You are on page 1of 8

SIFAT DAN FUNGSI MASING-MASING MEDIA TANAM; SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI,

SIFAT PENGOLAHAN TANAH : HIDROPONIK, AEROPONIK


1. SIFAT FISIKA TANAH

Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukan perbandingan butir-butir pasir (2mm - 50), debu (2-50 ), dan
liat (< 2) di dalam fraksi tanah halus (Hardjowigeno, 2007). Ukuran relatif partikel tanah
dinyatakan dalam istilah tekstur yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah (Foth
1994).
Menurut Hanafiah (2007), tanah yang didominasi pasir akan banyak
mempunyai pori-pori makro (besar) disebut lebih poreus, tanah yang
didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) agak
poreus, sedangkan yang didominasi liat akan mempunyai pori-pori mikro
(kecil) atau tidak poreus.
Menurut Hardjowigeno (2003) tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori
makro sehingga sulit menahan air.
Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi:
1. Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir :
bertekstur pasir atau pasir berlempung.
2. Tanah bertekstur halus atau kasar berliat, berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau
bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir.
3. Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari:
a. Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir
(sandy loam) atau lempung berpasir halus.
b. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur berlempung berpasir sangat halus,
lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau debu (silt)
c. Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (clay loam), lempung
liat berpasir (sandy clay loam), atau lempung liat berdebu (sandy silt loam).
2.3.2 Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah, akibat melekatnya
butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit struktur disebut ped (terbentuk karena proses
alami). Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu Lempeng (plety), Prismatik
(prismatic), Tiang (columnar), Gumpal bersudut (angular blocky), Gumpal membulat (subangular
blocky), Granular (granular), Remah (crumb) (Hardjowigeno 2003).
Arsyad (2005) mengemukakan, struktur adalah kumpulan butir-butir tanah disebabkan
terikatnya butir-butir pasir, liat dan debu oleh bahan organik, oksida besi dan lain-lain. Struktur tanah
yang penting dalam mempengaruhi infiltrasi adalah ukuran pori dan kemantapan pori. Pori-pori yang
mempunyai diameter besar (0,06 mm atau lebih) memungkinkan air keluar dengan cepat sehingga
tanah beraerasi baik, pori-pori tersebut juga memungkinkan udara keluar dari tanah sehingga air
dapat masuk.
Istilah tekstur digunakan untuk menunjukan ukuran pertikel-partikel tanah. Tetapi, apabila
ukuran partikel tanah sudah diketahui maka digunakan istilah struktur. Struktur menunjukan

kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu dan liat) sampai pada partikelpartikel sekunder atau (ped) disebut juga agregat. Unit ini dipisahkan dari unit gabungan atau karena
kelemahan permukaan. Struktur suatu horizon yang berbeda satu profil tanah merupakan satu ciri
penting tanah, seperti warna, tekstur atau komposisi kimia.
Ada dua jenis tanah tanpa struktur, yakni butir tunggal (single grain) dan massive. Butir
tunggal adalah apabila partikel-partikel tanah dalam keadaan lepas (tidak terikat) satu sama lainya.
Keadaan ini sering dijumpai pada tanah-tanah yang banyak mengandung pasir. Sedangkan untuk
tanah yang massive apabila partikel-partikel tanah dalam keadaan terikat satu sama lainnya (Hakim
et al. 1986).
Gradasi dari struktur merupakan derajat agregasi atau perkembangan struktur. Istilah-istilah
untuk gradasi struktur adalah sebagai berikut :
1. Tidak mempunyai struktur : Agregasi tidak dapat dilihat atau tidak tertentu batasnya dan susunan
garis-garis alam semakin kabur. Pejal jika menggumpal, berbutir tunggal jika tidak menggumpal.
2. Lemah : Ped yang sulit dibentuk, dapat dilihat dengan mata telanjang.
3. Sedang : Ped yang dapat dibentuk dengan baik, tahan lama dan jelas, tetapi tidak jelas pada tanah
yang tidak terganggu.
4. Kuat : Ped yang kuat, jelas pada tanah yang tidak terganggu satu dengan yang lain terikat secara
lemah, tahan terhadap perpindahan dan menjadi terpisah apabila tanah tersebut terganggu (Foth
1994).
2.3.3 Kerapatan Limbak (Bulk Density)
Bulk density merupakan rasio bobot kering mutlak (suhu 105 oC) suatu unit tanah terhadap
volume total, yang sering dinyatakan dalam gr/cm 3 (Hillel, 1980). Menurut Hardjowigeno 2007,
Kerapatan Limbak atau Bulk Density (BD) adalah berat tanah kering per satuan volume tanah
(termasuk pori-pori tanah). Bulk density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total (total
porosity) tanah dengan dasar bahwa kerapatan zarah (particle density) tanah= 2,65 g/cc.
Menurut Sarief (1986) dalam Mustofa (2007) nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan organik, pemadatan oleh alat-alat pertanian,
tekstur, struktur, kandungan air tanah, dan lain-lain. Pengolahan tanah yang sangat intensif akan
menaikkan bobot isi. Hal ini disebabkan pengolahan tanah yang intensif akan menekan ruang pori
menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan tanah yang tidak pernah diolah.
Besaran bobot isi tanah dapat bervariasi dari waktu ke waktu atau dari lapisan ke lapisan
sesuai dengan perubahan ruang pori atau struktur tanah. Keragaman itu menunjukkan derajat
kepadatan tanah (Foth 1994), karena tanah dengan ruang pori berkurang dan berat tanah setiap satuan
bertambah menyebabkan meningkatnya bobot isi tanah. Tanah dengan bobot yang besar akan sulit
meneruskan air atau sulit ditembus akar tanaman, sebaliknya tanah dengan bobot isi rendah, akar
tanaman lebih mudah berkembang (Hardjowigeno 2007).
2.3.4 Porositas Tanah
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara
dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro pore) dan pori halus (micro pore).
Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori
halus berisi air kapiler dan udara (Hardjowigeno 2007). Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah
yang ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan diantara partikel
pasir, debu, dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah (Soepardi 1983).
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan
volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara (Hanafiah 2007). Menurut Hardjowigeno

(2007), porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur, dan tekstur tanah.
Porositas tanah tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur remah atau granular
mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang berstruktur pejal Agar tanaman
dapat tumbuh baik diperlukan perimbangan antara pori-pori yang dibedakan menjadi pori berguna
dan pori tidak berguna untuk ketersediaan air bagi tanaman. Pori berguna bagi tanaman yaitu pori
yang 11 berdiameter diatas 0,2 mikron, yang terdiri pori pemegang air berukuran diameter 0,2 8,6
mikron, pori drainase lambat berdiameter 8,6 28,6 mikron, dan pori drainase cepat berdiameter
diatas 28,8 mikron. Air yang terdapat dalam pori pemegang air disebut air tersedia, umumnya antara
titik layu dan kapasitas lapang (Hardjowigeno 1993).
Sedangkan pori tidak berguna bagi tanaman adalah pori yang diameternya kurang dari 0,2 mikron.
Akar tanaman tidak mampu menghisap air pada pori ukuran kurang dari 0,2 mikron tersebut,
sehingga tanaman menjadi layu. Untuk mengeluarkan air dari pori ini diperlukan tenaga tekanan atau
isapan setara dengan 15 atmosfir (Hardjowigeno 2003).
2.3.5 Pori Drainase Sangat Cepat
Ukuran pori dan kemantapan pori berpengaruh terhadap daya infiltrasi, semakin besar dan mantap
pori tersebut maka daya infiltrasi akan semakin besar (Syarief 1985 dalam Musthofa 2007). Tanahtanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan banyak poripori kasar sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori
total (jumlah pori-pori makro + mikro), lebih tinggi daripada tanah pasir. Tanah remah memberikan
kapasitas infiltrasi akan lebih besar daripada tanah liat. Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai
kapasitas lebih kecil dibandingkan tanah dalam keadaan kering. Tanah pasir memiliki pori drainase
yang baik sehingga infiltrasinya tinggi tetapi tidak dapat mengikat air tersebut (Hardjowigeno 2003).
2.3.6 Permeabilitas Tanah
Menurut Hardjowigeno (2003), permeabilitas adalah kecepatan laju air dalam medium massa tanah.
Sifat ini penting artinya dalam keperluan drainase dan tata air tanah. Bagi tanah-tanah yang
bertekstur halus biasanya mempunyai permeabilitas lebih lambat dibanding tanah bertekstur kasar.
Nilai permeabilitas suatu solum tanah ditentukan oleh suatu lapisan tanah yang mempunyai nilai
permeabilitas terkecil. Selain itu menurut Foth (1994), permeabilitas merupakan kemudahan cairan,
gas dan akar menembus tanah.
2.4 Sifat Kimia Tanah
2.4.1 Derajat Kemasaman Tanah (pH)
Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral atau alkalin. Hal tersebut didasarkan pada jumlah
ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Reaksi tanah yang menunjukkan sifat kemasaman atau
alkalinitas tanah dinilai berdasarkan konsentrasi H + dan dinyatakan dengan nilai pH. Bila dalam
tanah ditemukan ion H+ lebih banyak dari OH-, maka disebut masam (pH <7). Bila ion H+ sama
dengan ion OH- maka disebut netral (pH=7), dan bila ion OH- lebih banyak dari pada ion H+ maka
disebut alkalin atau basa (pH >7) (Hakim dkk, 1986). Pengukuran pH tanah dapat memberikan
keterangan tentang kebutuhan kapur, respon tanah terhadap pemupukan, proses kimia yang mungkin
berlangsung dalam proses pembentukan tanah, dan lain-lain (Hardjowigeno 2003)
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut
masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun demikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,09,0. Di Indonesia pada umumnya tanah bereaksi masam dengan pH berkisar antara 4,0 5,5 sehingga
tanah dengan pH 6,0 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak

masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0
yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat
kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam
Na (Anonim 1991). Menurut Hakim et al. (1986) faktor yang mempengaruhi pH antara lain :
Kejenuhan basa, sifat misel (koloid), macam kation yang terjerap.
2.4.2 Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan
koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation (Hakim et al 1986). Sedangkan menurut
Hasibuan (2006), Kapasitas Tukar Kationmerupakan banyaknya kation-kation yang dijerap atau
dilepaskan dari permukaan koloid liat atau humus dalam miliekuivalen per 100 g contoh tanah atau
humus. Dalam buku hasil penelitian (Anonim 1991), disebutkan bahwa satu miliekuivalen atau satu
mili setara adalah sama dengan satu milligram hidrogen atau sejumlah ion lain yang dapat bereaksi
atau menggantikan ion hidrogen tesebut pada misel. Walaupun demikian kadang-kadang USDA
bagian Survey Tanah menggunakan sebagai me/100 g liat. Akan tetapi pada umumnya penentuan
KTK adalah untuk semua kation yang dapat dipertukarkan, sehingga KTK = jumlah atau total mili
ekuivalen kation yang dapat dipertukarkan per 100 gram tanah (Tan 1982).
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai
KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah
berpasir (Hardjowogeno 2007).
Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Menurut Hakim
et al. (1986), besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :
1. Reaksi tanah atau pH
2. Tekstur atau jumlah liat
3. Jenis mineral liat
4. Bahan organik
5. Pengapuran dan pemupukan
Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap KTK tanah. Semakin halus tekstur tanah semakin
tinggi pula KTK nya seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 2 Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap Kapasitas Tukar
Kapasitas Tukar Kation (me/100 g)
Kation Tekstur
Pasir
05
Lempung berpasir
5 10
Lempung dan lempung berdebu
10 15
Lempung berliat
15 20
Liat
15 40
tanaman. Nilai KTK pada tapak terganggu umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan
pada tapak tidak terganggu. Turunnya nilai KTK tanah tersebut dapat disebabkan karena menurunnya
kandungan bahan organik tanah sebagai akibat dari kegiatan fisik di badan tanah (Anonim 1991).
2.4.3 C-Organik
Bahan organik adalah segala bahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal dari tanaman, hewan
dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam tanah dengan tingkat pelapukan yang berbeda
(Hasibuan 2006). Bahan organik merupakan bahan pemantap agregat tanah yang baik. Sekitar
setengah dari Kapasitas Tukar Kation (KTK) berasal dari bahan organik (Hakim et al 1986).
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
menentukan keberhasilan suatu budidaya tanaman. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat

meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik
dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik (Anonim 1991). Selain itu, menurut Mulyani (1997);
Kohnke (1968) menyatakan bahwa fungsi bahan organik adalah sebagai berikut : (i) sumber makanan
dan energi bagi mikroorganisme, (ii) membantu keharaan tanaman melalui perombakan dirinya
sendiri melalui kapasitas pertukaran humusnya, (iii) menyediakan zat-zat yang dibutuhkan dalam
pembentukan pemantapan agregat-agregat tanah, (iv) memperbaiki kapasitas mengikat air dan
melewatkan air, (v) serta membantu dalam pengendalian limpasan permukaan dan erosi.
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik
dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan
organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, agar
kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi
mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan
setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas
Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat
mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan
menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Anonim 1991).
Secara umum karbon dari bahan organik tanah terdiri dari 10-20% karbohidrat, terutama
berasal dari biomasa mikroorganisme, 20% senyawa mengandung nitrogen seperti asam amino dan
gula aminom 10-20% asam alifatik, alkane, dan sisanya merupakan karbon aromatik. Karena
fungsinya yang sangat penting, maka tidak mengherankan jika dikatakan bahwa faktor terpenting
yang mempengaruhi produktifitas baik tanah yang dibudidayakan maupun tanah yang tidak
dibudidayakan adalah jumlah dan kedalaman bahan organik tanah (Paul and Clark 1989).
2.4.4 N-Total
Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH 4+) dan nitrat (NO3+). Pada umumnya Nitrogen
merupakan faktor pembatas dalam tanaman budidaya. Biomassa tanaman rata-rata mengandung N
sebesar 1 sampai 2% dan mungkin sebesar 4 sampai 6%. Dalam hal kuantitas total yang dibutuhkan
untuk produksi tanaman budidaya, N termasuk keempat di antara 16 unsur essensial (Gardner et al
1991).
Unsur Nitrogen penting bagi tanaman dan dapat disediakan oleh manusia melalui
pemupukan. Nitrogen umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk NO 3- dan NH4+ walaupun urea
(H2NCONH2) dapat juga dimanfaatkan oleh tanaman karena urea secara cepat dapat diserap melalui
epidermis daun (Leeiwakabessy 2003). Menurut Hardjowigeno (2003), nitrogen di dalam tanah
terdapat dalam berbagai bentuk yaitu protein (bahan organik), senyawa-senyawa amino, amonium
(NH4+) dan nitrat (NO3-). Bentuk N yang diabsorpsi oleh tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yg
lebih baik tumbuh bila diberi NH 4+ ada pula tanaman yang lebih baik diberi NO 3- dan ada pula
tanaman yang tidak terpengaruh oleh bentuk-bentuk N ini (Leiwakabessy 2003).
Menurut Leiwakabessy (2003), pemberian N yang banyak akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif
berlangsung hebat sekali dan warna daun menjadi hiijau tua. Kelebihan N dapat memperpanjang
umur tanaman dan memperlambat proses pematangan karena tidak seimbang dengan unsur lainnya.
seperti P, K dan S. Fungsi N adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman
(tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih hijau) dan membantu proses
pembentukan protein. Kemudian gejala-gejala kebanyakan N lainnya yaitu batang menjadi lemah,
mudah roboh dan dapat mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno 2007).
Proses perubahan dari nitrat menjadi nitrit dinamakan nitrifikasi. Secara sederhana
perubahan enzimatik dari proses Nitrifikasi adalah sebagai berikut :
2NH4+ + 3O2 2NO2- + 2H2O + 4H+ + energi

2NO2- + O2 2NO3- + energi


Sumber lain dari nitrogen di dalam tanah melalui air hujan dan melalui penambahan pupuk buatan
seperti urea atau ZA. Sumber N yang berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya
berasal dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder (Hasibuan 2006).
Hanafiah (2007) dalam bukunya menyatakan bahwa Nitrogen menyusun sekitar 1,5 % bobot
tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Nitrogen anorganik sangat larut dan
mudah hilang dalam air drainase atau hilang ke atmosfer. Efek nitrogen terhadap pertumbuhan akan
jelas dan cepat hal tersebut menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur yang berdaya besar
sehingga tidak saja harus diawetkan tetapi juga perlu diatur pemakaiannya.
2.4.5 P-Bray (Fosfor)
Posfor bersama-sama dengan nitogen dan kalium, digolongkan sebagai unsur-unsur utama walaupun
diabsorpsi dalam jumlah yang lebih kecil dari kedua unsur tersebut. Tanaman biasanya mengabsorpsi
P dalam bentuk H2PO4- dan sebagian kecil dalam bentuk sekunder HPO 42-. Absorpsi kedua ion itu
oleh tanaman dipengaruhi oleh pH tanah sekitar akar. Pada pH tanah yang rendah, absorpsi bentuk
H2PO4- akan meningkat (Leiwakabessy 2003). Sedangkan menurut Hardjowigeno (2003), fosfat
paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar netral (pH 6-7).
Menurut Hardjowigeno (2003), unsur-unsur P di dalam tanah berasal dari bahan organik
(pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman), pupuk buatan (TSP dan DS) dan mineral-mineral di dalam
tanah (apatit). Tanaman dapat juga mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P-organik seperti asam nukleik
dan phytin. Bentuk-bentuk ini berasal dari dekomposisi bahan organik dan dapat langsung dipakai
oleh tanaman. Tetapi karena tidak stabil dalam suasana dimana aktifitas mikroba tinggi, maka
peranan mereka sebagai sumber fosfat bagi tanaman di lapangan menjadi kecil (Leiwakabessy 2003).
Beberapa peranan fosfat yang penting ialah dalam proses fotosintesa, perubahan-perubahan
karbohidrat dan senyawa-senyawa yang berhubungan dengannya, glikolisis, metabolisme asam
amino, metabolisme lemak, metabolisme sulfur, oksidasi biologis dan sejumlah reaksi dalam proses
hidup. Fosfor betul-betul merupakan unsur yang sangat penting dalam proses transfer energi, suatu
proses vital dalam hidup dan pertumbuhan (Leiwakabessy et al. 2003).
Sering terjadi kekurangan P di dalam tanah yang disebabkan oleh jumlah P yang sedikit di tanah,
sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak dapat diambil oleh tanaman dan terjadi pengikatan
(fiksasi) oleh Al pada tanah masam atau oleh Ca pada tanah alkalis. Gejala-gejala kekurangan P yaitu
pertumbuhan terhambat (kerdil) karena pembelahan sel terganggu, daun-daun menjadi ungu atau
coklat mulai dari ujung daun, terlihat jelas pada tanaman yang masih muda (Hardjowigeno 2007).
2.4.6 Kalsium (Ca)
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti Magnesium dan
Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh
kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci
(Leiwakabessy 1988). Mineral Ca, Mg, dan K bersaing untuk memasuki tanaman. Apabila salah satu
unsur berada pada jumlah yang lebih rendah dari pada yang lain, maka unsur yang kadarnya lebih
rendah sukar diserap (Leiwakabessy et al. 2003). Di dalam tanah kalsium berada dalam bentuk
anorganik, namun dalam jumlah yang cukup signifikan juga berasosiasi dengan materi organik dalam
humus. (Sutcliffe dan Baker 1975).
Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji
serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel,
membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007). Biasanya tanah bersifat masam memiliki
kandungan Ca yang rendah. Kalsium ditambahkan untuk meningkatkan pH tanah. Sebagian besar Ca
berada pada kompleks jerapan dan mudah dipertukarkan. Pada keadaan tersebut kalsium mudah
tersedia bagi tumbuhan. Pada tanah basah kehilangan Ca terjadi sangat nyata (Soepardi 1983).

2.4.7 Magnesium (Mg)


Di dalam tanah magnesium berada dalam bentuk anorganik (unsur makro), namun dalam
jumlah yang cukup signifikan juga berasosiasi dengan materi organik dalam humus (Sutcliffe dan
Baker 1975). Pemakaian N, P, dan K (pupuk) dan varietas unggul, mengakibatkan jumlah Ca dan Mg
yang terangkut ke tanaman juga meningkat. Unsur Ca dan Mg biasa dihubungkan dengan masalah
kemasaman tanah dan pengapuran. Magnesium merupakan unsur yang sangat banyak terlibat pada
kebanyakan reaksi enzimatis. Mg terdapat pada mineral : amfibol, biotit, dolomit, hornblende, olivin,
dan serpentin.
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan beberapa hara lainnya,
kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun. Kadang-kadang
pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah
2007). Selain itu, masnesium merupakan pembawa posfat terutama dalam pembentukan biji berkadar
minyak tinggi yang mengandung lesitin (Agustina 2004).
2.4.8 Kalium (K)
Kalium ditemukan pada tahun 1807 oleh Sir Humphrey Davy, yang dihasilkan dari potasy
kaustik (KOH). Kalium merupakan logam pertama yang didapatkan melalui proses elektrolisis.
Kalium mempunyai simbol K (Bahasa Latin: "Kalium" daripada bahasa Arab: "alqali") dan nombor
atom 19 (Anonim 1991). Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu menetralisir
muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al.
(1986), menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan
dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan
adanya penambahan dari kaliumnya sendiri. Ketersediaan hara kalium di dalam tanah dapat dibagi
menjadi tiga bentuk yaitu kalium relative tidak tersedia, kalium lambat tersedia, kalium sangat
tersedia.
Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung
kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan
kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan
proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah
mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineralmineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan
cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit Kalium (Hakim et al.
1986).
Menurut Hardjowigeno (2007), unsur K dalam tanah berasal dari mineral-mineral primer
tanah (feldspar, dan mika) dan pupuk buatan (ZK). Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk
K+, dan dijumlahkan dalam berbagai kadar di dalam tanah. Bentuk dapat ditukar atau bentuk yang
tersedia bagi tanaman biasanya dalam bentuk pupuk K yang larut dalam air seperti KCl, K 2SO4,
KNO3, K-Mg-Sulfat-dan pupuk-pupuk majemuk. Kebutuhan tanaman akan kalium cukup tinggi dan
akan menunjukkan gejala kekurangan apabila kebutuhannya tidak tercukupi. Dalam keadaan
demikian maka terjadi translokasi K dari bagian-bagian yang tua ke bagian-bagian yang muda.
Dengan demikian gejalanya mulai terlihat pada bagian bawah dan bergerak ke ujung tanaman.
Serapan kalium oleh tanaman dipengaruhi secara antagonis oleh serapan Ca dan Mg (Kasno et al.,
2004). Kalium mempunyai peranan yang penting dalam proses-proses fisiolgis seperti : (1)
metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan dan translokasi pati, (2) metabolisme nitrogen
dan sintesa protein, (3) mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral, (4) netralisasi
asam- asam organik yang penting bagi proses fisiologis, (5) Mengaktifkan berbagai enzim, (6)
mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik, dan (7) mengatur pergerakan stomata dan hal-hal
yang berhubungan dengan air (Hardjowigeno 2007).

2.5 Sifat Biologi Tanah


2.5.1 Total Mikroorganisme Tanah
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup mikroorganisme
sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya
mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas
pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Dengan demikian mikroorganisme tanah
mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah (Anas 1989). Bakteri merupakan kelompok
mikroorganisme yang paling banyak jumlahnya. Dalam tanah subur yang normal, terdapat 10 100
juta bakteri di dalam tanah. Angka ini meningkat tergantung dari kandungan bahan organik suatu
tanah tertentu (Rao 1994).
Selanjutnya Anas (1989), menyatakan bahwa jumlah total mikroorganisme yang terdapat
didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks), tanpa mempertimbangkan
hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi ini
menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperature
yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan
mikroorganisme pada tanah tersebut. Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan
tempat organisme dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman
profil tanah.
2.5.2 Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P)
Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran yang jumlahnya
berkisar 103 - 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asam
organik yang dapat melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang diberikan (Santosa
et.al.1999 dalam Mardiana 2007). Fungsi bakteri tanah yaitu turut serta dalam semua perubahan
bahan organik, memegang monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut fosfat.
Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka sangat bergantung dari keadaan
tanah. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai di lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam
tanah berkisar antara 3 4 milyar tiap gram tanah kering dan berubah dengan musim (Soepardi,
1983).

You might also like