You are on page 1of 46

--Untuk Kalangan Sendiri

BAHAN AJAR MATA KULIAH

Disusun oleh Tim Pengampu Mata Kuliah Teater :


Madin Tyasawan
Edian Muanedi
Budi Sadewo
Ucha M. Sarna
Dedi K. Setiawan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
Jalan Perintis Kemerdekaan No. I/33 Cikokol Tangerang
Telp. 55793251, 55772949, 55793802, 55736962
SEJARAH ASAL MULA TEATER
I. TEATER YUNANI KUNO
Pada tahun 320 SM 100 SM penduduk di seluruh Yunani melakukan pemujaan terhadap
DEWA DIONYSUS dengan melakukan tari-tarian dan nyanyian upacara ini semata dilakukan
untuk sebuah persembahan kemakmuran/kesuburan umat manusia saat itu mulai dari anakanak sampai orang dewasa. Jika diketahui ada seseorang tidak melakukan upacara maka ia
dianggap haram (berdosa). Pada tahun itu pula teater-teater Yunani dibangun di seluruh
Mediternia, diantaranya : Teater Dionysus di Athena, Teater Apollo di Delphi, Amphitheater
1
1

di Epidaurus. Tetapi yang paling banyak dibangun adalah teater Dionysus yang hampir
dimiliki semua kota di Yunani. Perjalanan untuk melakukan pemujaan ini bisa berhari-hari,
karena tempatnya yang jauh di atas bukit. Pertunjukan dimulai sejak pagi hari menjelang sore.
Bentuk tempat pemujaannya terdiri dari :
THEATRON (berbentuk setengah lingkaran dengan tempat duduk yang terbuat dari batu)
tempat untuk para penonton
ORCHESTRA (berbentuk lingkaran ditengah-tengah theatron berfungsi untuk pemusik)
SKENE (panggung tempat para pemain)
PARADOS (tempat keluar para koor/penyanyi dari sisi kiri dan kanan atau istilah sekarang
WING)
Bagian-Bagian Teater Yunani Kuno
A. Pentas Drama Yunani Kuno
1. Dipentaskan dalam festival keagamaan.
2. Dilombakan dan di beri hadiah.
3. Nyanyian dan tarian menjadi bagian yang paling penting. Dibawakan oleh koor.
4. Ceritanya berkaitan dengan agama, biasanya diambil dari sejarah atau mitologi,
5. Semua pemain dimainkan oleh lelaki menggunakan kostum dan topeng.
B. Ciri-ciri Umum Drama Yunani Kuno
1. Titik awal cerita yang lambat.
2. Tidak ada kekerasan dan kematian di atas panggung.
3. Sering menggunakan utusan untuk menceritakan kejadian di luar panggung.
4. Tiga kesatuan : waktu, tempat dan aksi.
5. Lebih berfokus pada masalah psikologi dan etis tokoh-tokohnya, daripada fisik dan
sosiologi
6. Maksimum 3 tokoh tampil pada saat bersamaan.
C. Peralatan Panggung Teater Yunani Kuno
1. Aeorama : Alat pengerek untuk membuat tokoh dewa muncul di atas panggung (deus ex
machina)
2. Parlactoi : Dua pilar berbentuk prisma di kiri dan kanan panggung. Dapat diputar untuk
mengganti latar panggung.
3. Ekkylema : Sejenis gerobak yang digunakan untuk menganggkut mayat, tokoh yang matai
ke atas panggung (adegan kematian tidak boleh ditampilkan di hadapan penonton)

D. Jenis Drama Yunani Kuno


TRAGEDI
Berasal dari kata Tragos (kambing) dan Ode (nyanyian)
Aristoteles: Tragedi adalah tiruan sebuah aksi yang lengkap, dengan panjang tertentu, ditulis
dengan bahasa ynag indah, dengan bagian-bagian lain yang diatur, dalam bentuk aktif dan
bukan naratif, menghasilkan katarsis lewat rasa kasihan atau takut.
Tragedi ditulis sebagai pelajaran bagi penonton.

2
2

KOMEDI
Berasal dari kata Komos (perayaan gembira) dan Ode (nyanyian)
Menampilkan keburukan manusia.
Sering menampilkan tokoh binatang.
Kebanyakan mengandung tema sosial dan politik.
Dipentaskan sebagai kritik bagi penguasa dan masyarakat
SATYR
Satyr lebih pendek dan lebih ringan ditampilkan sebagai selingan pada drama tragedi.
Maksudnya agar penonton tidak merasa jenuh menyaksikan pertunjukan.
E. Struktur Umum Tragedi Yunani
1. Prologue: Memberi latar belakang mitologi, diucapakn oleh satu atau dua tokoh sebelum
koor muncul.
2. Parados: Lagu yang dinyanyikan oleh koor ketika pertama muncul di Orchestra sambil
menari. Biasanya terdiri atas :
a. Strophe : Nyanyian ketika koor menuju altar
b. Antistrophe : Nyanyian Jawaban, koor bergerak ke arah berlawanan.
c. Epode : Nyanyian peralihan, koor bernyanyi tanpa bergerak. Epode sering dihilangkan
sehingga sering terdapat beberapa strophe-antistrophe tanpa di sela oleh epode.
3. Episode : Bagian dimana para tokoh dan koor berdialog.
4. Stasimon : Bagian peralihan ke episode berikutnya. Koor bernyanyi dan menari sambil
memberi penekanan pada apa yang sudah ditampilkan
5. Exsodos : Akhir pertunjukan, koor bernyanyi dan menari sambil ke luar dan memberi
kesimpulan/hikmah cerita.
Struktur Umum Komedi Yunani
1. Prologue : (seperti tragedi) berupa pengenalan tokoh-tokoh.
2. Parados (Nyanyian waktu masuk) : Seperti dalam tragedi, tetapi koor akan mengambil
posisi mendukung atau menantang tokoh utama.
3. Agon (Debat) : Dua pembicara berdebat tentang satu masalah. Pembicara pertama akan
kalah.
4. Parabasis (Tampil ke muka) : Setelah para tokoh ke luar panggung koor akan membuka
topeng mereka dan bicara kepada penonton.
5. Kemudian koor bernyanyi, biasanya ada 4 jenis:
Ode-Nyanyian kepada dewa, dinyanyikan oleh separuh koor.
Epirnhema (penutup)-Sindiran atau nasihat suatu masalah oleh pemimpin kelompok koor tadi.
Antode (jawaban)-Lagu jawaban yang dinyanyikan oleh kelompok koor lain.
Antopirnhema (jawaban penutup)-Lagu jawaban oleh pemimpin koor kelompok lain yang
akan mengantar kembali ke cerita.
6. Episode: Seperti dalam tragedi terutama mewujudkan sesi agama.
7. Exodos (Lagu ke luar): Seperti dalam tragedi tapi dengan suasana gembira.
Fungsi Koor :
a. Sebagai tokoh pelaku: memberi nasihat, bertanya dan berpartisipasi dalam cerita.
b. Meletakan kerangka etika, membuat standar untuk melihat aksi.
c. Menjadi penonton ideal.
d. Mengatur mood dan meningkatkan efek dramatik.
e. Menambah unsur tontonan dengan gerak, tari dan lagu.
3
3

f. Mengatur ritme dan tempo pertunjukan.


Jumlah Koor :
a. Di masa Aeschylus 12 orang.
b. Sophocles menampilkan 15 orang.
c. Koor dimainkan oleh warga kota yang tidak dibayar (volunteer)
d. Koor dipimpin oleh seorang aktor profesiona.
e. Para anggota koor membentuk formasi segi empat di Orchestra, pemimpinnya berada
ditengah baris depan.
Aktor :
a. Aktor menduduki tempat terhormat di masyarakat.
b. Aktor mendapat bayaran besar dari pemerintah.
c. Semua aktor laki-laki.
d. Thespis, adalah aktor pertama
e. Aeschylus merintis aktor kedua.
f. Sophocles menambahkan aktor ketiga.
g. (keterangan tentang Aktor Pertama disini adalah dimana pertama kali Thespis
memberanikan diri untu kberaksi dan berdialog di atas pentas)
Empat Festival di Athena
1. Dionysia Pinggiran : Menampilkan tragedi-tragedi lama (Desember - Januari)
2. Lenea : Menampilkan tragedi-tragedi baru (Januari Februari)
3. Anthesteria/Dionysia Kecil : Menampilkan tragedi-tragedi baru dan komedi (Februari
Maret)
4. Dionysia Besar : Meanampilkan tragedi-tragedi baru (Maret April )
Penyelenggaraan Festival di Athena
1. Festival berlangsung selama enam hari
Hari I : Pawai
Hari II & III : Lomba Dithyramb
Hari IV VI : Lomba Tragedi
2. Hanya tiga penulis yang dipilih oleh Archon (kurator) untuk ikut festival.
3. Masing-masing menampilkan 3 tragedi dan 1 satyr
4. Biaya pementasan ditanggung negara.
5. Koor dibiayai warga kaya (Choregoi)
6. Festival dimulai pagi hari.
Juri
1. Juri dipilih dari masyarakat
2. Lima ratus nama yang sudah terpilih dimasukan ke dalam sepuluh guci.
3. Satu nama diambil dari masing-masing guci.
4. Sepuluh nama yang terpilih akan diundi untuk menghasilkan lima nama juri.
5. Lima juri terpilih akan menentukan pemenang festival.
6. Reaksi penonton dan pendapat penonton menjadi bahan pertimbangan bagi juri.
Nama-Nama Penulis Naskah Yunani dan Karya-Karyanya:
1. EURIPIDES (480 406 SM)
Rhesus 450 SM
Alchestis 438 SM
4
4

Medea 431 SM
The heracleldea 430 SM
Hiracles 430 SM
Hippolytus 428 SM
Andromache 427 424 SM
Cyalops, The 420 SM
Hecuba 420 SM
Suppliants, The 420 SM
Iphigenia In Tauris 4141 SM
Electra 413 410 SM
Helen 412 SM
Ion 410 SM
Orestes 410 SM
Phoenissae, The 410 SM
Trojan Women, The 410 SM
Bacchae, The 406 SM
Iphigenia at Augus 406 SM
1. ARISTHOPANES (448 380 SM)
The Acharnians 450 SM
The Clouds 420 SM
The Knight 420 SM
Peace 420 SM
The Wasps 420 SM
Lysistrata 411 410 SM
The Bird 410 SM
Thesmophodazsae 410 SM
The Frog 400 SM
The Eccleslazusae 390 SM
Plutus 380 SM
2. SOPHOCLES (496 406 SM)
Antigone 422 SM
Ajax 440 SM
The trachiniae 430 SM
Electra 419 SM
Philoctetes 409 SM
Oedipus Rex 407 SM
Oedipus At Colonus 405 SM
3. AESCHYLUS
The Pesrsians 470 SM
The Suppliants 463 SM
Promotheus Bound 460 SM
The Seven Against Thebes 460 SM
Agamemnon 458 SM
Libation Bearers 450 SM
Furies (Eumenides) 450 SM

5
5

BEBERAPA PENGERTIAN TEATER


Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku,
bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.
ARTI DRAMA
Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang
terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axciting), dan ketegangan pada
para pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life
presented in action).
Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan
action.
Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat
manusia dengan gerak.
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton
(audience).
ARTI TEATER
Ada yang mengartikan sebagai gedung pertunjukan, ada yang mengartikan sebagai
panggung (stage). Secara Etimologi (asal kata), Teater Adalah Gedung Pertunjukan
(auditorium).
Dalam arti luas Teater adalah kisah hidup dah kehidupan manusia yang dipertunjukan
di depan orang banyak. Misalnya Wayang Orang, Ludruk, Lenong, Reog, Sulapan.
Dalam arti sempit Teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan
dalam pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media, gerak, percakapan dan laku,
dengan atau tanpa dekor (layer); Didasarkan pada naskah yang tertulis (hasil seni sastra)
dengan atau tanpa musik.

APA PERBEDAAN DRAMA DENGAN TEATER


Teater dan drama, memiliki arti yang sama, tapi berbeda uangkapannya.Teater berasal
dari kata yunanikuno "theatron" yang secara harfiah berarti gedung/tempat pertunjukan.
Dengan demikian maka kata teater selalu mengandung arti pertunjukan/tontonan. Drama juga
dari kata yunani 'dran' yang berarti berbuat, berlaku atau beracting. Drama cenderung
memiliki pengertian ke seni sastra. Didalam seni sastra, drama setaraf denagn jenis puisi,
prosa/esai. Drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa tentang manusia. Apalagi
peristiwa atau cerita tentang manusia kemudian diangkat kesuatu pentas sebagai suatau

6
6

bentuk pertunjukan maka menjadi suatu peristiwa Teater. Kesimpulan teater tercipta karena
adanya drama.

METODE TERAPAN LATIHAN TEATER

ARTI DRAMA
1. Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani draomai" yang berarti
berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya.
2. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak
3. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama
Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII
dibuat istilah Sandiwara.

ARTI TEATER
1. Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.
2. Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak
3. Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada
naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.

AKTING YANG BAIK


Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.
Dialog yang baik ialah dialog yang :
1. terdengar (volume baik)
2. jelas (artikulasi baik)
3. dimengerti (lafal benar)
4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Gerak yang baIk ialah gerak yang :
1. terlihat (blocking baik)
2. jelas (tidak ragu-ragu, meyakinkan)
3. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Penjelasan :
Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh.
Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas
dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata-kata yang
diucapkan menjadi tumpang tindih.

7
7

Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang
dipakai . Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani bukan
ber-ani.
Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan
kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah
Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu
dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat
pemain yang ditutupi.

Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar
belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut :
Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.

>
>
>
>
>
>

Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain
mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:
Bagian kanan lebih berat daripada kiri
Bagian depan lebih berat daripada belakang
Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
Yang terang lebih berat daripada yang gelap
Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi

Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai
adegan yang berlangsung
1. Jelas, tidak ragu-ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang
dilakukan jangan setengah-setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu-ragu
terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting
2. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari
hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan
kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
3. Menghayati berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan
peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
Selanjutnya akan dibahas secara rinci tentang dasar latihan teater.
MEDITASI dan KONSENTRASI
MEDITASI
Secara umum meditasi artinya adalah menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan
sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk
memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi :
1. Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada
dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan
8
8

sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban
dan ikatan.
2. Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan
dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi
setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita
memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke
alam latihan.
Cara meditasi :
> Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah
dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi
bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam
> Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan.
Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
> Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan
segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak.
Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.
Catatan :
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul
kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau
terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan
sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu
dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita
dengan peran yang hendak kita bawakan.

KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan
pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita
tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang
kita kerjakan.
Cara konsentrasi :
Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan caracara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita
benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.
Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran.
Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita
dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita
saat ini sedang latihan teater.
Catatan :
9
9

Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu
dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal
tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.

VOKAL dan PERNAPASAN


PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara
yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan :
Pernapasan Dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga
dada kita membusung.
Di kalangan orang-orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena
disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit, juga dapat
mengganggu gerak/acting kita, karena bahu menjadi kaku.
Pernapasan Perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut
sehingga perut kita menggelembung,
Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu
gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
Pernapasan Lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara,
sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum).
Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu
mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal.
Pernapasan Diafragma
Pernapasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka diafragma kita
mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan
bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.
Menurut perkembangan akhir-akhir ini, banyak orang-orang teater yang mempergunakan
pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih
banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Latihan-latihan pernapasan :
10
10

* Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada,
kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian
tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah,
lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali.
* Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
* Cara berikutnya adalah menarik napas dalam-dalam, kemudian keluarkan lewat mulut
dengan mendesis, menggumam, ataupun cara-cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah
beralih ke bentuk pernapasan yang lain.

VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal
yang baik pula. "Baik di sini diartikan sebagai :
> Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).
> Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
> Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.
> Tidak monoton.
Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan-latihan vokal. Banyak
cara yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain :
* Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah dengan
energi suara. Lakukan ini berulang kali.
* Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmmmmm (suara
keluar lewat hidung).
* Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss."
* Hirup udara banyak-banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa. sampai batas napas
yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
* Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun
(dalam satu tarikan napas)
* Keluarkan vokal a..a secara terputus-putus.
* Keluarkan suara vokal a-i-u-e-o", ai-ao-au-ae-", "oa-oi-oe-ou", iao-iau-iae-aie-aio-aiuoui-oua-uei-uia-...... dan sebagainya.
* Berteriaklah sekuat-kuatnya sampai ke tingkat histeris.
* Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung-gulung, berlari,
berputar-putar dan berbagai variasi lainnnya.
Catatan :
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan-latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa
terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir-lendir di
tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita
sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak
tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat-alat
suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat-alat suara kita.
Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
11
11

Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat
air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara-suara di sekitar kita,
disamping untuk menghayati karunia Tuhan.

ARTIKULASI
Yang dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah pengucapan kata melalui mulut agar
terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat
mengerti pada kata-kata yang diucapkan.
Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mengakibatkan terjadinya
artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu :
Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap
atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya r, dan sebagainya.
Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi
sewaktu-waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.
Misalnya:
Kehormatan menjadi kormatan
Menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat,
gugup, dan sebagainya. Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog
terlalu cepat, seolah-olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.
Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan mengucapkan
alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf
dengan nada-nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb. Membaca kalimat dengan
berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.

GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau
kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian
dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda.
Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu
kalimat kadang-kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!! dengan kalimat
"Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk
12
12

"Lalu ? , "Kenapa ? atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan
dalam memenggal kata pada sebuah dialog.
Gestikulasi harus dilakukan sebab kata-kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam
sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan. Pergi!".
Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya
memiliki maksud yang berbeda.
Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan
kelewatan"....... (mendapat tekanan), Pergi. (mendapat tekanan).

INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan
terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah
tekanan-tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi,
terdapat tiga macam, yaitu :
1. Tekanan Dinamik (keras-lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada setiap kata
yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil ini"
Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda, contoh:
SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)
2. Tekanan.Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak
mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan
dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah-ubah. Jadi yang dimaksud dengan
tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.
3. Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering
dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya
cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda-beda. Lambat atau cepat silih
berganti.

13
13

WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan
seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi
antara laki-laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya.
Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus
memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara.
Sebagai latihan dapat dicoba merubah-rubah warna suara dengan menirukan warna suara
seorang tua, pengemis, anak kecil, dsb.
Selain mengenai dasar-dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu
penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri. Untuk
latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar-dasar vokal seperti di
atas.
(Si Dul masuk tergopoh-gopoh)
Dul

: Aduh Pak.e..e..itu, Pak. Anu. Pak.a.a.ada orang bawa


koper, pakaiannya bagus. Saya takut, Pak, mungkin dia orang kota, Pak.

Paiman

: Bodoh ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan orang-orangmu untuk


mengusirnya ?

Pak Gondo :

(kepada Paiman) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi
lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei !
(sambil mencengkeram Paiman).

Paiman

: Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.

Pak Gondo : (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !


(kepada si Dul) Di mana dia sekarang ?
Dul

: Di sana Pak, mengintip orang mandi di kali sambil motret.

GERAK
OLAH TUBUH
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih
dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam),
sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah
tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal.

14
14

Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot-otot kita supaya
elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian-bagian tubuh kita yang kaku selama latihanlatihan nanti.
Pelaksanaan olah tubuh :
> Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yana kita
punyai, tentang segala rakhmat yang dianugerahkan kepada kita. Dengan memakai rasa kita
perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, yang mana
semuanya itu merupakan rakhmat Tuhan yarig diberikan kepada kita.
> Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.
> Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakanq, ke kiri, ke kanan. Ingat
kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
> Putar kepala pelan-pelan dan rasakan lekukan-lekukan di leher, mulai dari muka. kemudian ke
kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali-kali. Ingat, pelan-pelan dan
rasakan !
> Putar bahu ke arah depan berkali-kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih
dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
> Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula
sebaliknya.
> Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan
keseluruhan. Lakukan berkali-kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru
bersama-sama.
> Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.
> Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri.
Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar
seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
> Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari-lari di tempat dan
meloncat-loncat.
Macam-Macam Gerak :
Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan
manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam-macam
gerak Latihan-latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang
yang berkecimpung dalam bidang teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibaqi menjadi dua, yaitu:
1. Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan
bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya
tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
2. Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari-hari.
Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam-macam, secara garis besar
dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.
A. Gerak Halus

15
15

Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal
lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah,
sedih, gembira, dsb.
B. Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena
adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi
empat bagian. yaitu :
* Business, adalah gerak-gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita
lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya : sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak-gerakkan tangan atau kaki mengikuti
irama musik. Sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks
tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada
belajar.
* Gestures, adalah gerak-gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita
lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk
melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.
* Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari,
bergulung-gulung, melompat, dsb.
* Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan
orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara
berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.
Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benarbenar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan
maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu.
Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan gerak-gerak dasar. Latihan mengenai gerakgerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh
bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.
Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita
diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan
gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
Latihan-latihan gerak yang lain :
Latihan cermin.
dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan
yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang
berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian.
Latihan gerak dan tatap mata.

16
16

sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap,
seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti.
Latihan melenturkan tubuh.
seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat
tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan /
tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.
Latihan gerak bersama.
suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti
dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.
Latihan gerak mengalir.
suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk
lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan ( menggerakkan tangan atau
tubuh ) dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama
melakukan gerakan, tangan kita jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini
dilakukan dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang
artistik.
GERAK DAN VOKAL
Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba
untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat
dilakukan, antara lain mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat,
jongkok, bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar
tubuh, dan sebagainya.
Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan
gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada vokal.
PENGGUNAAN PANCAINDERA DALAM TEATER
Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara
bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita
dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan baik pula.
Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal
ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk
latihan yang dapat dilakukan, antara lain :
Mata
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut.
Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.
Telinga

17
17

> Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada
beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah
berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan.
> Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara
apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang
diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.
Hidung
> Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa
yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap
knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb.
> Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar
bagaimana baunya.
Kulit
> Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah
tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.
> Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya,
dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya.
Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.
Lidah
> Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit,
bibir, dsb.
> Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang
pensil, tangan yang berkeringat,dsb.
KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang
diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang
pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya
dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya
menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita
harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran
menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifatsifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut,
alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya
memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya :
Tokoh (A) jabatan (lurah) watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) jabatan (jongos) watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut :

18
18

* Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak
kecil, pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini adalah cirriciri khas)
* Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah
kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk
membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari
observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.
OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana
tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita
mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu.
Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita
ingini.
ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik
yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil
observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinankemungkinan, ramalan, dsb.
Cara-cara melatihnya antara lain :
> Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
> Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
> Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
> Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
> Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.
IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah
ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu
yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada
benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang
ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar
dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang
memainkan sebuah pantomim.
Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci.
Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci
benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya
19
19

terdapat sebuah dialog, sebagai berikut : Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca
mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya
aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi
pembunuhan. Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan
berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam pentas.
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan,
termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai
berikut :
* Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai
menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
* Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan
bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
* Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya,
menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya,
dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
* Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil
rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin,
kasar, dsb.

EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah,
benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan
menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan
dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu
tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul
setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.
PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita.
Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka
saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang
berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan
memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah :
> Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh
naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
> Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat
gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
> Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai
pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.
BLOCKING
20
20

Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat diatas pentas. Dalam
permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain
kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Yang dimaksud dengan
blocking yang baik adalah blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki
titik pusat perhatian serta wajar.
- Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung
(setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat
sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada
di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan
pada bagian mengenai Komposisi Pentas .
-

Utuh

Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua
penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling
menutupi.
-

Bervariasi

Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk
komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan
sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok,
menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.
-

Memiliki titik pusat

Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini
penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat
dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga
jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.
- Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak
dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus
beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna,
bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan
prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam
diantara para pemainnya.

21
21

KOMPOSISI PENTAS
Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi
pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti
tersendiri. Berikut ini adalah skema komposisi pentas.
7

PENONTON
Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan nomornya. Bagian depan lebih kuat daripada
bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan
menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah
tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap
dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat.

NASKAH
Setelah kita mengenal berbagai macam dasar yang diperlukan untuk bermain drama, akhirnya
sampailah kita pada naskah. Naskah disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama.
Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda,
naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang
dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada
penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut.
Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain / lakon dan plot atau rangka cerita.
Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan
cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.
Lakon
Dalam cerita drama lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak
cerita.oleh karena itu seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai
penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi
sang lakon. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu :
22
22

* Dimensi fisiologi ; ciri-ciri badani


usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
* Dimensi sosiologi ; latar belakang kemasyarakatan
status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi,
pandangan hidup, agama, hobby, dll.
* Dimensi psikologis ; latar belakang kejiwaan
temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam
bidang tertentu, kecakapan, dll.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka lakon yang akan
kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang
mati.
Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot adalah suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah.
Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian
ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada
penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai.
Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita.
Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa yang diutarakan
mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog
berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot
maju, dan membukakan fakta.
Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada
bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan
penggerak drama.
Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan.
Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis yang
memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti
adegan penyelesaian.

MENGENAL PANGGUNG
Dalam sejarah perkembangannya, seni teater memiliki berbagai macam jenis
panggung yang dijadikan tempat pementasan. Perbedaan jenis panggung ini
dipengaruhi oleh tempat dan zaman dimana teater itu berada serta gaya
pementasan yang dilakukan. Bentuk panggung yang berbeda memiliki prinsip artistik
yang berbeda. Misalnya, dalam panggung yang penontonnya melingkar,
membutuhkan tata letak perabot yang dapat enak dilihat dari setiap sisi. Berbeda
23
23

dengan panggung yang penontonnya hanya satu arah dari depan. Untuk
memperoleh hasil terbaik, penata panggung diharuskan memahami karakter jenis
panggung yang akan digunakan serta bagian-bagian panggung tersebut.
Jenis-jenis Panggung
Panggung adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan dimana interaksi
antara kerja penulis lakon, sutradara, dan aktor ditampilkan di hadapan penonton. Di
atas panggung inilah semua laku lakon disajikan dengan maksud agar penonton
menangkap maksud cerita yang ditampilkan. Untuk menyampaikan maksud tersebut
pekerja teater mengolah dan menata panggung sedemikian rupa untuk mencapai
maksud yang dinginkan. Seperti telah disebutkan di atas bahwa banyak sekali jenis
panggung tetapi dewasa ini hanya tiga jenis panggung yang sering digunakan.
Ketiganya adalah panggung proscenium, panggung thrust, dan panggung arena.
Dengan memahami bentuk dari masingmasing panggung inilah, penata panggung
dapat merancangkan karyanya berdasar lakon yang akan disajikan dengan baik.
Arena
Panggung arena adalah panggung yang penontonnya melingkar atau duduk
mengelilingi panggung (Gb.274). Penonton sangat dekat sekali dengan pemain.
Agar semua pemain dapat terlihat dari setiap sisi maka penggunaan set dekor
berupa bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan karena dapat menghalangi
pandangan penonton. Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka
penata panggung dituntut kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Segala
perabot yang digunakan dalam panggung arena harus benar-benar dipertimbangkan
dan dicermati secara hati-hati baik bentuk, ukuran, dan penempatannya. Semua
ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.

Panggung arena biasanya dibuat secara terbuka (tanpa atap) dan tertutup. Inti dari
pangung arena baik terbuka atau tertutup adalah mendekatkan penonton dengan
pemain. Kedekatan jarak ini membawa konsekuensi artistik tersendiri baik bagi
pemain dan (terutama) tata panggung. Karena jaraknya yang dekat, detil perabot
yang diletakkan di atas panggung harus benar-benar sempurna sebab jika tidak
maka cacat sedikit saja akan nampak. Misalnya, di atas panggung diletakkan kursi
dan meja berukir. Jika bentuk ukiran yang ditampilkan tidak nampak sempurna
berbeda satu dengan yang lain maka penonton akan dengan mudah melihatnya.
Hal ini mempengaruhi nilai artistik pementasan.
Lepas dari kesulitan yang dihadapi, panggun arena sering menjadi pilihan utama
bagi teater tradisional. Kedekatan jarak antara pemain dan penonton dimanfaatkan
untuk melakukan komunikasi langsung di tengah-tengah pementasan yang menjadi
ciri khas teater tersebut. Aspek kedekatan inilah yang dieksplorasi untuk
24
24

menimbulkan daya tarik penonton. Kemungkinan berkomunikasi secara langsung


atau bahkan bermain di tengah-tengah penonton ini menjadi tantangan kreatif bagi
teater modern. Banyak usaha yang dilakukan untuk mendekatkan pertunjukan
dengan penonton, salah satunya adalah penggunaan panggung arena. Beberapa
pengembangan desain dari teater arena melingkar dilakukan sehingga bentuk teater
arena menjadi bermacammacam.

Masing-masing bentuk memiliki keunikannya tersendiri tetapi semuanya memiliki


tujuan yang sama yaitu mendekatkan pemain dengan penonton.
Proscenium
Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai karena penonton
menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung
proscenium (proscenium arch). Bingkai yang dipasangi layar atau gorden inilah yang
memisahkan wilayah akting pemain dengan penonton yang menyaksikan
pertunjukan dari satu arah (Gb.276). Dengan pemisahan ini maka pergantian tata
panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton. Panggung proscenium
sudah lama digunakan dalam dunia teater. Jarak yang sengaja diciptakan untuk
memisahkan pemain dan penonton ini dapat digunakan untuk menyajikan cerita
seperti apa adanya. Aktor dapat bermain dengan leluasa seolah-olah tidak ada
penonton yang hadir melihatnya. Pemisahan ini dapat membantu efek artistik yang
dinginkan terutama dalam gaya realisme yang menghendaki lakon seolah-olah
benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.

Tata panggung pun sangat diuntungkan dengan adanya jarak dan pandangan satu
25
25

arah dari penonton. Perspektif dapat ditampilkan dengan memanfaatkan kedalaman


panggung (luas panggung ke belakang). Gambar dekorasi dan perabot tidak begitu
menuntut kejelasan detil sampai hal-hal terkecil. Bentangan jarak dapat menciptkan
bayangan arstisitk tersendiri yang mampu menghadirkan kesan. Kesan inilah yang
diolah penata panggung untuk mewujudkan kreasinya di atas panggung proscenium.
Seperti sebuah lukisan, bingkai proscenium menjadi batas tepinya. Penonton
disuguhi gambaran melalui bingkai tersebut. Hampir semua sekolah teater memiliki
jenis panggung proscenium. Pembelajaran tata panggung untuk menciptakan ilusi
(tipuan) imajinatif sangat dimungkinkan dalam panggung proscenium.
Jarak antara penonton dan panggung adalah jarak yang dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan gambaran kreatif pemangungan. Semua yang ada di atas panggung
dapat disajikan secara sempurna seolah-olah gambar nyata. Tata cahaya yang
memproduksi sinar dapat dihadirkan dengan tanpa terlihat oleh penonton dimana
posisi lampu berada. Intinya semua yang di atas panggung dapat diciptakan untuk
mengelabui pandangan penonton dan mengarahkan mereka pada pemikiran bahwa
apa yang terjadi di atas pentas adalah kenyataan. Pesona inilah yang membuat
penggunaan panggung proscenium bertahan sampai sekarang.
Thrust
Panggung thrust seperti panggung proscenium tetapi dua per tiga bagian depannya
menjorok ke arah penonton. Pada bagian depan yang menjorok ini penonton dapat
duduk di sisi kanan dan kiri panggung (Gb.277). Panggung thrust nampak seperti
gabungan antara panggung arena dan proscenium.

Untuk penataan panggung, bagian depan diperlakukan seolah panggung Arena


sehingga tidak ada bangunan tertutup vertikal yang dipasang. Sedangkan panggung
belakang diperlakukan seolah panggung proscenium yang dapat menampilan
kedalaman objek atau pemandangan secara perspektif. Panggung thrust telah
digunakan sejak Abad Pertengahan (Medieval) dalam bentuk panggung berjalan
(wagon stage) pada suatu karnaval. Bentuk ini kemudian diadopsi oleh sutradara
teater modern yang menghendaki lakon ditampilkan melalui akting para pemain
secara lebih artifisial (dibuat-buat agar lebih menarik) kepada penonton. Bagian
panggung yang dekat dengan penonton memungkinkan gaya akting teater
presentasional yang mempersembahkan permainan kepada penonton secara
langsung, sementara bagian belakang atau panggung atas dapat digunakan untuk
penataan panggung yang memberikan gambaran lokasi kejadian.
Bagian-bagian Panggung
26
26

Panggung teater modern memiliki bagian-bagian atau ruangruang yang secara


mendasar dibagi menjadi tiga, yaitu bagian panggung, auditorium (tempat penonton),
dan ruang depan. Bagian yang paling kompleks dan memiliki fungsi artistik
pendukung pertunjukan adalah bagian panggung. Masing-masing memiliki fungsinya
sendiri. Seorang penata panggung harus mengenal bagian-bagian panggung secara
mendetil. Gambar 278 dan 279 menerangkan bagian-bagian panggung.

A. Border. Pembatas yang terbuat dari kain. Dapat dinaikkan dan diturunkan.
Fungsinya untuk memberikan batasan area permaianan yang digunakan.
B. Backdrop. Layar paling belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-naikkan
dan membentuk latar belakang panggung.
C. Batten. Disebut juga kakuan. Perlengkapan panggung yang dapat digunakan
untuk meletakkan atau menggantung benda dan dapat dipindahkan secara fleksibel.
D. Penutup/flies. Bagian atas rumah panggung yang dapat digunakan untuk
menggantung set dekor serta menangani peralatan tata cahaya.
E. Rumah panggung (stage house). Seluruh ruang panggung yang meliputi latar dan
area untuk tampil
F. Catwalk (jalan sempit). Permukaan, papan atau jembatan yang dibuat di atas
panggung yang dapat menghubungkan sisi satu ke sisi lain sehingga memudahkan
pekerja dalam memasang dan menata peralatan.
G. Tirai besi. Satu tirai khsusus yang dibuat dari logam untuk memisahkan bagian
panggung dan kursi penonton. Digunakan bila terjadi kebakaran di atas panggung.
Tirai ini diturunkan sehingga api tidak menjalar keluar dan penonton bisa segera
dievakuasi.
H. Latar panggung atas. Bagian latar paling belakang yang biasanya digunakan
untuk memperluas area pementasan dengan meletakkan gambar perspektif.
I. Sayap (side wing). Bagian kanan dan kiri panggung yang tersembunyi dari
penonton, biasanya digunakan para aktor menunggu giliran sesaat sebelum tampil.
J. Layar panggung. Tirai kain yang memisahkan panggung dan ruang penonton.
Digunakan (dibuka) untuk menandai dimulainya pertunjukan. Ditutup untuk
mengakhiri pertunjukan.Digunakan juga dalam waktu jeda penataan set dekor antara
babak satu dengan lainnya.
K. Trap jungkit. Area permainan atau panggung yang biasanya bisa dibuka dan
27
27

ditutup untuk keluar-masuk pemain dari bawah panggung.


L. Tangga. Digunakan untuk naik ke bagian atas panggung secara cepat. Tangga
lain, biasanya diletakkan di belakang atau samping panggung sebelah luar.
M. Apron. Daerah yang terletak di depan layar atau persis di depan bingkai
proscenium.
N. Bawah panggung. Digunakan untuk menyimpan peralatan set. Terkadang di
bagian bawah ini juga terdapat kamar ganti pemain.
O. Panggung. Tempat pertunjukan dilangsungkan.

P. Orchestra Pit. Tempat para musisi orkestra bermain. Dalam beberapa panggung
proscenium, orchestra pit tidak disediakan.
Q. FOH (Front Of House) Bar. Baris lampu yang dipasang di atas penonton.
Digunakan untuk lampu spot.
R. Langit-langit akustik. Terbuat dari bahan yang dapat memproyeksikan suara dan
tidak menghasilkan gema.
S. Ruang pengendali. Ruang untuk mengendalikan cahaya dan suara (sound
system).
T. Bar. Tempat menjual makan dan minum untuk penonton selama menunggu
pertunjukan dimulai.
U. Foyer. Ruang tunggu penonton sebelum pertunjukan dimulai atau saat istirahat.
V. Tangga. Digunakan untuk naik dan turun dari ruang lantai satu ke ruang lantai lain.
W. Auditorium (house). Ruang tempat duduk penonton di panggung proscenium.
Istilah auditorium sering juga digunakan sebagai pengganti panggung proscenium itu
sendiri.
X. Ruang ganti pemain. Ruang ini bisa juga terletak di bagian bawah belakang
panggung.

28
28

MEMPELAJARI TATA CAHAYA


Proses kerja penataan cahaya dalam pementasan teater membutuhkan waktu yang
lama. Seorang penata cahaya tidak hanya bekerja sehari atau dua hari menjelang
pementasan. Kejelian sangat diperlukan, karena fungsi tata cahaya tidak hanya
sekedar menerangi panggung pertunjukan. Kehadiran tata cahaya sangat membantu
dramatika lakon yang dipentaskan. Tidak jarang sebuah pertunjukan tampak
sepektakuler karena kerja tata cahayanya yang hebat. Untuk hasil yang terbaik,
penata cahaya perlu mengikuti prosedur kerja mulai dari menerima naskah sampai
pementasan.

Prosedur atau langkah kerja pada dasarnya dibuat untuk mempermudah kerja
seseorang. Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa kerja penata cahaya tidak
hanya sekedar menata lampu, menghidupkan, dan mematikannya.
Mempelajari Naskah
Naskah lakon adalah bahan dasar ekspresi artistik pementasan teater. Semua
kreativitas yang dihasilkan mengacu pada lakon yang dipilih. Tidak hanya sutradara
dan aktor yang perlu mempelajari naskah lakon. Penata cahaya pun perlu
mempelajari naskah lakon. Berbeda dengan aktor yang berkutat pada karakter tokoh
peran, penata cahaya mempelajari lakon untuk menangkap maksud lakon serta
mempelajari detil latar waktu, dan tempat kejadian peristiwa.
Mempelajari tempat kejadian peristiwa akan memberikan gambaran pada penata
cahaya tempat cerita berlangsung, suasana dan piranti yang digunakan. Mungkin
ada piranti yang menghasilkan cahaya seperti obor, lilin, lampu belajar, dan lain
sebagainya yang digunakan dalam cerita tersebut. Ini semua menjadi catatan penata
cahaya. Setiap sumber cahaya menghasilkan warna dan efek cahaya yang berbeda
yang pada akhirnya akan memberikan gambaran suasana.
Tempat berlangsungnya cerita juga memberikan gambaran cahaya. Peristiwa yang
terjadi di dalam ruang memiliki pencahaayaan yang berbeda dengan di luar ruang.
Jika dihubungkan dengan waktu kejadian maka gambaran detil cahaya secara
keseluruhan akan didapatkan. Jika perstiwa terjadi di luar ruang pada siang hari
berbeda dengan sore hari. Persitiwa yang terjadi di luar ruang memerlukan
pencahayaan yang bebeda antara di sebuah taman kota dan di teras sebuah rumah.
Semua hal yang berkaitan dengan ruang dan waktu harus menjadi catatan penata
29
29

cahaya.
Diskusi Dengan Sutradara
Penata cahaya perlu meluangkan waktu khusus untuk berdiskusi dengan sutradara.
Setelah mempelajari naskah dan mendapatkan gambaran keseluruhan kejadian
peristiwa lakon, penata cahaya perlu mengetahui interpretasi dan keinginan
sutradara mengenai lakon yang hendak dimainkan tersebut. Mungkin sutradara
mengehendaki penonjolan pada adegan tertentu atau bahkan menghendaki efek
khusus dalam persitiwa tertentu. Catatan penata cahaya yang didapatkan setelah
mempelajari naskah digabungkan dengan catatan dari sutradara sehingga gambaran
keseluruhan pencahayaan yang diperlukan didapatkan.
Mempelajari Desain Tata Busana
Berdiskusi dengan penata busana lebih khusus adalah untuk menyesuaikan warna
dan bahan yang digunakan dalam tata busana. Seperti yang telah disebut di atas,
bahan-bahan tertentu dapat menghasilkan refleksi tertentu serta warna tertentu
dapat memantulkan warna cahaya atau menyerapnya. Untuk menghindari hal-hal
yang tidak dinginkan maka kerjasama antara penata cahaya dan penata busana
perlu dijalin.
Hal ini juga berkaitan juga dengan catatan sutradara. Misalnya, dalam satu peristiwa
sutradara menghendaki cahaya berwarna kehijauan untuk menyimbolkan sebuah
mimpi, penata busana juga membuat baju berwarna hijau untuk menegaskan
suasana tersebut. Penata cahaya bisa memberikan saran penggunaan warna hijau
pada busana karena warna hijau cahaya jika mengenai warna hijau tertentu pada
busana bisa saling meniadakan. Artinya, warna hijau yang ingin ditampilkan justru
hilang. Untuk itu, diskusi dan saling mempelajari desain perlu dilakukan.
Mempelajari Desain Tata Panggung
Diskusi dengan penata panggung sangat diperlukan karena tugas tata cahaya selain
menyinari aktor dan area juga menyediakan cahaya khusus untuk set dan properti
yang ada di panggung. Selain bahan dan warna, penataan dekor di atas pentas
penting untuk dipelajari. Jika desain tata panggung memperlihatkan sebuah
konstruksi maka tata cahaya harus membantu memberikan dimensi pada konstruksi
tersebut. Jika desain tata panggung menampilkan bangunan arsitektural gaya
tertentu maka tata cahaya harus mampu membantu menampilkan keistemewaan
gaya arstitektur yang ditampilkan.
Penyinaran pada set dekor tidak hanya berlaku untuk set dekor saja tetapi juga
berlaku untuk lingkungan sekitarnya. Misalnya, di atas panggung menampakkan
sebuah ruang yang di bagian belakangnya ada jendela. Ketika jendela itu dibuka dan
lampu ruangan tersebut dinyalakan maka pendar cahaya dalam ruangan harus
sampai ke luar ruangan melalui jendela tersebut. Tugas tata cahaya adalah
menyajikan efek sinar lampu ruangan yang menerobos ke luar ruangan. Intinya,
setiap detil efek cahaya yang dihasilkan berkaitan dengan tata panggung harus
diperhitungkan. Semua harus nampak logis bagi mata penonton.
Memeriksa Panggung dan Perlengkapan
Memeriksa panggung dan perlengkapan adalah tugas berikutnya bagi penata
cahaya. Dengan mempelajari ukuran panggung maka akan diketahui luas area yang
perlu disinari. Penempatan baris bar lampu menentukan sudut pengambilan cahaya
yang akan ditetapkan. Ketersediaan lampu yang ada dipanggung juga menentukan
30
30

peletakkan lampu berdasar kepentingan penyinaran berkaitan dengan karakter dan


kemampuan teknis lampu tersebut. Semua kelengkapan pernak-pernik yang ada di
panggung harus diperiksa.
Ketersediaan peralatan seperti, tangga, tali, pengerek, rantai pengaman lampu,
sabuk pengaman, sekrup, obeng, gunting, dan perlatan kecil lainnya harus diperiksa.
Ketersediaan lampu baik jumlah, jenis, dan kekuatan dayanya harus dicatat.
Asesoris yang dibutuhkan untuk lampu seperti; filter warna, kelem, pengait, barndoor,
stand, iris, gobo, dan asesoris lain yang ada juga harus diperiksa. Ketersediaan
dimmer dan kontrol serta kelistrikan yang menjadi sumber daya utama juga harus
diteliti.
Semua yang ada di panggung yang berkaitan dengan kerja tata cahaya dicatat.
Berikutnya adalah kalkulasi keperluan tata cahaya berdasar capaian artistik yang
dinginkan dan dibandingkan dengan ketersediaan perlengkapan yang ada. Dengan
mempelajari panggung dan segala perlengkapan yang disediakan penata cahaya
akan menemukan kekurangan atau problem yang perlu diatasi. Misalnya, penataan
boom pada panggung kurang sesuai dengan sudut pengambilan lampu samping
untuk menyinari set dekor. Oleh karena itu diperlukan stand tambahan. Lampu yang
tersedia masih kurang mencukupi untuk menerangi beberapa bagian arsitektur tata
panggung, untuk itu diperlukan lampu tambahan.
Semua problem yang ditemui dan solusi yang bisa dilakukan kemudian dicatat dan
diajukan ke sutradara atau tim produksi. Jika tim produksi tidak bisa menyediakan
kelengkapan yang diperlukan maka penata cahaya harus mengoptimalkan
ketersediaan perlengkapan tata cahaya yang ada. Misalnya, dengan menerapkan
prinsip penerangan area dan memanfaat beberapa lampu sisa yang ada untuk efek
tertentu.
Menghadiri Latihan
Untuk mendapatkan gambaran lengkap dari situasi masingmasing adegan yang
diinginkan penata cahaya wajib mendatangi sesi latihan aktor. Selain untuk
memahami suasana adegan, penata cahaya juga mencatat hal-hal khusus yang
menjadi fokus adegan. Hal ini sangat penting bagi penata cahaya untuk
merencanakan perpindahan cahaya dari adegan satu ke adegan lain. Perpindahan
cahaya yang halus membuat penonton tidak sadar digiring ke suasana yang
berbeda. Hasilnya, efek dramatis yang akan ditampilkan oleh cerita jadi semakin
mengena. Sesi latihan dengan aktor akan memberikan gambaran detil setiap
pergerakan aktor di atas pentas. Setelah mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
suasana adegan maka proses pergerakan dan posisi aktor di atas pentas perlu
diperhatikan. Penyinaran berdasar area memang memberi penerangan pada seluruh
area permainan tetapi tidak pada aktor secara khsusus. Dalam satu adegan tertentu
mungkin saja aktor berada di luar jangkauan optimal lingkaran sinar cahaya. Oleh
karena itu, aktor yang berdiri atau berpose pada area tertentu memerlukan
pencahayaan tersendiri. Hal ini berlaku juga untuk tata panggung pada saat latihan
teknik dijalankan. Penata cahaya perlu mendapatkan gambaran riil letak set dekor
dan seluruh perabot di atas pentas. Dengan demikian, detil pencahayaan pada set
dan perabot bisa dirancang dan diperhitungkan dengan baik.
Membuat Konsep
Setelah mendapatkan keseluruhan gambaran dan pemahaman penata cahaya mulai
membuat konsep pencahayaan. Konsep ini hanya berupa gambaran dasar penata
31
31

cahaya terhadap lakon dan pencahayaan yang akan diterapkan untuk mendukung
lakon tersebut. Warna, intensitas, dan makna cahaya dituangkan oleh penata cahaya
pada konsepnya. Tidak hanya penggambaran suasana yang dituangkan tetapi bisa
saja simbol-simbol tertentu yang hendak disampaikan untuk mendukung makna
adegan. Misalnya, dalam satu adegan di ruang tamu ada foto besar seorang pejuang
yang dipasang di dinding. Untuk memberi kesan bahwa pemiliki rumah sangat
mengagumi tokoh tersebut maka foto diberi pencahayaan khusus. Juga dalam setiap
perubahan dan perjalanan adegan konsep pencahayaan digambarkan. Konsep bisa
ditulis atau ditambahi dengan gambar rencana dasar. Intinya, komsep ini
membicarakan gagasan pencahayaan lakon yang akan dimainkan menurut penata
cahaya. Selanjutnya konsep didiskusikan dengan sutradara untuk mendapatkan
kesesuaian dengan rencana artistik secara keseluruhan.
Plot Tata Cahaya
Konsep yang sudah jadi dan disepakati selanjutnya dijabarkan secara teknis pertama
kali dalam bentuk plot tata cahaya. Plot ini akan memberikan gambaran laku tata
cahaya mulai dari awal sampai akhir pertunjukan. Seperti halnya sebuah sinopsis
cerita, perjalanan tata cahaya ditgambarkan dengan jelas termasuk efek cahaya
yang akan ditampilkan dalam adegan demi adegan. Plot ini juga merupakan cue atau
penanda hidup matinya cahaya pada area tertentu dalam adegan tertentu. Dengan
membuat plot maka penata cahaya bisa memperhitungkan jenis lampu serta warna
cahaya yang dibutuhkan, memperkirakan lamanya waktu penyinaran area atau aksi
tertentu, merencanakan pemindahan aliran cahaya, dan suasana yang dikehendak i.

Gambar di atas menjelaskan plot tata cahaya pada adegan satu cerita Menanti Pagi.
Kolom Hal menjelaskan adegan tersebut terjadi pada naskah di halaman tertentu.
Kolom Aksi menjelaskan kejadian peristiwa atau adegan. Kolom cue menjelaskan
tanda perubahan cahaya yang harus dilakukan. Kolom waktu menjelaskan lamanya
waktu adegan dengan cahaya tertentu. Kolom cahaya menjelaskan hasil
pencahayaan yang akan dicapai. Dengan membaca plot tersebut dapat diketahui
32
32

bahwa cerita yang akan ditampilkan bernuansa horror di mana pada malam yang
diterangi sinar bulan Anton dan Amir sedang duduk berbincang di kursi. Pintu tibatiba terbuka, kemudian tertutup dan lampu ruangan mati. Amir dan Anton lari keluar.
Dari sekilas gambaran adegan tersebut dapat diketahui lampu yang akan digunakan
dan efek cahaya yang dihasilkan. Setiap perubahan pencahayaan menjadi catatan
dan bisa dijadikan cue. Dalam gambar dijelaskan ada empat cue perubahan.
Pada saat adegan dimulai, lampu sudah dipreset sehingga tingal dinaikkan
intensitasnya. Cue perubahan tata cahaya pertama adalah ketika Anton dan Amir
masuk ke ruangan, duduk di kursi dan menyalakan lampu yang ada di dekat kursi.
Efek cahaya dari lampu yang dinyalakan ini menjadi penanda perubahan. Cue
perubahan kedua terjadi ketika pintu terbuka dan efek cahaya bulan masuk melalui
pintu. Demikian seterusnya sampai adegan tersebut berakhir dan lampu panggung
dipadamkan (black out).
Gambar Desain Tata Cahaya
Untuk memberikan gambaran teknis yang lebih jelas, perlu digambarkan tata letak
lampu. Berdasar pada plot tata cahaya yang dibuat maka rencana penataan lampu
bisa digambarkan. Semua jenis dan ukuran lampu yang akan digunakan
digambarkan tata letaknya. Sebelum menggambarkan tata letak lampu perlu
diketahui dulu simbolsimbol lampu. Simbol gambar lampu mengelami
perkembangan. Hal ini berkaitan dengan jenis lampu yang tersedia dan umum
digunakan. Gambar di bawah memperlihatkan simbol-simbol lampu yang biasa
digunakan.

Banyak sekali jenis dan ukuran lampu yang dikeluarkan oleh pabrikan. Masingmasing perusahan memiliki gambar simbol yang berbeda menyangkut bentuk luar
lampu produksinya. Dulu, perusahaan Strand mengeluarkan lampu yang diproduksi
dan diberi kode pattern disingkat patt dan nomor serinya. Jadi ada lampu dengan
kode patt 23, patt 247, patt 123, dan lain sebagainya. Untuk mengethui jenis dan
ukuran lampu harus mengingat patt dan nomornya. Cukup menyulitkan. Selain itu,
lampu pada zaman ini memiliki bentuk yang berbeda dengan lampu sekarang
sehingga ketika digambarkan simbolnya berbeda. Sekarang, meskipun bentuk lampu
berbeda tetapi gambar simbolnya lebih mudah untuk diingat karena masing-masing
jenis lampu memiliki kemiripan gambar. Penulisannyapun tidak lagi menggunakan
33
33

patt tetapi langsung ke jenis lampu beserta besaran wattnya, misalnya fresnel 500
watt, ERS 1 KW, dan lain sebagainya. Gambar simbol lampu dalam gambar 70
sudah bisa digunakan dan dipahami oleh para penata lampu.

Selanjutnya, gambar tata lampu dibuat dengan menggunakan simbol lampu seperti
tersebut di atas. Gambar pada tahap ini belum bisa menyertakan channel dimmer
yang akan digunakan oleh masing-masing lampu. Gambar tata lampu lebih
menitikberatkan pada peletakkan dan pengarahan jenis lampu yang akan dipasang.
Meskipun belum menyertakan channel dimmer, gambar desain tata letak lampu yang
dibuat bisa dijadikan panduan pencahayaan. Dari gambar di atas dapat dibaca, baris
bar yang digunakan adalah FOH, Bar 1, 2, 3, dan bar siklorama. FOH singkatan dari
Front Of House adalah istilah untuk menyebut baris lampu yang ditata di atas
penonton. Cyc singkatan dari cyclorama (siklorama) baris lampu paling belakang
untuk menyinari layar. Nomor pada lampu hanya berfungsi untuk menghitung jumlah
lampu yang dipasang pada masing-masing bar. Jenis lampu yang digunakan dapat
dibaca dari gambar simbolnya.
Penataan dan Percobaan
Setelah memiliki gambar desain tata cahaya maka kerja berikutnya adalah
memasang dan mengatur lampu sesuai desain. Proses pemasangan membutuhkan
waktu yang lumayan lama terutama untuk penyesuaian dengan channel dimmer dan
control desk. Satu channel bisa digunakan untuk lebih dari satu lampu. Setiap lampu
yang telah dipasang dalam cahnnel tertentu coba dinyalakan dan diarahkan sesuai
dengan area yang akan disinari. Pengaturan lampu ke channel dimmer atau control
desk diusahakan agar mudah dalam pengoperasian. Artinya, jarak lever satu ke lever
lain diusahakan berdekatan bagi lampu yang hendak dinyalakan secara bersamaan
tanpa preset. Pengaturan sudut pengambilan juga memerlukan ketelitian. Di sinilah
fungsi menghadiri latihan dengan aktor diterapkan. Segala catatan pergerakan laku
dan posisi aktor di atas pentas dapat dijadikan acuan untuk menentukan sudut
pengambilan.

34
34

Setelah semua lampu dipasang dan diarahkan kemudian dicoba dengan mengikuti
plot tata cahaya dari awal sampai akhir. Hal ini untuk mengetahui intensitas
maksimal yang diperlukan, kesesuaian warna cahaya yang dihasilkan serta
kemudahan operasional pergantian cahaya dari adegan satu ke adegan lain. Penata
cahaya mencatat semuanya dengan seksama sehingga ketika tahap ini selesai
didapatkan gambaran lengkap tata cahaya. Gambar tata cahaya sudah bisa
dilengkapi dengan channel dimmer atau nomor di control desk (Gb.273) sehingga
tabel lampu yang terpasang pada masing-masing bar bisa dituliskan dengan lengkap
pula.

Pementasan
Tahap terakhir adalah pementasan. Seluruh kerja tata lampu dibuktikan pada saat
malam pementasan. Kegagalan yang terjadi meskipun sedikit akan mempengaruhi
hasil seluruh pertunjukan. Oleh karena itu, kecermatan dan ketelitian kerja penata
35
35

cahaya sangat diperlukan. Penting untuk memeriksa semuanya sebelum jam


pertunjukan dilangsungkan. Jika terdapati kesalahan teknis tertentu masih ada waktu
untuk memperbaikinya. Semua sangat tergantung dari kesiapan tata cahaya karena
tanpa cahaya pertunjukan tidak akan bisa disaksikan.

TUGAS SEORANG SUTRADARA


Idealnya syarat yang diperlukan untuk menjadi sutradara tampaknya memang berat,
seperti yang dijelaskan N. Riantiarno dalam buku Kitab Teater (penerbit Grasindo,
2011). Syaratnya adalah :
a) Memiliki ide, konsep, sistem dan teknik mewujudkan pementasan.
b) Memahami pengetahuan penyutradaraan, seni peran, seni rupa, sejarah, sastra,
filsafat, ilmu jiwa, sosiologi, dan berbagai pengetahuan umum yang bisa
mendukung pekerjaannya sebagai sutradara. Tetapi yang paling utama
memahami ilmu teater.
c) Memahami elemen dan alat-alat panggung, serta mengetahui kelemahan dan
kekuatan tempat pementasan (panggung, lapangan terbuka, aula, atau ruang
kelas).
d) Memiliki kepekaan terhadap jiwa dari manajemen teater. Berjiwa pemimpin.
Mempu mengkoordinasikan banyak orang dan menyatukannya sehingga
menjadi suatu tindakan demi sebuah tujuan. Tidak keras kepala. Siap menerima
masukan/ide/kritik dari siapa pun. Selain itu juga jujur, disiplin, teliti,
bersemangat, dan bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan. Dan, yang
paling utama adalah mencintai pekerjaannya lahir batin.
Syarat tersebut di atas tidaklah menjadi ketentuan mutlak yang harus dimiliki
seseorang (atau guru) yang untuk pertama kali berminat menjadi sutradara. Sejalan
dengan proses pelatihan dan perkembangannya nanti syarat-syarat tersebut bisa
diasah, ditambah dan dikuasainya. Memang semua tergantung pada motivasi dan
ketekunan sang sutradara untuk terus berupaya meningkatkan kualitas dirinya.
Sutradara adalah pemimpin dalam pementasan drama. Sebagai pemimpin yang
bertanggung jawab terhadap kesuksesan pementasan drama, ia tentu harus
membuat perencanaan dan melaksanakannya. Sutradara juga bertanggung jawab
menyatukan seluruh elemen teater. Seorang sutradara harus mempunyai
argumen/alasan yang kuat dan jelas mengapa memilih tema tertentu. Selain itu, dia
juga harus bisa mewujudkan tujuan yang hendak dicapai melalui pementasan teater
yang dilakukan.
Menurut N. Riantiarno lagi setidaknya ada tujuh tugas sutradara, yakni:
1. Memilih naskah lakon.
2. Memilih pemain dan pekerja artistik.
3. Bekerja sama dengan staf artistik dan non artistik.
4. Menafsir naskah lakon dan menginformasikannya kepada seluruh pekerja
(artistik dan non-artistik).
36
36

5. Menafsir karakter peranan dan menginformasikannya kepada seluruh pemain


(aktor-aktris).
6. Melatih pemain agar bisa memainkan peranan berdasar tafsir yang sudah dipilih.
7. Mempersatukan seluruh kekuatan dari berbagai elemen teater sehingga menjadi
sebuah pergelaran yang bagus, menarik dan bermakna.
Sesudah tema/naskah dipilih, pemain dan pekerja pun mulai dipilih berdasarkan
kebutuhan pemanggungan. Pemain dilatih secara tekun dan bertahap. Kelengkapan
panggung juga dipersiapkan. Gladi kotor dan gladi bersih dijalankan. Akhirnya
penyelenggaraan pertunjukan sebagai hasil ujung dari seluruh kegiatan.
Hasil akhir memang penting, tapi yang paling penting, menurut N. Riantiarno, adalah
proses mengalami sejak perencanaan, pelatihan, hingga pementasan. Bagaimana
mengatasi problem, menggali alternatif, dan mengeksekusi pilihan. Sebuah
penyajian yang melewati perjalanan panjang. Daya kreatif dan inisiatif yang diasah
sejak masa-masa dini. Inilah gol yang ingin dicapai oleh program-program pelatihan
dan pembimbingan ini.
Seringkali kita menjumpai dalam kelompok-kelompok teater amatir, bagaimana
sutradara bekerja hingga terlalu jauh mencampuri pekerjaan-pekerjaan yang
seharusnya menjadi jatah aktor. Hal ini, menurut Tim Penulis buku Teater Asyik,
Asyik Teater disebabkan bukan saja karena sutradara harus berhadapan dengan
para aktor yang sama sekali belum siap disebut aktor, acap juga disebabkan
sutradara sendiri belum bekerja berdasarkan metode penyutradaraan atau bahkan
tak mengerti apa saja yang menjadi tugas-tugas pentingnya sebagai sutradara.
Dalam banyak teori, diktat, dan buku-buku penyutradaraan yang diajarkan di
lingkungan akademik/Perguruan Tinggi Seni, Sutradara disebut sebagai Penafsir
Utama naskah lakon. Tim Penulis buku Teater Asyik, Asyik Teater memaparkan
apa saja yang menjadi tugas sutradara selaku penafsir utama.
1. Menafsirkan tema utama naskah lakon yang telah dipilih sebelumnya dan
mempresentasikannya kepada para aktor dan seluruh tim pendukung.
2. Menafsirkan bentuk seni yang akan dimainkan berkaitan dengan lakon yang
dipilih dan mempresentasikannya kepada kelompok. Hal ini akan menentukan
pula perancangan artistik: set panggung, cahaya, kostum dan make up, dan
musik.
3. Menafsirkan perwatakan yang terdapat pada setiap tokoh dalam lakon dan
menyosialisasikannya kepada para aktor.
4. Menafsir alur cerita dan sasaran utama yang hendak dicapai pengarang lakon
dalam lakon tersebut.
5. Menentukan/menafsirkan sasaran setiap adegan yang terdapat di dalam lakon.
6. Menafsirkan suasana, ritme, dan tempo yang terdapat dalam setiap peristiwa
dan adegan
7. Menentukan garis-garis blocking dan komposisi untuk menafsirkan dan
menggambarkan sejelas mungkin suasana dan peristiwa-peristiwa yang terdapat
dalam lakon.
8. Membantu dan membimbing seluruh aktor dalam setiap latihan untuk
mendapatkan, memahami, dan mengalami semua yang telah ia tafsirkan di atas.

37
37

ORGANISASI PRODUKSI TEATER


Di Indonesia seorang sutradara terpaksa harus mengurusi segalanya. Dia harus
mencari naskah yang cocok, mencari pemain-pamin yang cocok, pekerja yang bisa
diajak bekerja sama. Lalu dia akan mengkoordinir semuanya. Tak jarang dia juga ikut
mencari sponsor, memilih gedung pertunjukan, memikirkan strategi penjualan karcis,
mngurusi strategi publikasi, mengurus poster/pamplet/spanduk/ buklet, dan bukan
mustahil dia juga harus berhadapan dengan polisi jika sandiwaranya kebetulan tak
berkenan di hati penguasa.
Bagi seorang sutradara yang kreatif dan energik, menurut N. Riantiarno, kerja
serabutan macam itu tidak menjadi soal, meski yang dia urus sebagian besar adalah
hal-hal yang non-artistik. Dia justru akan memetik manfaat dari pengalaman batinnya saat berhadapan dengan masalah-masalah non-artistik. Tapi bagi sutradara
yang tak kuat, segi artistik kemudian menjadi terabaikan. Lantaran waktu,
konsentrasi dan enerjinya sudah terkuras habis saat mengurusi segi-segi non-artistik
itu.
Inilah dilema, kata N. Riantiarno, yang mau tak mau harus dihadapi oleh hampir
semua sutradara di Indonesia. Termasuk oleh guru yang bertindak sebagai sutradara
untuk pentas di sekolah. Walau mungkin jumlah sumber daya manusia (baca: siswa)
di sekolah relatif cukup banyak untuk dikerahkan dan diperbantukan tetapi
kemampuan untuk memahami lingkup tugas masing-masingnya masih menjadi
persoalan utama.
Tema
Naskah Produksi

Di bawah ini adalah bagan organisasi produksi teater (yang ideal) yang penulis kutip
Manajemen
Manajemen Artistik Sutradara
dari buku
Kitab Produksi
TeaterProduser
karya N. Riantiarno :
Sutradara
S

Sutradara

Produser

Bagan Organisasi Produksi Teater


Disainer Produksi

Ass. Sutradara
Pemimpin Produksi

Penjabar Artistik
T. Dir

Manajer Latihan

Keuangan
Penata Artistik
Aktor/Aktris
Pemasaran

Sponsor

Penata Musik
Set Desainer

Kostum Desainer
(Penjahit)
Tata Rias & Rambut

Builder
Operator

Promosi
Sekretariat/Kom.

Desainer Cahaya

Publikasi
Property

Operator

Penata Grafis

Konsumsi
Karcis

Efek Special

Mekanik/Elektrik

Transportasi

Penata Gerak
Penata Suara/Akustik

Dokumentasi
Kesehatan
Umum
Keamanan

Manager Panggung

38
38

Pementasan / Gedung Lokasi


Gedung Lokasi
Masyarakat Penoton

Bagan organisasi poduksi teater di atas adalah sebuah struktur kerja kreatif
untuk sebuah pentas besar, seperti halnya yang dilakukan oleh sejenis Teater Koma.
Penyerderhanaan dari struktur kerja di atas masih sangat mungkin jika pentas yang
kita lakukan hanyalah se-level pentas sekolah. Beberapa bagian baik dari unsur
Manajemen Artistik maupun unsur Manajemen Produksi bisa tidak kita pergunakan.
Bahkan bisa saja beberapa bagian tugas kerja tersebut dirangkap oleh satu orang
sehingga tim organisasi produksi teater-nya bisa lebih ramping, relatif tidak banyak
membutuhkan orang walau hierarki tugasnya tetap sama.
Tim Penulis buku Teater Asyik, Asyik Teater menjelaskan lebih sederhana
perihal bagaimana sebuah produksi teater (di sekolah) ditangani oleh tim pekerja
(manajemen) produksi, yaitu:
1. Mencari dan memilih tempat latihan baik di sekolah maupun di luar sekolah yang
tentunya atas ijin dan kesepakatan bersama yaitu pihak sekolah, sutradara,
manajer panggung/stage manager (orang yang bertanggungjawab dengan
segala sesuatu yang berlangsung di atas panggung selama pertunjukan
berlangsung).
2. Merencanakan dan mengurus perijinan tempat latihan atau pementasan baik di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Apabila bertempat di luar sekolah
pihak sekolah pun ikut dilibatkan secara administrasi.
3. Merencanakan dan mengurus konsumsi selama proses latihan dan pementasan
berlangsung. Kita akan menghitung berapa kali konsumsi dapat diberikan
berdasarkan prioritas dan keadaan keuangan. Atau kalau mungkin kita juga
dapat mengusahakan sumbangan konsumsi dari pihak manapun yang mungkin
berkenan.
4. Merencanakan dan mengadakan promosi pementasan, baik di dalam sekolah
maupun di luar sekolah.
5. Merencanakan, menjadwalkan dan mengadakan publikasi yang merupakan
media promosi.
6. Merencanakan, menjadwalkan dan mengurus penjualan tiket. Tiket dapat dijual
sebelum pementasan berlangsung. Tiket dapat dijual di koperasi sekolah,
sanggar seni sekolah, bekerja sama dengan sekolah lain atau di tempat-tempat
yang lain yang mudah dijangkau dan strategis. Dan pada hari pelaksanaan tiket
biasa dijual di tempat pertunjukan.
7. Menggalang bantuan atau fundraising. Untuk mewujudkan sebuah impian
mementaskan sebuah pertunjukan teater tentunya kita tak ingin pentas
seadanya. Untuk itu kita perlu memikirkan langkah-langkah kerjasama dengan
pihak-pihak lain. Menggalang bantuan ini bisa berupa uang atau sarana dan
prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang produksi.
8. Merencanakan dan menjadwal segala sesuatu yang berhubungan dengan
produksi dan kegiatan artistik, tentu saja atas kesepakatan bersama dengan tim
artistik.
9. Mengadakan evaluasi terhadap pekerjaan produksi yang sudah dicapai sebelum
pelaksanaan pementasan berlangsung dan sesudah pementasan.
39
39

ISTILAH-ISTILAH DALAM TEATER


Adegan : Bagian dari babak yang menggambarkan satu suasana dari beberapa suasana dalam
babak
Additive Mixing : Pencampuran warna pada objek yang disinari dari dua atau lebih lampu
yang berbeda
Akting : Tingkah laku yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang
dimainkan
Aktor : orang yang melakukan akting
Amphiteater : Panggung pertunjukan jaman Yunani Kuno
Amplifikasi : Penguatan energi listrik setelah melalui rangkaian elektronik
Apron : Daerah yang terletak di depan layar atau persis di depan bingkai proscenium
Arena : Salah satu bentuk panggung yang tidak dibatasi oleh konvensi empat dinding
imajiner
Artikulasi : Hubungan antara apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakanya, dan
dipengaruhi oleh penguasaan organ produksi suara
Aside : Dialog menyamping, atau suara hati dan pikiran tokoh
Atmosfir : Isitlah teater untuk menyebutkan suasana atau kondisi lingkungan
Audibility : Segala sesuatu yang berkaitan dengan pendengaran
Auditorium : Ruang tempat duduk penonton dalam panggung proscenium
Backdrop : Layar paling belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-naikkan dan
membentuk latar belakang panggung
Bahasa tubuh : Bahasa yang ditimbulkan oleh isyarat-isyarat dan ekspresi tubuh
Bar : Pipa bisa yang digunakan sebagai baris untuk pemasangan lampu
Barndoor : Sirip empat sisi yang diletakkan pada lampu dan digunakan untuk mebatasi lebar
sinar cahaya
Batten : (1) Lampu flood yang dirangkai dalam satu kompartemen (wadah). (2) Perlengkapan
panggung yang dapat digunakan untuk mengaitkan sesuatu dan dapat dipindahpindahkan
Beats : Satu kesatuan arti terkecil dari dialog
Belly to Belly : Dua lensa yang dipasang berhadapan dalam sebuah lampu dan jaraknya bisa
diatur
Bifocal : Lampu Bifocal adalah lampu profile standar yang ditambahi dengan shutter
tambahan
Blocking : Gerak dan perpindahan pemain dari satu area ke area lain di panggung
Boom : Baris lampu yang dipasang secara vertikal
Border : Pembatas yang terbuat dari kain. Dapat dinaikkan dan diturunkan. Fungsinya untuk
memberikan batasan area permainan yang digunakan
40
40

Bracket : Pengait untuk memasang lampu pada boom. Disebut pula sebagai boom arm
Catwalk : Permukaan, papan atau jembatan yang dibuat di atas panggung yang dapat
menghubungkan sisi satu ke sisi lain
Clamp : Klem atau pengait untuk memasang lampu pada bar, disebut juga sebagai C-clamp
atau Hook Clamp
Control Balance : Pengaturan tingkat kekerasan suatu sumber suara terhadap sumber suara
yang lain
Control Desk : Disebut juga Remote Control, alat untuk mengatur tinggi rendahnya intensitas
cahaya dari jarak jauh
Cyc Light : Lampu flood yang dikhususkan untuk menerangi layar belakang (siklorama)
Denotasi : Arti yang sebenarnya sesuai dengan arti yang terdapat dalam kamus
Dialog : Percakapan para pemain.
Diafragma : Sekat yang memisahkan antara rongga dada dan rongga perut
Diffuse : Jenis refleksi cahaya yang memiliki pantulan merata serta panjang sinarnya sama
Diftong : Kombinasi dua huruf vokal dan diucapkan bersamaan
Diksi : Latihan mengeja kata dengan suara keras dan jelas
Dimmer ; Alat pengatur tinggi rendahnya intensitas cahaya
Distorsi : Hasil rekaman suara melebihi standar batas maksimal yang ditentukan
Donut : Pelat metal yang digunakan untuk meningkatkan ketajaman lingkar sinar cahaya
yang dihasilkan oleh lampu spot
Drama : Salah satu jenis lakon serius dan berisi kisah kehidupan manusia yang memiliki
konflik yang rumit dan penuh daya emosi tetapi tidak mengagungkan sifat tragedi
Dramatic Irony : Aksi seorang tokoh yang berkata atau bertindak sesuatu, dimana tanpa
disadari akan menimpa dirinya sendiri
Ekstensi : Menambah besarnya sudut antara dua bagian badan
Eksposisi : Penggambaran awal dari sebuah lakon, berisi tentang perkenalan karakter, dan
masalah yang akan digulirkan
Elastisitas : Tingkat kekenyalan suatu objek sehingga dengan mudah bisa diterapkan atau
digunakan
Ellipsoidal : Jenis reflektor yang memiliki bentuk elips
Emosi : Proses fisik dan psikis yang kompleks yang bisa muncul secara tiba-tiba dan spontan
atau diluar kesadaran
Ephemeral : Sifat pertunjukan yang bermula pada suatu malam dan berakhir pada malam
yang sama
ERS : Elliposoidal Reflector Spotlight. Lampu spot yang menggunakan reflektor berbentuk
elips disebut juga lampu profile atau leko
ERS Axial : Lampu ERS yang bohlamnya dipasang secara horisontal
ERS Radial : Lampu ERS yang bohlamnya dipasang miring 45 derajat
Farce : Seni pertunjukan yang menyerupai dagelan tetapi bukan dagelan yang seperti di
Indonesia
41
41

Filter : Palstik atau mika berwarna untuk mengubah warna lampu


Flashback : Kilas balik peristiwa lampau yang dikisahkan kembali pada saat ini
Flat Karakter : Karakter tokoh yang ditulis oleh penulis lakon secara datar dan biasanya
bersifat hitam putih
Fleksi (flexion) : Membengkokkan suatu sendi untuk mengurangi sudut antara dua bagian
badan
Fleksibelitas : Daya lentur suatu objek / tingkat kelenturan suatu objek
Flies : Disebut juga penutup. Bagian atas rumah panggung yang dapat digunakan untuk
menggantung set dekor serta menangani peralatan tata cahaya
Floodligth : Jenis lampu yang sinar cahayanya menyebar serta tidak bisa diatur fokusnya
Focal Point : Titik temu (pusat) pendar cahaya
FOH : Front Of House. Bagian depan baris kursi penonton dimana di atasnya terdapat pipa
baris lampu
Fokus : (1) Istilah dalam penyutradaraan untuk menonjolkan adegan atau permainan aktor. (2)
Istilah tata cahaya untuk area yang disinari cahaya dengan tepat dan jelas Follow Spot ; Jenis
lampu spot yang dapat dikendalikan secara manual untuk mengikuti arah gerak pemain
Fore Shadowing : Bayang-bayang yang mendahului sebuah peristiwa yang sesungguhnya itu
terjadi
Foyer : Ruang tunggu penonton sebelum pertunjukan dimulai atau saat istirahat Frequency
Respon : Kemampuan dalam menangkap frekuensi pada batas maksimum dan minimum
Fresnel : (1) Lensa yang mukanya bergerigi. (2) Jenis lampu yang menggunakan lensa
bergerigi
Gesture : sikap tubuh yang memiliki makna, bisa juga diartikan dengan gerak tubuh sebagai
isyarat
Gestus : Aksi atau ucapan tokoh utama yang beritikad tentang sesuatu persoalan yang
menimbulkan pertentangan atau konflik antar tokoh
Gimmick : Adegan awal dari sebuah lakon yang berfungsi sebagai pemikat minat penonton
untuk menyaksikan kelanjutan dari lakon tersebut
Globe : Panggung yang tempat duduk penontonnya berkeliling, digunakan dalam pementasan
teater jaman Elizabeth di Inggris
Gobo : Pelat metal yang dicetak membentuk pola atau motif tertentu dan digunakan untuk
membuat lukisan sinar cahaya
Groundrow : Lampu flood yang diletakkan di bawah untuk menerangi aktor atau siklorama
dari bawah
Imajinasi : Proses pembentukan gambaran-gambaran baru dalam pikiran, dimana gambaran
tersebut tidak pernah dialami sebelumnya atau mungkin hanya sedikit yang dialaminya
Improvisasi : Gerakkan dan ucapan yang tidak terencana untuk menghidupkan permainan.
Intonasi : Nada suara (dalam bahasa jawa disebut langgam), irama bicara, atau alunan nada
dalam melafalkan kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak monoton.
Insersio : Kearah mana otot itu berjalan atau arah jalannya otot yang bergerak.

42
42

Irama : Gelombang naik turun, longgar kencangnya gerakkan atau suara yang berjalan
dengan teratur
Iris : Piranti untuk memperbesar atau memperkecil diameter lingkaran sinar cahaya yang
dihasilkan oleh lampu
Jeda : Pemenggalan kalimat dengan maksud untuk memberi tekanan pada kata.
Karakter : Gambaran tokoh peran yang diciptakan oleh penulis lakon melalui keseluruhan
ciri-ciri jiwa dan raga seorang peran
Karakter Teatrikal: Karakter tokoh yang tidak wajar, unik, dan lebih bersifat simbolis.
Kolokasi : Asosiasi kata dengan bahasa yang tidak formal, bahasa percakapan sehari-hari
pada suatu tempat dan masa tertentu.
Komedi : salah satu jenis lakon yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat manusia
dengan cara yang lucu, sehingga para penonton bisa lebih menghayati kenyataan hidupnya
Komedi Stamboel : Pertunjukan teater yang mendapat pengaruh dari Turki dan sangat
populer di Indonesia pada jaman sebelum kemerdekaan
Komunikan : Penerima komunikasi
Komunikator : Penyampai komunikasi
Konflik : Ketegangan yang muncul dalam lakon akibat adanya karakter yang bertentangan,
baik dengan dirinya sendiri maupun yang ada di luar dirinya.
Konotasi : Arti kata yang bukan sebenarnya dan lebih dipengaruhi oleh konteks kata tersebut
dalam kalimat.
Konsentrasi : Kesanggupan atau kemampuan yang diperlukan untuk mengerahkan pikiran
dan kekuatan batin yang ditujukan ke suatu sasaran tertentu sehingga dapat menguasai diri
dengan baik.
Lakon : Penuangan ide cerita penulis menjadi alur cerita yang berisi peristiwa yang saling
mengait dan tokoh atau peran yang terlibat, disebut juga naskah cerita
Lakon Satir : Salah satu jenis lakon yang mengemas kebodohan, perlakuan kejam,
kelemahan seseorang untuk mengecam, mengejek bahkan menertawakan suatu keadaan
dengan maksud membawa sebuah perbaikan
Latar Peristiwa : Peristiwa yang melatari adegan itu terjadi dan bisa juga yang melatari
lakon itu terjadi
Latar Tempat : Tempat yang menjadi latar peristiwa lakon itu terjadi.
Latar Waktu : Waktu yang menjadi latar belakang peristiwa, adegan, dan babak itu terjadi
Level : (1) Istilah pemeranan dan penyutradraan untuk mengatur tinggi rendah pemain. (2)
Isitilah tata suara untuk tingkat ukuran besar kecilnya suara yang terdengar
Lever : Bilah yang dapat dinaikkan dan diturunkan yang terdapat pada control desk
Ligamen : Jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang atau pembungkus sendi.
Melodrama : Salah satu jenis lakon yang isinya mengupas suka duka kehidupan dengan cara
yang menimbulkan rasa haru kepada penonton
Membran : Selaput atau lapisan tipis yang sangat peka terhadap getaran
Metacarpal : Disebut juga dengan metatarsus atau ossa metatarsalia
yaitu tulang pertama dari jari
43
43

Mime : Pertunjukan teater yang menitikberatkan pada seni ekspresi wajah pemain
Mimetic/mimesis : Peniruan atau meniru sesuatu yang ada
Mimik : Ekspresi gerak wajah untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain
Mixed : Jenis refleksi cahaya yang hasilnya bercampur antara relfeksi diffuse dan specular
Monolog : Cakapan panjang seorang aktor yang diucapkan di hadapan aktor lain
Noise : Gangguan suara yang tidak diinginkan dalam memproses suara atau rekaman
Observasi : Kegiatan mengamati yang bertujuan menangkap atau merekam hal apa saja yang
terjadi dalam kehidupan
Orchestra Pit : Tempat para musisi orkestra bermain
Origio : Tempat otot timbul atau tempat asal otot yang terkuat
Pageant : Panggung kereta abad Pertengahan yang digunakan untuk mementaskan teater
secara berkeliling
Panoramic : Kesan suara yang terdengar pada telinga kiri atau telinga kanan
Pantomimik : Ekspresi gerak tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain
PAR : Parabolic Aluminized Reflector. Lampu yang menggunkan reflektor parabola terangkai
dalam satu unit dengan lensanya
Parafrase : Latihan untuk menyatakan kembali arti dialog dengan menggunakan kata-kata
kita sendiri, dengan tujuan untuk membuat jelas dialog tersebut
PC : (1) Planno Convex, jenis lensa yang permukaannya halus. (2) Jenis lampu yang
menggunakan lensa tunggal baik lensa Planno Convex atau Pebble Convex
Pebble Convex : Jenis lensa yang mukanya halus tapi bagian belakangnya bergerigi
Pemanasan : Serial dari latihan gerakan tubuh dimaksudkan untuk meningkatkan sirkulasi
dan meregangkan otot dengan cara progresif (bertahap).
Pemeran : Seorang seniman yang menciptakan peran yang digariskan oleh penulis naskah,
sutradara, dan dirinya sendiri.
Penonton : Orang yang hadir untuk menyaksikan pertunjukan teater
Pernafasan : Peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh
serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida
Pita magnetic : Pita plastic yang dilapisi oleh serbuk magnet yang digunakan untuk
menyimpan getaran listrik
Planno Convex : Jenis lensa (lih. PC)
Plot : Biasa disebut dengan alur adalah kontruksi atau bagan atau skema atau pola dari
peristiwa-peristiwa dalam lakon, puisi atau prosa dan selanjutnya bentuk peristiwa dan
perwatakan itu menyebabkan pembaca atau penonton tegang dan ingin tahu
Polarity : Kemampuan maksimum dalam menangkap sumber suara
Practical : Lampu sehari-hari atau lampu rumahan yang digunakan di atas panggung
Preset : Pengaturan intensitas cahaya pada control desk disaat lampu dalam keadaan mati
(tidak dinyalakan)
Profile : Jenis lampu spot yang dapat ukuran dan bentuk sinarnya dapat disesuaikan

44
44

Properti : Benda atau pakaian yang digunakan untuk mendukung dan menguatkan akting
pemeran.
Protagonis : Peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita
Proscenium : Bentuk panggung berbingkai
Proscenium Arc : Lengkung atau bingkai proscenium
Resonansi : Bergema atau bergaung
Rias Fantasi : Tata rias yang diterapkan untuk menggambarkan sifat atau karakter yang
imajinatif
Rias Karakter : Tata rias yang diterapkan untuk menegaskan gambaran karakter tokoh peran
Rias Korektif : Tata rias yang diterapkan untuk memperbaiki kekurangan sehingga pemain
nampak cantik
Ritme : Tempo atau cepat lambatnya dialog akibat variasi penekanan kata-kata yang penting.
Round Karakter : Karakter tokoh dalam lakon yang mengalami perubahan dan
perkembangan baik secara kepribadian maupun status sosialnya
Scoop ; Jenis lampu flood yang menggunakan reflektor ellipsoidal
Sendi : Hubugan yang terbentuk antara dua tulang.
Sendratari : Pertunjukan drama yang di tarikan atau gabungan seni drama dan seni tari
Side Wing : Bagian kanan dan kiri panggung yang tersem bunyi dari penonton, biasanya
digunakan para aktor menunggu giliran sesaat sebelum tampil
Skeneri : Dekorasi yang mendukung dan menguatkan suasana permainan
Skenario : Susunan lakon yang diperagakan oleh pemeran
Soliloki : Cakapan panjang aktor yang diucapkan seorang diri dan kepada diri sendiri
Specular ; Jenis refleksi yang memantulkan cahaya seperti aslinya (efek cermin)
Snoot : Disebut juga Top Hat, piranti yang digunakan untuk mengurangi tumpahan cahaya
Spherical : Jenis reflektor yang memiliki bentuk setengah lingkaran
Spread : Jensi refleksi cahaya yang mengenai objek dengan intensitas lebih tinggi garis
cahayanya akan memendar dan direfleksikan lebih panjang dari yang lain
Stand : Pipa untuk memasang lampu yang dapat berdiri sendiri
Struktur Dramatik : Rangkaian alur cerita yang saling bersinambung dari awal cerita sampai
akhir.
Suara Nasal : Suara yang dihasilkan oleh rongga hidung karena udara beresonansi.
Suara Oral : Suara yang dihasilkan oleh mulut Subtractive Mixing: Pencampuran warna
cahaya yang dihasilkan dari dua filter berbeda
Surprise : Peristiwa yang terjadi diluar dugaan penonton sebelumnya dan memancing
perasaan dan pikiran penonton agar menimbulkan dugaan-dugaan yang tidak pasti.
Sutradara : Orang yang mengatur dan memimpin dalam sebuah permainan.
Teknik Muncul : Suatu teknik seorang pemeran dalam memainkan peran untuk pertama kali
memasuki sebuah pentas lakon.
Teknik Timing : Teknik ketepatan waktu antara aksi tubuh dan aksi ucapan atau ketepatan
antara gerak tubuh dengan dialog yang diucapkan.
45
45

Tema : Ide dasar, gagasan atau pesan yang ada dalam naskah lakon dan ini menentukan arah
jalannya cerita.
Tempo : Cepat lambatnya suatu ucapan yang kita lakukan
Thrust : Bentuk panggung yang sepertiga bagiannya menjorok ke depan
Timbre : Warna suara yang memberi kesan pada kata-kata yang kita ucapkan
Tirai Besi : Satu tirai khsusus yang dibuat dari logam untuk memisahkan bagian panggung
dan kursi penonton. Digunakan bila terjadi kebakaran di atas panggung, tirai ini diturunkan
sehingga api tidak menjalar keluar dan penonton bisa segera dievakuasi.
Tragedi : Salah satu jenis lakon yang meniru sebuah aksi yang sempurna dari seorang tokoh
besar dengan menggunakan bahasa yang menyenangkan supaya para penonton merasa belas
kasihan dan ngeri sehingga penonton mengalami pencucian jiwa atau mencapai katarsis
Trapezium : Tulang yang ada pada antara pergelangan tangan dan ibu jari tangan
Trap Jungkit : Area permainan atau panggung yang biasanya bisa dibuka dan ditutup untuk
keluar-masuk pemain dari bawah panggung.
Wicara : Cara kita berbicara dan cara mengucapkan sebuah dialog dalam naskah lakon
Under : (tata suara) Hasil rekaman suara yang sangat lemah
SUMBER PUSTAKA

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

N. Riantiarno, 2011. Kitab Teater.


RMA Harymawan. 1993. Dramaturgi
Rendra, 1976. Tentang Bermain Drama
Herman J. Waluyo. 2001. Drama, Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita.
Suyatna Anirun. 1998. Menjadi Aktor. Bandung: Studiklub Teater Bandung.
Santosa, Eko dkk, 2008, Seni Teater Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Suyatna Anirun. 2000. Menjadi Sutradara. Bandung: Studiklub Teater Bandung
Pramana Padmodarmoyo. 1998. Tata Teknis Pentas. Jakarta: balai pustaka
Robert W. Carrigan. 1979. The Word Of The Teater. USA: Scott, Foreman and camp.
Nyoman Tusthi Eddy. 1991. Kamus Istilah Sastra Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.
Martin Esslin. 1979. An Anatomy Of Drama. New York: Hill and Wang.
Bakdi Soemanto. 2001. Jagat Teater. Yogyakarta: Media Pessindo.
Tommy F. Awuy. 1999. Teater Indonesia: Konsep, Sejarah, Problema. Jakarta: DKI
Studiklub Teater Bandung. 1983. Bagi Masa depan Teater Indonesia. Bandung: PT. Granesia
Iswadi Pratama, dkk. 2010. Teater Asyik, Asyik Teater. Lampung: Teater Satu.
Herry Dim. 2011. Badingkut, di antara tiga jalan teater. Jakarta: DSP Kementrian Kebudayaan dan
Pariwisata RI.
Jakob Sumardjo. 1992. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Putu Wijaya, 2007
Ricard Boleslavky, 1994
N Riantiarno, 2005
Stanislavski, 1992

46
46

You might also like