdapat tiga kelas dalam order sesuai yang didefinisikan
secara kuantitatif adalah sebagai berikut: (1) kelas S1 (sangat sesuai) adalah lahan yang
tidak mempunyai pembatas serius dalam menerapkan pengelolaan yang diberikan atau
hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti yang tidak secara nyata berpengaruh
terhadap produksinya dan tidak menaikkan masukan melebihi yang biasa diberikan. (2)
kelas S2 (cukup sesuai) adalah lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu
penggunaan yang lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas dan
keuntungan, dan meningkatkan masukan yang diperlukan. (3) kelas S3 (sesuai marginal)
adalah lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan yang
lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan
masukan yang diperlukan.
Order N (tidak sesuai) biasanya ada dua kelas yaitu: (1) kelas N1 (tidak sesuai
saat ini) adalah lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, tetapi masih
memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan
sekarang ini dengan biaya yang rasional. (2) kelas N2 (tidak sesuai untuk selamanya
adalah lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin untuk
digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.
Sub kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan
yang diperlukan dalam suatu kelas. Tiap kelas dapat dibagi menjadi satu atau lebih sub
kelas tergantung dari jenis pembatas yang ada. Untuk kelas S1, tidak ada faktor
pembatas. Sebagai contoh kelas S2 yang mempunyai faktor pembatas kedalaman efektif
(r) akan menurunkan sub kelas menjadi S2r.
Kesesuaian lahan pada tingkat satuan (unit) merupakan pembagian lebih lanjut
dari sub kelas. Semua satuan (unit) dalam satu sub kelas mempunyai tingkat kesesuaian
131
yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkat sub kelas.
Satuan-satuan yang satu berbeda dengan yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek
tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan pembatas datail dari
pembatasnya. Dengan diketahuinya pembats secara detail, akan memudahkan penafsiran
perencanaan pada tingkat usahatani. Simbul kesesuaian lahan pada tingkat satuan (unit)
dibedakan oleh angka-angka yang ditempatkan setelah simbul subkelas. Skema struktur
klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO (1976) dapat dilihat pada Gambar dibawah.
Gambar 7. Struktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan Pada Berbagai Kategori (FAO, 1976)
Order
Kelas
S (sesuai)
Sub kelas
S1
S2
S3
S2n
S2e
S2ne
Unit
S2e-1
S2e-2
dsb
Sc2n
N1
N2
N1n
N1c
dst
Keterangan:
S = sesuai
N = tidak sesuai
Sc = sesuai menurut keadaan
Bahan diskusi:
Jelaskan perbedaan antara kesesuaian lahan dengan kemampuan lahan berdasarkan atas pemahaman
mengenai definisi di atas.
Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini (current suitability)
adalah
kesesuaian
lahan
yang
dihasilkan
berdasarkan
data
yang
belum
mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada di setiap satuan
peta. Sebagaimana diketahui bahwa faktor pembatas yang kemungkinan terdapat di
satuan peta yang dievaluasi, ada yang sifatnya permanen dan tidak memungkinkan untuk
dapat diperbaiki atau tidak ekonomis. Di lain pihak ada faktor pembatas yang dapat
diatasi atau diperbaiki dan secara ekonomi masih menguntungkan dengan masukan
teknologi yang tepat.
132
Tabel 5. Jenis usaha perbaikan kualitas/karakteristik lahan aktual untuk menjadi potensial
menurut tingkat pengelolaannya.
No
1.
2.
Tingkat pengelolaannya
3.
4.
5.
- Sistem irigasi/pengairan
- Sitem irigasi/pengairan
Sedang, tinggi
Sedang, tinggi
Sedang, tinggi
133
Tinggi
- Gambut; kematangan
ketebalan
6.
Retensi Hara
- KTK
- Ph
Ketersediaan Hara
- N total
- P205 tersedia
- K20 dapat tukar
Bahaya banjir
- Periode
- Frekuensi
7.
8.
9.
10.
Kegaraman
- Salinitas
Toksisitas
- Kejenuhan aluminium
- Lapisan pirit
11.
12.
13.
Potensi mekanisasi
Bahaya erosi
Tinggi
Sedang, tinggi
- Pemupukan
- Pemupukan
- Pemupukan
Tinggi
Tinggi
- Reklamasi
Sedang, tinggi
- Pengapuran
- Pengaturan sistem tata air tanah,
tinggi permukaan air tanah harus di
atas lapisan bahan sulfidik.
Sedang, tinggi
Sedang, tinggi
Sedang, tinggi
Sedang, tinggi
Sedang, tinggi
Keterangan : - Tingkat pengelolaan rendah : pengelolaan dapat dilaksanakan oleh petani dengan biaya yang relatif
rendah.
- Tingkat pengelolaan sedang : pengelolaan dapat dilaksanakan pada tingkat petani menengah,
memerlukan modal menengah dan teknik pertanian sedang.
- Tingkat pengelolaan tinggi : pengelolaan hanya dapat dilakukan dengan modal ynag relatif besar,
umumnya dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan besar atau menengah.
Tabel 6. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut
tingkat pengelolaannya.
Kualitas lahan/
sifat lahan
1. Rejim radiasi
2. Rejim suhu
3. Rejim kelembaban udara
4. Ketersediaan air
- Bulan kering
- Curah hujan
Tingkat pengelolaan
___________________________________
Rendah
Sedang
Tinggi
-
+
+
134
++
++
5. Media perakaran
- drainase
+
++
- Tekstur tanah
- Kedalaman efektif
+
- Gambut:
- kematangan
+
- Ketebalan
+
6. Retensi hara:
- KTK
+
++
- pH (H2O)
+
++
- KB
++
- C-organik
+
++
7. Ketersediaan hara
- N-total
+
++
+++
- P2O5 tersedia
+
++
+++
- K2O
+
++
+++
8. Bahaya banjir
- Periode
+
++
- Frekuensi
+
++
9. Kegaraman
- Salinitas
+
++
10. Toksisitas
- Kejenuhan Aluminium
+
++
- Lapisan pirit
+
++
11. Kemudahan pengolahan
+
+
12. Potensi mekanisasi
+
13. Bahaya erosi
+
++
Keterangan: - : Tidak dapat dilakukan perbaikan
+ : Perbaikan dapat dilakukan, dan akan dihasilkan kenaikan sebesar satu
kelas lebih tinggi misalnya dari S3 menjadi S2
++ : Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan sebesar dua
kelas lebih tinggi, misalnya dari kelas S3 menjadi S1
+++ : Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan sebesar tiga
kelas atau lebih, misalnya dari kelas N1 menjadi S1
Tugas:
Dari data yang diberikan, coba asumsikan tingkat perbaikan kualitas lahan dari aktual menjadi
potensial.
Cara penilaian kesesuaian lahan yang sering dilakukan adalah dengan cara
matching (mencocokkan) kualitas/karakteristik lahan dengan persyratan tumbuh tanaman
yang dievaluasi/persyaratan penggunaan lahan yang dikehendaki. Dalam sistem Matching
ini berlaku hukum minimum, yang artinya kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh faktor
pembatas terberat.
Contoh penilaian kesesuaian lahan jagung varietas Harapan pada Seri Santong
daerah Lombok, dapat dilihat seperti Tabel di bawah ini.
135
80
S1
S1
S2
S2
sedang
S2
S2
lempung
berpasir
<5
55
S3
S3
S1
S1
S1
S1
0
matang
S1
S1
12
45
6,0
0,8
S2
S2
S1
S1
0,2
S1
8-15
sedang
S2
S2
tidak
pernah
S1
S3
S3
S1
S1
S1
S1
S2
S1
*
*
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S2
S2
S1
S1
S1
12.Penyiapan lahan
S1
S1
Stoniners (%)
0
S1
S1
Rock outcrop (%)
0
S1
S1
Kelas kesesuaian lahan
Aktual (A)
S3
Potensial (P)
S3
Keterangan: *Usaha perbaikan dapat dilakukan,kelas kesesuaian lahan naik 1 tk.
satu tingkat.
Tugas : Lakukan penilaian kelas kesesuaian lahan aktual dan potensian pada seri tanah yang
Pertemuan
minggu ke:data
XI yang telah disediakan.
lainnya berdasarkan
Pertemuan Minggu XI
136
adalah
karakteristik/kualitas
lahan
diagnostiknya.
Untuk
mengetahui
137
Tabel 8. Kesesuaian Lahan untuk Tempat Tinggal (Gedung) tanpa ruang bawah tanah
(USDA, 1983)1)
Sifat Tanah
Kesesuaian Lahan
Baik
-
Sedang
-
Buruk
30
Tanpa
Tanpa
Jarang sering
> 75
45-75
< 45
Rendah
Sedang
Tinggi
(< 0.03)
(0.03-0.09)
(> 0.09)
OL, OH, PT
<8
8-15
> 15
Keras
> 100
50-100
< 50
Lunak
> 50
< 50
> 100
50-100
< 50
> 50
< 50
< 25
25-50
> 50
Ada
Maksimum 3 lantai
Lapisan yang paling tebal antara 25-100 cm dari permukaan tanah
3)
Rata-rata yang dibobotkan dari permukaan sampai kedalaman 100 cm
2)
138
Kesesuaian Lahan
Baik
Sedang
Buruk
> 30
Keras
> 100
50-100
< 50
Lunak
> 50
< 50
Tebal
> 100
50-100
< 50
Tipis
> 50
< 50
Rendah
Sedang
Tinggi
(< 0.03)
(0.03-0.09)
(> 0.09)
<5
5-8
>8
GW,GP,SW,SP,
CL dgn PI
CL dgn PI > 15
SP,GM,GC,SM,
< 15
CH,MH,OH,OL
3. Padas keras
1)2)
SC.
PT.
> 75
30-75
< 30
7. Lereng
<8
8-15
> 15
8. Banjir
Tanpa
Jarang
Sering
< 25
25-50
> 50
Ada
2)
Untuk famili tanah kaolinitik, pengharkatan menjadi satu tingkat lebih baik dari tabel ini
3)
4)
139
Tugas:
Berikan masing-masing dua buah contoh yang termasuk masukan tetap danmasukan berulang.
141
Evaluasi lahan bukan hanya menghasilkan kelas kesesuaian lahan, akan tetapi
harus dapat menunjukkan pilihan
digunakan adalah bahwa kelas kesesuaian lahan seperti uraian terdahulu dikelompokkan
berdasarkan atas jumlah dan jenis faktor pembatasnya.
Penetapan
alternatif
perencanaan
pengelolaan
dalam
penggunaan
lahan
didasarkan pada hasil evaluasi lahan yaitu: deskripsi kualitas lahan, evaluasi kelas
kesesuaian lahan dan deskripsi faktor pembatasnya, uji produktivitas lahan setelah
diberikan masukan, jaminan harga/pemasaran hasil, serta kondisi sosial ekonomi dan
budaya setempat. Perlunya perencanaan dalam menetapkan pilihan dalam penggunaan
lahan adalah untuk perbaikan (kelestarian lahan), di samping untuk peningkatan hasil
pertanian secara umum.
Sesuai dengan yang telah tercantum dalam prinsip-prinsip evaluasi lahan yaitu,
evaluasi membutuhkan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dan masukan
yang dibutuhkan pada berbagai tipe lahan. Oleh sebab itu dalam pemilihan penggunaan
lahan yang paling disukai dari setiap tipe lahan memerlukan analisis input-output seperti
analisis B/C ratio, analisis R/C ratio dan sebagainya. Dengan adanya analisis input output
tersebut, lahan tidak hanya sesuai secara agroekosistem tapi juga sesuai secara
agroekonomi.
Berdasarkan atas kesesuaian lahan secara agroekosistem maupun secara
agroekonomi yang telah disertai dengan perhitungan input-output, maka pada masingmasing tipe lahan dapat ditentukan pilihan penggunaan yang paling menguntungkan, baik
142
menyangkut
Bahan diskusi:
Berdasarkan data yang telah disediakan, coba lakukan penilaian untuk menetapkan pilihan penggunaan
lahan yang paling menguntungkan
DAFTAR PUSTAKA
10. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB.
11. Beek, K.J. 1978. Land Evaluation for Agricultural Development. International Institute for Land
Reclamation and Improvement/ILRI. Wageningen The Netherlands.
12. Bennema, J. 1972. Diagnostic Chriteria Inputs in Land Evaluation for Rural Porposes. Edited
by Brinkman, R. and A.J Smyth 1973. International Institute for Land Reclamation and
Improvement/ILRI Wageningen The Netherland.
13. CSR/FAO Staff.1983. Reconaissance Land Resource Survei Atlas Format Procedure. Centre for
Soil Research AGAF/INS/006. Manually. Version, Bogor.
14. Dent, D. and A. Young. 1981. Soil Survei and Land Evaluation. George Allen and Unwin
Publisher Ltd. London.
15. FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin no. 32.
16. Sys,C.,E. Van Ranst, J. Debaveye 1991. Land Evaluation Part I. Principles in Land Evaluation
and Crop Production Calculation. International Training Centre For Post- Graduate Soil Scientist
University Ghent.
143
17. Vink, A.P.A. 1975. Land Use in Advancing Agriculture. Sringer Verlaag. Berlin, Heidelberg,
New York.
18. Young, A.. 1976. Tropical Soils and Soil Survei. Camridge University Press, Cambridge.
144
Kompetensi Dasar
Setelah dijelaskan dan didiskusikan, mahasiswa peserta kuliah dapat mengaplikasikan bidang evaluasi
lahan untuk berwirausaha.
Sasaran Belajar
1. Setelah didiskusikan, mahasiswa dapat melakukan pemetaan sumberdaya lahan
2. Setelah didiskusikan, mahasiswa dapat melakukan pelayanan konsultasi database
sumberdaya lahan.
3. Setelah didiskusikan, mahasiswa dapat menunjukkan peluang-peluang agribisnis.
Menghadapi situasi krisis saat ini, pemerintah seharusnya menyadari benar pentingnya sektor
pertanian sebagai penunjang perekonomian negara. Kalau disadari, sektor pertanian dalam arti luas saat ini
sebenarnya masih merupakan sektor yang sangat strategis dengan beberapa alasan: (1) kebutuhan pangan
akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk; (2) sebagai negara agraris, pertanian
yang tangguh seharusnya menjadi landasan pertama dan utama karena 80% penduduk Indonesia bekerja di
sektor pertanian; selanjutnya diikuti oleh peningkatan kualitas SDM (pendidikan), lebih lanjut diikuti oleh
pengembangan teknologi tepat guna, teknologi maju.
Tugas:
Jelaskan menurut pendapat anda beberapa peluang bisnis lainnya yang bisa
dikembangkan dari bidang evaluasiDAFTAR
lahan. PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
19. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB.
20. Beek, K.J. 1978. Land Evaluation for Agricultural Development. International Institute for Land
Reclamation and Improvement/ILRI. Wageningen The Netherlands.
21. Bennema, J. 1972. Diagnostic Chriteria Inputs in Land Evaluation for Rural Porposes. Edited
by Brinkman, R. and A.J Smyth 1973. International Institute for Land Reclamation and
Improvement/ILRI Wageningen The Netherland.
22. CSR/FAO Staff.1983. Reconaissance Land Resource Survei Atlas Format Procedure. Centre for
Soil Research AGAF/INS/006. Manually. Version, Bogor.
23. Dent, D. and A. Young. 1981. Soil Survei and Land Evaluation. George Allen and Unwin
Publisher Ltd. London.
24. FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin no. 32.
25. Sys,C.,E. Van Ranst, J. Debaveye 1991. Land Evaluation Part I. Principles in Land Evaluation
and Crop Production Calculation. International Training Centre For Post- Graduate Soil Scientist
University Ghent.
26. Vink, A.P.A. 1975. Land Use in Advancing Agriculture. Sringer Verlaag. Berlin, Heidelberg,
New York.
27. Young, A.. 1976. Tropical Soils and Soil Survei. Camridge University Press, Cambridge.
145
146
147