You are on page 1of 15

Definisi

Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin). Keadaan ini dapat ditemukan sebagai
bagian dari suatu proses sistemik atau merupakan suatu proses tunggal pada labirin saja. 1

Labirinitis adalah radang pada telinga dalam (labirin). Labirinitis yang mengenai seluruh
bagian labirin, disebut labirinitis umum atau difus dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf
yang berat, sedangkan labirinitis yang terbatas atau labirinitis sirkumskripta menyebabkan
terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.

Etiologi
Cytomegalovirus
Mumps virus
Rubella virus
Parainfluenza virus
Influenza virus
Adenovirus
Varicella-zooster virus
Herpes simplex virus 1 S.pneumonia
N.meningitidis
Mycobacteria tuberculosis
Bacteroides species
Proteus species
Moraxella catarrhalis
Streptococus species
Staphylococus species

Klasifikasi
A. Labirinitis Viral
Definisi :

Etiologi:
Virus citomegalo, virus campak, mumps dan rubella (measles, mumps, rubella = MMR),
virus herpes, influenza dan HIV merupakan patogen penyebab pada labirinitis viral.3

Infeksi saluran pernafasan atas, faktor kongenital yaitu infeksi campak dan rubella pada
trimester pertama atau infeksi cytomegalovirus pada kontraksi uterus setelah persalinan yang
menyebabkan kokleolabirinitis. Infeksi virus ini menjalar secara hematogen ke telinga dalam.

Penegakan Diagnosa
Anamnesa
penderita didahului oleh infeksi virus seperti virus influenza, virus mumps,
timbul vertigo, nistagmus kemudian setelah 3-5 hari keluhan ini berkurang
dan penderita normal kembali. Pada labirinitis viral biasanya telinga yang
dikenai unilateral.2,4viral bersifat tidak episodik dan tidak ada gejala gangguan

pendengaran.

Pemeriksaan Klinik

Pemeriksaan Penunjang

Tatalaksana:
Vestibular suppresent ( diazepam)
Komplikasi:

Komplikasi seperti hidrops endolimfatik dan penyakit Menieres.


Prognosis:
Prognosis baik karena biasanya terjadi pada usia muda dan jira terapi yang diberikan
adekuat.Vertigo boleh sembuh dalam jangka masa satu minggu tetapi gangguan
keseimbangan akan tetap bertahan selepas beberapa bulan jika terdapat stress.

B.Labirinitis Bacterial
Labirinitis bacterial yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum
(general), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas
(labirinitis sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.
Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua
bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat
berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif
dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.
Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang,
sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi
kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.
Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan
infeksi dari telinga tengah. Kadang-kadang juga diperlukan drainase nanah dari labirin untuk
mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan
kepada pengobatan otitis media kronik dengan atau tanpa kolesteatoma.

1. Labirinitis Serosa
Labirinitis serosa Difus
Definisi:
Etiologi:
Labirinitis serosa difus sering kali terjadi sekunder dari labirinitis sirkumskripta atau
dapat terjadi primer pada otitis media akut. Masuknya toksin atau bakteri melalui tingkap
lonjong, atau melalui erosi tulang labirin. Infeksi tersebut mencapai end osteum melalui

saluran darah. Diperkirakan penyebab labirinitis serosa yang paling sering adalah absorpsi
produk bakteri di telinga dan mastoid ke dalam labirin.
Patofisiologi :
Bentuk ringan labirinitis serosa selalu terjadi pada operasi telinga dalam, misalnya
pada operasi fenestrasi, terjadi singkat, dan biasanya tidak menyebabkan gangguan
pendengaran.

Penegakan diagnosa
Anamnesa
Gejala dan tanda serangan akut labirinitis serosa difus adalah vertigo spontan dan
nistagmus rotatoar, biasanya ke arah telinga yang sakit. Kadang-kadang disertai mual
dan muntah, ataksia dan tuli saraf.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Kelainan patologiknya seperti inflamasi non purulen labirin. Pemeriksaan histologik
pada potongan labirin menunjukkan infiltrasi seluler awal dengan eksudat serosa atau
serofibrin.
Prognosa
Pada labirinitis serosa ketulian bersifat temporer, biasanya tidak berat, sedangkan
pada labirinitis supuratif terjadi tuli saraf total yang permanen. Bila pada labirinitis serosa
ketulian menjadi berat atau total, maka mungkin telah terjadi perubahan ,menjadi labirinitis
supuratif. Bila pendengaran masih tersisa sedikit disisi yang sakit, berarti tidak terjadi
labirinitis supuratif difus. Ketulian pada labirinitis serosa difus harus dibedakan dengan
ketulian pada penyakit non inflamasi labirin dan saraf ke VIII.

Sehingga prognosis labirinitis serosa baik, dalam arti menyangkut kehidupan dan
kembalinya fungsi labirin secara lengkap. Tetapi tuli saraf tempore yang berat dapat menjad
tuli saraf yang permanen bila tidak diobati dengan baik.
Tatalaksana
Pengobatan pada stadium akut yaitu pasien harus tirah baring (bed rest) total,
diberikan sedatif ringan. Pemberian antibiotika yang tepat dan dosis yang adekuat.
Drainase telinga tengah harus dipertahankan. Pembedahan merupakan indikasi kontra.
Pada staium lanjut OMA, mungkin diperlukan mastoidektomi sederhana (simpel)
untuk mencegah labirinitis serosa. Timpanomastoidektomi diperlukan bila terdapat
kolesteatom dengan fistula.

Labirinitis serosa sirkumskripta


Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Penegakan Diagnosa
Prognosa
Tatalaksana
???????????????????????????????????????????????????????
Labirinitis serosa difus yang terjadi sekunder dan labirinitis sirkumskriota mempunyai gejala
yang serupa tetapi lebih ringan, akibat telah terjadi kompensasi. Tes fistula akan positif
kecuali bila fistulanya tertutup jaringan. Ada riwayat gejala labirinitis sebelumnya, suhu
badab normal atau mendekati normal.

2. Labirinitis supuratif
Labirinitis supuratif akut difus
Definisi :

Etiologi :
Patofisiologi :
Labirinitis supuratif akut difus dapat merupakan kelanjutan dari labirinitis serosa yang
infeksinya masuk melalui tingkap lonjong atau tingkap bulat. Pada banyak kejadian,
labirinitis ini terjadi sekunder dari otits media akut maupun kronik dan mastoiditis.
Pada beberapa kasus abses subdural atau meningitis, infeksi dapat menyebar ke dalam
labirin dengan atau tanpa terkenanya telinga tengah, sehingga terjadi labirinitis
supuratif.
Kelainan patologik terdiri dari infiltrasi labirin oleh sel-sel leukosit polimorfonuklear
dan destruksi struktur jaringan lunak. Sebagian dari tulang labirin nekrosis, dan
terbentuk jaringan granulasi yang dapat menutup bagian tulang yang nekrotik
tersebut. Keadaan ini akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum, paresis fasialis,
dan penyebab infeksi ke intrakranial.
Penegakan Diagnosa
Anamnesa :
Mual, muntah, vertigo dan ataksia dapat berat sekali bila awal dari perjalana labirinitis
supuratif tersebut cepat. Pada bentuk yang perkembangannya lebih lambat, gejala
akan lebih ringan oleh karena kompensasi labirin yang sehat. Terdapat nistagmus
horizontal rotatoar yang komponen cepatnya mengarah ke telinga yang sehat. Dalam
beberapa jam pertama penyakit, sebelum seluruh fungsi labirin rusak, nistagmus dapat
mengarah ke telinga yang sakit. Jika fungsi koklea hancur, akan menyebabkan tuli
saraf total permanen. Suhu badan normal atau mendekati normal, bila terdapat
kenaikan, mungkin disebabkan oleh otitis media atau mastoiditis. Tidak terdapat rasa
nyeri. Bila terdapat, mungkin disebabkan oleh lesi lain, bukan oleh labirinitis.
Selama fase akut, posisi pasien sangat khas. Pasien akan berbaring pada sisi ynag
sehat dan matanya mengarah ke sisi yang sakit, jadi ke arah komponen lambat
nistagmu. Posisi ini akan mengurangi perasaan vertigo.
Pemeriksaan fisik

------------------------------------Pemeriksaan Penunjang
Tes kalori maupun tes rotasi tidak boleh dilakukan selama fase akut, sebab vertigo
akan diperhebat.
Pemeriksaan rontgen telinga tengah. Os mastoid dan os petrosus mungkin
menggambarakan sejumlah kelianan yang tidak berhubungan dengan labirin. Bila
dicurigai terdapat iritasi meningeal, maka harus dilakukan pemeriksaan cairan spinal.
Prognosa
Labirinitis supuratif akut difus tanpa komplikasi, prognosis baik. Dengan antibiotika
yang adekuat komplikasi meningitis dapat sukses diobati, sehingga harus dicoba terapi
medikamentosa dahulu sebelum tindakan operasi. Bila terjadi gejala dan tanda komplikasi
intrakranial yang menetap, walaupun telah diberikan terapi adukuat dengan antibiotika,
drainase labirin akan memberi prognosis lebih baik daripada bila dilakukan tindakan operasi
radikal.

Labirinitis Supuratif Kronik Difus


Definisi
Etiologi

Patofisiologi
Labirinits supurati stadium kronik atau laten dimulai, segera sesudah gejala vestibuler akut
berkurang. Hal ini mulai dari 2-6 minggu sesudah awal periode akut. Kira-kira akhir minggu
ke 10 setelah serangan akut telinga dalam hampir seluruhnya terisi oleh jaringan granulasi.
Beberapa area infeksi tetap ada. Jaringan granulasi secara bertahap berubah menjadi jaringan

ikat dengan permulaan kalsifikasi. Pembentukan tulang baru dapat mengisi penuh ruanganruangan labirin dalam 6 bulan sampai beberapa tahun pada 50 % kasus.

Penegakan Diagnosa
Anamnesa
Terjadi tuli total di sisi yang sakit. Vertigo ringan dan nistagmus spontan biasanya ke
arah telinga yang sehat dapat menetap sampai beberapa bulan atau sampai sisa labirin
yang berfungsi dapat mengkompensasinya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Tes kalori tidak menimbulkan respon di sisi yang sakit dan tes fistula pun negatif,
walaupun terdapat fistula.
Penanatalaksanaan
Terapi lokal harus ditujukan ke-setiap infeksi yang mungkin ada. Drainase bedah atau
eksenterasi labirin tidak di indikasikan, kecuali suatu fokus di labirin atau daerah perilabirin
telah menjalar atau dicurigsi menyebar ke struktur intrakaranial dan tidak memberi respons
terhadapterapi antibiotika. Bila ada indikasi dapat dilakukan mastoidektomi.
Bila dicurigai ada fokus infeksi dilabirin atau di os petrosus, dapat dilakukan drainase
labirin dengan salah satu operasi labirin. Setipa sekuestrum yang lepas harus dibuang, harus
dihindari terjadinya trauma N VII. Bila saraf fasial lumpuh, maka harus dilakukan dengan
kompresi saraf tersebut. Bila dilakukan operasi tulang temporal, maka harus biberikan
antibiotika sebelun dan sesuadah operasi.

Prognosa

C.Labirinitis Toksik
Definisi

Etiologi

Labirinitis toksik dapat disebabkan oleh keracunan zat-zat toksik seperti arsen, zink, kuinin
dan pemakaian obat antibiotik yang ototoksik seperti streptomicin, aminoglikosida, dan
dihydrostreptomicin.
Patofisiologi

Penegakan Diagnosa
Anamnesa
Gejala yang timbul seperti vertigo, tinitus, tuli dan nistagmus.

Pemeriksaan klinis ( Pemeriksaan keseimbangan )


a. Uji Romberg :
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik.
Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya
dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya
pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah
kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan
pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka
maupun pada mata tertutup.
b. Tandem Gait :
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari
kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan
menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger:
Penderita berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada
kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang atau berputar ke arah lesi
dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke

arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun
dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah
lesi.

d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup.Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.
e. Uji Babinsky-Weil :
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima
langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler
unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.
Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau
perifer.
a. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis semisirkularis
lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin

(30C) dan air hangat (44C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap
irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi
sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).Dengan tes ini dapat
ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance ke kiri atau ke
kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah
rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah
jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing
telinga.Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau nervus
vestibulokoklearis, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi
sentral.
b. Uji Dix Hallpike
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan
cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di bawah garis horisontal, kemudian
kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan
hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya
perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode
laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau
menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1
menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam
gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis
secara kuantitatif.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan cairan serebrospinal untuk menegakkan kasus meningitis.
Melakukan kultur dan tes sensitivitas pada cairan telinga tengah untuk
menetukan terapi antibiotik yang tepat .
2. Pemeriksaan CT scan
CT scan lumbalis untuk kasus meningitis.
CT scan juga berguna untuk membantu menyingkirkan mastoiditis sebagai
penyebab potensial.
CT scan os temporal dapat membantu dalam manajemen pasien dengan
cholesteatoma dan labyrinthitis.
CT scan noncontrast untuk memvisualisasikan fibrosis dan kalsifikasi pada
pasien yang menderita labirinitis kronis.

PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies: Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. ECG: Jakarta; 1997. hal: 219-224
2. Efianty A.S,Nurbaiti I,Jenny B,Ratna D.R: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT,Edisi 6:FKUI;2007.hal118-137
3. Gulya AJ. Infections of the labyrinth. In: Bailey BJ, Johnson JT, Pillsbury HC, Tardy ME, Kohut RI, eds. Head and Neck SurgeryOtolaryngology. Vol 2. Philadelphia, Pa: JB Lippincott; 1993 available at https://profreg.medscape.com
(Accessed Augustus 16, 2010.)
4. Woolley AL, Kirk KA, Neumann AM Jr, McWilliams SM, Murray J, Freind D. Risk factors for hearing loss from meningitis in
children: the Children's Hospital experience. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. May 1999.
5. Labyrinthitis: A Medical Dictionary, Bibliography, and Annotated Research Guide to Internet References. San Diego, CA: Icon
Group International, 2004.
6. Schraff SA, Schleiss MR, Brown DK, Meinzen-Derr J, Choi KY, Greinwald JH, et al. Macrophage inflammatory proteins in
cytomegalovirus-related inner ear injury. Otolaryngol Head Neck Surg. Oct 2007.
7. Kuhweide R, Van de Steene V, Vlaminck S, Casselman JW. Ramsay Hunt syndrome: pathophysiology of cochleovestibular
symptoms. J Laryngol Otol. Oct 2002.
8. H.Aboe Amar Joesoef.Neuro-Otologi klinis Vertigo.Surabaya Airlangga University Press; 2002.hal:xxiv-xxvi.
9. Jang CH, Park SY, Wang PC. A case of tympanogenic labyrinthitis complicated by acute otitis media. Yonsei Med J. Feb 28 2005
available at http://emedicine.medscape.com(Accessed Augustus 16, 2010.)

You might also like