You are on page 1of 17
ournal of Aerospace Sciences Vol.3 No.2 Juni 2006” —Ss—SSC'SSSN 14412. - 8008X PENGARUH OZON TERHADAP HUJAN ASAM DI BANDUNG. Tuti Budiwati, Sumaryati, lis Sofiati, Tuti Mulyani HW, M. Pariyatmo PERIODE-LUMINOSITAS CEPHEID DAN KOREKSI BOLOMETRIK BINTANG DERET UTAMA : METODOLOGI DAN HASIL Avivah Yamani R., S. Siregar ANALISIS STABILITAS ATMOSFER PADA LAPISAN TROPOSFER ATAS DAN STRATOSFER BAWAH DI ATAS KOTOTABANG MENGGUNAKAN DATA EQUATORIAL ATMOSPHERE RADAR (EAR), BOUNDARY LAYER RADAR (BLR) DAN RADIOSONDE Eddy Hermawan, Sri Hartati Soeparmo, Filla Aulifin Kemirah DAMPAK CUACA ANTARIKSA PADA VARIABILITAS IKLIM DI INDONESIA Wilson Sinambela, lyus E. Rusnadi, Nana Suryana RESPONS SINTILAS! SINYAL GPS SAAT BADAI GEOMAGNET DI LINTANG RENDAH Asnawi ESTIMASI PARAMETER TURBULENSI UNTUK JASA PENERBANGAN BERBASIS HASIL ANALISIS BEBERAPA DATA RADIOSONDE DI KAWASAN BARAT INDONESIA Eddy Hermawan, Zainal Abidin Diterbitkan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Jakarta - Indonesia ‘J.Si. Dirgant_ [| VOL. 3 HAL. 78-165 ‘JAKARTA, Juni 2006 ISSN 1412 - 808X JURNAL SAINS DIRGANTA Journal of Aerospace Sciences Mol No.2 Juni DAFTAR ISI PENGARUH OZON TERHADAP HUJAN ASAM DI BANDUNG Tuti Budiwati, Sumaryati, lis Sofiati, Tuti Mulyani HW, M. Pariyatmo. PERIODE-LUMINOSITAS CEPHEID DAN KOREKS! BOLOMETRIK BINTANG DERET UTAMA : METODOLOG! DAN HASIL Avivah YamaniR.., S. Siregar ANALISIS STABILITAS ATMOSFER PADA LAPISAN TROPOSFER ATAS DAN STRATOSFER. =BAWAH DI = ATAS ~=KOTOTABANG MENGGUNAKAN DATA EQUATORIAL ATMOSPHERE RADAR (EAR), BOUNDARY LAYER RADAR (BLR) DAN RADIOSONDE Eddy Hermawan, Sri Hartati Soeparmo, Filla Aulifin Kemirah DAMPAK CUACA ANTARIKSA PADA VARIABILITAS IKLIM DI INDONESIA Wilson Sinambela, lyus E. Rusnadi, Nana Suryana RESPONS SINTILASI SINYAL GPS SAAT BADA! GEOMAGNET DI UNTANG RENDAH Asnawi ESTIMAS! PARAMETER TURBULENS! UNTUK JASA PENERBANGAN BERBASIS HASIL ANALISIS BEBERAPA DATA RADIOSONDE DI KAWASAN BARAT INDONESIA Eddy Hermawan, Zainal Abidin ‘808X Halaman 78-97 98-11 112-130 131-144 145-154 155-165 5 Jurmal Sains Dirgantara Vol. 3 No. 2 Juni 2006:98-111 PERIODE-LUMINOSITAS CEPHEID DAN KOREKSI BOLOMETRIK BINTANG DERET UTAMA : METODOLOGI DAN HASIL Avivah Yamani R, S. Siregar e-mail : avivahy@gmall.com, e-mail : suryadi@as.ttb.ac.ld Penelit! Departemen Astronoml ITB / ABSTRACT Chepeids variable stars define as istance ladder candle, especially for local galaxies. In this paper, we derive Luminosity-Period relation. We estimate the model base on distribution pattern of My versus log P. Primary data taken from Storm et. al. (2004). Least squares methods being use to estimate regression coefficients. In our work, we find My = -2.83 log P-1.3 for Galactic Chepeids and My = -6.69 log P + 3.38 for Small Magellan Cloud. We discuss the factors that make the gradient separation with previous results. Bolometric correction we use here are from the main sequence stars (Cox, 2000). We use least squares method to fit while regression correction estimate with Cramer methods. Regression equation that we have is BC = -8,96(logT iy)? + 70.23 log Tuy — 137.83 ABSTRAK Bintang variabel Cepheids dikenal sebagai lilin penentu jarak, terutama untuk galaksi-galaksi lokal. Dalam pekerjaan ini diturunkan hubungan Periode-Luminositas Cepheid. Pemodelan ditentukan berdasarkan pola distribusi My versus log P. Data primer diambil dari Storm et.al (2004). Metode least squares digunakan untuk menentukan koefisien regresi. Hasil yang diperoleh adalah My = -2.83 log P -1.3 sedangkan untuk Galactic Cepheids dan My = -6.69 log P + 3.38 untuk Small Magellanic Cloud. Didiskusikan juga faktor yang menyebabkan perbedaan gradient dari penelitian sebelumnya. Koreksi bolometrik digunakan dari bintang uji deret utama (Cox, 2000) Fitting dilakukan dengan Metode Least Squares sedangkan koefisien regresi ditentukan dengan metode Cramer. Persamaan regresi yang diperoleh, adalah BC = -8,96(logT,y)? + 70.230gTyy ~ 137.83 Kata Kunci : Cepheid, Koreksi Bolometrik, Metode Least Squares rs Prrinte-Luminositas Cepheid dan Koreksi... (Avtoah Yamani R. et.al) 1 PENDAHULUAN Cepheid merupakan bintang variabel yang namanya diambil dari bintang sejenis yakni bintang 8 Cephei (RA. 22h2912s Dec. +58° 25! 8"). sPada tahun 1784, John Goodrick, seorang astronom amatir melihat adanya perubahan berkala pada cahaya bintang tersebut. Seabad kemudian pada tahun 1894, Belopolsky menemukan kecepatan radial bintang ini berubah secara berkala mengikuti perubahan cahayanya. Cepheid merupakan bintang variabel yang memiliki kecerlangan tinggi dan berdenyut dalam arah radial. Henrietta Swan Leavitt, dari Observatorium Harvard, mengamati plat-plat foto pada Awan Magellan Kecil (Small Magellanic Cloud, selanjutnya akan disingkat dengan SMC) yang berasal dari pengamatan tahun 1893 hingga 1906 dan menghasilkan katalog yang terdiri dari 1777 bintang variabel di SMC. Dari katalog tersebut ditemukan adanya korelasi antara periode denyutan Cepheid dengan Luminositasnya. Dia kemudian memberikan sebuah formula yang dikenal sebagai Hubungan Periode-Luminositas (Pickering, 1912). Dari hubungan periode-luminositas dapat ditentukan magnitudo absolut Cepheid dari periode denyutannya. Jarak bintang dapat dihitung dengan menggunakan rumus modulus jarak. Sampai saat ini, bintang variabel Cepheid merupakan indikator utama yang sering digunakan dalam menentukan jarak galaksi lokal. Kalibrasi yang dilakukan Ejjnar Herzprung memperlihatkan adanya hubungan linear dalam Hubungan Periode Luminositas Cepheid, yakni My= -0.6-2,1logP (1-1) Pekerjaan ini, selain menelaah Variabel Cepheid, juga membahas mengenai koreksi Bolometrik (akronim, BC). Dalam pengamatan, seringkali magnitudo yang diukur, hanya berada pada panjang gelombang tertentu saja. Walaupun magnitudo tersebut bisa memberikan gambaran sebaran energi spektrum bintang, namun belum bisa memberikan gambaran seluruh energi yang dipancarkan bintang, untuk itu didefinisikan magnitudo bolometrik yang menyatakan magnitudo bintang pada seluruh panjang gelombang. Kelemahannya, magnitudo bolometrik sulit ditentukan, karena beberapa panjang gelombang tak dapat menembus atmosfer Bumi. Salah satu cara yang dipakai untuk menentukan magnitudo bolometrik adalah dengan memberikan koreksi pada magnitudo visualnya, dengan BC =V-m,, (1-2) Bagaimana hubungan Cepheid dan Koreksi Bolometrik? Makalah ini mencoba memperlihatkan bentuk lain hubungan Periode-Luminositas untuk Cepheid yang terdapat pada Galaktik dan SMC, dan juga memperlihatkan hubungan antara Koreksi Bolometrik dengan temperatur dan hubungannya dengan warna bintang. 99 es Jal Sains Dirgantara Vol. 3 No.2 Juni 2006:98-111 2 METODOLOGI 2.1 Hubungan Periode-Luminositas Variabel Cepheid Hubungan Periode-Luminositas bintang variabel Cepheid dapat ditentukan secara teori dengan melihat hubungan antara periode perubahan cahaya dan rapat massa bintang sebagai berikut P? p=konstan (2-1) dengan P adalah periode denyutan bintang p adalah rapat massa bintang Dari hubungan ini, terlihat semakin kecil kerapatan sistem, periodenya akan semakin panjang, sedang denyutannya akan makin lambat. Pada umumnya, bintang berkerapatan kecil adalah bintang berukuran besar, yang juga memiliki luminositas besar. Jadi bisa diharapkan bintang variabel Cepheid yang luminositasnya besar, akan berubah cahayanya dengan periode yang besar juga. Hubungan periode denyutan Cepheid dengan luminositas warna ditentukan dengan menggunakan Hukum Stefan Boltzman : L=4aR oly (2-2) Jika diekspresikan dalam magnitudo, hukum Stefan menjadi; Muy =-Slog R-10log Ty +C (2-3) Menurut Sandage (1958) dari hubungan (1-1) serta kaitannya dengan Temperatur efektif, dapat diperoleh dengan pendekatan terhadap hubungan non linear untuk hubungan temperatur dan kelas spektrum Morgan Keenan, serta hubungan antara kelas spektrum dan warna, dengan pernyataan: M, =alogP+A(B-V), +7 (2-4) Hubungan Periode Luminositas Cepheid dalam bidang (Log L, Log P) mem- berikan : M, =SlogP+p (2-5) yang menunjukkan adanya hubungan linear antara periode dan luminositas Cepheid. Hubungan ini akan diperlihatkan dalam plot data Cepheid Galaksi Bima Sakti dan Awan Magelan Kecil yang dihasilkan dari fotometri. 2.2 Koreksi Bolometrik untuk Temperatur atau Warna Bintang Magnitudo bolometrik sulit ditentukan, karena beberapa panjang gelombang tak dapat menembus atmosfer bumi. Hal ini terlihat pada bintang yang panas dan dingin, dimana sebagian besar energinya dipancarkan pada 100 Periode-Luminositas Cepheid dan Koreksi... (Avivak Yamani R. etal.) daerah ultraungu dan iriframerah yang tak dapat menembus atmosfer Bumi. Salah satu cara yang digunakan untuk menentukan magnitudo bolometrik adalah dengan mengoreksi magnitudo visualnya. Magnitudo visual diberikan oleh : V=-2 Slog LE, +C, (2-6) Hubungan magnitudo bolometrik dan magnitudo visual diberikan oleh : V-m,, =-2.5log Ey [Ex +C (2-7) atau BC =-2.5logE,/E,,, +C (2-8) BC merupakan koreksi bolometrik yang harganya bergantung pada temperatur atau warna bintang. Koreksi Bolometrik akan besar untuk bintang-bintang yang sangat panas atau sangat dingin. 2.3 Metode Least Squares Untuk mendapatkan hubungan antara periode-luminositas pada bintang Variabel Cepheid digunakan metode Least Squares Line, untuk linear fitting. Sedangkan untuk mendapatkan hubungan koreksi bolometrik dengan temperatur maupun dengan warna bintang, digunakan metode Least Squares Curves untuk polynomial fitting. Persamaan garis lurus, adalah y= Ax+Bdalam hal ini A dan B merupakan konstanta. Nilai A menyatakan slope/ gradient garis lurus tersebut terhadap absis x, dengan data pengamatan, {(x,,),)}$, dan N merupakan jumlah titik data yang dimiliki, Jumlah kuadrat pada jarak vertikal E(A,B) untuk semua data harus minimum : E(4,B)= 3 (an, +B-y, =D? 2-9) Nilai minimum E(A,B) ditentukan dengan syarat 06/04 dan OE/OB berharga nol. Ingat juga {x,} dan {y,}berharga konstan pada persamaan (2-9) sedangkan A dan B merupakan variabel. Untuk B tetap, penurunan E(A,B) memberikan : @E(A,B) y a D2Ax, + B-y.) Oy) o (2-10) = 2) (Axp + Bey — 24) it Untuk A tetap, penurunan £(4,B) memberikan : 101 Jurnal Sains Dirgantara Vol. 3 No.2 Juni 2006:98-111 : ae = (Ax, +B-y,) A : 0 (2-11) = 2) (Ax, + B-y,) el Dengan mengambil harga nol pada persamaan (2-10) dan (2-11). Maka solusi untuk sistem linearnya dapat dicari dari persamaan normal: (Ss }eono-$, ft f= (2-12) Untuk memecahkan persamaan linear dengan matriks 2«2, gunakan aturan Cramer. Persamaan yang akan digunakan adalah Least Squares Parabola, adalah persamaan kuadrat : y= Ax? + Bx+C (2-13) dengan data, {(x,,¥,)}i.; dan N merupakan jumlah titik data yang dimiliki. Koefisien A, B dan C yang dicari harus membuat E (A,B,C) menjadi minimal, dalam hal ini : E(A, B,C) =) (Axj + Bx, +C-y,)° (2-14) Dengan mengambil syarat : 8E(A,B.C) _ 4 (2-18) @A SE(A, B,C) OB (2-16) BE(A.B.C) _ 4 ec (2-17) Nilai A, B dan C dapat dicari dari sistem persamaan linearnya : ( . Jeo Sa oo Eaa le Soue, tt = (Ze ]ao(Se oe(EaJe- Sn, (2-189 fat fet (Ea }e+(Zs Jove Zo, ft rat 102 renee Periote-Lurminositas Cepheid dam Koreksi.... (Avivah Yamani R. etal.) Untuk mendapatkan solusi A, B dan C dalam makalah ini digunakan Iterasi Gauss-Seidel. Iterasi Gauss-Seidel (vide; Mathews, 1992) digunakan untuk memecahkan solusi persamaan linear 4X=8 yang dihasilkan oleh least squares. SPL dalam least squares parabola merupakan matriks N x N, untuk itu kasus ini aturan Cramer tidak lagi dipilih sebagai solusi utama, melainkan digunakan iterasi Gauss Seidel. Pada SPL AP = B, A merupakan matriks, WKN log able Ini berarti, setiap baris dari matriks tersebut, besaran koefisien diagonalnya harus melebihi jumlah harga koefisien lainnya dalam baris tersebut. Andaikan, SPL yang diberikan, adalah GPF tA GX ob ayy =H ,.% +O, Xp ten X, teh yy =D + +g rile pelt ley wl Untuk k=1,N (2-19) e (2-20) WP FR bh GM Foo AG, iy = Gy % Fy 2% toe Oy Xj Foot Oy wy = Oy Buat titik ke-k menjadi : Py = (02% penx none?) 5 Maka titik berikutnya adalah : Dalam formula iterasi baris j digunakan untuk memecahkan x!"'dalam bentuk kombinasi linear dari x{”,x{,...,.x%%,x.,..,x4), yang merupakan harga sebelumnya. Dengan menggunakan iterasi Gauss Seidel, koordinat baru tersebut menjadi : (es) (est) 450%) 7 i a), (2-21) 4G; 4X) a Anggap matriks A dominant secara diagonal, maka AX=B akan memiliki solusi unik, yakni X=Pdan persamaan akan menjadi AP =B. Solusi dimulai dengan P,=Odan akan menghasilkan deret {P,}yang " konvergen dengan solusi P. —— a /177Al Sains Dirgantara Vol. 3 No, 2 juni 2006:98-111 Dalam melakukan iterasi, yang dicari adalah titik terdekat dengan titik-titik data yang di-fitting. Pengukuran untuk mendapatkan titik terdekat diperlukan untuk menentukan apakah {P,} konvergen dengan P. Jarak Euclidian antara : PH=(X,Xqo09%y) dan Q=O, 209) adalah : DPQ) = [4-9 +2 2)? ++ y “I (2-22) Untuk mendapatkan separasi antar dua titik, digunakan |X], . : b= 2b 2-23) i 3 DATA DAN ANALISIS 3.1 Hubungan Periode Luminositas Galactic Cepheids dan SMC Cepheids Dalam pekerjaan ini digunakan data Galactic Cepheids dan SMC Cepheid dari pekerjaan Storm et. al (2004). Data tersebut terdiri dari 34 Galactic Cepheid dan 5 Variabel Cepheid dari SMC. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3-1 dan Tabel 3-2. Fitting data dilakukan dengan menggunakan metode Least Squares Line karena rajah (plot) Mv versus log P menunjukkan hubungan linear antara Periode dan Luminositas. Untuk Galactic Cepheids persamaan regresi yang diperoleh mempunyai bentuk (Gambar 3-1a): My =-2.83log P-1.3 (3-1) @ (b) Gambar 3-1a,b: Hubungan PL Galactic Cepheids, Hubungan PL SMC 104 rr Pere uminositas Cepheid dan Kors Avivah Yamani R. etal.) Tabel 3-1:GALACTIC CEPHEID UNTUK DAERAH PERMUKAAN near-IR (STORM et.al 2004) No. | 1p | HD | sao | RA(hms) Log P My 1 [SUCas_| 17463 02 47 28.88 0.289884 2 [EV Sct 18-33 57.00 (0.490098 _|-3.345 3__|BF Oph | 154365 | 185020! 1702 59.00 0.609329 |-2.750 74 [T Vel 73678 [220208] 08 36 03.00 0.666501 _|-2.692 S_|6Cep [213306 | 34508 [22 27 18.53, 0.729678 _|-3.431 6_|CV Mon 06_34 27.00 0.730685 _|-3.038 7 [Ven [127297 [241777] 14 28 56.92 (0.739882_|-3.295 8 [BB Sgr__|[ 174383 [187349] 18 48 02.00 (0.821971 _|-3.518 9” [USgr [170764 |161571| 18 28 57.00 [0.828997 _|-3.477 10_[n Aq 187929 [125159] 19 49 55.50 0.855030 |-3.581 11_|S Nor 16 14 42.00 0.989194 |-4.101 12 [XX Cen [118769 [241049|" 13 37 01.12 1,039548_|-4.154 13_[V340 Nor 243446 | 16 09 21.30 1.052579 |-3.814 14 [UU Mus | 103137 11 49 50.00 1.065819 _|-4.159 15_|U Nor 139717 15 3828.00 1.101875 _|-4.415 16 {BN Pup 0804 21.00 1.135867 _|-4.513 17_[LS Pup (07 56 58.00 1.150646 _|-4.685 18_|VW Cen 13/30 31.00 1.177138 _|-4.037 19 |X Cyg [197572 | 70423 | 20 41 26.60 1.214482 _|-4.991 20 [VY Car_| 93203 |238416|~ 10 42 33.28 1.276818 |-4.846 21 [RY Sco [ 1747 34.00 1,307927_|-5.372 22 [RZVel | 73502 [230186 | 08 35 18.00 1,309564_|-5.019 23 |WZ Sgr [167660 | 161257| 18 14 03.00 1.339443 |-5.009 24 [WZ Car_| 94777 10 53 19.00 1.361977 |-5.501 25 [Vz Pup (07 36 35.00 1,364945_|-4.801 26 [SW Vel_| 74712 |230356| 08 42 0.00 1.370016 _|-5.042 27 |T Mon | 44990 [113845] 06 22 31.00 1.431915 _|-5.060 28 [RY Vel | 89841 [237949] 10 18 48.00 1.449158 _|-4.918 29 [AQ Pup O7 86 21.00 1.478624 _|-5.513 '30_[KN Cen. 13-33 _ 02.00 1.531857 _|-6.328 31 [iCar — [84810_|250683 | 09 43 52.35 1.550855 _|-5.821 32 [U Car [95109 [238635 | 10 _55_45.57 1,589083_|-5.617 33_[RS Pup 08 11 09.00 1.617420 _|-6.015 34 [SV Vul [187921 [87829 | 19 49 28.00 1.653162 _|-6.752 Tabel 3-2: SMC CEPHEID No. ID Log P 1 HV 1345 1.129638 -4.166 2, | HV 1335 1.157807 -4.365 .3._ | HV 1328 1.199645 -4.617 4. [HV 1333 1.212014 -4.913 5. | HV 822 1.223810 -4.673 a 105 ss il Sains Dirgentara Vol. 3 No. 2 Juni 2006:98-111 Hubungan periode luminositas yang diperoleh untuk SMC (Gambar 3- 1b): M, =-6.69log P-+3.38 (3-2) 3.2 Koreksi Bolometrik Koreksi bolometrik bergantung pada temperatur atau warna bintang, Hal ini bisa ditunjukkan lewat kurva koreksi bolometrik. Pada pekerjaan ini bintang uji diambil dari kelompok bintang Deret Utama, seperti pada Tabel 3-3, sedang hubungan koreksi bolometrik terhadap temperatur bintang dapat dilihat pada Gambar 3-2. Tabel 3-3 : BINTANG DERET UTAMA (COX, 2000) j r No. | Sp T. BC L. OS 42000 | -4.40 2. 09 34000_{_-3.33 3. BO. 30000 | -3.16 4. B2 20900 | -2.35 [_5. BS 15200 | -1.46 6. BS. 11400 | -0.80) 7. AO 9790__| -0.30 8. AQ ‘9000 -0.20 9. AS. 8180 | -0.15 10. | FO 7300__|_-0.09 1, | F2 0.35 7000 | -0.11 12. [FS 0.44 6650 -0.14 13. |__F8 0.52 6250__| -0.16 14. | Go 0.58 5940 | -0.18 1s. | G2 0.63 5790 -0.20 16. | G5 0.68 5560__|_-0.21 17. | G8 0.74 5310 | -0.40 is. [Ko | 0.81 5150 | -0.31 19. [Ka 0.91 4830__| -0.42 20. KS 1.15 4410 -0.72 21. [Mo 1.40 3840 71.38 22.{ M2 | 1.49 3520 =1.89 23. [__M5 1.64 3170 | -2.73 106 eS Jal Sins Dirgatara Vol. 3 No.2 Juni 2006:98-111 Hubungan periode luminositas yang diperoleh untuk SMC (Gambar 3-1b): M,, =-6.69 log P +3.38 (3-2) 3.2 Koreksi Bolometrik Koreksi bolometrik bergantung pada temperatur atau warna bintang. - Hal ini bisa ditunjukkan lewat kurva koreksi bolometrik. Pada pekerjaan ini bintang uji diambil dari kelompok bintang Deret Utama, seperti pada Tabel 3-3, sedang hubungan koreksi bolometrik terhadap temperatur bintang dapat dilihat pada Gambar 3-2. Tabel 3-3 : BINTANG DERET UTAMA (COX, 2000) LNo. | Sp B-V Tour F 1. 05 -0.33 | 42000 2. 09 -0.31 | 34000 3. BO. -0.30 | 30000 4. B2 -0.24 | 20900 5. BS -0.17 15200 6. BS. 20.11 11400 7. AO -0.02 9790 8 A2 0.05 | 9000 [9 AS 0.15 8180 10. FO. 0.30 7300 | F2 0.35 7000 FS 0.44 6650 FS 0.52 6250 GO 0.58. 5940 G2 0.63 5790 GS 0.68 5560 G8 0.74 5310 KO. 0.81 5150 K2 091 4830 KS. 1.15 4410 MO 1.40 3840 m2 | 1.49 3520 MS 1.64 3170 106 enema Periode-Luminosites Cepheid dan Koreksi .. (Avioah Yamani R. et.al.) OC + NTTRD - M.INing Tel) + 8.904 tog Hel"? oe ec ton tort Gambar 3-2: Hubungan koreksi bolometrik terhadap temperatur bintang Hubungan BC dengan temperatur dinyatakan dengan pendekatan fangsi kuadrat : BC = -8.96(logT yg)” + 70.231og Tey —137.83 (3-3) ‘Temperatur merupakan parameter yang menunjukkan kelas spektrum bintang. Kurva koreksi bolometrik, didekati dengan fungsi kuadrat. 4 DISKUSI Dari hubungan periode luminositas pada kedua Cepheid, [persamaan 3-1 dan 3-2): M, =~-2.83log P—1.3 (Galactic) M, =-6.69log P+3.38 (SMC) Tampak perbedaan gradient Galactic Cepheid dibanding SMC. Hal it boleh jadi karena adanya perbedaan kandungan logam kedua kelompok (Storm et. al. 2004). Telaah detil tentang hal ini diberikan oleh Tammann et. al., (2003), namun Udalski et. al. (2001) menyangkal adanya pengaruh kandungan logam pada kemiringan hubungan Periode- Luminositas. Dari Gambar 3-1, terlihat semakin besar periodenya maka huminositasnya makin besar. Jika dikaitkan dengan kerapatannya maka dari persamaan 2-1 terlihat rapat massa bintang makin kecil jika periodenya makin besar. Bintang dengan periode besar memiliki denyutan yang lambat. Selain itu = 107 a fir Sains Dirgantara Vol. 3 No. 2 Juni 2006:98-111 bintang yang rapat massanya kecil pada umumnya berukuran besar. Sehingga terlihat bahwa bintang variabel Cepheid yang berukuran besar, memang memiliki luminositas yang besar dengan periode perubahan cahaya yang panjang. Sebagai perbandingan, hubungan PL Galactic Cepheid pada rentang 0.6

You might also like