You are on page 1of 25

FOBIA

OLEH :
NANING SAFITRI
NURUL AIYUDA
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri- Suska-RIAU
2011

PENGERTIAN

Kata phobia berasal dari istilah Yunani


phobos yang berarti lari (fight), takut
dan panik (panic-fear), takut hebat
(terror). Istilah ini dipakai sejak zaman
Hippocrates.
fobia adalah rasa ketakutan yang
berlebihan pada sesuatu hal atau
fenomena yang tidak masuk akal dan
dapat mengganggu keadaan penderitanya

FOBIA MENURUT PARA AHLI

Jasper (1923) mengungkapkan bahwa fobia


adalah rasa takut yang sangat dan tidak dapat
diatasi terhadap suatu keadaan dan tugas
biasa.
Ross (1937) mengemukakan fobia adalah rasa
takut yang khas yang disadari oleh penderita
sebagai suatu hal yang tidak masuk akal,
namun tidak dapat mengatasinya.
Errera (1962) mengemukakan fobia adalah rasa
takut yang selalu ada terhadap suatu benda
yang dalam keadaan biasa tidak menimbilkan
rasa takut.

MACAM FOBIA
Fobia

khusus yaitu ketakutan irasional terhadap obyek


atau situasi tertentu yang sangat mengganggu fungsi
fungsi kehidupan sehari-hari.
Fobia sosial yaitu ketakutan dan perilaku menghindar
yang ekstrim, menetap, dan irasional terhadap situasisituasi sosial atau yang melibatkan fermorma.Fobia
sosial lebih dari sekedar sikap pemalu yang berlebihan.
Agoraphobia yaitu sebagai kecemasan atau ketakutan
yang terjadi dikarenakan kesulitan untuk melarikan diri
dari situasi yang sulit, ataupun ketakutan dikarenakan
tidak adanya bantuan dalam situasi panik. Dimana
kriteria penting dari agoraphobia itu sendiri adalah
penghindaran terhadap situasi.

ETIOLOGI FOBIA
Paradigma

Psikoanalisis

Fobia merupakan pertahanan yang terhadap


kecemasan yang disebabkan oleh impuls-impuls
yang ditekan. Kecemasan ini dialihkan dari
impuls id yang ditakuti dan dipindahkan ke suatu
objek atau situasi yang memiliki kondisi simbolik
dengannya. Kemudian menjadi stimuli fobik.
Contohnya pada kasus Hans, sosok itu tidak
berhasil mengatasi konflik Oedipal, sehingga
ketakutannya yang intens pada ayahnya
dialihkan pada kuda, dan ia menjadi fobia untuk
keluar rumah.

ETIOLOGI FOBIA
Paradigma

Behavioral

Teori behavioral mempunyai beberapa pikiran mengenai


terjadinya fobia melalui :
Avoidance conditioning, dimana pada etiologi ini formulasinya
dilandasi oleh teori dua faktor yang dikemukakan oleh
Mowrer (1947) dan menyatakan bahwa fobia berkembang dari
dua rangkaian pembelajaran yang saling berkaitan.
Melalui classical conditioning, seseorang dapat belajar untuk
takut pada suatu stimulus netral (CS), jika stimulus tersebut
dipasangkan dengan kejadian yang secara intrinstik
menyakitkan atau menakutkan(UCS).
Seorang dapat belajar mengurangi rasa takut yang
dikondisikan tersebut dengan melarikan diri dari atau
menghindari CS.

ETIOLOGI FOBIA
Paradigma

Behavioral

Modeling, beberapa fobia dapat terjadi melalui modeling, dimana


seseorang mengalami fobia atau rasa takut terhadap sesuatu
sebagai akibat pengalaman yang tidak menyenangkan dengannya,
ketakutan dapat dipelajari dengan meniru reaksi orang lain
(modeling).
Pembelajaran yang dipersiapkan (prepared learning), pada
penelitian DiNardo menunjukkan bahwa setelah pengalaman
traumatis dengan seekor anjing, mereka yang memiliki ketakutan
yang menetap terhadap anjing merasa cemas akan mengalami
kejadian yang sama pada masa depan. Dengan begitu dapat
dikatakan bahwa fobia bisa terjadi karena adanya pembelajaran
pada masa lalu.
Keterampilan sosial yang kurang dalam fobia sosial, dimana orangorang yang memiliki kecemasan sosial memiliki skor rendah dalam
tingkat keterampilan sosial.

ETIOLOGI FOBIA
Paradigma

Kognitif

Dimana fobia atau ketakutan berlebih itu


terjadi atas dasar bagaimana proses
berpikir manusia dapat berperan sebagai
diathesis dan pada bagaimana pikiran
dapat membuat fobia menetap.

ETIOLOGI FOBIA
Paradigma

Biologis

Pada paradigma ini etiologi dari fobia itu sendiri dibedakan


atas :
Sistem saraf otonom, dimana ketika seseorang mengalami
ketakutan, seperti ketakutan saat tampil didepan orang
banyak, kebanyakan dari mereka berkeringat dan berwajah
memerah. Ini disebabkan oleh aktivitas saraf otonom.
Hanya saja aktivitas saraf otonom itu terjadi secara
berlebihan sehingga menyebabkan fobia itu sendiri.
Faktor genetik, faktor ini menunjukkan bahwa setiap orang
tua yang mengalami ketakutan pada sesuatu atau fobia,
maka tidak menutup kemungkinan untuk anaknya memiliki
kecendrungan fobia yang sama.

KRITERIA DSM FOBIA

Fobia Khusus

Ketakutan yang terlihat menyolok dan persisten, yang


eksesif dan tiddak masuk akal terhadap objek atau
situasi tertentu (misalnya, ketinggian, binatang, darah,
dll), yang brlangsung setidak0tidaknya selama 6 bulan.
Respons cemas dan ketakutan ketika menghadapi objek
atau situasi yang fobik.
Menyadari bahwa ketakutannya eksesif dan tidak
masuk akal atau distres yang menyolok karena
memiliki fobia yang dimaksud.
Situasi atau objek yang fobik dihindari atau dihadapi
dengan kecemasan atau distres yang intens.

KRITERIA DSM FOBIA


Fobia Sosial
Ketakutan berat terhadap sebuah situasi sosial atau situasi yang
terkait berhubungan dengan performa, yang membuatindividu
harus berhadapan dengan orang-orang yang tidak dikenalnya
atau menghadapi kemungkinan diamati orang lain, takut bahwa
dirinya akan dipermalikan atau dihina.
Keterpaparan pada situasi sosial hampir selalu membangkitkan
kecemasan, kadang-kadang dalam bentuk serangan panik.
Kesadaran bahwa ketakutan itu berlebihan dan tidak masuk
akal.
Situasi sosial atau peforma yang ditakuti dihindari taau dijalani
dengan anxietas atau distres yang intens.
Perilaku menghindar, antisipasi yang penuh kecemasan, atau
distrews secara signifikan mengganggu kehidupan dan
kemampuan untuk berungsi secara hebat.

KRITERIA DSM FOBIA

Agorafobia

Kerakutan yang berlebihan dan terus-menerus pada


individu karena suatu obyek atau situasi tertentu.
Perasaan cemas, takut atau panik terjadi setelah individu
menghadapi obyek atau situasi yang ditajutinya.
Individu cenderung menghindari objek atau situasi yang
ditakuti atau jika tidak menghindarinya maka individu
tersebut akan mengalami ketidaknyamanan.
Ketakutan individu, kecemasa, atau penghindaran
menyebabkan distress yang signfikan.
Pada anak-anak berusia dibawah 18 tahun, setidaknya
butuh waktu 6 bulan untuk mendiagnosa bahwa dia
mengalami fobia khusus.

INTERVENSI FOBIA

Terapi berbicara
Perawatan ini seringkali efektif untuk mengatasi berbagai fobia.
Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah:
Konseling: konselor biasanya akan mendengarkan
permasalahan seseorang, seperti ketakutannya saat
berhadapan dengan barang atau situasi yang membuatnya
fobia. Setelah itu konselor akan memberikan cara untuk
mengatasinya.
Psikoterapi: seorang psikoterapis akan menggunakan
pendekatan secara mendalam untuk menemukan penyebabnya
dan memberi saran bagaimana cara-cara yang bisa dilakukan
untuk mengatasinya.
Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT):
yaitu suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan
perilaku seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara
praktif yang efektif untuk melawan fobia.

INTERVENSI FOBIA

Terapi pemaparan diri (Desensitisation).


Orang yang mengalami fobia sederhana bisa
diobati dengan menggunakan bentuk terapi
perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan
diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap selama
periode waktu tertentu dengan melibatkan objek
atau situasi yang membuatnya takut. Secara
perlahan-lahan seseorang akan mulai merasa
tidak cemas atau takut lagi terhadap hal
tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan dengan
pengobatan dan terapi perilaku.

INTERVENSI FOBIA

Menggunakan obat-obatan.

Terdapat 3 jenis obat yang direkomendasikan untuk mengatasi


kecemasan, yaitu:
o

Antidepresan: obat ini sering diresepkan untuk mengurangi rasa


cemas, penggunaannya dizinkan untuk mengatasi fobia yang
berhubungan dengan sosial (social phobia).

Obat penenang: biasanya menggunakan obat yang mengandung


turunan benzodiazepines. Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan yang parah, tapi dosis yang digunakan harus serendah
mungkin dan penggunaannya sesingkat mungkin yaitu maksimal 4
minggu. Ini dikarenakan obat tersebut berhubungan efek
ketergantungan.

Beta-blocker: obat ini biasanya digunakan untuk mengobati masalah


yang berhubungan dengan kardiovaskular, seperti masalah jantung
dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Karena berguna untuk
mengurangi kecemasan yang disertai detak jantung tak beraturan.

PREVELENSI

Fobia Khusus
Berbagai macam ketakutan khas terjadi pada
manusia, namun hanya sedikit sekali yang
mengalami fobia khusus yang memenuhu
kriteria fobia. Tetapi, untuk sekitar 11% dari
populasi, ketakutan mereka cukup kuat
untuk dapat diklasifikasikan sebagai
gangguan dan layak mendapat label fobia.
Dan jumlahnya cenderung semakin
meningkat pada generasi muda.

PREVELENSI

Fobia Sosial
Permulaan fobia sosial umumnya terjadi di masa kecil atau
remaja (Beidel & Turner, 2005); prevalensi gangguan yang
tinggi di kedua sampel klinis dan komunitas, mulai dari 2%
hingga 20% pada orang dewasa (Kessler, Berglund, Demier,
Jin , Merikangas, & Walter, 2005) dan dari 4% sampai 10%
dalam sampel komunitas anak-anak dan remaja (Olivares,
2005; Wittchen, Stein, & Kessler, 1999), yang merupakan
salah satu dari tiga gangguan yang paling sering didiagnosis
dalam periode kehidupan (Beidel & Turner, 2005).
Selain itu Sebanyak 13,3% dari seluruh populasi pernah
mengalami fobia sosialsuatu saat dalam hidupnya. Ini
menjadikan fobia sosial sebagai gangguan psikologis yang
menonjiol, yang menimpa lebih dari 35 juta orang di AS
saja.

PREVELENSI

Agoraphobia
Gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia
cukup lazim dijumpai. Kira-kira 3,5% dari
populasi suatu saat pernah memenuhi kriteria
gangguan panik ; dua pe tiganya dalah
perempuan dan 5,3% memenuhi kriteria untuk
agorabobia.
Setiap periode 6 bulan, telah terdiagnosis
agorafobia pada 3,8% wanita dan 1,8% pria.
Penyakit ini paling sering muncul pada awal
usia 20 tahun, jarang terjadi diatas usia 40
tahun.

CONTOH KASUS
GADIS YANG JATUH PINGSAN BILA MELIHAT DARAH
Judy, 12 tahun, dirujuk ke klinik gangguan kecemasan,
dikarenakan sering jatuh pingsan. Sekitar 2 tahun sebelum nya
dikelas biologi pertamanya, gurunya memper tontonkan film
pembedahan katak, untuk menjelaskan berbagai hal yang
berhubungan dengan anatomi, film itu memiliki kualitas grafis
yang bagus, menunjukkan gambar-gambar yang jelas soal darah,
jaringan, dan otot. Ketika film itu baru ditayangkan kira-kira
separuh jalan, Judy merasa pusing dan meninggalkan ruangan.
Tetapi gambar-gambar itu tidak mau beranjak pergi dari
kepalanya, ia terus diganggu oleh gambaran-gambaran itu dan
kadang-kadang sampai merasa mual. Ia mulai menghindari situasi
yang membuatnya melihat darah atau luka. Ia segera berhenti
melihat majalah yang mungkin akan menyajikan gambar-gambar
yang membuatnya merasa geli. Ia merasa sulit melihat daging
mentah, atau bahkan plester antiseptik, karena benda-benda itu
membuatnya
melihat
gambar-gambar
yang
menakutkan
dikepalanya.

CONTOH KASUS
GADIS YANG JATUH PINGSAN BILA MELIHAT DARAH

Akhirnya apapun ucapan teman atau orang tuanya yang


membangkitkan gambaran darah atau luka membuat
kepala Ina terasa sakit. Situasi Judy begitu buruknya
hingga setiap kali mendengar cerita yang berkaitan
dengan darah Ina merasa akan jatuh pingsan.
Kira-kira 6 bulan sebelum ia dibawa ke klinik kecemasan,
Ina benar-benar jatuh pingsan ketika melihat sesuatu
yang berdarah-darah. Dokter keluarganya tidak
menemukan masalah pada tubuhnya, begitupun beberapa
dokter lainnya. Ketika akhirnya dirujuk ke klinik gangguan
kecemasan, ia 5-10 kali jatuh pingsan dalam waktu
seminggu. Jelas ini menjadi masalah bagi dirinya, bahkan
ia sendiri dikeluarkan dari sekolah dikarenakan dianggap
melakukan perbuatan manipulatif.

ANALISA KASUS
JUDY

Pada kasus Judy di atas, bentuk fobia yang


dialaminya bisa dikategorikan sebagai fobia
khusus. Hal ini dikarenakan adanya
ketakutan yang sangat kuat dan intens
terhadap sebuah objek atau situasi. Dimana
Ina mengalami fobia pada darah, dan hal-hal
yang bisa mengungkap gambaran dari darah
itu sendiri. Hal ini dikenal dengan bloodinjury-injection phobia.

PENYEBAB FOBIA DALAM KASUS JUDY INI


MELIPUTI BEBERAPA ASPEK YAITU :

Pengaruh Behavioral, dikarenakan mungkin pada awalnya karena ia


melihat film yang menayangkan adegan tentang darah dan luka.
Pengaruh Biologis, secara fisiologis, Judy mengalami sinkop vasovagal,
yang biasa menjadi penyebab pingsan.
Pengaruh Emosional, dimana dalam kasus Judy peningkatan detak
jantung yang terjadi dengan cepat yang disebabkan oleh emosinya
mungkin memicu barorefleks yang lebih kuat dan lebih intens. Emosi
juga mengubah caranya memikirkan tentang situasi-situasi yang
melibatkan darah dan luka serta memotivasinya untuk berperilaku
dengan cara-cara yang sebenarnya tidak diinginkannya. Menghindari
semua situasi yang berhubungan dengan darah dan luka, meskipun
penting untuk tidak menghindarinya.
Pengaruh Sosial, karena efek yang kuat dari perhatian sosial (keluarga
dan teman sekolah Judy) justru meningkatkan frekuensi dan intensitas
reaksi dari fobia itu sendiri.
Pengaruh Perkembangan, pada kasus Judy ada kemungkinan ia
sebelumnya pernah berhadapan dengan situasi lain yang melibatkan
darah.

PENANGANAN

Cara menangani kasus fobia judi ini sendiri bisa


dilakukan melalui terapi berbicara melalui
proses konseling dengan ahli psikologi ataupun
terapist, atau bisa juga dengan penanganan
melalui pemaparan diri, dimana Judy perlahanlahan diperlihatkan gambar darah, ataupun
pembicaraan tentang darah, yang dihadirkan
secara bertahap. Sehingga Judy bisa terbiasa
dengan situasi yang berkaitan dengan darah,
sampai pada akhirnya ia benar-benar siap
dengan melihat darah. Penanganan lain juga
bisa dilakukan melalui obat-obat penenang.

KESIMPULAN

Setiap orang pastinya memiliki kecendrungan untuk takut pada


berbagai hal yang baru atau tidak diketahuinya. Sebenarnya itu
merupakan hal-hal yang wajar dan umum terjadi pada setiap
manusia. Hanya saja itu akan jadi sesuatu yang tidak biasa jika
frekuensi atau intentitas terjadinya berlebihan. Ketakutan seperti
ini dikatakan sebagai fobia.
Fobia merupakan ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu atau
keadaan tertentu yang dapat mengganggu keadaan penderitanya.
Dimana fobia itu sendiri dibedakan atas tiga macam, meliputi fobia
khusus, fobia sosial dan agorafobia. Penyebabnya sendiri
dikarenakan oleh berbagai faktor, seperti paradigma psikoanaisa,
behavioral, kognitif sampai pada aspek biologis.
Untuk penanganan dari fobia itu sendiri, bisa dilakukan juga dengan
berbagai pendekatan, melalui terapi bicara seperti konseling,
pendekatan pemaparan diri, dan penanganan dengan obat-obatan.
Namun dari ketiga jenis fobia, fobia sosial dan fobia khusus relatif
lebih mudah untuk di tangani dibanding agorafobia.

TERIMA KASIH
Oleh :

Naning Safitri
&
Nurul Aiyuda

You might also like