You are on page 1of 3

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan secara umum dikenal sebagai suatu sumberdaya yang sangat unik, yang memberi
manfaat sangat beragam bagi kehidupan baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Proses-proses interaksi di antara berbagai komponen-komponen penyusunnya selalu
bersifat saling menguntungkan dan ketergantungan, sehingga setiap bentuk kehidupan
dan ekosistem hutan mempunyai kemampuan berbeda dalam hal pemenuhan
kebutuhannya akan kondisi lingkungan termasuk unsur-unsur iklim. Adanya perbedaan
dalam pemenuhan kebutuhan hidup tersebut dapat membentuk masyarakat tumbuhan
yang mempunyai ciri khas tertentu, termasuk tumbuhan pohon, semak belukar,
pemanjat, pencekik, parasit dan epifit (Pinaringan, 2006).
Epifit merupakan salah satu kelompok tumbuhan penyusun komunitas hutan
yang kehadirannya hampir tidak mendapat perhatian, jenisnya sangat beranekaragam
mulai dari algae, lumut, jamur, paku-pakuan berkayu hingga tumbuhan berkayu.
Keberadaan epifit dianggap sebagai pesaing tidak langsung dalam pemanfaatan unsur
dan menghambat pertumbuhan atau bahkan merusak pertumbuhan pohon inangnya.
Meskipun hanya suatu kelompok kecil tumbuhan, tetapi memegang peranan yang sangat
penting dalam pencirian tipe hutan tropis, termasuk dalam system pendauran hara
berbagai tipe ekosistem hutan (Pinaringan, 2010).
Menurut Mitchell (1989) jumlah jenis tumbuhan yang dapat hidup sebagai epifit
mencapai kurang lebih 30.000 jenis dan jenis epifit sekitar 10% dari seluruh jenis
tumbuhan berpembuluh di muka bumi, terbagi dalam 850 marga dan 65 suku. Jumlah
terbanyak adalah dari suku anggrek yang mencakup kurang lebih 25.000 jenis dari 6.000
jenis kelompok epifit berkayu (monokotil dan dikotil). Keanekaragaman epifit pada
berbagai jenis pohon, tingkat pertumbuhan dan bagian-bagian pohon yang menjadi inang
terjadi karena ketergantungannya terhadap iklim mikro tegakan hutan yang di butuhkan
untuk pertumbuhannya.
Tumbuhan epifit hidup menempel pada batang tumbuhan lain atau bebatuan.
Tumbuhan ini mendapatkan sumber hara dari debu, sampah/detritus, tanah yang di bawa
ke atas oleh rayap atau semut, kotoran burung dan lain-lain. Tumbuhan ini melimpah di

tempat yang cukup curah hujan, di sekitar mata air, sungai atau air terjun. Bentuk
kehidupan epifit didominasi oleh Bryophyta, Pterydophyta dan Orchidaceae (Steenis,
1972).
Identifikasi biodiversitas tumbuhan epifit yang tersebar di Kawasan Jurusan
Biologi akan memudahkan konservasi sumberdaya hayati ini, di samping memudahkan
pengelolaan lebih lanjut, baik untuk bahan pangan, bahan obat dan tanaman hias,
tumbuhan epifit juga salah satu keanekaragaman yang perlu dijaga karena besarnya
keanekaragaman tersebut merupakan hal yang penting bagi kelestarian jenis sehingga
diharapkan dapat mengenal berbagai jenis tumbuhan epifit serta dapat membedabedakan antara satu jenis dengan jenis lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dapat dirumuskan pada praktikum ini adalah:
1. Bagaimana mengetahui pola sebaran tumbuhan epifit pada suatu pohon dan
modifikasinya?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pola sebaran tumbuhan epifit?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Mengetahui pola sebaran tumbuhan epifit pada suatu pohon dan modifikasinya
2. Melihat faktor-faktor mempengaruhi pola sebaran tumbuhan epifit?
1.4 Manfaat Penelitian
Praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut kepada masyarakat
ilmiah mengenai pola sebaran tumbuhan epifit dan apa saja yang dapat
mempengaruhinya.

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang Pola Sebaran Epifit pada Pohon ,
maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Tanaman epifit (Asplenium nidus dan Janda Bolong)dominan tumbuh pada
kuadran I & IV
2. Tanaman epifit dominan tumbuh pada strata Lower.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum selanjutnya,sebaiknya praktikan
lebih mengetahui apa-apa saja jenis tumbuhan epifit sebelum dimulai praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Mitchell, A. 1989. Between the trees the canopy community dalam Silcock, L. 1989.
The rainforest : a celebration. The Living Earth Foundation. h. 153-157.
Cresset Press.London.
Pinaringan A. S dan Yekti. A.P, 2010. Keanekaragaman Epifit Berkayu Pada Hutan
Bekas Tebangan Di Hutan Penelitian Malinau (Mrf) Cifor, Universitas
Airlangga. Surabaya
Pinaringan A. S, 2006. Identifikasi Keanekaragaman Paku-Pakuan (Pteridophyta) Epifit
Pada Hutan Bekas Tebangan Di Hutan Penelitian Malinau Cifor Seturan
Jurnal Identifikasi Keanekaragaman Paku-pakuan. Universitas 17 Agustus
1945.Samarinda.
Steenis, C.G.G..J. van. 1972. The Mountain Flora of Java, Leiden: E.J. Brill

You might also like