You are on page 1of 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. DEFENISI KELUARGA
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi
satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya.
B. STRUKTUR KELUARGA
Struktur keluarga terdiri atas:
1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
2.

beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ayah.
Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan

ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dari istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
5.

suami.
Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri.
Ciri-ciri struktur keluarga:

1.

Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

2.

keluarga.
Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas

3.

masing-masing.
Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur
keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan
norma keluarga, dan kekuatan keluarga.
1. Struktur komunikasi keluarga.
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional,
komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional
memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan
perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga.
Pada komunikasi verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang
diinginkan melalui kata-kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti
gerakan tubuh. Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua
arah dalam keluarga, misalnya pada saat istri marah pada suami, maka suami
akan mengklarifikasi kepada istri apa yang membuat istri marah.
2. Struktur peran keluarga.
Peran masing masing anggaota keluarga baik secara formal maupun informal,
model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
3. Struktur nilai dan norma keluarga.
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau
bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia,
berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai yang dianut
masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan
prilaku motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan.
Nilai memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto,

2012, dikutip dari Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan
kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga
dalam satu budaya. Nilai keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola prilaku
yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
4. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah
kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk
mengontrol seperti

orang tua terhadap anak (legitimate power/outhority),

seseorang yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-lain (resource or
expert power), pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima
(reward power), pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive
power), pengaruh yang dilalui dengan persuasi (informational power),
pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya
hubungan seksual (affective power).
C.

5 TUGAS KELUARGA
Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembagalembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitasfasilitas kesehatan yang ada.

D. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya
disepanjang waktu.
Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas perawat
pada setiap tahapan perkembangan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).


Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).
Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).
Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).
Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family).
Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap VIII keluarga usia lanjut

E.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PERAWATAN KESEHATAN


KELUARGA
Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil
keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota
keluarga yang di tuakan, merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan
keluarga.
Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah :
a.

Hak dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga

b.

Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota


keluarga

c. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga


atau anggota keluarga yang bermasalah.
F. FUNGSI KELUARGA
Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004)
1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:

a.

Sandang, Pangan dan papan

b. Hubungan seksual suami istri


c.
2.

Reproduksi atau pengembangan keturunan


Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban
menafkahi keluarganya (istri dan anaknya)

3.

Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau


mediator sosial budaya bagi anak)

4.

Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa


depan dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat
mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang

5. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga


dari

gangguan,

ancaman

atau

kondisi

yang

menimbulkan

ketidaknyamanan (fisik, psikologis) para anggotanya


6.

Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi


kenyamanan,

keceriaan,

kehangatan

dan

penuh

semangat

bagi

anggotanya
7.

Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai


agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI


A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic
90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002: 896).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.
(Smeltzer,2001)
B. ETIOLOGI

Penderita hipertensi bertambah degan bertambahnya usia. (Darmojo,


1999). Penyebab hipertensi diantaranya karena faktor keturunan, ciri dari
perseorangan serta kebiasaan hidup seseorang. Seseorang memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya adalah penderita
hipertensi. Sedangkan ciri perseorangan yang berupa umur, jenis kelamin dan ras
juga mempengaruhi timbulnya hipertensi. Umur yang bertambah menyebabkan
terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi
dibandingkan wanita. Ras kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibanding
dengan orang kulit putih. Kebiasaan hidup seseorang dengan konsumsi garam
tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres atau ketegangan jiwa, kebiasaan
merokok, minum alkohol dan obat-obatan akan memicu terjadinya hipertensi.
(lany, 2001). Dapat dikatakan kebiasaan yang buruk akan memperberat resiko
terjadinya hipertensi.
Pada Usia lanjut, penyebab perubahan tekanan darah adalah karena adanya
aterosklerosis, hilangnya elastisitas pembuluh darah, menurunnya distensi dan
daya regang pembuluh darah. Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi
2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal. Penggunaan
kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Kelelahan , letih
3. Nafas pendek
4. Sakit kepala, pusing
5. Mual, muntah

6. Gemetar
7. Nadi cepat setelah aktivitas
8. Sulit bernafas saat aktivitas
9. Gangguan penglihatan
10. Sering marah
11. Mimisan
12. Kaku pada leher atau bahu

D. PATOFISIOLOGI

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang dilakukan 2 cara yaitu :


1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i.

Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

j.

Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme


l. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.

m. EKG : perbesaran jantung gangguan konduksi (Smeltzer, 2001)


2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama ) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

c. IUP: mengidentifikasikan

penyebab

hipertensi

seperti:

Batu

ginjal,

perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup
Pengurangan asupan garam serta upaya penurunan berat badan merupakan
langkah awal pengobatan hipertensi. Pembatasan asupan garam sampai 60
mmol/hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan. Akan sulit
dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan
mempengaruhi kebiasaan makan pasien secara drastis.
Pada beberapa penyelidikan didapatkan bahwa diet rendah lemak jenuh
dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler. Dengan melakukan aktivitas
fisik yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer sehingga dapat menurunkan
tekanan darah.
Perubahan gaya hidup lain ialah menghindari faktor resiko seperti
merokok, minum alkohol, hiperlipidemia, stres. Merokok dapat meningkatkan
tekanan darah, alkohol diketahui dapat meningkatkan tekanan darah sehingga
menghindari alkohol berarti menghindari kemungkinan mendapat hipertensi.
Relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf
autonom dengan kemungkinan dapat pula menurunkan tekanan darah.
2. Penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensi
Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan
beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan
organ target dan terdapatnya manifetasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor
resiko lain. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi(pria,
perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg
dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg maka perlu dimulai terapi obatobatan.(Smeltzer,2001)
Jenis-jenis obat hipertensi yaitu sebagai berikut :

a.

Diuretik
Cara kerja obat ini yaitu dengan meningkatkan volume air seni dan
pengeluaran Natrium (garam) melalui air seni tersebut. Obat golongan diuretik
yang lazim diberikan adalah tiazid. Efek samping terjadinya penyakit gout dan
kadar gula pada DM sedikit meningkat.

b. Beta Bloker
Bekerja dengan menghambat kerja hormon stres yaitu adrenalin terhadap
jantung dan pembuluh darah. Efek samping rasa lelah dan lesu, kaki lemah dan
tangan (kaki) terasa dingin. Yang termasuk yaitu asebutolol, alprenolol,
propanolol, timolol, pindolol,dll.
c.

Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium bekerja dengan cara mengurangi jumlah kalsium yang
masuk ke sel otot dinding pembuluh darah dan jantung serta mengurangi
ketegangan otot. Berkurangnya tegangan otot ini mengakibatkan tekanan darah
turun. Efek samping adalah sakit kepala, muka merah dan pembengkakan
pergelangan kaki. Golongan obat ini seperti nifedipine, diltiazim, verapamil,
amlodipin, felodipin dan nikardipin.

d.

Penghambat enzim konversi Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme


Inhibitor atauACE Inhibitor)
ACE inhibitor menghambat substansi yang dihasilkan ginjal, yang
bertugas menyempitkan arteri kecil. Efek samping : terjadi penurunan tekanan
darah yang drastis, gangguan pengecap dan batuk yang menggelitik. contoh
losartan, valsartan dan irbesartan.

e.

Vasodilator
Bekerja dengan melebarkan arteri secara langsung. Efek samping dari
vasodilator

sedikit

meningkatkan

denyut

jantung

dan

menyebabkan

pembengkakan pergelangan kaki. Yang temasuk golongan ini adalah doksazosin,


prazosin, hidralazin, minoksidil, diazosid dan sodium nitroprusid.

f.

Golongan penghambat simpatetik


Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak
seperti pada pemerian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti
reserpin dan guanetidine.(Susalit, 2001)

ASUHAN KEPERWATAN PADA KLIEN


DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
HIPERTENSI
A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data, biodata identitas klien dan penanggung jawab
1. Identitas Klien
Dikaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan dan
lain-lain.
2. Identitas penanggung jawab
Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien.
3. Riwayat Kesehatan
a.

Keluhan Utama
(Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat ini)

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


(Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien dibawa ke RS,
ditambah dengan keluhan klien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST)

P : Palitatif /Provokatif
(Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat memperberat dan
menguranginya)

Q : Qualitatif /Quantitatif
(Bagaimana

gejala

dirasakan,

nampak

atau

terdengar,

sejauhmana

merasakannya sekarang)

R : Region
(Dimana gejala terasa, apakah menyebar)

S : Skala
(Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10)

T : Time
(Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah tiba-tiba atau
bertahap)

c.

Riwayat Kesehatan Dahulu


(Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau
memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita klien saat ini. Termasuk
faktor predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh)

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


(Mengidentifikasi apakah di keluarga klien ada riwayat penyakit turunan atau
riwayat penyakit menular)
e.

Pola Aktivitas Sehari-hari


(Membandingkan pola aktifitas keseharian klien antara sebelum sakit dan saat
sakit, untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan pola pemenuhan atau tidak)

4. Pemeriksaan Fisik
(Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik
pemeriksaan yang digunakan Head to Toe yang diawali dengan observasi keadaan
umum klien. Dan menggunakan pedoman 4 langkah yaitu Inspeksi, Palpasi,
Perkusi, Auskultasi)
5. Data Psikologis
(Berisi tentang status emosi klien, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi, dan
konsep diri)
6. Data Sosial
(Berisi hubungan dan pola interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat)
7. Data Spiritual
(Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan
penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah)
8. Data Penunjang
(Berisi tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium yang dijalani
klien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal, dituliskan hanya 3 kali
pemeriksaan terakhir secara berturut-turut. Bila hasilnya fluktuatif, buat
keterangan secara naratif)
9. Program dan Rencana Pengobatan
(Berisi tentang program pengobatan yang sedang dijalani dan yang akan dijalani
oleh klien)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
3. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien
4. Resiko
tinggi
terhadap
penurunan
curah
jantung berhubungan
denganpeningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,
iskemia miokard
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
C. PERENCANAAN
1.

Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Tujuan

: Menghilangkan rasa nyeri

Kriteria hasil

a) Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol.


b) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

1.
2.

3.

4.
5.

Intervensi
Pertahankan tirah baring selama fase akut 1.
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk
menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres
2.
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontraksi
yang dapat meningkatkan sakit kepala,
misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.3.
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
4.
obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.

Rasional
Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan
relaksasi.
Tindakan yang menurunkan tekanan
vaskuler
serebral,
efektif
dalam
menghilangkan
sakit
kepala
dan
komplikasinya.
Aktifitas yang meningkatkan vasokontraksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya
peningkatan vaskuler serebral.
Meminimalkan penggunaan oksigen dan
aktivitas yang berlebihan yang memperberat
kondisi klien.
5.
Analgetik menurunkan nyeri dan
menurunkan rangsangan saraf simpatis.

2.

Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


nutrisi inadekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
a) Klien menunjukkan peningkatan berat badan.
b) Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan
ideal
Intervensi

Rasional

1. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan


1.
lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
2.

terjadinya aterosklerosis, kelebihan masukan

Kaji ulang masukan kalori harian dan garam memperbanyak volume cairan intra
pilihan diet.

3.

Kesalahan kebiasaan makan menunjang

vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih

Dorong klien untuk mempertahankan memperburuk hipertensi.


masukan makanan harian termasuk kapan
2.

Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam

dan dimana makan dilakukan, lingkungan program diit terakhir.


dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.3. Memberikan data dasar tentang keadekuatan
4.

Intruksikan dan bantu memilih makanan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat
yang

tepat,

hindari

makanan

dengan makan,

membantu

untuk

memfokuskan

kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, perhatian pada factor mana pasien telah/dapat
es krim, daging dll) dan kolesterol (daging mengontrol perubahan.
berlemak,

kuning

telur,

produk
4.

kalengan,jeroan).

Menghindari makanan tinggi lemak jenuh


dan kolesterol penting dalam mencegah

5. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.

perkembangan aterogenesis.
5.

Memberikan konseling dan bantuan dengan


memenuhi kebutuhan diet individual.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai


dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas.
Kriteria Hasil :
a) Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan.

b) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.


Intervensi
1.

Rasional

Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas


1. Parameter menunjukan respon fisiologis pasien
dengan menggunakan parameter : frekwensi terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat
nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, pengaruh kelebihan kerja jantung.
catat peningkatan TD, dipsnea,atau nyeri
2.
dada,

kelelahan

berat

dan

kelemahan, untuk

berkeringat, pusing atau pingsan.


2.

Stabilitas fisiologis pada istirahat penting

Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas


3.

Konsumsi

stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian jumlah


pada aktivitas dan perawatan diri.
Dorong

memajukan

perawatan diri.
4.

tingkat

aktivitas

individual.

contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD berbagai

3.

memajukan
oksigen

aktivitas
oksigen

miokardia

dapat
yang

selama

meningkatkan

ada.

Kemajuan

aktivitas bertahap mencegah peningkatan

aktivitas/toleransi tiba-tiba pada kerja jantung.


4.

Teknik penghematan energi menurunkan

Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan penggunaan energi dan sehingga membantu
anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya. 5.

5.

Jadwal meningkatkan toleransi terhadap

Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam kemajuan


memilih periode aktivitas.

aktivitas

dan

kelemahan.

DAFTAR PUSTAKA
Bare&Smeltzer, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2,
Jakarta, EGC
Mansjoer, A, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta, Media
Aesculapius FKUI

mencegah

Ridwan, M 2009. Mengenal,Mencegah,Mengatasi Silent Killer Hipertensi, Semarang,


Pustaka Widyamara.
Read
more:
http://putrakietha.blogspot.com/2014/02/laporan-pendahuluanhipertensi.html#ixzz3VJikUhbj

Tugas Individu Kep. Keluarga

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

Oleh :
Nama

: Muh. Arief Falaq

NIM

: 70300111044

Jurusan

: Keperawatan A2

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2015.

Tugas Individu Kep. Keluarga

PENGKAJIAN KELUARGA

Oleh :
Muh. Arief Falaq
70300111044
Keperawatan A2

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2015.

You might also like