You are on page 1of 18

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS FARMASI


PENETAPAN KADAR PARACETAMOL DALAM TABLET
PATEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

OLEH
FARMASI B2
ASISTEN PENANGGUNGJAWAB
RIZKI AMALIA HASAN

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


JURUSAN FARMASI FIKES
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA GOWA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacammacam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel di antara suatu fase
gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan fase diam yang juga bisa berupa
cairan ataupun suatu padatan. Penemu kromatografi adalah Tswett yang pada
tahun

1903,

mencoba

memisahkan

pigmen-pigmen

dari

daun

dengan

menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO 4). lstilah kromatografi
diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang
bergerak ke bawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga
menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun
Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang menjelaskan tentang
proses kromatografi (Day, R.A. 1999).
Penyelidikan tentang kromatografi kendor untuk beberapa tahun sampai
digunakan suatu teknik dalam bentuk kromatografi padatan cair (LSC). Kemudian
pada akhir tahun 1930 an dan permulaan tahun 1940 an, kromatografi mulai
berkembang. Dasar kromatografi lapisan tipis (TLC) diletakkan pada tahun 1938
oleh Izmailov dan Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun
1958. Hasil karya yang baik sekali dari Martin dan Synge pada tahun 1941 (untuk
ini mereka memenangkan Nobel) tidak hanya mengubah dengan cepat
kromatografi cair tetapi seperangkat umum langkah untuk pengembangan
kromatografi ga s dan kromatografi kertas. Pada tahun 1952 Martin dan James
mempublikasikan makalah pertama mengenai kromatografi gas. Diantara tahun
1952 dan akhir tahun 1960-an kromatografi gas dikembangkan menjadi suatu
teknik analisis yang canggih (Hendayana. 2006).
Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas
berdiameter besar, pada dasarnya di bawah kondisi atmosfer. Waktu analisis lama
dan segala prosedur biasanya sangat membosankan. Pada akhir tahun 196-an,
semakin banyak usaha dilakukan untuk pengembangan kromatografi cair sebagai
suatu teknik mengimbangi kromatografi gas (Hendayana. 2006).

Percobaan ini dilakukan untuk menganalisatau memisahkan kandungan


senyawa yang terdapat dalam tablet. Hubungannya dalam dunia farmasi yaitu
untuk analisi kualitatif dan kuantitatif, di mana kadar suatu zat
aktif dalam suatu sediaan dapat diketahui berdasarkan proses
pemisahannya.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
1. Maksud percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan kadar suatu
senyawa secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).
2. Tujuan percobaan
Menentukan kadar paracetamol dengan menggunakan
metode kromatografi cair kinerja tinggi.
C. Prinsip Percobaan
Penentuan
menghitung

kadar

luas

paracetamol

area

terbesar

membandingkannya dengan kurva baku.

secara
yang

KCKT

dengan

terbaca

dan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
Istilah kromatografi berasal dari kata latin chroma berarti warna
dan graphienberarti menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh
Michael Tswestt (1903) seorang ahli botani Rusia. Michael Tswestt dalam
percobaannya berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam
ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat (CaCO 3).
Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil
pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan. Dari pita-pita
berwarna

tersebut

muncul

istilah

kromatografi

yang

berasal

dari

kata chroma dan graphein (Alimin. 2009).


Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, di mana komponenkomponen yang dipisahkan didistribusikan di antara dua fase, salah satu fase
tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas, yang lainnya
sebagai fluida yang mengalir lembut di sepanjang landasan stasioner. Fase
stasioner bisa berupa padatan maupun cairan, sedangkan fase bergerak bisa berupa
cairan maupun gas (Day, R.A. 1999).
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi
molekul-molekul komponen di antara dua fase (fase gerak dan fase diam) yang
kepolarannya berbeda. Apabila molekul-molekul komponen berinteraksi secara
lemah dengan fase diam maka komponen tersebut akan bergerak lebih cepat
meninggalkan fase diam. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada
daya interaksi komponen-komponen campuran dengan fase diam dan fase gerak.
Apabila dua atau lebih komponen memiliki daya interaksi dengan fase diam atau
fase gerak yang hampir sama maka komponen-komponen tersebut sulit
dipisahkan (Hendayana. 2006).
HPLC adalah bentuk kromatografi kolom yang sering
digunakan

dalam

biokimia

dan

kimia

analitik

yang

memanfaatkan perbedaan jenis fase diam (khususnya rantai


karbon jenuh hidrofobik). Instrumentasi HPLC terdiri dari fase

gerak, pompa, sistem penginjeksian sampel, kolom, detektor dan


rekorder.
1.
Pompa
HPLC adalah bentuk kromatografi kolom yang sering
digunakan

dalam

biokimia

dan

kimia

analitik

yang

memanfaatkan perbedaan jenis fase diam (khususnya rantai


karbon jenuh hidrofobik). Instrumentasi HPLC terdiri dari fase
gerak, pompa, sistem penginjeksian sampel, kolom, detektor dan
rekorder.
Pompa dalam HPLC dapat dianalogikan dengan jantung
pada manusia yang berfungsi untuk mengalirkan fase gerak cair
melalui

kolom

yang

berisi

serbuk

halus.

Sifat-sifat

yang

diperlukan oleh fase gerak adalah:


a. Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk
cuplikan yang akan dianalisis.
b. Zat cair harus murni untuk menghindarkan masuknya kotoran
yang dapat mengganggu interpretasi kromatogram.
c. Zat cair harus jernih untuk menghindari penyumbatan pada
kolom.
d. Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar,
dan tidak beracun.
e. Zat cair tidak kental.
f. Sesuai dengan detektor.
Pompa yang dapat digunakan dalam HPLC harus memenuhi
persyaratan:

(a)

menghasilkan

tekanan

sampai

600

psi

(pons/ins2); (b) keluaran bebas pulsa; (c) kecepatan alir berkisar


antara 0,1-10 mL/menit;

(d)

bahan

tahan

korosi;

(e) dapat

mengalirkan fase gerak dengan reprodusibilitas yang tinggi.


Dikenal

tiga

keuntungan

jenis
dan

pompa

yang

kekurangan

displacement dan pneumatik.

masing-masing

yaitu

pompa

memiliki

reciprocating,

Fase gerak dapat dipompakan ke dalam kolom dengan tiga


cara, yaitu:
a. Isokratik: aliran tetap (konstan) dan ketetapan komposisi dari
fasa gerak tetap berlaku.
b. Gradient elution: aliran konstan dan perubahan komposisi dari
fasa gerak terjadi. Mode gradien memberikan pemisahan yang
lebih sempurna daripada mode isokratik.
c. Flow program: aliran bervariasi dan ketetapan komposisi dari
fase gerak terjadi.
2. Pemasukan cuplikan
Sampel
beberapa

yang

dapat

persyaratan,

diamati

yaitu:

dengan

HPLC

memiliki

a). Senyawa-senyawa

ionik;

b). Senyawa-senyawa yang tak stabil (yang jika diuapkan akan


mengalami

peruraian);

c). Senyawa-senyawa

dengan

massa

molekul yang besar.


Cuplikan

yang

dimasukkan

harus

sekecil

mungkin,

beberapa puluh L. Selain itu, perlu diusahakan tekanan tidak


menurun ketika memasukkan cuplikan ke dalam aliran fasa
gerak. Beberapa teknik pemasukkan cuplikan ke dalam sistem
HPLC yaitu injeksi syringe, injeksi stop flow, dan kran cuplikan.
Untuk memasukan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak
melalui dua langkah: 1) sejumlah volume cuplikan disuntikkan ke
dalam loop dalam posisi load, cuplikan masih berada dalam
loop, 2) kran diputar untuk mengubah posisi load menjadi posisi
injeksi dan fasa gerak melalui kolom.
3. Kolom
Kolom

merupakan

tempat

berlangsungnya

pemisahan

komponen campuran. Kolom HPLC biasanya terbuat dari stainless


steel walaupun ada juga yang terbuat dari gelas berdinding
tebal.

Kolom

utama

berisi

fase

diam,

tempat

terjadinya

pemisahan

campuran

menjadi

komponen-komponennya.

Bergantung keperluannya, kolom utama dapat digunakan untuk


analisis atau preparasi. Untuk keperluan preparatif, setiap
komponen yang keluar dari kolom ditampung pada tabung yang
berbeda

dan

keluaran

HPLC

dihubungkan

dengan fraction

colectur. Kolom utama berisi fase diam berupa cairan sukar


menguap dan stabil, misalnya C-18.
Selain kolom utama, dikenal pula kolom pengaman (guard
kolom).Kolom pengaman mempunyai dua fungsi yaitu untuk
menyaring kotoran yang terbawa dalam fase diam dan untuk
menjenuhkan fase diam dalam rangka menghindarkan terjadinya
erosi fase diam oleh aliran pelarut. Dengan demikian, kerusakan
kolom utama yang mahal dapat dihindarkan.
4. Detektor
Alat

ini

mendeteksi

komponen-komponen

yang

meninggalkan kolom. Detektor HPLC dikelompokkan ke dalam


tiga jenis yaitu detektor umum memberi respon terhadap fase
gerak yang dimodulasi dengan adanya solut, detektor spesifik
memberi respon terhadap beberapa sifat solut yang tidak dimiliki
oleh fase gerak. Terakhir, detektor yang bersifat umum terhadap
solut, setelah fase gerak dihilangkan dengan penguapan. Ada
beberapa contoh detektor HPLC, di antaranya detektor UV,
detektor elektrokimia, dan detektor fluorometrik.
Persyaratan detektor HPLC :
a. Sensitif
b. Stabilitas dan keterulangan tinggi
c. Respon linear terhadap solut
d. Waktu respon pendek sehingga tidak tergantung kecepatan
alir
5. Recorder (komputer dan Printer)

Hasil

percobaan

akan

dicetak

dalam

bentuk

kromatogram yang terlihat oleh komputer. Kromatogram HPLC


yang didapat berguna untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
Luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran
dan

jumlah

peak

menyatakan

jumlah

komponen.

Analisis

kualitatif dapat dilakukan dengan cara membandingkan waktu


retensi

(Tr)

Sedangkan

analit/sampel
analisis

dengan

kuantitatif

waktu

dapat

retensi

standar.

dilakukan

dengan

didasarkan pada luas area peak atau tinggi peak dengan metode
standar kalibrasi (Hendayana. 2006).
KCKT merupakan metode tidak desktruktif dan dapat
digunakan baik dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif.
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut (zat terlarut)
terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut
ini melewati suatu kolom kromatografi. Interaksi KCKT pada
dasarnya terdiri atas 8 komponen pokok, yaitu : wadah fase
gerak, sistem penghantaran fase gerak, alat untuk memasukkan
sampel, kolom, detektor, wadah penampung buangan fase
gerak, tabung penghubung, suatu komputer atau integrator atau
penekan. (Gandjar & Rohman. 2009).
Pada kromatografi cair ini digunakan kolom tabung gelas
dengan bermacam daimeter. KCKT berbeda dari kromatografi cair
klasik. HPLC menggunakan kolom dengan diameter kecil, 2-8 mm
dengan ukuran partikel penunjang 50 mm, sedangkan laju aliran
dipertinggi dengan tekanan yang tinggi (Khopkar.1990).
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM, 1979: 96)
Nama resmi
: AQUA DESTILLATA
Nama lain
: Aquadest, air suling
Rumus molekul
: H2O
Berat molekul
: 18,02
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa.

Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: Sebagai pelarut
2. Paracetamol (Dirjen POM, 1979: 37)
Nama resmi
: ACETAMINOPHENUM
Nama lain
: Asetaminofen, parasetamol
Rumus molekul
: C8H9NO2
Berat molekul
: 151,16
Rumus struktur
:

Pemerian

: Hablur atau serbuk hablur putih, tidak

Kelarutan

berbau, rasa pahit.


: Larut dalam 70 bagian air, dalam 7
bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian
aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan
dalam 9 bagian propilenglikol P ; larut

Penyimpanan

dalam alkali hidroksida.


: Dalam wadah tertutup baik, terlindung

dari cahaya.
Kegunaan

: Sebagai sampel

3. Natrium benzoat (Dirjen POM., 1979: 395-396)


Nama resmi
: NATRII BENZOAS
Nama lain
: Natrium benzoat
Rumus molekul
: C7H5NaO2
Rumus struktur

Pemerian
Penyimpanan
Kelarutan

: Butiran atau serbuk hablur, putih, tidak


berbau atau hampir tidak berbau.
: Dalam wadah tertutup rapat
: Larut dalam 2 bagian air dan dalam 90

bagian etanol (95%) P.


Khasiat
: Sebagai zat pengawet
4. Dikalium hidrogen fosfat (Dirjen POM, 1979: 687)

Nama resmi
: KALIUM BIFOSFAT
Nama lain
: Dikalium hidrogen fosfat p, kalium fosfat
Rmumus molekul : KH2PO4
Rumus struktur
:

Pemerian
: Serbuk hablur; putih
Kelarutan
: Mudah larut dalam air
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
5. Metanol
(Dirjen POM,
1979:
706)
Nama resmi
: METHANOL
Nama lain
: Metanol
Rumus molekul
: CH3OH
Bobot jenis
: (15,50/15,50)
0,796-0,798
Rumus struktur
:

Pemerian
Pengeringan

: Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas


: Pada suhu 1050 hingga bobot tetap

BAB III
METODOLOGI KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan yaitu erlenmeyer, gelas piala, labu
ukur, pipet volume, seperangkat alat kromatografi cair kinerja
tinggi, dan timbangan analitik.
2. Bahan
Bahan yang digunakan
aquadest,

larutan

baku

PCT,

dalam

percobaan

metanol,

dan

ini

yaitu

tablet

yang

mengandung PCT.
B. Cara Kerja
1. Pembuatan pereaksi
a. Metanol 60%
Diencerkan methanol 600 ml dengan aquadest 600 ml
dalam gelas piala 1000 ml dan dihomogenkan.
b. Dapar fosfat pH 6,8
Disiapkan alat dan bahan
Ditimbang dikalium hidrogen fosfat 1,7418 gram dan

1,3608 gram kalium dihidrogen fosfat


Dimasukkan dalam labu ukur 1000 ml dan dilarutkan

dengan aquadest hingga 1000 ml.


Dihomogenkan dan diatur pH dengan pHmeter
c. Fase gerak
Dimasukkan 950 ml dapar fosfat pH 6,8 dan 50 ml
mertanol 60% ke dalam labu ukur 1000 ml dan dihomogenkan.
d. Pembuatan larutan PCT
Dipipet masing-masing 25; 50; 75; 100; 125 ml larutan
stock dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml ditambah
metanol 60% sampai garis tanda.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Tabel pengamatan
1. Larutan baku PCT
Konsentras Luas area
i (X)
25
50
75
100
125

= 375

X2

Waktu

(Y)
2488335
4126411

XY
62208375
20632055

625

retensi
1,51
1,50

6744285

0
50582137

8901360

5
89013600

10667748

0
13334685

32928139

00
29979548
00

2. Sampel
Injeksi

Luas area (Y)

Waktu
retensi

7762424

1,51

7777816

1,51

B. Perhitungan
(X) x (Y) n(XY)
1. a = ( ( X ) ) 2 - n (X)2
a=

375 x 32928139 5(2997954800)


(375 )2 - 5 x 34375

a=

12348052125 14989774000
140625- 171875

a=

-2641721875
-31250

a=

84535

2500
5625
10000
15625
34375

1,51
1,51
1,51
1,51

( X ) x ( XY ) ( X )2 x (Y)
2. b = ( ( X ) ) 2 - n (X)2
375 x 2997954800 34375 x 32928139
b = (375 ) 2 - 5 (34375)
b=

1124233050000 1131904778125
140625- 171875

-7671728125
b = -31250
b = 24549
Y = aX + b
7762424 =

X=

84535

X+

24549

X+

24549

7762424 24549
84535
7737875
84535

X = 91,53 ppm
Y = aX + b
7777816 =

X=

84535

7777816 24549
84535
7753267
84535

X = 91,71 ppm

Luas area
15000000
10000000
Axis Title

f(x) = 84535.1x + 245495.3


Luas area
R = 1
Linear (Luas area)

5000000
0
0

50

100 150

Axis Title

C.

Kur
va Baku

D. Pembahasan
Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga
disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima
secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu
dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain: farmasi,

lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan.


Beberapa perkembangan KCKT terbaru antara lain: miniaturisasi
sistem KCKT, pengggunaan KCKT untuk analisis asam-asam
nukleat, analisis protein, analisis karbohidrat, dan analisis
senyawa-senyawa kiral (Gandjar & Rohma. 2007).
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu erlenmeyer,
gelas

piala,

kromatografi

labu

ukur,

cair

kinerja

pipet

volume,

tinggi,

dan

seperangkat

timbangan

alat

analitik.

Sementara bahan yang digunakan yaitu Bahan yang digunakan


dalam percobaan ini yaitu aquadest, larutan baku PCT, metanol,
dan tablet yang mengandung PCT.
Cara kerja dalam percobaan ini yaitu terlebih dahulu
disiapkan

alat

dan

bahan

lalu

dibuat

pereaksi.

Cara

pembuatannya yaitu diencerkan 600 ml methanol dengan


aquadest 400 ml dalam gelas piala 1000 ml dan dihomogenkan.
Untuk pembuata dapar fosfat pH 6,8 terlebih dahulu K2HPO4
1,7418 gram dan KH2PO4 1,3608 gram dimasukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml dan dihomogenkan, diatur pH dengan pHmeter.
Pembuatan

fase

gerak

dengan

perbandingan

dapar

fosfat:metanol = 95 : 5 dimasukkan ke dalam 950 ml dapar


fosfat pH 6,8 dan 50 ml metanol 60% ke dalam labu ukur 1000
ml dan dihomogenkan. Selanjutnya pembuatan larutan PCT 25
ppm yaitu dipipet 25 ml larutan stock dan dilarutkan dengan HCl
0,1 N hingga 100 ml. Untuk PCT 50 ppm yaitu dipipet 50 ml
larutan stock dan dilarutkan dengan HCl 0,1 N hingga 100 ml.
Untuk PCT 75 ppm yaitu dipipet 75 ml larutan stock dan
dilarutkan dengan HCl 0,1 N hingga 100 ml. Untuk PCT 100 ppm
yaitu dipipet 100 ml larutan stock dan dilarutkan dengan HCl 0,1
N hingga 100 ml. Untuk PCT 125 ppm yaitu dipipet 125 ml
larutan stock dan dilarutkan dengan HCl 0,1 N hingga 100 ml.

Hasil yang didapatkan yaitu luas area pada konsentrasi 25 ppm


adalah 2488335 dengan waktu retensi 1,51. Pada konsentrasi 50
ppm memiliki luas area 4126411 dengan waktu retensi 1,50.
Pada konsentrasi 75 ppm didapatkan luas area 6744285 dengan
waktu retensi 1,51. Pada konsentrasi 100 ppm didapatkan luas
area 8901360 dengan waktu retensi 1,51. Pada konsentrasi 125
ppm didapatkan luas area 10667748 dengan waktu retensi 1,51.
Pada sampel, saat diinjeksikan pertamakali

luas area yang

diperoleh yaitu 7762424 dengan waktu retensi 1,51 dan pada


injeksi yang kedua luas area yang diperoleh yaitu 7777816
dengan waktu retensi 1,51.
Dalam dunia farmasi, percobaan ini dapat digunakan untuk
analisi kualitatif dan kuantitatif, di mana kadar suatu zat aktif
dalam

suatu

pemisahannya.

sediaan

dapat

diketahui

berdasarkan

proses

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan

percobaan

dan

analisis

data

dapat

disimpulkan bahwa paracetamol mengandung persen kadar yang


sesuai dengan FI edisi IV yaiyu tidak kurang dari 90% dan tidak
lebih dari 101% sehingga PCT layak dan aman untuk diedarkan.
B. Saran
1. Asisten
Tetap

mendampingi

praktikan

menghadapi praktikan.
2. Laboratorium
Sebaiknya alat-alat lab dilengkapi

dan

sabar

dalam

DAFTAR PUSTAKA
Hendayana, S. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan
Elektroforesis Modern. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Day, R.A. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes
RI
Gandjar, Ibnu Ghalib dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi
Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI

You might also like