Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Drs. Sutrisno
NIP. 131 860 523
Kemitraan antara :
Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang
dengan
Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karuniaNyalah seluruh proses penelitian sampai penulisana laporan
berjudul Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca dengan Menggunakan Metode
Klos siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo dapat terselesaikan.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) siswa dengan menggunakan metode klos. Di samping itu juga
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan profesional bidang
pendidikan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1
Bapak Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd selaku Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Malang.
Bapak M.G. Hadi Sutjipto, SH, MM, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Sidoarjo.
Ibu Dra. Umi Dayati, M.Pd dan Ibu Dra. Harti Kartini, M.Pd selaku pendamping
penelitian tindakan kelas dan penulisan laporan maupun artikel.
Para siswa kelas XI IPA 2, dan teman sejawat guru mata pelajaran sejenis yang
telah banyak berpartisipasi mengikuti proses pembelajaran sebagai pengamat.
Tak ada gading yang retak, keterbatasan penulis selalu ada. Oleh karena itu
saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan
berikutnya.
Semoga karya tulis ini bermanfaat, khususnya bagi guru-guru mata pelajaran
bahasa dan sastra Indonesia.
Sidoarjo,
11 November 2006
Peneliti,
iii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1. Judul Penelitian
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. Jenis Kelamin
c. Pangkat, Golongan, NIP
d. Asal Sekolah
e. Alamat Kantor
f. Alamat Rumah
3. Lama Penelitian
4. Biaya yang diperlukan
Sumber dari Lemlit UM
Meningkatkan
Kecepatan
Efektif
Membaca (KEM) dengan Menggunakan
Metode Klos Siswa Kelas XI IPA 2 SMA
Negeri 3 Sidoarjo
Drs. Sutrisno
Laki-Laki
Pembina, IVA, 131 860 523
SMA Negeri 3 Sidoarjo
Jl. Dr. Wahidin 130, Sidoarjo
Ds. Klurak RT 18 RW 03 Kecamatan
Candi Kabupaten Sidoarjo
3 bulan/dari bulan September sampai
dengan bulan November 2006
Rp. 2.000.000,- (Dua Juta Rupiah)
Sidoarjo 17 November 2006
Mengetahui
Peneliti,
Kepala SMA N 3 Sidoarjo
Drs. Sutrisno
NIP. 130 934 642
NIP.
131 860 523
Menyetujui
Ketua Lemlit UM
Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd.
NIP. 131 652 225
ii
ABSTRAK
Sutrisno, 2006. Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan
Metode Klos Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo
Kata-kata kunci : Bahasa Indonesia, Kecepatan Efektif Membaca (KEM), dan Metode Klos
Kecepatan efektif membaca mempunyai peranan yang sangat penting, karena dengan
membaca cepat dan kemampuan memahami bacaan yang berkualitas seseorang bisa menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kebiasaan membaca bahasa Indonesia yang kurang baik berdampak negatif pada tingkat
keterbacaan seseorang atau seorang siswa. Untuk mengatasi hal tersebut sangat dibutuhkan usaha
dan kreatifitas guru. Penerapan metode Klos dalam pembelajaran membaca merupakan salah
satu upaya memecahkan masalah tersebut. Tujuan penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk
meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan menggunakan metode klos siswa
kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo
Penelitian tindakan kelas ini mengambil setting di SMA Negeri 3 Sidoarjo kelas XI IPA
2, dengan jumlah siswa 40 siswa. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan melalui tiga siklus.
Sebelum siklus I dilaksanakan perlu adanya pra tindakan yaitu identifikasi tentang metode klos
dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM), kemudian dilaksanakan siklus I sebagai penerapan
metode klos, siklus II sebagai implementasi pelaksanaan metode klos, dan siklus III sebagai
tahap pemantapan. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif yaitu digunakan terhadap
data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan siswa dan guru selama berlangsungnya
pembelajaran di kelas, dan analisis kuantitatif yang digunakan terhadap hasil tes Kecepatan
Efektif Membaca (KEM) siswa dengan menggunakan metode klos.
Hasil penelitian pada siklus I tingkat keterbacaannya masih rendah, karena kecepatan
efektif membaca rata-rata 87 kpm dengan tingkat Independen 18 %, tingkat Instruktional 38 %
dan pada frustasi 44 %.
Pada siklus II hasil penelitian mengalami perubahan positif yaitu kecepatan efektif
membaca rata-rata 150 kpm dengan tingkat Independen 78 %, tingkat Instruksional 18 %, dan
tingkat frustasi 4 %.
Hasil penelitian pada siklus III mengalami pemantapan yaitu rata-rata Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) 210 kpm dengan tingkat independen 100 %.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran membaca cepat dengan
menggunakan metode klos dapat meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa.
Iv
BAB I
PENDAHULUAN
maupun yang diketahui selama ini, model pembelajarannya selalu mengacu pada apa yang ada
pada buku paket. Teknik pengajaran membaca yang ada umumnya membaca pemahaman.
Banyak teknik pengajaran yang selama ini tidak dipergunakan untuk melatih keterampilan
membaca. Teknik-teknik itu antara lain teknik uji rumpang. Kenyataan yang terjadi di samping
kemampuan dan keterampilan yang kurang pada siswa, pengajaran membaca selalu mengacu
pada teknik yang ada pada buku tersebut. Dengan demikian para siswa beranggapan pengajaran
membaca tujuannya semata-mata menjawab pertanyaan, mencari kata istilah yang sulit dan lainlain. Hal ini dihadapi para siswa dengan proses yang amat lain.
Perihal lain yang selalu muncul pada pembelajaran membaca yaitu guru Bahasa
Indonesia pada umumnya hanya mengutamakan penyelesaian target materi dalam kurikulum
yang orientasinya mengacu pada usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan
soal-soal, walaupun hal ini tidak selalu benar sebab soal-soal sering kurang mengacu pada
keterampilan berbahasa baik keterampilan menyimak, berbicara,membaca, maupun menulis.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya guru Bahasa Indonesia
memahami dan menguasai teknik pengajaran membaca. Belum lagi memilih bahan bacaan yang
seharusnya dalam pengajaran membaca guru dituntut mampu memilih bahan bacaan yang sesuai
dengan tujuan dan tingkat perkembangan siswa, kompetensi siswa, minat dan tingkat kecakapan
baca.
Peneliti berusaha mengungkap kecepatan efektif membaca ( KEM ) siswa, karena penulis
sangat prihatin dengan KEM siswa di negara kita. Kalau di negara-negara maju seperti Amerika,
seorang setara SMA di negara kita (Senior High School) dalam keadaan normal sudah memiliki
kecepatan membaca minimal kurang lebih 250 kata permenit, dengan pemahaman isi bacaan
minimal 70 %. Jika dihitung kecepatan efektif membacanya (KEM) = 250 kpm x 70 % = 175
kpm. (Harjasujana,200:88). Kalau di Amerika siswa setingkat SMA memiliki KEM terendah
175 kpm, maka di Indonesia masih tidak sedikit siswa SMA KEM tertinggi 175 kpm. Dari
pengalaman peneliti membelajarkan siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo, ternyata hal
tersebut di atas juga terjadi. Dengan KEM 175 kpm, lalu bagaimana bisa menguasai Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang diharapkan melalui berbagai media cetak dalam waktu yang
relatif singkat.
Berdasarkan uraian singkat di atas, peneliti mengambil tindakan, yaitu Meningkatkan
Kecepatan Efektif Membaca Dengan Menggunakan Metode Klos Siswa Kelas XI IPA 2 SMA
Negeri 3 Sidoarjo.
Peneliti memilih metode klos untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM)
karena metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana dan untuk
melatih keterampilan dan kemampuan membaca
2
1
Klos bisa meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa kelas XI IPA 2 SMAN 3
Sidoarjo
2
Pemecahan Masalah
Dengan rendahnya Kecepatan Efektif Membaca Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3
Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006/2007 penulis mengambil tindakan yaitu meningkatkan Kecepatan
Efektif Membaca dengan menggunakan Metode Klos yang langkah-langkahnya sebagai berikut :
Tahap awal merupakan pra tindakan yaitu identifikasi metode klos dan Kecepatan Efektif
Membaca (KEM), langkah kedua pelaksanaan tindakan yang terdiri dari tiga siklus. Siklus I
penerapan metode klos, siklus II sebagai implementasi pelaksanaan metode klos, dan siklus III
sebagai pemantapan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitan tindakan kelas ini adalah :
Untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca (KEM) siswa kelas XI IPA 2 SMAN 3 Sidoarjo
dengan menggunakan metode klos .
Lingkup Penelitian
Lingkup yang menjadi batasan materi dalam penelitian ini adalah Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar membaca
cepat. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA 2, SMA Negeri 3 Sidoarjo Tahun
Pelajaran 2006/2007.
Definisi Operasional
Kesamaan arti sangat diperlukan dalam penelitian. Sejalan dengan itu diperlukan
kemampuan membaca yang sesungguhnya yang dicapai oleh pembaca, karena KEM merupakan
perpaduan antara kecepatan membaca dan kemampuan memahami bacaan. KEM dapat
ditentukan dengan jalan memperkalikan kecepatan membaca dengan prosentase pemahaman isi
bacaan (Harjasujana,2000:109).
2
Metode Klos
Metode Klos berasal dari kata Clozure yaitu suatu istilah dari ilmu jiwa Gestalt, yang
mempunyai pengertian bahwa pada dasarnya orang melihat bagian-bagian itu sebagai suatu
keseluruhan. Dalam teknik klos, pembaca diminta untuk memahami wacana yang tidak lengkap,
karena bagian tertentu telah dihilangkan, akan tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna
(Kamidjan,1996:66)
Bagi siswa : hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa dan
terjadi kemajuan belajar pada mata pelajaran lain
Bagi peneliti (guru) : dapat meningkatkan profesionalisme dan bisa digunakan untuk
pengembangan profesi dalam perolehan angka kredit untuk naik ke golongan IV b
Bagi guru lain : memberikan motivasi dan referensi model-model pembelajaran yang
inovatif.
Bagi sekolah : dengan adanya guru-guru (para peneliti) melakukan penelitian tindakan kelas
berarti proses pembelajaran di kelas sangat berkualitas sehingga terjadi perubahan positif
mengarah pada sekolah unggul.
BAB II
LANDASAN TEORI
Keterampilan membaca sebagai salah satu aspek dari empat aspek keterampilan
berbahasa biasanya tanggung jawabnya diserahkan pada guru bahasa Indonesia. Hal itu perlu
diluruskan kalau ada anggapan demikian. Setiap guru dalam mata pelajaran apa pun harus turut
bertanggung jawab atas kemampuan para siswanya, sebab faktor sangat dominan
untuk
menentukan keberhasilan belajar belajar siswa adalah kemauan dan kemampuan membaca yang
dimiliki oleh siswa itu sendiri.
Setiap keterampilan yang dimiliki oleh siswa itu erat sekali hubungannya dengan
keterampilan lainnya dengan beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa,
biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mulai lingkungan keluarga sebelum masuk
sekolah anak belajar menyimak dan berbicara, setelah sekolah baru belajar membaca dan
menulis.
Dari jaman ke jaman model membaca selalu dipengaruhi perkembangan peradaban
manusia dan ilmu pengetahuan. Pada antara tahun 1950 an dan tahun 1960 an model membaca
dipengaruhi definisi dan penjelasan membaca, pada tahun 1970 an timbul model-model dan teori
membaca yang bertitik tolak dari pandangan ahli psikologi perkembangan, psikologi kognitif,
proses informasi psikolinguistik, sedangan tahun 1980 an proses membaca dipengaruhi psikologi
eksperimental.
Membaca merupakan suatu keterampilan yang pemilikan keterampilannya memerlukan
suatu latihan yang intensif, dan berkesinambungan (Akhmad Slamet Harjasujana,1997:103).
Aktivitas dan tugas membaca merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena
kegiatan ini akan menentukan kualitas dan keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik
dalam studinya. Seorang guru di sekolah hendaknya dapat memberi motivasi siswa dalam dua
segi, yakni kemampuan membaca. Hal ini seorang guru bahasa Indonesia perlu memilih suatu
metode yang tepat untuk mencapai tujuan seperti yang tercantum dalam kurikulum SMA.
Agar dapat tercapai tujuan pembelajaran tersebut guru harus dapat menentukan metode
yang dianggap lebih mudah pelaksanaannya dari metode atau alat lain misalnya dengan
menggunakan metode klos.
Menurut Subyakto (1988:148), Membaca dengan cepat cenderung berpikir bahwa hanya
seorang pembaca cepatlah seorang pembaca yang efektif dan efisien. Dengan demikian seorang
pelajar yang membaca dengan lambat tidak dapat menyelesaikan tugasnya pada waktu yang
ditentukan
penyokong
kegiatan/proses membaca, yakni unsur visual (kemampuan gerak motoris mata dalam melihat
dan mengidentifikasi lambang-lambang grafis) dan unsur kognisi (kemampuan otak dalam
mencerna dan memahami lambang-lambang grafis) sudah terliput dalam rumus KEM. Oleh
karena itu KEM dapat ditentukan dengan jalan memperkalikan kecepatan rata-rata baca dengan
prosentase pemahaman isi bacaan (Harjasujana, 2000:109).
Untuk mencapai KEM yang tinggi diperlukan pelatihan dan pembiasaan. KEM seseorang
dapat dibina dan ditingkatkan melalui proses berlatih. Ada dua faktor utama yang diduga sebagai
faktor yang mempengaruhi KEM, yakni faktor dalam (internal) dengan faktor luar (eksternal).
Yang dimaksud dengan faktor dalam adalah faktor yang berada di dalam diri pembaca itu sendiri,
yaitu : intelegensi, minat, dan motivasi, sikap baca, kompetensi kebahasaan, tujuan baca, dll.
Yang dimaksud faktor luar adalah faktor-faktor yang berada di luar pembaca. Faktor ini dapat
dibedakan ke dalam dua hal, yakni faktor-faktor yang berkenaan dengan bacaan (keterbacaan dan
organisasi bacaan) dan sifat-sifat lingkungan baca (guru, fasilitas, model pembelajaran, metode
membaca, dll) (Harjasujana, 2000:110).
Berdasarkan hasil studi para ahli di Amerika, kecepatan yang memadai untuk siswa tingkat
akhir Sekolah Dasar kurang lebih 200 kpm, siswa tingkat Lanjutan Pertama antara 200-250 kpm,
siswa tingkat Sekolah Lanjutan Atas antara 250-325 kpm, dan tingkat mahasiswa antara 325-400
kpm. Dengan pemahaman isi bacaan minimal 70%. Dengan uraian tersebut dapat
dikelompokkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) masing-masing jenjang yaitu tingkat SD =
200x 70% = 140 kpm, tingkat SMTP/SMP = 200 x 70% sampai dengan 250 x 70% = 140-175
kpm, tingkat SMTA/SMA = 250 x 70% sampai dengan 350 x 70% = 175-245 kpm, dan tingkat
Perguruan Tinggi 350 x 70% sampai dengan 400 x 70% = 245-280 kpm. (Harjasujana,200:108109).
Metode Klos
( Kamidjan, 1996:66 ).
Berdasarkan pendapat di atas, dalam teknik klos pembaca diminta untuk memahami
wacana yang tidak lengkap, karena bagian tertentu telah dihilangkan akan tetapi pemahaman
pembaca tetap sempurna.
Bagian - bagian kata yang dihilangkan itu biasanya disebut kata ke an. Kata
ke an
itu diganti dengan tanda garis mendatar atau tanda titik-titik, karena kata ke an bisa berupa kata
benda, kata kerja, kata penghubung, dan kata lain yang dianggap penting. Tugas pembaca ialah
mengisi bagian-bagian yang kosong itu sama dengan wacana aslinya.
menyatakan bahwa, teknik klos ini bukan sekedar bermanfaat untuk mengukur tingkat
keterbacaan wacana, melainkan juga mengukur tingkat keterpahaman pembacanya. Melalui
teknik ini kita akan mengetahui perkembangan konsep, pemahaman, pemahaman, dan
pengetahuan linguistik siswa. Hal ini sangat berguna untuk menentukan tingkat instruksional
yang tepat murid-muridnya.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa manfaat dari
metode klos ini yaitu dapat mengetahui tingkat keterbacaan sebuah wacana, tingkat keterbacaan
siswa, dan latar belakang pengalaman yang berupa minat, dan kemampuan bahasa siswa.
2. Delisi (lesapan)
Setiap
kata
ke-an Delisi secara selektif bergantung
hingga berjumlah lebih pada kebutuhan siswa dan
kurang 50 buah
pertimbangan guru
3. Evaluasi
4. Tindak lanjut
atas
Pembaca berada dalam tingkat independen, jika persentase skor tes uji rumpang yang
diperolehnya di atas 60 %, pembaca berada dalam tingkat instruksional, jika prosentase skor tes
uji rumpang yang diperolehnya berkisar antara 41 % - 60 %, dan pembaca berada dalam tingkat
frustasi atau gagal, jika prosentase skor tes uji rumpang yang diperolehnya sama dengan atau
kurang dari 40 .
kelemahan. Keunggulannya sebagai berikut : adanya pola interaksi antara pembaca dan penulis,
menilai keterbacaan sekaligus keterampilan membaca, teknik klos merupakan alat tes yang
bersifat fleksibel dan singkat, tes klos dapat menjangkau jumlah pembaca yang banyak, teknik
klos dapat juga dipakai sebagai alat untuk mengajar di kelas, tes ini juga bisa dipakai untuk
latihan membaca pemahaman, dan melatih siswa (pembaca) bersikap kritis terhadap wacana.
Sedangkan kelemahannya yaitu : validitas keunggulan pemahaman kurang, pembaca belum tentu
mengatasi pemahaman wacana tersebut, dan adanya kelipatan pengisian yang konsistensi.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut peneliti memberikan bacaan yang
sesuai dengan kemampuan siswa. Peneliti tidak memberikan bacaan yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah dengan kemampuan siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
Model Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, model Stephen Kemmis dan Mc Taggart
(dalam Suranto,200:49), model ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari
rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk
suatu rancangan pemecahan masalah.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis dan Mc Taggar (dalam Suranto,
2000:49) dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :
Rencana
Awal
Refleksi
Tindakan /
Observasi
Rencana yang
Direvisi
Refleksi
Tindakan /
Observasi
Rencana yang
Direvisi
Refleksi
Tindakan /
Observasi
Rencana yang
Direvisi
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian diawali dengan pra tindakan yaitu mengadakan identifikasi metode
klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) kemudian baru dilaksanakan tindakan yang terdiri
dari 3 siklus. Setiap siklus tindakannya ada empat tahapan yaitu (1) persiapan/perencanaan
tindakan, (2) pelaksanaan tindakan,
Persiapan Tindakan
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada silabus pembahasan yang
telah dibuat oleh guru.
Siswa bersama guru menyimpulkan tentang wacana rumpang dan cara penyempurnaan
kerumpangannya.
Siswa membentuk kelompok. Dari 40 siswa, setiap nomor absen ganjil sebagai kelompok
responden, dan nomor absen genap sebagai kelompok pengamat atau pencatat waktu dan
menghitung KEM responden. Dengan demikian setiap nomor absen ganjil berpasangan
dengan nomor absen genap.
Siswa nomor absen ganjil membaca wacana yang sudah disediakan dan siswa nomor absen
genap sebagai pencatat waktu dan menghitung KEM responden.
Siswa yang sebagai pengamat secara individu mengukur tingkat keterbacaan responden
(pasangan).
Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti sebagai kelompok
pengamat. Kelompok pengamat tugasnya mencatat waktu dan menghitung KEM responden
Siswa bersama guru menyimpulkan hasil bacaan dengan menggunakan metode klos sebagai
acuan refleksi.
Delisi (lesapan) disesuaikan kebutuhan siswa dan pertimbangan guru yaitu ketrampilan
penguasaan unsur tata bahasa dan ketrampilan kosakata serta maknanya
Evaluasi sebagai alat ajar (contextual) artinya boleh sinonim atau makna yang dapat
mengganti kedudukan kata yang dilepas.
Kemampuan kognitif
Pengalaman membaca
Pada siklus akhir (ketiga) diberikan lembar angket untuk siswa tentang pelaksanaan
pembelajaran Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan menggunakan metode Klos
Refleksi
Setiap akhir siklus selalu dilaksanakan refleksi untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keterbacaan dan pemahaman siswa. Selalu diadakan diskusi dengan siswa dalam proses
masukan-masukan maupun tanggapan dan komentar dari siswa sehingga refleksi sesuai dengan
perkembangan kemajuan membaca siswa.
memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis kualitatif terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan siswa dan guru
selama berlangsungnya pembelajaran di kelas. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan terhadap
hasil tes Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa dengan menggunakan Metode Klos.
Rumus yang dipakai untuk mengetahui Kecepatan Efektif Membaca adalah sebagai
berikut :
K
K
Wm Wm
K
Wd : 60
K
Wm
(60) x
Keterangan :
B
SI
B
SI
B
SI
= Kpm
= Kpm
= Kpm
Jumlah
Wd
=
Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar
SI
skor maksimal
Kpm
Siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) kalau kecepatan membaca minimal 250 kpm
dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa dikatakan berhasil membaca
(tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu jika kecepatan efektif
membaca (KEM) minimal 175 kpm.
Hal itu didasarkan pada pendapat Harjasujana yang mangatakan bahwa, KEM minimal
untuk klasifikasi pembaca adalah : SD (140 kpm), SLTP (140-175 kpm), SLTA (175-245 kpm),
dan Perguruan Tinggi (245-280 kpm). (Harjasujana,2000:110)
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini yaitu SMA Negeri 3 Sidoarjo Tahun Pelajaran
2006/2007. Ada 5 kelas XI IPA, dipilih secara acak kelas XI IPA 2 dengan jumlah 40 siswa.
Lokasi sekolah di jalan Dr. Wahidin no. 130 Sidoarjo. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan
kompetensi dasar membaca cepat dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa masih rendah. Bagaimana siswa bisa memahami Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dengan waktu yang cepat apabila KEM mereka rendah. Berangkat
dari masalah tersebut guru dalam hal ini merangkap sebagai peneliti mencoba mencari jalan
keluar dengan menggunakan metode klos untuk meningkatkan KEM siswa dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas. Deskripsi penelitian tindakan kelas yaitu : langkah awal diterapkan pra
tindakan berupa identifikasi metode klos dan Kemampuan Efektif Membaca (KEM), kemudian
dilaksanakan tindakan yang terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Setiap
pertemuan memerlukan waktu 2 x 45 menit. Masing-masing siklus meliputi (a) persiapan
tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan evaluasi, dan (d) analisis dan refleksi.
Secara rinci pelaksanaan tindakan sebagai berikut :
A Pra Tindakan
Siswa mendengarkan penjelasan tentang metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca
(KEM), kemudian siswa berdiskusi tentang penggunaan metode klos untuk meningkatkan
Kecepatan Efektif Membaca (KEM), bahkan hal ini dikondisikan menjadi diskusi kelas. Ternyata
siswa sangat tertarik dengan metode klos. Hal ini terlihat banyaknya siswa yang bertanya dan
juga memberikan tanggapan. Pertanyaan maupun tanggapan berkisar tentang metode klos dan
KEM.
Dengan temuan-temuan seperti itu merupakan jalan yang sangat baik untuk
B Siklus I
1. Persiapan Tindakan
Untuk melaksanakan tindakan sebelumnya memerlukan persiapan-persiapan yaitu :
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada silabus yang telah dibuat guru.
Agar proses pembelajaran lancar perlu bahan ajar tentang metode klos dan Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) serta menyiapkan bacaan yang sesuai dengan kriteria klos. Perolehan hasil
penelitian dipersiapkan alat observasi baik untuk siswa maupun guru. Alat observasi berupa
instrumen metode klos, instrumen alat penilaian individu KEM siswa, instrumen observasi KEM,
instrumen observasi aktivitas guru, dan angket siswa. Peneliti dibantu observer dari guru dan
juga pengamat dari siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I memerlukan 2 (dua) kali tatap muka, setiap tatap
muka memerlukan 2 x 45 menit dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
Kegiatan awal siswa membentuk kelompok. Dari 40 siswa setiap nomor absen ganjil sebagai
kelompok responden (atau kelompok yang diteliti), dan nomor absen genap sebagai
kelompok pengamat atau pencatat waktu dan menghitung Kecepatan Efektif Membaca
(KEM) responden. Dengan demikian setiap nomor absen ganjil berpasangan dengan nomor
absen genap.
Siswa kelompok A yaitu kelompok nomor absen ganjil membaca wacana yang sudah
disediakan dan siswa kelompok B yaitu kelompok nomor absen genap mencatat dan
menghitung responden.
Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti sebagai kelompok
pengamat yang tugasnya mencatat waktu dan menghitung KEM responden, begitu juga
kelompok yang semula sebagai pengamat berganti menjadi kelompok responden
Sejumlah 40 siswa dari data aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca dan sekaligus
sebagai penerapan pengelolaan pembelajaran secara kelompok maupun individu dapat diperoleh
rincian tingkat keterbacaan siswa dalam membaca cepat dengan menggunakan metode klos
sebagai berikut : jumlah kata dalam wacana 630 kata. Sebagai alat ukur permenit standarnya
250-350 kata. Setelah ditetapkan 2 menit waktu baca, kenyataan di kelas belum mau berhenti,
sehingga terjadi penambahan waktu menjadi 3 menit. Dengan demikian fungsi alat ukur berubah
menjadi alat ajar yaitu per menit antara 150 sampai 200 kata.
Berdasarkan laporan pengamat ketika mengobservasi aktivitas guru/peneliti pada saat
berlangsungnya pembelajaran, pada bagian awal terlihat bahwa guru/peneliti sudah menjelaskan
tujuan pembelajaran, dan juga telah memotivasi siswa agar bisa meningkatkan KEM siswa.
Ketika siswa membentuk kelompok baik kelompok responden maupun kelompok pengamat,
guru juga membantu. Pemodelan metode klos untuk meningkatkan KEM sangat kelihatan.
Penilaian yang dilakukan selalu dikondisikan mengacu pada kriteria klos maupun KEM. Diskusi
untuk mengetahui kendala-kendala KEM dilaksanakan sebagai acuan refleksi pada siklus
berikutnya
Dapat dijabarkan hasil uji kemampuan isian rumpang yaitu:(1) Tingkat Independen 7
siswa = 17,5 %, (2) Tingkat Instruksional 15 siswa = 37,5 %, (3) Tingkat Frustasi 18 siswa = 45
%. Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa yang tuntas atau sesuai dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal yaitu 175 kata per menit ke atas adalah 0 siswa Siswa yang tidak tuntas atau
kurang dari 175 kata permenit ke atas adalah 40 siswa Siswa yang KEMnya tertinggi 170 kpm,
KEM terendah = 30 kpm, dan KEM rata-rata 87 kpm (terdapat dalam lampiran 1)
Pada diskusi kelompok telah terekam masalah yang dihadapi siswa pada saat membaca
cepat, yaitu masalah tingkat pengetahuan bahasa 80 % atau 32 siswa, masalah kemampuan
kognitif 80 % atau 32 siswa, dan masalah pengalaman membaca 90 % atau 36 siswa. (terdapat
dalam lampiran 2)
4. Analisis dan Refleksi
Dari masalah yang dihadapi siswa selama membaca dengan menggunakan metode klos,
maka dapat direfleksikan sebagai berikut :
a
Siswa perlu meningkatkan pengetahuan bahasa Indonesia dengan jalan sering membaca
Kamus Bahasa Indonesia, dan tentang teori kebahasaan.
Siswa perlu meningkatkan kemapuan kognitif dengan jalan meningkatkan daya nalar dan
kepekaaan untuk mengerti dan memahami isi/pesan yang terkandung dalam suatu bacaan
yang seefisien mungkin
Siswa harus sering membaca untuk meningkatkan pengalaman membaca. Orang yang sering
membaca jauh berbeda KEMnya dengan orang yang jarang membaca.
Guru/peneliti perlu memproduksi wacana yang dominan dan menghindari wacana yang
terpinggirkan yaitu : wacana yang berfungsi membentuk dan mengkondisikan wacana aktual.
Wacana dominan memberikan arahan bagaimana suatu objek harus dibaca dan dipahami.
Wacana yang dominan memberikan daya tarik tersendiri bagi pembaca, sehingga siswa
sangat senang ketika membaca karena sesuatu yang baru.
Berdasarkan temuan hasil refleksi di atas dilakukan perbaikan untuk perencanaan siklus
berikutnya.
C Siklus II
1. Persiapan Tindakan
Pada persiapan tindakan kelas di siklus II ini seperti juga pada persiapan tindakan kelas di
siklus I, namun di siklus ini persiapannya sebagai tindak lanjut. Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dibuat oleh peneliti/guru dibantu oleh dua orang pengamat dari guru mata
pelajaran sejenis. Bacaan dipersiapkan sebagai wacana yang aktual (dominan) berjudul :
Tembak di Tempat Perusuh, Pejarah dan Koruptor Bahasa Indonesia. Untuk kelancaran proses
pembelajran maka pembelajaran dilengkapi bahan ajar. Pada tahap observasi peneliti dibantu dua
orang pengamat dari guru mata pelajaran sejenis dan pengamat dari siswa, terutama pada
penghitungan KEM.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini guru/peneliti menerapkan pembelajaran dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a
Kegiatan awal siswa membentuk kelompok seperti pada siklus I dan siswa mencatat tujuan
pembelajaran.
Siswa nomor absen ganjil membaca teks non sastra berjudul Tembak di Tempat Perusuh,
Pejarah dan Koruptor Bahasa Indonesia yang panjang wacana kurang lebih 400 kata dan
waktu membaca yang disediakan 2 menit.
Setelah 2 menit bacaan diambil oleh guru, kemudian siswa tersebut diberi teks lagi dengan
teks yang sama tetapi dirumpangi sebanyak 15 rumpangan, dan siswa diberi kesempatan
mengerjakan selama 10 menit.
Siswa yang nomor absen genap sebagai pengamat yang bertugas mengukur tingkat
keterbacaan responden (pasangannya)
Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti sebagai kelompok
pengamat yang tugasnya mencatat waktu dan menghitung KEM responden, begitu juga
kelompok yang semula sebagai pengamat berganti menjadi kelompok responden
menerapkan pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga kondisi kelas sangat bermakna dan
menyenangkan. Sejalan dengan itu penilaian yang diterapkan adalah penilaian proses yaitu
ketika siswa menerapkan metode klos untuk meningkatkan KEM.
Hasil uji kemampuan isian rumpang pada tingkat indipenden sebanyak 31 orang atau
77,5 %, pada tingkat instrusional sebanyak 7 orang atau 17,5 % dan pada tingkat frustasi/gagal
sebanyak 2 orang atau 5 %. Hal ini banyak mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan
siklus I. Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa pada penelitian ini terekam sebagai berikut :
(1) KEM siswa yang tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KEM=175 kpm ke atas)
adalah 18 siswa atau 45 %, yang tidak tuntas 22 siswa atau 55 %. Hal ini pun mengalami
kenaikan apabila dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II ini KEM tertinggi 217 kpm,
terendah 70 kpm, dan rata-rata 150 kpm. (terdapat dalam lampiran 1)
Pada diskusi kelompok terekam permasalahan mulai terpecahkan. Permasalahan yang
dikelompokkan menjadi 3 klasifikasi yaitu tingkat pengetahuan bahasa, tingkat kemampuan
kognitif, dan klasifikasi pengalaman membaca mulai menurun dengan jalan keluar yang sudah
diterapkan. Pada tingkat pengetahuan bahasa siswa yang mengalami kendala di bidang itu hanya
12 siswa atau 30 %, dan di bidang kemampuan kognitif 16 siswa atau 40 %, dan pada
pengalaman membaca 19 orang atau 47,5 %. (terdapat dalam lampiran 2)
D Siklus III
1. Persiapan tindakan
Berdasarkan temuan-temuan pada siklus II, siklus ke III ini merupakan bagian
pemantapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Pada persiapan tindakan, guru/peneliti
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan bahan ajar peneliti langsung
menggunakan bacaan 250 kata dengan waktu membaca direncanakan hanya 1 menit. Lembar
observasi untuk mengetahui KEM maupun angket untuk siswa juga dipersiapkan agar penelitian
tindakan kelas ini bisa maksimal.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus III ini merupakan siklus akhir. Guru/peneliti
menerapkan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a
Siswa yang nomor absen ganjil membaca teks non sastra berjudul Tertib Lalu Lintas, yang
panjang wacana kurang lebih 250 kata dan waktu bacaan yang disediakan hanya 1 menit.
Setelah 1 menit bacaan diambil oleh guru, kemudian siswa tersebut diberi teks lagi dengan
teks yang sama tetapi ada rumpangan sebanyak 15 rumpangan
Siswa yang nomor absen genap sebagai pengamat yang bertugas mengukur tingkat
keterbacaan responden.
Selanjutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti sebagai kelompok pengamat
dan kelompok yang semula sebagai pengamat berganti menjadi kelompok responden
klos untuk meningkatkan KEM, 100 % menjawab ya pada point memberi kesempatan anda
untuk bertanya tentang metode klos dan KEM, 50 % menjawab ya pada pernyataan membantu
anda ketika membentuk kelompok responden dan kelompok pengamat, sebaliknya kelompok
pengamat menjadi kelompok responden, 100 % siswa menjawab ya pada pernyataan
mengkondisikan anda untuk melaksanakan pemodelan metode klos untuk meningkatkan KEM,
100 % siswa menjawab ya pada pernyataan anda diajak berdiskusi tentang kendala-kendala
KEM, dan 100 % siswa menjawab ya pada pernyataan anda diajak berdiskusi tentang kelebihan
dan kelemahan metode klos.
diberi kesempatan sebagai pengamat untuk menilai teman sendiri, dan 100 % menjawab ya pada
pernyataan bahawa penilaian didasarkan pada kriteria klos dan kriteria KEM. Hasil pembelajaran
90 % siswa menjawab ya pada pernyataan anda sangat senang dengan model pembelajaran
metode klos untuk meningkatkan KEM, dan 100% siswa menjawab ya pada pernyataan dan
KEM bertambah ketika menggunakan metode klos. (terdapat dalam lampiran 3)
Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran sampai dengan siklus III mengalami
keberhasilan.
keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, dan menulis baik itu tentang kebahasaan
maupun kesastraan.
Membaca merupakan bagian penting dari 4 aspek keterampilan berbahasa. Membaca
banyak ragamnya termasuk membaca cepat. Tidak sedikit siswa Kecepatan Efektif Membaca
(KEM)nya di bawah 175 kpm, namun dengan menggunakan metode klos untuk meningkatkan
KEM siswa. Pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini pada siklus ke III ternyata semua siswa
KEMnya 175 kpm ke atas. Menurut Kamidjan (1996:68) metode klos dapat dipakai untuk
mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana yaitu (a) dapat dipakai untuk menguji tingkat
kesukaran dan tingkat kemudahan suatu wacana, (b) dapat mengklasifikasikan pembaca menjadi
3 kelompok, yaitu : independen (tingkat bebas), instruksional (tingkat pengajaran), dan frustasi
(gagal), (c) serta untuk mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan kemampuan siswa
(Kamidjan,1996:68).
Sejalan dengan itu beliau juga mengatakan teknik klos juga dapat dipakai untuk melatih
keterampilan dan kemampuan membaca. Yang diperhatikan dalam melatih keterampilan dan
kemampuan baca ialah : (a) dalam menggunakan isyarat sintaksis, (b) dalam menggunakan
isyarat semantik, (c) dalam menggunakan isyarat skematis, (d) dalam menggunakan jumlah
kosakata, (e) dalam melatih daya nalar pembaca, serta (f) dalam melatih pemahaman bacaan
(Kamidjan,1996:69).
Kegiatan awal pembelajaran pada pra tindakan terlihat semua siswa tertarik penjelasan
guru tentang model/teknik klos dan penjelasan KEM (Kecepatan Efektif Membaca) seseorang,
bahkan pada saat berdiskusi tentang metode tersebut siswa sangat antusias bertanya dan
memberikan komentar maupun pendapat. Hal ini sangat relevan apabila metode klos digunakan
untuk meningkatkan KEM, karena siswa ada kepedulian. Itu berarti pembelajaran yang
bermakna dan menyenangkan telah terbentuk, dan sangat baik untuk memulai tindakan baik
siklus I maupun siklus-siklus berikutnya.
Pelaksanaan refleksi dengan jalan diksusi kelompok maupun diskusi kelas telah teruji
bahwa kendala-kendala KEM harus segera diatasi agar KEM siswa meningkat. Menurut
Harjasujana (2000:90) Kendala-kendala KEM meliputi : lemahnya pengetahuan bahasa,
kurangnya kemampuan kognitif, dan pengalaman membaca yang memprihatinkan. Masalah
pengetahuan bahasa jalan keluarnya siswa diharapkan sering membaca kamus bahasa Indonesia,
dan untuk kemampuan kognitif, siswa diharapkaan meningkatkan daya nalar dan kepekaan untuk
mempermudah memahami isi/pesan yang terkandung dan yang terakhir yaitu pada kendala
pengalaman membaca diharapkan siswa sering membaca karena seseorang yang sering membaca
KEMnya jauh berbeda dengan orang yang jarang membaca. Itu berarti bahwa untuk mencapai
tujuan perlu melihat sebab, kalau sudah tahu sebab, baru melangkah mencari jalan keluar.
BAB V
PENUTUP
1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kemampuan kecepatan membaca siswa rendah karena teknik pembelajaran membaca yang
selama ini tidak di arahkan untuk melatih keterampilan membaca, dan model
pembelajarannya selalu mengacu pada buku yang ada, sehingga para siswa beranggapan
pengajaran membaca tujuannya semata-mata menjawab pertanyaan, mencari kata/istilah
yang sulit dan lain-lain. Hal ini dihadapi siswa dengan proses yang amat lamban.
Metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana yaitu dapat
dipakai untuk menguji tingkat kesukaran dan tingkat kemudahan suatu wacana, serta dapat
mengklasifikasi pembaca menjadi 3 kelompok yaitu : independen (tingkat bebas),
instruksional (tingkat pengajaran), dan frustasi (gagal). Di samping itu metode klos juga bisa
digunakan untuk mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan kemampuan siswa, dan dapat
pula dipakai untuk melatih keterampilan dan kemampuan baca.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran membaca cepat dengan
menggunakan metode klos dapat meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa.
Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dipengaruhi oleh faktor tingkat pengetahuan bahasa,
pengetahuan kognitif, dan pengalaman membaca siswa. Kendala pada tingkat pengetahuan
bahasa pemecahannya dengan jalan sering membaca kamus bahasa Indonesia dan teori
kebahasaan sedangkan kendala pada pengetahuan kognitif pemecahannya dengan jalan
meningkatkan daya nalar dan kepekaan untuk mengerti dan memahami isi/pesan yang
terkandung dalam suatu bacaan yang seefisien mungkin. Pada kendala pengalaman membaca
pemecahannya siswa harus sering membaca karena orang yang sering membaca KEMnya
jauh berbeda dengan orang yang jarang membaca.
2
a
Saran saran
Terampil membaca sebaiknya dilatih dan diajarkan mulai tingkat dasar, karena kemampuan
membaca mempunyai pengaruh terhadap mata pelajaran lain.
Melatih membaca tepat, benar dan cepat menjadi tanggung jawab semua guru dan bukan
tanggung jawab guru bahasa Indonesia saja.
DAFTAR RUJUKAN
Depdikbud, 1999. Penelitian Tindakan. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Menengah Umum.
Eriyanto.2003. Analisis Wacana. Yogyakarta : LKIS
Lampiran 1
Data Pembelajaran Membaca Dengan
Menggunakan Metode Klos Siswa Kelas XI IPA 2
Tahun Pelajaran 2006 / 2007
SMA Negeri 3 Sidoarjo
No
Nama Siswa
1 Aira Oklatihana P.
Tingkat
Si
Jumlah
Keterbacaan
klus
Rumpangan
per menit
S1
200
15
KRITERIA
Skor Persen Inde Instruk
tase Penden sional
6
73%
S2
240
15
12
80%
S3
250
15
13
87%
Frust
tasi
KEM
KET
146
Tdk Tuntas
192
Tuntas
217,5
Tuntas
2 Ani Uswatun K.
3 Chetie Rinda A.
S1
200
15
53%
S2
240
15
12
67%
S3
250
15
14
93%
S1
180
15
47%
S2
185
15
13
87%
S3
200
15
14
93%
S1
180
15
40%
S2
185
15
10
67%
S3
200
15
14
93%
S1
180
15
40%
S2
185
15
53%
S3
215
15
14
93%
S1
175
15
40%
S2
185
15
11
73%
S3
200
15
14
93%
S1
180
15
47%
S2
190
15
10
67%
S3
214
15
14
93%
S1
170
15
60%
S2
200
15
10
67%
S3
250
15
13
87%
S1
200
15
47%
S2
235
15
13
87%
S3
250
15
14
93%
S1
175
15
40%
S2
200
15
13
87%
S3
250
15
15
100%
S1
214
15
47%
S2
240
15
12
80%
S3
250
15
14
93%
12 Fatimatul Karimah S1
179
15
33%
S2
186
15
40%
S3
200
15
14
93%
10
11
Demita Widhiani
Diah Ayu A.
Dian Rizky M.
Dwi Fariyanti
Erni Suprapti
Este Angga Y.
Evy Yulianyi
Tdk Tuntas
192
Tuntas
232,5
Tuntas
84
Tdk Tuntas
217,5
Tuntas
232,5
Tuntas
72
Tdk Tuntas
123.3 Tdk.Tuntas
186
Tuntas
72
Tdk Tuntas
98.67 Tdk.Tuntas
199,95 Tuntas
70
Tdk Tuntas
135.7 Tdk.Tuntas
186
Tuntas
84
Tdk Tuntas
126.7 Tdk.Tuntas
199,02 Tuntas
102
Tdk Tuntas
124
Tdk.Tuntas
217,5
Tuntas
94
Tdk Tuntas
195,75
Tuntas
232,5
Tuntas
70
Tdk Tuntas
174
Tdk.Tuntas
250
Tuntas
232,5
106
Tuntas
Tuntas
13
S1
170
15
33%
S2
186
15
10
67%
S3
195
15
14
93%
S1
214
15
40%
S2
235
15
13
87%
S3
250
15
14
93%
15 Hanisa Pantauani S1
190
15
47%
S2
215
15
13
87%
S3
225
15
15
100%
S1
205
15
40%
S2
220
15
13
87%
S3
250
15
14
93%
S1
200
15
47%
S2
220
15
13
87%
S3
250
15
15
100%
S1
170
15
40%
S2
200
15
13
87%
S3
250
15
14
93%
S1
170
15
66%
S2
175
15
66%
S3
195
15
11
80%
S1
155
15
33%
S2
200
15
14
93%
S3
250
15
14
93%
S1
180
15
40%
S2
190
15
10
67%
S3
200
15
15
100%
S1
165
15
33%
S2
175
15
60%
S3
200
15
14
93%
S1
165
15
10
67%
S2
175
15
12
80%
S3
200
15
14
93%
14
16
17
Firman Djauhari
Gita Amelia
Ike Novita A.
Imailatul Yulia
19
20
21
22
23
Lia Rosmawati
Much. Arief M.
Much. Novit K.
Mustika Sari
Tuntas
232,5
Tuntas
225
Tuntas
82
Tdk Tuntas
191,4
Tuntas
232,5
Tuntas
196,62
Tuntas
250
Tuntas
68
Tdk Tuntas
174
Tuntas
232,5
Tuntas
Tdk.Tuntas
Tuntas
72
Tdk Tuntas
126.7 Tdk.Tuntas
200
Tuntas
55
Tdk Tuntas
105
Tdk.Tuntas
186
Tuntas
110
Tdk Tuntas
140
Tdk.Tuntas
187.6
Tuntas
24
Nabila Ardiyani
25 Nanda Pradhana
26
27
28
29
30
31
Novi Eka S.
Prastya Adi N.
Radika Fahmi S.
Rani Dewi I.
Ratna Megayati
Reza O.
32 Ronny Prastya A.
33
34
Sabdo P.
Sigit Ariadi
S1
150
15
20%
S2
175
15
40%
S3
194
15
14
93%
S1
214
15
33%
S2
250
15
13
87%
S3
195
15
14
93%
S1
200
15
537%
S2
235
15
12
80%
S3
250
15
13
93%
S1
201
15
47%
S2
220
15
12
80%
S3
250
15
14
93%
S1
155
15
40%
S2
175
15
60%
S3
200
15
14
93%
S1
162
15
47%
S2
179
15
60%
S3
200
15
14
93%
S1
203
15
40%
S2
214
15
10
67%
S3
245
15
12
80%
S1
160
15
11
73%
S2
170
15
13
87%
S3
195
15
14
93%
S1
200
15
53%
S2
235
15
12
80%
S3
250
15
14
93%
S1
150
15
33%
S2
160
15
10
67%
S3
200
15
14
93%
S1
140
15
33%
S2
170
15
60%
S3
195
15
14
93%
30
Tdk Tuntas
70
Tdk.Tuntas
181.1
Tuntas
Tuntas
106
Tdk Tuntas
188
Tuntas
232,5
Tuntas
232,5
Tuntas
62
Tdk Tuntas
105
Tdk.Tuntas
186
Tuntas
187.6
Tuntas
143,38 Tdk.Tuntas
196
Tuntas
Tuntas
106
Tdk Tuntas
188
Tuntas
232,5
Tuntas
50
Tdk Tuntas
106.7 Tdk.Tuntas
186
Tuntas
181,35
Tuntas
35
36
37
38
39
40
Sita Andansari
Tantika Wulan S.
Wahyunita N.S.
Widya Pawestri
Ahmad Salin
Ratih S.
S1
160
15
40%
S2
180
15
53%
S3
200
15
14
93%
S1
200
15
10
67%
S2
240
15
12
80%
S3
250
15
15
100%
S1
215
15
53%
S2
245
15
12
80%
S3
250
15
14
93%
S1
145
15
60%
S2
175
15
11
73%
S3
200
15
14
93%
S1
160
15
10
67%
S2
175
15
13
87%
S3
195
15
14
93%
S1
213
15
12
80%
S2
244
15
13
87%
S3
250
15
15
100%
64
Tdk Tuntas
96
Tdk.Tuntas
186
Tuntas
134
Tdk Tuntas
192
Tuntas
250
Tuntas
Tuntas
87
Tdk Tuntas
128.3 Tdk.Tuntas
187.6
Tuntas
182
250
Tuntas
Tuntas
Mengetahui
Pengamat,
Drs. Sutrisno
NIP. 131 860 523
Lampiran 2
Rekapitulasi Observasi Masalah Yang Dihadapi Siswa
Untuk Meningkatkan KEM
Masalah Yang Dihadapi
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
NAMA
Tingkat
Pengetahuan
Bahasa
Kemampuan
Kognitif
Pengalaman
Membaca
S1
S1
S1
S2
S3
S2
S3
S2
S3
Ket.
32
33
34
35
36
37
38
39
40
32
80
16
32
80
12
0
0
0
0
36
0
0
Mengetahui
Sidoarjo,
November 2006
Kepala SMAN 3 Sidoarjo,
Pengamat,
Peneliti,
Lampiran 3
Rekapitulasi Hasil Angket Siswa
NIP.
Nama
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Pembukaan
Proses Pembelajaran
3 4
Penilaian
Hasil
Pembelajaran
40
Jumlah
Jawaban ya
Persentase
40
40
40
40
40
40
20
40
40
40
40
40
40
36
40
100
100
100
100
100
100
50
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
90
100
Keterangan :
: jawaban ya
: jawaban tidak
Mengetahui
Sidoarjo,
November 2006
Kepala SMAN 3 Sidoarjo,
Pengamat,
Peneliti,
Lampiran 4
ANGKET SISWA
A Isilah angket ini dengan jujur, sesuai dengan apa yang anda alami selama proses pembelajaran
B Tujuan angket ini adalah untuk perbaikan proses pembelajaran yang anda alami dan akan
dipergunakan untuk pembelajaran yang akan datang
C Identitas anda tidak perlu dicantumkan.
Jawablah angket ini dengan melingkari ya atau tidak
AKTIVITAS GURU
PEMBUKAAN
1
Menyapa siswa
Tidak
Mengabsen siswa
Ya
Menjelaskan tujuan pembelajaran
Ya
Memotivasi siswa
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
PROSES PEMBELAJARAN
1.
Ya
Tidak
untuk meningkatkan KEM
2
Ya
3.
Tidak
tentang metode Klos dan KEM
Ya
Tidak
responden dan kelompok pengamat
serta sebaliknya kelompok pengamat
menjadi kelompok responden
4.
Tidak
6.
Ya
Tidak
Anda diajak berdiskusi tentang kelebihan
Ya
Tidak
dan kelemahan metode Klos
PENILAIAN
1. Anda diberi kesempatan sebagai pengamat untuk
Ya
Tidak
menilai teman anda sendiri
2.
Ya
Tidak
3.
Ya
Tidak
HASIL PEMBELAJARAN
1.
Ya
Tidak
metode Klos untuk meningkatkan KEM
2.
KEM anda bertambah ketika menggunakan metode Klos
Ya
Tidak
Lampiran 5
Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
XI
IPA / I (satu)
Alokasi Waktu
:
4 x 45 menit (dua pertemuan)
Standar Kompetensi :
cepat
Kompetensi Dasar
1.
Mengungkapkan
kendala-kendala
Kecepatan
Efektif
Membaca
(KEM).
1
Tujuan Pembelajaran
Sesudah kegiatan pembelajaran diharapkan :
1
Materi Pembelajaran
1
Metode Klos
2
3
Pendekatan
Metode
Kontekstual
:
Penugasan
dan diskusi
4
Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1
Siswa membentuk kelompok. Dari 40 siswa setiap nomor absen ganjil sebagai kelompok
responden (atau kelompok yang diteliti), dan nomor absen genap sebagai kelompok
pengamat atau pencatat waktu dan menghitung Kecepatan Efektif Membaca (KEM)
responden. Dengan demikian setiap nomor absen ganjil berpasangan dengan nomor absen
genap.
B. Kegiatan Inti
1
Siswa mendengarkan penjelasan tentang metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca
(KEM)
Siswa kelompok A yaitu kelompok nomor absen ganjil membaca wacana yang sudah
disediakan dan siswa kelompok B yaitu kelompok nomor absen genap mencatat dan
menghitung responden.
Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti sebagai kelompok
pengamat yang tugasnya mencatat waktu dan menghitung KEM responden, begitu juga
kelompok yang semula sebagai pengamat berganti menjadi kelompok responden
C. Kegiatan akhir
1. Kegiatan akhir siswa berdiskusi tentang kendala-kendala meningkatkan KEM dengan
menggunakan Metode Klos sebagai acuan refleksi dan kelompok yang semula sebagai
pengamat berganti menjadi kelompok respoden.
5.
Sumber Belajar :
-
Ketrampilan
Membaca
Penilaian
Penilaian dilaksanakan dengan cara penilaian proses yaitu ketika siswa menerapkan
Pedoman Penilaian
Rumus yang dipakai untuk mengetahui Kecepatan Efektif Membaca adalah sebagai
berikut :
K
K
Wm Wm
K
Wd : 60
K
Wm
(60) x
B
SI
B
SI
B
SI
= Kpm
= Kpm
= Kpm
Keterangan :
K
Jumlah
=
Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar
SI
skor maksimal
Kpm
Siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) kalau kecepatan membaca minimal 250 kpm
dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa dikatakan berhasil membaca
(tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu jika kecepatan efektif
membaca (KEM) minimal 175 kpm.
Mengetahui
Sidoarjo,
September 2006
Kepala SMA Negeri 3 Sidoarjo
27
Drs. Sutrisno
NIP. 130 934 642
Lampiran 6
Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
IPA / I (satu)
XI
Alokasi Waktu
:
4 x 45 menit (dua pertemuan)
Standar Kompetensi :
Mampu membaca dan memahami berbagai teks non sastra
cepat
Kompetensi Dasar
1.
Mengungkapkan
kendala-kendala
Kecepatan
Efektif
Membaca
(KEM).
5
Tujuan Pembelajaran
Sesudah kegiatan pembelajaran diharapkan :
5
Materi Pembelajaran
Teks non sastra dengan jumlah kurang lebih 400 kata berjudul Tembak di Tempat Perusuh,
Pejarah dan Koruptor Bahasa Indonesia
7
Metode Pembelajaran
1
Pendekatan
Metode
Kontekstual
:
Penugasan
dan diskusi
8
Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1
B. Kegiatan Inti
1
Siswa nomor absen ganjil membaca teks non satara berjudul Tembak di Tempat
Perusuh, Pejarah dan Koruptor Bahasa Indonesia yang panjang wacana kurang lebih
400 kata dan waktu membaca yang disediakan 2 menit.
Setelah 2 menit bacaan dimabil oleh guru, kemudian siswa tersebut diberi teks lagi
dengan teks yang sama tetapi dirumpangi sebanyak 15 rumpangan, dan siswa diberi
kesempatan mengerjakan selama 10 menit.
Siswa yang nomor absen genap sebagai pengamat yang bertugas mengukur tingkat
keterbacaan responden (pasangannya)
Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti sebagai kelompok
pengamat yang tugasnya mencatat waktu dan menghitung KEM responden, begitu juga
kelompok yang semula sebagai pengamat berganti menjadi kelompok responden
C. Kegiatan akhir
1. Siswa berdiskusi tentang kendala-kendala meningkatkan KEM sebagai acuan refleksi.
5.
Sumber Belajar :
-
Ketrampilan
Membaca
Kamijan
Penilaian
Penilaian dilaksanakan dengan cara : Penilaian proses yaitu ketika siswa menerapkan
Pedoman Penilaian
Rumus yang dipakai untuk mengetahui Kecepatan Efektif Membaca adalah sebagai
berikut :
K
K
Wm Wm
K
Wd : 60
K
Wm
(60) x
B
SI
B
SI
B
SI
= Kpm
= Kpm
= Kpm
Keterangan :
K
Jumlah
Wd
=
Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar
SI
skor maksimal
Kpm
Siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) kalau kecepatan membaca minimal 250 kpm
dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa dikatakan berhasil membaca
(tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu jika kecepatan efektif
membaca (KEM) minimal 175 kpm.
Mengetahui
Sidoarjo,
Oktober 2006
Kepala SMA Negeri 3 Sidoarjo
Drs. Sutrisno
NIP. 130 934 642
NIP.
131 860 523
Lampiran 7
Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
/ I (satu)
XI IPA
Alokasi Waktu
:
4 x 45 menit (dua pertemuan)
Standar Kompetensi :
cepat
Kompetensi Dasar
1.
10 Mengungkapkan
kendala-kendala
Kecepatan
Efektif
Membaca
(KEM).
9
Tujuan Pembelajaran
Sesudah kegiatan pembelajaran diharapkan :
Materi Pembelajaran
Teks non sastra dengan jumlah kurang lebih 250 kata berjudul Tertib Lalu Lintas
11
Metode Pembelajaran
1
Pendekatan
Metode
Kontekstual
:
Penugasan
dan diskusi
12 Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
a Kegiatan awal siswa membentuk kelompok sepert I pada siklus sebelumnya.
b Siswa juga mencatat tujuan pembelajaran yang akan dicapai
B. Kegiatan Inti
c
Siswa yang nomor absen ganjil membaca teks non sastra berjudul Tertib Lalu
Lintas, yang panjang wacaa kurang lebih 250 kata da nwaktu bacaan ayng
disediakan hnaya 1 menit.
d Setelah 1 menit bacaan diambil oleh guru, kemudian siiswa tersebut diberi teks lagi
denga nteks yang sama tetap iada rumpangan sebnayak 15 rumpangan
e Siswa mengerjakan dengan waktu yang disediakan 10 menit.
f Siswa yang nomor absen genap sebagai pengamat yang bertugas mengkur tingkat
keterbacaan responden.
g Selanjutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti sebagai kelompok
pengamat dan kelompok yang semula sebagai pengamat berganti menjadi
kelompok responden
C. Kegiatan akhir
1. Kegiatan akhir siswa mengisi angket yang telah disediakan tentang pelaksanaan
pembelajaran membaca cepat dengan dengan menggunakan metode klos.
5.
Sumber Belajar :
-
Ketrampilan
Membaca
Kamijan
6. Penilaian
Penilaian dilaksanakan dengan cara : Penilaian proses yaitu ketika siswa menerapkan
metode Klos untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM).
7. Pedoman Penilaian
Rumus yang dipakai untuk mengetahui Kecepatan Efektif Membaca adalah sebagai
berikut :
K
K
Wm Wm
K
Wd : 60
K
Wm
(60) x
B
SI
B
SI
B
SI
= Kpm
= Kpm
= Kpm
Keterangan :
K
Jumlah
Wd
=
Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar
SI
skor maksimal
Kpm
Siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) kalau kecepatan membaca minimal 250 kpm
dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa dikatakan berhasil membaca
(tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu jika kecepatan efektif
membaca (KEM) minimal 175 kpm.
Mengetahui
Sidoarjo,
Oktober 2006
Kepala SMA Negeri 3 Sidoarjo
12
Drs. Sutrisno
NIP. 130 934 642
NIP.
131 860 523
Lampiran 8
Instrumen Kecepatan Efektif Membaca (Siklus I)
Bacalah teks berikut ini selama 3 menit !
berbagai macam jenis dan merek komputer bisa saling berhubungan atau bertukar data. Sejak itu
jaringan ARPA-net makin berkembang dan lebih populer dengan nama internet.
Internet menyajikan tampilan yang lebih interaktif dan sangat menarik. Karena selain teks,
internet juga bisa menampilkan gambar, animasi suara dan video. Internet dihubungkan dengan
berbagai cara dari yang paling mudah lewat saluran telepon, sampai yang paling canggih lewat
satelit, serta optik dan pasopati (paduan solusi pelayanan teknologi informasi).
Sebenarnya internet sudah cukup lama masuk ke Indonesia. Awalnya digunakan secara
terbatas oleh kalangan akademi seperti UI, ITB dan IPB Sebagai lembaga penelitian. Menurut
riset yang dilakukan oleh ITB pertumbuhannya mampu mencapai 700 persen per tahun. Saat ini
internet sudah merambah ke 150 negara bahkan lebih. Mengapa internet begitu diminati ? Sebab
internet memberi peluang untuk mengembara ke samudra informasi yang sangat luas, terbuka,
bebas, dan langsung. Juga bisa diakses selama 24 jam.
Para pemakai internet yang dijuluki internet surfer dapat memperoleh berbagai macam
informasi. Yang bersifat ringan diantaranya lelucon, daftar lagu-lagu terbaru, musisi terkenal,
melihat koleksi berbagai macam museum dan butik yang ada di AS dan Eropa, sampai
memonitor turnamen tenis meja dan sepakbola. Yang serius misalnya informasi pariwisata,
rubrik majalah bisnis dan politik. Internet bisa dimanfaatkan untuk berbelanja mudah dan cepat.
Alat musik atau buku yang dipajang oleh penjual di internet, setelah dipesan kurang dari satu
minggu, barangnya sudah datang dari Eropa.
Surat menyurat elektronik atau E-mail bisa dilakukan di internet. Kini tak perlu lagi kita
harap-harap cemas perihal surat yang ktia kirim untuk teman atau si dia. Dalam hitungan detik,
surat kita akan terpampang di layar penerima surat dimanapun ia tinggal di bumi ini. Bagi remaja
yang suka berdebat, di internet terdapat kelompok diskusi yang bersifat global. Saat ini
bergabung 8000 grup diskusi berdasarkan kelompok minatnya dengan masalah yang beragam.
Diskusi elektronika tentu berbahasa Inggris. Namun demikian beberapa kelompok diskusi
berbahasa Indonesia dan berbahasa Melayu juga hadir di internet. Juga konferensi elektronika
tersedia di ineternet yang pesertanya terdiri dari beberapa orang berasal dari seluruh dunia.
Untuk bergabung ke jaraingan internet selain harus memiliki seperangkat komputer juga
dibutuhkan saluran telepon, modem dan kita harus menjadi pelanggan provider internet. Provider
ini menyediakan jasa untuk mengakses internet atau saluran komunikasi lain. Jadi posisinya
semacam gerbang. Di Indonesia dewasa ini terdapat beberapa provider, diantaranya RADNE,
IDOLA, TelkomnetInstan, Indosat, D-Net dan lain-lain. Untuk menjadi pelanggan provider kita
hanya mengisi formulir berlangganan dan menyetor sejumlah uang. Setelah urusan administrasi
beres, provider akan memasang perangkat lunak dan tak lama kemudian kitapun bisa
memanfaatkan internet. Menjadi pelanggan internet secara pribadi biayanya relatif mahal.
Sebagai contoh pada tahun 1995 RADNE menetapkan biaya per bulan Rp. 95.000,00 untuk
tambahan Rp. 3.000,00 per jam. Selain itu ongkos lain yang harus dibayar ialah biaya telepon
dari rumah ke provider. Untuk masyarakat di daerah masih harus membayar pulsa telepon
interlokal untuk menghubungi computer host di Jakarta.
Internet telah menciptakan gaya komunikasi global ibarat pisau bermata dua. Segi
positifnya internet berfungsi Sebagai sarana bisnis, pendidikan, dan hiburan yang mengajak kita
menyentuh masa depan. Sisi negatifnya adalah hadirnya tayangan pornografi. Banyak orang tua
yang gundah karena gambar-gambar yang seram itu dengan mudah diakses anak-anak. Tetapi
alangkah baiknya kita justru melihat sisi positifnya yang jauh lebih banyak.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, untuk bisa mengakses internet terbentur pada masalah
biaya yang masih terasa mahal. Sebagian siswa SMK kita berharap akan uluran tangan dari PT
Telkom agar dapat meringankan biaya untuk bisa mengakses internet sebagai sarana untuk
menjelajah informasi di jaringan komputer dunia. Kalau sekarang menganggap tak punya telepon
Sebagai hal yang ketinggalan jaman, kelak sangat mungkin terjadi bahwa seseorang dianggap
kuno bila tak memanfaatkan internet. Bahkan yang tercantum di kartu namanya seperti halnya
nomor telepon atau faksimili sekarang.
Namun kita yakin pada saatnya kelak, masyarakat Indonesia akan dapat ke samudra
informasi di seluruh dunia lewat jaringan internet.
Lampiran 9
Petunjuk.
Isilah bacaan rumpang di bawah ini sesuai dengan pemahaman bacaan sebelumnya selama 10
menit !
Internet merupakan jaringan komunikasi antar komputer di seluruh dunia. Sebagai contoh
sederhana kita menghubungkan komputer yang ada di satu rumah dengan komputer yang berada
di rumah yang berbeda. Namun internet berskala global, karena ada jaringan ini walaupun kita
tidak saling bertatap muka komunikasi tetap bisa langsung untuk saling bertukar informasi dan
saling bertukar data.
Embrionya adalah ARPA-net yang terbentuk tahun 1970, ARPA-net merupakan .....(1)
. berskala kecil yang menghubungkan universitas di AS guna keperluan riset. Tahun 1982
diperkenalkannya standar komunikasi yang mengatur jaringan ini sehingga memungkinkan
berbagai macam jenis dan merek komputer bisa saling berhubungan atau .....(2).
Sejak itu jaringan ARPA-net makin berkembang dan lebih populer dengan nama .....(3)
.
Internet menyajikan tampilan yang lebih interaktif dan sangat menarik. Karena selain teks,
internet juga bisa .....(4)., animasi suara dan video. Internet dihubungkan dengan
berbagai cara dari yang paling mudah lewat saluran telepon, sampai yang paling canggih .
....(5)., serta optik dan pasopati (paduan solusi pelayanan teknologi informasi).
Sebenarnya internet sudah cukup lama masuk .....(6).. Awalnya digunakan
secara terbatas oleh .....(7). seperti UI, ITB dan IPB sebagai .....(8)..
Menurut riset yang dilakukan oleh ITB pertumbuhannya mampu mencapai 700 persen per tahun.
Saat ini internet sudah merambah .....(9). bahkan lebih. Mengapa internet begitu
menyentuh masa depan. Sisi negatifnya adalah hadirnya tayangan pornografi. Banyak orang tua
yang gundah karena gambar-gambar yang seram itu dengan mudah diakses anak-anak. Tetapi
alangkah baiknya kita justru melihat sisi positifnya yang jauh lebih banyak.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, untuk bisa mengakses internet terbentur pada masalah
biaya yang masih terasa mahal. Sebagian siswa SMK kita berharap akan uluran tangan dari PT
Telkom agar dapat meringankan biaya untuk bisa mengakses internet sebagai sarana untuk
menjelajah informasi di jaringan komputer dunia. Kalau sekarang menganggap tak punya telepon
Sebagai hal yang ketinggalan jaman, kelak sangat mungkin terjadi bahwa seseorang dianggap
kuno bila tak memanfaatkan internet. Bahkan yang tercantum di kartu namanya seperti halnya
nomor telepon atau faksimili sekarang.
Namun kita yakin pada saatnya kelak, masyarakat Indonesia akan dapat ke samudra
informasi di seluruh dunia lewat jaringan internet.
Lampiran 10
Instrumen Kecepatan Efektif Membaca (Siklus II)
Bacalah teks berikut ini selama 2 menit !
TEMBAK DI TEMPAT PERUSUH, PENJARAH DAN KORUPTOR BAHASA
INDONESIA
Tembak di tempat ! ungkapan ini bukan perintah seorang panglima perang, tetapi himbauan
kepada guru bahasa Indonesia untuk melakukan tindakan langsung (tilang) terhadap perilaku
berbahasa siswa. Arah tindakan langsung tersebut mengacu pada upaya penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Dalam hal ini guru memberdayakan pengembangan potensi
bahasa dalam komunikasi.
Tembak di tempat maksudnya tindakan langsung reflektif dan insidentil seorang guru
bahasa Indonesia terhadap kesalahan berbahasa yang muncul ketika terjadi komunikasi baik lisan
maupun tulisan. Ketidaksengajaan para siswa melakukan kesalahan dalam interaksi berbahasa
langsung diluruskan oleh guru segera setelah terjadi, tanpa menunggu kesempatan yang baik
berikutnya.
Dalam suatu momentum yang tepat untuk membetulkan kesalahan berbahasa oleh siswa
ketika berlangsungnya kegiatan berbahasa. Melalui strategi seperti ini, baik komunikator maupun
komunikan selektif dan sangat hati-hati dalam hal diksi, struktur kalimat, bentuk kalimat EYD.
Setiap yang terlihat dalam kegiatan berbahasa dicekam rasa takut salah, sehingga kesalahan
berbahasa ditekan seminimal mungkin. Bahkan diupayakan tidak terjadi. Tentu peran seorang
guru adalah faktor yang sangat menentukan. Yakni menangkap setiap gejala kecenderungan
kesalahan berbahasa oleh
berbahasa segera diikuti dengan perbaikan yaitu dengan cara menugaskan siswa lainnya baik
individu maupun klasikal untuk memperbaiki, serta akhirnya diberi pengukuhan dari guru.
Suatu hal yang patut diakui bahwa awalnya situasi kegiatan berbahasa dengan pendekatan
seperti ini banyak kendalanya. Siswa yang terlibat dalam setiap kegiatan berbahasa Indonesia
akan membatasi volume tuturan seiring dengan upaya memperkecil kesalahan berbahasa. Suatu
kenyataan yang tidak dapat dihindari adalah efek psikologis terhadap siswa. Para siswa
mengalami pembantaian mental, sebab langsung ditegur dan diperbaiki kesalahnnya pada saat itu
juga.
Kendala seperti ini tidak berlangsung lama. Secara bertahap potensi berbahasa siswa akan
berkembang secara alami dan sesuai mencapai sasaran. Situasi kegiatan berbahasa senantiasa
menuntut kecermatan. Demikian pula organ-organ saraf khsus berbahasa pribadi siswa
terangsang dengan pola-pola bahasa terarah dan sistematis. Kendala lainnya ialah timbulnya
kesenjangan kontiunitas para siswa terhadap suatu masalah yang muncul. Hal ini sifatnya relatif,
sebab sasaran primernya adalah bobot kegiatan berbahasa sebagai suatu sistem. Dan bukan
muatan masalahnya.
Kegiatan diskusi, berpidato, percakapan (dialog) merupakan kesempatan tepat bagi guru
mengadakan tindakan langsung (tilang) memperbaiki kesalahan berbahasa para siswa. Para siswa
merasa puas atas upaya guru menjadikannya sebagai penutur bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Upaya guru hasilnya akan jauh lebih baik dibandingkan penjajalan teori dan latihan
sepintas. Secara pragmatis tujuan pengajaran tercapai. Yakni terwujudnya calon penutur bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Bukan sebaliknya ahli teori kebahasaan.
Lampiran 11
Petunjuk.
Isilah bacaan rumpang di bawah ini sesuai dengan pemahaman bacaan sebelumnya selama 10
menit !
.interaksi berbahasa langsung diluruskan oleh guru segera setelah terjadi, tanpa
menunggu kesempatan yang baik berikutnya.
Dalam suatu.....(4).yang tepat untuk membetulkan kesalahan berbahasa oleh
siswa ketika berlangsungnya kegiatan berbahasa. Melalui.....(5).seperti ini, baik
komunikator maupun komunikan selektif dan sangat hati-hati dalam hal diksi, struktur kalimat,
bentuk kalimat EYD. Setiap yang terlihat dalam kegiatan .....(6). dicekam rasa takut
salah, sehingga kesalahan berbahasa ditekan seminimal mungkin. Bahkan diupayakan tidak
terjadi. Tentu .....(7). seorang guru adalah faktor yang sangat menentukan. Yakni
menangkap setiap gejala kecenderungan kesalahan berbahasa oleh siswa itu sendiri. Kesalahan
yang terjadi dalam setiap kegiatan berbahasa segera diikuti dengan perbaikan yaitu dengan cara
menugaskan siswa lainnya baik individu maupun .....(8). untuk memperbaiki, serta
akhirnya diberi pengukuhan dari guru.
Suatu hal yang patut diakui bahwa awalnya .....(9). kegiatan berbahasa dengan
pendekatan seperti ini banyak .....(10).. Siswa yang terlibat dalam setiap kegiatan
berbahasa Indonesia akan membatasi volume tuturan seiring dengan upaya memperkecil .....
(11). berbahasa. Suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari adalah efek psikologis
terhadap siswa. Para siswa mengalami pembantaian mental, sebab langsung ditegur dan .....
(12). kesalahnnya pada saat itu juga.
Kendala seperti ini tidak berlangsung lama. Secara bertahap potensi berbahasa siswa akan
berkembang secara alami dan sesuai mencapai sasaran. Situasi kegiatan berbahasa senantiasa
menuntut kecermatan. Demikian pula organ-organ saraf khsus berbahasa pribadi siswa
terangsang dengan pola-pola bahasa terarah dan .....(13).. Kendala lainnya ialah
timbulnya kesenjangan kontiunitas para siswa terhadap suatu masalah yang muncul. Hal ini
sifatnya .....(14)., sebab sasaran primernya adalah bobot kegiatan berbahasa sebagai
suatu sistem. Dan bukan muatan masalahnya.
Kegiatan diskusi, berpidato, percakapan (dialog) merupakan kesempatan tepat bagi guru
mengadakan tindakan langsung (tilang) memperbaiki kesalahan berbahasa para siswa. Para siswa
merasa puas atas upaya guru menjadikannya sebagai .....(15). bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Upaya guru hasilnya akan jauh lebih baik dibandingkan penjajalan teori dan
latihan sepintas. Secara pragmatis tujuan pengajaran tercapai. Yakni terwujudnya calon penutur
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukan sebaliknya ahli teori kebahasaan.
Lampiran 12
Instrumen Kecepatan Efektif Membaca (Siklus III)
Bacalah teks berikut ini selama 1 menit !
TERTIB LALU LINTAS
Negara kita adalah negara hukum. Dalam Bab Pasal 27 ayat 1 dinyatakan bahwa segala
warga Indonesia bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan itu dan tidak ada
kecualinya. Ayat ini mengemukakan hak dan kewajiban setiap warga Indonesia dalam hukum
dan pemerintahan. Mengenai hak dari warga negara dalam hukum dengan tegas dinyatakan
bahwa Negara sama haknya di depan hukum. Demikian pula mengenai kewajiban warga negara
terhadap hukum dengan tegas dinyatakan, yakni bahwa setiap warga wajib menjunjung hukum.
Dalam kehidupan kita sebagai warga negara, hak dan kewajiban ini harus dilakukan secara
seimbang. Kita tidak boleh hanya menuntut hak saja tanpa melaksanakan kewajiban. Demikian
pula sebaliknya, kita tidak boleh hanya dituntut saja tanpa diimbangi oleh pemenuhan hak-hak
kita.
Kesadaran hukum dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara sangat
penting bagi tercapainya tertib hukum. Salah satu wujud kesadaran hukum dalam mewujudkan
tertib hukum itu adalah kesadaran mematuhi peraturan lalu lintas di jalan raya. Namun, setiap
orang berkewajiban mematuhi peraturan lalu lintas agar tertib di jalan raya sehingga terjamin
keselamatan bagi semua pemakai jalan raya.
Sejauh manakah kesadaran hukum masyarakat kita dalam mematuhi peraturan lalu lintas
yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material yang tidak sedikit jumlahnya?
Hal-hal apa sajakah yang berpengaruh terhadap kesadaran hukum di kalangan masyarakat kita
dalam mematuhi peraturan lalu lintas ?
Pertanyaan-pertanyaan itu memerlukan jawaban dari kita semua sebagai anggota
masyarakat yang menggunakan fasilitas jalan raya itu. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
di atas, adakanlah pengamatan dan wawancara mengenai tertib hukum lalu lintas di jalan raya.
Lampiran 13
Petunjuk.
Isilah bacaan rumpang di bawah ini sesuai dengan pemahaman bacaan sebelumnya selama 10
menit !
Lampiran 14
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI
SIKLUS 1
Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia
Hari/Tanggal : Sabtu, 30 September 2006
Kelas
NO.
1
XI IPA 2
Aspek
Keefektifan Pembelajaran
CHEC
K LIST
URAIAN AKTIVITAS
PEMBUKAAN
1. Menyapa siswa
2. Mengabsen siswa
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran
4. Memotivasi siswa
NOTE
FIEL
D
PROSES
1. Membantu siswa membentuk kelompok responden
dan kelompok pengamat
2. Mengkondisikan kelompok pengamat sebagai
pencatat waktu dan menghitung KEM responden
3. Memodelkan metode Kos untuk meningkatkan KEM
4. Melakukan penilaian individu dengan kriteria Klos
5. Melakukan penilaian individu dengan kriteria KEM
6. Mendiskusikan kendala-kendala KEM
7. Mendiskusikan kelebihan dan kelemahan metode
Klos
PENUTUP
1. Melakukan evaluasi pembelajaran
2. Merefleksikan hasil pembelajaran
CATATAN
Observer,
1. Pengisian Check Lists :
bila dilakukan
Lampiran 15
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI
SIKLUS 2
Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia
XI IPA 2
Aspek
Keefektifan Pembelajaran
NO.
1
URAIAN AKTIVITAS
PEMBUKAAN
1. Menyapa siswa
CHEC
K LIST
NOTE
FIEL
D
2. Mengabsen siswa
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran
4. Memotivasi siswa
2
PROSES
1. Membantu siswa membentuk kelompok responden
dan kelompok pengamat
2. Mengkondisikan kelompok pengamat sebagai
pencatat waktu dan menghitung KEM responden
3. Memodelkan metode Kos untuk meningkatkan KEM
4. Melakukan penilaian individu dengan kriteria Klos
5. Melakukan penilaian individu dengan kriteria KEM
6. Mendiskusikan kendala-kendala KEM
7. Mendiskusikan kelebihan dan kelemahan metode
Klos
PENUTUP
1. Melakukan evaluasi pembelajaran
2. Merefleksikan hasil pembelajaran
Observer,
1. Pengisian Check Lists :
bila dilakukan
Lampiran 16
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI
SIKLUS 3
Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia
XI IPA 2
Aspek
Kefektifan Pembelajaran
NO.
1
CHEC
K LIST
URAIAN AKTIVITAS
PEMBUKAAN
1. Menyapa siswa
2. Mengabsen siswa
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran
4. Memotivasi siswa
NOTE
FIEL
D
PROSES
1. Membantu siswa membentuk kelompok responden
dan kelompok pengamat
2. Mengkondisikan kelompok pengamat sebagai
pencatat waktu dan menghitung KEM responden
3. Memodelkan metode Kos untuk meningkatkan KEM
4. Melakukan penilaian individu dengan kriteria Klos
5. Melakukan penilaian individu dengan kriteria KEM
6. Mendiskusikan kendala-kendala KEM
7. Mendiskusikan kelebihan dan kelemahan metode
Klos
PENUTUP
1. Melakukan evaluasi pembelajaran
2. Merefleksikan hasil pembelajaran
CATATAN
Observer,
1. Pengisian Check Lists :
bila dilakukan
Lampiran 17
Siklus .
NO.
NAMA
ANI USWATUN K.
DEMITA WIDHIANI
DWI FARIYANTI
Kemampuan
Memahami
Bacaan
(Persentase)
(A)
Jumlah Kata
yang dibaca
(per menit)
KEM
TUNTAS
(B)
(A x B)
(175 Kpm)
ERNIE SUPRAPTI
10
11
EVY YULIANYI
12
FATIMATUL KARIMAH
13
FIRMAN DJAUHARI
14
GITA AMELIA
15
HANISA PANTAUANI
16
17
IMAILATUL YULIA
18
19
LIA ROSMAWATI
20
MUCHAMMAD ARIEF W.
21
MUCHAMMAD NOVIT K.
22
MUHAMMAD ARI B.
23
MUSTIKA SARI
24
NABILA ARDIYANI
25
NANDA PRADHANA A.
26
27
28
29
30
RATNA MEGAYATI
31
REZA OKTAVRIYANTO
32
33
SABDO PANJASUNAN
34
SIGIT ARIADI
35
SITA ANDANSARI
36
37
WAHYUNITA NOER S.
38
WIDYA PAWESTRI N.
39
AHMAD SALIM
40
RATIH SETYANINGRUM
Sidoarjo,2006
Observer,
Lampiran 18
LEMBAR OBSERVASI KEM (KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA)
Nama Responden
:
.
Kelas
:
.
Mata Pelajaran
:
.
Kompetensi Dasar
:
.
Hari/Tanggal
:
.
Judul Bacaan
:
.
1 Waktu mulai
:
Pukul .Lebih.menit....detik
2
3
4
5
Waktu selesai
Pukul .Lebih.menit........detik
Lama membaca
:
Panjang bacaan
:
...kata
Jumlah kata yang dibaca (K) : ..kata
Kecepatan membaca :
K
Wm
:
Ket :
:
...menitdetik
.
= ..Kpm
B
SI
x 100 %
....%
B
dengan benar
=
8
maksimal
Masuk kriteria : (lingkari yang sesuai)
a independen
b instrusional
c frustasi
K
Wm
B
SI
10. KEM =
x
= ..............Kpm
atau = Kecepatan membaca x pemahaman isi bacaan
Sidoarjo, .....................
SI
Skor ideal atau skor
Pengamat,
Peneliti,
Drs. Sutrisno
DAFTAR ISI
. 20
BAB V PENUTUP
.................................................................................................5.1
Simpulan ..33
5.2 Saran-saran 34
DAFTAR RUJUKAN.35
LAMPIRAN . 36
Hasil
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
36
Siswa
Untuk Meningkatkan
KEM..
Lampiran 3
41
Siswa.
43
Lampiran 4
Angket
Siswa..
45
Lampiran 5
I..
46
Lampiran 6
51
Lampiran 7
55
Lampiran 8
...
Lampiran 9
....
Lampiran 10
.
62
Instrumen Kecepatan Efektif Membaca (Siklus II)
65
Lampiran 11
..
67
Lampiran 12
...
69
Lampiran 13
.
Lampiran 14
70
Lembar Observasi Aktivitas Peneliti Siklus
1
Lampiran 15
72
Lembar Observasi Aktivitas Peneliti Siklus
2
Lampiran 16
73
Lembar Observasi Aktivitas Peneliti Siklus
3
Lampiran 17
74
Alat Penilaian Individu KEM Siswa
..
Lampiran 18
75
77
Lampiran 19
78