Professional Documents
Culture Documents
Asetanilida
Asetanilida
PUSTAKA
Fessenden RJ, Fessenden JS. 1994. Organic Chemistry 5th edition. California:
Brooks/Cole Publishing Company Pasific Grove.
Furniss, B.S. 1978. Vogels Textbook of Practical Organic Chemistry 5th Edition.
London: Longman Scientific & Technical.
Mc Murry J. Organic Chemistry 5th edition. USA: Brooks/Cole Publishing Company
Pasific Grove.
Vishnoi N.K. 1979. Advanced Practical Organic Chemistry 1st Edition. New Delhi:
Vikas Publishing house PVT Ltd.
II. PROSEDUR
Visnoi N.K. Advanced Practical Organic Chemistry, 1st ed.
Vikas Publishing House, PVT LTD, New Dehli, p 330-331
Chemical required. (i) Aniline 10 ml (ii) Acetic anhydride 10 ml (iii) Glacial
acetic acid 10 ml (iv) Zinc dust 0,5 gm.
Procedure. Place 10 ml aniline, 10 ml glacial acetic acid, 10 ml acetic
anhydride and 0,5 gm zinc dust in a 250 ml round bottom flask fitted with a reflux
condenser. Heat the reaction mixture to boiling for about 40 minutes, detach the
condenser and pour the hot contents slowly so as to prevent any residual zinc dust from
escaping the flask, into a 500 ml beaker containing about 250 ml of cold water whilst
stirring vigorously the resultant solution. Cool the beaker in ice-bath when crude
acetanilide separates. Filter it in a buchner funnel using suction, wash with cold water,
drain well with the help of an inverted glass stopper and dry on the filter papers in air.
The yield of crude acetanilide, m. p 113, is about 15 gm. Recrystallise it from hot water
containing 2% rectified spirit. The pure recrystallise product has the m. p 114%.
B.S FurnisS, AQ.J. Hannaford, V. Rogers, P.W.G. Smith, A.R. Tatchell.
Vogels Textbook of Practical Organic Chemistry, 5th ed, 1989, p 916-918
Acetylation of aniline. Method 1. in a 1-litre beaker ort flask containing 500 ml
of water, introduce 18,3 ml 0f concentrated hydrochloric acid and 20,5 g (20 ml, 0,22
mol) of aniline. Stir until the aniline passes completely into solution. (if the solution is
coloured, add 3-4 g of decolourising carbon, warm to about 50 oC with stirring for 5
minutes and filter a the pump or through a fluted filter-paper.) to the resulting solution
1|Page
add 27,7 g (25,6 ml, 0,27 mol) of redistilled acetic anhydride. Stir buntil it is dissolved
and immediately pour in a solution of 33 g of crystallized sodium acetate in 100 ml of
water. Stir vigorously and cool in ice. Filter the acetanilide with suction, wash with a
little water, drain well and dry upon filter-paper in the air. The yield of colourless,
almost pure acetanilide, m.p. 113oC, is 24 g (80%). Upon recrystallisation from about
500 ml of boiling water to which about 10 ml industrial spirit has been added (1) the
m.p. is raised to 114oC, the first crop weights 19g.
Method 2. in a 500ml round-bottomed flask, equipped with a reflux condenser,
place 20,5 g (20 ml, 0,22 mol) of aniline, 21,5 g (20 ml, 0,21 mol) of acetic anhydride,
21 g (20 ml, 0,35 mol) of glacial acetic acid and 0,1 g of zinc dust (2). Boil the mixture
gently for 30 minutes, and then pour the hot liquid in a thin stream into a 1-litre beaker
containing 500 ml of cold water whilst stirring continually. When cold (it is preferable
to cool in ice), filter the crude product at the pump, wash with a little cold water, drain
well and dry upon filter-paper in the air. The yield of acetanilide, m.p. 113 oC, is 26 g. it
may be recrystallised as in Method 1 affording 21 g (70%) of pure acetanilide, m.p. 114
o
C.
III.DASAR TEORI
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan
sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu
gugus asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak
parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.
Asetanilida pertama ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara
mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang
kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun 1899
Beckmand mnemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H 2O dengan
katalis HCl. Pada tahun 1905 Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan asam
asetat.
2|Page
karbon
alifatik
dengan
satu
rantai
lagi,
untuk
menambahkan suatu gugus karboksil atau suatu gugus NH 2. Seperti telah disebut,
reaksi RX dan CN memberikan rendemen terbaik dengan alkil halide primer.
Alkil halide seknder dapat jugadigunakan, tetapi rendemennya lebih rendah.
Asetilasi Amina Aromatis
Anilin merupakan amina aromatis primer. Reaksi substitusi terhadap amina
aromatis dapat berupa substitusi pada cincin benzene atau substitusi pada gugus
amina. Asetilasi amina aromatis primer atau sekunder banyak dilakukan dengan
3|Page
klorida asam dalam suasana basa atau dengan mereaksikan asetat anhidrida
menghasilkan asetanilida.
Jika asetat anhidrida yang digunakan berlebihan dan pemanasan dilakukan
pada waktu yang lama, maka sejumlah turuan diasetil akan terbentuk. Namun
demikian, turunan diasetil tidak stabil dengan kehadiran air dan mengalami
hidrolisis menghasilkan senyawa monoasetil.
Amina dapat mengalami reaksi hidrolisa dalam suasana asam membentuk
asam karboksilat dan garam amina, sedangkan dalam suasana basa membentuk io
karboksilat dan amina.
Asetanilida dapat diperoleh dari asetilasi anilina. Amina aromatis primer dapat
bereaksi denga anhidrida asetat menghasilkan turunan monoasetil. Bila cara
pemanasan selama reaksi diperpanjang dan dengan kelebihan anhidrida asetat,
maka akan menghasilkan juga bentuk atau turunan diasetil. Umumnya bentuk
diasetil tidak stabil dalam air. Dan mengalami hidrolisis menjadi bentuk monoasetil.
Bila hasil resetilasi dijumpai dalam campuran mono dan diasetil, maka dari hasil
rekristalisasi dengan pelarut yang mengandung air, misalnya etanol encer hanya
bentuk monoasetil yang diperoleh.
Asetanilida dapat dibuat dari anilin dan anhidrida asetat. Mekanisme reaksinya
menyangkut serangan nukelofil oleh anilin pada atom karbon karbonil dari suatu
turunan asam. Anilin adalah benzena tersubstitusi yang bereaksi lebih mudah
daripada benzenanya sendiri. Jadi anilin bereaksi substitusi elektrofilik lebih cepat
daripada benzena. Hal ini disebabkan anilin mempunyai gugus NH 2 yang
merupakan gugus aktivasi. Adanya gugus ini menyebabkan cincin lebih terbuka
terhadap substitusi lebih lanjut. Sedang reaksi dengna nukleofil terhadap anhidrida
lebih reaktif dibanding ester. Kedua hal inilah yang menyebabkan reaksi pembuatan
asetanilida asetat dari anilin lebih cepat dibandingkan ester dan ammonia.
Macam-macam Pembuatan Asetanilida
4|Page
1. Pembuatan
asetanilida
dari
anhidrida
asetat
dan
anilin
Larutan benzena dalam satu bagian anilin dan 1.4 bagian asam asetat anhidrad
direfluks dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan jaket sampai tidak ada
anilin yang tersisa.
NH
C
CH3
+
Anilin
CH3
C
OH
Asam asetat
H2 O
Asetanilida
Metode ini merupakan metode awal yang masih digunakan karena lebih
ekonomis. Anilin dan asam asetat berlebih 100 % direaksikan dalam sebuah
tangki yang dilengkapi dengan pengaduk.
Reaksi berlangsung selama 6 jam pada suhu 150oC 160oC. Produk dalam
keadaan panas dikristalisasi dengan menggunakan kristalizer.
3. Pembuatan asetanilida dari ketene dan aniline
5|Page
O
NH2
H
NH
O
C
C
CH3
H
Anilin
Asetanilida
Katene
Keten
e (gas) dicampur ke dalam anilin di bawah kondisi yang diperkenankan akan
menghasilkan asetanilida.
4. Pembuatan
asetanilida
dari
asam
thioasetat
dan
anilin
Dalam perancangan pabrik asetanilida ini digunakan proses antara asam asetat
dengan anilin. Pertimbangan dari pemilihan proses ini adalah:
Reaksinya sederhana
Tidak menggunakan katalis sehingga tidak memerlukan alat untuk
regenerasi katalis dan tidak perlu menambah biaya yang digunakan untuk
membeli katalis sehingga biaya produksi lebih murah.
Pemurnian Zat
Jika suatu reagensia dengan kemurnian yang memadai untuk suatu
penetapan tertentu tidak tersedia maka produk termurni yang tersedia haruslah
dimurnikan : paling lazim ini dilakukan dengan rekristalisasi dari dalam air. Zat
padat dengan bobot yang diketahui dilarutkan dalam air dengan volume cukup
6|Page
untuk memperoleh jenuh atau hampir jenuh pada titik didih : dapat digunakan
piala, labu erlemeyer ataupun pinggan porselen larutan panas itu disaring lewat
kertas saring bergalur yang ditaruh dalam suatu corong berpipa pendek, dan
filtratnya ditampung dalam suatu piala : proses ini akan memisahkan bahan yang
tak dapat larut yang biasanya terdapat. Jika zat itu mengkristal dalam corong,
maka haruslah larutan disaring dalam suatu corong berair panas. Filtrat panas yang
jernih itu didinginkan dengan cepat dengan mencelupkan ke dalam pinggan air
dingin atau campuran air dan es menurut kelarutan zat padat itu : larutan itu
diaduk dengan tetap agar mendorong terjadinya Kristal kecil, yang tidak sebanyak
Kristal besar dalam mengepungkan cairan induk. Zat padat itu kemudian
dipisahkan dengan cairan induk dengan penyaringan, dengan menggunakan salah
satu tipe corong Buchner. Setelah semua cairan tersaring, zat padat itu ditekan ke
bawah dengan tutup kaca yang luas, isap sekering mungkin dan kemudian dicuci
dengan porsi-porsi kecil pelarut aslinya untuk menyingkirkan cairan induk yang
menempel. Zat padat yang telah dikeringkan disimpan dalam botol bersumbat
kaca.
Proses Refluks
Pada pendingin bola yang memiliki saluran air yang searah, perlu
diperhatikan cara pemakaian selang untuk air pada pengaturan air masuk dan
keluar. Refluks adalah peristiwa dimana uap yang mengkondensasi dikembalikan
ke labu.
Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat secara mengkristalkan kembali
dari cairan pelarut atau campuran pelarut, melarutkan kristal dalam pelarut panas
(atau campuran pelarut) kemudian mendinginkan larutan secara perlahan sampai
terbentuk kristal yang murni.
7|Page
senyawa
dalam
suatu
pelarut
tunggal
atau
capuran.
Ada
8|Page
2. Menyaring larutan panas dari partikel-partikel atau kotoran atau bahan yang
tidak larut.
3. Pendiaman larutan panas menjadi dingin sehingga terbentuk kristal.
4. Pemisahan kristal dari larutan induk.
5. Pengeringan.
Langkah penentuan pelarut dalam rekristalisasi merupakan langkah
penentu keberhasilan pemisaha. Jika senyawa larut dalam keadaan panas.
Senyawa organik sering mengandung pengotor yang berwarna. Senyawa tersebut
dapat dimurnikan dengan penambahan karbon aktif penghilang warna seperti
norit.
Kegunaan Asetanilida
Kegunaan Produk Asetanilida banyak digunakan dalam industri kimia , antara
lain;
9|Page
Rumus molekul
C6H5NH2
Berat molekul
93,12 g/gmol
184,4 oC
Suhu kritis
426 oC
Tekanan kritis
54,4 atm
Wujud
cair
Warna
Bau
khas
Densitas
Kemurnian
min 95,0%
Impuritas
- air maks. 5%
10 | P a g e
Hidrogenasi katalitik pada fase cair pada suhu 135-170C dan tekanan 50-5
atm menghasilkan 80% cyclohexamine (C6H11NH2). Sedangkan
hidrogenasi anilin pada fase uap dengan menggunakan katalis nikel
menghasilkan 95% cyclohexamine.
b. Anhidrida Asetat
Anhidrida asam asetat, (Nama IUPAC : etanoil
etanoat) dan disingkat sebagai Ac2O, adalah salah
satu anhidrida asam yang sederhana. Rumus
kimianya
adalah
(CH3CO)2O.
Seyawa
ini
Acetic Anhydride
IUPAC Name
Acetic Anhydride
Ethanoyl ethanoate
Acetic acid anhydride
Other Names
Acetylacetate
Acetyl oxide
Acetic oxide
Ethanoic anhydride
11 | P a g e
Properties
Molecular Formula
C4H6O3
Molar Mass
102,089 g/mol
Appearance
Clear liquid
Density
Melting Point
-73,1C
Boiling Point
139,8C
Solubility in water
Produksi
Anhidrida asetat dihasilkan melalui reaksi kondensasi asam asetat.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
Selain itu, anhidrida asetat juga dihasilkan melalui reaksi asetil klorida dengan
natrium asetat:
H3C-C(=O)Cl + H3C-COO Na+ Na+Cl + H3C-CO-O-CO-CH3
Reaksi
12 | P a g e
Anhidrida asetat mengalami hidrolisis dengan pelan pada suhu kamar, membentuk
asam asetat. Ini adalah kebalikan dari reaksi kondensasi pembentukan anhidrida
asetat
(CH3CO)2O + H2O 2CH3COOH
Selain itu, senyawa ini juga bereaksi dengan alkohol membentuk sebuah ester dan
asam asetat. Contohnya reaksi dengan etanol membentuk etil asetat dan asam
asetat.
(CH3CO)2O + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + CH3COOH
Anhidrida asetat merupakan senyawa korosif, iritan, dan mudah terbakar. Untuk
memadamkan api yang disebabkan anhidrida asetat jangan menggunakan air,
karena sifatnya yang reaktif terhadap air. Karbon dioksida adalah pemadam yang
disarankan.
c. Asam Asetat
Asam Asetat
Nama Sistematis
Asam etanoat
Asam asetat
Asam metanakarboksilat
Nama Alternatif
13 | P a g e
CH3COOH
Massa Molar
60,05 g/mol
Titik Lebur
Titik Didih
Penampilan
Keasaman (pKa)
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam
organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam
cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk
CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat
glacial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki tiik beku 16,7C.
Asam asetat merupakan salah satu asamkarboksilat paling sederhana,
setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H + dan CH3COO-. Asam
asetat merupakan oereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam
14 | P a g e
asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH
sekitar 2,4.
15 | P a g e
+ H2O
As. Asetat
H2O
Asetat
Dimer Siklis
Dimer siklis dari asam asetat, garis putus-putus melambangkan ikatan
hidrogen. Struktur Kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam
asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen.
DImer juga daoat dideteksi pada uap bersuhu 120oleh ikatan hidrogen. DImer juga
daoat dideteksi pada uap bersuhu 120C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di
dalam pelarut tak berikatan hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat
murni. Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnyaair).
Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65,0-66,0 kJ/mol, entropi disosiasi
sekitar 154-157 J mol-1 K-1. Sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat
sederhana lainnya.
16 | P a g e
Sebagai Pelarut
Asam Asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air
dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2,
sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar seperti garam anorganik dan gula
maupun senyawa non polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan
iodine. Asam asetat bercampurdengan mudah dengan pelarut polar atau non polar
lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan
bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secata luas dalam industri
kimia.
Reaksi-reaksi Kimia
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi,
magnesium dan seng membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut
logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat
dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue
(Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hampir semua garam asetat larut
dengan baik dalam air, Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat.
Contoh reaksi pembentukkan garam asetat.
17 | P a g e
TUJUAN
18 | P a g e
9. Gelas ukur
10. Pendingin balik
11. Bunsen
12. Labu hisap
5.
6.
7.
8.
Corong Buchner
Sumbat gabus
Pompa hisap
Oven
Bahan ( Prosedur)
1.
Anilin
5 ml
2.
Anhidrida asetat
3.
Asam asetat glacial
4.
Serbuk Zn
5.
Etanol
2,5 ml
6.
Aquadest
7.
Batu didih
VI.
19 | P a g e
MEKANISME REAKSI
5 ml
5 ml
250 mg
125 ml
q.s
VII.
20 | P a g e
SKEMA KERJA
21 | P a g e
22 | P a g e
IX.
HASIL PRAKTIKUM
X.
Hasil Percobaan
Hasil Teoritis
Persentase hasil
Titik Leleh
Ketetapan Alam
: 2,2 g
: 7,5 g
: 29,33%
: 114oC
: -
PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan asetanilida ini, proses awal yang dilakukan yaitu
pendingin balik ini adalah untuk membantu mengurangi penguapan yang terjadi, karena
asam asetat glacial dan anhidrida asetat memiliki sifat yang mudah menguap. Selama
pemanasan berlangsung, campuran harus terus digoyang agar bahan-bahan tercampur
dengan baik. Proses pemanasan ini dilakukan selama 40 menit (40 menit, terhitung
sejak campuran mendidih).
Setelah campuran dipanaskan, selanjutnya campuran panas ini dituang secara
perlahan-lahan ke dalam beker glass yang berisi 125 ml air dingin (air es) sambil
diaduk. Beaker glass yang berisi campuran tersebut dimasukkan ke dalam ice bath dan
diaduk sampai terbentuk Kristal abu-abu keunguan. Penggunaan air es dan dan es batu
bertujuan untuk mempercepat terjadinya proses pembentukan kristal. Kristal kemudian
disaring dengan corong Buchner dan labu hisap yang telah disambungkan dengan
pompa hisap.
Tahap selanjutnya dilakukan proses rekristalisasi dengan cara melarutkan kristal
kasar dalam 125 ml air panas, kemudian ditambahkan etanol 2% sebanyak 2,5 ml.
Campuran kemudian diaduk sampai homogen lalu didinginkan. Penambahan etanol 2%
ini bertujuan untuk meningkatkan kelarutan asetanilida, karena tanpa penambahan
etanol 2%, akan terbentuk lapisan pada bagian atas campuran yang akan menyebabkan
partikel tidak larut seluruhnya. Apabila campuran berwarna, itu menandakan bahwa
terdapat pengotor dalam campuran, sehingga harus ditambahkan norit sebanyak 75 mg
untuk menyerap pengotor tersebut. Perlu diperhatikan, bahwa saat menambahkan norit,
suhu campuran harus 500C, karena pada suhu inilah norit bekerja dengan optimum
untuk menyerap pengotor yang ada. Perlu diperhatikan pula bahwa penambahan norit
ini tidak boleh berlebih karena bila berlebih, asetanilida yang terbentuk juga akan
terserap oleh norit sehingga akan mengurangi hasil kristal yang terbentuk.
Selanjutnya campuran tersebut dipanaskan kembali selama lebih kurang 10
menit, kemudian campuran ini disaring panas dengan menggunakan corong panas
(corong harus dalam keadaan benar-benar panas untuk mencegah terbentuknya kristal
sebelum hasil saringan masuk ke penampung).
Hasil penyaringan yang diperoleh kemudian didinginkan di dalam ice bath
sampai terbentuk kristal. Kristal tersebut kemudian disaring dengan corong Buchner
dan labu hisap yang telah disambungkan dengan pompa hisap. Hasil kristal yang
terbentuk kemudian diletakkan pada kaca arloji yang telah dilapisi kertas saring untuk
24 | P a g e
DISKUSI
Fungsi asam asetat glasial adalah mempercepat pergeseran reaksi
membentuk asetanilida. Fungsi etanol adalah untuk membantu kelarutan
Kristal asetanilida sewaktu akan dilakukan rekristalisas. Fungsi serbuk Zn
adalah untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi anilin menjadi
nitrobenzene sehingga anilin yang diperlukan untuk reaksi pembentukan
25 | P a g e
XII.
KESIMPULAN
a. Pemasangan dan penggunaan alat harus secara tepat agar didapat hasil kristal
asetanilida yang baik.
b. Agar semua zat dapat bereaksi seluruhnya, maka saat memasukkan zat ke dalam
labu alas bulat leher panjang, harus memperhatikan urutannya, sehingga saat
penambahan zat tidak ada yang tertinggal di dinding labu.
c. Penggunaan karbon aktif (norit) harus secara tepat, yaitu pada suhu 50 oC dan
dalam jumlah yang sesuai agar dapat bekerja optimum untuk menarik zat warna
dan kotoran yang tercampur dalam larutan.
d. Dalam praktikum ini, ice bath berfungsi untuk mempercepat proses
terbentuknya kristal dari larutan.
e. Pada penggunaan corong panas, corong harus dalam kondisi yang benar-benar
panas agar kotoran dan zat warna dapat disaring dengan sempurna dan kristal
tidak tertinggal di dalam corong.
26 | P a g e