Professional Documents
Culture Documents
:
.
.
.
.
.
:
.
Di berbagai daerah, teknologi menjadi kebutuhan kehidupan masyarakat
pada umumnya. Hampir seluruh aspek kehidupan berbasiskan teknologi,
khususnya teknologi komunikasi dan informasi. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengajaran yang bisa memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, untuk
mencapai suatu pendekatan baru pada peserta didik yang efektif. Hal ini menjadi
suatu pertimbangan dalam hal pemanfaatan laboratorium bahasa multimedia
sebagai alat bantu untuk memahami materi-materi atau informasi yang akan
disampaikan, agar para peserta didik dapat belajar dengan suasana yang
menyenangkan, dan lebih menarik serta dapat memahami dengan mudah, tepat,
dan cepat.
Media pembelajaran saat ini sudah semakin beragam, mulai dari media
konvensional seperti buku dan alat peraga tradisional sampai dengan media
modern audio visual berupa kaset, film, parabola televisi maupun alat peraga
modern lainnya. Dengan beragam media tersebut, praktik pengajaran dapat
menghadirkan suasana menyenangkan dan mudah dipahami oleh peserta didik.
Kegiatan belajar mengajar tentunya akan lebih efektif dan mudah diterima
oleh peserta didik apabila materi yang disajikan menarik dan menyenangkan.
Salah satu alat bantu media pengajaran adalah laboratorium bahasa karena dapat
diterima oleh semua orang dengan mengabaikan tingkat pendidikan, usia, dan
kecerdasan.
Soeparno (dalam Rosyidi, 2009:26) menjelaskan bahwa media
pembelajaran merupakan perpaduan dari perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software). Dengan kata lain media adalah hardware yang telah
diisi dengan perangkat lunak (software). Oleh karena itu, media sangat membantu
proses pembelajaran, termasuk pengajaran bahasa Arab, agar terwujud tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, melalui bantuan fasilitas-fasilitas yang telah
tersedia.
Seiring dengan perkembangan zaman dan munculnya persaingan global,
setiap orang dituntut untuk menguasai teknologi dan informasi agar bisa
berkomunikasi satu dengan yang lainnya dan bersaing di dalam kehidupannya.
Kehidupan politik, sosial, ekonomi, budaya tidak bisa lepas dari penguasaan
teknologi yang disampaikan melalui bahasa (Supriatna, 2002:1).
Menurut Effendy (2005:113), kegiatan berbicara yang sebenarnya
merupakan kegiatan yang menarik dan ramai dalam kelas bahasa sering kali
terjadi sebaliknya. Kegiatan berbicara menjadi kaku dan akhirnya macet. Ini
terjadi mungkin karena penguasaan kosakata dan pola kalimat oleh siswa masih
sangat terbatas. Namun demikian, kunci keberhasilan tersebut sebenarnya ada
pada guru. Apabila guru dapat secara tepat memilih topik pembicaraan sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa, dan memiliki kreativitas dalam
mengembangkan model-model pengajaran berbicara yang banyak sekali
variasinya, tentu kemacetan tidak akan terjadi.
Ada berbagai macam media yang mewarnai dunia pendidikan dewasa ini,
mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling canggih seiring dengan
perkembangan zaman. Salah satu media yang berkembang saat ini yaitu media
audio (dengar). Media audio adalah segala jenis media yang hanya dapat
dinikmati oleh alat indera pendengar dan mampu menggugah imajenasi para
pendengarnya. Pemanfaatan media (laboratorium bahasa) untuk menunjang
tercapainya penguasaan keterampilan berbahasa dirasa tepat.
Di banyak negara, penggunaan laboratorium bahasa dalam pembelajaran
bahasa asing telah menunjukkan keberhasilan yang cukup mengagumkan.
Sedangkan di Indonesia penggunaan laboratorium bahasa lebih pada sekedar
keyakinan bahwa laboratorium bahasa itu perangkat canggih. Oleh karena itu,
penggunaan laboratorium bahasa diharapkan memberikan hasil yang lebih baik
daripada tidak menggunakan laboratorium bahasa.
Laboratorium bahasa sebenarnya tidak lain adalah suatu perangkat media
pembelajaran seperti media pembelajaran lainnya, bila dimanfaatkan dengan baik
akan dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran, namun apabila kurang
tepat penggunaanya akan mubazir (Setyapranata, 2003:2). Hal ini juga sesuai
dengan apa yang dikatakan Sabariati (1992:21), bahwa keberhasilan dalam
melaksanakan program pendidikan tidak hanya bergantung pada program itu
sendiri atau penyediaan fasilitas lainnya tetapi juga ditentukan oleh bagaimana
fasilitas-fasilitas yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal.
hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Arab diketahuai, bahwa
pelaksanaan pengajaran berbicara di laboratorium bahasa multimedia sering
memperdengarkan materi kepada siswa melalui media yang berupa dialog
sederhana. Setelah siswa mendengarkan dengan seksama kemudian siswa diminta
untuk menirukan, memahami dan melakukan dialog antara guru dan siswa,
maupun siswa antar siswa. Dialog yang diperagakan oleh siswa berjalan dengan
efisien. Hal tersebut karena didukung adanya tempat yang nyaman.
Home Theatre dalam Pengajaran Kemahiran Berbicara
Home Theatre merupakan perangkat keras yang dimiliki SMA Negeri 1
Malang sebagai media pembelajaran. Home theatre adalah tempat atau ruangan
untuk kegiatan acting atau tempat untuk menampilkan suatu pertunjukan. Oleh
karena itu, demi kenyamanan dan kelancaran belajar siswa, maka Home theatre
dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukungnya, seperti adanya
Mic wireless clip on, lampu lighting , kamera studio, LCD, (support zoom dan
rotation). Disamping itu, Home theatre yang ada di SMA Negeri 1 Malang
terkadang juga difungsikan untuk pidato, rapat dewan guru, penyambutan tamu
dan kegiatan-kegiatan yang memerlukan media tersebut.
Di dalam home theatre sering memfungsikan mic wireless clip on sebagai
media pendukung kelancaran pengajaran kemahiran berbicara. Mic wireless clip
on merupakan salah satu alat pengeras suara yang dapat dipergunakan tanpa
adanya kabel. mic wireless clip on di dalam laboratorium bahasa multimedia yang
dimiliki SMA Negeri 1 Malang dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar dan
kegiatan-kegiatan lainnya seperti diskusi, drama, master of ceremony, dan pidato.
Dengan menggunakan mic wireless clip on pengguna akan lebih nyaman dan
bebas bergerak sesuai kebutuhan yang diperlukannya.
Adapun pengajaran yang di laksanakan di home theatre, yaitu: guru
terlebih dahulu menayangkan dan memperdengarkan materi di layar LCD dengan
salah satu tema yaitu: ( kata keterangan tempat). Kemudian guru
meminta siswa untuk memahami dan mengucapkan kembali sebagaimana yang
telah dipelajari bersama. Setelah itu, guru meminta pada masing-masing siswa
secara bergantian untuk memperagakan dan mengucapkan ulang mengenai materi
No
Pengucapan dan Intonasi
Tingkat Responsif
Minat Belajar
1
A : 10
A: 5
A: 8
2
B : 17
B : 22
B : 21
3
C: 2
C: 2
C: 0
4
D: 0
D: 0
D: 0
Keterangan: angka-angka dalam tabel di atas menunjukkan jumlah siswa.
Dengan dua perbandingan hasil tes di atas menunjukkan bahwa tempat dan
suasana berpengaruh pada proses kegiatan belajar mengajar khususnya kemahiran
berbicara.
PEMBAHASAN
Pemanfaatan Laboratorium Bahasa Multimedia dalam Pengajaran
Kemahiran Berbicara
Laboratorium bahasa multimedia digunakan untuk pengajaran bahasa
Arab, termasuk di dalamnya kemahiran berbicara. Untuk pengajaran kemahiran
berbicara sangatlah efektif dan nyaman apabila menggunakan laboratorium
bahasa multimedia tersebut, selain peralatannya lengkap juga didukung oleh
tempat yang kondusif, sehingga kegiatan belajar mengajar terasa tenang dan
nyaman.
Pengajaran kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan
berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa
Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian,
komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran, guru menggunakan media-media
yang telah tersedia, antara lain: pemutaran video, film, televisi dengan tujuan agar
siswa mudah memahami dan mengetahui langsung lahjah (cara bicara orang
Arab) yang digunakan oleh penutur asli. Penggunaan media dalam pengajaran
berbicara sangat membantu siswa untuk kemahian berbicara siswa, karena setelah
mengikuti pelajaran yang diberikan guru, siswa dapat menceritakan kembali,
melakukan dialog dan kegiatan-kegiatan lainnya yang mampu meningkatkan
kemahiran berbicara.
Disamping itu, dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa
kegiatan dalam proses belajar mengajar bahasa Arab berbicara di laboratorium
10
Dengan kelengkapan fasilitas yang ada di home theatre seperti yang telah
dipaparkan di atas dan pada bab sebulumnya, maka kegiatan belajar siswa kelas X
(keterampilan) akan terasa mudah untuk dilakukannya. Adapun aktivitas siswa
kelas X (keterampilan) yang dilaksanakan di home theatre tersebut, yaitu siswa
diberi kesempatan untuk melakukan dialog sederhana dan mengekspresikannya.
Dengan demikian, dapat menghasilkan antusiasme siswa kelas X (keterampilan)
dalam belajar, serta lebih tenang dan nyaman daripada dilaksanakan di kelas.
Namun penggunaan home theatre kurang begitu maksimal untuk
pengajaran kemahiran berbicara kelas X (keterampilan) SMA Negeri 1 Malang,
sebab kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan hanya terfokus pada kegiatan
percakapan antar siswa. Padahal home theatre dapat digunakan untuk latihan
pidato, drama, puisi, atau kegiatan lainnya yang dapat menghasilkan kemahiran
dalam berbicara siswa.
Televisi dan Parabola dalam Pengajaran Kemahiran Berbicara
Sejalan dengan kemajuan teknologi, guru dan siswa kelas X SMA Negeri
1 Malang telah mempergunakan televisi dan parabola sebagai media penunjang
pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar dalam pempergunakan media tersebut,
siswa diharapkan setidaknya mampu untuk mengenali dan menirukan dialeg Arab
(lahjah) yang telah dilakukan oleh penutur asli.
Kehadiran televisi ini dapat membantu meningkatkan kelancaran proses
belajar mengajar pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Malang. Selain itu siswa akan
merasa senang ketika menyaksikan suatu tayangan berbahasa Arab yang disiarkan
langsung dari stasiun televisi Timur tengah. Di samping itu, tingkat pengetahuan
siswa dalam mengenali lahjah (cara bicara orang Arab) dan kecakapan berbicara
juga bertambah.
Meskipun hasil belajar dan antusiasme siswa bertambah dalam pengajaran
kemahiran berbicara, namun kelemahan-kelemahan televisi sebagai media
pengajaran, sama halnya yang terjadi pada film, yakni televisi terlalu menekankan
pentingnya materi daripada proses pengembangan materi tersebut. Kekurangan
lainnya yang begitu mencolok adalah sifat komunikasinya hanya satu arah.
Apabila pembelajaran melalui televisi dilakukan dengan siaran langsung, maka
yang pasti akan terjadi adalah kesulitan terintegrasikannya jadwal siaran
11
12
13
14
15
DAFTAR RUJUKAN
Ainin, Moh. 2001. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Surabaya. Hilal Pustaka.
Aniza. 2005. Pemanfaatan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Istima
(Menyima) Di Jurusan Sastra Arab Universitas Universitas Negeri
Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi.
Jakarta: PT. Rineka.
Effendy, Achmad Fuad. 2005. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang:
Misykat.
Izzan, Ahmad. 2007. Metodologi pembelajaran bahasa Arab. Bandung:
Humaniora.
Renata, Olivia. 2008. Pemanfaatan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran
bahasa Arab (istima) kelas VIII di Mts. An-nur Bululawang Malang.
Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang.
Rosyidi, Abdul Wahab. 2009. Media pembelajaran bahasa Arab. Malang: UIN
Malang Press.
Setyapranata, S. 2003. Laboratorium Bahasa Sebagai Media Pengajaran.
Makalah disajikan dalam penelitian pengelolaan laboratorium bahasa
guru bahasa Inggris SLTA/MTs, proyek peningkatan mutu pendidikan.
Jakarta, Mei-Juni.
16