You are on page 1of 21

KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS

Oleh :
Durrotun.Nafisah, Wiwit Rokhmawati, M.Andika Yasda, Nur laila Muyassyaroh
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI Pasuruan
1. KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS
Sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk
wacana, kalimat, klausa dan frase. Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan
struktur frase, klausa, atau kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang sintaksis ini menyangkut
kesalahan dalam bidang frasa dan kesalahan dalam bidang kalimat.
1) Kesalahan dalam Bidang Frase
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang frasa sering dijumpai dalam bahasa
lisan maupun tertulis, kesalahan ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut:
a. Adanya pengaruh bahasa daerah
Penggunaan bahasa daerah yang cukup dominan di negara kita menyebabkan terjadinya
kesalahan berbahasa khususnya dalam tataran sintaksis.
Contoh :
Mangga ini rasanya asam, pasti mangganya belon mateng!
Dia itu orangnya tidak sabaran
Kedua kalimat di atas adalah kalimat yang tidak baku, kalimat baku dari kalimat di atas adalah :
Bentuk Baku
Mangga ini rasanya asam, pasti mangganya belum matang.
Dia itu orangnya tidak sabar
b. Penggunaan preposisi yang tidak tepat
Penggunaan preposisi yang tidak tepat sering kali terjadi pada frase preposisional yang
menyatakan tempat, waktu dan tujuan.
Contoh :
Kamu letakkan laporanmu pada laci meja kantor.
Tolong kirimkan surat ini ke bu Fatma.
Kedua kalimat di atas adalah kalimat yang tidak baku, kalimat baku dari kalimat di atas adalah :
Bentuk Baku
Kamu letakkan laporanmu di laci meja kantor.
Tolong kirimkan surat ini kepada bu Fatma.
c.

Susunan yang tidak tepat

susunan kata yang idak tepat bisa terjadi karena adanya pengaruh bahasa asing. Perhatikan
kalimat berikut ini :
Ini hari kita akan pergi ke wakatobi
Kamu sudah terima amplop itu?
Kedua kalimat di atas adalah kalimat yang tidak baku, kalimat baku dari kalimat di atas adalah :
Bentuk Baku
Hari ini kita akan pergi ke wakatobi
Sudah kamu terima amplop itu?
d. Penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir
Penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir sering dijumpai pada pemakaian kata-kata yang
mengandung makna yang sama (sinonim). Contoh :
Agar supaya menjadi anak yang pintar, kau harus rajin belajar.
Dia adalah guru yang paling tercerdas di sekolah ini.
Kedua kalimat di atas adalah kalimat yang tidak baku, kalimat baku dari kalimat di atas adalah :
Bentuk Baku
1) Agar menjadi anak yang pintar, kau harus rajin belajar.
2) Supaya menjadi anak yang pintar, kau harus rajin belajar.
3) Dia adalah guru yang paling cerdas di sekolah ini.
4) Dia adalah guru yang tercerdas di sekolah ini.
e.

Penggunaan bentuk superlatif yang berlebihan yang berlebihan.


Bentuk superlative adalah bentuk yang mengandung arti paling dalam suatu perbandingan
Bentuk itu dapat dihasilkan dengan suatu adjektiva amat, sangat, sekali, atau paling. Apabila
terdapat ada dua adverbial digunakan sekaligus dalam menjelaskan adjektiva pada sebuah
kalimat terjadilah bentuk superlative. Misalnya :
Novel itu sangat menarik sekali.
Dia terlihat amat sangat menderita.
Kedua kalimat di atas adalah kalimat yang tidak baku, kalimat baku dari kalimat di atas adalah :
Bentuk Baku
1) Novel itu sangat menarik
2) Novel itu menarik sekali
3) Dia terlihat amat menderita
4) Dia terlihat sangat menderita

f.

Penjamakan ganda
Penjamakan ganda sering terlihat dan muncul dalam penggunaan bahasa sehari-hari dan
terkadang terjadi kesalahan pemakaian dalam penggunaan penjamakan ganda. Contoh :
Para guru-guru sedang rapat di kantor
Anis membeli banyak buku-buku.
Kedua kalimat di atas adalah kalimat yang tidak baku, kalimat baku dari kalimat di atas adalah :
Bentuk Baku

1)
2)
3)
4)

Para guru sedang rapat di kantor


Guru-guru sedang rapat di kantor
Anis membeli banyak buku
Anis membeli buku-buku

g. Penggunaan bentuk resiprokal yang salah


Bentuk resiprokal adalah bentuk bahasa yang memiliki arti berbalasan biasanya dengan
menggunakan kata saling atau ulang berimbuhan. Contoh :
Sesama pembalap motor saling dahulu- mendahului di arena balap
Hendaknya kita bisa saling tolong menolong antar sesama warga ucap Ketua RT
Kedua kalimat di atas adalah kalimat yang tidak baku, kalimat baku dari kalimat di atas adalah :
Bentuk Baku
1)Sesama pembalap motor saling mendahului di arena balap
2)Sesama pembalap motor dahulu- mendahului di arena balap
3)Hendaknya kita bisa saling menolong antar sesama warga ucap Ketua RT
4)Hendaknya kita bisa tolong menolong antar sesama warga ucap Ketua RT
2) Kesalahan bidang Kalimat
Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi kalimat antara
lain sebagai berikut:
a. Kalimat tidak bersubjek
Seringkali kita menemukan kalimat rancu yakni kalimat yang memiliki predikat verba aktif
transitif dan didepannya subjek terdapat preposisi, misalnya :
1) Dalam pelaksanaan rapat itu menunjukkan peningkatan financial perusahaan
2) Di balai kota akan mengadakan pameran dengan tema kota pasuruan tercinta.
Perbaikan untuk kedua kalimat di atas dapat di lakukan dengan dua cara yakni merubah
predikat menjadi kalimat pasif jika kita tetap ingin mempertahankan preposisi yang mendahului
subjek dan yang kedua menghilangkan preposisi jika kita ingin predikat kalimat itu tetap aktif.
Perbaikan untuk kedua kalimat di atas adalah :
1) Dalam pelaksanaan rapat itu ditunjukkan peningkatan financial perusahaan.
2) Pelaksanaan rapat itu menunjukkan peningkatan financial perusahaan.
3) Di balai kota akan diadakan pameran dengan tema kota pasuruan tercinta.
4) Balai kota akan mengadakan pameran dengan tema kota pasuruan tercinta.
b. Kalimat tidak berpredikat
Kalimat yang tidak memiliki predikat disebabkan oleh adanya keterangan subjek yang
beruntun atau terlalu panjang yakni keterangan diberi keterangan lagi dan menyebabkan penulis
lupa bahwa kalimatnya belum lengkap. Contoh :

Jembatan suramadu yang dibangun untuk menghubungkan pulau jawa dan maduira dengan
menggunakan tekhnik yang professional.
Kalimat di atas adalah kalimat yang tidak memiliki predikat. Hal tersebut terjadi karena adanya
kata yang pada kalimat tersebut yang harus dihilangkan agar kalimat itu bisa menjadi kalimat
yang memiliki subjek dan predikat. Pembenarannya adalah :
Jembatan suramadu dibangun untuk menghubungkan pulau jawa dan maduira dengan
menggunakan tekhnik yang professional.
c.

Kalimat tidak bersubjek dan tidak berpredikat (kalimat buntung)


Kalimat yang tidak bersubjek dan berpredikat ini sering kali kita temui dalam kehidupan

sehari-hari. Misalnya :
Pelajaran fisika ini sangat sukar dimengerti. Dan sulit dipahami.
Waktu yang tersedia untuk mengumpulkan tugas hanya dua hari. Namun itu cukup buatku.
Kedua kalimat di atas salah karena tidak memiliki subjek dan tidak berpredikat. Dalam kaidah
bahasa Indonesia kalimat tunggal tidak boleh diawali oleh kata-kata karena, apabila, sehingga,
agar, walaupun, seperti, kalau, jika dan konjungsi yang lain.
Jadi bentuk baku untuk kedua kalimat di atas :
Pelajaran fisika ini sangat sukar dimengerti dan sulit dipahami.
Waktu yang tersedia untuk mengumpulkan tugas hanya dua hari namun itu cukup buatku.
d. Penggandaan subjek
Penggandaan subjek menjadikan kalimat tidak jelas yang mendapat tekanan. Contoh :
Drama itu kami sudah menulisnya dengan baik.
Masalah itu aku sudah menyelesaikannya dengan Rani.
Kedua kalimat itu salah atau tidak baku karena memiliki dua subjek. Perbaikannya
adalah dengan cara diubah menjadi kalimat pasif bentuk diri dan bisa di ubah menjadim
kalimat yang normatif dan salah satun din antara kedua subjek itu dijadikan keterangan.
Berikut perbaikannya :
Drama itu sudah kami tulis dengan baik.
Masalah itu sudah aku selesaikan dengan Rani.
e.

Antara predikat dan objek yang tersisipi


contoh :
Rapat yang diselengarakan bulan depan membicarakan tentang kode etik guru
Masyarakat Indonesia belum menyadari akan dampak buruk kebakaran hutan.
Kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang memiliki objek dan verba transitif tidak perlu
diikuti oleh preposisi sebagai pengantar objek seperti atas, tentang atau akan. Pembenaran
kalimat di atas adalah :
Rapat yang diselenggarakan bulan depan membicarakan kode etik guru

Masyarakat Indonesia belum menyadari dampak buruk kebakaran hutan.


f.

Kalimat yang tidak logis


kalimat tidak logis adalah kalimat yang tidak masuk akal. Hal ini disebabkan oleh
pembicara atau penulis yang kurang berhati-hati dalam memilih kata. Contoh :
1. Untuk mempersingkat waktu, kami akan memperkenalkan diri terlebih dahulu.
2. Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua panitia, waktu dan tempat kami
dipersilahkan,.
Kalimat 1 tidak logis dikarenakan apakah kita bisa mempersingkat atau memperpendek
waktu?. Kata yang tepat adalah menghemat waktu
Kalimat 2 tidak logis karena waktu dan tempat dipersilahkan seharusnya yang dipersilahkan
adalah ketia panitia.
Jadi kalimat yang benar adalah :
1. Untuk menghemat waktu, kami akan memperkenalkan diri terlebih dahulu.
2. Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua panitia, ketua panitia kami dipersilahkan,.

g. Kalimat ambiguitas
Ambiguitas adalah kegandaan arti kalimat sehingga meragukan atau tidak dipahami orang
lain. Hal ini disebabkan oleh intonasi yang tidak tepat, struktur kalimat yang tidak tepat, dll.
Contoh :
Jendela rumah yang megah terbuat dari besi mahal.
Sambutan ketua panitia yang awal itu mampu membangkitkan semangat kita.
Pembenaran kalimat di atas adalah :
Jendela yang megah di rumah itu terbuat dari besi mahal
Sambutan yang awqal dari ketua panitia itu mampu membangkitkan semangat kita.
h. Penghilangan konjungsi
Seringkali kita menemukan kesalahan pada penghilangan konjungsi dari sebuah anak kalimat
sehingga menjadikan kalimat itu menjadi kalimat yang tidak efektif. Penghilangan konjungsi
apabila, jika, setelah, sebelum, dan lain- lain sebagai penanada anak kalimat sering
dihilangkan.Hal ini disebabkan pengaruh bahasa Inggris. Contoh :
Sering dipakai untuk untuk mengetik laporan, komputer ini akhirnya rusak.
Dilihat secara keseluruhan, kegiatan ini harus dikembangkan kearah yang lebih baik.
Pembenaran kalimat yang di atas :
Karena sering dipakai untuk untuk mengetik laporan, komputer ini akhirnya rusak.
Jika dilihat secara keseluruhan, kegiatan ini harus dikembangkan kearah yang lebih baik.
i.

Penggunaan konjungsi yang berlebihan


Penggunaan konjungsi yang berlebihan sering disalahgunakan oleh pemakai bahasa. Hal

inilah yang menyebabkan kesalahan. Contoh :


Walaupun sanksi yang dia terima sangat berta, tetapi dia belum jera juga.
Untuk penggunaan handphone yang efektif, maka penggunaan handphone perlu diperhatikan.

Pembenaran kalimat yang di atas :


Walaupun sanksi yang dia terima sangat berta, dia belum jera juga.
Untuk penggunaan handphone yang efektif, penggunaan handphone perlu diperhatikan.
j.

Urutan yang tidak paralel


Dalan sebuah kalimat yang terdapat beberapa unsure yang dirinci, maka rincian itu harus

diusahakan pararel. Misal pada unsur pertama berupa adjektiva maka unsure berikutnya haruslah
adjektifa juga. Namun hal ini sering tidak diketahui oleh pemakai bahasa. Misal pada kalimat
berikut :
Asap kebakaran hutan di kota riau membuat udara menjadi sesak, mengaburkan pandangan dan
banyak fasilitas umum rusak.
Kita harus mencabut rumput-rumput liar, membuang sampah dan penanaman tanaman perdu di
sekitar taman.
Pembenaran kalimat yang di atas :
Asap kebakaran hutan di kota riau membuat udara menjadi sesak, mengaburkan pandangan dan
merusak fasilitas umum.
Kita harus mencabut rumput-rumput liar, membuang sampah dan menanam tanaman perdu di
sekitar taman.
k. Penggunaan istilah asing
Adanya istilah asing yang masuk ke dalam bahasa Indonesia membuat timbulnya kesalahan
dalam pembicaraan sehari-hari. Misalnya :
Finally, Kita akan mengadakan important event di ruangan ini
Pembenaran kalimat ini adalah :
Akhirnya, kita akan mengadakan acara penting di ruangan ini.

2. ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS


2.1 PEMAKAIAN KATA PERANGKAI
Sebelum menganalisis beberapa kata perangkai yang dianggap perlu, lebih dulu kita pahami
apa yang dimaksud dengan kata perangkai. Kata perangkai adalah sekelompok kata yang
berfungsi untuk merangkai/menghubungkan kata-kata atau bagian-bagian kalimat, ataupun
kalimat yang satu dengan yang lain dan sekaligus menentukan jenis hubungannya. Dan yang
termasuk kata perangkai adalah kata depan dan kata penghubung. Dan keduanya merupakan
bentuk terikat secara sintaksis.
A. Pemakaian Kata dari
Berikut kesalahan dari kata dari :

Contoh: anak dari Pak Camat baru pulang dari luar negeri.
Ketua kelas dari PBSI2013 B hari tidak masuk kelas.
Pemakaian kata dari dicontoh diatas merupakan pemakaian yang salah. Karena hubungan
milik (posesif), yang dapat berhubungan langsung. Jadi pemakaian kata dari dalam contoh
kalimat diatas tidak perlu dipakai. Karena hanya bersifat redundansi (mubazir). Namun berbeda
dengan tujuh fungsi kata dari diatas, Tidak dapat dihapus atau dihilangkan. Karena nanti akan
merubah makna kalimat dan bahkan kalimat tersebut tidak lagi struktural.
B. Pemakaian Kata pada
Kesalahan pemakaian kata perangkai pada yaitu :
Pada papan tulis terdapat tulisan yang salah
Tolong ambikan buku saya pada laci mejaku
Kata perangkai pada diatas seharusnya diganti oleh kata perangkai di.
C. Pemakaian Kata daripada
Kata daripada merupakan kata depan majemuk yang berasal dari bentukan kata dari dan
pada, yang menurut EYD harus ditulis serangkai. Sebagai kata depan, kata daripada hanya
mempunyai satu funsi yaitu untuk menyatakan suatu perbandingan.
Contoh: Ali lebih rajin daripada Hasan.
Akan tetapi sering kita jumpai kata daripada dipakai untuk menggantikan kata dari yang
menyataka milik, baik yang perlu maupun tidak perlu perlu (lihat pemakaian kata dari). Selain
itu juga ada beberapa bentuk pemakaian yang lain, yang kurang tepat. Perhatikan contoh
dibawah ini.
Contoh:1. kebenaran daripada kata-katanya masih sangat diragukan.
2. Dua orang daripada regu karate itu meraih medali emas.
3. Daripada toto, hasan sama tampannya.
Pemakaian kata daripada pada contoh 1 diatas harus dihilangkan karena kata-kata tersebut
disamping merusak hubungan kata atau kelompok kata yang ada didepan dan dibelakangnya,
juga bersifat redundansi. Pemakaian kata daripada pada contoh 3 diatas harus diganti dengan
kata dari. Pemakaian kata daripada pada contoh 3 diatas diganti kata dengan
D. Pemakaian Kata di
Bentuk kata penyimpangan kata depan di yang sering kita jumpai, yaitu:

1. dipakai untuk menyatakan keterangan tempat yang berupa manusia dan binatang.
Contoh: di gajah kita lihat gading.
Kata depan di dalam kalimat di atas seharusnya diganti dengan kata depan pada.
2. dipakai sebagai pengantar subjek dalam kalimat.
Contoh: setiap hari senin di sekolahku mengadakan latihan kesenian.
Apabila kita perhatikan subjek kalimat tersebut adalah sekolahku yang diberi pengantar kata
depan di, maka subjeknya tersebut berubah menjadi funsinya menjadi keterang tempat, sehingga
dapat dikatakan kalimat tersebut tdak baku atau struktural, karena tidak mempunyai subjek.
Jadi cara untuk membuat kalimat tersebut baku dan strukturalsebagai berikut:
1. menghilangkan kata depan di untuk mengangkat dan mengembalikan subjek semula. Dan
berubah menjadi:
- setiap hari senin sekolahku mengadakan latihan kesenian.
2. mengubah predikat menjadi kata kerja pasif, menjadi:
-setiap hari senin, disekolahku diadakan latihan kesenian.
Sekolahku berfungsi sebagai keterangan tempat, sedangkan subjeknya adalah latihan
kesenian. Karena itu kalimatnya menjadi kalimat inversi atau susun balik.
3. menambahkan kata lain yang akan berfungsi sebagai subjek.
- setiap hari senin disekolahku murid-murid mengadakan latihan kesenian.
Kelompok kata yang dicetak miring tersebut (murid-murid) berfungsi
subjek.sedangkan kelompok kata (latihan kesenian) berfungsi sebagai objek penderita.

sebagai

E. Pemakaian Kata ke
Bentuk penyimpangan kata depan ke yang ditulis bersambung misalnya :
Ke sini seharusnya ke sini, Ke mari seharusnya kemari, Kedalam seharusnya ke dalam.
Bentuk penyimpangan yang lain adalah dipakainya kata depan ke untuk menyatakan tempat
terjadinya atau tempat beradanya sesuatu. Contoh :
Ayah mendudukkan adik ke kursi
Cinta meletakkan pensil ke atas meja

Kedua kata di atas harusnya diganti dengan kata depan di dikarenakan kata depan ke diatas
lebih menunjukkan lokatif.
F. Pemakaian Kata dan dan dengan
Adapun bentuk penyimpangan atau kesalahan yang sering terjadi dalam pemakaian kata
penghubung dan antara lain :
1. bersifat redundasi, karena tidak mempunyai fungsi tertentu, bahkan akan merusak sifat
hubungan antarkata yang diselanya:
Dan akhirnya, dia pun pergi meninggalkan rumah itu.
Perbaikannya
akhirnya, dia pun pergi meninggalkan rumah itu
2. Merusak struktur kalimat
Contoh : Dan aku tidak tahu lagi kepada siapa hendak mengadu.
Perbaikannya
aku tidak tahu lagi kepada siapa hendak mengadu.
Adapun bentuk penyimpangan atau kesalahan yang sering terjadi dalam pemakaian kata
penghubung dengan antara lain:
1. bersifat redundasi, karena tidak mempunyai fungsi tertentu, bahkan akan merusak sifat hubungan
antarkata yang diselanya:
Contoh: bersama dengan surat ini saya menyerahkan foto.
Kalimat di atas kurang tepat karena antara kata bersama dengan surat ini, sudah demikian
eratnya dan pasangan tersebut sudah dapat berhubungan langsung. Karena itu, kata penghubung
dengan dalam kalimat di atas lenih tepat dihilangkan.
2. dipakai sebagai akibat pengaruh bahasa jawa (karo)
Contoh: dia sangat baik dengan tetangganya.
Pemakaian kata dengan dalam kalimat di atas lebih tepat diganti dengan kata depan kepada.
Sebab kata atau kelompok kata yang mengikuti kata penghubung dengan di atas, masing-masing
berfungsi sebagai objek berkata depan yang predikatnya berupa kata sifat (sangat baik). Untuk
kata yang berobjek berkata depan, yang predikatnya berupa kata sifat, maka objek tersebut
diantar kata depan kepada.

H. Pemakaian Kata agar dan supaya


Kata penghubung agar berfungsi sebagai pengantar keterangan tujuan dari suatu perbuatan
atau tindakan, sama dengan arti dan fungsi kata penghubung supaya. Perhatikan keslahan pada
contoh berikut:
a. sejak zaman dulu kala orang sudah pandai bercocok tanam.
Kata zaman sama artinya dengan kata kala, sehingga harus kita pakai salah satu saja. Jadi
kalimat yang baku adalah:
-sejak zaman dulu orang sudah pandai bercocok tanam.
-sejak dulu kala orang sudah pandai bercocok tanam.
Juga sering kita jumpai pemakaian bahasa memakai bentukan seperti jikalau seandainya.
Kesalahan ini merupakan kesalahan berganda, karena bentuk gabungan tersebut berasal dari
jikalau yang merupakan bentuk sandi dari jika dan kalau yang keduanya mempunyai arti dan
fungsi yang sama dengan kata seandainya atau misalnya.

B. PILIHAN KATA ATAU DIKSI


Di dalam bahasa Indonesia sering kita jumpai kata-kata yang memiliki kemiripan atau
kesamaan arti atau bentuk. Kata-kata tersebut biasanya dipakai secara bebas sehingga sering
menimbulkan kesalahan. Pemaksaan pemakaian bervariasi tersebut bisa merusak struktur kalimat
apabila tidak kita sesuaikan dengan makna atau maksud kalinat yang sebenarnya. Berikut
terdapat beberapa kata yang memiliki kemiripan atau kesamaan baik isi atau arti ataupun
bentuknya :
A. Pemakaian kata perlombaan dan pertandingan
Kedua kata di atas memiliki kemiripan arti namun keduanya tidak dapat
bervariasi dengan yang lain. Dimana kata perlombaan memilki arti suatu persaingan
untuk mendapatkan kualitas di atas yang lain (peserta lomba tidak saling adu kekuatan
untuk memperebutkan kemenangan) contoh : lomba balap sepeda, lomba lari, lomba
cerdas-cermat, dan lain-lain. Lain halnya dengan pertandingan yang memiliki arti bentuk
adu kekuatan atau keterampilan yang melibatkan kekuatan antara pelawan dengan lawan
untuk mencapai kemenangan. Contoh : pertandingan tenis meja, pertandingan bulu
tangkis, catur, dan lain-lain. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kedua kata ini

sering disalah gunakan pemakaiannya, artinya kata yang lain digunakan untuk kata yang
lain. Misalnya :
1) Dalam perlombaan catur antar negara, Indonesia berhasil menjadi juara pertama
2) Pertandingan balap sepeda di kota Pasuruan akan dilaksanakan bulan depan.
Kedua kalimat di atas adalah kalimat tidak baku atau pemakaiannya salah, jadi
kalimat baku untuk kedua kalimat di atas adalah :
1) Dalam pertandingan catur antar negara, Indonesia berhasil menjadi juara pertama
2) Perlombaan balap sepeda di kota pasuruan akan dilaksanakan bulan depan.
B. Pemakaian kata tidak dan bukan
Pemakaian kata tidak dan bukan sering disalahgunakan Karena kedua kata di atas
memiliki arti sama-sama ingkar. Kedua kata di atas tidak dapat bervariasi dengan kata
yang lain karena memilki fungsi yang berbeda dimana kata tidak dipakai untuk
mengingkari kata kerja, kata sifat dan kata keterangan. Sedangkan kata bukan dipakai
untuk mengingkari kata benda, kata ganti dan kata bilangan. Misalnya :
a) Tidak satu juta harga handphone itu.
b) Setelah kita lihat, mobil itu bukan mewah
Kedua kalimat di atas adalah kalimat tidak baku atau pemakaiannya salah, jadi
kalimat baku untuk kedua kalimat di atas adalah :
a) Bukan satu juta harga handphone itu.
b) Setelah kita lihat, mobil itu tidak mewah.
Namun hal diatas terdapat pengecualian yakni :
1) Dalam kalimat yang bersifat korektif (mengoreksi), kata bukan sering dipakai
untuk mengingkari kata kerja atau kata sifat. Misalnya :
a) Bukan lupa ia mengerjakan pekerjaan itu, melainkan malas.
b) Bukan menyanyi itu, melainkan berteriak.
Namun kata bukan tidak boleh dipakai untuk kalimat yang tidak bersifat
korektif dan tidak boleh untuk mengingkari kata kerja, sifat dan keterangan.
2) Dalam hal pengingkaran ganda kata tidak terkadang dipakai bersama-sama
dengan kata bukan. Artinya kata ingkar bukan dipakai untuk mengingkari
pengingkaran yang dinyatakan oleh kata tidak, sehingga makna yang ditimbulkan
sesuai dengan kata yang diingkarinya. Kalimat bukan tidak mau ia mengerjakan
soal itu, berarti ia mau. Contoh lain:
a) Bukan tidak ingin saya pergi membeli baju hari ini, melainkan tidak punya
uang.
b) Dia bukan tidak berani, melainkan dia adalah anak yang pemalu.
C. Pemakaian kata antar dan antara

Kedua kata di atas memiliki kemiripan makna juga bentuk namun fungsi yang
dimilikinya berbeda, sehingga keduanya tidak dapat bervariasi bebas. Kata antar sebagai
kata tugas yang diikuti satu objek atau hal yang bermakna jamak dan ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata antara dipakai apabila diikuti dua objek
atau dua hal yang biasanya dikomunikasikan dengan pemakaian kata dengan dan kadangkadang didahului kata depan di (antara). Selain itu kata antara memiliki fungsi
menyatakan pemilihan atau alternatif, untuk menyatakan jangka waktu atau ukuran jarak
dan juga dipakai dalam arti kira-kira atau sekitar. Dalam penggunaan yang terakhir yakni
kata antara dipakai dalam arti kira-kira atau sekitar, sebaiknya kata antara jangan dipakai
bersama-sama dengan kata keterangan waktu atau kata keterangan yang lain yang
berakhiran an yang juga berarti kira-kira. Misalnya :
a) Jumlah tenaga kerja di pabrik Indofood antara sembilan ratusan karyawan
b) Dia berangkat dari rumah antara jam sembilanan pagi.
Kedua kata di atas tidak baku karena akhiran an sudah berarti kira-kira, jadi kalau
kita sudah memakai kata antara tidak perlu lagi ditambahi akhiran an atau kata kirakira lagi karena hal tersebut akan mengandung hiperkorek. Misal pada kalimat :
c) Harga mobil mewah itu kira-kira antara satu milyar rupiah.
d) Penjualan hewan kambing dan sapi pada hari raya idul adha kemarin kurang lebih
antara 50-150 ekor.
Kedua kata (c dan d) merupakan kalimat yang tidak baku juga karena
mengandung hiperkorek yakni pemakaian kata antara dengan kata kira-kira, dan kata
antara dengan kata kurang lebih yang memiliki arti yang sama.
Permasalahan kata antara juga erat dengan adanya penggunaan kata antar dalam
kalimat hal tersebut dapat terlihat pada kalimat berikut :
a) Perkelahian sengit terjadi antara suporter sepakbola di lapangan kanjuruhan
kemarin.
b) Sikap acuh tak acuh, saling mencurigai antarmanusia yang satu dengan yang lain
mampu meruntuhkan kerukunan yang telah terjalin.
Kalimat a seharusnya menggunakan kata antar, sedangkan kalimat b seharusnya
menggunakan kata antara.
D. Pemakaian kata krisis dan kritis
Kata krisis berasal dari bahasa Inggris crisis artinya kemelutr atau gawat.
Sedangkan kata kritis berasal dari bahasa Inggris critic artinya pertimbangan atau
penilaian, lalu mendapat akhiran is dalam bahasa Indonesia menjadi kritis yang artinya

sifat memepertimbangkan atau menilai. Jadi kedua kata krisis dan kritis merupakan kedua
kata yang mempunyai kesamaan perangai (sama-sama kata sifat) namun tidak
mempunyai kesamaan arti dan bentuk. Namun dalam penggunaan kedua kata di atas
sering disalahgunakan misalnya:
a) Keadaan pasien itu sudah sangat kritis.
b) Alex adalah siswa paling krisis di kampus.
Kedua kalimat di atas adalah kalimat yang tidak efektif atau tidak baku. Apakah
keadaan pasien dapat menilai atau mempertimbangkan? Dan apakah Alex adalah siswa
yang nilai pelajarannya jelek? Hal tersebut tidaklah mungkin karena kata krisis
digunakan untuk menerangkan kesifatan suatu keadaan atau kondisi, sedangkan kata
kritis dipakai untuk menerangkan sikap seseorang. Jadi kalimat yang benar untuk kalimat
a, dan b di atas adalah :
a) Keadaan pasien itu sudah sangat krisis.
b) Alex adalah siswa paling kritis di kampus.
E. Pemakaian Kata Kami dan Kita
Kata kami dan kita adalah kata ganti orang pertama jamak namun arti dan
fungsinya berbeda. Kata kami untuk orang pertama jamak yang berarti bahwa orang yang
digantikan hanyalah orang yang berbicara dan anggotanya. Sedangkan kata kita aalah
kata ganti orang pertama jamak yang menggantikan baik orang yang berbicara maupun
orang yang diajak berbicara. Namun dalam kenyataannya sering terjadi kesalahan dalam
penggunaan keduanya yakni :
1) Kata kami dipakai di dalam kalimat yang seharusnya memakai kata kita dan
sebaliknya. Contoh :
a) Kita berlima masih melakukan penelitian pak, kata seorang mahasiswa
kepada dosennya.
b) Dengan ini kami memebritahukan bahwa kiriman dari bapakmsudah kami
terima
Kedua kalimat di atas salah dan kalimat yang benar adalah :
a) Kami berlima masih melakukan penelitian pak, kata seorang mahasiswa
kepada dosennya.
b) Dengan ini kita memberitahukan bahwa kiriman dari bapak sudah kita
terima
2) Kata kami dan kita dipakai dalam bentuk perulangan sehingga timbul gejala
hiperkorek atau berlebihan.
Contoh :
a) Kita kita ini adalah generasi muda penerus perjuangan bangsa

b) Kami- kami ini adalah petugas penyuluhan KB dari kecamatan, kata salah
seorang penyuluh dari kecamatan
3) Kata kami dan kita langsung diikuti oleh kata keterangan kuantitatif semua dan
sekalian.
Contoh :
a) Kami semua siap mengikuti perintah komandan
b) Kita sekalian harus taat beribadah kepada Tuhan Y.M.E
Terkadang kita temui kalimat seperti berikut ini :
a) Kami, semua, mengerjakan tugas di Perpustakaan.
b) Kita, sekalian, harus rajin belajar.
Apakah dua kalimat tersebut salah atau benar? Jawabannya adalah benar
dimana kata semua dan sekalian pada dua kalimat di atas tidak langsung
menerangkan kata yang ada di depannya, tetapi merupakan keterangan
tambahan yang berdiri sendiri.
Dalam kehidupan berbahasa sehari-hari sering kita jumpai penggunaan kata
kami dan kita sebagai pengganti kata ganti orang pertama tunggal untuk alasan
lebih menghormati, namun sebetulnya bila kita perhatikan makna serta fungsinya
kata kami dan kita tidak memiliki rasa istimewa sehinga bisa menggantikan
kedudukan kata saya. Kata saya sendiri sudah mengandung kesopanan lebih tinggi
daripada aku, sehingga kata saya memiliki tingkat kesajajaran yang sama dengan
kata kami dan kita. Jadi sebaiknya kata ganti untuk orang pertama tunggal yang
baik adalah kata saya, bukanlah kata kami dan kita dikarenakan kedua kata itu
adalah kata ganti orang pertama jamak.
F. Pemakaian kata suatu dan sesuatu
Kedua kata di atas adalah kata ganti tak tentu, namun sifat ketidaktentuannya
berbeda. Karena sifat ketidaktentuannya inilah yang sering disalahgunakan dalam
pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari baik lisan maupun tulisan. Dimana kata ganti
suatu adalah kata ganti tak tentu yang sifat ketidaktentuannya terletak pada jenis benda
atau hal yang digantikannya secara umum atau berupa superordinat (belum diketahui
secara pasti). Kata ganti suatu tidak dapat menduduki jabatan tertentu tanpa bantuan kata
lain.
Contoh : Rani sedang mengerjakan suatu pekerjaan
Maksudnya Pekerjaan yang dikerjakan rani masih bersifat umum dan masih belum
diketahui.
Berikut kesalahan pemakaian kata ganti tak tentu suatu dalam kehidupan sehari-hari :

Mereka sedang membahas suatu masalah tugas stilistika.


Pak kadir mengadakan rapat di suatu balai desa Pohjentrek.
Yasda pergi ke dapur untuk mencari suatu piring.
Lantas mengapa ketiga kalimat di atas salah dikarenakan kata ganti suatu harus

diikuti oleh benda atau hal yang bersifat umum dan superordinat sedangkan pada ketiga
kalimat di atas diikuti oleh benda atau hal yang bersifat khusus dan jelas diketahui.
Kata ganti sesuatu adalah kata ganti tak tentu yang sifat ketidaktentuannya
terletak pada benda atau hal yang digantikannya. Bukan pada jenis benda atau hal yang
digantikannya. Mengingat hal yang digantikan oleh kata ganti sesuatu adalah hal yang
tidak pasti atau tidak tentu maka dalam pemakaiannya tidak boleh diikuti langsung oleh
benda atau hal yang digantikan baik sudah pasti jenisnya maupun belum. Perhatikan
contoh berikut :
Pria tampan itu sedang memikirkan sesuatu
Dari contoh di atas terlihat bahwa kata ganti tak tentu sesuatu tidak membutuhkan kata
lain untuk menjadi objek dan apabila ingin ditambahkan keterangan (benda atau hal yang
digantikan) maka harus berupa anak kalimat yang sama - sama menduduki objek bersama
kata ganti tak tentu sesuatu. Misal pada contoh:
Pria tampan itu sedang memikirkan sesuatu yang merisaukan hatinya.
Apabila jenis persoalan, rencana, dan masalah dalam sebuah kalimat sudah pasti atau
tentu maka kata ganti sesuatu dan suatu tidak boleh dipakai. Misalnya :
Orang tua itu sedang memikirkan nasib cucunya.
Berikut kesalahan penggunaan kata ganti tak tentu suatu dan sesuatu dalam kehidupan
sehari-hari :
Pemuda itu sedang memikirkan sesuatu persoalan.
Kakek sedang membicarakan sesuatu rencana ulang tahun cucunya.
Paman membisikkan suatu ke telinga bibi.
Ketiga kalimat di atas adalah kalimat yang tidak baku, kalimat yang baku menurut

teori di atas adalah :


Pemuda itu sedang memikirkan suatu persoalan.
Kakek sedang membicarakan rencana ulang tahun cucunya.
Paman membisikkan sesuatu ke telinga bibi.

G. Bentuk Formal dan Tidak Formal


Bentuk Formal adalah bentuk pemakaian bahasa (baik lisan ataupun tulisan) yang
senantiasa berdasar pada norma atau kaidah yang berlaku dan digunakan dalam suasana
formal atau resmi dalam suasana pembicaraan yang sungguh - sungguh. Sedangkan
bentuk tidak formal adalah bentuk bahasa yang digunakan dalam suasana pembicaraan

yang tidak resmi dan tidak sungguh-sungguh. Unsur yang ditekankan adalah suasana
keakraban, saling dimengerti dan santai serta bebas. Tidak formalnya suatu bentuk bahasa
adalah :
a. Bentuk kata
1) Memakai verba dasar bebas tanpa menggunakan afiksasi (terutama prefiks)
Contoh : Saya sudah baca novel itu, saya kerja di Surabaya, dan lain lain.
Lantas bagaimana dengan kalimat Baca novel ini sampai tamat!, kalimat
tersebut termasuk kalimat formal dikarenakan kalimat itu adalah kalimat
imperatif.
2) Mengambil bentuk kata dengan proses nasalisasi misalnya pada kata nulis,
nangis, ngalamar, ngambil, dan lain-lain
b. Pilihan kata atau diksi
Di dalam bahasa Indonesia sering kali kita temukan padanan kata atau sinonim,
namun kata yang bersifat sinonim belum tentu dapat bervariasi secara bebas karena
fungsi dan artinya belum tentu sama. Misalnya :
Rempeyek lezat ini bikinan saya sendiri (Formalnya buatan)
Barusan dia pergi ke pasar (formalnya baru saja)
c. Variasi fonem e pepet dan gejala paragoge fonem k
Ciri lain bentuk tidak formal bahasa Indonesia adalah pemakaian huruf e pepet
dengan fonem lain khususnya fonem a pada akhir kata. Hal ini dipengaruhi oleh
bahasa Melayu. Misalnya :
Saya berharap apa yang kamu katakan adalah hal yang bener (formalnya
benar)
Saya belum sempet belajar fisika kemarin. (formalnya sempat)
Selain itu kita juga sering menjumpai gejala paragoge berupa penambahan fonem k
pada akhir kata misalnya :
Semoga selamat sampek tujuan (formalnya sampai)
Kelihatannya dia sangat capek (formalnya capai)
C. BANGUN KALIMAT TIDAK BAKU DAN ANALISISNYA
Kalimat yang tidak baku adalah kalimat yang dari segi bentuknya tidak memenuhi
persyaratan sebuah kalimat, sedangkan dari segi isinya tidak mampu menjadi sarana komunikasi
sempurna. Kalimat yang tidak baku, dapat saja berupa kalimat yang tidak efektif, tidak normatif,
dan tidak logis. Suatu kalimat dikatakan tidak efektif apabila kalimat itu tidak memberikan
pengertian kepada pendengar atau pembaca sesuai dengan maksud penulis atau penuturnya.

Kalimat yang tidak normatif, adalah kalimat yang tidak memenuhi norma-norma pembuatan
kalimat, misalnya unsur minimalnya tidak terpenuhi, dan sebagainya. Sedangkan kalimat yang
tidak logis, adalah kalimat yang hubungan antara makna gramatikal dengan makna leksikalnya
tidak sesuai atau tidak logis.
A. Kalimat Tidak Efektif
Ada beberapa faktor yang menentukan efektif dan tidak nya suatu kalimat. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Pemakaian tanda baca
Tanda baca atau tanda diakritik, adalah suatu alat kalimat yang berupa tanda-tanda ekstra
lingual seperti (,), titik (.), tanda seru (!), dan sebagainya yang sangat besar peranannya
dalam menentukan makna kalimat. Perhatikan beberapa contoh kalimat dibawah ini.
Contoh:
a. Adik paman Amir akan pergi bersama-sama ayah.
ketidakefektifan kalimat di atas disebabkan adanya keraguan makna, tentang
siapa yang akan pergi bersama-sama ayah, adik, paman, dan Amir, adik paman dan
Amir, adik dan paman Amir, atau seseorang dari paman Amir. Untuk memastikan
maknanya, maka kalimat b di atas dapat diubah dengan memberikan tanda koma
sebagai berikut.
b. Adik paman Amir, akan pergi bersama-sama ayah. (seorang adik dari paman
Amir)
b. Adik, Paman Amir, akan pergi bersama-sama ayah. (ketiganya yaitu adik,
paman,Amir)
b. Adik paman, Amir, akan pergi bersama-sama ayah. (dua orang yaitu adik paman,
dan Amir)
b. Adik, paman Amir, akan pergi bersama-sama ayah. (dua orang yaitu adik dan
paman Amir)

2. Bentuk Kata
Bentuk kata di sini adalah perubahan suatu kata. Dalam bahasa Indonesia ada tiga unsur
pembentuk kata, yaitu imbuhan (afiks), perulangan (reduplikasi), dan pemajemukan
(komposisi). Semua perubahan bentuk kata tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap
makna suatu kata. Sebab setiap perubahan bentuk kata akan selalu membawa atau
mengakibatkan perubahan makna. Ketidaktepatan pemakaian bentuk kata dalam suatu
kalimat, akan menyebabkan kalimat itu tidak efektif, dan bahkan tidak komunikatif.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini.
Contoh:
Mereka telah diberikan bantuan oleh pemerintah.
Bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat di atas, seharusnya adalah diberi,
sebab mereka yang menjadi tujuan dari perbuatan beri, dan bukan yang akan dikenai
pekerjaan beri atau yang akan diberikan. Bentuk kata diberikan dapat dipakai apabila
subjek kalimat diatas adalah bantuan, sehingga mereka akan berfungsi sebagai objek
penyerta (O2).
Jadi kalimat di atas seharusnya adalah:
b. Mereka telah diberi bantuan orang pemerintah, atau:
b. Bantuan telah diberikan pemerintah kepada mereka.
Akhirnya, dari uraian di atas jelaslah bahwa bentuk kata mempunyai peranan yang
sangat penting dan membentuk atau menentukan makna kalimat. Sebab setiap
perubahan bentuk kata akan menimbulkan perubahan arti dan mungkin juga fungsi
kata tersebut.
3. Urutan kata
Urutan kata adalah penempatan kata atau kelompok kata sesuai dengan fungsi yang
dimilikinya. Di dalam kalimat, kata atau kelompok kata yang memiliki fungsi-fungsi
tertentu akan menduduki pola urutan atau susunan tertentu pula. Penempatan kata atau

kelompok kata yang tidak sesuai dengan fungsi dan artinya, akan menyebabkan kalimat
itu tidak efektif. Perhatikan contoh berikut ini:
Persoalan itu kami sudah membicarakannya dengan Bapak Kepala Sekolah.
Ketiaktepatan urutan kata dalam kalimat di atas, pada umumnya sebagai akibat
adanya pengaruh struktur bahasa asing, khususnya struktur bahasa Inggris. Urutan
kata seperti dalam contoh-contoh di atas merupakan susunan kalimat yang selain
tidak efektif juga tidak normatif. Perhatikan analisis berikut ini.
Dengan struktur yang demikian, maka kalimat tersebut mempunyai dua subjek
(persoalan itu dan kami) yang tidak berhubungan satu dengan yang lain. Kalimat
tersebut sebetulnya merupakan bentukan rancu dari kalimat pasif (persoalan itu kami
bicarakan) dan kalimat aktif (Saya membicarakan persoalan itu dengan Bapak Kepala
Sekolah). Apabila kita hendak membentuk kalimat pasif yaitu dengan persoalan itu
sebagai subjek, maka kalimatnya bersusun sebagai berikut:
a. Persoalan itu sudah kami bicarakan dengan Bapak Kepala Sekolah.
4. Pilihan Kata
Di depan telah dikatakan bahwa banyak kata yang bersinonim satu dengan yang lain.
Dikatakan pula bahwa sinonim dalam bahasa Indonesia merupakan sinonim semua. Ini berarti
bahwa kata-kata yang bersinonim itu pada umumnya hanya mempunyai kemiripan makna,
sehingga masing-masing tidak dapat bervariasi secara bebas tanpa menimbulkan perubahan arti.
Dalam menyusun suatu kalimat, kita harus memilih salah satu di antara kata yang bersinonim,
yang maknanya sesuai dengan makna lingkungan kalimat yang kita kehendaki. Pemilihan kata di
antara kata-kata yang bersinonim yang tidak tepat, akan menimbulkan kalimat tersebut tidak
efektif. Kata membetulkan dan membenarkan, misalnya, merupakan pasangan kata yang
bersinonim. Namun dalam suatu kalimat, kedua kata tersebut mempunyai perbedaan makna yang
justru fundamental. Perhatikan kedua kalimat berikut ini.
1. Guru membetulkan jawaban muridnya.
2. Guru membenarkan jawaban muridnya.

Kata membetulkan dalam kalimat nomor 1 mengandung arti bahwa jawaban murid itu salah, dan
dibuat menjadi betul. Sedangkan kata membenarkan dalam kalimat nomor 2, berarti bahwa
jawaban murid tersebut sudah benar. Jadi membenarkan di situ berarti guru mengantakan benar.
B. Kalimat Tidak Normatif
Suatu kalimat yang dikatakan tidak normatif, apabila kalimat tersebut tidak memenuhi
persyaratan struktural. Persyaratan struktural yang akan dibahas dalam sup bab ini,
khususnya yang menyangkut unsur fungsional (fungsi-fungsi tertentu dalam suatu kalimat
yang diduduki oleh kata atau kelompok kata, yang dibedakan atas unsur inti dan unsur
tambahan).
Setiap kalimat mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu, sesuai dengan konsep makna
yang hendak dinyatakan dan sesuai dengan jenis kalimat yang mendukungnya. Kalimat
transitif, misalnya mempunyai persyaratan minimal SPO, dan kalimat intransitif mempunyai
persyaratan

SP.

Ketidakseimbangan

antar

konsep

makna

dengan

bentuk

yang

mendukungnya, merupakan faktor yang menyebabkan kalimat tersebut tidak normatif. Salah
satu persyaratan minimal suatu jenis kalimat tidak terpenuhi, kalimat itu tidak normatif.
Contoh :
-

Untuk masyarakat desa yang bermata pencaharian bertani masih memerlukan


perhatian pemerintah.

Unsur pokok yang dihilangkan dalam kalimat di atas adalah subjek. Subjek kalimat tersebut
hilang sebagai akibat dipaksanya kata depan untuk. Sebagai pengantar kata atau kelompok kata
yang sebenarnya berfungsi subjek. Karen itu di dalam kalimat tersebut diperlukan subjek supaya
kalimat tersebut normatif. Untuk itu ada beberapa cara yang bisa kita gunakan, yaitu:
mengubah predikatnya menjadi kata kerja aktif.
-

Untuk masyarakat desa yang bermata pencaharian bertani, masih diperlukan


perhatian pemerintah
Subjek

C. Kalimat Tidak Logis

Di atas telah dikatakan bahwa logis atau tidaknya suatu kalimat ditentukan oleh
hubungan antara makna gramatikal kalimat tersebut dengan makna leksikal kata-kata
yang membentuknya. Perhatikan contoh kalimat tak logis dibawah ini:
-

Yang merasa kehilangan barang harap diambil di kantor sekretariatan.

Melihat fungsi kelompok kata yang merasa kehilangan barang dan bentuk kalimatnya,
maka kelompok kata tersebutlah yang dikenai pekerjaan diambil, bukan barangnya yang
hilang. Padahal mereka yang merasa kehilangan barang lah yang harus mengambil
mengambil barang itu di sekretariat. Jadi kalimat tersebut seharusnya berbunyi:
-

Yang merasa kehilangan barang, harap mengambilnya di kantor sekretariat.

You might also like