You are on page 1of 12
SSN: 2338-6800 Jurnal Keperawatan AKPER 17 Korongonyor HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DINI KEKAMBUHAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIAL DI RSUD Dr. MOEWARDI Kurniawati Iswi Utami*, Nanang Sri Mujiono”, Cemy Nur Fitria® ABSTRAK Latachelakang : Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalamipenyempitan arena hiperalthitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan. Data sunjungan pasien dlinstalas!ravat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2010 jumiah penderta ‘asma mencapai 354 pasien, dan di bulan Januai-Desember tahun 2011 didapatkan angka pasien yang dirawat menderita asma sebanyak S40 orang, Data ini menunjukkan ada Peningkatan penderta asma setiap tahunnya di RSUD Dr Moewardi Surakarta, Tuluan + Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pada pasien dengan pencegshan dinikekambuhanasmma bronkhial i RUD Dr, Maewardi Surakarta. Metade : Penelitian In menggunakan metode survei dengan pendekatan kuanttatf, Populas! seluruh pasien asma bronkhial yang drawat di instalas! rayat inap dan rauat jalan RSUD dr Moewardi dengan menggunakan teknikAccidentalsampingdengan jumlah 20 orang sebagai sampel. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup untuk menjaring date tingkat pengetahuan pada pasien dan data pencegahan din) kekambuhan asma bronchial, Analisis datanya menggunakan rumus korelasi non paramettis Spearman's Rank dengan bantuan program statistk SPSS 16.00 for Windows. HaslLPenelitian :Terdapat hubungan yang signiikan antara tingkat pengetahuan dengan pencegahan kekambuhan penderita asma bronkhial di RSUD Or MoewardiSurakarta, dengan hast koefisien korelasi Spearman's Rank sebesar 0,693 dengan angka sig. /probabitas (p) sebesar 0,003, ‘esimpulan : Terdapot hubungan bermakna sebagalberiut: makin ting) skorpengetahuan pasien tentang asma brankhial maka makin balk stor pencegahan din! kekambuhannya. Selain tu diperoich kesimpulan pula bahwa tingkatpengetahuan dan pencegahan dinikekambuhan Penderta asma bronkhial paling banyak mempunyal kategori sedang atau cukup, Kata kun! : pengetahuan, pertaku, asma bronkhia Tahun 2014 Vol. 1 No. 2 Page 105 ISSN: 2338-5800, Pendahuluan Berdasarkan data WHO tahun 2006 (2008), menderita yang dikutip oleh sebanyak 300 juta orang asma dan 225 ribu penderta meninggal Fairawan karena asma di seluruh dunia. Angka kejadian asma 80 persen terjadi di negara berkembang akibat kemiskinan, kurangnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan faslitas pengobatan. Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma diseluruh dunia diperkirakan akan meningkat 20 persen untuk sepuluh tahun mendatang, Jika tidak terkontrol dengan baik. Menurut Umar (2009) yang dikutip Yustin (2003) Pemahaman masyarakat tentang penyakit Akibatnya, pengobatan asma_belum — memadai, berkembang mitos dan yang cara tidak sesuai, semakin anehnya pengobatannya semakin dipercaya masyarakat. ‘Asma merupakan penyakit yang sering diumpai di masyarakat, data asma diperoleh dari Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta yang semakin meningkat di setiap tahunnya mulai dari tahun 2009 mencapai 747 penyandang asma dan pada tahun 2010 mencapai 3060 penyandang asma (Astuti, 2011), Dari latar_belakang tersebut diatas penulis tertark untuk menyusun penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Periiaku Pencegahan Dini Kekambuhan Pada Pasien Asma Bronkhial di RSUD Or. Moewardi 7106 Page Jurnal Keperawatan AKPER 17 Kerengonyar Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Menurut Suharto (2003) pengetahuan sedangkan pengetahuan. adalah sintesa__informasi, informasi adalah analisis Pengetahuan tidak berarti apa-apa jka tidak dimanfaatkan. 2. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni: a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memangeil) memori yang telah ada sebelumnya —_setelah sesuatu, b, Memahami (comprehension) Memahami suatu —obyek mengamati bukan sekedar tahu terhadap objektersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui ©. Aplikasi (application) Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang tekah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengapikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4, Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk — menjabarkan dan atau memisahkan, kemudaian mencari hubungan antara komponen- komponen yang terdapat dalam suatu. masalah atau objek yang diketahul. Tahun 2014, Vol. 1 No. 2 SSN: 2338-6800 €. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan _kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen- komponen pengetahuan yang dimiliki £ Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifkas! atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Perilaku Definisi Perilaku Menurut Skiner (1938) yang dikutip Notoatmodjo(2003), perilakumerupakan respons atau reaksi_seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari uar). 2. Faktor Personal Perilaku Manusia Faktor internal yang berpengaruh dalam — pembentukan _perilaku, dikelompokkan ke dalam faktor biologis dan psikologis. a. Faktor Biologis DNA seseorang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. b. Faktor Sosio Psikologis 1. Sikap Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen ‘sosio-psikologis, Karena merupakan kecenderungan bertindak, dan berpersepsi 2. Emosi Emosi di sini berbeda dengan aspek emosional dalam komponen afektiftersebutdiatas menunjukkan keguncangan organisme yang. Tahun 2014 Vol. 1 No. 2 Jurnal Keperawatan AKPER 17 Korongonyor disertai kesadaran, proses fisiologis yang lain. 3. Kepecayaan Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio- psikologis. Kepercayaan di sini tidak ada hubungannya dengan hal- hal yang gaib, tetapi hanyalah keyakinan oleh —_—gejala-gejala keperiakuan, dan bahwa sesuatu itu benar atau salah 4. Kebiasaan Kebiasaan —adalah_—konsep. perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis, dan tidak direncanakan. merupakan hasil palaziman yang berlangsung dalam waktu yang. lama atau sebagai reaksi khas yang. diulangi berkali-kal Kebiasaan 5. Kemauan Kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha untuk dorongan orang mencapai tujuan Kemauan merupakan hasikeinginan untuk mencapai tujuan yang kuat sehingga mendorong. orang untuk mengorbankan nilal- nilai yang lain. Kemauandipengarubi oleh kecerdasan dan energi yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu Asma Bronkhial 1 Definisi Asma Bronkhial Asma adalah suatu—_keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan arena _hiperaktivtas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara Page 107 ISSN: 2338-5800, (Depkes, 2007) 2. Penyebab Asma faktorpencetus menurut Boediman yang dikutip Sulistyo (2005) antara lain adalah: a. Nlergen makanan Bila terdapat kecurigaan terhadap jenis makanan tertentu sebagai faktor pencetus maka dianjurkan untuk menghindari makanan tersebut. Tetapi apabila makanan tersebut merupakan makanan pokok maka perlu dicarikan pengganti yang mempunyai nila gizi setara b. Alergen inhalan Dari berbagai macam alergen inhalan, debu rumah merupakan alergen yang sering sebagai _pencetus Didalam debu rumah, tungau debu rumah adalah komponen yang sangat asma. potensialdalammenimbulkanserangan . Bahan irtan Secara umum penghindaran terhadap bahan seperti yang ‘merangsang, asap obat nyamuk, asap dapur, obat semprot rambut, asap rokok, bahan-bahan kimia, dan_ ali irtan bau-bau lain harus dilakukan apabila salah satu anggota keluarga menderita asma. 4. Infeksi virus Infeksi virus merupakan salah satu pencetus asma yang potensial. Apabila salah satu anggota keluarga menderita infeksi virus misalnya flu, pemberian kortikosteroid pada penderita asma yang terserang infeksi virus dapat mengurangi timbulnya dan beratnya serangan asma. 108 Page Jurnal Keperawatan AKPER 17 Kerengonyar e. Latihan fisik yang berat latihan fisik yang dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas erat pada penderita asma. Mekanisme menjadi Penting upaya untuk akibat lain mengenai hal ini masih pertentangan mencegah serangan asma latihan fisik tersebut, antara dengan melakukan pemanasan dan pemberian obat sebelum latihan fisik yang berat. Faktor pencetus lain menurut Sudoyo (2006): Obat-obatan aspirin, penyekat beta, ant-inflamasi Lingkungan keria: uap zat kimia. Lain-lain, misalnya haid, kehamilan, sinusitis. 1. Tingkat-tingkat Asma Menurut Tabrani (2010) berdasarkan tingkat kegawatan asma maka asma dapat dibagi menjadi 3 tingkat, yakni non-steroid, a. Asma Bronkiale bronkospasme sifatnya reversible dengan suatu yang latar belakang alergik. b, Status Asmatikus salah satu bentuk kegawatan paru yang disebabkan oleh karena bronkospasme yang _persisten. Banyak definisi yang diberikan kepada status asmatikus, tetapi kebanyakan —- mendefinisikannya sebagai yang sukar disembuhkan dengan obat-obatan asma yang konvensional. c. Asmatikus Emergency (Kedaruratan Asmatikus) Asma yang dapat ~— menyebabkan kematian. 2. Tanda dan Gejala Gambaran Klinis asma klasik adalah Tahun 2014, Vol. 1 No. 2 SSN: 2338-6800 serangan episodik batuk, mengi dan sesak nafas. Pada serangan awal sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada, dan pada asma alerglk mungkin disertai piiek atau bersin. Pada mulanya betuk tanpa disertai dengan sekret, tetapi_pada perkembangan selanjutnya pasien mengeluarkan ssekret baik yang mukoid, putih kadang- kadang purulen, Pada asma alergik, sering hubungan antara pemajanan alergen dengan gejala asma tidak Jelas. Terlebih gejala terhadap faktor pencetus non- alergik seperti asap rokok, asap yang merangsang, infeksi saluran nafas atau perubahan cuaca. Lain hainya dengan ‘asma_akibat_ pekerjaan. Gejala biasanya memburuk pada awal minggu dan membaik menjelang akhir minggu. Pada pasien yang gejalanya tetap_memburuk sepanjang minggu, gejalanya mungkin akan membaik bila pasien dijauhkan dari ingkungan kerianya (Sudoyo, 2006) Gejaia kinis asma_bronkhial adalah meng (Wheezing) disertai dengan tanda-tanda yaitu dermatitis, eksema, gatalgatal, rhinitis alergka, polp serta sensitiitas terhadap aspirin (Mahdi, 2003) 3. Komplikasi Asma Sudoyo (2006), beberapa kompiikasi asma sebagai berkut : a. Pneumotoraks bila memberikan Menurut b. Pneumodiastinum dan emfisema subku! © Atelektasis d. Aspergilosis bronkopulmuner alergike. Gagal nafas Jurnal Keperawatan AKPER 17 Korongonyor e. Bronkhitis g. Fraktur iga 4, Penatalaksanaan Medis Menurut Muttagin (2008), penata laksanaan medis dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Pengobatan Nontarmakologis Penyuluhan ditujukan untuk peningkatan —_pengetahuan kien tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan. f. Menghindari faktor pencetus, Klien perlu dibantu. — mengidentifkasi pencetus serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, yang cukup bagi kien g. Fisioterapi dapat digunakan mempermudah_pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada 2. Pengobatan Farmakologis, a. Agonis betz, metaproterenol(alupent, metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4x semprot, dan jarakantara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit. b. Metixantin, dosis dewasa diberikan 125-200 Golongan metixantin adalah aminoflin dan teofiin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. ©. Kortikosteroid, Jikaagonis_ beta dan metiixantin tidak memberikan respon yang. baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk termasuk intake cairan untuk mg 4x sehari Tahun 2014 Vol. 1 No. 2 Page 109 ISSN: 2338-5800, aerosoldengan dosis 4x semprot tap hari, Pemberian steroid dalam jangka yang lama mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid Jangka lama harus diawasi dengan ketat. é. Kromolin dan (atroven). Kromoin merupakan obat pencegah asma khususnya_ untuk Iprutropium bromide anak-anak. Dosis Iprutropium Bromide diberikan 1-2 kapsul 4x sehari 5, Faktor Ketidakpatuhan Faktor ketidakpatuhan berobat yang menyebabkan —_kekambuhan_menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2004), antara lain ‘a. Faktor Obat Kesultan menggunakan obat inhalasi/ alat bantu, Panduan pengobatan yang tidak menyenangkan, h arga obat mahal, tidak menyukai obat, Apotik jauh/sulit terjangkau b. Faktor di Luar Obat Salah pengertian atau kurang informasi, Takut efek samping, Tidak puas dengan layanan dokter/perawat, Takut terhadap kondisi yang diderita dan pengobatannya, Isu-isu yang beredar di masyarakat, lupa, sikap terhadap sakit dan sehat ¢. Pencegahan Asma Bronkial Pencegahan meliputi_ pencegahan primer yaitu mencegah terpapar dengan bahan yang menyebabkan asma, pencegahan sekunder adalah mencegah yang sudah terpapar untuk tidak berkembang menjadi asma, dan pencegahan tersier adalah mencegah agar tidak terjadi serangan asma pada penderita yang sudah menderita 110 Page Jurnal Keperawatan AKPER 17 Kerengonyar asma (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2004). Faktor pencetus asma antara lain sebagai berkut: Debu rumah, Alergen binatang, Kecoa, Tepung sari bunga dan jamur diuar ruangan, Polusi udara dalam ruangan: Asap rokok (Perokok pasif), Asap kayu/masak, Spray pembersih rumah, Obat nyamuk, Polusi udara diluar ruangan: Asap rokok, Cuaca, Ozon, Gas buang kendaraan bermotor dan factor Pajanan di lingkungan keria Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitati Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat_ menjelaskan hubungan_ kausal pengujan Studi yang dikembangkan peneltian ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan (Riduwan, 2010). Penelitian ini dilakukan dirawat inap dan jalan di dan hipotesis. dalam RSUD Dr. Moewardi. Waktu penelitian mulai tangga 11 Juni - 30 Juni 2012. Populasi dalam peneltian ini adalah seluruh pasien rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta. di bulan Januar:Desember 2011 didapatkan angka pasien yang dirawat menderita asma sebanyak540 orang. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan Sampling Accidental. Kriteria inklusi: Pasienasmabronkhialtingkatringan- sedang, Pasien yang di rawat diruang inap dan rawat jalan, Pasienyang berjeniskelamin lakilaki maupun perempuan, bersedia jadi responden. kriteria eksklusi Pasien yang tidak bersedia menjadi responden, Pasien yang mempunyai penyakit penyerta lain. Tahun 2014, Vol. 1 No. 2 SSN: 2338-6800 Instrumen —Penelitian lat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini me nggunakan kuesioner. Kuesioner disini dapat diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan balk, sudah matang, dimana responden menggunakan —pengukuran dengan Skala Guttman yaitu akan didapat jawaban yang tegas "benar-salah’ dan “yattidak’. Bila responden menjawab pernyataan “benar" maka diberi skor 1 dan "salah" diberi skor 0, sedangkan bila responden menjawab pernyataan “ya” maka diberi skor 1 dan ‘tidak’ diberi skor 2 (Sugiyono, 2009). Hasil penelitian dan Pembahasan Rumah Sakt Umum Daerah br. Moewardi (RSDM) adalah rumah sakit milk Pemerintah Daerah Tingkat 1 Jawa Tengah yang terletak di Daerah Tingkat I Kotamadya Surakarta. dan merupakan rumah sakit kelas A. RSDM juga menjadi rumah sakit pendidikan (teaching hospital) bagi calon dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Program Pendidikan Dokter Spesialis | (PPDS 1). Di samping itu RSDM sebagai rumah sakit rujukan wilayah —Eks Karisedenan Surakarta dan sekitarnya, juga Jawa Timur bagian Barat dan Jawa ‘Tengah bagian Timur. 1. Hasil Penelitian yang telah dilakukan di RSUD Dr. Moewardi tanggal 11. Juni = 30 Juni tahun 2012 dengan jumiah responden yang sebanyak 20 orang yang disajkan dalam bentuk tabel berikut a. Analisis Univariat Karakteristk responden merupakan Jurnal Keperawatan AKPER 17 Korongonyor penjelasan tentang karakter atau citi dari subyek penelitian, Karakteristik responden dalam penelitian initerbagi dalam kategori umur, jenis kelamin, pendidikan. b. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Tabel 41 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur A 1 | cormn | 20 so Total 21000 Sumber: Data Primer Tahun 2012 Berdasarkan diketahui bahwa >60 tahun yaitu sebanyak 10 orang (50%), berusia 40-60 tahun yaitu sebanyak 7 orang (85%), berusia <40 tahun yaitu sebanyak 3 orang (15%). Hal ini berarti paling banyak responden adalah dalam usia lanjut. 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2. _ Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin tabel 4.1 responden berusia Frekuensi No] Jeris Kelamin | Frekuensi | Persentase (%) Lakiokt 2 60.0 2 | Perempuan 8 400 Total 20 10,0 ‘Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2012 Berdasarkan 4.2 diketahui bahwa responden yang mempunyal jenis tabel kelamin lakelaki yaitu sebanyak 12 orang (60%), yang mempunyai jenis perempuan sebanyak 8 orang (40%). kelamin Tahun 2014 Vol. 1 No. 2 Page 111 ISSN: 2338-5800 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 43. Responden Berdasarkan Pendidikan Distribusi Frekuensi No | Pendidikan | frekuensi [Persentase (a) 1 sO 5 25.0 2 SMP ze 40,0 3 | Sua/Sederaat | 6 30.0) 4 Sarjana 2 5,0 tal wm 00 Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2012 43° diketahui bahwa responden dengan pendidikan SMP sebanyak 8 orang (40%). pendidikan (30%), pendidikan SD sebanyak 5 orang (25%) dan pendidikan Sarjana sebanyak 1 orang (5%). 3, Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Asma Bronkhial Tabel4.4 DistribusiFrekuensiResponden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Berdasarkan tabel SMA/Sederajat sebanyak 6 orang Tia | Tngiat Pengerahuan | Fretwensi [Persentase 6) 1 ang ° 00 Sedane, 2 600 3 Tn 2 400 ‘Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2012 Berdasarkan tabel 44 diketahul tingkat pengetahuan pasien sedang sebanyak 12 orang (60%), tingkat pengetahuan pasien tinggi sebanyak 8 orang (40%) dan tidak ada tingkat pengetahuan pasien kurang. 4, Perlaku Pencegahan Dini Kekambuhan ‘Asma Bronkhial bahwa Tabel 45. Perilaku Pencegahan Dini Kekambuhan Asma Bronkhial Responden 112 Page Jurnal Keperawatan AKPER 17 Kerongonyar ‘No [Parlaku Pencegahan] Frekuens! [Persentase (] kekambuhan’ z Kurang, z 100 2 Culp. 1s 65,0 3 Baik 5 25.0 otal i ‘Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2012 Berdasarkantabel4.5 diketahuibahwa responden yang melakukan pencegahan din) kekarmbuhan bronkhial cukup sebanyak 13 orang (65%), yang melakukan pencegahan dini kekambuhan balk sebanyak S orang (25%), dan yang melakukan pencegahan dini kekambuhan kurang sebanyak 2 orang (10%). a. Uji Prasyarat Analisis Metode dikarenakan digunakan berdistribusi parametrk variabel normal. uji normalitas variabel tingkat pengetahuan menghasikan nila p= 0,000. Oleh karena nilai p<0,05 maka data variabel tingkat — pengetahuan dinyatakan berdistribusi tidak normal. Sedangkan uji variabel perliaku pencegahan dini kekambuhan normalitas sma bronkhial menghasilkan nilai p: 0,000. Oleh karena nilai p<0,05 maka data variabel perilaku pencegahan dini kekambuhanasmabronkhialdinyatakan berdistribusi tidak normal. Salah satu atau semua variabel tidak berdistribusi normal maka _metode parametrik tidak dapat dilakukan Sebagai alternative, analisis bivariat_ hubungan kedua variabel peneltian dilakukan dengan metode yaitu dengan menggunakan teknik korelasi non parametrik Spearman's Rank. Tahun 2014, Vol. 1 No. 2 SSN: 2338-6800 b. Analisis Bivariat Peneltian ini menggunakan Spearman's tho untuk mengetahui hubungan —tingkat_—_ pengetahuan dengan perilaku pencegahan dini kekambuhan asma_bronkhial. Hast Spearman's tho dapat dithat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.7. Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Perilaku Pencegahan Dini Kekambuhan Pada Pasien Asma Bronkhial di RSUD OF. Moewardi PPeriaku pencegahan| kekambuhan. Tingkat pengetahuan [+ 0,683 ‘0,002. = 20 ‘Sumber: Data primer diolah tahun 2012 Pengujian korelasi kedua variabel menghasikan Pp sebesar 0,001. Dengan taraf kesalahan 3 % terihat bahwa korelasitermasuk signiikan (p<0,05) nila sehingga diputuskan bahwa H, ditolak atau H, diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifkan antara_tingkat_ pengetahuan dengan periiaku — pencegahan ini kekambuhan pada pasien asa bronkhial di RSUD Dr. Moeward Dari has di atas, diperoleh nial ‘Significancy 0,001 yang menunjukkan bahwa korelasi antara tingkat pengetahuan dengan perlaku pencegahankekambuhan asma_bronkhial adalah bermakna. Niai korelasi Spearman sebesar 0,693, menurut Dahlan (2011) nilai korelasi 0,600-0,799 menunjukkan bahwa mempunyai kekuatan Jurnal Keperawatan AKPER 17 Korongonyor korelasi yang kuat dan arah korelasi positif iniberarti berbanding lurus di mana semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin baikpula periak pencegahan dini kekambuhan pada pasien asma bronkhial. 5, Pembahasan a, Tingkat Pengetahuan Pasien tentang, ‘Asma Bronkhial Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat_pengetahuan_ pasien sedang (60%), tingkat pengetahuan pasien tinggi sebanyak 8 orang (40%) dan tidak ada pasien yang tingkat pengetahuan rendah Asma adalah suatu dimana mengalami penyempitan hiperaktvias, terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan —peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara (Depkes, 2008} Tingkat — pengetahuan mempunyai hubungan terhadaptingkat pendidikan sebanyak 12 orang keadaan saluran_nafas karena responden responden. Berdasarkan peneltian yang telah dilakukan, tingkat pengetahuan tentang asma_bronkial tergolong sedang karena paling banyak tingkat pendidkan responden adalah SMP. Responden mengerti dan memahami bahwa asma bronkial disebabkan oleh terkontaminasinya penderita dengan hathal yang dapat alergl. Debu, perubahan cuaca dan aktiftas yang terlalu berat adalah hal yang paling sering memicu timbulnya serangan asma pada penderita b, PerlakuPencegahan Dinikekambuhan Asma Bronkhial Hasil penelitian menunjukkan bahwa menimbulkan Tahun 2014 Vol. 1 No. 2 Page 113 ISSN: 2338-5800 responden yang mempunyai perilaku kekambuhan asma bronkhial cukup sebanyak 13 orang pencegahan (65%), responden yang mempunyai perilaku pencegahan kekambuhan sma bronkhial balk sebanyak ‘orang (25 9%) Penelitian yang diakukan diketahui bahwa ——perlaku = pencegahan asma_ bronchial cukup. Hal tersebut dikarenakan responden mendapatkan informasi yang jelas_ tentang agar karena mencegah tidak terjadi dihubungkan dengan tingkat pendidikan yang ratarata responden adalah SMP. Padahal penderita asma dapat mencegah timbulnya serangan dengan menghindari hal-hal yang alergi serta dengan aitiftas yang terialu berat serta stress. Jika penderita tidak mampu mengontrol, maka serangan asma akan lebih sering muncul. serangan asma membuat tidak membebani fisik . Hubungan Tingkat_— Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Dini Kekambuhan Pada Pasien Asma Bronkhial Hasil uji dengan analisis Spearman's tho diperoleh nilai p value 0,001 (< 0,05) berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan dini kekambuhan pada pasien asma bronkhial di RSUD Or. Moewardi Pengetahuan yang cukup tentang asma masyarakat bisa menghindariserangan asma. Penggunaan obat asma dapat mengendalikan gangguan —akibat penyakit tersebut (Umar, 2009). 114 Page Jurnal Keperawatan AKPER 17 Kerongonyar Berdasarkan hal peneliti berpendapat bahwa tingkat pengetahuan mempunyai hubungan dengan pencegahan dini kekambuhan asma bronkhial di mana semakin tinggi! tingkat pengetahuan pasien tentang asma_bronkhial maka semakin baik pula melakukan pencegahan ini kekambuhan pada pasien bronkhial, tersebut maka asma Simpulan dan Saran Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari peneitian ini antara lain adalah sebagai berikut, a. Karakteristik pasien asma bronkhial berusia >60 tahun (50%), dengan jenis kelamin terbanyak lak+-aki (60%) dan pendidikan terbanyak adalah SMP (40%), b. Tingkat pengetahuan pasien sedang sebanyak 12 orang (60%), tingkat pengetahuan pasien tinggi sebanyak 8 orang (40%) dan tidak ada tingkat pengetahuan pasien rendah (0%) .Pasien yang mempunyai periaku pencegahan dini kekambuhan asma bronkhial cukup sebanyak 13. orang (65%), pasien yang mempunyai periiaku pencegahan baik sebanyak 5 orang (25%), pasien yang mempunyai pencegahan kurang sebanyak 2 orang (10%). d. Ada hubungan antara _tingkat pengetahuan dengan _perilaku pencegahan dini kekambuhan pada pasien asma bronkhial di RSUD Dr. Meewardi pada bulan Juni tahun 2012 dengan nilaip value (0,001) < level of Tahun 2014, Vol. 1 No. 2 SSN: 2338-6800 Jurnal Keperawatan AKPER 17 Korongonyor significance (0,05) periiaku pencegahan dini_kekambuhan saran asma bronkhial. RSUD Or. Moewardi dapat Tenaga kesehatan yang menangani ™enyusun langkah-langkah selanjutnya penderta asma bronkhial dapat UntUk dapat meningkatkan pengetahuan menegakkan diagnosis yang tepat--‘Pasiennya —terhadap_-—_—pencegahan dan memberikan penatalaksanaan yang _Kekambuhan asma bronkhial. optimal sehinggatercapai_keadaan Hasil_peneltian ini dapat digunakan asma_yang terkontrol. sebagai dasar untuk mengembangkan Peneltian ini diharapkan dapat _Penelitian selanjutnya dengan variabel yang memberikan masukan bagi RSUD or, be*beda sehingga dapat dimanfaatkan Moewardi mengenai hubungan tingkat leh masyarakat. pengetahuan —pasiennya__terhadap DAFTAR PUSTAKA Astuti |. Pengaruh Infra Merah Dan Latihan Nafas Terhadap Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi (APE) pada Penyandang Asma di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat {B8PKM) (diseratasi). Surakarta: Fakultas Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2011. Dahlan, . Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: salemba Medika; 2011. h. 167, 170-5 FalrawanS. Hubunganantara Pengetahuan TentangPenyakit Asma Dengan SikapPenderita dalam Perawatan Asma Pada Pasien Rawat Jalan Dibalai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (88KPM), Surakarta: Fakultas mu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2008. Mahdi, A. Penatalaksanaan penyakit alergi. Jakarta: FKUI; 2003. h. 7, 10, 11. Muttagin, A. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika; 2008. h. 172-173. Notoatmodjo, $. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003. h. 114-5. Notoatmogio, S. llmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta; 2010. h. 12-16. Notoatmodio, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. h, 10-9, 103, 112, 113, 115, 130, 176-9, Tahun 2014 Vol. 1 No. 2 Page 115 ISSN: 2338-5800 Jurnal Keperawatan AKPER 17 Kerongonyar Riduwan. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta; 2010. h. 363. Sarwono, J. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: graham limu; 2006. h. 111, 149. Sudoyo, A dkk. Buku Ajar llmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI; 2008. h. 248-9. Suglyono. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatit dan R & D. Bandung: Alfabeta; 2009. h. 85, 96, 183 Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta; 2010. h. 4, 61 Suharto, $. Faktorfaktor yang berhubungan dengan Kualitas Hidup Anak Asma. ‘Semarang: Universitas Diponegoro; 2005. Tabrani. imu Penyakit Paru. Jakarta: TIM; 2010. h. 377, 382. Yustin |, Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap penderita asma bronchial di wilayah kerja puskesmas padusan kota pariaman. 2009 (Diakses tanggal 4 Mei 2012) Didapat darithttp//55000762-KTI-Abhix-asma. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Rl, 2007. 116 Page Tahun 20174, Vol. 1 No. 2

You might also like