You are on page 1of 19

PAPER ILMU PENYAKIT MATA

PRESBIOPIA
Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
Ilmu Penyakit Mata

Pembimbing :
dr. Jusni, Sp. M

Disusun Oleh :
Nadiya Sinaga
08310211

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
UPT. KESEHATAN INDRA MASYARAKAT (BKIM)
PROVINSI SUMATRA UTARA
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
2014
1

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan paper ini yang berjudul :
PRESBIOPIA sebagai tugas mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Ilmu Penyakit
Mata di UPT. Kesehatan Indra Masyarakat Kota Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Jusni,Sp. M
atas segala bimbingan dan arahan sehingga paper ini dapat terselesaikan dengan baik.
Paper ini tidaklah sempurna, untuk itu penulis berharap saran dan kritikan yang
membangun untuk penyempurnaan paper ini. Semoga paper ini bermanfaat khususnya bagi
civitas akademika kedokteran
Medan, November 2014
Penulis

Nadiya Sinaga

i
1

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................
Daftar Isi .............................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN .........................................................................

i
ii
1

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


A. ANATOMI BOLA MATA .........................................................
1. Kornea....................................................................................
2. Uvea ......................................................................................
3. Pupil.......................................................................................
4. Sudut Bilik Mata Depan.........................................................
5. Lensa Mata ............................................................................
6. Badan Kaca ...........................................................................
7. Retina ....................................................................................
8. Saraf Optik ............................................................................
9. Sklera .....................................................................................
B. PRESBIOPIA ............................................................................
1.
Definisi Presbiopia..............................................
2.
Epidemiologi Presbiopia.....................................

2
3
3
4
4
5
5
5
6
6
7
7
7

3.

Etiologi Presbiopia .............................................

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
BAB III : KESIMPULAN
Daftar Pustaka

Patofisiologi Presbiopia .....................................


Faktor Resiko Presbiopia ...................................
Klasifikasi Presbiopia .........................................
Gejala Presbiopia ...............................................
Diagnosa Presbiopia ...........................................
Penatalaksanaan Presbiopia ...............................
Prognosis Presbiopia ..........................................
...............................................................................

7
8
9
10
11
12
13
15

1
ii I
BAB

PENDAHULUAN

Seseorang mungkin memiliki penglihatan normal, mendekati normal, dan ada yang
mengalami penurunan penglihatan yang sedang hingga berat. Semua pasien berpenglihatan
kurang memiliki penglihatan yang berfungsi hingga derajat tertentu walaupun penurunan
penglihatannya mungkin bermakna. Di Amerika serikat, lebih dari 6 juta orang mengalami
gangguan penglihatan. Lebih dari 75% pasien yang berobat berusia 65 tahun atau lebih.1
Presbiopia merupakan hasil dari penurunan bertahap yang merupakan penyesuaian
diri terhadap usia dan dapat mempunyai beberapa efek pada kualitas penglihatan dan kualitas
hidup. Satu kasus presbiopi tanpa koreksi optik menghasilkan ketidakmampuan untuk
melakukan sekali usaha melihat dekat pada suatu jarak tanpa mengalami gejala-gejala
penglihatan. Presbiopi diartikan menjadi Kegagalan penglihatan yang tidak dapat diubah,
serta merupakan perubahan yang tidak dapat dijelaskan dan menjadi syok psikologis.2
Ketika amplitudo akomodasi berkurang, jangkauan pandangan yang jelas mungkin
menjadi tidak cukup untuk melakukan tugas yang biasa dilakuan pasien. Efek dari proses ini
berbeda beda pada setiap orang. Mereka yang sering menuntut untuk melakukan
penglihatan dekat kemungkinan untuk memiliki banyak kesulitan. Karena kebutuhan untuk
membaca di jarak dekat dan jarak menengah sangat penting di semua masyarakat.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI BOLA MATA


Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata
dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :
a) Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata,
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
b) Jaringan uvea merupakan jaringan vascular. Terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid.
Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar
masuk kedalam bola mata. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk
lensa untuk kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos
humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas
kornea dan sclera.
c) Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai
susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang
akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optic dan diteruskan ke otak.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang
hanya menempel papil saraf optik, macula dan pars plana.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuator nya pada
badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau
melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan didaerah macula lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata yaitu : otot oblik inferior, otot oblik
superior, otot rektus inferior, otot rektus lateral, otot rektus medius, otot rektus superior.3

1. Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan dan terdiri atas lapis :
a). Epitel
b). Membran bowman
c). Stroma
d). Membran descement
e). Endotel
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakorois, masuk
kedalam stroma kornea, menembus membrane bowman melepasan selubung
schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada
akhir saraf.
2. Uvea
Lapis vaskular didalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan
koroid. Perdarahan uvea dibedakan antar bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah
arteri siliar posterior longus dan 7 buah arteri siliar anterior. Uvea posterior mendapat
perdarahan dari 15-20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera disekitar
tempat masuk saraf optik.

31

Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata
dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar saraf
dibagian posterior yaitu :
a) Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut
sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar.
b) Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf
simpatis yang melingkari arteri karotis, mempersarafi uvea dan untuk dilatasi
pupil.
c) akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk
mengecilkan pupil.
Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar
kedalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk fungsi simpatis
(midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Badan siliar merupakan susunan otot
melingkar dan mempunyai system ekskresi di belakang limbus.
Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi akan
mengakibatkan mengendornya zonula Zinn sehingga terjadi pencembungan lensa.
3. Pupil
Pupil anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Orang
dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang
dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pupil waktu tidur kecil, hal ini diakibatkan
oleh:
-

Berkurangnya rangsangan simpatis


Kurang rangsangan hambatan miosis
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencagah aberasi kromatis pada akomodasi

dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan.
4. Sudut Bilik Mata Depan
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dangen pangkal iris.
Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan
pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola
mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma.
5. Lensa Mata

4
1

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam
mata dan bersifat bening. Terletak dibelakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya
berbentuk seperti cakram, yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya
akomodasi. Berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata
belakang.
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk
nukleus lensa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan
disebut sebagai korteks lensa. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras di
banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula
Zinn yang ,menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
o Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung
o Jernih atau transparan karena diperluka sebagai media penglihatan
o Terletak ditempatnya
6. Badan Kaca
Merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa
dengan retina. Badan kaca memiliki fungsi mempertahankan bola mata agar tetap bulat.
Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Melekat pada
bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora
serata, pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak
terdapatnya pembuluh darah dan sel.

7. Retina
Mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Berbatasan dengan
koroid dan sel pigmen epitel retina, terdiri atas lapisan :
a) Lapisan fotoreseptorm, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel
batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
b) Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi
5
1

c) Lapis nucleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan
batang
d) Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
e) Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan
sel muller
f) Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular dan tempat sinaps
sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion
g) Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron
kedua
h) Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke
arah saraf optik.
i) Membran limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina
dan badan kaca
Warna retina biasanya jingga. Pembuluh darah di dalam retina merupakan
cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf yang akan
memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang
mendapat nutrisi dari koroid.

8. Saraf Optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis
serabut saraf, yaitu ; saraf penglihatan dan serabut pupilmotor.
9. Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai
kornea.
Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai
kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Walaupun
sklera kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusi trauma tumpul.3
B. PRESBIOPIA
1. Definisi Presbiopia

Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia.2


Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan pada
semua orang disebut presbiopia. Seseorang dengan mata emetrop (tanpa kesalahan
refraksi) akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau
membedakan benda-benda kecil yang terletak berdekatan pada usia sekitar 44-46
tahun.1 Gagal penglihatan dekat akibat usia, berhubungan dengan penurunan
amplitudo akomodasi atau peningkatan punctum proximum.4
2. Epidemiologi Presbiopia
Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup
yang tinggi. Karena presbiopi berhubungan dengan usia, prevalensinya berhubungan
langsung dengan orang-orang lanjut usia dalam populasinya.
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopia karena onsetnya
yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopia terjadi pada usia 42
hingga 44 tahun. Studi di Amerika pada tahun 2006 menunjukkan 112 juta orang di
Amerika mempunyai kelainan presbiopia.2
3. Etiologi Presbiopia
Yang menjadi etiologi presbiopia adalah
-

Kelemahan otot akomodasi


Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.3

4. Patofisiologi Presbiopia
Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan ( refraksi ) ketika melalui kornea dan
struktur-struktur lain dari mata ( kornea, humor aqueus, lensa, humor vitreus ) yang
mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina.
Mata mengatur ( akomodasi ) sedemikian rupa ketika melihat objek yang
jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat
memerlukan kontraksi dari cilliary body, yang bisa memendekkan jarak antara kedua
7 ligament pada lensa. Lensa menjadi lebih
sisi cilliary body yang diikuti relaksasi

cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina.

Pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi
atau lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya, menyebabkan kurang bisa
mengubah bentuk lensa untuk memfokuskan mata saat melihat. Akibat gangguan
tersebut bayangan jatuh di belakang retina. Karena daya akomodasi berkurang, maka
titik dekat mata makin menjauh.
Akomodasi suatu proses aktif yang memerlukan usaha otot, sehingga dapat
lelah. Jelas musculus cilliary salah satu otot yang terlazim digunakan dalam tubuh.
Derajat kelengkungan lens yang dapat ditingkatkan jelas terbatas dan sinar cahaya
dari suatu objek yang sangat dekat individu tak dapat dibawa ke suatu focus di atas
retina, bahkan dengan usaha terbesar. Titik terdekat dengan mata, tempat suatu objek
dapat dibawa ke fokus jelas dengan akomodasi dinamai titik dekat penglihatan. Titik
dekat berkurang selama hidup, mula-mula pelan-pelan dan kemudian secara cepat
dengan bertambanya usia, dari sekitar 9 cm pada usia 10 tahun sampai sekitar 83 cm
pada usia 60 tahun. Pengurangan ini terutama karena peningkatan kekerasan lens,
dengan akibat kehilangan akomodasi karena penurunan terus-menerus dalam derajat
kelengkungan lens yang dapat ditingkatkan. Dengan berlalunya waktu, individu
normal mencapai usia 40-45 tahun, biasanya kehilangan akomodasi, telah cukup
menyulitkan individu membaca dan pekerjaan dekat.5

5. Faktor Resiko Presbiopia


Usia merupakan faktor resiko utama penyebab presbiopia. Namun pada
kondisi tertentu dapat terjadi presbiopia prematur sebagai hasil dari faktor-faktor seperti
trauma, penyakit sistemik, penyakit jantung, atau efek samping obat.
-

Usia, terjadi pada atau setelah usia 40 tahun


Hipeporia (Hipermetropia), kerusakan akomodasi tambahan jika tidak di
koreksi
Jenis kelamin, onset awal terjadi pada wanita
Penyakit atau trauma pada mata, kerusakan pada lensa, zonula, atau otot

siliar
Penyakit sistemik : diabetes mellitus, multiple sklerosis, kejadian

kardiovaskular, anemia, Influenza, campak.


Obat-obatan, penurunan akomodasi adalah efeksamping dari obat
8

nonprescription dan prescription (contoh : alkohol, klorprozamin,


-

hidroklorotiazid, antidepresan, antipsikotik, antihistamin, diuretik).


Lain-lain : Kurang gizi, penyakit dekompresi.2
1

6. Klasifikasi Presbiopia
a) Presbiopia insipient
Presbiopia insipient merupakan tahap awal di mana gejala atau temuan
klinis menunjukkan beberapa kondisi efek penglihatan dekat. Pada presbiopia
insipient dibutuhkan usaha ekstra untuk membaca cetakan kecil. Biasanya,
pasien membutuhkan tambahan kacamata atau adisi, tetapi tidak tampak
kelainan bila dilakukan tes dan pasien lebih memilih untuk menolak diberikan
kacamata baca.
b) Presbiopia Fungsional
Ketika dihadapkan dengan amplitude akomodasi yang berangsur
angsur menurun, pasien dewasa akhirnya melaporkan adanya kesulitan melihat
dan akan didapatkan kelainan ketika diperiksa.
c) Presbiopia Absolut
Sebagai akibat dari penurunan akomodasi yang bertahap dan terus
menerus, dimana presbiopi fungsional berkembang menjadi presbiopia absolut.
Presbiopia absolut adalah kondisi di mana sesungguhnya tidak ada sisa
kemampuan akomodatif.
d) Presbiopia Prematur
Pada presbiopia prematur, kemampuan akomodasi penglihatan dekat
menjadi berkurang lebih cepat dari yang diharapkan. Presbiopia ini terjadi dini
pada usia sebelum 40 tahun. Berhubungan dengan lingkungan, gizi, penyakit
atau obat obatan, hipermetropia yang tidak terkoreksi, premature sklerosis dari
cristaline lensa, glaukoma simple kronik.
e) Presbiopia nokturnal

Presbiopia nokturnal adalah kondisi dimana terjadi kesulitan untuk


melihat dekat disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi di cahaya

redup. Peningkatan ukuran pupil, dan penurunan kedalaman menjadi penyebab


berkurangnya jarak penglihatan dekat dalam cahaya redup.2

7. Gejala Presbiopia
Presbiopia terjadi secara bertahap. Penglihatan yang kabur, dan ketidak
mampuan melihat benda benda yang biasanya dapat dilihat pada jarak dekat
merupakan gejala dari presbiopi. Gejala lain yang umumnya terjadi pada presbiopia
adalah :
-

keterlambatan saat memfokuskan pada jarak dekat


mata terasa tidak nyaman, berair, dan sering terasa pedas
sakit kepala
astenopia karena kelelahan pada otot siliar
menyipitkan mata saat membaca
kelelahan atau mengantuk saat membaca dekat
membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.
Kesulitan melihat pada jarak dekat yang biasa dilakukan dan mengubah atau

mempertahankan

fokus

disebabkan

oleh

penurunan

amplitudo

akomodasi.

Penggunaan cahaya terang untuk membaca pada pasien menyebabkan penyempitan


pupil, sehingga peningkatan kedalaman fokus. Kelelahan dan sakit kepala
berhubungan dengan kontraksi otot orbicularis atau bagian dari otot occipitofrontalis,
dan diduga berhubungan dengan ketegangan dan frustrasi atas ketidakmampuan untuk
mempertahankan
jelas penglihatan dekat. Mengantuk dikaitkan dengan upaya fisik dikeluarkan untuk
akomodasi selama beberapa waktu.2,3

8. Diagnosa Presbiopia
10

a). Anamnesa
Anamnesa gejala gejala dan tanda presbiopi. Keluhan pasien terkait
presbiopi dapat bermacam-macam, misalnya pasien merasa hanya mampu
membaca dalam waktu singkat, merasa cetakan huruf yang dibaca kabur atau
ganda, kesulitan membaca tulisan huruf dengan cetakan kualitas rendah, saat

membaca membutuhkan cahaya yang lebih terang atau jarak yang lebih jauh, saat
membaca merasa sakit kepala dan mengantuk.
b). Pemeriksaan Oftamologi
1).

Pemeriksaan Tajam Penglihatan


Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan Kartu Snellen.
Cara :

Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen dengan satu mata

ditutup
Pasien diminta membaca huruf yang tertulis di kartu, mulai dari baris
paling atas ke bawah, dan ditentukan baris terakhir yang masih dapat

dibaca seluruhnya dengan benar.


Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ), maka

dilakukan uji hitung jari dari jarak 6 m.


Jika pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka jarak
dapat dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan

pasien satu meter.


Jika pasien tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari

jarak satu meter.


Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji

dengan arah sinar.


Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka
dikatakan penglihatannya adalah nol (0) atau buta total.

Penilaian :
Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat
membaca seluruh huruf dalam kartu snellen dengan benar.
Bila baris yang dapat dibaca seluruhnya bertanda 30, maka
dikatakan tajam penglihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak
11

6 m yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 m.
Bila dalam uji hitung jari, pasien hanya dapat melihat atau
menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 m, maka
dinyatakan tajam penglihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal
pada jarak 60 m.

Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada


jarak 300 m. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1
meter, berarti tajam penglihatan adalah 1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat melihat
lambaian tangan, maka dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat melihat
adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
2). Pemeriksaan Presbiopia
Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam membaca, dilanjutkan dengan
pemeriksaan presbiopia.
Cara :

Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan koreksi kelainan refraksi


bila terdapat myopia, hipermetropia, atau astigmatisma, sesuai

prosedur di atas.
Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30-40 cm ( jarak

baca).
Diberikan lensa mulai +1 dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca

huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.
Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu.

9. Penatalaksanaan Presbiopia
a). Kacamata
Presbiopia dikoreksi dengan ,menggunakan lensa plus untuk mengatasi
daya fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien presbiopia kacamata atau adisi
diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuaan tertentu :
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun

12

+ 3.0 D untuk usia 60 tahun


Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3.0 dioptri adalah
lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pemeriksaan adisi untuk
membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu

membaca. Pemeriksaan sangat subjektif sehingga angka angka di atas tidak


merupakan angka yang tetap.
Kacamata baca memiliki koreksi-dekat di seluruh aperture kacamata
sehingga kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi membuat benda-benda
jauh menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan ini, dapat digunakan kacamata
yang bagian atasnya terbuka dan tidak terkoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata
bifokus melakukan hal serupa tetapi memungkinkan untuk koreksi kalainan
refraksi yang lain. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh disegmen atas,
penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah.
Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh tetapi dengan
perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.1
b). Pembedahan
Terdapat beberapa teknik bedah untuk mengoreksi presbiopi, namun
keselamatan, keberhasilan dan kepuasan pasien masih belum bisa ditetapkan :
o
o
o
o
o
o

Multifocal intraocular lens implants


Accommodating intraocular lens implants
Small-diameter corneal inlays
Modified corneal surface techniques to create multifocal corneas
Conductive keratoplasty (CK)
Moldable intraocular lens implants (IOLs) to develop pseudophakic
accommodation .2

10. Prognosis Presbiopia


Hampir semua pasien presbiopia dapat berhasil dalam menggunakan salah
satu pilihan penatalaksanaan. Dalam beberapa kasus (misalnya, pasien presbiopia
yang baru menggunakan kacamata, pemakai lensa kontak, pasien yang memiliki
riwayat kesulitan beradaptasi dengan koreksi visual), tambahan kunjungan untuk
13

tindak lanjut mungkin diperlukan. Selama kunjungan tersebut, dokter mata dapat
memberikan anjuran kepada pasien, verifikasi resep lensa dan penyesuaian bingkai.
Kadang-kadang, perubahan dalam desain lensa diperlukan.2

BAB
14III
KESIMPULAN

Presbiopi merupakan gangguan akomodasi yang berhubungan dengan proses


penuaan. Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun akan
1

memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair, dan sering terasa
pedas.
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat kelemahan otot akomodasi
dan lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa
Penatalaksanaan pada pasien presbiopi dapat diberikan kacamata yang berkekuatan :
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun
+ 3.0 D untuk usia 60 tahun
Selain itu pada penderita presbiopia dapat juga dilakukan pembedahan, namun
keselamatan, keberhasilan dan kepuasan pasien masih belum bisa ditetapkan.

15 PUSTAKA
DAFTAR

1. Whitcher JP, Paul RE. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC. 2009;
20:392-393

2. American Academy of Opthalmology. Presbyopia. USA. 2010. Diunduh pada: Mei 23,
2013. Www. Aao.org
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. 1:
3-74
4. Khurana AK. Opthalmologi. New Delhi: New Age International Publishers. 2005. 3: 6065
5. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 1995: 14: 45

You might also like