ournal of Aerospace Sciences
Vol.3 No.2 Juni 2006” —Ss—SSC'SSSN 14412. - 8008X
PENGARUH OZON TERHADAP HUJAN ASAM DI BANDUNG.
Tuti Budiwati, Sumaryati, lis Sofiati, Tuti Mulyani HW, M. Pariyatmo
PERIODE-LUMINOSITAS CEPHEID DAN KOREKSI BOLOMETRIK
BINTANG DERET UTAMA : METODOLOGI DAN HASIL
Avivah Yamani R., S. Siregar
ANALISIS STABILITAS ATMOSFER PADA LAPISAN TROPOSFER ATAS
DAN STRATOSFER BAWAH DI ATAS KOTOTABANG MENGGUNAKAN
DATA EQUATORIAL ATMOSPHERE RADAR (EAR), BOUNDARY LAYER
RADAR (BLR) DAN RADIOSONDE
Eddy Hermawan, Sri Hartati Soeparmo, Filla Aulifin Kemirah
DAMPAK CUACA ANTARIKSA PADA VARIABILITAS IKLIM DI INDONESIA
Wilson Sinambela, lyus E. Rusnadi, Nana Suryana
RESPONS SINTILAS! SINYAL GPS SAAT BADAI GEOMAGNET
DI LINTANG RENDAH
Asnawi
ESTIMASI PARAMETER TURBULENSI UNTUK JASA PENERBANGAN
BERBASIS HASIL ANALISIS BEBERAPA DATA RADIOSONDE
DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Eddy Hermawan, Zainal Abidin
Diterbitkan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jakarta - Indonesia
‘J.Si. Dirgant_ [| VOL. 3 HAL. 78-165 ‘JAKARTA, Juni 2006 ISSN 1412 - 808XJURNAL
SAINS DIRGANTA
Journal of Aerospace Sciences
Mol
No.2 Juni
DAFTAR ISI
PENGARUH OZON TERHADAP HUJAN ASAM DI BANDUNG
Tuti Budiwati, Sumaryati, lis Sofiati, Tuti Mulyani HW,
M. Pariyatmo.
PERIODE-LUMINOSITAS CEPHEID DAN KOREKS! BOLOMETRIK
BINTANG DERET UTAMA : METODOLOG! DAN HASIL
Avivah YamaniR.., S. Siregar
ANALISIS STABILITAS ATMOSFER PADA LAPISAN TROPOSFER ATAS
DAN STRATOSFER. =BAWAH DI = ATAS ~=KOTOTABANG
MENGGUNAKAN DATA EQUATORIAL ATMOSPHERE RADAR
(EAR), BOUNDARY LAYER RADAR (BLR) DAN RADIOSONDE
Eddy Hermawan, Sri Hartati Soeparmo, Filla Aulifin Kemirah
DAMPAK CUACA ANTARIKSA PADA VARIABILITAS IKLIM DI
INDONESIA
Wilson Sinambela, lyus E. Rusnadi, Nana Suryana
RESPONS SINTILASI SINYAL GPS SAAT BADA! GEOMAGNET DI
UNTANG RENDAH
Asnawi
ESTIMAS! PARAMETER TURBULENS! UNTUK JASA PENERBANGAN
BERBASIS HASIL ANALISIS BEBERAPA DATA RADIOSONDE DI
KAWASAN BARAT INDONESIA
Eddy Hermawan, Zainal Abidin
‘808X
Halaman
78-97
98-11
112-130
131-144
145-154
155-1655 Jurmal Sains Dirgantara Vol. 3 No. 2 Juni 2006:98-111
PERIODE-LUMINOSITAS CEPHEID DAN
KOREKSI BOLOMETRIK BINTANG DERET
UTAMA : METODOLOGI DAN HASIL
Avivah Yamani R, S. Siregar
e-mail : avivahy@gmall.com, e-mail : suryadi@as.ttb.ac.ld
Penelit! Departemen Astronoml ITB
/
ABSTRACT
Chepeids variable stars define as istance ladder candle, especially for
local galaxies. In this paper, we derive Luminosity-Period relation. We
estimate the model base on distribution pattern of My versus log P. Primary
data taken from Storm et. al. (2004). Least squares methods being use to
estimate regression coefficients. In our work, we find My = -2.83 log P-1.3 for
Galactic Chepeids and My = -6.69 log P + 3.38 for Small Magellan Cloud. We
discuss the factors that make the gradient separation with previous results.
Bolometric correction we use here are from the main sequence stars (Cox, 2000).
We use least squares method to fit while regression correction estimate with
Cramer methods. Regression equation that we have is
BC = -8,96(logT iy)? + 70.23 log Tuy — 137.83
ABSTRAK
Bintang variabel Cepheids dikenal sebagai lilin penentu jarak,
terutama untuk galaksi-galaksi lokal. Dalam pekerjaan ini diturunkan
hubungan Periode-Luminositas Cepheid. Pemodelan ditentukan berdasarkan
pola distribusi My versus log P. Data primer diambil dari Storm et.al (2004).
Metode least squares digunakan untuk menentukan koefisien regresi. Hasil
yang diperoleh adalah My = -2.83 log P -1.3 sedangkan untuk Galactic
Cepheids dan My = -6.69 log P + 3.38 untuk Small Magellanic Cloud.
Didiskusikan juga faktor yang menyebabkan perbedaan gradient dari
penelitian sebelumnya. Koreksi bolometrik digunakan dari bintang uji deret
utama (Cox, 2000) Fitting dilakukan dengan Metode Least Squares sedangkan
koefisien regresi ditentukan dengan metode Cramer. Persamaan regresi yang
diperoleh, adalah
BC = -8,96(logT,y)? + 70.230gTyy ~ 137.83
Kata Kunci : Cepheid, Koreksi Bolometrik, Metode Least Squaresrs Prrinte-Luminositas Cepheid dan Koreksi... (Avtoah Yamani R. et.al)
1 PENDAHULUAN
Cepheid merupakan bintang variabel yang namanya diambil dari
bintang sejenis yakni bintang 8 Cephei (RA. 22h2912s Dec. +58° 25! 8").
sPada tahun 1784, John Goodrick, seorang astronom amatir melihat adanya
perubahan berkala pada cahaya bintang tersebut. Seabad kemudian pada
tahun 1894, Belopolsky menemukan kecepatan radial bintang ini berubah
secara berkala mengikuti perubahan cahayanya.
Cepheid merupakan bintang variabel yang memiliki kecerlangan tinggi
dan berdenyut dalam arah radial. Henrietta Swan Leavitt, dari Observatorium
Harvard, mengamati plat-plat foto pada Awan Magellan Kecil (Small
Magellanic Cloud, selanjutnya akan disingkat dengan SMC) yang berasal dari
pengamatan tahun 1893 hingga 1906 dan menghasilkan katalog yang terdiri
dari 1777 bintang variabel di SMC. Dari katalog tersebut ditemukan adanya
korelasi antara periode denyutan Cepheid dengan Luminositasnya. Dia
kemudian memberikan sebuah formula yang dikenal sebagai Hubungan
Periode-Luminositas (Pickering, 1912). Dari hubungan periode-luminositas
dapat ditentukan magnitudo absolut Cepheid dari periode denyutannya.
Jarak bintang dapat dihitung dengan menggunakan rumus modulus jarak.
Sampai saat ini, bintang variabel Cepheid merupakan indikator utama yang
sering digunakan dalam menentukan jarak galaksi lokal. Kalibrasi yang
dilakukan Ejjnar Herzprung memperlihatkan adanya hubungan linear dalam
Hubungan Periode Luminositas Cepheid, yakni
My= -0.6-2,1logP (1-1)
Pekerjaan ini, selain menelaah Variabel Cepheid, juga membahas
mengenai koreksi Bolometrik (akronim, BC). Dalam pengamatan, seringkali
magnitudo yang diukur, hanya berada pada panjang gelombang tertentu
saja. Walaupun magnitudo tersebut bisa memberikan gambaran sebaran
energi spektrum bintang, namun belum bisa memberikan gambaran seluruh
energi yang dipancarkan bintang, untuk itu didefinisikan magnitudo
bolometrik yang menyatakan magnitudo bintang pada seluruh panjang
gelombang. Kelemahannya, magnitudo bolometrik sulit ditentukan, karena
beberapa panjang gelombang tak dapat menembus atmosfer Bumi. Salah
satu cara yang dipakai untuk menentukan magnitudo bolometrik adalah
dengan memberikan koreksi pada magnitudo visualnya, dengan
BC =V-m,, (1-2)
Bagaimana hubungan Cepheid dan Koreksi Bolometrik? Makalah ini
mencoba memperlihatkan bentuk lain hubungan Periode-Luminositas untuk
Cepheid yang terdapat pada Galaktik dan SMC, dan juga memperlihatkan
hubungan antara Koreksi Bolometrik dengan temperatur dan hubungannya
dengan warna bintang.
99es Jal Sains Dirgantara Vol. 3 No.2 Juni 2006:98-111
2 METODOLOGI
2.1 Hubungan Periode-Luminositas Variabel Cepheid
Hubungan Periode-Luminositas bintang variabel Cepheid dapat
ditentukan secara teori dengan melihat hubungan antara periode perubahan
cahaya dan rapat massa bintang sebagai berikut
P? p=konstan (2-1)
dengan
P adalah periode denyutan bintang
p adalah rapat massa bintang
Dari hubungan ini, terlihat semakin kecil kerapatan sistem,
periodenya akan semakin panjang, sedang denyutannya akan makin lambat.
Pada umumnya, bintang berkerapatan kecil adalah bintang berukuran
besar, yang juga memiliki luminositas besar. Jadi bisa diharapkan bintang
variabel Cepheid yang luminositasnya besar, akan berubah cahayanya
dengan periode yang besar juga.
Hubungan periode denyutan Cepheid dengan luminositas warna
ditentukan dengan menggunakan Hukum Stefan Boltzman :
L=4aR oly (2-2)
Jika diekspresikan dalam magnitudo, hukum Stefan menjadi;
Muy =-Slog R-10log Ty +C (2-3)
Menurut Sandage (1958) dari hubungan (1-1) serta kaitannya dengan
Temperatur efektif, dapat diperoleh dengan pendekatan terhadap hubungan
non linear untuk hubungan temperatur dan kelas spektrum Morgan Keenan,
serta hubungan antara kelas spektrum dan warna, dengan pernyataan:
M, =alogP+A(B-V), +7 (2-4)
Hubungan Periode Luminositas Cepheid dalam bidang (Log L, Log P) mem-
berikan :
M, =SlogP+p (2-5)
yang menunjukkan adanya hubungan linear antara periode dan luminositas
Cepheid. Hubungan ini akan diperlihatkan dalam plot data Cepheid Galaksi
Bima Sakti dan Awan Magelan Kecil yang dihasilkan dari fotometri.
2.2 Koreksi Bolometrik untuk Temperatur atau Warna Bintang
Magnitudo bolometrik sulit ditentukan, karena beberapa panjang
gelombang tak dapat menembus atmosfer bumi. Hal ini terlihat pada bintang
yang panas dan dingin, dimana sebagian besar energinya dipancarkan pada
100Periode-Luminositas Cepheid dan Koreksi... (Avivak Yamani R. etal.)
daerah ultraungu dan iriframerah yang tak dapat menembus atmosfer Bumi.
Salah satu cara yang digunakan untuk menentukan magnitudo bolometrik
adalah dengan mengoreksi magnitudo visualnya. Magnitudo visual diberikan
oleh :
V=-2 Slog LE, +C, (2-6)
Hubungan magnitudo bolometrik dan magnitudo visual diberikan oleh :
V-m,, =-2.5log Ey [Ex +C (2-7)
atau
BC =-2.5logE,/E,,, +C (2-8)
BC merupakan koreksi bolometrik yang harganya bergantung pada
temperatur atau warna bintang. Koreksi Bolometrik akan besar untuk
bintang-bintang yang sangat panas atau sangat dingin.
2.3 Metode Least Squares
Untuk mendapatkan hubungan antara periode-luminositas pada
bintang Variabel Cepheid digunakan metode Least Squares Line, untuk linear
fitting. Sedangkan untuk mendapatkan hubungan koreksi bolometrik dengan
temperatur maupun dengan warna bintang, digunakan metode Least Squares
Curves untuk polynomial fitting.
Persamaan garis lurus, adalah y= Ax+Bdalam hal ini A dan B
merupakan konstanta. Nilai A menyatakan slope/ gradient garis lurus tersebut
terhadap absis x, dengan data pengamatan, {(x,,),)}$, dan N merupakan
jumlah titik data yang dimiliki, Jumlah kuadrat pada jarak vertikal E(A,B)
untuk semua data harus minimum :
E(4,B)= 3 (an, +B-y, =D? 2-9)
Nilai minimum E(A,B) ditentukan dengan syarat 06/04 dan OE/OB berharga
nol. Ingat juga {x,} dan {y,}berharga konstan pada persamaan (2-9)
sedangkan A dan B merupakan variabel. Untuk B tetap, penurunan E(A,B)
memberikan :
@E(A,B)
y
a D2Ax, + B-y.) Oy)
o (2-10)
= 2) (Axp + Bey — 24)
it
Untuk A tetap, penurunan £(4,B) memberikan :
101Jurnal Sains Dirgantara Vol. 3 No.2 Juni 2006:98-111
:
ae = (Ax, +B-y,)
A
: 0 (2-11)
= 2) (Ax, + B-y,)
el
Dengan mengambil harga nol pada persamaan (2-10) dan (2-11). Maka solusi
untuk sistem linearnya dapat dicari dari persamaan normal:
(Ss }eono-$,
ft f=
(2-12)
Untuk memecahkan persamaan linear dengan matriks 2«2, gunakan aturan
Cramer. Persamaan yang akan digunakan adalah Least Squares Parabola,
adalah persamaan kuadrat :
y= Ax? + Bx+C (2-13)
dengan data, {(x,,¥,)}i.; dan N merupakan jumlah titik data yang dimiliki.
Koefisien A, B dan C yang dicari harus membuat E (A,B,C) menjadi minimal,
dalam hal ini :
E(A, B,C) =) (Axj + Bx, +C-y,)°
(2-14)
Dengan mengambil syarat :
8E(A,B.C) _ 4 (2-18)
@A
SE(A, B,C)
OB (2-16)
BE(A.B.C) _ 4
ec (2-17)
Nilai A, B dan C dapat dicari dari sistem persamaan linearnya :
( . Jeo Sa oo Eaa le Soue,
tt =
(Ze ]ao(Se oe(EaJe- Sn, (2-189
fat fet
(Ea }e+(Zs Jove Zo,
ft rat
102renee Periote-Lurminositas Cepheid dam Koreksi.... (Avivah Yamani R. etal.)
Untuk mendapatkan solusi A, B dan C dalam makalah ini digunakan Iterasi
Gauss-Seidel.
Iterasi Gauss-Seidel (vide; Mathews, 1992) digunakan untuk memecahkan
solusi persamaan linear 4X=8 yang dihasilkan oleh least squares. SPL
dalam least squares parabola merupakan matriks N x N, untuk itu kasus ini
aturan Cramer tidak lagi dipilih sebagai solusi utama, melainkan digunakan
iterasi Gauss Seidel. Pada SPL AP = B, A merupakan matriks,
WKN log able
Ini berarti, setiap baris dari matriks tersebut, besaran koefisien diagonalnya
harus melebihi jumlah harga koefisien lainnya dalam baris tersebut.
Andaikan, SPL yang diberikan, adalah
GPF tA GX ob ayy =H
,.% +O, Xp ten X, teh yy =D
+ +g rile pelt ley wl Untuk k=1,N (2-19)
e (2-20)
WP FR bh GM Foo AG, iy =
Gy % Fy 2% toe Oy Xj Foot Oy wy = Oy
Buat titik ke-k menjadi :
Py = (02% penx none?) 5
Maka titik berikutnya adalah :
Dalam formula iterasi baris j digunakan untuk memecahkan x!"'dalam
bentuk kombinasi linear dari x{”,x{,...,.x%%,x.,..,x4), yang merupakan
harga sebelumnya. Dengan menggunakan iterasi Gauss Seidel, koordinat
baru tersebut menjadi :
(es) (est)
450%) 7
i
a), (2-21)
4G; 4X) a
Anggap matriks A dominant secara diagonal, maka AX=B akan
memiliki solusi unik, yakni X=Pdan persamaan akan menjadi AP =B.
Solusi dimulai dengan P,=Odan akan menghasilkan deret {P,}yang
" konvergen dengan solusi P.—— a /177Al Sains Dirgantara Vol. 3 No, 2 juni 2006:98-111
Dalam melakukan iterasi, yang dicari adalah titik terdekat dengan
titik-titik data yang di-fitting. Pengukuran untuk mendapatkan titik terdekat
diperlukan untuk menentukan apakah {P,} konvergen dengan P. Jarak
Euclidian antara :
PH=(X,Xqo09%y) dan Q=O, 209)
adalah :
DPQ) = [4-9 +2 2)? ++ y “I (2-22)
Untuk mendapatkan separasi antar dua titik, digunakan |X], .
:
b= 2b 2-23)
i
3 DATA DAN ANALISIS
3.1 Hubungan Periode Luminositas Galactic Cepheids dan SMC Cepheids
Dalam pekerjaan ini digunakan data Galactic Cepheids dan SMC
Cepheid dari pekerjaan Storm et. al (2004). Data tersebut terdiri dari 34
Galactic Cepheid dan 5 Variabel Cepheid dari SMC. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3-1 dan Tabel 3-2.
Fitting data dilakukan dengan menggunakan metode Least Squares
Line karena rajah (plot) Mv versus log P menunjukkan hubungan linear
antara Periode dan Luminositas. Untuk Galactic Cepheids persamaan regresi
yang diperoleh mempunyai bentuk (Gambar 3-1a):
My =-2.83log P-1.3 (3-1)
@ (b)
Gambar 3-1a,b: Hubungan PL Galactic Cepheids, Hubungan PL SMC
104rr Pere uminositas Cepheid dan Kors
Avivah Yamani R. etal.)
Tabel 3-1:GALACTIC CEPHEID UNTUK DAERAH PERMUKAAN near-IR
(STORM et.al 2004)
No. | 1p | HD | sao | RA(hms) Log P My
1 [SUCas_| 17463 02 47 28.88 0.289884
2 [EV Sct 18-33 57.00 (0.490098 _|-3.345
3__|BF Oph | 154365 | 185020! 1702 59.00 0.609329 |-2.750
74 [T Vel 73678 [220208] 08 36 03.00 0.666501 _|-2.692
S_|6Cep [213306 | 34508 [22 27 18.53, 0.729678 _|-3.431
6_|CV Mon 06_34 27.00 0.730685 _|-3.038
7 [Ven [127297 [241777] 14 28 56.92 (0.739882_|-3.295
8 [BB Sgr__|[ 174383 [187349] 18 48 02.00 (0.821971 _|-3.518
9” [USgr [170764 |161571| 18 28 57.00 [0.828997 _|-3.477
10_[n Aq 187929 [125159] 19 49 55.50 0.855030 |-3.581
11_|S Nor 16 14 42.00 0.989194 |-4.101
12 [XX Cen [118769 [241049|" 13 37 01.12 1,039548_|-4.154
13_[V340 Nor 243446 | 16 09 21.30 1.052579 |-3.814
14 [UU Mus | 103137 11 49 50.00 1.065819 _|-4.159
15_|U Nor 139717 15 3828.00 1.101875 _|-4.415
16 {BN Pup 0804 21.00 1.135867 _|-4.513
17_[LS Pup (07 56 58.00 1.150646 _|-4.685
18_|VW Cen 13/30 31.00 1.177138 _|-4.037
19 |X Cyg [197572 | 70423 | 20 41 26.60 1.214482 _|-4.991
20 [VY Car_| 93203 |238416|~ 10 42 33.28 1.276818 |-4.846
21 [RY Sco [ 1747 34.00 1,307927_|-5.372
22 [RZVel | 73502 [230186 | 08 35 18.00 1,309564_|-5.019
23 |WZ Sgr [167660 | 161257| 18 14 03.00 1.339443 |-5.009
24 [WZ Car_| 94777 10 53 19.00 1.361977 |-5.501
25 [Vz Pup (07 36 35.00 1,364945_|-4.801
26 [SW Vel_| 74712 |230356| 08 42 0.00 1.370016 _|-5.042
27 |T Mon | 44990 [113845] 06 22 31.00 1.431915 _|-5.060
28 [RY Vel | 89841 [237949] 10 18 48.00 1.449158 _|-4.918
29 [AQ Pup O7 86 21.00 1.478624 _|-5.513
'30_[KN Cen. 13-33 _ 02.00 1.531857 _|-6.328
31 [iCar — [84810_|250683 | 09 43 52.35 1.550855 _|-5.821
32 [U Car [95109 [238635 | 10 _55_45.57 1,589083_|-5.617
33_[RS Pup 08 11 09.00 1.617420 _|-6.015
34 [SV Vul [187921 [87829 | 19 49 28.00 1.653162 _|-6.752
Tabel 3-2: SMC CEPHEID
No. ID Log P
1 HV 1345 1.129638 -4.166
2, | HV 1335 1.157807 -4.365
.3._ | HV 1328 1.199645 -4.617
4. [HV 1333 1.212014 -4.913
5. | HV 822 1.223810 -4.673
a
105ss il Sains Dirgentara Vol. 3 No. 2 Juni 2006:98-111
Hubungan periode luminositas yang diperoleh untuk SMC (Gambar 3- 1b):
M, =-6.69log P-+3.38 (3-2)
3.2 Koreksi Bolometrik
Koreksi bolometrik bergantung pada temperatur atau warna bintang,
Hal ini bisa ditunjukkan lewat kurva koreksi bolometrik. Pada pekerjaan ini
bintang uji diambil dari kelompok bintang Deret Utama, seperti pada Tabel 3-3,
sedang hubungan koreksi bolometrik terhadap temperatur bintang dapat
dilihat pada Gambar 3-2.
Tabel 3-3 : BINTANG DERET UTAMA (COX, 2000)
j r
No. | Sp T. BC
L. OS 42000 | -4.40
2. 09 34000_{_-3.33
3. BO. 30000 | -3.16
4. B2 20900 | -2.35
[_5. BS 15200 | -1.46
6. BS. 11400 | -0.80)
7. AO 9790__| -0.30
8. AQ ‘9000 -0.20
9. AS. 8180 | -0.15
10. | FO 7300__|_-0.09
1, | F2 0.35 7000 | -0.11
12. [FS 0.44 6650 -0.14
13. |__F8 0.52 6250__| -0.16
14. | Go 0.58 5940 | -0.18
1s. | G2 0.63 5790 -0.20
16. | G5 0.68 5560__|_-0.21
17. | G8 0.74 5310 | -0.40
is. [Ko | 0.81 5150 | -0.31
19. [Ka 0.91 4830__| -0.42
20. KS 1.15 4410 -0.72
21. [Mo 1.40 3840 71.38
22.{ M2 | 1.49 3520 =1.89
23. [__M5 1.64 3170 | -2.73
106eS Jal Sins Dirgatara Vol. 3 No.2 Juni 2006:98-111
Hubungan periode luminositas yang diperoleh untuk SMC (Gambar 3-1b):
M,, =-6.69 log P +3.38 (3-2)
3.2 Koreksi Bolometrik
Koreksi bolometrik bergantung pada temperatur atau warna bintang. -
Hal ini bisa ditunjukkan lewat kurva koreksi bolometrik. Pada pekerjaan ini
bintang uji diambil dari kelompok bintang Deret Utama, seperti pada Tabel 3-3,
sedang hubungan koreksi bolometrik terhadap temperatur bintang dapat
dilihat pada Gambar 3-2.
Tabel 3-3 : BINTANG DERET UTAMA (COX, 2000)
LNo. | Sp B-V Tour F
1. 05 -0.33 | 42000
2. 09 -0.31 | 34000
3. BO. -0.30 | 30000
4. B2 -0.24 | 20900
5. BS -0.17 15200
6. BS. 20.11 11400
7. AO -0.02 9790
8 A2 0.05 | 9000
[9 AS 0.15 8180
10. FO. 0.30 7300 |
F2 0.35 7000
FS 0.44 6650
FS 0.52 6250
GO 0.58. 5940
G2 0.63 5790
GS 0.68 5560
G8 0.74 5310
KO. 0.81 5150
K2 091 4830
KS. 1.15 4410
MO 1.40 3840
m2 | 1.49 3520
MS 1.64 3170
106enema Periode-Luminosites Cepheid dan Koreksi .. (Avioah Yamani R. et.al.)
OC + NTTRD - M.INing Tel) + 8.904 tog Hel"?
oe
ec
ton tort
Gambar 3-2: Hubungan koreksi bolometrik terhadap temperatur bintang
Hubungan BC dengan temperatur dinyatakan dengan pendekatan
fangsi kuadrat :
BC = -8.96(logT yg)” + 70.231og Tey —137.83 (3-3)
‘Temperatur merupakan parameter yang menunjukkan kelas spektrum
bintang. Kurva koreksi bolometrik, didekati dengan fungsi kuadrat.
4 DISKUSI
Dari hubungan periode luminositas pada kedua Cepheid, [persamaan
3-1 dan 3-2):
M, =~-2.83log P—1.3 (Galactic)
M, =-6.69log P+3.38 (SMC)
Tampak perbedaan gradient Galactic Cepheid dibanding SMC. Hal it
boleh jadi karena adanya perbedaan kandungan logam kedua kelompok
(Storm et. al. 2004). Telaah detil tentang hal ini diberikan oleh
Tammann et. al., (2003), namun Udalski et. al. (2001) menyangkal adanya
pengaruh kandungan logam pada kemiringan hubungan Periode-
Luminositas.
Dari Gambar 3-1, terlihat semakin besar periodenya maka huminositasnya
makin besar. Jika dikaitkan dengan kerapatannya maka dari persamaan 2-1
terlihat rapat massa bintang makin kecil jika periodenya makin besar.
Bintang dengan periode besar memiliki denyutan yang lambat. Selain itu
= 107a fir Sains Dirgantara Vol. 3 No. 2 Juni 2006:98-111
bintang yang rapat massanya kecil pada umumnya berukuran besar.
Sehingga terlihat bahwa bintang variabel Cepheid yang berukuran besar,
memang memiliki luminositas yang besar dengan periode perubahan cahaya
yang panjang.
Sebagai perbandingan, hubungan PL Galactic Cepheid pada rentang
0.6