You are on page 1of 144

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT


(Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA,
Bogor)

Oleh:
NADIA LARASATI UTAMI
A14104085

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

RINGKASAN
NADIA LARASATI UTAMI. A14104085. Analisis Kelayakan Usaha Serbuk
Minuman Instan Berbasis Tanaman Obat (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat dan
Spa Kebugaran SYIFA, Bogor). Dibawah bimbingan HARIANTO.

Biofarmaka merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan sebagai


minuman instan. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh produk minuman instan
berbahan baku biofarmaka antara lain : terbuat dari bahan-bahan alami, memiliki
aspek fungsional, bagi kesehatan dan rasa yang enak, praktis dalam penggunaan,
dan dapat dikonsumsi oleh setiap aspek mayarakat.
Aspek kemudahan dalam penyajian, penyimpanan, dan transportasi
merupakan nilai tambah yang dimiliki produk minuman instan dibandingkan
minuman ringan biasa yang berbentuk cair. Keunggulan bentuk serbuk minuman
instan adalah kemampuan untuk larut tanpa melibatkan pengadukan secara
manual, dengan syarat semua komponen mudah larut dalam air.
Permintaan terhadap minuman instan akhir-akhir ini mulai meningkat setelah
krisis ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan persentase alokasi pengeluaran
masyarakat terhadap produk minuman instan yang meningkat.
Bisnis minuman instan berbahan baku tanaman obat dari tahun ketahun
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didukung dengan adanya
pola back to nature. Produk minuman instan bukan hanya sebagai minuman
penyegar juga sebagai minuman yang memiliki aspek fungsional bagi kesehatan,
yaitu menjaga kesegaran tubuh. Adanya peningkatan ini ditandai dengan
peningkatan produk-produk minuman instan berbasis tanaman obat yang
diproduksi oleh beberapa industri jamu dan farmasi diseluruh Indonesia.
TAMAN SYIFA adalah perusahaan baru yang bergerak dalan usaha
pembuatan dan pemasaran produk herbal beberapa komoditas tanaman obat. Salah
satu cabang produk herbal tersebut adalah pembuatan dan pemasaran serbuk
minuman instan berbasis tanaman obat. Serbuk minuman instan tersebut terdiri
dari enam komoditas, yaitu ; serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman instan
kunyit, serbuk minuman instan kencur, serbuk minuman instan temulawak, serbuk
minuman instan temu putih, dan serbuk minuman instan ramuan secang wangi.
Serbuk tersebut dikemas dalam bungkus menarik dan dijajakan sebagai serbuk
instan untuk minuman. Dalam menjalankan usaha tersebut, perusahaan ini belum
melakukan analisis kelayakan terhadap usaha yang dijalankannya, sehingga belum
dapat diketahui apakah usaha ini mendatangkan keuntungan atau kerugian.
Sedangkan perusahaan telah melakukan biaya investasi yang cukup besar. Untuk
itu, penulis bermaksud untuk melakukan studi kelayakan pada cabang usaha
pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan pada perusahaan ini.
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah : 1)
Menganalisis kelayakan usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan
perusahaan TAMAN SYIFA, 2)Menganalisis kelayakan finansial usaha
pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA,
3) Menganalisis sensitivitas usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman
instan perusahaan TAMAN SYIFA, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.

iii

Dilihat dai aspek teknis, pasar, hukum, sosial, dan lingkungan, TAMAN
SYIFA dapat dikatakan layak untuk terus dijalankan. Namun, aspek manajemen
dan aspek finansial membuat TAMAN SYIFA dinilai tidak layak sehingga perlu
perbaikan usaha.
Berdasarkan analisis finansial usaha serbuk minuman instan berbasis
tanaman obat pada TAMAN SYIFA memperoleh NPV < 0 yaitu sebesar Rp 50.89.149 yang artinya bahwa usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman
obat pada TAMAN SYIFA ini dinilai tidak layak. Pada usaha serbuk minuman
instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA ini diperoleh nilai Net B/C =
0 yang menyatakan bahwa usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat
pada TAMAN SYIFA dinilai tidak layak. IRR dan PBP yang diperoleh dari
analisis finansial penelitian ini tidak terdefinisi. Hal ini tentunya mendukung
keputusan bahwa keputusan investasi untuk usaha ini pada awalnya adalah
keputusan yang salah. Lebih baik menginvestasikan dana di bank daripada untuk
pengembangan usaha ini Dengan kriteria analisis ini, mengindikasikan bahwa
modal yang diinvestasikan tidak ada periode pengembalian investasinya karena
tidak menghasilkan keuntungan.
Dari hasil ananlisis switching value yang ada, diketahui bahwa usaha serbuk
minuman instan di TAMAN SYIFA dapat menjadi layak untuk dijalankan bila
TAMAN SYIFA mampu menaikkan total nilai penjualan 56 persen. Total
penjualan itu dapat dinaikkan jika TAMAN SYIFA memproduksi produk lebih
banyak atau meningkatkan harga per kemasan yang dijual.
Berdasarkan hasil pemikiran, peningkatan harga akan dirasakan tidak
masuk akal karena dianggap terlalu tinggi untuk daya beli masyarakat. Oleh sebab
itu, peningkatan penjualan bisa dilakukan dengan peningkatan jumlah produksi.
Asumsi cateris paribus, maka TAMAN SYIFA harus meningkatkan produksi
serbuk minuman instan jahe menjadi 370 persen; atau serbuk minuman instan
kunyit 800 persen; atau serbuk minuman instan kencur 900 persen; atau serbuk
minuman instan temuputih 1550 persen; atau serbuk minuman instan secang
wangi 730 persen; atau meningkatkan produksi serbuk minuman instan seluruh
komoditas serempak sebesar 130 persen.
Selain itu, TAMAN SYIFA dapat menurunkan biaya tenaga kerja.
TAMAN SYIFA dinilai memiliki kelebihan tenaga kerja. Ada karyawan yang
dirasakan tidak perlu ada apabila mengingat usaha TAMAN SYIFA yang masih
dikategorikan berskala kecil. Oleh sebab itu, usaha serbuk minuman instan di
TAMAN SYIFA dapat menjadi layak untuk dijalankan bila TAMAN SYIFA
mampu menurunkan biaya tenaga kerja sebesar 45 persen.
Total penerimaan (TR) serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang
dijalankan TAMAN SYIFA pada saat ini lebih kecil dari nilai total biaya
variabelnya. Kondisi ini memberikan isyarat pada TAMAN SYIFA untuk
menutup usahanya. Namun, apabila perusahaan mampu mengurangi biaya tenaga
kerja sebesar 45 persen, maka TAMAN SYIFA dapat terus membuka usahanya.
TAMAN SYIFA juga dapat terus membuka usahanya apabila biaya tenaga kerja
tidak diperhitungkan sebagai biaya variabel.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa usaha serbuk minuman instan
berbasis tanaman obat adalah usaha yang menjanjikan. Dilihat dari aspek pasar,
aspek teknis, aspek sosial, aspek lingkungan, dan aspek hukum, usaha serbuk
minuman instan berbasis tanaman obat yang dijalankan TAMAN SYIFA dinilai

iv

layak. Namun, dilihat dari aspek manajemen yang terjadi di internal TAMAN
SYIFA sendiri membuat usaha ini tidak layak.
Secara finansial, usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang
dijalankan oleh TAMAN SYIFA dinilai tidak layak. Proses usaha yang akan
terjadi selama kurun umur proyek akan menghasilkan kerugian. Oleh sebab itu,
perlu adanya perbaikan usaha.
Berdasarkan hasil analisis switching value, TAMAN SYIFA harus
meningkatkan penjualan dengan meningkatkan jumlah produksi atau dengan
membatasi jumlah karyawan agar usahanya dapat dinilai layak untuk terus
dilanjutkan.
Sehingga saran yang dapat diberikan adalah 1) Untuk pemilik TAMAN
SYIFA, diharapkan mampu meningkatkan omzet dengan meningkatkan
penjualan. Selain itu, perusahaan juga dapat mengurangi biaya tenaga kerja
dengan membatasi jumlah karyawan. Hal ini adalah cara perbaikan usaha agar
usaha dapat dinilai layak untuk terus dijalankan, 2) Untuk masyarakat yang
hendak menjalankan usaha ini harus memperhatikan betul biaya yang dikeluarkan;
baik biaya investasi ataupun biaya operasional. Penerimaan harus lebih besar dari
pengeluaran. Dan sebelum usaha dijalankan, lebih baik dibuat analisis kelayakan
usahanya terlebih dahulu, sehingga diperoleh masukan yang matang tentang
perencanaan usaha.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA


SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT
(Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA,
Bogor)

Oleh:
NADIA LARASATI UTAMI
A14104085

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL :

Analisis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis


Tanaman Obat (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat dan Spa
Kebugaran SYIFA, Bogor)

NAMA :

Nadia Larasati Utami

NRP

A14104085

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Harianto, MS


NIP. 131.430.801

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr


NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL


ANALISIS

KELAYAKAN

USAHA

SERBUK

MINUMAN

INSTAN

BERBASIS TANAMAN OBAT (STUDI KASUS:KOLEKSI TAMAN OBAT


DAN SPA KEBUGARAN SYIFA, BOGOR) ADALAH BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

Nadia Larasati Utami


A14104085

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 23 April 1987 sebagai anak


pertama dari 2 bersaudara pasangan Bapak Sunarto dan Ibu Zurnelly. Penulis
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Bina Insani dan lulus pada tahun
1999. Sekolah menengah tingkat pertama dilalui penulis di SMPN 1 Bogor dan
lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas
di SMUN 3 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama pula penulis
diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur USMI.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa kegiatan organisasi
seperti BEM TPB IPB, Gema Almamater, Agriaswara, dan MISETA. Penulis juga
pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Sosiologi Umum.
Selain itu, penulis pernah memperoleh beberapa prestasi yaitu :
Memperoleh dana pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian
Masyarakat 2008, Pemenang Anugerah Youth National Science And Technology
Award 2007 oleh Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Juara II Lomba Debat Krisis Pendidikan
CRISPI oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa

Institut

Pertanian Bogor 2007, Finalis Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa Tingkat


Nasional Bidang Kesejahteraan Masyarakat oleh Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Akademik 2007,
Memperoleh dana pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian 2007,

ix

Memperoleh dana pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penulisan Ilmiah


2007, Juara Pertama Lomba Inovasi IPTEK Mahasiswa Tingkat Nasional oleh
Kementrian Riset dan Teknologi serta Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gajah
Mada 2006, Pemecahan Rekor MURI RAMPAK GITAR, Pemenang Setara
Emas Dalam Presentasi Program Kreativitas Mahasiswa Pada Pekan Ilmiah
Mahasiswa Nasional XIX oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2006.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkat Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian. Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua
pihak terutama Dosen Pembimbing skripsi penulis Dr. Ir. Harianto, MS yang telah
membimbing dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi

yang

berjudul

ANALISIS

KELAYAKAN

USAHA

SERBUK

MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (STUDI KASUS :


KOLEKSI TAMAN OBAT DAN SPA KEBUGARAN SYIFA, BOGOR).
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat begi semua pihak termasuk
penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga
mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di
masa mendatang.

Bogor, Mei 2008

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih


kepada:
1. Papi, Ibu, dan Tika. Semoga kalian percaya bahwa semua yang telah dan
akan ku lakukan, selain untuk TUHAN ku, adalah untuk kalian. Tidak ada
yang ku pinta selain kepercayaan dan dukungan penuh atas tiap langkah yang
ku ambil.
2. Dr. Ir. Harianto, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan kebijaksanaan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Jajah K. Wagiono selaku Dosen Penguji Utama pada sidang penulis
atas masukan dan saran yang diberikan.
4. Arif Karyadi, SP selaku Dosen Penguju Wakil Departemen pada sidang
penulis atas masukan dan hubungan yang baik selama penulis duduk di
bangku kuliah.
5. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.
6. Dr. drh. Umi Cahyaningsih selaku pemilik TAMAN SYIFA beserta staff
tempat penulis melakukan penelitian.
7. Ibu Tintin, SP dan Feryanto W. Karo-Karo, SP atas saran dan masukannya.
8. Ibu Etriya, SP, MM atas bimbingan yang tidak terputus untuk penulis, dari
mulai bimbingan perlombaan hingga bimbingan dalam aspek lain kehidupan.
9. Seluruh dosen Departemen Agribinis. Untuk Ibu Ir. Dwi Rachmina, MSi, Ibu
Dra. Yusalina, dan dan Ibu Eva Yolynda, SP, MM (Makasih telah menjadi ibu
ku di jurusan).

xii

10. Mbak Dian, Mbak Dewi, Teh Ida, Ibu Yoyoh, Bapak Yusuf, dan staff
Departemen Agribisnis. Tanpa kalian hidup ku di kampus tidak akan seperti
ini. Because of u, I feel blessed.
11. Seluruh bagian dari kemahasiswaan IPB; Bapak Dr. Rimbawan, Bapak
Bambang Riyanto, S.Pi, M.Si, Ibu Neni Sumari, SH, Ibu Ari, Ibu Keri
Watisih, SH, Bapak Suparta. Terima kasih untuk bimbingan dan
kesempatannya selama ini.
12. Ibu Dr. Ir. Dwi Hastuti, MSc yang selama ini telah menjadi Ibu Penulis di
kampus.
13. Bapak Dr. Suryo Wiyono, MSc, M. Agr atas bimbingan selama proses
perlombaan-perlombaan yang penulis lakukan.
14. Bapak Kikin, Bapak Dwigun, Bapak Dr. Naik Sinukaban, dan Bapak Dr. Hadi
atas bantuan dan kesediannya untuk menjadi nara sumber pembuatan karya
tulis yang pernah penulis lakukan.
15. Viona Mayasari atas kesediannya menjadi pembahas pada seminar penulis.
16. Keluarga besar Sugiman dan Keluarga Besar Sidi Bachtiar atas apresiasi dan
semangat yang diberikan.
17. Seluruh guru yang pernah mengajar penulis, baik secara formal maupun
sebagai guru-guru kehidupan. Guru-guru di SD Bina Insani, Ambu, Guru-guru
SMPN 1 dan SMUN 3 Bogor.
18. Keluarga Cimanggu. Papah, Mamah, Bayu, dan Dwiki. Terima kasih atas
semua yang diberikan selama hampir 4 tahun di kehidupan penulis.
19. Randy Kelana. Terima kasih telah membuat penulis pernah merasa dicintai.

xiii

20. Seluruh kelompok perlombaan yang pernah penulis ikuti: Irfanni, SP; Andrea
Emma, SP; Dedi Purnomo, SP; Nugraha Arief; Dian Kristiyani, SP; Medina
Rachma, SP; M. Aliy Abdulloh, Ariani Dian, Tantri Dewi, Gangga, Tim
PKMP Kerabang Telur. Beruntung aku disandingkan dengan kalian.
21. Teman-teman satu Desa Langkap, Bumiayu, Kab. Brebes. Ida, Ipik, Ashar,
Piko, Tere. Terima kasih atas persahabatan di titik terlemah ku.
22. Teman-teman satu bimbingan akademik : Dika, Rangga, Anggoy, Doni, dan
Harritz.
23. Teman-teman satu bimbingan skripsi : Yustika, Adis, Evan, Opik. Semangat!
24. Fanny Sefta dan Nurhayati Zaenal atas persahabatan terutama selama
penelitian di TAMAN SYIFA.
25. Teman-teman asrama A1 lorong 3, terutama penghuni kamar 47. Ina, Neta,
dan Galih. Miz u so much..
26. Purdiyanti Pratiwi atas stimulus awal penulis, Dian Kristiyani atas
kesediannya menjadi Dika dalam hidup penulis, Kammala Afni atas
persahabatan yang unik, Nugraha Arief dan M. Aliy atas semua yang telah
dilewati. Menik, Suci, Sastro, dan Tere atas kehidupan bersama di atas loteng
Ibu Soraya, PNS and the gang, kalian semua..
27. Adik-adik praktikan Mata Kuliah Sosiologi Umum.
28. Teman-teman AGB 41, terima kasih atas kebersamaan dan kekeluargaan
selama kurang lebih 4 tahun.
29. Kakak kelas AGB 40 dan AGB 39, terutama untuk Aswab Mahasin, SP;
Yayah, SP; dan Vedy Panduwirawan, SP yang telah begitu banyak
memberikan bantuan selama penulis kuliah.

xiv

30. Adik-adik kelas AGB 42 dan AGB 43. Semangat terus untuk growing the
future...
31. Teman-teman BEM TPB 41, MISETA 2007/2008, Agriaswara, dan Gema
Almamater.
32. Teman-teman SD Bina Insani, teman-teman SMPN 1 Bogor, dan teman-teman
SMUN 3 Bogor (khususnya program akselerasi).
33. Roger, Fotokopian Prima, Bapak Satpam Fateta, Bubur Ayam Madura,
Yunani, Bang Ucok, dan semua penguni Bara yang memberikan arti tidak
sedikit untuk penulis.
34. Keluarga besar baru ku. Bapak, ibu, kakak, adik, dan saudara baru ku. Terima
kasih atas doa dan penguatannya.
35. Kak Yuli, Kak Rudie, Kak Febi, Kak Lusi, Darrel, dan Evan. Hanya TUHAN
yang mampu membalas segala kebaikan kalian.
36. Mbok ku, Ibu Tien. Terima kasih atas segalanya. Pengen banget bisa manjamanjaan terus..
37. Abang Marlon atas kesediannya menjadi abang.
38. True Worshippers, Giving My Best, Hillsong, dan Kalian Semua yang
menemani hati ini lewat karya kalian. Transfer semua yang N butuhkan
dalam tiap larutnya malam. Makasih untuk penguatan yang SELALU TEPAT.
Makasih..
39. Mas Antok. Matur nuwun sanget atas kasih dan sayangnya. Terima kasih atas
tiap omelan dan dukungan. Terima kasih untuk tiap senyum dan rengutan.
Terima kasih atas keseluruhan hidup mu. Your life is GODs Gift for me..

xv

40. Semua pihak yang telah membantu yang tak bisa disebutkan satu persatu oleh
penulis
41. The last is for

YOU. ALLAHku. Kusadari bahwa semua karena dan

untukMU. Iam nothing without YOU, LORD.. Love you so Much. Thanks for
being my everythings. Dan makasih karena terus menjadikan N dalam pikiran
dan hati MU..luvUluvUluvUluvU

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. xix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xx
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 8
1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jahe................................................................................................................... 9
2.2 Kencur .............................................................................................................. 13
2.3 Kunyit............................................................................................................... 14
2.4 Temulawak....................................................................................................... 15
2.5 Temuputih ........................................................................................................ 17
2.6 Secang Wangi .................................................................................................. 19
2.7 Biofarmaka Sebagai Bahan Baku Minuman Instan ......................................... 19
2.8 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 21
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teoritis............................................................................................. 25
3.1.1 Proyek .................................................................................................. 25
3.1.2 Studi Kelayakan ................................................................................... 25
3.1.3 Aspek Studi Kelayakan ........................................................................ 26
3.1.4 Analisis Kelayakan Investasi ............................................................... 34
3.1.5 Teori Biaya dan Manfaat...................................................................... 38
3.2 Kerangka Konseptual ....................................................................................... 39
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 41
4.2 Jenis dan Sumber Data ..................................................................................... 41
4.3 Metode Pengolahan Data ................................................................................. 42
4.4 Metode Analisis Data....................................................................................... 42
4.4.1 Analisis Aspek Teknis............................................................................. 43
4.4.2 Analisis Aspek Manajemen..................................................................... 44
4.4.3 Analisis Aspek Sosial.............................................................................. 44
4.4.4 Analisis Aspek Pasar............................................................................... 44
4.4.5 Analisis Aspek Hukum ........................................................................... 45

xvii

4.4.6 Analisis Aspek Lingkungan .................................................................... 45


4.4.7 Analisis AspekFinansial.......................................................................... 45
4.4.8 Analisis Sensitivitas ................................................................................ 50
4.5 Asumsi Dasar ................................................................................................... 51
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah Singkat Perusahaan ............................................................................... 53
5.2 Profil Perusahaan ............................................................................................... 54
5.3 Deksripsi dan Pengembangan Usaha ................................................................. 55
VI. ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL
6.1 Aspek Pasar........................................................................................................ 58
6.1.1 Analisis Persaingan dan Struktur Pasar .................................................... 58
6.1.2 Analisis Prospek dan Potensi Pasar .......................................................... 60
6.1.3 Pangsa Pasar.............................................................................................. 62
6.1.4 Daur Hidup Produk ................................................................................... 63
6.1.5 Bauran Pemasaran..................................................................................... 64
6.1.6 Hasil Analisis Aspek Pasar ....................................................................... 67
6.2 Aspek Teknis...................................................................................................... 67
6.2.1 Lokasi Perusahaan..................................................................................... 68
6.2.2 Bahan Baku ............................................................................................... 70
6.2.3 Kapasitas Produksi .................................................................................... 70
6.2.4 Teknologi Proses....................................................................................... 70
6.2.5 Layout Perusahaan .................................................................................... 72
6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis ..................................................................... 72
6.3 Aspek Manajemen.............................................................................................. 73
6.3.1 Struktur Organisasi ................................................................................... 74
6.3.2 Hasil Analisis Aspek Manajemen ............................................................. 74
6.4 Aspek Sosial Lingkungan .................................................................................. 76
6.5 Aspek Hukum .................................................................................................... 78
6.5.1 Badan Usaha ............................................................................................. 79
6.5.2 Perizinan.................................................................................................... 79
6.5.3 Perpajakan ................................................................................................. 79
6.5.4 Hasil Analisis Aspek Hukum .................................................................... 80
VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
7.1 Analisis Inflow ................................................................................................. 81
7.2 Analisis Outflow............................................................................................... 83
7.3 Analisis Finansial ............................................................................................. 87
7.4 Analisis Sensitivitas ......................................................................................... 88
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 92
8.2 Saran................................................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 94

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Nilai PDB Hortikultura Tahun 2004 per Triwulan (dalam Milyar Rupiah) ...2
2. Persentase Alokasi Pengeluaran Per Tahun Masyarakat Terhadap
Produk Minuman Instan .................................................................................6
3. Perkembangan Volume Produksi Minuman Instan Berbasis
Tanaman Obat Perusahaan Jamu dan Farmasi di Indonesia ...........................6
4. Komposisi Kimia Rimpang Jahe.....................................................................12
5. Struktur Pasar Yang Mungkin Berdasarkan Karakteristik Pesaing ................59
6. Perkiraan Pangsa Pasar Berdasarkan Pesaing .................................................62
7. Keunggulan Produk Serbuk Minuman Instan Milik TAMAN SYIFA...........66
8. Produksi Jahe Menurut Provinsi di Indonesia (kg) pada Tahun 1999-2003...69
9. Kapasitas Produksi TAMAN SYIFA Dilihat dari Tingkat Penjualan pada
Tahun 2007 .....................................................................................................71
10. Deskripsi dan Spesifikasi Pekerjaan Tenaga Kerja TAMAN SYIFA ............75
11. Perkiraan Pendapatan Penjualan TAMAN SYIFA .........................................82
12. Biaya Investasi TAMAN SYIFA ....................................................................84
13. Rincian Biaya Tetap TAMAN SYIFA per Tahun (Rupiah) ...........................85
14. Komposisi Serbuk Minuman Instan Secang Wangi .......................................87
15. Hasil Analisis Finansial TAMAN SYIFA ......................................................87
16. Hasil Analisis Switching Value Usaha Serbuk Minuman Instan
TAMAN SYIFA .............................................................................................88
17. Peningkatan Penjualan yang Diperlukan Untuk Mencapai
Titik Impas Dibandingkan Dengan Kondisi Saat Ini ......................................90
18. Perbandingan TR dan TVC pada TAMAN SYIFA ........................................91

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1.

Kerangka Operasional Penelitian..................................................................... 40

2.

Tahapan-Tahapan Daur Hidup Produk ............................................................ 63

3.

Layout TAMAN SYIFA .................................................................................. 72

4.

Struktur Organisasi TAMAN SYIFA .............................................................. 76

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1.

Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA........................... 96

2.

Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan


Jahe Naik 370% ............................................................................................... 98

3.

Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan


Kunyit Naik 800% ........................................................................................... 101

4.

Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan


Kencur Naik 900%........................................................................................... 104

5.

Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan


Temulawak Naik 910%.................................................................................... 107

6.

Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan


Temuputih Naik 1550% ................................................................................... 110

7.

Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan


Secang Wangi Naik 730% ............................................................................... 113

8.

Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Peningkatan


Penjualan 56%.................................................................................................. 116

9.

Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Penurunan Tenaga


Kerja 45% ........................................................................................................ 118

10.

Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Peningkatan


Produksi 130% ................................................................................................. 120

11.

Rincian Penjualan TAMAN SYIFA Tiap-Tiap Bulan Awal Proyek............... 123

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris sehingga pertanian merupakan suatu
sektor yang penting bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pertumbuhan
pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dalam pertumbuhan ekonomi dan
dimungkinkan akan menjadi sektor unggulan dalam pembangunan nasional 1 .
Perekonomian

Indonesia pada triwulan I tahun 2007 menunjukkan

peningkatan dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2006. Hal ini ditandai


dengan meningkatnya PDB riil maupun PDB nominal. Sektor pertanian secara riil
meningkat sebesar 16,80 persen, yaitu dari Rp 56,86 triliun menjadi 66,41 triliun.
Pertumbuhan itu merupakan pertumbuhan tertinggi diantara sektor-sektor
lainnya 2 .
Selain dari itu, sektor pertanian juga turut meningkatkan perekonomian
bangsa dengan penyerapan tenaga kerja yang besar. Sektor pertanian merupakan
penyerap tenaga kerja nasional terbesar di Indonesia. Pada tahun 2004 sekitar
43,33 persen dari tenaga kerja terserap di sektor pertanian. Kontribusi sektor
pertanian ini terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2005
kontribusinya menjadi 44,039 persen dan tahun 2006 sebesar 44,47 persen dari
tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian 3 .

Universitas Brawijaya Malang. Tantangan Pembangunan Pertanian. www.fp.brawijaya.ac.id


dalam Purnamawati (2007)
2
Buletin PDB Sektor pertanian. Departemen Pertanian. (2007)
3
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Utama. www.nakertrans.go.id dalam Purnamawati (2007)

Salah satu subsektor pertanian adalah hortikultura. Berdasarkan hasil


perhitungan melalui pendekatan produksi, PDB hortikultura tahun 2004 atas dasar
harga berlaku adalah sebesar 56.864,94 milyar rupiah. PDB ini merupakan
kompilasi komoditas hortikultura dari setiap provinsi. PDB ini terdiri dari PDB
buah-buahan sebesar 30.764,56 milyar rupiah (54,11 persen dari PDB
hortikultura), PDB sayuran sebesar 20.748,70 milyar rupiah (36,49 persen dari
total PDB hortikultura), PDB tanaman hias sebesar 4.608,55 milyar rupiah (8,10
persen dari PDB hortikultura), dan PDB tanaman biofarmaka sebesar 722,23
milyar rupiah (1,27 persen dari PDB hortikultura) 4 .

Tabel 1 Nilai PDB Hortikultura Tahun 2004 per Triwulan (dalam Milyar
Rupiah).
Waktu
BuahSayuran
Tanaman
Tanaman
Buahan
Hias
Biofarmaka
Triwulan I
7.200,97
5.438,29
844,09
54,92
Triwulan II
5.501,31
6.072,99
1.130,13
271,82
Triwulan III
7.250,36
4.991,32
742,18
248,26
Triwulan IV
10.811,92
4.246,10
1.892,15
147,03
Jumlah
30.746,53
20.748,70
4.608,55
722,23
Sumber : Pusdatin, Deptan, 2004.

Meskipun subsektor biofarmaka atau biasa dikenal dengan komoditas


tanaman obat menyumbang persentase yang relatif sedikit dibandingkan dengan
komoditas yang lain, namun perkembangan nilai PDB hortikultura selama tahun
2002 hingga tahun 2004 terus mengalami peningkatan. Tahun 2002, tanaman
biofarmaka menyumbang PDB sebanyak 506,49 milyar rupiah, lalu meningkat

Pusdatin, Departemen Pertanian (2004)

menjadi 564,92 milyar rupiah pada tahun 2003, dan menjadi 722,23 milyar rupiah
pada tahun 2004 5 .
Indonesia kaya akan tanaman obat. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di
dunia, 30 ribu di antaranya tumbuh di Indonesia, 26 persen telah dibudidayakan
dan sisanya sekitar 74 persen masih tumbuh liar di hutan-hutan. Dari yang telah
dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (Hernani
dan Syukur, 2001). Tanaman obat terdapat diseluruh pelosok tanah air dan
penggunaannya dapat dalam bentuk segar maupun sebagai ramuan obat-obatan.
Pemakaian tanaman obat dalam dekade terakhir ini cenderung meningkat
sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi,
kosmetik, makanan, dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya
dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan telah mengalami
pengolah apapun). Simplisia berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, terna, dan
kulit batang (Hernani dan Syukur, 2001).
Pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus meningkat mengingat
kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu.
Beberapa bahan baku jamu juga telah menjadi komoditas ekspor yang andal untuk
menambah devisa negara (Hernani dan Syukur, 2001).
Jahe, kunyit, kencur, temulawak, ramuan secang wangi, dan temuputih
merupakan beberapa dari jenis tanaman obat yang banyak terdapat di Indonesia
dan berpotensi sebagai penghasil devisa negara. Di Indonesia, tanaman-tanaman
ini telah dikenal oleh sebagian besar masyarakatnya. Tidak heran bila masing-

Diolah dari Data Pusdatin, Departemen Pertanian (2004)

masing daerah memiliki nama yang berbeda untuk menyebut tanaman-tanaman


berkhasiat ini.
Pemanfaatan tanaman-tanaman obat ini sangat luas, yaitu sebagai bumbu
masak, pemberi rasa dan aroma makanan dan minuman serta banyak digunakan
sebagi obat. Sebagai contoh, jahe biasa digunakan untuk produk-produk daging,
produk unggas, ikan, dan makanan lainnya. Selain itu dapat pula dibuat selai jahe,
kembang gula, manisan jahe, sirup jahe, kue dan sebagai flavoring agent untuk
minuman ringan dan es krim. Dalam bidang farmasi, jahe diketahui dapat
menahan kontraksi perut (Farrel dalam Alim, 2001).
Berbagai manfaat dari tanaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari
membuka peluang pengembangan usaha pembudidayaan tanaman obat. Oleh
sebab itu, budidaya tanaman obat perlu ditingkatkan seiring dengan semakin
meningkatnya konsumsi tanaman obat oleh masyarakat untuk berbagai keperluan.
Usaha budidaya tanaman obat tersebut sebaiknya tidak terpaku pada tujuan
menghasilkan tanaman obat segar dalam kuantitas besar, namun juga perlu
ditindaklanjuti dengan upaya pengolahan tanaman obat segar tersebut menjadi
produk yang memiliki nilai lebih tinggi.
Pengembangan agroindustri tanaman obat di Indonesia memiliki prospek
yang baik. Faktor yang mendukung pengembangan agroindustri tanaman obat
tersebut diantaranya besarnya potensi kekayaan sumber daya alam Indonesia
sebagai sumber bahan baku simplisia yang dapat diformulasikan menjadi obat
tradisonal. Keikutsertaan segenap lapisan masyarakat petani tanaman obat,
penjual, pemakai, maupun masyarakat lain yang secara langsung atau tidak
langsung berhubungan dengan tanaman obat atau pengobatan tradisional juga

sangat mendukung pengembangan agroindustri tanaman obat (Hernani dan


Syukur, 2001).
Sesuai dengan kemajuan teknologi dan permintaan konsumen yang
mengkhendaki kepraktisan, dewasa ini semakin banyak produk tanaman obat
olahan yang dapat dijumpai di pasaran untuk memenuhi kebutuhan industri
maupun keperluan rumah tangga. Salah satu produk olahan tersebut berupa bubuk
atau serbuk yang mempunyai beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan
bentuk segar. Keunggulan tersebut antara lain a) daya simpan lebih lama, b)
membutuhkan ruangan lebih kecil untuk transportasi, dan c) lebih mudah dikemas
(Diolah dari Alim, 2001).
Perkembangan pola hidup masyarakat yang saat ini semakin kompleks
menuntut tersedianya berbagai produk siap saji (instan). Salah satu alternatif
pengembangan produk minuman ringan yang memenuhi persyaratan kepraktisan
dalam pemakain produk minuman instan.
Biofarmaka merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan sebagai
minuman instan. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh produk minuman instan
berbahan baku biofarmaka antara lain : terbuat dari bahan-bahan alami, memiliki
aspek fungsional, bagi kesehatan dan rasa yang enak, praktis dalam penggunaan,
dan dapat dikonsumsi dalam setiap aspek mayarakat.
Aspek kemudahan dalam penyajian, penyimpanan, dan transportasi
merupakan nilai tambah yang dimiliki produk minuman instan dibandingkan
minuman ringan biasa yang berbentuk cair. Keunggulan bentuk serbuk minuman
instan adalah kemampuan untuk larut tanpa melibatkan pengadukan secara
manual, dengan syarat semua komponen mudah larut dalam air.

Permintaan terhadap minuman instan akhir-akhir ini mulai meningkat setelah


krisis ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan presentase alokasi pengeluaran
masyarakat terhadap produk minuman instan yang meningkat.

Tabel 2 Persentase Alokasi Pengeluaran Per Tahun


Produk Minuman Instan.
Tipe
Tahun
Pengeluaran 1987 1990 1993 1996 1999
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Makanan
61,28 60,36 56,86 55,34 62,94
Minuman
38,72 39,64 43,14 44,66 37,06
Instan

Masyarakat Terhadap

2000
(%)
65,81
34,19

2001
(%)
94,13
35,87

2002
(%)
58,48
41,52

Sumber : Berita Resmi Statistik No.7 Februari18, 2002 dan Susenan dalam Prasetiawan
(2004)

Bisnis minuman instan berbahan baku tanaman obat dari tahun ketahun
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didukung dengan adanya
pola back to nature. Produk minuman instan bukan hanya sebagai minuman
penyegar juga sebagai minuman yang memiliki aspek fungsional bagi kesehatan,
yaitu menjaga kesegaran tubuh. Adanya peningkatan ini ditandai dengan
peningkatan produk-produk minuman instan berbasis tanaman obat yang
diproduksi oleh beberapa industri jamu dan farmasi diseluruh Indonesia.

Tabel 3 Perkembangan Volume Produksi Minuman Instan Berbasis


Tanaman Obat Perusahaan Jamu dan Farmasi di Indonesia.
Produksi (ribu kilogram)
Nama Industri
2000
2001
2002
Perusahaan
929.000
1.049.000
1.101.450
Farmasi
Perusahaan Jamu
5.482.104
6.286.284
6.914.912
Total
6.418.104
7.335.284
8.016.362
Sumber : Deperindag, 2003 (diolah)

1.2

Perumusan Masalah
TAMAN SYIFA adalah perusahaan baru yang bergerak dalan usaha

pembuatan dan pemasaran produk herbal beberapa komoditas tanaman obat. Salah
satu cabang produk herbal tersebut adalah pembuatan dan pemasaran serbuk
minuman instan berbasis tanaman obat. Serbuk minuman instan tersebut terdiri
dari enam komoditas, yaitu ; serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman instan
kunyit, serbuk minuman instan kencur, serbuk minuman instan temulawak, serbuk
minuman instan temu putih, dan serbuk minuman instan ramuan secang wangi.
Serbuk tersebut dikemas dalam bungkus menarik dan dijajakan sebagai serbuk
instan untuk minuman. Dalam menjalankan usaha tersebut, perusahaan ini belum
melakukan analisis kelayakan terhadap usaha yang dijalankannya, sehingga belum
dapat diketahui apakah usaha ini mendatangkan keuntungan atau kerugian.
Sedangkan perusahaan telah melakukan biaya investasi yang cukup besar. Untuk
itu, penulis bermaksud untuk melakukan studi kelayakan pada cabang usaha
pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan pada perusahaan ini.
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi topik
penelitian ini, yaitu:
1.

Bagaimana kelayakan usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman


instan perusahaan TAMAN SYIFA?

2.

Bagaimana kelayakan finansial usaha pembuatan dan pemasaran serbuk


minuman instan pada perusahaan TAMAN SYIFA?

3.

Bagaimana sensitivitas usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman


instan perusahaan TAMAN SYIFA apabila terjadi perubahan pada faktorfaktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan

penelitian ini adalah:


1.

Menganalisis kelayakan usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman


instan perusahaan TAMAN SYIFA.

2.

Menganalisis kelayakan finansial usaha pembuatan dan pemasaran serbuk


minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA.

3.

Menganalisis sensitivitas usaha pembuatan dan pemasaran serbuk


minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA, apabila terjadi perubahan
pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.

1.4

Kegunaan Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pemilik perusahaan SYIFA

guna mengetahui kelayakan usahanya dan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan
demi keberlangsungan usahanya. Selain dari itu, diharapkan penelitian ini berguna
bagi masyarakat umum dan instansi-instansi terkait yang ingin mengetahi
kelayakan usaha pembuatan serbuk minuman instan berbasis tanaman obat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jahe
Jahe atau Zingiber officinale Roxb termasuk dalam famili zingiberaceae.
Berdasarkan taksonomi tanaman, jahe termasuk divisi Pteridophyta, subdivisi
Angiospermae, kelas Monocotyledone, ordo Scitamine, Famili Zingiberaceae,
serta genus Zingiber (Rismunandar dalam Alim, 2001).
Nama lain dari jahe adalah : jae (jawa), haliya (aceh), atau ginger dalam
bahasa internasional. Berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya, ada
tiga jenis jahe yang dikenal, yaitu : jahe putih/kuning besar (disebut juga jahe
badak atau jahe gajah), jahe putih kecil atau emprit, dan jahe merah. Ciri umum
tanaman jahe adalah tumbuh berumpun, batang semu, tidak bercabang, berbentuk
bulat, tegak, tersusun dari lembaran pelepah daun, berwarna hijau pucat dengan
warna pangkal batang kemerahan, dan tingginya dapat mencapai satu meter. Daun
jahe merupakan daun tunggal, yang terdiri dari upih dan helaian daun, upih daun
melekat membungkus batang, helaian daun tumbuh berselang seling, helaian daun
tipis berbentuk lanset, berwarna hijau gelap, tulang daun sangat jelas tersusun
sejajar, ujung daun meruncing, dan bagian pangkal membulat (Hernani dan
Syukur, 2001).
Bunga majemuk tersusun berupa mayang, panjang mayang 4 7 cm, lebar
1,5 2 cm, bunga berbentuk tabung, setiap bunga dilindungi oleh daun pelindung.
Buah jahe berbentuk bulat panjang seperti kapsul, dengan tiga ruang biji, masingmasing memiliki tujuh bakal biji. Biji kecil, warna hitam berselaput. Rimpang

10

bercabang tidak teratur umumnya ke arah vertikal, kulit berbentuk sisik tersusun
melingkar dan berbuku-buku, warna kuning cokelat sampai merah tergantung
jenisnya. Daging jahe berwarna kuning cerah, berserat, aromatik, mengandung
banyak metabolit sekunder, dan merupakan perubahan bentuk dari batang yang
terdapat di dalam tanah. Pembungaan tumbuh langsung dari rimpang, bunga
majemuk tersusun dalam rangkaian mayang berbentuk silinder, sedangkan warna
bunganya adalah ungu atau hijau. Rimpang jahe mempunyai bau yang spesifik,
berkisar antara bau yang tajam, pahit, langu, sampai aromatis (Hernani dan
Syukur, 2001).
Rimpang jahe banyak digunakan sebagai obat gosok untuk penyakit encok
dan sakit kepala. Selain itu, jahe juga digunakan sebagai bahan obat, bumbu
masak, penyedap, minuman penyegar, manisan, dan lain-lain. Senyawa kimia
yang menyebabkan rasa pedas pada jahe adalah gingerol, zingeron, dan shogaol
(Hernani dan Syukur, 2001).
Jahe putih besar di Jawa Barat dikenal sebagai jahe badak sedangkan di
Sumatera dikenal sebagai jahe gajah. Ukuran rimpangnya jauh lebih besar dan
bentuknya lebih gemuk daripada dua varietas lainnya. Jahe ini banyak digunakan
sebagai sayur, masakan, minuman, permen, dan rempah-rempah. Kandungan
minyak atsirinya berkisar antara 0,82 1,66 persen bobot kering. Jahe putih kecil
mempunyai ukuran rimpang lebih besar daripada jahe merah tetapi lebih kecil bila
dibandingkan dengan jahe putih besar. Bentuknya aga pipih, berwarna putih,
seratnya lembut, dan rasa pedasnya kurang tajam bila dibandingkan jahe merah.
Jahe ini banyak digunakan sebagai rempah rempah, minuman, penyedap
makanan, serta untuk produksi minyak atsiri jahe. Kandungan minyak atsiri

11

berkisar antara 1,5 3,5 persen bobot kering. Jahe merah atau sering juga disebut
jahe sunti memiliki rimpang kecil, berwarna kuning kemerahan, dan berserat
kasar. Rasa jahe ini sangat pedas dan aromanya tajam. Di jawa penggunaannya
lebih banyak untuk obat-obatan. Kandungan minyak atsirinya berkisar antara 2,58
3,90 persen bobot kering. Tanaman jahe dapat tumbuh di daerah terbuka sampai
agak ternaungi. Tanah yang disukai berbahan organik tinggi, berjenis latosol atau
andosol, dan berdrainase baik. Tanaman ini dapat tumbuh sampai pada ketinggian
900dpl, tetapi akan lebih baik tumbuhnya pada ketinggian 200 600 dpl,
sedangkan curah hujan yang dibutuhkan antara 2500 4000 mm pertahun
(Murhananto dan Paimin dalam Alim, 2001).
Komposisi kimia jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan rasa
pedasnya rimpang jahe. Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi kimia
rimpang jahe adalah jenis jahe, tanah tempat tumbuh, umur panen, perlakuan pra
dan pasca panen, serta cara pengolahan rimpang jahe (Rismunandar dalam Alim,
2001)
Minyak atsiri jahe hanya terdapat pada rimpang jahe dan menyebabkan bau
harum khas jahe. Ekstrak minyak atsiri jahe berbentuk cairan kental berwarna
kehijauan sampai kuning, berbau harum, tetapi tidak memiliki komponen
pembentuk rasa pedas dan hangat (Purseglove dalam Alim, 2001). Kandungan
minyak atsiri jahe kering sekitar 1 3 persen dan komponen utamanya adalah
zingiberane sebagai bahan baku minuman ringan (ginger ale), industri farmasi
seperti parfum dan sebagai bahan penyedap (flavoring agent) serta kosmetik yang
memancarkan kesan suasana timur (Murhananto dan Paimin dalam Alim,
2001).

12

Oleoresin

adalah

suatu

gugusan

kimiawi

yang

cukup

kompleks

persenyawaannya. Kata oleoresin terdiri dari dua katayaitu oleo dan resin, yang
berarti minyak dan dammar. Oleoresin merupakan benda padat berbentuk pasta
yang merupakan campuran dari minyak atsiri pembawa aroma dan sejenis
dammar pembawa rasa (Rismunandar dalam Alim, 2001).

Tabel 4 Komposisi Kimia Rimpang Jahe


Komponen
Jumlah
Jahe Segar
Energi (KJ)
184,0
Protein (g)
1,5
Lemak (g)
1,0
Karbohidrat (g)
10,0
Kalsium (mg)
21,0
Fosfor (mg)
39,0
Besi (mg)
4,3
Magnesium (mg)
Natrium (mg)
6,0
Kalium (mg)
57,0
Seng (mg)
Thiamin (mg)
0,02
Niasin (mg)
0,8
Vitamin C (mg)
4
Serat Kasar (g)
7,53
Total Abu (g)
3,70

Jahe Kering
1424,0
9,1
6,0
70,8
116,0
148
12
184
32
1342
5
5
5,9
4,8

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1989)

Rasa pedas dan pahit jahe disebabkan oleh oleoresin. Sifat pedas ini
tergantung pada umur panen. Semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan
pahit. Selain itu jenis jahe juga menentukan kandungan oleoresin. Jahe yang rasa
pedasnya tinggi, seperti jahe sunti kandungan oleoresinnya tinggi. Sedangkan
jenis badak yang rasanya kurang pedas, kandungan oleoresinnya pun sedikit
(Murhananto dan Paimin dalam Alim, 2001).
Menurut Ketren dalam Alim 2001, secara umum oleoresin jahe tersusun oleh
komponen-komponen gingerol dan zingeron (senyawa turunan fenol dan

13

ketofenol), shagaol (senyawa homolog zingeron) dan resin (damar). Beberapa


penelitian menunjukkan bahwa khasiat jahe dalam menyembuhkan berbagai jenis
penyakit disebabkan oleh beberapa komponen citarasa. Selain sebagai pemberi
citarasa komponen ini juga aktif memberikan pengaruh positif pada kesehatan.
Komponen pembawa rasa pedas jahe yaitu gingerol diketahui dapat
menghambat aktivitas motorik, mengurangi rasa sakit (analgesic effect), dan dapat
memperpanjang waktu tidur pada tikus percobaan. Sedangkan shogaol
memberikan pengaruh anti batuk (antitusive) dan dapat menahan kontraksi perut.

2.2 Kencur
Kencur (Kaempferia galanga, Linn.) atau yang dapat disebut dengan cendo,
tekur, kaciwer, kopuk, cakue, cokur, kencur (sumatera); kencur (jawa); kencor,
cekor (madura), terdiri dari dua tipe; jenis berdaun lebar dan jenis berdaun sempit.
Kedua tipe kencur tersebut banyak dibudidayakan di jawa.
Daun tunggal, berwarna hijau, bentuk jorong, pangkal daun membulat, ujung
daun runcing, panjang antara 8 10 cm, lebar antara 4 7 cm, dan warna tangkai
hijau sampai hijau kemerahan. Rimpang bersisik, kulit berwarna coklat, bagian
dalam berwarna putih, aroma tajam, sampai kurang tajam. Dalam skala luas
kencur banyak diusahakan, terutama di daerah Bogor, Bekasi, Cianjur, Sukabumi,
Tasikmalaya, Ciamis, Ungaran, Boyolali, dan Magelang. Dengan kedudukan
sebagai peringkat kedelapan dari simplisia yang banyak digunakan di dalam
negeri, tren permintaan selalu meningkat dengan kenaikan sebesar 18,54 persen.
Kencur banyak dimanfaatkan sebagai obat bengkak-bengkak, rematik, obat
batuk, obat sakit perut, menghilangkan keringat, penambah nafsu makan, infeksi

14

bakteri, ekspektoran (memperlancarnya keluarnya dahak), tonikum, disentri,


karminatif, mengobati luka dan bengkak perut, encok, obat batuk, dan sakit perut.
Selain sebagai salah satu obat, tanaman ini juga merupakan salah satu
komponen saus dalam rokok kretek dan saat ini juga digunakan sebagai bahan
baku minuman penyegar yang industrinya sedang berkembang pesat. Senyawa
aktif yang terdapat dalam kencur adalah metil p-metoksi sinamat yang bersifat
sebagai insektisida dan sebagai tabir surya (Hernani dan Syukur, 2001).

2.3

Kunyit
Kunyit yang memiliki nama latin Curcuma domestica atau Curcuma longa L.

memiliki beberapa nama daerah seperti kunyet, kuning, kunyir (sumatera); kunyir,
koneng, kunir (jawa); kunit, kunyi (sulawesi); kunyik, huni (nusa tenggara); kurlai
(maluku), dan rame (irian).
Kunyit merupakan tanaman herba, tinggi dapat mencapai 100cm, batangnya
semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, dan berwarna hijau kekuningan. Daun
kunyit merupakan daun tunggal, lanset memanjang, helai daun berjumlah 3 8,
ujung dan pangkal meruncing, tepi rata, panjang 20 40 cm, lebar 8 12,5 cm,
pertulangan menyirip, berwarna hijau pucat. Bunga kunyit tumbuh dari ujung
batang semu, panjang 10 15 cm, bunga berwarna kuning atau kuning pucat,
mekar secara bersamaan. Rimpang induk kunyit menjorong, rimpang cabang lurus
atau sedikit melengkung, keseluruhan rimpang membentuk rumpun yang rapat,
berwarna oranye, dan tunas mudanya berwarna putih. Akar kunyit merupakan
akar serabut dan berwarna cokelat muda. Penyebaran tanaman kunyit meliputi
daerah tropis di Asia Selatan, Cina Selatan, India, Taiwan, Indonesia, dan Filipina.

15

Rimpang kunyit dapat digunakan sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan


darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut, memperbanyak
ASI, fungisida, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik, obat asma,
diabetes mellitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah darah, menghilangkan
jerawat dan noda hitam di wajah, melindungi jantung, radang hidung, penurun
panas, menghilangkan rasa gatal, menyembuhkan kejang, mengobat luka-luka,
dan obat penyakit hati.
Selain sebagai obat, kunyit banyak digunakan untuk bumbu dapur. Zat warna
kuning yang dikandungnya dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami dan
tambahan untuk makanan ternak. Rimpang kunyit mengandung minyak asiri
dengan senyawanya, antara lain fellandrene, sabinene, sineol, borneol,
zingiberene, curucumene, turmeron, kamfene, kamfor, seskuiterpene, asam
kafrilat, asam methoksisinamat, tolilmetil karbinol. Selain itu, rimpang kunyit
juga mengandung tepung dan zat warna yang mengandung alkoloid kurkumin
(Hernani dan Syukur, 2001).

2.4

Temulawak
Temulawak yang memiliki nama latin Curcuma xanthorrhiza Roxb. memiliki

beberapa nama daerah seperti koneng gede (Sunda), temulawak (Jawa), dan temu
labak (Madura). Temulawak merupakan tanaman berupa semak, batang semu
yang terdiri dari pelepah-pelepah daun yang terpadu, tumbuh tegak lurus
merumpun, tinggi tanaman antara 50 200 cm. Daun temulawak merupakan daun
tunggal, tiap tanaman berdaun antara 6 8 helai, bentuk seperti mata lembing
memanjang sampai lanset, berwarna hijau tua, tulang daun di bagian tengah

16

bergaris-garis cokelat keunguan terang sampai gelap selebar 1 2,5 cm, daun
permukaan bawah pudar dan berkilat, panjang antara 31 84 cm, dan lebar 10
18 cm. Bunga temulawak merupakan bunga majemuk, bulir dengan bentuk bulat
panjang, keluar langsung dari umbi, panjang 9 23 cm, dan lebar 4 6 cm,
berdaun pelindung banyak, panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota
bunga; mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang 4 5 cm, berwarna
merah, ungu, atau putih, sebagian dari ujungnya berwarna ungu atau merah,
bagian pangkal bunga berwarna hijau muda atau keputihan, panjang 3 8 cm,
lebar 1,5 3,5 cm; kelopak bunga berwana putih, berambut, panjang 8 13 cm;
sedangkan benang sarinya berwarna muda, panjang 12 16 mm, lebar 10 15
mm, dan kepala sari berwarna putih. Buah temulawak berbulu, panjang sekitar 20
mm. Rimpang temulawak berbentuk sempurna, bercabang-cabang, berwarna
kuning tua hingga jingga gelap, dibedakan atas rimpang utama (induk) dan
rimpang cabang, rimpang induk berbentuk jorong atau gelondong, rimpang
cabang berupa akar yang menggembung dan pada bagian ujungnya membentuk
umbi.
Diantara tanaman obat yang termasuk suku Zingiberaceae, simplisia
temulawak merupakan bahan yang terbanyak dipakai di dalam negeri untuk
pabrik jamu atau obat tradisonal. Konsumsi rata-rata simplisia temulawak 219.973
kg/tahun, jahe 182.045 kg/tahun, dan kencur 53.904 kg/tahun. Rata-rata
kenaikkan penggunaan temulawak adalah 15,15 persen/tahun. Selain digunakan di
dalam negeri, simplisia temulawak juga diekspor ke Singapura, Jerman, dan
Taiwan. Sedangkan penyebaran tanaman temulawak di Indonesia meliputi Pulau
Sumatera, Jawa, Maluku, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Bali.

17

Rimpang temulawak digunakan sebagai obat kejang, jerawat, malaria,


mencret, kurang nafsu makan, kurang darah, cacar air, radang lambung, getah
empedu terganggu, cacingan, mengatasi air susu yang kurang, eksema, sembelit,
kencing darah, ayan, radang ginjal, demam kuning, pelepas gas dalam perut, dan
anti-HIV. Rimpang temulawak mengandung minyak asiri, kurkuminoid, lemak,
resin, dan serat (Hernani dan Syukur, 2001).

2.5

Temuputih
Pada umumnya, temuputih ditanam sebagai tanaman obat, dapat ditemukan

tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka yang tanahnya lembab pada ketinggian 01.000 m dpl. Tanaman ini mirip dengan temulawak dan dapat dibedakan dari
rimpangnya. Temuputih banyak ditemukan di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa
Tengah, Sumatra, Ambon, hingga Irian. Selain itu, temu putih juga dibudidayakan
di India, Banglades, Cina, Madagaskar, Filipina, dan Malaysia.
Terna tanaman tahunan ini tingginya dapat mencapai dua meter. Batangnya
merupakan batang semu yang dibentuk dari pelepah-pelepah daun yang tumbuh
dari rimpangnya. Daunya tunggal dan bertangkai panjang. Helaian daun berbentuk
runcing, tetapi rata, pertulangan menyirip, warnanya hijau dengan sisik kiri-kanan
ibu tulang daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah gelap atau
lembayaung, panjang 25-70 cm, lebar 8-15 cm.
Bunga majemuk berbentuk bulir yang tandannya keluar langsung dari
rimpang, panjang tandan 20-25 cm, bunga mekar secara bergiliran dari kantongkantong daun pelindung yang besar. Mahkota bunga berwarna putih dengan garis
tepi merah tipis. Rimpang induk bentuknya jorong membulat dan mengeluarkan

18

rimpang cabang yang cukup banyak dan tumbuh kearah samping, ukurannya lebih
kecil, bentuknya memanjang dan mudah dipatahkan. Dari rimpangnya keluar
akar-akar yang kaku dan pada ujungnya terdapat kantong air. Warna rimpangnya
putih dengan hati yang berwarna kuning muda. Bentuk buah bundar, berserat,
segitiga, kulitnya lunak dan tipis. Biji berbentuk lonjong, berselaput, dan
ujungnya bewarna putih.
Daunnya memiliki rasa seperti serai sehingga bisa digunakan untuk memasak
ikan. Rimpang muda dapat ditambahkan kedalam salad. Rimpang temuputih
rasanya sangat pahit, pedas dan sifatnya hangat, serta berbau aromatik. Temuputih
termasuk tanaman obat yang menyehatkan darah dan menghilangkan sumbatan,
melancarkan sirkulasi vital energi, dan menghilangkan nyeri. Rimpang temuputih
berkasiat antikanker, anti radang (antiflogistik), melancarkan aliran darah,
fibrinolitik, tonik pada saluran cerna, peluru haid (emenagong), dan peluru kentut.
Rimpangan temuputih mengandung 1-2,5 persen minyak menguap dengan
komposisi utama sesquiterpene. Minyak menguap tersebut mengandung lebih dari
20 komponen seperti curzerenone (zedoarin) yang merupakan komponen terbesar,
curzerene,
curcumol

pyrocurcuzerenone,
(curcumenol),

curcumin,

isocurcumenol,

curcumemone,
procurcumenol,

epicurcumenol,
dehydrocurdone,

furanodienone, isofuranodienone, furanodiene, zederone, dan curdione. Selain itu


mengandung flavonoid, sulfur, gum, resin, tepung, dan sedikit lemak. Curcumol
dan curdione berkasiat antikanker.
Bagian dan kembung karena banyak gas, sakit perut, rasa penuh, dan sakit di
dada akibat tanaman yang digunakan adalah rimpangnya. Setelah dibersihkan,
rebus rimpang, lalu jemur sampai kering. Setelah akarnya dibuang, iris rimpang

19

tipis-tipis untuk disimpan. Rimpang digunakan untuk pengobatan : nyeri sewaktu


haid (dismenore); tidak datang haid (anemore) karena tersumbatnya aliran darah,
pembersihan darah setelah melahirkan; memulihkan gangguan pencernaan
makanan (dispepsi), seperti rasa mual tersumbatnya energi vital, pembesaran hati
(hepatomegali), dan limpa; luka memar, sakit gigi, radang tenggorok, dan batuk;
kanker : serviks, vulva, dan kulit; dan Meningkatkan efektivitas pengobatan
radiasi dan kemoterapi pada penderita kanker 6

2.6

Secang Wangi
Secang wangi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minuman herbal

khas Indonesia yang kaya anti-oksidan. Secang wangi dalam penelitian ini adalah
racikan dari secang, jahe, kencur, dan cengkeh. Secang wangi mampu membantu
memulihkan dan meningkatkan stamina tubuh serta membuat tubuh lebih rileks.

2.7 Biofarmaka sebagai Bahan Baku Minuman Instan


Menurut Darusman dalam Prasetiawan (2004), biofarmaka adalah semua
makhluk hidup baik tumbuhan, hewan, maupun mikroogranisme yang berpotensi
sebagai obat, makanan, dan minuman maupun nutraceutical bagi manusia, hewan,
dan tumbuhan. Saat ini biofarmaka yang banyak digunakan adalah berupa
tumbuhan yang memiliki khasiat dan manfaat bagi manusia, dalam bentuk obat
tradisional (jamu), makanan dan minuman sebagai pangan fungsional maupun
obat luar.

Diolah dari www.pdpersi.co.id [ akses tanggal 2 Mei 2008 ]

20

Menurut Subarnas dalam Prasetiawan (2004), berdasarkan pengamatan


terhadap obat tradisional yang beredar di pasaran, biofarmaka yang biasanya
digunakan sebagai ramuan jamu kebanyakan dari famili Zingiberaceae, seperti
kunyit, temulawak, jahe, kencur, lumpuyang, lengkas, dan temu-temu lainnya.
Definis tanaman obat Indonesia menurut SK Menkes No. 149/SK/IV/1978
dalam Prasetiawan (2004) adalah sebagai berikut : (1) Tanaman atau bagian
tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional (jamu), (2) Tanaman atau
bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat
(prokusor), dan (3) Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak
tanamna tersebut digunakan sebagai obat. Menurut Sampurno dalam Prasetiawan
(2004), tanaman obat adalah tumbuhan atu tanaman yang salah satu atau lebih
bagiannya dapat digunakan untuk pengobatan.
Menurut Andarwulan dalam Prasetiawan (2004), minuman instan berbahan
baku biofarmaka termasuk dalam kategori pangan fingsional karena dilihat dari
definisinya, pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen
aktifnya memberikan manfaat bagi kesehatan diluar manfaat yang diberikan oleh
zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya.
Jenis minuman instan berbahan baku biofarmaka masih sedikityang
diproduksi oleh industri besar, hanya beberapa industri yang memproduksi,
misalnya PT Sido Muncul dengan produk minuman instan kunyit asam, jahe
wangi, dan STMJ (susu, telor, madu, jahe) dan jamu komplit instan. Sedangkan
PT Jamu Jago dengan produk minuman instan buyung upik untuk anak-anak
(Prasetiawan, 2004).

21

2.8 Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian yang terkait dengan kelayakan usaha serbuk minuman
instan telah dilakukan. Salah satunya adalah skripsi oleh Alim (2001) yang
berjudul Kajian Proses dan Analisa Finansial Produksi Bubuk Jahe Pada Industri
Skala Rumah Tangga. Dalam penelitiannya, dikatakan bahwa pada produksi
bubuk jahe skala industri rumah tangga, kapasitas yang direncanakan adalah 2250
kg produk per tahun, dengan total kebutuhan dana proyek sebesar Rp 25.132.250
rupiah, terdiri atas total investasi Rp 12.025.000 rupiah dan modal kerja awal
untuk biaya operasi selama tiga bulan sebesar Rp 13.107.250 rupiah. Total biaya
produksi Rp 54.448.000 per tahun, terdiri atas biaya tetap Rp 2.019.000 rupiah
dan biaya variabel Rp 53.429.000 rupiah. Harga pokok dihitung dengan
menggunakan metode konvensional sebesar Rp 25.498,22 per kilogram dan harga
jual Rp 33.000 rupiah. Analisis kelayakan pada kondisi dengan tingkat suku
bunga 25 persen menunjukkan nilai NPV Rp 22.629.547, nilai IRR nya 61,13
persen, nilai net B/C sebesar 1,9, nilai PBP adalah 0,62 tahun, sedangkan BEP
produksinya akan tercapai pada penjualan 1.694,94 kilogram atau pada nilai
penjualan Rp 54.448.000 rupiah. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan pada
kenaikkan biaya produksi sebesar 18 persen dan penurunan harga jual sampai 13
persen proyek masih layak untuk dilaksanakan.
Penelitian lain pernah juga dilakukan oleh Indriastuti (1998) yang berjudul
Kajian Proses dan Finansial Produksi Minuman Bubuk Coklat Jahe Pada Industri
Skala Rumah Tangga. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa produksi minuman
bubuk coklat jahe skala industri rumah tangga tempat penelitian direncanakan
sebesar delapan kilogram produk per hari, dengan total kebutuhan dana proyek

22

sebesar Rp 9.441.590,90 terdiri atas total investasi Rp 1.805.000 rupiah dan modal
kerja awal untuk biaya operasi selama tiga bulan adalah Rp 7.636.590,90. Total
biaya produksi Rp 31.097.823,60 terdiri atas biaya tetap Rp551.460 rupiah dan
biaya variabel Rp 30.546.363,60 rupiah. Harga pokok dihitung dengan metode
konvensional sebesar Rp 272,79 dan harga jual adalah Rp 381,90 rupiah. Analisis
kelayakan pada kondisi dengan tingkat suku bunga 30 persen menunjukkan nilai
NPV Rp 10.246.643,30; nilai IRR lebih tinggi dari suku bunga yang berlaku yaitu
sebesar 74 persen, nilai net B/C sebesar 1,18 dan PBP selama 1,46 tahun.
Sedangkan titik impas (BEP) produksi pada kapasitas penuh akan tercapai pada
volume penjualan 5054 sachet atau 4,43 persen dari total penjualan atau ada pada
nilai penjualan Rp 1.930.122,60 rupiah. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan
pada kenaikkan biaya variabel sebesar 18 persen dan penurunan harga jual sampai
13,2 persen proyek masih layak dilaksanakan.
Selain itu, ada penelitian lain yang serupa, talah dilakukan oleh Wasono
(2001) mengenai Kajian Proses Pembuatan Bubuk Kunyit (Curcuma domestica
Val) dan Analisa Finansial. Dalam penelitiannya didapatkan hasil NPV sebesar
Rp 311.480.838, 70; IRR sebesar 69,32 persen; Net B/C sebesar 6,419; PBP 0,793
tahun, dan BEP sebesar Rp 33.808.925,82 atau 25,613 persen dari produksi total.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan penulis dengan peneltian terdahulu
adalah bahwa penulis akan meneliti kelayakan usaha serbuk minuman instan yang
terdiri dari enam komoditas yaitu; serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman
instan kencur, serbuk minuman instan kunyit, serbuk minuman instan temuputih,
serbuk minuman instan secang wangi, dan serbuk minuman instan temulawak.
Perbedaan lain terdapat pada aspek-aspek yang menjadi objek kajian studi

23

kelayakan. Penelitian yang telah dipaparkan hanya membahas analisis kelayakan


usaha dari aspek finansial saja, sedangkan penulis ingin melihat dari berbagai
aspek lain seperti aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek hukum,
aspek lingkungan, maupun aspek sosial.

BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis


3.1.1

Proyek
Yang

dimaksud

proyek

adalah

suatu

keseluruhan

aktivitas

yang

menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit), atau


suatu aktivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil
(return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai, dan
dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah, 2001). Menurut Gray (1992), proyek
adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu
bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan
benefit. Sumber-sumber yang digunakan dalam pelaksanaan proyek dapat berupa
barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahan-bahan mentah,
tenaga kerja, dan waktu. Sedangkan Gittinger (1986) mengatakan bahwa proyek
yang bergerak dalam bidang pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang
mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang modal yang dapat
menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu.

3.1.2 Studi Kelayakan


Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu
proyek, biasanya proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan
Suwarsono, 2000). Kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat
investasi yang terdiri dari :

25

1)

Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut

sebagai manfaat finansial).


2)

Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga

manfaat ekonomi nasional).


3)

Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek


Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus

dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu:


1)

Aspek Pasar

Terdiri dari permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan


dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.
2)

Aspek Teknis

Terdiri dari lokasi proyek, besaran skala oprasional untuk mencapai kondisi yang
ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi, serta
ketepatan penggunaan teknologi.
3)

Aspek Manajemen

Terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal
penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan manajemen
pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan,
personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.
4)

Aspek Hukum

Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang
dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat, dan izin
yang diperlukan dalam menjalankan usaha.

26

5)

Aspek Sosial Lingkungan

Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya terhadap


devisa negara, peluang kerja, dan pengembangan wilayah dimana proyek
dilaksanakan.
6)

Aspek Finansial

Terdiri dari pengaruh-pengaruh finansial pada proyek. Pengaruh-pengaruh


tersebut berbentuk biaya-biaya, manfat-manfaat, dan perubahan-perubahan yang
berpengaruh terhadap manfaat dan biaya yang diperoleh perusahaan.
Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat
keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari
pemborosan

sumber

daya,

3)

memilih

alternatif

proyek

yang

paling

menguntungkan, dan 4) menentukan prioritas (Gray, et al, 1998).

3.1.3 Aspek Studi Kelayakan


Menurut Kashmir dan Jakfar (2006) untuk menentukan layak atau
tidaknya suatu proyek harus dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk
dikatakan layak harus memiliki suatu standar tertentu. Namun penilaian tidak
hanya dilakukan pada hanya satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan
kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai, tidak berdiri
sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa saran
perbaikan sehingga memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat
memenuhi kriteria tersebut sebaiknya jangan dijalankan.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) secara umum aspek-aspek yang
diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek

27

finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi, dan aspek sosial.
Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti. Aspekaspek yang akan diteliti terlebih dahulu harus ditentukan dalam menentukan studi
kelayakan. Dalam penelitian ini penulis akan mengkaji mengenai aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek lingkungan, aspek hukum,
dan aspek finansial.

a.

Aspek pasar
Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek

yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh
proyek tersebut. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) aspek pasar mempelajari
tentang :
1)

Permintaan
Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli atau akses untuk

membeli. Artinya permintaan akan terjadi apabila didukung oleh daya


kemampuan yang dimiliki konsumen untuk membeli serta adanya akses untuk
memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan. Hal ini pula yang sangat
menentukan permintaan itu sendiri.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang dan
jasa antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki
hubungan subtitusi atau komplementer, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan
akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan (Kasmir dan Jakfar,
2006).

28

2)

Penawaran
Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada

berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor yang mempengaruhi
penawaran suatu barang atau jasa antara lain harga barang itu sendiri, harga
barang lain yang memiliki hubungan subtitusi atau komplementer, teknologi,
harga input, tujuan perusahaan, atau akses (Kashmir dan Jakfar, 2006).
3)

Program Pemasaran
Program pemasaran meliputi empat aspek bauran pemasaran (marketing mix)

yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion)
(Umar, 2003).
4)

Pangsa Pasar (Market share) Perusahaan


Pangsa pasar (Market share) merupakan proporsi dari keseluruhan pasar

potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan. Pasar
potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau sekelompok produk yang
mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu pada suatu periode tertentu. Dalam hal
ini, meliputi variabel yang dapat dikontrol oleh calon investor, yaitu marketing
mix, dan kemampuan manajemen lainnya, serta variabel yang tidak dapat
dikontrol oleh calon investor (Husnan dan Suwarsono, 2000).

b.

Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses

pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek


tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Penilaian kelayakan
terhadap aspek ini penting dilakukan sebelum suatu proyek dijalankan. Penentuan

29

kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis


atau operasi. Sehingga jika tidak dianalisis dengan baik akan berakibat fatal bagi
perusahaan di masa yang akan datang (Kashmir dan Jakfar, 2006).
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam aspek teknis antara lain :
1) Lokasi Proyek
Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian, yaitu
lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian lokasi bukan pabrik
mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan
proses produksi, yaitu lokasi bangunan administrasi perkantoran dan pemasaran.
Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi
proyek. Variabel ini dibedakan ke dalam dua golongan besar, yaitu variabel utama
(primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Penggolongan ke dalam kedua
kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk
berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan proyek bersangkutan.
Variabel-variabel utama (primer) tersebut yaitu ketersediaan bahan mentah, letak
pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas
transportasi. Sedangkan variabel-variabel sekunder terdiri hukum dan peraturan
yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat
istiadat), dan perencanaan masa depan perusahaan.
2) Skala Operasional atau Luas Produksi
Skala operasi atau luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya
diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Pengertian kata
seharusnya dan keuntungan yang optimal, mengandung maksud untuk

30

mengkombinasikan faktor eksternal dan faktor internal perusahaan. Beberapa


faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan
permintaan, persediaan kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga
kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen, serta
kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.
3) Layout Atau Tata Letak Alur Produksi
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian pengertian
layout mencakup Layout site (layout lokasi proyek), layout pabrik, layout
bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. Dalam layout pabrik terdapat
dua tipe utama, yaitu layout fungsional (layout process) dan layout produk (layout
garis).
4) Pemilihan Jenis atau Teknologi Peralatan
Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penentuan jenis atau teknologi perlatan
antara lain seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan, manfaat ekonomi
yang diharapkan, ketepatan teknologi dengan bahan mentah yang digunakan,
keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki
ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga
kerja) setempat, dan kemungkinan pengembangannya serta pertimbangan
kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan
dipilih sebagai akibat keusangan.

31

c.

Aspek Manajemen
Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek

dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila
dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari merencanakan,
melaksanakan,

sampai

dengan

mengendalikannya

agar

tidak

terjadi

penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi yang dipilih harus


sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya (Kashmir da Jakfar, 2006).
Menurut Husnan dan Suwarsono (2002) hal-hal yang dipelajari dalam aspek
manajemen antara lain :
1. Manajemen dalam Masa Pembangunan Proyek
Manajemen proyek adalah sistem untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengawasi pembangunan proyek dengan efisien. Manajemen proyek harus dapat
menyusun rencana pelaksanaan proyek dengan mengkoordinasikan berbagai
aktivitas atau kegiatan proyek dan penggunaan sumber daya agar secara fisik
proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya (Kashmir dan Jakfar, 2006). Halhal yang perlu diperhatikan dalam manajemen masa pembangunan proyek, yaitu
pelaksana proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang
melakukan studi masing-masing aspek (Husnan dan Suwarsono, 2000).
2. Manajemen dalam Operasi
Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih,
struktur organisasi, deskripsi, dan spesifikasi jabatan, anggota direksi, dan tenaga
kunci, serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan (Husnan dan Suwarsono,
2000).

32

d.

Aspek Finansial
Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya

dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama
umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2006). Menurut Kashmir dan Jakfar (2006)
penelitian dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja
yang akan dihitung dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan.
Kemudian juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika
proyek dijalankan. Penelitian ini meliputi lama pengembalian investasi yang
ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat suku bunga yang berlaku.
Sehingga jika dihitung dengan formula penilaian investasi akan sangat
menguntungkan. Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam penelitian aspek ini
antara lain :
1)

Biaya Kebutuhan Investasi


Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli

aset-aset yang dibutuhkan proyek tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap
yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Oleh
karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya kebutuhan investasi yang
digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi
tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis proyek
yang akan dijalankan. Secara umum komponen biaya kebutuhan investasi terdiri
dari biaya prainvestasi, biaya pembelian aktiva, dan biaya operasional (Kasmir
dan Jakfar, 2006).
2)

Sumber-Sumber Dana
Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada,

33

seperti dari modal sendiri, modal pinjaman, atau gabungan keduanya. Pilihan
apakah menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman atau gabungan dari
keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan
pengusaha (Kasmir dan Jakfar, 2006). Pada dasarnya pemilihan sumber dana
bertujuan untuk memilih sumber dana yang ada pada akhirnya bisa memberikan
kombinasi dengan biaya terendah, dan tidak menimbulkan likuiditas bagi proyek
atau perusahaan yang mensponsori proyek tersebut (artinya jangka waktu
pengembalian sesuai dengan jangka waktu penggunaan dana). Sumber-sumber
dana yang utama terdiri dari modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan,
penerbitan saham atau saham preferen di pasar modal, obligasi yang diterbitkan
oleh perusahaan dan dijual di pasar modal, kredit bank, leasing (sewa guna) dari
lembaga keuangan nonbank, dan project finance (Husnan dan Suwarsono, 2000).
3)

Aliran Kas (Cash flow)


Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam

suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk ke
perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa
uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kashmir dan Jakfar,
2006). Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam
pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi
para investor adalah kas bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu
proyek dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu aliran kas permulaan (initial
cash flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas terminal
(terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode
merupkan aliran kas permulaan. Aliran kas yang timbul selama operasi proyek

34

disebut aliran kas operasional. Sedangkan aliran kas terminal adalah aliran kas
yang diperoleh ketika proyek berakhir. Pada umumnya initial cash flow bernilai
negatif, sedangkan operational dan terminal cash flow bernilai positif. Aliranaliran kas ini dinyatakan dengan dasar setelah pajak (Husnan dan Suwarsono,
2000).

3.1.4 Analisis Kelayakan Investasi


Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), dalam menentukan layak atau tidaknya
suatu investasi, yang ditinjau dari aspek keuangan, perlu dilakukan pengukuran
dengan beberapa kriteria. Kriteria ini sangat bergantung dari kebutuhan masingmasing proyek dan metode mana yang akan digunakan. Setiap metode yang
digunakan mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Sehingga
dalam penilaian kelayakan suatu proyek hendaknya digunakan beberapa metode
sekaligus agar dapat memberikan hasil yang lebih sempurna. Kriteria-kriteria
tersebut biasa disebut dengan nama kriteria investasi.
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan
biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto
dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money
yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan
suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang
akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan
perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu: ukuran-ukuran
tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus

35

manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).


Konsep nilai waktu uang (time value of money) menyatakan bahwa nilai
sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa
yang akan datang (future value). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini terjadi
yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat
ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan
datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang
memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui
kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi
masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al, 1999).
Kadariah et al (1999) juga mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut
berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga
modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat
dimungkinkan

untuk

membandingkan

arus

biaya

dan

manfaat

yang

penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku
bunga ditentukan melalui proses discounting.

1) Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara nilai
sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. NPV juga dapat diartikan
sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Menurut
Keown (2001), Net Present Value diartikan sebagai nilai bersih sekarang arus kas
tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal. Dalam menghitung
NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan.

Kriteria investasi

36

berdasarkan NPV yaitu:


NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar
modal sosial Opportunities cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek
tersebut tidak untung dan tidak rugi.
NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan
dapat dilaksanakan.
NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak
dilaksanakan.

2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)


Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan
antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net
benefit yang negatif . Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah:
Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi
Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan
Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan

3) Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value
kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang
diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net
Present Value (NPV) sama dengan nol (0).
Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata

37

keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan


dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga
maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan.
Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku
bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

4) Payback Periode (PBP)


Payback Periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur
periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat
kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali
dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono, 2000).

5) Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan
proyek yang telah dilakukan. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh yang akan
terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik
perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi
ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan
(Gittinger, 1986).
Semua proyek harus diamati melalui analisis sensitivitas. Pada bidang
pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama,
yaitu:

38

1.

Perubahan harga jual

2.

Keterlambatan pelaksanaan proyek

3.

Kenaikan biaya

4.

Perubahan volume produksi

3.1.5

Teori Biaya dan Manfaat


Dalam analisa proyek, tujuan-tujuan analisa harus disertai dengan definisi

biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu


yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang
membantu tujuan (Gittinger, 1988). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai
pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap
manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat
jangka panjang, seperti: tanah, bangunan, pabrik, dan mesin
2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan
pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja
3. Biaya lainnya, seperti : pajak, bunga, dan pinjaman
Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan
kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi:
1. Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan
kesempatan kerja

39

2. Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak
langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti:
rekreasi.
Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan
suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi
adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari
investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai
perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari
investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986).

3.2 Kerangka Konseptual


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan suatu proyek pertanian
dari usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan berbasis tanaman
obat. Serbuk minuman instan berbasis tanaman obat tersebut terdiri dari enam
komoditi yaitu : serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman instan kencur,
serbuk minuman instan kunyit, serbuk minuman instan temulawak, serbuk
minuman instan temuputih, dan serbuk minuman instan secang wangi.
Analisis kelayakan dilakukan dengan menganalisis aspek-aspek kelayakan
investasi seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek
lingkungan, aspek hukum, dan aspek finansial. Analisis finansial mengkaji NPV,
IRR, Net B/C Rasio, Payback Periode, dan sensitivitas usaha pembuatan serbuk
minuman instan tanaman obat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
rekomendasi dan informasi mengenai pelaksanaan usaha kepada pengusaha

40

pembuatan serbuk minuman instan berbasis tanaman obat, terutama enam


komoditas yang dibahas pada penelitian ini.

TAMAN SYIFA

Usaha Pembuatan Serbuk Minuman


Instan Berbasis Tanaman Obat

Analisis studi kelayakan usaha

Aspek
Pasar

Aspek
Teknis

Aspek
Hukum

Tidak Layak

Aspek
Finansial

Aspek
Lingkungan

Aspek
Manajemen

Layak

Perbaikan Usaha

Pengembangan Usaha

Gambar 1. Kerangka Operasional Penelitian

Aspek
Sosial

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Koleksi Taman Obat dan Spa Kebugaran SYIFA yang
terletak KKP IPB Baranang Siang IV, Jalan Prambanan blok B no. 69, Tanah
Baru, Bogor. Lokasi penelitian dimbil secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Taman Obat dan Spa Kebugaran TAMAN SYIFA (TAMAN
SYIFA) merupakan usaha yang baru dilaksanakan dan salah satu unit usahanya
adalah pembuatan serbuk minuman instan berbasis tanaman obat. Selain dari itu,
karena TAMAN SYIFA belum pernah melakukan studi kelayakan terhadap
usahanya ini, maka pihak manajemen meminta agar penulis melakukan penelitian
di tempat ini. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada bulan Februari-April
2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara kepada pemilik usaha.
Selain dari itu, wawancara juga dilakukan kepada karyawan SYIFA. Data primer
mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha baik biaya investasi
maupun biaya operasional, serta penerimaan selama masa satu tahun usaha. Datadata tersebut digunakan untuk membuat analisis kelayakan usaha serbuk minuman
instan. Data sekunder didapat dari studi literatur beberapa skripsi, buku, dan jurnal
yang berkaitan dengan materi penelitian serta pengolahan data yang diambil dari

42

departemen-departemen terkait, seperti Departemen Pertanian dan Departemen


Gizi dan Kesehatan.

4.3 Metode Pengolahan Data


Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian, terutama mengenai biayabiaya, baik biaya investasi maupun biaya operasional, juga penerimaan, diolah
menggunakan program Microsoft excel. Pemilihan program tersebut karena
merupakan program yang telah lazim digunakan dan relatif mudah dioperasikan.
Sedangkan data yang bersifat kualitatif diolah dan disajikan secara deskriptif.

4.4 Metode Analisis Data


Tujuan utama dilakukan analisis kelayakan usaha serbuk minuman instan
adalah untuk menghindari menghindarkan kerugian, memilih prioritas bisnis
unggulan, dan sebagai proyeksi pendapatan di masa datang.

Analisis yang

dilakukan selama penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek lingkungan, dan aspek hukum
dalam usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan berbasis tanaman
obat. Analisa kuantitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan aspek finansial
dalam pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan berbasis tanaman obat.
Analisis kelayakan finansial menggunakan beberapa kriteria, yaitu : Analisis nilai
bersih sekarang (Net Present Value/NPV), Tingkat pengembalian investasi
(Internal Rate of Return/IRR), Masa pengembalian investasi (Payback Periode),
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) yang merupakan angka perbandingan

43

antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net
benefit yang negatif, dan analisis sensitivitas.
Data kuantitatif yang dikumpulkan, diolah dengan menggunakan kalkulator
dan program komputer yaitu Microsoft Excel, dan ditampilkan dalam bentuk
tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan pejelasan secara deskriptif.

4.4.1

Analisis Aspek teknis

Aspek teknis berhubungan dengan input usaha (penyediaan) dan output


(produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1986). Analisis ini
dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah usaha tersebut dapat
dilaksanakan secara teknis. Bila analisis secara teknis telah dilakukan, analisis
usaha harus terus-menerus memastikan bahwa pekerjaan secara teknis tersebut
berjalan dengan lancar dan perkiraan-perkiraan secara teknis cocok dengan
kondisi sebenarnya.
Analisis aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada hal-hal
teknis dari usaha seperti : alasan pemilihan lokasi usaha, ketersediaan sumber
bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, tenaga kerja yang
dibutuhkan, transportasi, peraturan yang berlaku di lokasi usaha, iklim dan
keadaan fisik lokasi usaha, sikap masyarakat, rencana perluasan usaha, skala
usaha yang dijalani, alasan pemilihan mesin atau peralatan yang digunakan,
proses produksi yang dilakukan, dan ketepatan penggunaan teknologi. Proyek
dikatakan layak apabila ada perkembangan produksi.

44

4.4.2

Analisis Aspek Manajemen

Analisis aspek manajemen dilakukan secara kualitatif untuk melihat apakah


fungsi manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan operasional usaha pembuatan
dan pemasaran serbuk minuman instan berbasis tanaman obat. Jika fungsi
manajemen dapat diterapkan, maka usaha tersebut dinilai layak dari aspek
manajemen. Analisis aspek manajemen dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang
behubungan dengan aspek manajemen perusahaan seperti : bentuk usaha, struktur
manajemen, dan kebutuhan tenaga kerja dalam suatu usaha. Proyek dikatakan
layak apabila menggunakan sistem manajemen yang baik.

4.4.3

Analisis Aspek Sosial

Analisis sosial dapat dilakukan dengan mempertimbangkan pola dan


kebiasaan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan usaha, karena
pertimbangan ini berhubungan langsung dengan kelangsungan suatu usaha. Suatu
usaha harus tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial seperti penciptaan
lapangan kerja, distribusi pendapatan, dan lain sebagainya. Selain itu, apakah
usaha tersebut dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya.

4.4.4

Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dapat dilihat dari sisi keluaran yaitu terdapat suatu
permintaan efektif pada tingkat harga yang menguntungkan. Dari sudut
pandangan masukan yaitu adanya ketersediaan bahan baku, distribusi, kapasitas
kontinuitas, serta tingkat harga. Pada analisis aspek pasar ini juga akan dikaji
mengenai tataniaga yang dilakukan oleh perusahaan TAMAN SYIFA dalam

45

memasarkan produk serbuk minuman instan berbasis tanaman obat. Proyek


dikatakan layak apabila ada peluang pasar akan komoditi yang dipasarkan dan
strategi yang dilaksanakan optimal.

4.4.5

Analisis Aspek Hukum


Analisis ini dimaksudkan untuk meyakini bahwa secara hukum rencana

bisnis dapat dinyakatan layak atau tidak. Dalam hal ini, analisis akan dianalisis
sejauh apa TAMAN SYIFA mengikuti peraturan-peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

4.4.6

Analisis Aspek Lingkungan


Analisis ini akan melihat bagaimana respon TAMAN SYIFA terhadap

lingkungan sekitarnya. Respon tersebut dinilai dari bagaimana TAMAN SYIFA


mengatur limbah hasil produksi, analisis mengenai dampak lingkungan yang ada,
dan hal-hal yang terkait dengan tanggung jawab sosial TAMAN SYIFA terhadap
lingkungan alam sekitarnya.

4.4.7

Analisis Aspek Finansial


Dalam melakukan analisis finansial diperlukan kriteria investasi yang

menyatakan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria
investasi yang digunakan tersebut adalah :
a)

Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) adalah salah satu alat analisis untuk menguji

kelayakan dari suatu investasi. NPV adalah nilai sekarang dari arus pendapatan

46

yang ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu atau dapat dikatakan
sebagai selisih antara nilai bersih dari manfaat dan biaya pada setiap tahun
kegiatan usaha. Rumus yang digunakan dalam penghitungan NPV adalah sebagai
berikut. :

Sumber : Gray Clive, 1992

Dimana :
Bt = Penerimaan (Benefit) bruto tahun ke-t
B

Ct = Biaya (cost) bruto tahun ke-t


n = Umur ekonomis usaha
t = Tahun
i = Tingkat suku bunga/discount rate

Dalam metode NPV, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika NPV
suatu usaha lebih besar dari nol (NPV>0) berarti usaha tersebut layak dilakukan
atau dilanjutkan karena memiliki arti bahwa manfaat yang diperoleh lebih besar
dari biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, jika NPV usaha kurang dari nol
(NPV<0), maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan atau dilanjutkan
karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang diterima. Sedangkan
jika NPV usaha sama dengan nol (NPV=0) manfaat yang diperoleh hanya cukup
untuk menutup biaya yang dikeluarkan, artinya proyek tersebut mampu

47

mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi


normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

b)

Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)


Analisis imbangan biaya dan penerimaan adalah alat analisis untuk

mengukur tingkat efisiensi setiap rupiah yang dikeluarkan yang diperoleh dari
penerimaan. Net B/C merupakan perbandingan NPV total dari manfaat bersih
terhadap total dari biaya bersih (Gray, 1992) atau dapat dikatakan sebagai
perbandingan antara jumlah nilai bersih yang bernilai positif sebagai pembilang
dan nilai bersih yang bernilai negatif (penyebut). Dalam analisis ini akan diuji
seberapa jauh setiap nilai rupiah yang dipakai dapat memberikan sejumlah nilai
penerimaan sebagai manfaatnya.

Sumber : Gray Clive, 1992

Dimana :
Bt = Penerimaan (benefit) bruto pada tahun ke-t
Ct = Biaya (cost)bruto pada tahun ke-t
t = tahun
n = umur usaha
i = tingkat suku bunga (Discount rate)

48

Net B/C digunakan untuk mengukur efisiensi dalam penggunaan modal.


Jika net B/C suatu usaha lebih dari satu (net B/C >1), maka dapat dikatakan
bahwa usaha tersebut layak untuk diusahakan atau dilanjutkan. Jika net B/C suatu
usaha sama dengan satu (net B/C = 1), maka biaya yang dikeluarkan sama dengan
keuntungan yang didapatkan. Dan jika net B/C suatu usaha kurang dari satu (net
B/C < 1), maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan karena biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada keuntungan
yang diperoleh.

c)

Internal Rate of Return (IRR)


Internal rate of return adalah tingkat suku bunga (discount rate) pada saat

NPV sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan tingkat
diskonto yang telah ditentukan, maka usaha layak diusahakan. Rumus
perhitungannya :

Sumber : Kadariah et al., 2001

Dimana:
NPV = NPV yang bernilai positif
NPV = NPV yang bernilai negatif
i = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif
i = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV negatif

49

Jika ternyata IRR usaha lebih besar dari tingkat diskonto yang telah
ditentukan, maka usaha layak untuk dilakukan, sedangkan jika IRR usaha lebih
kecil dari tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tidak layak untuk
diusahakan.

d)

Payback Period (PBP)


Payback Period atau analisis waktu adalah jumlah tahun yang dibutuhkan

untuk menutupi pengeluaran awal. Kriteria ini mengukur kecepatan proyek dalam
mengembalikan biaya awal. Oleh sebab itu, kriteria ini menghitung arus kas yang
dihasilkan dan bukan besarnya keuangan akuntansi (Keown, et al., 2001).
Semakin kecil angka yang dihasilkan, maka usaha tersebut semakin baik untuk
diusahakan. Perhitungan PBP dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :
I = besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
Pada dasarnya semakin cepat Payback Period menandakan semakin kecil
resiko yang dihadapi oleh investor.

50

4.4.8

Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu teknik untuk menguji secara

sistematis apa yang akan terjadi terhadap suatu keyakan suatu proyek apabila
terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan dalam perencanaa.
Analisis sensitivitas berguna untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur
dalam aspek finansial kegiatan usaha yang dijalankan. Analisis sensitivitas akan
melihat apa yang akan terjadi dengan kegiatan hasil usaha jika terjadi perubahanperubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan pendapatan. Analisis
sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan skenario dan pendekatan
switching value. Dalam penelitian ini, analisis sensitivitas dilakukan

untuk

melihat sejauh mana perubahan pada volume produksi, perubahan harga output,
ataupun perubahan pada perubahan harga input dapat mengakibatkan nilai NPV
sama dengan nol (Gittinger, 1986).
Selain menggunakan pendekatan skenario, analisis sensitivitas dapat
dilakukan dengan pendekatan switching value. Analisis ini dilakukan dengan
metode uji coba sehingga mendapatkan nilai NPV sama dengan nol. Metode uji
coba dilakukan dengan mengikuti prosedur apabila nilai NPV yang dihasilkan
pada kondisi normal positif maka yang akan dilakukan adalah dengan melakukan
penurunan produksi, penurunan harga output, dan peningkatan biaya. Sebaliknya,
apabila kondisi normal usaha menghasilkan nilai NPV negatif, maka perubahan
yang dilakukan adalah dengan menaikkan haga, menaikkan produksi, dan
menurunkan biaya.

51

4.5 Asumsi Dasar


Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Usaha yang dilakukan adalah usaha pembuatan dan pemasaran serbuk
minuman instan jahe, temulawak, temuputih, kencur, secang wangi, dan
kunyit.
2. Pengusaha menggunakan modal sendiri.
3. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito
Bank Indonesia pada bulan Februari 2008 sebesar 8,25 persen.
4. Umur proyek adalah sepuluh tahun, didasarkan pada umur mesin penggiling.
5. Inflow dan Outflow merupakan proyeksi berdasarkan pada penelitian dan
informasi yang didapatkan pada saat penelitian.
6. Kapasitas produksi pada tahun pertama dan tahun kedua sdiasumsikan sebesar
75 persen, dan seterusnya sebesar 100 persen. Kapasitas produksi tersebut
adalah sebagai berikut; Serbuk Minuman Instan Jahe 1633 kemasan
persen/tahun, Serbuk Minuman Instan Kunyit 756 kemasan/tahun, Serbuk
Minuman Instan Kencur 673 kemasan/tahun, Serbuk Minuman Instan
Temulawak 663 kemasan/tahun, Serbuk Minuman Instan Temuputih 389
kemasan/tahun,

dan

Serbuk

Minuman

Instan

Secang

Wangi

415

kemasan/tahun.
7. Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku selama bulan Februari
2008 dan konstan selama masa penelitian. Harga-harga tersebut adalah
sebagai berikut; harga minyak tanah adalah Rp 3.000/liter; harga gula adalah
Rp 6.000/kilogram; harga jahe adalah Rp 8.000/kilogram; harga kencur
Rp4.500/kilogram, harga kunyit Rp 2.500/kilogram; harga temulawak Rp

52

5.000/kilogram; harga temuputih Rp 5.000/kilogram, harga secang Rp


2.000/100 gram, harga cengkeh Rp 1.000/50 gram.
8. Total produksi adalah jumlah kemasan yang dihasilkan selama satu tahun.
Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dan harga jual.
Harga jual yang ada adalah sebesar Rp 3.000/kemasan untuk semua komoditi
kecuali kemasan secang wangi yaitu Rp 6.000/kemasan.
9. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembuatan serbuk minuman instan ini
terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan
pada tahun ke-1 dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan
yang telah habis umur ekonomisnya.
10. Investasi bangunan diperhitungkan berdasarkan proporsi penggunaan unit
bisnis.
11. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
12. Jumlah hari kerja per tahun adalah tiga ratus hari.
13. Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan
metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis.
14. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progesif berdasarkan UU No.
17 tahun 2000 Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri
dan bentuk Usaha Tetap, yaitu:

Jika pendapatan < 50.000.000 maka 10% x pendapatan

Jika 50.000.000 < pendapatan < 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + { 15%
x (pendapatan 50.000.000)}

Jika pendapatan > 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + (15% x 50.000.000)


+ {30% x (pendapatan 100.000.00)}

BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1

Sejarah Singkat Perusahaan


TAMAN SYIFA terletak di KKP IPB Baranang Siang IV, Jalan Prambanan

blok B no. 69, Tanah Baru, Bogor. 7 TAMAN SYIFA adalah perusahaan
perseorangan yang dirintis sejak tahun 2005 oleh Dr. drh. Umi Cahyaningsih, MS.
Awal mula Ibu Umi, nama panggilan pemilik TAMAN SYIFA merintis usaha ini
dimulai ketika Ibu Umi tergabung dalam ISWI (Ikatan Sarjana Wanita Indonesia)
dan mengikuti seminar mengenai pengobatan diabetes dengan tanaman obat atau
herbal. Dalam seminar tersebut, para peserta diberitahukan berbagai macam dan
jenis tanaman yang berkhasiat untuk penyembuhan penyakit atau yang berguna
bagi kesehatan. Dalam seminar itu pula, para peserta mendapatkan beberapa
contoh tanaman untuk praktek menanam. Namun pada akhir seminar tersebut,
para peserta meninggalkan tanaman praktek begitu saja. Melihat hal itu, Ibu Umi
dengan sengaja mengambil tanaman-tanaman yang tidak dibawa pulang peserta
lain. Berbekal kurang lebih delapan puluh jenis tanaman yang Ibu Umi dapatkan,
beliau menanamkan tanaman-tanaman tersebut pada sebidang tanah berukuran
kurang lebih 500

m2

. Pada awalnya, Ibu Umi hanya berniat menjadikan tanaman-

tanaman tersebut sebagai koleksi beliau saja. Namun pada suatu hari, taman
koleksi tanaman obat Ibu Umi dijadikan tempat magang salah satu mahasiswa
Institut Pertanian Bogor (IPB), dan dari mahasiswa tersebutlah Ibu Umi mendapat

Email tamansyifa@ahoo.com, Homepage : http://expage.com/tamansyifa.

54

gagasan untuk membuka usaha TAMAN SYIFA sebagai taman koleksi tanaman
obat dan spa kebugaran.

5.2

Profil Perusahaan
TAMAN SYIFA termasuk bentuk usaha kecil menengah atau tergabung

dalam industri rumah tangga. TAMAN SYIFA memiliki visi yaitu dengan
keyakinan bahwa manusia diciptakan lengkap dengan sumberdaya alam untuk
kebutuhan selama hidupnya, maka manusia perlu kembali mengenali,
mempelajari, dan memanfaatkan segala sumber daya alam yang ada di
sekitarnya untu kemandirian dan interdependensi positif dalam segala aspek
kehidupannya. Sedangkan misinya adalah Mendorong proses pembelajaran untuk
mengenali, mempelajari, dan memanfaatkan sumber daya alam dan unsur-unsur
lingkungan hidup yang ada di sekitar manusia untuk mendororng sedapat
mungkin kemandirian dan serta interdependensi yang positif dalam segala aspek
kehidupan manusia.
TAMAN SYIFA belum memiliki lisensi sebagai bentuk usaha. Satu-satunya
yang TAMAN SYIFA punya hanya lisensi institusional, karena pemiliknya adalah
dosen IPB. Selain itu, TAMAN SYIFA baru memiliki izin dari Dinas kesehatan
Kota Bogor dengan No. PIRT 2.04.271.4.0554.
Namun saat ini, TAMAN SYIFA sedang mengurus perizinan lainnya di
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kehakiman). Sedangkan untuk sertifikasi
halal, TAMAN SYIFA juga sedang mengurusnya di Majelis Ulama Indonesia
(MUI).

55

5.3

Deskripsi dan Perkembangan Usaha


Pada mulanya, TAMAN SYIFA memiliki nama CV Hanabio. Hanabio

kemudian berganti nama menjadi TAMAN SYIFA yang saat ini memiliki banyak
unit bisnis. Unit bisnis tersebut antara lain adalah budidaya lobster, sewa jasa
laboratorium penelitian, penjualan aneka produk herbal, dan agroedutourism
tanaman obat.
Pada unit usaha agroedutourism, Ibu Umi sebagai pemilik memiliki suatu
taman koleksi yang memiliki ratusan jenis tanaman obat. Taman tersebut dibuka
untuk umum jika masyarakat ingin melihatnya dan tentunya ada paket edukasi
(pemaparan) mengenai khasiat-khasiat tanaman obat tersebut.
Untuk bisnis unit produk herbal, ibu Umi memiliki tiga subbisnis unit, yaitu
berbentuk produk ekstrak kapsul, serbuk minuman instan, dan produk-produk
kecantikan. Produk ekstrak kapsul terdiri dari lima komoditi. Komoditi tersebut
yaitu ekstak kapsul dari sambiloto, ekstrak kapsul chireta, ekstrak kapsul
androgarphis, ekstrak kapsul pegagan, dan ekstrak kapsul dari umbi dewa. Produk
serbuk minuman instan terdiri serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman
instan kencur, serbuk minuman instan kunyit, serbuk minuman instan temulawak,
serbuk minuman instan temuputih, dan serbuk minuman instan secang wangi
(perpaduan antara berbagai jenis tanaman obat). Sedangkan untuk produk-produk
kecantikan, TAMAN SYIFA menyediakan spa celup tanaman obat, bedak dingin,
masker wajah, sabun, pelembab bibir, shampo, lulur, minyak aromatherapi,
hairtonic, dan simplisia.
Pada awal pembuatan produk, TAMAN SYIFA hanya membuat serbuk
instan jahe saja sebanyak 150 bungkus. Setelah itu, produk baru sejenis

56

diluncurkan secara berurutan yaitu kunyit, secang wangi, kencur, temulawak, dan
temu putih.

Selanjutnya, TAMAN SYIFA memproduksi bedak dingin dan

memproduksi olahan sambiloto.


Selama ini, cara pemasaran yang dilakukan TAMAN SYIFA adalah dengan
melakukan konsinyiasi di beberapa tempat seperti di rumah makan, tempat-tempat
pengobatan tradisional, dan apotik di wilayah Kota Bogor. Jumlah tempat yang
menjadi saluran pemasaran TAMAN SYIFA sekitar dua puluh tempat dan
TAMAN SYIFA memasok barang sekitar dua minggu sekali.
Sedangkan untuk penentuan harga produk dilakukan berdasarkan metode
konvensional yaitu dengan melihat biaya yang kemudian ditambahkan dengan
keuntungan yang ingin diperoleh. Dan sampai saat ini, TAMAN SYIFA tidak
memiliki target penjualan tiap periode produksinya.
Mula-mula, untuk produk serbuk minuman instan, TAMAN SYIFA
membuat satu paket berisi dua bungkus seharga Rp 3.000 rupiah per paket, namun
TAMAN SYIFA kini membuat paket lain yang lebih ekonomis, yaitu paket satu
paket berisi sepuluh bungkus dengan harga p. 10.000 rupiah per paket. Kemasan
paket didesain sendiri oleh TAMAN SYIFA dan proses pengemasan dilakukan
secara manual.
Selama ini, untuk produk simplisia dan produk-produk berbahan baku
tanaman obat, TAMAN SYIFA mendapatkan baku seperti daun mint, kumis
kucing, dan tempuyung dari kebun sendiri. Namun selain tanaman tersebut,
TAMAN SYIFA masih membelinya di pasar tradisonal kota Bogor karena belum
ada pembudidayaan yang optimal dan menyeluruh. Selanjutnya, TAMAN SYIFA

57

hendak melakukan pengembangan usaha yaitu berencana membuat permen jelly


herbal dan instan mengkudu.

BAB VI
ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL

6.1

Aspek pasar
Dalam mengkaji aspek pasar, hal yang perlu diperhatikan adalah

kedudukan produk dalam pasar saat ini, bentuk pasar yang akan dimasuki,
komposisi, dan perkembangan permintaan produk di masa lalu dan sekarang,
proyeksi permintaan produk di masa yang akan datang, kemungkinan adanya
pesaing, dan peranan pemerintah dalam menunjang perkembangan produk.
Untuk memasuki pasar menurut Kotler (2002), perusahaan harus
memperkirakan pasar potensial agar sumber daya yang dimilikinya dapat disebar
dengan efektif. Pasar potensial adalah sejumlah konsumen yang mempunyai kadar
minat tertentu pada produk tertentu.
Banyak perubahan yang terjadi pada industri barang konsumsi dipengaruhi
oleh perilaku konsumen. Orang-orang bekerja dengan waktu yang lebih lama
daripada dahulu, dan banyak wanita yang bekerja padahal telah menikah dan
mempunyai anak. Sehingga kepraktisan menjadi salah satu nilai yang paling dicari
dari barang yang hendak dibeli konsumen. Hal yang paling utama adalah nilai,
kenyamanan, dan variasi (AC Nielsen Indonesia, 2006).

6.1.1

Analisis Persaingan dan Struktur Pasar


Struktur pasar didefinisikan sebagai sifat-sifat organisasi pasar yang

mempengaruhi perilaku dan keragaan perusahaan. Istilah struktur pasar menuju


pada tipe pasar, sedangkan derajat persaingan struktur pasar (degree of

59

competitiveness of market structure) dipakai untuk menunjuk sejauh mana


perusahaan-perusahaan individual mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi
harga atau ketentuan-ketentuan lain dari produk yang dijualnya (Stanton,1991).
Struktur pasar dapat dinyatakan sebagai susunan atau komponen pasar. Struktur
pasar dapat didefinisikan dengan mengamati sejumlah perusahan yang terdapat
dalam suatu pasar. Konsentrasi pasar, diferensiasi produk, syarat keluar masuk
pasar, dan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh partisipasi pasar.
Struktur pasar menjadi sangat penting dalam mengamati persaingan dan
tingkat harga. Dahl dan Hammond (1977) mengemukakan berbagai macam
struktur pasar yang dapat terbentuk sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Struktur Pasar yang Mungkin Berdasarkan Karakteristik Pesaing


Jumlah
Sifat Produk
Dari
Sudut Dari
Sudut
Perusahaan
Penjual
Pembeli
Banyak
Standar/homogen Persaingan murni Persaingan murni
Banyak
Diferensiasi
Persaingan
Persaingan
monopolistik
monopolistik
Sedikit
Standar/homogen Oligopoli murni
Oligopoli murni
Sedikit
Diferensiasi
Oligopoli
Oligopsoni
diferensiasi
diferensiasi
Unik
Unik
Monopoli
monopsoni
Sumber : Dahl dan Hammond (1977)

TAMAN SYIFA menawarkan serbuk minuman instan yang secara garis


besar berdasarkan fungsinya tergolong ke dalam produk minuman instan. Menurut
data yang diperoleh Apriani (2007), ada beberapa perusahaan yang memproduksi
produk sejenis di lingkup Kota/Kabupaten Bogor, yaitu : PT Supra Sari Lestari,
PT Liza Herbal Internasional, Perusahaan Mitra Industri, Perusahaan Rhizoma,
Perusahaan Fatimah, Perusahaan Taman Sringganis, Perusahaan Lisna Agung,
dan PT Biofarmaka Indonesia.

60

Dari data pesaing-pesaing tersebut, dapat dikatakan bahwa produk


TAMAN SYIFA ini dari sudut penjual dan pembeli, dapat dikatakan produk ini
memasuki pasar persingan Oligopoli. Hal ini didapat dari pertimbangan bahwa
perusahaan-perusahaan sejenis tidak terlalu banyak dan produk yang ditawarkan
mengalami diferensiasi. Selain itu, tindakan perusahaan lain akan mempengaruhi
tindakan perusahaan TAMAN SYIFA sekalipun dalam ukuran yang tidak terlalu
besar. Sebagai contoh, TAMAN SYIFA memperoleh komposisi produk dari hasil
inovasi perusahaan pesaingnya. Jika pesaing menggunakan konsentrat yang tidak
terlalu pekat, TAMAN SYIFA melakukan inovasi agar memiliki nilai lebih yaitu
dengan perbandingan konsentrat bahan baku dasar dengan gula 1:1
Dari beberapa pesaing utama tersebut, Perusahaan Taman Sringganis
dirasakan menjadi pesaing paling utama. Hal ini dinilai dengan pertimbangan
bahwa lokasi perusahaan sama-sama dalam satu kawasan dan memiliki produk
serta skala usaha yang dapat diakatakan sebagai industri rumah tangga. Mengingat
bahwa perusahaan tersebut berdiri lebih lama, maka dilihat dari aspek pasar,
Taman Sringganis memiliki keunggulan lebih.

6.1.2

Analisis Prospek dan Potensi Pasar


Produk serbuk minuman instan ini memiliki khasiat untuk membantu

menjaga kesehatan sehingga tergolong produk suplemen. Saat ini kesadaran


masyarakat khususnya di perkotaan akan kesehatan cukup tinggi sehingga produkproduk yang menunjang kesehatan sangat diminati. Produk serbuk minuman
instan ini, yang mendukung kesehatan, tentunya mendapatkan respon positif dari
masyarakat apalagi ditunjang dengan trend yang sedang berkembang di

61

masyarakat untuk menggunakan produk-produk berbahan dasar alami (trend back


to nature).
Adanya kecenderungan pola hidup kembali ke alam menyebabkan
masyarakat lebih memilih menggunakan obat atau minuman kesehatan alami yang
diyakini tidak memiliki efek samping dan harga lebih terjangkau daripada obatobatan sintetik.
Perkembangan ini dapat dilihat peningkatan penjualan obat tradisional
sebesar 970,6 ton pada tahun 1984, lalu meningkat menjadi sepuluh kali lipat
menjadi 9.273,4 ton pada tahun 1998, dan sampai pada omzet Rp1,4 triliyun
rupiah pada tahun 2003 (Said dalam Rauf, 2006)
Peluang-peluang lain yang dapat dimanfaatkan antara lain adalah WHO
yang merealisasikan visi kesahatan dunia abad 21 dengan mendukung pengobatan
tradisional dalam pemeliharaan kesehatan dunia. Selain itu, kebijakan Presiden RI
berupa Pendekatan Pembangunan Nasional Berorientasi Kesehatan dengan Tajuk
Menuju Indonesia Sehat 2010 juga turut membantu memperlebar peluang pada
usaha ini.
Kondisi ini merupakan kesempatan tersendiri untuk SYIFA guna
mengembangkan produk-produknya terutama serbuk minuman instan yang telah
mulai diproduksinya.
Menurut Kotler (2002) permintaan pasar atas suatu produk adalah jumlah
volume yang akan dibeli oleh suatu kelompok konsumen tertentu dalam suatu
wilayah geografis tertentu, dalam suatu waktu tertentu, yang berada dalam suatu
lingkungan tertentu, dengan suatu program pemasaran tertentu.

62

Dengan peluang-peluang tersebut, produk serbuk minuman instan yang


TAMAN SYIFA tawarkan dinilai memiliki pasar yang potensial. Pasar potensial
tersebut menjadi peluang yang besar jika dilakukan dengan program pemasaran
yang efektif.

6.1.3

Pangsa Pasar
Untuk menentukan pangsa pasar, perlu diketahui pangsa pasar yang akan

dimasuki serta prospek pasar yang akan dimasuki. Menurut Fellows et al dalam
Rauf (2006) besarnya pasar untuk bisnis baru harus diperhitungkan keberadaan
pesaing terhadap produk tersebut. Pengetahuan tentang pesaing ini berpengaruh
terhadap besarnya pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru dengan
tingkat persaingan seperti dalam Tabel 6.

Tabel 6 Perkiraan Pangsa Pasar Berdasarkan Pesaing


Jumlah
Banyak
Sedikit
Satu
Pesaing
Ukuran L
Sm
L
Sm
L
Pesaing
Jenis
S
D S D
S
D S
D
S D
Produk
Pangsa
0- 0- 5- 10- 0- 5- 10- 20- 0- 10Pasar
2,5 5 10 15 2,5 10 15 30 5 15
(%)

Tidak
Ada
Sm
S

3050

4080

100

Ket : L=besar ; Sm=Kecil ; s=sama; D=tidak sama

Dari Tabel 6 dapat dianalisis seberapa besar pangsa pasar dari produk
serbuk minuman instan yang ditawarkan TAMAN SYIFA. TAMAN SYIFA
berada dalam pasar oligopoli sehingga memiliki jumlah pesaing sedikit. Ukuran
pesaing beragam, dari yang berukuran luas hingga kecil. Dan produk yang
ditawarkan tiap-tiap pesaing dengan TAMAN SYIFA sendiri berbeda (tidak

63

homogen). Oleh sebab itu, dianalisis bahwa pangsa pasar TAMAN SYIFA cukup
besar yaitu antara 5-30 persen.

6.1.4

Daur Hidup Produk


Setiap produk memiliki daur hidup produk. Daur hidup terdiri dalam

empat tahap, yaitu : tahap perkenalan (introducing), tahap perkembangan


(growing), tahap pendewasaan (mature), dan tahap penurunan (declining). Bentuk
tahapan ini dapat dilihat dalam Gambar 2.

Gambar 2. Tahapan-tahapan dalam Daur Hidup Produk

Dalam menetapkan rencana strategi perusahaan, satu hal yang harus


diperhitungkan adalah fakta bahwa produk memiliki daur hidup. Produk
mengalami siklus-siklus yang terdapat dalam Gambar 2.
Menurut Kotler (2002), mengatakan bahwa semua produk memiliki daur
hidup berarti menegaskan empat hal yaitu :
Produk memiliki umur yang terbatas.
Penjualan produk melalui berbagai tahap yang berbeda, masing-masing
memberikan tantangan, peluang, dan masalah yang berbeda bagi penjual.

64

Laba naik dan turun pada berbagai tahap yang berbeda selama daur hidup
produk.
Produk memerlukan strategi pemasaran, keuangan, manufaktur, pembelian,
dan sumber daya manusia yang berebda dalam setiap tahap daur hidupnya.
Penulis menganalisis daur hidup produk serbuk minuman instan yang
ditawarkan TAMAN SYIFA masih dalam masa perkenalan. Mungkin di pasaran
produk sejenis sudah memasuki tahap pertumbuhan, atau lebih jauh lagi. Namun
dalam hal ini, penulis melihat dari pendekatan produsen. TAMAN SYIFA belum
lama menawarkan produknya kepada pasar. Selain itu, tingkat penjualan yang
belum terlalu tinggi relatif dibandingkan perusahaan lain membuat penulis
menganalisis bahwa produk serbuk minuman instan yang ditawarkan TAMAN
SYIFA masih dalam tahap pengenalan atau introducing.

6.1.5

Bauran Pemasaran
Menurut Umar (2005) terdapat berbagai kegiatan yang harus dilalui oleh

barang dan jasa sebelum sampai ke konsumen. Ruang lingkup kegiatan yang luas
itu disederhanakan menjadi empat kebijaksanaan pemasaran yang dapat dikontrol
yang biasa disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran
adalah gabungan dari keempat strategi yang ada di dalamnya. Bauran pemasaran
merupakan alat yang dipergunakan oleh pengusaha untuk mempengaruhi
konsumennya untuk tertarik, senang, kemudian membeli dan akhirnya puas akan
produk yang dipasarkannya itu. Oleh karena itu, penetapan strategi bauran
pemasaran memegang peranan penting dalam strategi pemsaran. Peranan ini
dijalankan oleh perusahaan dengan mengkombinasikan bauran pemasaran yang

65

paling sesuai dengan kondisi perusahaan yang akan mendapatkan hasil yang
optimal.
Strategi Produk
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan
dan kebutuhan konsumen. Strategi produk didefinisikan sebagia suatu strategi
yang dilaksankan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang
dipasarkannya.
Menurut klasifikasinya, komoditi yang ditawarkan SYIFA adalah barang
konsumsi, karena dibeli konsumen untuk langsung dikonsumsi. Konsep
pemasaran yang dilakukan menggunkan konsep produk, dimana dalam
pelaksanaannya sangat mengutamakan keunggulan produk melalui penciptaan
nilai sehingga diharapkan mampu besaing dipasaran. Beberapa keunggulan dapat
dilihat dari Tabel 7.
Strategi Harga
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat
memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan
penjual melalui tawar-menawar (Umar, 2005).
TAMAN SYIFA menggunakan sistem penetapan harga konvensional,
yaitu dengan menambahkan biaya produksi dengan tingkat keuntungan yang ingin
diperoleh. Setiap produk serbuk minuman instan di TAMAN SYIFA memiliki
harga Rp 3.000 / kemasan, kecuali serbuk minuman instan secang wangi yang
seharga Rp 6.000 / kemasan. Tiap-tiap kemasan yang ada terdiri dari dua bungkus
berisi @ 40 gram.

66

Tabel 7 Keunggulan Produk Serbuk Minuman Instan milik TAMAN SYIFA


PRODUK
KEUNGGULAN
Serbuk Minuman Instan Jahe
Mengatasi rematik dan menghangatkan
badan
Serbuk Minuman Instan Kunyit
Mengurangi sakit perut, mengatasi
maag, memperlancar haid
Serbuk Minuman Instan Kencur
Mengurangi keringat, mengatasi batuk,
mengatasi sakit perut, dan mengatasi
masuk angin
Serbuk Minuman Instan Temulawak
Mengurangi
jerawat,
mengatasi
sembelit, menambah nafsu makan, dan
hepatorotektor
Serbuk Minuman Instan Temuputih
Menghambat perkembangan sel kanker
dan untuk menjaga ketahanan tubuh
Serbuk Minuman Instan Secang Wangi Mengurangi
perut
kembung,
mengurangi mulas, mengurangi batuk,
mengatasi rematik, mengurangi bau
nafas, mengatasi tekanan darah rendah,
menghangatkan badan, dan mengurangi
sakit perut.
Sumber : TAMAN SYIFA (diolah)

Strategi Distribusi
Selama ini, strategi distribusi yang dilakukan TAMAN SYIFA adalah
dengan melakukan konsinyiasi di beberapa tempat seperti di rumah makan,
tempat-tempat pengobatan tradisional, dan apotik di wilayah Kota Bogor. Jumlah
tempat yang menjadi saluran pemasaran TAMAN SYIFA sekitar dua puluh
tempat dan TAMAN SYIFA memasok barang sekitar dua minggu sekali dengan
pasokan rata-rata sepuluh kemasan per jenis.
Strategi Promosi
Segmen pasar yang dibidik untuk produk serbuk minuman instan adalah
segmen menengah ke atas dengan tingkat usia empat puluh tahun keatas. Oleh
karena itu, promosi dilakukan dengan mengedukasi konsumen. Selama ini,
strategi promosi yang dilakukan TAMAN SYIFA adalah dengan menggunakan
pamflet, leaflet, dan brosur yang didalamnya terdapat materi edukasi mengenai

67

manfaat tiap-tiap serbuk minuman instan. Selain itu, TAMAN SYIFA juga
melakukan promosi dengan mengadakan pameran-pameran dan pelatihanpelatihan produk herbal di berbagai tempat.

6.1.6 Hasil Analisis Aspek Pasar


Berdasarkan penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa TAMAN SYIFA layak
dilihat dari aspek pasar. Hal ini dikarenakan TAMAN SYIFA memiliki pasar
yang cukup berpotensial, baik dilihat dari struktur pasarnya, pangsa pasar, potensi,
dan persaingan pasar. Selain itu, TAMAN SYIFA telah melakukan strategi
pemasaran,

yang dirangkum dalam bauran pemasaran, meskipun secara

sederhana dan belum diketahu secara pasti keefektivannya. Namun TAMAN


SYIFA perlu untuk tetap meningkatkan promosi dan memperluas distribusinya.
Selain itu, TAMAN SYIFA perlu untuk memelihara kestabilan produk dan atribut
pemasarannya di pasar atau di mata konsumen.

6.2 Aspek Teknis


Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut
selesai dibangun. Aspek teknis dianalisa untuk melihat apakah dari segi
pembangunan proyek dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat
dilaksanakan, begitu pula dengan teknologi yang dipakai (Umar, 2005).
Pada penelitian ini, aspek teknis yang akan dikaji meliputi lokasi
perusahaan, spesifikasi bahan baku, ketersediaan bahan baku, kapasitas produksi,
teknologi proses, dan layout perusahaan.

68

6.2.1

Lokasi Perusahaan
Untuk jenis perusahaan industri, lokasi pabrik umumnya dipengaruhi oleh

faktor-faktor ekonomi. Faktor-faktor ekonomi tersebut meliputi dekat dengan


bahan baku, dekat dengan pasar, kedekatan dengan pemasok tenaga kerja,
kemudahan transportasi, dan tersedianta utilitas seperti air dan listrik (Umar,
2005).
Lokasi usaha TAMAN SYIFA terletak di KKP IPB Baranang Siang IV,
Jalan Prambanan blok B no. 69, Tanah Baru, Bogor. Pada awalnya, pemilik
membeli lahan dan bangunan tersebut bukan atas pertimbangan usaha melainkan
karena pertimbangan pribadi; sebagai aset tempat tinggal. Namun, jika dikaji lebih
dalam, lokasi tersebut memiliki beberapa keuntungan maupun kerugian untuk
usaha yang sekarang dijalankan. Keuntungan berlokasi di tempat tersebut dapat
dirasakan dalam sisi kedekatan dengan sisi bahan baku, kedekatan dengan pasar,
dan ketersediaan fasilitas. Sedangkan kelemahannya dapat dilihat dari segi
kemudahan transportasi.
Lokasi yang telah ada menguntungkan dari sisi bahan baku karena letak
perusahaan relatif dekat dengan pasar tempat perolehan bahan baku. Selain itu,
propinsi Jawa Barat tempat lokasi berada merupakan sentra produksi tanaman
obat terutama sebagai sentra produksi jahe nasional.

69

Tabel 8 Produksi Jahe Menurut Provinsi di Indonesia (kg) pada Tahun 19992003
No
1
2
3
4

Provinsi

1999
11.401.950
367.737
472.524
11.534

Sumut
Riau
Jambi
DKI
Jakarta
5
Jawa
47.231.130
Barat
6
Jawa
24.242.595
Tengah
7
DIY
740.503
8
Jawa
34.273.792
Timur
9
Banten
10
Bali
479.431
11
Kalbar
399.095
12
Kaltim
650.272
13
Sulut
15.303
14
Sulsel
564.871
15
Gorontalo
Indonesia
120.850.747
Sumber : Deptan (2004)

2000
20.780.195
336.192
672.519
15.136

Tahun
2001
37.405.640
423.635
366.419
5.985

2002
5.810.297
397.969
792.940
5.375

2003
9.940.433
391.927
486.296
4.554

40.413.572

36.058.569

35.195.177

79.819.066

24.540.058

22.930.349

38.136.819

16.081.527

1.276.753
24.598.552

780.470
22.137.296

1.093.488
34.016.558

1.357.871
13.693.460

227.434
214.165
365.586
878.461
773.152
115.091.775

4.759.144
381.776
72.922
1.638.316
219.414
1.213.872
42.749
128.436.556

801.993
514.830
76.223
76.728
369.569
1.123.140
75.275
118.496.381

507.673
770.154
665.295
513.673
722.895
338.332
43.324
125.386.480

Dari sisi kedekatan dengan pasar, lokasi TAMAN SYIFA tidak jauh
dengan pusat kota. Selain itu, mengingat bahwa Bogor tempat SYIFA berdiri
berdekatan dengan kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Hal ini membuat
produk SYIFA lebih banyak terjual pada hari Sabtu dan Minggu. Turis domestik
membelinya sebagai buah tangan.
Sedangkan dari segi fasilitas, lokasi TAMAN SYIFA sudah tersedia
sumber air dan instalasi listrik yang baik. Hal ini membuat pemilik SYIFA tidak
perlu mengeluarkan biaya untuk pemasangan instalasi air dan listrik.
Namun, dari sisi transportasi, letak lokasi TAMAN SYIFA agak sulit
dicapai. Meskipun jalan yang melaluinya baik dan sudah ada angkutan umum
yang menjangkau, hanya saja TAMAN SYIFA berada di dalam komplek
prumahan sehingga perlu jalan kaki terlebih dahulu untuk mencapai tempat

70

tersebut setelah naik angkutan umum. Sedangkan jika naik kendaraan pribadi,
lokasi SYIFA relatif sulit diingat. Kekurangan ini tidak terlalu menjadi masalah
bagi perusahaan karena penjualan yang dilakukan SYIFA lebih banyak dilakukan
di luar perusahaan. Penjualan lebih banyak dari hasil konsiyiasi dengan distributor
bukan penjualan langsung dari perusahaan ke konsumen akhir.

6.2.2

Bahan Baku
Bahan baku selama ini diperoleh perusahaan dengan membeli di pasar

setempat. Selama ini, ketersediaan bahan baku tidak pernah mengalami masalah
karena selalu dipenuhi oleh pasar tradisional setempat. Sedangkan untuk
spesifikasi dan standar untuk bahan baku, perusahaan belum menetapkannya
secara khusus.

6.2.3 Kapasitas Produksi


Luas produksi atau kapasitas produksi adalah jumlah atau volume produk
yang seharusnya dibuat oleh perusahaan (Sumarni dan Soeprihanto dalam Rauf,
2006). Untuk tahun pertama dan kedua usaha, TAMAN SYIFA memiliki
kapasitas produksi 75 persen dari kapasitas optimal perusahaan. Tabel 9 akan
memaparkan kapasitas produksi dilihat dari tingkat penjualan syifa pada tahun
2007. Data lengkapnya terlampir pada Lampiran 11.

6.2.4 Teknologi Proses


Proses produksi serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang
dilakukan TAMAN SYIFA dimulai dengan mencuci bahan baku yang akan

71

digunakan. Setalah itu, bahan baku dikupas dan dipotong menjadi bentuk yang
lebih kecil. Potongan-potongan tersebut lalu dimasukkan ke dalam juicer untuk
diambil sarinya. Setelah itu, sari bahan baku tersebut ditambahkan gula dengan
perbandingan 1 : 1, dan dimasak hingga kering. Hasilnya kemudian dimasukkan
ke dalam mesin penggiling dan selanjutnya dikemas dalam bungkusan kecil
masing-masing 40 gram. Satu kemasan terdiri dari dua bungkusan kecil tersebut.
Perusahaan tidak memiliki gudang temapt bahan baku, karena bahan baku
yang dibeli langsung habis diproduksi. Namun perusahaan memiliki etalase untuk
display produk dan stok sisa diletakkan pada rak-rak di gudang.

Tabel 9 Kapasitas Produksi TAMAN SYIFA Dilihat Dari Tingkat Penjualan


Pada Tahun 2007
PRODUK
KAPASITAS PRODUKSI (kemasan)
Serbuk Minuman Instan Jahe
1633
Serbuk Minuman Instan Kunyit
756
Serbuk Minuman Instan Kencur
673
Serbuk Minuman Instan Temulawak
663
Serbuk Minuman Instan Temuputih
389
Serbuk Minuman Instan Secang Wangi
415
Sumber : TAMAN SYIFA

6.2.5 Layout Perusahaan


Perusahaan tidak memiliki layout yang sesuai dengan alur produksi.
Namun sejauh ini, hal itu tidak menggangu proses produksi. Gambar 4 berikut
adalah Layout perusahaan. TAMAN SYIFA memiliki luas lahan dan bangunan 75
m2. Namun, 24 m2 tidak digunakan sama sekali untuk unit usaha serbuk minuman
instan, sehingga yang terpakai hanya 51 m2. Luas bangunan 51 m2 tersebut pun
masih digunakan bersama-sama menjalankan unit usaha yang lain sehingga nilai
tersebut harus dikonversikan menjadi 40 persen sesuai dengan proporsi

72

penerimaan unit usaha serbuk minuman instan terhadap total penerimaan


perusahaan.

Aquarium (15 m2)

Gudang
(12 m2)

Ruang
Operasi
onal
Ruang
Operasional
24 m2

W
C

Dapur

Kantor
Sauna
(9m2)

R.tamu
(12 m2)

Teras

Gambar 3. Layout TAMAN SYIFA

6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis


Dilihat dari penjabaran sebelumnya, TAMAN SYIFA dapat dikatakan
layak dilihat dari aspek teknis. Hal ini didasari bahwa : 1) lokasi tempat TAMAN
SYIFA berdiri menunjang keberlangsungan usaha dilihat dari kedekatan dengan
bahan baku, kedekatan dengan pasar, dan utilitas. Sedangkan lokasi SYIFA yang
sulit dijangkau dengan transportasi tidak terlalu signifikan karena selama ini

73

pemasaran serbuk minuman instan tidak banyak menjual langsung di lokasi


SYIFA berdiri. 2) Bahan baku selama ini selalu terpenuhi dari pasar tradisonal
setempat meskipun belum ada standar khusus untuk spesifikasi bahan baku. 3)
Meskipun layout perusahaan tidak langsung mendukung alur teknologi produksi,
namun tata letak yang ada tidak mengganggu berlangsungnya usaha.

6.3 Aspek Manajemen


Aspek manajemen dianalisa untuk dapat melihat apakah pembangunan dan
implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga
rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar, 2005). Pengkajian
aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur
organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh
orang-orang yang profesional mulai dari yang merencanakan, melaksanakannya,
hingga mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian dengan
struktur organisasi yang diperoleh harus sesuai dengan

bentuk dan tujuan

proyek., serta kebutuhan tenaga kerja harus terinci dengan baik.


Aspek manajemen dan organisasi terdiri dari manajemen proyek dan
manajemen operasi. Manajemen proyek meliputi pengelolaan kegiatan yang
berkaitan dengan mewujudkan gagasan sampai menjadi hasil proyek yang
berbentuk fisik, sedangkan manajemen operasi meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan penanganan kegiatan operasional dan produksi menggunakan fasilitas
fisik yang dihasilkan proyek.
Manajemen operasi mencakup : (1) identifikasi jenis dan lingkup kegiatan
operasi, (2) menyusun organisasi pengelola, (3) membuat deskripsi pekerjaan

74

posisi kunci, (4) merekrut dan melatih personel, (5) menjalankan operasi
(Soeharto dalam Rauf, 2006).

6.3.1

Struktur Organisasi
TAMAN SYIFA memiliki struktur organisasi yang sederhana. Gambar 4

adalah gambar struktur organisasi TAMAN SYIFA. TAMAN SYIFA memiliki


delapan pekerja, enam pekerja dari luar keluarga, dan dua orang dari dalam
keluarga. Lima pekeja dari luar keluarga memegang posisi pada manajer umum,
administrasi umum, petugas lapangan, asisten manajer bidang produksi, sopir, dan
bagian pengemasan. Sedangkan pekerja dari rumah tangga menduduki posisi
sekretaris dan manajer riset dan pengembangan. Jam kerja mereka adalah tiap hari
(Senin-Sabtu) dari jam 08.00 sampai jam 15.00 WIB dan mereka dapat memilih
satu hari pilihan untuk libur per minggunya. Tabel 10 akan memaparkan deskripsi
dan spesifikasi pekerjaan tenaga kerja TAMAN SYIFA.

6.3.3 Hasil Analisis Aspek Manajemen


Berdasarkan penjabaran diatas dapat dikatakan bahwa TAMAN SYIFA
tidak layak dilihat dari aspek manajemen. Meskipun struktur organisasi
perusahaan sudah jelas dan sudah adanya deskripsi dan spesifikasi jabatan untuk
posisi yang dibutuhkan, namun dinilai TAMAN SYIFA tidak terlalu memerlukan
tenaga kerja sebanyak itu.

75

Tabel 10 Deskripsi dan Spesifikasi Pekerjaan Tenaga Kerja TAMAN SYIFA


JABATAN
DESKRIPSI
SPESIFIKASI
GAJI/bulan
Direktur
Mengelola
Pemilik
Keuntungan Usaha
Perusahaan secara
umum
Sekretaris Direktur Membantu direktur (Suami
Keuntungan Usaha
dalam pengelolaan Pemilik)
Manajer Umum
Bertanggung jawab S1 Pertanian,
Rp 900.000
atas laporan
menguasai
keuangan
pengetahuan
adiministrasi,
mengenai
Pengembangan
herbal, jujur,
produk knowkedge tekun.
, Perencanaan
pemasaran dan
pameran
Manajer Riset dan Merancang inovasi (Suami
Keuntungan Usaha
Pengembangan
produk
Pemilik)
Administrasi
Menulis
SMA
Rp 400.000
Umum
pembukuan harian Akuntansi,
jujur.
Pemasaran
Melakukan
Ulet, kreatif
Komisi tergantung
penjualan produk
hasil penjualan
Produksi
Memproduksi
Ulet, jujur
Rp 450.000
barang
Asisten
Inovasi Membantu manajer (Anak pemilik) Keuntungan usaha
-Kreatif
Produk
riset dan
pengembangan
Lapangan
Membersihkan
Ulet
Rp 500.000
kebun koleksi
Transportasi
Sopir
Mempunyai
Rp 400.000
SIM A/C
Pengemasan
Membantu bagian
Ulet, jujur
Rp 250.000
produksi dalam
pengemasan

76

Direktur

Sekretaris Direktur

Manajer Umum

Manajer Riset dan Pengembangan

Adiministrasi
Umum
/Penjualan

Ass. Manajer bid.


Pemasaran/HUMAS

Ass Manajer bid.


Produksi

Ass. Manajer bid.


Inovasi Produk

Lapangan

Gambar 4. Struktur Organisasi TAMAN SYIFA


6.4 Aspek Sosial dan Lingkungan
Manusia tidak hidup sendiri tanpa adanya tumbuhan dan binatang di
sekitarnya. Komponen yang mendampingi disekitar manusia yang sekaligus
sebagai sumber mutlak kehidupannya merupakan lingkungan hidup bagi manusia.
Lingkungan hidup boleh dikatakan merupakan bagian mutlak dari kehidupan
manusia. Lingkungan ini sudah ada sejak manusia berada di bumi, hal ini

77

menunjukkan bahwa keberadaan manusia sangat tergantung dari apa yang


terdapat disekitarnya.
Manusia secara ekologis adalah bagian dari lingkungan, dimana
kelangsungan hidup manusia sangat tergantung dari keutuhan lingkungannya.
Manusia terbentuk dari lingkungannya dan sebaliknya lingkungan dibentuk oleh
manusia sendiri, oleh karena itu, lingkungan hidup tidak semata-mata dipandang
sebagai sumberdaya yang harus dieksploitasi, melainkan sebagai tempat hidup
yang mensyartkan adanya keserasian antara manusia dengan lingkungan
hidupnya.
Pembangunan suatu usaha atau perusahaan hendaknya memperhatikan
kepentingan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan alam, maupun lingkungan
sosial ekonomi. Pembangunan usaha yang baik adalah pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut dapat terwujud apabila semua
komponen dalam perusahaan mengerti pentingnya menjaga keseimbangan
lingkungan dalam setiap tahapan proses produksinya.
TAMAN SYIFA dikatakan layak dilihat dari analisis aspek sosial dan
lingkungan. TAMAN SYIFA memang belum memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), meskipun diketahui bahwa keseimbangan
lingkungan tersebut dapat dijaga dan diatur apabila industri telah memiliki
AMDAL dan perundangan yang berlaku mengkhendaki demikian. Namun hal ini
dapat ditolerir dengan pertimbangan bahwa TAMAN SYIFA tidak menghasilkan
limbah dalam jumlah besar dan dapat dianggap membahayakan masyarakat.
Selain itu, diketahui bahwa TAMAN SYIFA merupakan perusahaan yang
ramah lingkungan karena memproduksi bahan-bahan alami. Terlebih lagi, limbah

78

yang dihasilkan oleh TAMAN SYIFA tidak berdampak negatif terhadap


lingkungan alam sekitarnya, bahkan memiliki dampak positif. Limbah hasil
produksi apabila dikeringkan mampu berfungsi sebagai pupuk untuk tanaman,
bahkan tanaman obat itu sendiri.
Untuk lingkungan sosial, TAMAN SYIFA memiliki respon yang positif
dari masyarakat sekitar. Adanya TAMAN SYIFA membuat masyarakat sekitar
dapat melihat dan memanfaatkan tanaman obat yang sebelumnya tidak diketahui
secara umum. Selain itu, TAMAN SYIFA juga turut berkontribusi terhadap
edukasi pada masyarakat mengenai fungsi tanaman obat melalui seminar,
pelatihan, dan pameran yang diadakannya.
Secara institusional, TAMAN

SYIFA

juga

melakukan

beberapa

pendekatan. Selain dalam rangka pengurusan perizinan, TAMAN SYIFA juga


melakukan laporan atas pameran yang telah dilakukan kepada Departemen
Perindustrian dan Perdagangan secara institusional.

6.5 Aspek Hukum


Pendirian dan beroperasinya suatu perusahaan akan lebih diketahui serta
diakui keberadaannya oleh pemerintah jika berbentuk badan usaha atau memiliki
perizinan usaha. Suatu perusahaan yang layak, perlu memenuhi persyaratan
legalitas agar mempermudah hubungan ke luar perusahaan, memiliki kekuatan
hukum, diakui serta terikat kebijakan hukum yang berlaku.

79

6.5.1

Badan Usaha
Terdapat beberapa bentuk badan usaha yang diakui di Indonesia. Bentuk

badan usaha tersebut antara lain Perseroan terbatas (PT), Persekutuan Komanditer
(CV), Koperasi, Firma, yayasan, dan bentuk perusahaan perorangan. TAMAN
SYIFA dirintis sejak tahun 2005 memiliki bentuk badan usaha sebagai perusahaan
perseorangan.

6.5.2

Perizinan
TAMAN SYIFA belum memiliki lisensi sebagai bentuk usaha. Satu-

satunya yang TAMAN SYIFA punya hanya lisensi institusional, karena


pemiliknya adalah dosen IPB. Selain itu, TAMAN SYIFA baru memiliki izin dari
Dinas kesehatan Kota Bogor dengan No. PIRT 2.04.271.4.0554. Namun saat ini,
TAMAN SYIFA sedang mengurus perizinan lainnya di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Kehakiman). Sedangkan untuk sertifikasi halal, TAMAN SYIFA
juga sedang mengurusnya di Majelis Ulama Indonesia (MUI).

6.5.3

Perpajakan
Meskipun TAMAN SYIFA merupakan perusahaan perorangan, namun

tetap merupakan subjek pajak penghasilan. Pajak penghasilan yang digunakan


adalah pajak progesif berdasarkan UU No. 17 tahun 2000 Tentang Tarif Umum
PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan bentuk Usaha Tetap, yaitu:
Jika pendapatan < 50.000.000 maka 10% x pendapatan
Jika 50.000.000 < pendapatan < 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + {
15% x (pendapatan 50.000.000)}

80

Jika pendapatan > 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + (15% x


50.000.000) + {30% x (pendapatan 100.000.000)}
Pendapatan TAMAN SYIFA per tahunnya kurang dari Rp 50.000.000,
sehingga pajak yang wajib dibayar adalah sepuluh persen dari pendapatan.
Pajak belum dibayarkan oleh TAMAN SYIFA karena TAMAN SYIFA
belum mencapai titik penghasilan wajib pajak karena nilai Earning before interest
and tax bernilai negatif.

6.5.4

Hasil Analisis Aspek Hukum


Berdasarkan penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa TAMAN SYIFA

layak dilihat dari aspek hukum karena memiliki perizinan-perizinan yang cukup.
Adapun perizinan-perizinan yang belum dipunyai TAMAN SYIFA seperti
sertifikasi halal akan segera direalisasikan guna kestabilan TAMAN SYIFA
sendiri dalam menjalankan usahanya.

BAB VII
ANALISIS ASPEK FINANSIAL

Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu


proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan
menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, yaitu net present value (NPV),
Intrenal rate of return (IRR), Net benefit cost-ratio (Net B/C) dan Payback period
(PBP). Dalam melakukan analisis dengan empat kriteria tersebut digunakan arus
kas untuk mengetahi besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan
selama periode tertentu.

7.1

Analisa Inflow
Penerimaan SYIFA diterima dari hasil penjualan dan sisa nilai investasi

yang telah dilakukan. Pendapatan didapat dari mengkalikan total penjualan


dengan harga jual. Hasil produksi SYIFA tiap tahunnya berbeda-beda. Untuk
tahun pertama dan tahun kedua, produksi belum mencapai produksi optimalnya,
yaitu 75 persen, sedangkan untuk tahun selanjutnya mencapai seratus persen.
Kapasitas produksi TAMAN SYIFA per tahun adalah sebagai berikut; Serbuk
Minuman Instan Jahe 1633 kemasan, Serbuk Minuman Instan Kunyit 756
kemasan, Serbuk Minuman Instan Kencur 673 kemasan, Serbuk Minuman Instan
Temulawak 663 kemasan, Serbuk Minuman Instan Temuputih 389 kemasan, dan
Serbuk Minuman Instan Secang Wangi 415 kemasan. Rinciannya terlampir pada
Lampiran 11. Sedangkan harga jual yang ada adalah sebesar Rp 3.000/kemasan
untuk semua komoditi kecuali kemasan secang wangi yaitu Rp 6.000/kemasan.

82

Tabel 11 Perkiraan Pendapatan Penjualan SYIFA


Tahun
Jenis Produk
Produksi Harga
(kemasan)
1

3 - 10

Pendapatan

Serbuk Minuman Instan Jahe

1633

3000

4899000

Serbuk Minuman Instan Kunyit


Serbuk Minuman Instan Kencur

756
673

3000
3000

2268000
2019000

Serbuk
Minuman
Instan
Temulawak
Serbuk
Minuman
Instan
Temuputih
Serbuk Minuman Instan Secang
Wangi
Serbuk Minuman Instan Jahe
Serbuk Minuman Instan Kunyit
Serbuk Minuman Instan Kencur
Serbuk
Minuman
Instan
Temulawak
Serbuk
Minuman
Instan
Temuputih
Serbuk Minuman Instan Secang
Wangi
Serbuk Minuman Instan Jahe
Serbuk Minuman Instan Kunyit
Serbuk Minuman Instan Kencur
Serbuk
Minuman
Instan
Temulawak
Serbuk
Minuman
Instan
Temuputih
Serbuk Minuman Instan Secang
Wangi

663

3000

1989000

389

3000

1167000

415

6000

2490000

1633
756
673
663

3000
3000
3000
3000

4899000
2268000
2019000
1989000

389

3000

1167000

415

6000

2490000

2178
1008
899
884

3000
3000
3000
3000

6534000
3024000
2697000
2652000

519

3000

1557000

553

6000

3318000

Sumber : TAMAN SYIFA (diolah)

Penerimaan lain didapat dari nilai sisa atau salvage value. Nilai sisa
merupakan nilai sisa dari barang modal yang tidak habis terpakai selama umur
proyek berlangsung dan dinilai pada saat umur proyek berakhir. Barang-barang
modal yang mempunyai nilai sisa adalah tanah dan bangunan.
TAMAN SYIFA lahan dan bangunan tempat berdirinya kantor TAMAN
SYIFA. Lahan memiliki nilai Rp 750.000/m2 sedangkan nilai bangunannya Rp
250.000/m2. TAMAN SYIFA memiliki luas lahan dan bangunan 75 m2. Namun,

83

24 m2 tidak digunakan sama sekali untuk unit usaha serbuk minuman instan,
sehingga yang terpakai hanya 51 m2. Luas bangunan 51 m2 tersebut pun masih
digunakan bersama-sama menjalankan unit usaha yang lain sehingga nilai tersebut
harus dikonversikan menjadi 40 persen sesuai dengan proporsi penerimaan unit
usaha serbuk minuman instan terhadap total penerimaan perusahaan. Sehingga
nilai lahan dan bangunan yang ada adalah senilai Rp 20.400.000 rupiah. Lahan
tidak mengalami penyusutan, sehingga nilainya pada akhir proyek adalah sama
dengan nilai awalnya yaitu Rp 15.300.000 rupiah. Bangunan memiliki nilai Rp
5.100.000 rupiah dan memiliki umur ekonomis lima belas tahun. Penyusutan
bangunan per tahun adalah Rp 340.000 rupiah, sehingga pada akhir proyek, nilai
sisanya adalah Rp 1.700.000 rupiah.

7.2

Analisa Outflow
Arus pengeluaran dalam usaha ini dikelompokkan menjadi dua; biaya

investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang


dikeluarkan pada saat awal proyek. Namun, jika terdapat aset yang umur
ekonomisnya kurang dari umur proyek, biaya investasi juga dikeluarkan selama
proyek berlangsung yang disebut biaya reinvestasi. Untuk investasi mesin
penggiling, nilai aslinya adalah Rp 2.500.000 rupiah. Namun, mesin penggiling
dan timbangan digunakan untuk usaha kapsul herbal dan serbuk minuman instan.
Untuk itu, diasumsikan bahwa nilai modal tersebut pada sub unit ini adalah 50
persen dari nilai aslinya, yaitu sebesar Rp 1.250.000 rupiah untuk mesin
penggiling dan Rp 80.000 rupiah untuk timbangan. Sedangkan untuk inventaris
kantor dan perizinan, nilai yang tertera adalah 40 persen dari nilai sesunguhnya.

84

Hal ini didasari karena inventaris kantor tersebut digunakan bersama untuk
seluruh usaha unit TAMAN SYIFA. Sedangkan proporsi penerimaan serbuk
minuman instan adalah sebesar 40 persen dari total penerimaan TAMAN SYIFA.
Tabel 12 akan memaparkan biaya investasi dari TAMAN SYIFA.

Tabel 10. Biaya Investasi TAMAN SYIFA


Jumlah
Investasi
Harga /satuan
Nilai
2
51 m x
Lahan
40%
750.000 15.300.000
51 m2 x
Bangunan
40%
250.000 5.100.000
Perizinan
40 %
375.000
150.000
Tekhnologi Produksi
Mesin Penggiling
1 unit
1.250.000
625.000
3 unit
60.000
180.000
Juicer
Pisau
3 unit
10.000
30.000
Kompor
3 unit
125.000
375.000
Panci
3 unit
70.000
210.000
Pengaduk
3 unit
10.000
30.000
Baskom
3 unit
15.000
45.000
Timbangan
1 unit
80.000
40.000
Lemari
2 unit
100.000
200.000
Inventaris Kantor
Rak
2 unit
200.000
160.000
Laptop
1 unit
4.000.000 1.600.000
Sofa
1 unit
1.500.000
600.000
Kulkas
4 unit
2.000.000 3.200.000
Etalase
2 unit
500.000
400.000
Meja Kursi
5 unit
100.000
200.000
TOTAL
26.845.000

Umur
Ekonomis
15
10
5
5
5
2
5
2
10
10
10
5
10
10
10
5

Sumber : TAMAN SYIFA (diolah)

Selain biaya investasi, pengeluaran SYIFA dilihat dari biaya operasional.


Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama proyek
berjalan. Biaya operasional terdiri dari dua macam; biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk

85

yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya tetap TAMAN SYIFA
terdiri dari biaya transportasi, PBB, Biaya Listrik dan Air, dan Biaya
kesekretariatan. Nilai yang tertera di tabel berikut adalah nilai yang telah
dikonversikan menjadi 40 persen. Hal ini didasari bahwa biaya tetap ini
merupakan biaya bersama usaha TAMAN SYIFA secara keseluruhan. Rincian
biaya tetap TAMAN SYIFA terdapat pada Tabel 13.

Tabel 13 Rincian Biaya Tetap TAMAN SYIFA per Tahun (Rupiah)


Biaya Tetap
Harga
Jumlah/tahun
Transportasi/bulan
40.000
480.000
PBB/tahun
30.000
30.000
Listrik dan Air/tahun
50.000
600.000
Kesekretariatan/bulan
40.000
480.000
TOTAL
1.590.000
Sumber:TAMAN SYIFA (diolah)

Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh


jumlah produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Biaya variabel pada
TAMAN SYIFA terdiri dari minyak tanah, kunyit, temulawak, temuputih, jahe,
secang wangi, kencur, gula, kemasan, dan biaya tenaga kerja. Minyak tanah dan
gula tiap hari dibutuhkan dengan harga Rp 3.000/liter untuk minyak dan
Rp6.000/kg untuk gula. Untuk komoditas jahe, kencur, kunyit, temulawak, dan
temuputih, tiap satu kali proses produksi memerlukan bahan baku dasar sebanyak
satu kilogram. Harga bahan baku tersebut; harga jahe Rp 8.000/kg, harga kencur
Rp4.500/kilogram, harga kunyit Rp 2.500/kilogram; harga temulawak Rp
5.000/kilogram; harga temuputih Rp 5.000/kilogram. Tiap satu kali proses
produksi tersebut menghasilkan 22 kemasan. Sedangkan untuk biaya tenaga kerja,

86

nilai yang ada adalah nilai hasil konversi menjadi 40 persen. Hal ini didasari oleh
proporsi serbuk minuman instan terhadap usaha TAMAN SYIFA secara
keseluruhan. Rincian biaya variabel TAMAN syifa terdapat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rincian Biaya Variabel TAMAN SYIFA

Biaya Variabel
Minyak
Kunyit
Temulawak
Temuputih
Jahe
Secang Wangi
Kencur
Gula
Kemasan
Biaya Tenaga
Kerja

Harga
3.000/hari
2.500/22
kemasan
5.000/22
kemasan
5.000/22
kemasan
8.000/22
kemasan
11.425/22
kemasan
4.500/22
kemasan
6.000/hari
5.000/22
kemasan
1.160.000/bul
an
TOTAL

Kuantitas
300 hari
756
kemasan
663
kemasan
389
kemasan
1633
kemasan
415
kemasan
673
kemasan
300 hari
4529
kemasan
12 bulan

Jumlah
/tahun
(1-2)
900.000

Jumlah
/tahun
(3-10)
1.200.000

85.909

114.545

150.682

200.909

88.409

117.879

593.818

791.758

215.517

287.356

137.659
1.800.000

183.545
2.400.000

1.029.318

1.372.424

13.920.000
18.921.313

18.560.000
25.228.417

Sumber:TAMAN SYIFA (diolah)

Sedangkan untuk komoditas secang wangi membutuhkan komposisi


seperti yang ada pada Tabel 14. Ketentuan lain seperti jumlah gula dan minyak
tanah sama seperti produksi serbuk minuman instan yang lain.

87

Tabel 14. Komposisi Serbuk Minuman Instan Secang Wangi


Bahan
Jumlah
Total Harga
Secang
100 gram
2.000
Jahe
800 gram
6.400
Kencur
450 gram
2.025
Cengkeh
50 gram
1.000
TOTAL
11.425
Sumber:TAMAN SYIFA (diolah)

7.3

Analisis Finansial
Kelayakan finansial usaha serbuk minuman instan dapat dilihat dari

beberapa kriteria yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil cashflow
pada usaha ini menunjukkan hasil seperti yang tertera pada Tabel 15. Rincian
lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 15 Hasil Analisis Finansial TAMAN SYIFA


Kriteria
Net Present Value (NPV)
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C)

Hasil
Rp -50.89.149
0.00

Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha serbuk


minuman instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA memperoleh NPV <
0 yaitu sebesar Rp -50.89.149 yang artinya bahwa usaha serbuk minuman instan
berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA ini dinilai tidak layak. Nilai NPV
tersebut juga menunjukkan bahwa tidak ada manfaat bersih yang akan diterima
jika perusahaan tetap melaksanakan usaha tersebut selama kurun wakru umur
proyek.
Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C. Pada usaha serbuk minuman
instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA ini diperoleh nilai Net B/C =

88

0 yang menyatakan bahwa usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat
pada TAMAN SYIFA dinilai tidak layak.
IRR dan PBP yang diperoleh dari analisis finansial penelitian ini tidak
terdefinisi. Hal ini tentunya mendukung keputusan bahwa keputusan investasi
untuk usaha ini pada awalnya adalah keputusan yang salah. Lebih baik
menginvestasikan dana di bank daripada untuk pengembangan usaha ini Dengan
kriteria analisis ini, mengindikasikan bahwa modal yang diinvestasikan tidak ada
periode pengembalian investasinya karena tidak menghasilkan keuntungan.

7.4 Analisis sensitivitas


Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti
(switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol. Hasil
switching value pada usaha ini tergambar dari tabel 16. Rincian lebih lengkap
dapat merujuk pada Lampiran 2 hingga Lampiran 10.

Tabel 16 Hasil Analisis Switching Value Usaha Serbuk Minuman Instan


TAMAN SYIFA
Perubahan
(%)
NPV
Net B/C
(Rp)
Peningkatan Produksi Jahe
370
368.420
1
Peningkatan Produksi Kunyit
800
418.481
1
Peningkatan Produksi Kencur
900
494.845
1
Peningkatan
Produksi
Temulawak
Peningkatan
Produksi
Temuputih
Peningkatan Produksi Secang
Peningkatan Produksi serentak
untuk semua komoditas
Penurunan Biaya Tenaga Kerja

910

293.753

1550

261.510

730

511.815

130

3.635.952

45

807.228

89

Dari hasil ananlisis switching value yang ada, diketahui bahwa usaha
serbuk minuman instan di TAMAN SYIFA dapat menjadi layak untuk dijalankan
bila TAMAN SYIFA mampu menaikkan total nilai penjualan 56 persen. Total
penjualan itu dapat dinaikkan jika TAMAN SYIFA memproduksi produk lebih
banyak atau meningkatkan harga per kemasan yang dijual.
Berdasarkan hasil pemikiran, peningkatan harga akan dirasakan tidak
masuk akal karena dianggap terlalu tinggi untuk daya beli masyarakat. Oleh sebab
itu, peningkatan penjualan bisa dilakukan dngan peningkatan jumlah produksi.
Asumsi cateris paribus, maka TAMAN SYIFA harus meningkatkan produksi
serbuk minuman instan jahe menjadi 370 persen; atau serbuk minuman instan
kunyit 800 persen; atau serbuk minuman instan kencur 900 persen; atau serbuk
minuman instan temuputih 1550 persen; atau serbuk minuman instan secang
wangi 730 persen; atau meningkatkan produksi serbuk minuman instan seluruh
komoditas serempak sebesar 130 persen.
Berdasarkan lampiran 1 diketahui bahwa usaha ini memiliki nilai negatif
(tidak layak) karena besarnya biaya, terutama biaya tenaga kerja, tidak mampu
tertutupi dengan kecilnya penjualan yang terjadi. Oleh sebab itu, saran yang dapat
diberikan adalah harus ada peningkatan penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan. Perusahaan harus meningkatkan penjualan agar paling tidak titik
impas diperoleh. Peningkatan penjualan yang harus dilakukan perusahaan dapat
dilihat dari tabel 17.

90

Tabel 17 Peningkatan Penjualan yang Diperlukan untuk Mencapai Titik


Impas Dibandingkan dengan Kondisi Saat Ini
Jenis Produk
Penjualan kini/hari
Penjualan Impas/hari
Serbuk Minuman Instan
5
20
Jahe
Serbuk Minuman Instan
3
20
Kunyit
Serbuk Minuman Instan
2
20
Kencur
Serbuk Minuman Instan
2
20
Temulawak
Serbuk Minuman Instan
1
20
Temuputih
Serbuk Minuman Instan
1
10
Secang Wangi

Selain itu, usaha serbuk minuman instan di TAMAN SYIFA dapat


menjadi layak untuk dijalankan bila TAMAN SYIFA mampu menurunkan biaya
produksi. TAMAN SYIFA tidak mampu menurunkan biaya bahan baku dasar
(tanaman obat segar) di pasar. Namun, TAMAN SYIFA dapat menurunkan biaya
tenaga kerja. TAMAN SYIFA dinilai memiliki kelebihan tenaga kerja. Ada
karyawan yang dirasakan tidak perlu ada apabila mengingat usaha TAMAN
SYIFA yang masih dikategorikan berskala kecil. Oleh sebab itu, usaha serbuk
minuman instan di TAMAN SYIFA dapat menjadi layak untuk dijalankan bila
TAMAN SYIFA mampu menurunkan biaya tenaga kerja sebesar 45 persen.
Nilai tidak layak pada kriteria investasi biasanya diikuti oleh rekomendasi
untuk menutup usaha. Namun, selama total penerimaan (TR) lebih besar dari
biaya variabel (TVC), usaha dapat terus dilaksanakan.

91

Tabel 18 Perbandingan TR dan TVC pada TAMAN SYIFA


TAHUN
TR (Rp)
TVC (Rp)
Selisih (Rp)
I. Dengan Tenaga Kerja Saat Ini
a. Tahun 1-2
14.832.000
18.921,313
-4.089.313
b. Tahun 3-10
19.776.000
25.228.417
-5.452.417
II. Dengan Biaya Tenaga Kerja
Dikurangi 45%
14.832.000
12.657.313
2.174.688
a. Tahun 1-2
19.776.000
16.876.417
2.899.583
b. Tahun 3-10
III. Apabila Tenaga Kerja Tidak
Diperhitungkan
Sebagai Biaya Variabel
14.832.000
5.001.313
9.830.688
a. Tahun 1-2
19.776.000
6.668.417
13.107.583
b. Tahun 3-10

Melihat Tabel 18 di atas, dapat dilihat bahwa nilai total penerimaan (TR)
serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang dijalankan TAMAN SYIFA
pada saat ini lebih kecil dari nilai total biaya variabelnya. Kondisi ini memberikan
isyarat pada TAMAN SYIFA untuk menutup usahanya. Ketidaklayakan usaha ini
dinilai karena besarnya biaya tenaga kerja. Sedangkan seperti pada pembahasan
aspek manajemen, TAMAN SYIFA mengalami kelebihan tenaga kerja. Terlebih
lagi, tenaga kerja tersebut tidak terlalu dibutuhkan. Namun, apabila perusahaan
mampu mengurangi biaya tenaga kerja sebesar 45 persen, maka TAMAN SYIFA
dapat terus membuka usahanya. TAMAN SYIFA juga dapat terus membuka
usahanya apabila biaya tenaga kerja tidak diperhitungkan sebagai biaya variabel.

BAB XII
KESIMPULAN DAN SARAN

12.1 Kesimpulan
1. Usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat adalah usaha yang
menjanjikan. Dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial, aspek
lingkungan, dan aspek hukum, usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman
obat yang dijalankan TAMAN SYIFA dinilai layak. Namun, dilihat dari
aspek manajemen yang terjadi di internal TAMAN SYIFA sendiri membuat
usaha ini tidak layak.
2. Secara finansial, usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang
dijalankan oleh TAMAN SYIFA dinilai tidak layak. Proses usaha yang akan
terjadi selama kurun umur proyek akan menghasilkan kerugian. Oleh sebab
itu, perlu adanya perbaikan usaha.
3. Berdasarkan hasil analisis switching value, TAMAN SYIFA harus
meningkatkan penjualan dengan meningkatkan jumlah produksi atau dengan
membatasi jumlah karyawan agar usahanya dapat dinilai layak untuk terus
dilanjutkan.

12.2 Saran
1. Untuk pemilik TAMAN SYIFA, diharapkan mampu meningkatkan omzet
dengan meningkatkan penjualan. Selain itu, perusahaan juga dapat
mengurangi biaya tenaga kerja dengan membatasi jumlah karyawan. Hal ini

93

adalah cara perbaikan usaha agar usaha dapat dinilai layak untuk terus
dijalankan.
2. Untuk masyarakat yang hendak menjalankan usaha ini harus memperhatikan
betul biaya yang dikeluarkan; baik biaya investasi ataupun biaya operasional.
Penerimaan harus lebih besar dari pengeluaran. Dan sebelum usaha
dijalankan, lebih baik dibuat analisis kelayakan usahanya terlebih dahulu,
sehingga diperoleh masukan yang matang tentang perencanaan usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Alim, Achmad Syaiful. 2001. Kajian Proses dan Analisis Finansial Produksi
Bubuk Jahe Pada Industri Skala Rumah Tangga. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Apriani, Widia. 2007. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan
Berbahan Baku Biofarmaka Pada Home Industry Lisna Agung, Kabupaten
Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Arbianto, Diki. 2006. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Tanaman
Anggrek Perusahaan Rama Orchid di Taman Anggrek Ragunan. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Clive, Gray. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ermin, Faisal. 2007. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Lobster Air tawar
CV. Vizan Farm Dan CV Sejahtera Lobster Farm. Skripsi. Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI-Press. Jakarta
Gurusinga, Jagatnata. 2003. Kajian Agribisnis Dan Studi Kelayakan Usaha Udang
Windu Kasus Di Kec. Cimalaya, Kab Karawang. Skripsi. Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Husnan, Suad dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit.Penerbit dan
Pencetak AMP YKPN. Yogyakarta.
Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Keown, et all. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran. Indeks. Jakarta.
Nasution, Roshayani. 2002. Kajian Pengembangan Bisnis Pengusahaan Udang
Vanname Pada PT. Indonusa Yudha Prawita, Kab. Indramayu. Skripsi.
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Pertiwi, Shi Astuti. 2003. Kajian Pengembangan Bisnis Pembenihan Lobster Air
Tawar Pada Distributor Of Live Fishes Fresh water Bogor. Skripsi. Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Prasetiawan, Eko. 2004. Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan
Berbahan Baku Biofarmaka (Studi Kasus pada Sub Divisi Produk Pusat
Studi Biofarmaka IPB). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian

95

Bogor.
Purnamawati, Dyah Anisa. 2007. Analisis Kelayakan Investasi Usaha Tepung
Talas Safira (Safira Powder) Pada PT. Bogor Agro Lestari. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Rauf, Adrin Ramdhana. 2006. Studi Kelayakan Pembangunan Pabrik Tablet
Effervescent Jahe di Kawasan PG Jatitujuh-Majalengkan. Skripsi. Fakulas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Indriastuti, Suci. 1998. Kajian Proses dan Finansial Produksi Minuman Bubuk
Coklat Jahe Pada Industri Rumah Tangga. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Syukur, Cheppy dan Hernani. 2001. Budi Daya Tanaman Obat Komersial.
Jakarta:Penebar Swadaya.
Umar, Husein. 2002. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Wasono, Rudy. 2001. Kajia Proses Pembuatan Bubuk Kunyit (Curcuma
domestica Val). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
www.pdpersi.co.id [ akses tanggal 2 Mei 2008]

LAMPIRAN

96
Lampiran 1 Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA
URAIAN
1
A. Inflow
1. Penjualan
2. Nilai Sisa
TOTAL INFLOW
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan
Bangunan
Perizinan
Mesin Penggiling
Juicer
Pisau
Kompor
Panci
Pengaduk
Baskom
Timbangan
Lemari
Rak
Laptop
Sofa
Kulkas
Etalase
Meja Kursi
2. Biaya Tetap
Transportasi
PBB
Listrik dan Air
Kesekretariatan
3. Biaya Variabel
Minyak
Kunyit
Temulawak

14,832,000

2
14,832,000

0
14,832,000

3
19,776,000

0
14,832,000

15,300,000
5,100,000
150,000
625,000
180,000
30,000
375,000
210,000
30,000
45,000
40,000
200,000
160,000
1,600,000
600,000
3,200,000
400,000
200,000

4
19,776,000

0
19,776,000

TAHUN
5
19,776,000

0
19,776,000

6
19,776,000

0
19,776,000

7
19,776,000

0
19,776,000

8
19,776,000

0
19,776,000

10

19,776,000
17,000,000
36,776,000

19,776,000
0

19,776,000

19,776,000

180,000
30,000
375,000
210,000

210,000

210,000

210,000

45,000

45,000

30,000
45,000

45,000

1,600,000

200,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

900,000
85,909
150,682

900,000
85,909
150,682

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

97
Temuputih
Jahe
Secang Wangi
Kencur
Gula
Kemasan
Biaya Tenaga Kerja
TOTAL OUTFLOW
Net Benefit
DF 8,25%
PV DF 8,25%
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
pv positif
pv negatif

88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
33,656,313
-18,824,313
0.9238
-17389665.13
-50,898,149
0.00
#NUM!
-5.00
0
-50,898,149

88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
20,511,313
-5,679,313
0.8534
-4846631.002

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.7883
-5752881.511

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
-7,042,417
0.7283
-5128733.072

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.6728
-4909413.575

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
29,233,417
-9,457,417
0.6215
-5877668.565

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.5741
-4189612.041

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
-7,042,417
0.5304
-3735067.686

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.4899
-3575345.362

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
9,957,583
0.4526
4506868.633

98
Lampiran 2. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Produksi Instan Jahe Naik 370% )
URAIAN

TAHUN
1

A. Inflow
1. Penjualan
Produk
Produksi
Serbuk
7,675
Minuman
Instan
Jahe

Harga
3,000

23,025,300

Serbuk
Minuman
Instan
Kunyit

756

3,000

2,268,000

Serbuk
Minuman
Instan
Kencur

673

3,000

2,019,000

Serbuk
Minuman
Instan
Temulawak

663

3,000

1,989,000

Serbuk
Minuman
Instan
Temuputih

389

3,000

1,167,000

Serbuk
Minuman
Instan
Secang
Wangi

415

6,000

2,490,000

2. Nilai Sisa
TOTAL INFLOW

0
32,958,300

10

23,025,300

30,700,400

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

2,268,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

2,019,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

1,989,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

1,167,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

2,490,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
17,000,000

32,958,300

43,944,400

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

36,776,000

99
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan
Bangunan
Perizinan
Mesin Penggiling
Juicer
Pisau
Kompor
Panci
Pengaduk
Baskom
Timbangan
Lemari
Rak
Laptop
Sofa
Kulkas
Etalase
Meja Kursi
2. Biaya Tetap
Transportasi
PBB
Listrik dan Air
Kesekretariatan
3. Biaya Variabel
Minyak
Kunyit
Temulawak
Temuputih
Jahe
Secang Wangi
Kencur
Gula
Kemasan
Biaya Tenaga Kerja
TOTAL OUTFLOW

15,300,000
5,100,000
150,000
625,000
180,000
30,000
375,000
210,000
30,000
45,000
40,000
200,000
160,000
1,600,000
600,000
3,200,000
400,000
200,000

180,000
30,000
375,000
210,000

210,000

210,000

210,000

45,000

45,000

30,000
45,000

45,000

1,600,000

200,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
33,656,313

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
20,511,313

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
29,233,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417

100
Net Benefit
DF 8,25%
PV DF 8,25%
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
pv positif
pv negatif

-698,013
0.9238
-644,815
368,420
1
0
-49
28,429,075
-28,060,656

12,446,988
0.8534
10,622,052

16,870,983
0.7883
13,300,154

-7,042,417
0.7283
-5,128,733

-7,297,417
0.6728
-4,909,414

-9,457,417
0.6215
-5,877,669

-7,297,417
0.5741
-4,189,612

-7,042,417
0.5304
-3,735,068

-7,297,417
0.4899
-3,575,345

9,957,583
0.4526
4,506,869

101
Lampiran 3. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Produksi Instan Kunyit Naik 800% )
URAIAN

TAHUN
1

A. Inflow
1. Penjualan
Produk
Produksi
Serbuk
1,633
Minuman
Instan
Jahe
Serbuk
6,804
Minuman
Instan
Kunyit

Harga
3,000

4,899,000

3,000

20,412,000

Serbuk
Minuman
Instan
Kencur

673

3,000

2,019,000

Serbuk
Minuman
Instan
Temulawak

663

3,000

1,989,000

Serbuk
Minuman
Instan
Temuputih

389

3,000

1,167,000

Serbuk
Minuman
Instan
Secang
Wangi

415

6,000

2,490,000

2. Nilai Sisa
TOTAL INFLOW
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan

0
32,976,000

15,300,000

10

4,899,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

20,412,000

27,216,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

2,019,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

1,989,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

1,167,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

2,490,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
17,000,000

32,976,000

43,968,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

36,776,000

102
Bangunan
Perizinan
Mesin Penggiling
Juicer
Pisau
Kompor
Panci
Pengaduk
Baskom
Timbangan
Lemari
Rak
Laptop
Sofa
Kulkas
Etalase
Meja Kursi
2. Biaya Tetap
Transportasi
PBB
Listrik dan Air
Kesekretariatan
3. Biaya Variabel
Minyak
Kunyit
Temulawak
Temuputih
Jahe
Secang Wangi
Kencur
Gula
Kemasan
Biaya Tenaga Kerja
TOTAL OUTFLOW
Net Benefit
DF 8,25%
PV DF 8,25%

5,100,000
150,000
625,000
180,000
30,000
375,000
210,000
30,000
45,000
40,000
200,000
160,000
1,600,000
600,000
3,200,000
400,000
200,000

180,000
30,000
375,000
210,000

210,000

45,000

45,000

210,000

210,000

45,000

45,000

30,000

1,600,000

200,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
33,656,313
-680,313
0.9238
-628,464

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
20,511,313
12,464,688
0.8534
10,637,157

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
16,894,583
0.7883
13,318,759

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
-7,042,417
0.7283
-5,128,733

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.6728
-4,909,414

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
29,233,417
-9,457,417
0.6215
-5,877,669

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.5741
-4,189,612

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
-7,042,417
0.5304
-3,735,068

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.4899
-3,575,345

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
9,957,583
0.4526
4,506,869

103
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
pv positif
pv negatif

418,481
1
0
-50
28,462,785
-28,044,305

104
Lampiran 4. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Produksi Instan Kencur Naik 900% )
1
A. Inflow
1. Penjualan
Produk
Produksi
Serbuk
1,633
Minuman
Instan
Jahe
Serbuk
756
Minuman
Instan
Kunyit

Harga
3,000

4,899,000

3,000

2,268,000

6,730

3,000

20,190,000

Serbuk
Minuman
Instan
Temulawak

663

3,000

1,989,000

Serbuk
Minuman
Instan
Temuputih

389

3,000

1,167,000

Serbuk
Minuman
Instan
Secang
Wangi

415

6,000

2,490,000

Serbuk
Minuman
Instan
Kencur

2. Nilai Sisa
TOTAL INFLOW
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan
Bangunan

0
33,003,000

15,300,000
5,100,000

10

4,899,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

2,268,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

20,190,000

26,920,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

1,989,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

1,167,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

2,490,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
17,000,000

33,003,000

44,004,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

36,776,000

105
Perizinan
Mesin Penggiling
Juicer
Pisau
Kompor
Panci
Pengaduk
Baskom
Timbangan
Lemari
Rak
Laptop
Sofa
Kulkas
Etalase
Meja Kursi
2. Biaya Tetap
Transportasi
PBB
Listrik dan Air
Kesekretariatan
3. Biaya Variabel
Minyak
Kunyit
Temulawak
Temuputih
Jahe
Secang Wangi
Kencur
Gula
Kemasan
Biaya Tenaga Kerja
TOTAL OUTFLOW
Net Benefit
DF 8,25%
PV DF 8,25%
NPV

150,000
625,000
180,000
30,000
375,000
210,000
30,000
45,000
40,000
200,000
160,000
1,600,000
600,000
3,200,000
400,000
200,000

180,000
30,000
375,000
210,000

210,000

210,000

210,000

45,000

45,000

30,000
45,000

45,000

1,600,000

200,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
33,656,313
-653,313
0.9238
-603,522
494,845

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
20,511,313
12,491,688
0.8534
10,660,199

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
16,930,583
0.7883
13,347,140

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
-7,042,417
0.7283
-5,128,733

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.6728
-4,909,414

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
29,233,417
-9,457,417
0.6215
-5,877,669

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.5741
-4,189,612

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
-7,042,417
0.5304
-3,735,068

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.4899
-3,575,345

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
9,957,583
0.4526
4,506,869

106
Net B/C
IRR
Payback Period
pv positif
pv negatif

1
0
-50
28,514,207
-28,019,362

107
Lampiran 5. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Produksi Instan Temulawak Naik 910% )
1
A. Inflow
1. Penjualan
Produk
Produksi
Serbuk
1,633
Minuman
Instan
Jahe
Serbuk
756
Minuman
Instan
Kunyit

Harga
3,000

4,899,000

3,000

2,268,000

673

3,000

2,019,000

Serbuk
Minuman
Instan
Temulawak

6,696

3,000

20,088,900

Serbuk
Minuman
Instan
Temuputih

389

3,000

1,167,000

Serbuk
Minuman
Instan
Secang
Wangi

415

6,000

2,490,000

Serbuk
Minuman
Instan
Kencur

2. Nilai Sisa
TOTAL INFLOW
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan
Bangunan

0
32,931,900

15,300,000
5,100,000

10

4,899,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

2,268,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

2,019,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

20,088,900

26,785,200

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

1,167,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

2,490,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
17,000,000

43,909,200

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

36,776,000

32,931,900

108
Perizinan
Mesin Penggiling
Juicer
Pisau
Kompor
Panci
Pengaduk
Baskom
Timbangan
Lemari
Rak
Laptop
Sofa
Kulkas
Etalase
Meja Kursi
2. Biaya Tetap
Transportasi
PBB
Listrik dan Air
Kesekretariatan
3. Biaya Variabel
Minyak
Kunyit
Temulawak
Temuputih
Jahe
Secang Wangi
Kencur
Gula
Kemasan
Biaya Tenaga Kerja
TOTAL OUTFLOW
Net Benefit
DF 8,25%

150,000
625,000
180,000
30,000
375,000
210,000
30,000
45,000
40,000
200,000
160,000
1,600,000
600,000
3,200,000
400,000
200,000

180,000
30,000
375,000
210,000

210,000

45,000

45,000

210,000

210,000

45,000

45,000

30,000

1,600,000

200,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
33,656,313
-724,413
0.9238

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
20,511,313
12,420,588
0.8534

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
16,835,783
0.7883

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
-7,042,417
0.7283

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.6728

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
29,233,417
-9,457,417
0.6215

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.5741

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
-7,042,417
0.5304

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.4899

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
9,957,583
0.4526

109
PV DF 8,25%
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
pv positif
pv negatif

-669,203
293,753
1
0
-49
28,378,796
-28,085,044

10,599,523

13,272,405

-5,128,733

-4,909,414

-5,877,669

-4,189,612

-3,735,068

-3,575,345

4,506,869

110
Lampiran 6. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Produksi Instan Temuputih Naik 1550% )
1
A. Inflow
1. Penjualan
Produk
Produksi
Serbuk
1,633
Minuman
Instan
Jahe
Serbuk
756
Minuman
Instan
Kunyit

Harga
3,000

4,899,000

3,000

2,268,000

Serbuk
Minuman
Instan
Kencur

673

3,000

2,019,000

Serbuk
Minuman
Instan
Temulawak

663

3,000

1,989,000

Serbuk
Minuman
Instan
Temuputih

6,419

3,000

19,255,500

Serbuk
Minuman
Instan
Secang
Wangi

415

6,000

2,490,000

2. Nilai Sisa
TOTAL INFLOW
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan
Bangunan

0
32,920,500

15,300,000
5,100,000

10

4,899,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

2,268,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

2,019,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

1,989,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

19,255,500

25,674,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

2,490,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
0

3,320,000
17,000,000

32,920,500

43,894,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

19,776,000

36,776,000

111
Perizinan
Mesin Penggiling
Juicer
Pisau
Kompor
Panci
Pengaduk
Baskom
Timbangan
Lemari
Rak
Laptop
Sofa
Kulkas
Etalase
Meja Kursi
2. Biaya Tetap
Transportasi
PBB
Listrik dan Air
Kesekretariatan
3. Biaya Variabel
Minyak
Kunyit
Temulawak
Temuputih
Jahe
Secang Wangi
Kencur
Gula
Kemasan
Biaya Tenaga Kerja
TOTAL OUTFLOW
Net Benefit
DF 8,25%

150,000
625,000
180,000
30,000
375,000
210,000
30,000
45,000
40,000
200,000
160,000
1,600,000
600,000
3,200,000
400,000
200,000

180,000
30,000
375,000
210,000

210,000

45,000

45,000

210,000

210,000

45,000

45,000

30,000

1,600,000

200,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
33,656,313
-735,813
0.9238

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
20,511,313
12,409,188
0.8534

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
16,820,583
0.7883

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
-7,042,417
0.7283

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.6728

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
29,233,417
-9,457,417
0.6215

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.5741

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
-7,042,417
0.5304

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.4899

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
9,957,583
0.4526

112
PV DF 8,25%
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
pv positif
pv negatif

-679,734
261,510
1
0
-48
28,357,085
-28,095,575

10,589,795

13,260,422

-5,128,733

-4,909,414

-5,877,669

-4,189,612

-3,735,068

-3,575,345

4,506,869

113
Lampiran 7. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Produksi Instan Secang Naik 730% )
1
A. Inflow
1. Penjualan
Produk
Serbuk
Minuman
Instan Jahe

Produksi
1,633

Harga
3,000

4,899,000

Serbuk
Minuman
Instan Kunyit

756

3,000

2,268,000

Serbuk
Minuman
Instan
Kencur

673

3,000

2,019,000

Serbuk
Minuman
Instan
Temulawak

663

3,000

1,989,000

Serbuk
Minuman
Instan
Temuputih

389

3,000

1,167,000

Serbuk
Minuman
Instan
Secang
Wangi

3,445

6,000

20,667,000

2. Nilai Sisa
TOTAL INFLOW
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan
Bangunan
Perizinan
Mesin Penggiling

0
33,009,000

15,300,000
5,100,000
150,000
625,000

10

4,899,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

2,268,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

2,019,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

1,989,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

1,167,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

20,667,000
0
33,009,000

27,556,000
0
44,012,000

3,320,000
0
19,776,000

3,320,000
0
19,776,000

3,320,000
0
19,776,000

3,320,000
0
19,776,000

3,320,000
0
19,776,000

3,320,000
0
19,776,000

3,320,000
17,000,000
36,776,000

114
Juicer
Pisau
Kompor
Panci
Pengaduk
Baskom
Timbangan
Lemari
Rak
Laptop
Sofa
Kulkas
Etalase
Meja Kursi
2. Biaya Tetap
Transportasi
PBB
Listrik dan Air
Kesekretariatan
3. Biaya Variabel
Minyak
Kunyit
Temulawak
Temuputih
Jahe
Secang Wangi
Kencur
Gula
Kemasan
Biaya Tenaga Kerja
TOTAL OUTFLOW
Net Benefit
DF 8,25%
PV DF 8,25%
NPV
Net B/C
IRR

180,000
30,000
375,000
210,000
30,000
45,000
40,000
200,000
160,000
1,600,000
600,000
3,200,000
400,000
200,000

180,000
30,000
375,000
210,000

210,000

210,000

210,000

45,000

45,000

30,000
45,000

45,000

1,600,000

200,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
33,656,313
-647,313
0.9238
-597,979
511,815
1
0

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
20,511,313
12,497,688
0.8534
10,665,319

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
16,938,583
0.7883
13,353,446

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
-7,042,417
0.7283
-5,128,733

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.6728
-4,909,414

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
29,233,417
-9,457,417
0.6215
-5,877,669

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.5741
-4,189,612

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
-7,042,417
0.5304
-3,735,068

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
-7,297,417
0.4899
-3,575,345

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
9,957,583
0.4526
4,506,869

115
Payback Period
pv positif
pv negatif

-50
28,525,634
-28,013,820

116
Lampiran 8. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Peningkatan Penjualan 56%)
1
2
3
4
5
6
A. Inflow
1. Penjualan
23,137,920
23,137,920
30,850,560
30,850,560
30,850,560
30,850,560
2. Nilai Sisa
0
0
0
0
0
0
TOTAL INFLOW
23,137,920
23,137,920
30,850,560
30,850,560
30,850,560
30,850,560
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan
15,300,000
Bangunan
5,100,000
Perizinan
150,000
Mesin Penggiling
625,000
Juicer
180,000
180,000
Pisau
30,000
30,000
Kompor
375,000
375,000
Panci
210,000
210,000
210,000
Pengaduk
30,000
30,000
Baskom
45,000
45,000
45,000
Timbangan
40,000
Lemari
200,000
Rak
160,000
Laptop
1,600,000
1,600,000
Sofa
600,000
Kulkas
3,200,000
Etalase
400,000
Meja Kursi
200,000
200,000
2. Biaya Tetap
Transportasi
480,000
480,000
480,000
480,000
480,000
480,000
PBB
30,000
30,000
30,000
30,000
30,000
30,000
Listrik dan Air
600,000
600,000
600,000
600,000
600,000
600,000
Kesekretariatan
480,000
480,000
480,000
480,000
480,000
480,000
3. Biaya Variabel
Minyak
900,000
900,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
Kunyit
85,909
85,909
114,545
114,545
114,545
114,545
Temulawak
150,682
150,682
200,909
200,909
200,909
200,909
Temuputih
88,409
88,409
117,879
117,879
117,879
117,879
Jahe
593,818
593,818
791,758
791,758
791,758
791,758

10

30,850,560
0
30,850,560

30,850,560
0
30,850,560

30,850,560
0
30,850,560

30,850,560
17,000,000
47,850,560

210,000

210,000

45,000

45,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758

117
Secang Wangi
Kencur
Gula
Kemasan
Biaya Tenaga Kerja
TOTAL OUTFLOW
Net Benefit
DF 8,25%
PV DF 8,25%
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period

215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
48,956,313
-25,818,393
0.924
-23,850,709
3,528,043
1
0
22

pv positif
pv negatif

27,378,752
-23,850,709

215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
20,511,313
2,626,608
0.853
2,241,503

287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
3,777,143
0.788
2,977,692

287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
4,032,143
0.728
2,936,462

287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
3,777,143
0.673
2,541,113

287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
29,233,417
1,617,143
0.621
1,005,035

287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
3,777,143
0.574
2,168,543

287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
4,032,143
0.530
2,138,517

287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417
3,777,143
0.490
1,850,599

287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417
21,032,143
0.453
9,519,288

118
Lampiran 9. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Penurunan Tenaga Kerja 45%)
1
A. Inflow
1. Penjualan
2. Nilai Sisa
TOTAL INFLOW
B. Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan
Bangunan
Perizinan
Mesin Penggiling
Juicer
Pisau
Kompor
Panci
Pengaduk
Baskom
Timbangan
Lemari
Rak
Laptop
Sofa
Kulkas
Etalase
Meja Kursi
2. Biaya Tetap
Transportasi
PBB
Listrik dan Air
Kesekretariatan
3. Biaya Variabel
Minyak
Kunyit
Temulawak

14,832,000
0
14,832,000

2
14,832,000
0
14,832,000

15,300,000
5,100,000
150,000
625,000
180,000
30,000
375,000
210,000
30,000
45,000
40,000
200,000
160,000
1,600,000
600,000
3,200,000
400,000
200,000

3
19,776,000
0
19,776,000

4
19,776,000
0
19,776,000

5
19,776,000
0
19,776,000

6
19,776,000
0
19,776,000

7
19,776,000
0
19,776,000

8
19,776,000
0
19,776,000

10

0
19,776,000

19,776,000
17,000,000
36,776,000

19,776,000

180,000
30,000
375,000
210,000

210,000

210,000

210,000

45,000

45,000

30,000
45,000

45,000

1,600,000

200,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

900,000
85,909
150,682

900,000
85,909
150,682

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

1,200,000
114,545
200,909

119
Temuputih
Jahe
Secang Wangi
Kencur
Gula
Kemasan
Biaya Tenaga Kerja
TOTAL OUTFLOW
Net Benefit
DF 8,25%
PV DF 8,25%
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period

88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
7,656,000
27,392,313
-12,560,313
0.9238
-11,603,060
807,228
1
0
23

pv positif
pv negatif

12,410,288
-11,603,060

88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
7,656,000
14,247,313
584,688
0.8534
498,963

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
10,208,000
18,721,417
1,054,583
0.7883
831,375

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
10,208,000
18,466,417
1,309,583
0.7283
953,721

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
10,208,000
18,721,417
1,054,583
0.6728
709,482

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
10,208,000
20,881,417
-1,105,417
0.6215
-687,003

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
10,208,000
18,721,417
1,054,583
0.5741
605,460

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
10,208,000
18,466,417
1,309,583
0.5304
694,560

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
10,208,000
18,721,417
1,054,583
0.4899
516,690

117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
10,208,000
18,466,417
18,309,583
0.4526
8,287,040

120
Lampiran 10. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Peningkatan Produksi 130%)
URAIAN

TAHUN
1

A. Inflow
1. Penjualan
Produk
Produksi
Serbuk
3,756
Minuman
Instan
Jahe
Serbuk
1,739
Minuman
Instan
Kunyit

Harga
3,000

11,267,700

3,000

5,216,400

Serbuk
Minuman
Instan
Kencur

1,548

3,000

4,643,700

Serbuk
Minuman
Instan
Temulawak

1,525

3,000

4,574,700

Serbuk
Minuman
Instan
Temuputih

895

3,000

2,684,100

Serbuk
Minuman
Instan
Secang
Wangi

955

6,000

5,727,000

2. Nilai Sisa
TOTAL INFLOW
B. Outflow
1. Biaya Investasi

0
34,113,600

10

11,267,700

15,023,600

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

6,532,000

5,216,400

6,955,200

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

3,024,000

4,643,700

6,191,600

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

2,692,000

4,574,700

6,099,600

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,652,000

2,684,100

3,578,800

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

1,556,000

5,727,000
0
34,113,600

7,636,000
0
45,484,800

3,320,000
0
19,776,000

3,320,000
0
19,776,000

3,320,000
0
19,776,000

3,320,000
0
19,776,000

3,320,000
0
19,776,000

3,320,000
0
19,776,000

3,320,000
17,000,000
36,776,000

121
Lahan
Bangunan
Perizinan
Mesin Penggiling
Juicer
Pisau
Kompor
Panci
Pengaduk
Baskom
Timbangan
Lemari
Rak
Laptop
Sofa
Kulkas
Etalase
Meja Kursi
2. Biaya Tetap
Transportasi
PBB
Listrik dan Air
Kesekretariatan
3. Biaya Variabel
Minyak
Kunyit
Temulawak
Temuputih
Jahe
Secang Wangi
Kencur
Gula
Kemasan
Biaya Tenaga Kerja
TOTAL OUTFLOW

15,300,000
5,100,000
150,000
625,000
180,000
30,000
375,000
210,000
30,000
45,000
40,000
200,000
160,000
1,600,000
600,000
3,200,000
400,000
200,000

180,000
30,000
375,000
210,000

210,000

45,000

45,000

210,000

210,000

45,000

45,000

30,000

1,600,000

200,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

480,000
30,000
600,000
480,000

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
33,656,313

900,000
85,909
150,682
88,409
593,818
215,517
137,659
1,800,000
1,029,318
13,920,000
20,511,313

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
29,233,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
27,073,417

1,200,000
114,545
200,909
117,879
791,758
287,356
183,545
2,400,000
1,372,424
18,560,000
26,818,417

122
Net Benefit
DF 8,25%
PV DF 8,25%
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
pv positif
pv negatif

457,288
0.9238
422,436
3,635,952
1
0
-87
30,629,356
-26,993,404

13,602,288
0.8534
11,607,966

18,411,383
0.7883
14,514,521

-7,042,417
0.7283
-5,128,733

-7,297,417
0.6728
-4,909,414

-9,457,417
0.6215
-5,877,669

-7,297,417
0.5741
-4,189,612

-7,042,417
0.5304
-3,735,068

-7,297,417
0.4899
-3,575,345

9,957,583
0.4526
4,506,869

123
Lampiran 11 Rincian Penjualan TAMAN SYIFA tiap-tiap Bulan pada Awal Proyek
Produk

Penjualan
6
7

10

11

12

Serbuk Minuman Instan Jahe

1633
204

247

178

244

236

98

101

98

19

39

84

85

Serbuk Minuman Instan Kunyit

756
75

74

92

87

97

85

55

64

19

39

34

35

Serbuk Minuman Instan Kencur

673
78

Serbuk
Minuman
Temulawak

Instan

Serbuk
Minuman
Temuputih

Instan

TOTAL

62

76

85

83

99

42

35

41

31

32

663
87

70

72

67

137

35

48

44

11

31

30

31

389
55

18

54

37

51

64

23

21

19

19

19

Serbuk Minuman Instan Secang


Wangi

415
34

43

23

53

74

50

33

23

38

19

19

You might also like