You are on page 1of 9

NAMA JURNAL VOL./NO.

/BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Terhadap Perilaku Cuci


Tangan Pakai Sabun (CTPS) Pada SMPN 1 Surakarta dan SMPN 6
Surakarta
The Relationship of Knowledge and Attitude towards Handwashing Habit in
Students of SMPN 1 Surakarta and SMPN 6 Surakarta
Abdullah M Azam, Sumardiyono, Bhisma Murti
Faculty of Medicine, Sebelas Maret University
ABSTRACT
Abdullah M Azam, G0009002, 2015, The Relationship of Knowledge and Attitude
towards Handwashing Habit in Students of SMPN 1 Surakarta and SMPN 6 Surakarta.
Mini Thesis. Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.
Background: Health status of the child at this time can not be said to be good because
of the high frequency of health problems , especially in school children . School age is
the age group that is critical because at this age children are very susceptible to disease
(Gobel , 2009).
Methods: This study is an observational analytic research with cross sectional
approach . The research was conducted in SMP 1 and SMP 6 Surakarta. Subjects in this
study were drawn from the target population, then reduced to a junior high school
student population source (affordable) students of SMPN 1 and SMPN 6 Surakarta. The
sample in this study were students in grade 2 which contained in the population and
meet the inclusion and exclusion criteria. With a sample of 300 students from the total
population of 900 students.
Results: Relationship only between attitude and habit of washing hands with soap (OR
= 3,657 , 95 % CI = 2205-6064 , p = 0.000). Relationship only between attitude and
habit of washing hands with soap (OR = 22 056 , 95 % CI = 12088-40242 , p = 0.000)
Conclusion: Students with a good level of hygiene knowledge have a greater possibility
to wash hands with soap . Students with a good attitude about hygiene have a greater
possibility to wash hands with soap .
Keywords: Knowledge, Attitude, Handwashing Habit

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Upaya pemerintah dalam mengatasi

PENDAHULUAN
Anak

merupakan

aset

berharga

masalah tentang kebersihan adalah dengan

dalam tercapainya kemajuan suatu negara,

mengeluarkan

karena anak merupakan generasi penerus

Kesehatan

bangsa. Derajat kesehatan anak pada saat

1193/Menkes/SK/X/2004

ini belum bisa dikatakan baik karena

Promosi Kesehatan RI adalah Perilaku

masih

masalah

Hidup Bersih Sehat 2010 atau PHBS

kesehatan khususnya pada anak sekolah.

2010. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Anak usia sekolah merupakan kelompok

atau PHBS terdiri dari beberapa indikator

usia yang kritis karena pada usia tersebut

khususnya PHBS tatanan sekolah yaitu

anak sangat rentan terhadap penyakit

mencuci tangan dengan air yg mengalir

(Gobel, 2009).

dan memakai sabun (Depkes, 2010).

tingginya

frekuensi

Keputusan

Menteri
Nomor

tentang

Visi

Permasalahan yang sering timbul

Menurut Wisconsin Department of

pada anak usia sekolah adalah kurangnya

Health (2012) cuci tangan pakai sabun

kepedulian mereka terhadap kebersihan

apabila dilakukan dengan benar dapat

diri. Salah satunya adalah kebiasaan

mencegah

mencuci

diare dan ISPA. Tingginya angka kejadian

tangan

sebelum

melakukan

terjadinya

penyakit

seperti

tersebut dapat dikarenakan rendahnya

kegiatan ataupun makan dan minum.


Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

pengetahuan masyarakat tentang tata cara

merupakan salah satu solusi yang murah

mencuci tangan dan rendahnya kepedulian

dan efektif dalam pencegahan penyakit

dalam berperilaku hidup dengan bersih

menular.

dan sehat.

Namun

hingga

saat

ini

kebiasaaan tersebut sering kali dianggap

Tujuan mencuci tangan adalah untuk

remeh. Banyak anak usia sekolah yang

menghilangkan kotoran dan debu secara

menderita diare dikarenakan sebelum dan

mekanis

sesudah makan mereka tidak mencuci

mengurangi

tangan. Akibatnya kuman yang berada di

(Tietjen, 2004). Cuci tangan pakai sabun

tangan ikut masuk ke dalam tubuh

merupakan cara mudah dan murah untuk

bersama makanan yang dimakan dan

membersihkan anggota tubuh terutama

menyebabkan infeksi saluran pencernaan

tangan dari kuman infeksi. Masyarakat

seperti diare (Permata, 2010).

sudah mengetahui hal tersebut, namun

dari

permukaan
jumlah

kulit

dan

mikroorganisme

masih banyak yang mencuci tangan tidak

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

menggunakan sabun. Penggunaan sabun

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian

untuk mencuci tangan lebih disebabkan

ini adalah:

karena alasan kotor saja. Kebanyakan

1. Siswa kelas 2 tahun ajaran 2013/2014


2. Bersedia dijadikan responden

orang juga memandang sabun itu hanya

Sampel yang digunakan menurut

bermanfaat untuk menghilangkan kotoran


dan bau saja, padahal sebenarnya sabun
itu sendiri memiliki banyak manfaat,
diantaranya adalah untuk membunuh dan

rumus Slovin sebanyak 300 siswa dari


jumlah keseluruhan populasi sebesar 480
siswa (Sugiyono dan Wibowo, 2010).
Variabel bebas

mengurangi bakteri atau kuman yang


kemungkinan akan masuk kedalam tubuh.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian

adalah tingkat pengetahuan dan sikap.


Variabel terikat pada penelitian ini adalah
perilaku CTPS.
Pengetahuan

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap


Terhadap Perilaku CTPS (CTPS) Pada
SMPN

Surakarta

dan

SMPN

adalah

persentuhan

panca indera (proses melihat, mendengar,


merasakan)
informasi

Surakarta.

pada penelitian ini

seta
yang

berfikir
menjadi

terhadap
dasar

bagi

manusia untuk melakukan. Pengetahuan


SUBJEK DAN METODE

cuci tangan pakai sabun akan diukur

Penelitian ini merupakan suatu penelitian

menggunakan Kuesioner Pengetahuan

analitik observasional dengan pendekatan

Siswa Dalam Cuci Tangan Pakai Sabun

potong lintang. Penelitian ini dilaksanakan

(Azwar, 2010).

di SMPN 1 Surakarta dan SMPN 6

Sikap adalah reaksi perasaan atau

Surakarta. Subjek pada penelitian ini

keyakinan seseorang mengenai informasi

diambil dari populasi sasaran yaitu siswa

dalam

hal

perasaan,

SMP

predisposisi

tindakan

kemudian

diperkecil

menjadi

populasi sumber (terjangkau) yaitu siswa

mana

SMPN

kecenderungan

Surakarta

dan

SMPN

akan

pemikiran
seseorang

menjadikannya
untuk

dan
yang

sebagai

berespon

baik

Surakarta. Sampel dalam penelitian ini

secara positif maupun negatif terhadap

adalah siswa kelas 2 SMPN 1 Surakarta

metode CTPS tersebut. Sikap cuci tangan

dan SMPN 6 Surakarta yang memenuhi

pakai

kriteria inklusi.

Kuesioner Sikap Siswa Dalam CTPS

sabun

akan

diukur

dengan

(Azwar, 2010).

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Variabel terikat pada penelitian ini


adalah perilaku cuci tangan pakai sabun.

kuesioner

sebagai

upaya

meningkatkan

memelihara

status

kesehatan

dan
serta

No
1

mencegah timbulnya penyakit. Perilaku


cuci tangan pakai sabun akan diukur

menggunakan Kuesioner Perilaku Siswa


Dalam CTPS (Azwar, 2010).
Instrumen yang digunakan adalah

tiga kuesioner yaitu tingkat pengetahuan,


sikap, dan perilaku CTPS yang telah diuji

dengan uji validitas dan reliabilitas (Umar,


2002),

ditujukan kepada

para siswa

telah

ditabulasikan

hasilnya adalah sebagai berikut.

Perilaku adalah suatu respon positif


seseorang terhadap mengenai informasi

yang

sebagai responden.

Tabel 4.1 Distribusi subjek penelitian


Frekuensi
Sampel
N
(%)
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Umur
13 tahun
14 tahun
15 tahun
Pengetahuan
Tinggi
Rendah
Sikap
Baik
Buruk
Perilaku
Pakai sabun
Tidak pakai sabun

152
148

50,7
49,3

64
127
109

21.3
42.3
36.3

159
141

53,0
47,0

201
99

67,0
33,0

169
131
300

56,3
43,7
100

Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap

Total

terhadap perilaku CTPS siswa dianalisis

Tabel 4.1 menunjukkan jumlah responden

dengan chi square. Metode sampling yang

sebanyak 300. Jenis kelamin responden

digunakan peneliti adalah simple random

terbanyak adalah 152 siswa dan sisanya

sampling (Murti, 2006).

adalah responden laki-laki dengan jumlah

Perbedaan perilaku dan sikap pada

148. Umur responden berada di rentang

kelompok yang melakukan cuci tangan

umur 13-15 tahun dengan jumlah terbesar

dan yang tidak melakukan cuci tangan

terdapat pada kelompok umur 14 tahun.

ditunjukkan

(OR).

lebih dari setengahnya, sebanyak 159

Kemaknaan statistik dari OR di uji dengan

siswa memiliki tingkat pengetahuan yang

Uji Wald, hitung ditunjukkan oleh nilai p.

tinggi. Mayoritas responden melakukan

(Murti, 2006).

CTPS yang ditandai dengan tingginya

oleh

Odds

Ratio

angka responden dengan sikap baik

HASIL
Data mengenai pengetahuan, sikap dan

sebanyak

perilaku diperoleh melalui penyebaran

didapatkan 169 siswa melakukan CTPS

kuesioner.

dan 131 siswa tidak melakukan CTPS.

Berdasarkan

data

dari

201

siswa.

Pada

perilaku

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Tabel 4.2 Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dan perilaku cuci tangan pakai sabun
Perilaku Cuci tangan pakai sabun
Pengetahuan
OR
CI 95%
p
Ya (%)
Tidak (%)
Total (%)
Rendah

31 (22,1)

109 (77,9)

104 (100,0)

Tinggi

138 (86,3)

22 (13,8)

160 (100,0)

22,06

12,09 - 40,24

tersebut

<0,001

Tabel 4.2 menunjukkan hubungan siswa

hubungan

secara

statistik

yang mencuci tangan pakai sabun lebih

signifikan. Dengan kata lain terdapat

besar pada siswa yang memiliki tingkat

hubungan antara sikap dan perilaku CTPS

pengetahuan tinggi daripada siswa yang

(OR= 22,056, CI 95% = 12,088 40,242,

memiliki tingkat pengetahuan rendah, dan

p=0.000).

Tabel 4.3 Hasil analisis hubungan antara sikap dan perilaku mencuci tangan dengan sabun
Perilaku Cuci tangan pakai sabun
Sikap
OR
CI 95%
p
Ya (%)
Tidak (%)
Total (%)
35 (35,4)

64 (64,6)

134 (66,7)

67 (33,3)

Buruk
Baik

99 (100,0)
201
(100,0)

3,66

2,21 6,06

<0,001

Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji satatistik

sabun (p=0,000) terdapat hubungan yang

chi kuadrat tentang hubungan antara sikap

signifikan, dan

dengan perilaku CTPS pada siswa Hasil

dengan pengetahuan tinggi kemungkinan

analisis menunjukkan siswa yang mencuci

memiliki kemungkinan mencuci tangan

tangan pakai sabun lebih besar pada siswa

dengan sabun sebesar 22 (OR=22,06) kali

yang memiliki sikap baik daripada siswa

lebih besar disbandingkan dengan siswa

yang memiliki sikap buruk, dan hubungan

berpengetahuan rendah.

tersebut

secara

statistik

signifikan.

diketahui bahwa siswa

Siswa dengan pengetahuan yang

Dengan kata lain terdapat hubungan

tinggi

antara sikap dan perilaku cuci tangan

mencuci tangan dengan sabun lebih besar

pakai sabun (OR= 3,657, CI 95% = 2,205

yaitu

6,064, p=0,000).

pengetahuan

hubungan

tingkat

hasil

86.3%

kemungkinan
dibanding

rendah

tentang

untuk
dengan
mencuci

tangan pakai sabun yaitu 22.1%. Hasil

PEMBAHASAN
Berdasarkan

memiliki

penelitian

pengetahuan

siswa

terhadap perilaku cuci tangan dengan

penelitian ini berbeda dengan penelitian


Vivas,

(2011)

pengetahuan

siswa

yang

memiliki

baik belum tentu akan

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

berperilaku higiene baik pula. Namun

sangat

dengan edukasi yang baik maka hasil yang

tindakan seseorang. Setelah seseorang

akan didapatkan akan baik pula. Seperti

mengalami stimulus atau objek kesehatan,

yang dikatakan Suchithra, (2007) bahwa

kemudian mengadakan penilaian atau

edukasi yang baik mempengaruhi secara

pendapat terhadap apa yang diketahui,

signifikan terhadap perilaku dan praktik

proses

dalam melakukan tindakan hygine yang

melaksanakan atau mempraktekkan apa

baik.

yang diketahui dan disikapinya, sehingga


Menurut

Notoatmodjo,

(2003)

penting

dalam

selanjutnya

membentuk

yang

diharapkan

dapat dikatakan bahwa seseorang yang

pengetahuan merupakan hasil dari tahu

mempunyai

dan ini terjadi setelah orang melakukan

mempunyai perilaku yang lebih baik dari

penginderaan

pada orang yang mempunyai pengetahuan

terhadap

suatu

objek

tertentu atau pengetahuan merupakan


factor

yang

sangat

penting

pengetahuan

tinggi

akan

rendah (Notoatmodjo, 2003).

dalam

Sehingga

dapat

disimpulkan

terbentuknya tindakan seseorang. Salah

bahwa siswa dengan tingkat pengetahuan

satu

tinggi cenderung memiliki kemungkinan

indikator

seseorang

dapat

pendidikannya.

tingginya
dilihat

pengetahuan
dari

Pengetahuan

tingkat
diperoleh

yang lebih besar untuk melakukan cuci


tangan pakai sabun.

dari proses belajar, tetapi tidak selalu

Mencuci tangan sabun pakai sabun

belajar dari pendidikan formal tapi dapat

merupakan salah satu upaya pencegahan

dari proses kerjasama, berinteraksi dan

penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan

berdiskusi,

seringkali menjadi agen yang membawa

disamping

memperoleh

pengalaman dari orang lain juga dapat

kuman

dan

menyebabkan

patogen

mengembangkan pemikiran dan daya

berpindah dari satu orang ke orang lain,

kreasi individu.

baik dengan kontak langsung ataupun

Perilaku manusia terbagi menjadi

kontak tidak langsung. Tangan yang

tiga yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor

bersentuhan langsung dengan kotoran

yang

manusia dan binatang, ataupun cairan

dalam

dimodifikasi

untuk

perkembangannya
pengukuran

hasil

tubuh

lain

(seperti

ingus,

dan

pendidikan kesehatan yakni pengetahuan,

makanan/minuman yang terkontaminasi

sikap

tindakan.

saat tidak dicuci dengan sabun dapat

Pengetahuan merupakan domain yang

memindahkan bakteri, virus dan parasite

dan

praktek

atau

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

pada orang lain yang tidak sadar bahwa

menghindari

dirinya sedang ditularkan.

kelompok serta aspek lingkungan yang

Hasil

penelitian

tentang

situasi,

benda,

orang,

sikap

dapat dialami. Sehingga sikap dapat

siswa mempunyai hubungan signifikan

dirumuskan sebagai kecenderungan untuk

terhadap perilaku mencuci tangan pakai

merespon secara positif atau negatif

sabun (p=0,000), siswa dengan sikap yang

terhadap objek.

baik memiliki kemungkinan kejadian

Apabila dilihat dari hasil penelitian

mencuci tangan dengan sabun sebesar 4

ini sikap dalam metode mencuci tangan

kali (OR= 3,66) dibanding

dengan menggunakan sabun maka reaksi

sikap yang

buruk, hal ini dapat dilihat pada jumlah

perasaan

proporsi siswa yang mempunyai sikap

mengenai

baik (66,7%) yang melakukan cuci tangan

menggunakan sabun dalam hal perasaan,

dengan

pemikiran

sabun.

Sehingga

dapat

atau

keyakinan

informasi
dan

seseorang

cuci

predisposisi

tangan
tindakan

disimpulkan bahwa siswa dengan sikap

seseorang yang mana akan menjadikannya

yang baik memiliki kemungkinan yang

sebagai kencerungan untuk merespon baik

lebih besar untuk melakukan cuci tangan

atau mempunyai perilaku secara positif

dengan

terhadap

sabun.

Namun

Notoatmodjo

metode

cuci

tangan

(2003) mengatakan bahwa sikap positif

menggunakan sabun. Karena perilaku

terhadap nilai-nilai sehat tidak selalu

yang didasari dengan dengan sikap yang

terwujud dalam suatu tindakan nyata.

positif dan pengetahuan yang tinggi maka

Sikap (attitude) adalah suatu reaksi

perilaku tersebut akan menjadi langgeng

atau respon seseorang yang masih tertutup

(long

terhadap stimulus atau objek, sikap dapat

Penelitian memiliki kelemahan seperti

disimpulkan bahwa manifestasi sikap

peneliti

tidak dapat langsung dilihat akan tetapi

langsung tata cara cuci tangan pakai sabun

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

para responden, dan dengan adanya

perilaku yang tertutup (Notoatmodjo,

faktor-faktor perancu yang sulit diatasi

2003). Menurut Hilgard (2009) sikap

oleh peneliti. Semoga penelitian ini dapat

secara

dikembangkan dikemudian hari.

adanya

nyata

menunjukkan

kesesuaian

reaksi

konotasi
terhadap

stimulus tertentu yang meliputi rasa suka


dan

tidak

suka,

mendekati

atau

lasting)
tidak

(Notoatmodjo,
memperhatikan

2010).
secara

SIMPULAN
Dari hasil penelitian dengan responden
sebesar 300 siswa SMPN 1 dan SMPN 6

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Surakarta maka dapat diambil kesimpulan

mencari tahu tentang tata cara hidup

sebagai berikut:

sehat.

1.

Terdapat hubungan perilaku cuci


tangan

berdasarkan

Penelitian lebih lanjut diharapkan

pengetahuan mengenai higiene, siswa

lebih banyak menambahkan variabel

dengan tingkat pengetahuan higiene

yang diteliti, terutama faktor-faktor

yang baik memiliki kemungkinan

yang mempengaruhi perilaku tentang

yang lebih besar untuk melakukan

cuci tangan

22,06; CI 95% 12,09 40,24)


Terdapat hubungan perilaku cuci
tangan

berdasarkan sikap terhadap

cuci tangan dengan sabun. Siswa


dengan

sikap yang baik tentang

higiene memiliki kemungkinan yang


lebih besar untuk melakukan cuci
tangan dengan sabun. (OR = 3,66; CI
95% 2,21 6,06)
SARAN
1.

Instansi Terkait.
Menjalin

kerjasama

dengan

pemerintahan dan organisasi non


pemerintah

untuk

memberikan

penyuluhan

atau

mengadakan

program yang tepat guna dalam


menyediakan

informasi

mengenai

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS).
2.

Bagi peneliti selanjutnya.

tingkat

cuci tangan dengan sabun. (OR =


2.

3.

Siswa.
Menerapkan

pengetahuan

hidup

bersih dan sehat yang dimilikinya


dalam kehidupan sehari-hari serta

UCAPAN TERIMA KASIH


Selesainya penyusunan naskah publikasi
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada Vitri
Widyaningsih,
Ediningsih,
memberi

dan

dr.,
saran

dr,

M.Kes
dan

H.

Endang

yang
kritik

telah
demi

kesempurnaan naskah publikasi ini.


DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2010). Penyusunan Skala
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Departemen Kesehatan RI (2010).
Pedoman pelaksanaan promosi
kesehatan di puskesmas. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Gobel (2009). Masalah Kesehatan Anak Usia
Sekolah: Catatan Hari Anak Nasional
23
Juli,
http://yantigobel.wordpress.com/2009/
0316/masalah-kesehatan-anak-usiasekolah-catatan-hari-anak-nasional-23juli/. diakses pada Juli 2013

Hilgard ER, Atkison RL, Atkinson RC


(2009). Pengantar psikologi. Jakarta:
Erlangga
Murti B (2006). Desain dan ukuran
sampel untuk penelitian kuantitatif
dan kualitatif di bidang kesehatan.

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University Press
Notoatmodjo S (2003). Pendidikan dan
perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo S (2003). Prinsip-prinsip
Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo S (2010). Metodologi
penelitian
kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta
Permata (2010). Hubungan kerentanan
kondisi fisik, sanitasi dasar rumah
dan
tingkat
resiko
lokasi
pemukiman
penduduk
dengan
riwayat
penyakit
berbasis
lingkungan di Keluarahan Bidara
Cina. Jakarta: Universitas Indonesia.
Suchitra JB (2007). Impact of education
on knowledge, attitudes and
practices among various categories
of health care workers on
nosocomial
infections.
http://www.ijmm.org/article.asp?
issn=02550857;year=2007;volume=25;issue=3
;spage=181;epage=187;aulast=Suchi
tra. Diakses tanggal 12 Februari
2015
Sugiyono (2007). Metode penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Bandung:
CV Alfabeta.
Suharsimi (2008). Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Sugiyono dan Wibowo E (2010).
Statistika penelitian. Bandung:
Alfabeta
Tietjen BM (2009). Pencegahan infeksi
untuk fasilitas pelayanan kesehatan
dengan sumber daya terbatas.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Umar H (2002). Metode riset bisnis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Vivas et al (2010). Knowledge, Attitudes,
and Practices (KAP) of Higiene
among School Children in Angolela,
Ethiopia,

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar
ticles/Pmc3075961/. Diakses
Wisconsin Department Of Health Services
(2012). Wisconsin Bureau of
Communicable
Diseases
and
Emergency
Response
Communicable
Diseases
Epidemiology Section

You might also like