You are on page 1of 10

MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT

Oleh: Sudikno Mertokusumo


Kalau kita bicara tentang peningkatan kesadaran hukum masyarakat, maka akan timbul
pertanyaan: Apakah kesadaran hukum masyarakat sudah sedemikian merosotnya, sehingga
perlu ditingkatkan dan bagaimana cara meningkatkannya? Apa yang dapat kita konstatasi
mengenai kesadaran hukum ini di dalam masyarakat? Sebelum menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut perlu kiranya diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan kesadaran
hukum.
Kesadaran hukum dengan hukum itu mempunyai kaitan yang erat sekali. Kesadaran hukum
merupakan faktor dalam penemuan hukum (Lemaire, 1952; 46). Bahkan Krabbe mengatakan
bahwa sumber segala hukum adalah kesadaran hukum (v. Apeldoorn, 1954: 9). Menurut
pendapatnya maka yang disebut hukum hanyalah yang memenuhi kesadaran hukum kebanyakan
orang, maka undang-undang yang tidak sesuai dengan kesadaran hukum kebanyakan orang akan
kehilangan kekuatan mengikat. Hal ini masih memerlukan kritik. Perlu kiranya diketahui bahwa
Krabbe dan juga Kranenburg termasuk mereka yang mengembangkan teori tentang kesadaran
hukum.
Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu atau
apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana kita
membedakan antara hukum dan tidak hukum (onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan dan
tidak seyogyanya dilakukan (Scholten, 1954: 166).
Kesadaran tentang apa hukum itu berarti kesadaran bahwa hukum itu merupakan perlindungan
kepentingan manusia. Bukankah hukum itu merupakan kaedah yang fungsinya adalah untuk
melindungi kepentingan manusia? Karena jumlah manusia itu banyak, maka kepentingannyapun
banyak dan beraneka ragam pula serta bersifat dinamis. Oleh karena itu tidak mustahil akan
terjadinya pertentangan antara kepentingan manusia.
Kalau semua kepentingan manusia itu dapat dipenuhi tanpa terjadinya sengketa atau
pertentangan, kalau segala sesuatu itu terjadi secara teratur tidak akan dipersoalkan apa hukum
itu, apa hukumnya, siapa yang berhak atau siapa yang bersalah. Kalau terjadi seseorang
dirugikan oleh orang lain, katakanlah dua orang pengendara sepeda motor saling bertabrakan,
maka dapatlah dipastikan bahwa, kalau kedua pengendara itu masih dapat berdiri setelah jatuh
bertabrakan, akan saling menuduh dengan mengatakan Kamulah yang salah, kamulah yang
melanggar peraturan lalu lintas atau Saya terpaksa melanggar peraturan lalu lintas karena
kamu yang melanggar peraturan lalu lintas lebih dulu.
Kalau tidak terjadi tabrakan, kalau tidak terjadi pertentangan kepentingan, sekalipun semua
pengendara kendaraan mengendarai kendaraannya simpang siur tidak teratur, selama tidak terjadi
tabrakan, selama kepentingan manusia tidak terganggu, tidak akan ada orang yang
mempersoalkan tentang hukum.
Kepentingan-kepentingan manusia itu selalu diancam oleh segala macam bahaya: pencurian
terhadap harta kekayaannya, pencemaran terhadap nama baiknya, pembunuhan dan sebagainya.

Maka oleh karena itulah manusia memerlukan perlindungan terhadap kepentingankepentingannya. Salah satu perlindungan kepentingan itu adalah hukum. Dikatakan salah satu
oleh karena disamping hukum masih ada perlindungan kepentingan lain: kaedah kepercayaan,
kaedah kesusilaan dan kaedah kesopanan.
Dari uraian tersebut di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa timbulnya hukum itu pada
hakekatnya ialah karena terjadinya bentrok atau konfik antara kepentingan manusia atau
conflict of human interest (Post dalam Soerjono Soekanto, 1975: 35)
Dalam melindungi kepentingannya masing-masing, maka manusia di dalam masyarakat harus
mengingat, memperhitungkan, menjaga dan menghormati kepentingan manusia lain, jangan
sampai terjadi pertentangan atau konflik yang merugikan orang lain. Tidak boleh kiranya dalam
melindungi kepentingannya sendiri, dalam melaksanakan haknya, berbuat semaunya, sehingga
merugikan kepentingan manusia lain (eigenrichting).
Jadi kesadaran hukum berarti kesadaran tentang apa yang seyogyanya kita lakukan atau perbuat
atau yang seyogyanya tidak kita lakukan atau perbuat terutama terhadap orang lain. Ini berarti
kesadaran akan kewajiban hukum kita masing-masing terhadap orang lain. Kesadaran hukum
mengandung sikap tepo sliro atau toleransi. Kalau saya tidak mau diperlakukan demikian oleh
orang lain, maka saya tidak boleh memperlakukan orang lain demikian pula, sekalipun saya
sepenuhnya melaksanakan hak saya. Kalau saya tidak suka tetangga saya berbuat gaduh di
malam hari dengan membunyikan radionya keras-keras, maka saya tidak boleh berbuat demikian
juga.
Tepo sliro berarti bahwa seseorang harus mengingat, memperhatikan, memperitungkan dan
menghormati kepentingan orang lain dan terutama tidak merugikan orang lain. Penyalah gunaan
hak atau abus de droit seperti misalnya mengendarai sepeda motor milik sendiri yang
diperlengkapi dengan knalpot yang dibuat sedemikian sehingga mengeluarkan bunyi yang keras
sehingga memekakan telinga jelas bertentangan dengan sikap tepo sliro.
Kesadaran akan kewajiban hukum tidak semata-mata berhubungan dengan kewajiban hukum
terhadap ketentuan undang-undang saja, tidak berarti kewajiban untuk taat kepada undangundang saja, tetapi juga kepada hukum yang tidak tertulis. Bahkan kesadaran akan kewajiban
hukum ini sering timbul dari kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang nyata. Kalau suatu
peristtiwa terjadi secara terulang dengan teratur atau ajeg, maka lama-lama akan timbul
pandangan atau anggapan bahwa memang demikianlah seharusnya atau seyogyanya dan hal ini
akan menimbulkan pandangan atau kesadaran bahwa demikianlah hukumnya atau bahwa hal itu
merupakan kewajiban hukum.
Suatu peristiwa yang terjadi berturut-turut secara ajeg dan oleh karena itu lalu biasa dilakuan dan
disebut kebiasaan, lama-ama akan mempunyai kekuatan mengikat (die normatieve Kraft des
Faktischen).
Memang keadaan akan kewajiban hukum itu merupakan salah satu faktor untuk timbulnya
hukum kebiasaan. Faktor lain untuk timbulya hukum kebiasaan ialah terjadinya sesuatu yang
ajeg. Akan tetapi kesadaran akan kewajiban hukum tidak perlu menunggu sampai terjadinya
suatu peristiwa secara berulang. Suatu peristiwa cukup terjadi sekali saja untuk dapat

memperoleh kekuatan mengikat asal peristiwa yang hanya terjadi sekali saja itu cukup
menyebabkan timbulnya kesadaran bahwa peristiwa atau perbuatan itu seyogyaya terjadi atau
dilakukan.
Pada hakekatnya kesadaran hukum masyarakat tidak lain merupakan pandangan-pandangan yang
hidup dalam masyarakat tentang apa hukum itu. Pandangan-pandangan yang hidup di dalam
masyarakat bukanlah semata-mata hanya merupakan produk pertimbangan-pertimbangan
menurut akal saja, akan tetapi berkembang di bawah pengaruh beberapa faktor seperti agama,
ekonomi poliitik dan sebagainya Sebagai pandangan hidup didalam masyarakat maka tidak
bersifat perorangan atau subjektif, akan tetapi merupakan resultante dari kesadaran hukum yang
bersifat subjektif.
Di muka telah diketengahkan bahwa ratio adanya hukum itu adalah conflict of human interest.
Hukum baru dipersoalkan apabila justru hukum tidak terjadi, apabila hukum tidak ada.(onrecht)
atau kebatilan. Kalau segala sesuatu berlangsung dengan tertib (bukankah tujuan hukum itu
ketertiban?), maka tidak akan ada orang mempersoalkan tentang hukum. Baru kalau terjadi
pelanggaran, sengketa, bentrokan atau conflict of human interest, maka dipersoalkan apa
hukumnya, siapa yang berhak, siapa yang benar dan sebagainya
Dengan demikian pula kiranya dengan kesadaran hukum. Kesadaran hukum pada hakekatnya
bukanlah kesadaran akan hukum, tetapi terutama adalah kesadaran akan adanya atau terjadinya
tidak hukum atau onrecht. Memang kenyataannya ialah bahwa tentang kesadaran hukum itu
baru dipersoalkan atau ramai dibicarakan dan dihebohkan di dalam surat kabar kalau justru
kesadaran hukum itu merosot atau tidak ada, kalau terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum:
pemalsuan ijazah, pembunuhan, korupsi, pungli, penodongan dan sebagainya.
Kesadaran hukum masyarakat dewasa ini
Judul karangan ini adalah meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Telah dikemukakan pula
apa kesadaran hukum itu. Apakah kesadaran hukum masyarakat dewasa ini perlu ditingkatkan?
Apakah sudah sedemikian merosotnya? Apakah yang dapat kita konstatasi didalam masyarakat
dewasa ini yang berhubungan dengan kesadaran hukum?
Sesuai dengan apa yang telah dikemukan di atas, bahwa kesadaran hukum pada hakekatnya
adalah kesadaran akan adanya atau terjadinya tidak hukum atau onrecht, maka marilah kita
lihat apakah di dalam masyarakat sekarang ini banyak terjadi hal-hal atau peristiwa-peristiwa
yang dinilai sebagai tidak hukum atau onrecht.
Akhir-akhir ini banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum. Kalau kita mengikuti beritaberita dalam surat kabar-surat kabar, maka boleh dikatakan tidak ada satu hari lewat di mana
tidak dimuat berita tentang terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum, baik yang berupa
pelanggaran-pelanggaran, kejahatan-kejahatan, maupun yang berupa perbuatan melawan hukum,
ingkar janji atau penyalah gunaan hak. Berita-beria tenang penipuan, penjambretan penodongan
pembunuhan, tabrak lari dan sebagainya setiap hari dapat kita baca di dalam surat kabar-surat
kabar. Yang menyedihkan ialah bahwa tidak sedikit dari orang-orang yang tahu hukum
melakukannya, baik ia petugas penegak hukum atau bukan.

Memang kriminalitas dewasa ini meningkat. Hal ini diakui juga oleh pihak kepolisian. Yang
mencemaskan ialah bahwa meningkatnya kriminalitas bukan hanya dalam kuantitas atau volume
saja, tetapi juga dalam kualitas atau intensitas. Kejahatan-kejahatan lebih terorganisir, lebih sadis
serta di luar peri kemanusiaan: perampokan-perampokan yang dilakukan secara kejam terrhadap
korban-korbannya tanpa membedakan apakah mereka anak-anak atau perempuan, pembunuhanpembunuhan dengan memotong-motong tubuh korban. Rasanya tidak mau percaya kalau
mengingat bahwa bangsa \Indonesia itu terkenal sebagai bangsa yang halus dan perasa serta
cukup besar tepo selironya.
Tentang korupsi yang kata orang sudah membudaya di Indonesia dan suap tidak terbilang
banyaknya. Yang terakhir ini rupa-rupanya sudah membudaya juga, sehingga orang mengikuti
saja apa yang dilakukan oleh orang lain asal tercapai tujuannya. Setiap orang selalu ingin
tujuannya tercapai Melihat orang lain melakukan penyuapan untuk mencapai tujuannya, takut
kalau-kalau keinginannya tidak tercapai maka ia tepaksa melakukan penyuapan juga. Karena
sudah terbiasa menerima suap maka si pejabat selalu akan mengharapkan. Dalam hal ini tidak
jarang terjadi konflik antara tujuan yang harus dicapainya dengan hati nurani. Bentuk lain dari
suap yang lebih kasar sifatnya adalah pungli atau pungutan liar yang banyak kita baca di dalam
surat kabar dan dikecam sebagai perbuatan yang tercela.
Kita konstatasi juga bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat. Boleh dikatakan setiap hari
terjadi kecelakaan lalu lintas. Sesungguhnya meningkatnya jumlah kecelakaan lalu lintas tidak
perlu terjadi seperti keadaan sekarang ini. Memang benar jumlah kendaraan bermotor meningkat,
tetapi apabila para pemakai jalan raya terutama para pengendara kendaraan bermotor mentaati
peraturan lalu lintas dan para petugas ketat mengawasinya serta sikapnya tegas dan konsekuen
menghadapi pelanggaran-pelanggaran lalu lintas, kecelakaan lalu lintas tidak perlu terjadi seperti
sekarang ini. Mengabaikan rambu-rambu lalu lintas terjadi setiap hari. Kendaraan umum dan
terutama kendaraan bermotor beroda 2 sering membuat kesal dan gelisah pemakai jalan lainnya:
kecuali dengan suara knalpot yang mempekakan telinga juga dengan cara mengendarai
kendaraannya sehingga membahayakan lalu lintas.
Pendek kata kesopanan lalu lintas diabaikan. Bukan hanya itu saja, tangggung jawab para
pengendara kendaraan bermotor dapat dikatakan pada umumnya menurun: betapa banyaknya
peristiwa tabrak lari. Ini berarti sikap yang tidak toleran dan melanggar kewajiban hukum,
kewajiban untuk bersikap dan bertindak berhati-hati di dalam masyarakat agar tidak merugikan
orang lain. Untuk sekedar memberi perbandingan dengan keadaan di zaman pendudukan Jepang:
sekalipun pada waktu itu belum banyak kendaraan sepeda motor seperti sekarang, orang naik
sepeda di malam hari pada umumnya menggunakan upet yang dinyalakan sebagai pengganti
lampu penerangan karena lampu sepeda seperti yang banyak dijual sekarang tidak terdapat,
sedangkan miyak tanahanpun sukar didapat juga. Fungsi upet ini adalah sebagai tanda bahwa ada
orang mengendarai sepeda dan agar jangan sampai terjadi tabrakan. Ini menunjukkan adanya
kesadaran akan kewajiban hukum, adanya toleransi dan sikap berhati-hati terhadap orang lain di
dalam masyarakat.
Sekarang banyak pengendara sepeda yang tidak memakai penerangan jalan di malam hari,
jangankan pengendara sepeda, kendaraan bermotorpun tidak sedikit yang berjalan tanpa lampu di

malam hari. Sangat disesalkan bahwa terhadap hal-hal tersebut tidak ada tindakan-tindakan yang
tegas dari yang berwajib.
Di samping pelanggaran-pelanggaran peraturan hukum terjadi banyak penyalahgunaan hak atau
wewenang. Menggunakan haknya secara berlebihan sehingga merugikan orang lain berarti
menyalahgunaan hak. Komersialisasi jabatan misalnya pada hakekatnya merupakan
penyalahgunaan hak. Penyalahgunaan hak banyak dilakukan oleh golongan tertentu atau pejabatpejabat yang merasa boleh berbuat dan dimungkinkan dapat berbuat semaunya sendiri karena
kedudukan atau jabatannya.
Dari segi pelaksanaan hukum (law enforcement) dapat dkatakan tidak ada ketegasan sikap dalam
menghadapi pelanggaran-pelanggaran hukum. Banyak pelanggaran-pelanggaran hukum yang
tidak diusut. Tidak sedikit pengaduan-pengaduan dan laporan-laporan dari masyarakat tentang
terjadinya pelanggaran-pelanggaran atau kejahatan kepada yang berwajib tidak ditanggapi atau
dilayani. Banyak pegawai pengusut yang tidak wenang mendeponir perkara membiarkan perkara
tidak diusut, sedangkan perkara perdata yang bukan wewenangnya diurusinya.
Peristiwa-peristiwa tersebut di atas hampir setiap hari kita baca di dalam surat kabar. Boleh
dikatakan tidak ada berita di dalam surat kabar mengenai suatu daerah yang keadaannya serba
teratur tidak ada pelanggaran, tidak ada kejahatan dan tidak pula ada sengketa. Tidak ada surat
kabar yang memberitakan tentang suatu daerah yag oleh kidalang lazimnya digambarkan sebagai
Panjang punjung pasir wukir loh jinawi gemah ripah karta tur raharja.Kalau adapun maka
selalu dihubungkan atau dibandingkan dengan tempat lain atau kedaan sebelumnya yang lebih
buruk. Jadi bukan semata-mata hendak memberitahukan yang hukum, tetapi yang menjadi
ukuran adalah yang tidak hukum (onrecht).
Ditinjau dari segi journalistik memang sensasilah yang dicari dalam pemberitaan, karena sensasi
menarik perhatian para pembaca dan berita tentang pelanggaran dan peradilan selalu menarik
perhatian.
Ditinjau dari segi hukum, maka makin banyaknya pemberitaan tentang pelanggaran hukum,
kejahatan atau kebatilan berarti kesadaran akan makin banyak terjadinya onrecht. Dengan
makin banyaknya pelanggaran hukum makin berkurangnya toleransi dan sikap berhati-hati di
dalam masyarakat, penyalahgunaan hak dan sebagainya dapatlah dikatakan bahwa kesadaran
hukum masyarakat dewasa ini menurun, yang mau tidak mau mengakibatkan merosotnya
kewibawaan pemerintah juga. Menurunnya kesadaran hukum dalam hal ini berarti belum cukup
tinggi. Kesadaran hukum yang rendah cenderung pada pelanggaran hukum, sedangkan makin
tinggi kesadaran hukum seseorang makin tinggi ketaatan hukumnya.
Untuk dapat mengambil langkah-langkah guna mengatasi menurunnya kesadaran hukum
masyarakat, perlu kiranya diketahui apakah kiranya yang dapat menjadi sebab-sebabnya.
Menurunnya kesadaran hukum masyarakat itu merupakan gejala perubahan di dalam
masyarakat: perubahan sosial. Salah satu sebab perubahan sosial menurut Arnold M Rose (dalam
Soerjono Soekanto, 1975: 35) adalah kontak atau konflik antar kebudayaan. Besarnya arus
pariwisatawan yang mengalir ke Indonesia tidak sedikit pengaruhnya dalam merangsang
perubahan-perubahan sosial. Pengaruh film terutama film luar negeri serta televisi, majalah atau

bacaan-bacaan lainnya dengan adegan-adegan atau ceritera- ceritera yang sadistis tidak
berperikemanusiaan atau asusila mempunyai peran penting dalam membantu menurunkan
kesadaran hukum masyarakat.
Kurang tegas dan konsekuensinya para petugas penegak hukum terutama polisi, jaksa dan hakim
dalam menghadapi pelanggaran-pelanggaran hukum pada umumnya merupakan peluang
terjadinya pelanggaran-pelanggaran atau kejahatan-kejahatan. Tidak adanya atau kurangnya
pengawasan pada petugas penegak hukum merupakan perangsang menurunnya kesadaran hukum
masyarakat.
Adanya golongan, pejabat-pejabat dan pemimpin-pemimpin tertentu yang seakan-akan kebal
terhadap hukum karena mereka berbuat dan dapat berbuat semaunya, menimbulkan kesadaran
kepada kita bahwa tidak demikianlah seyogyanya.
Sistem pendidikan kita kiranya kurang menaruh perhatiannya dalam menanamkan pengertian
tentang kesadaran hukum.
Mengingat bahwa hukum adalah perlindungan kepentingan manusia, maka menurunnya
kesadaran hukum masyarakat disebabkan karena orang tidak melihat atau menyadari lagi bahwa
hukum melindungi kepentingannya. Soerjono Soekanto menambahkan bahwa menurunnya
kesadaran hukum masyarakat disebabkan juga karena para pejabat kurang menyadari akan
kewajibannya untuk memelihara hukum dan kurangnya pengertian akan tujuannya serta
fungsinya dalam pembangunan.
Cara-cara
meningkatkan
kesadaran
hukum
masyarakat
Tindakan atau cara apakah yang sekirarnya efektif untuk meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat?
Tindakan drastis dengan misalnya memperberat ancaman hukum atau dengan lebih mengetatkan
penataan ketaatan warga negara terhadap undang-undang saja, yang hanya bersifat insidentil dan
kejutan, kiranya bukanlah merupakan tindakan yang tepat untuk meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat. Mungkin untuk beberapa waktu lamanya akan tampak atau terasa adanya penertiban
tetapi kesadaran hukum masyarakat tidak dapat dipaksakan dan tidak mungkin diciptakan
dengan tindakan yang drastis yang bersifat insidentil saja.
Kita harus menyadari bahwa setelah mengetahui kesadaran hukum masyarakat dewasa ini, yang
menjadi tujuan kita pada hakekatnya bukanlah semata-mata sekedar meningkatkan kesadaran
hukum masyarakat saja, tetapi membina kesadaran hukum masyarakat.
Seperti yang telah diketengahkan di muka maka kesadaran hukum erat hubungannya dengan
hukum, sedang hukum adalah produk kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatu blueprint of
behaviour yang memberikan pedoman-pedoman tentang apa yang harus dilakukan boleh
dilakukan dan apa yang dilarang. Dengan demikian maka kebudayaan mencakup suatu sistem
tujuan-tujuan dan nilai-nilai. Hukum merupakan pencerminan nilai-nilai yang terdapat di dalam
masyarakat.

Menanamkan kesadaran hukum berarti menanamkan nilai-nilai kebudayaan. Dan nilai-nilai


kebudayaan dapat dicapai dengan pendidikan. Oleh karena itu setelah mengetahui kemungkinan
sebab-sebab merosotnya kesadaran hukum masyarakat usaha peningkatan dan pembinaan yang
utama, efektif dan efisien ialah dengan pendidikan.
Pendidikan tidaklah merupakan suatu tindakan yang einmalig atau insidentil sifatnya, tetapi
merupakan suatu kegiatan yang kontinyu dan intensif dan terutama dalam hal pendidikan
kesadaran hukum ini akan memakan waktu yang lama. Kiranya tidak berlebihan kalau dikatakan
bahwa dengan pendidikan yang intensif hasil peningkatan dan pembinaan kesadaran hukum baru
dapat kita lihat hasilnya yang memuaskan sekurang-kurangnya 18 atau 19 tahun lagi. Ini bukan
suatu hal yang harus kita hadapi dengan pesimisme, tetapi harus kita sambut dengan tekad yang
bulat untuk mensukseskannya. Dengan pendidikan sasarannya akan lebih kena secara intensif
daripada cara lain yang bersifat drastis.
Pendidikan yang dimaksud di sini bukan semata-mata pendidikan formal disekolah-sekolah dari
Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, tetapi juga pendidikan non formal di luar sekolah
kepada masyarakat luas.
Yang harus ditanamkan baik dalam pendidikan formal maupun non formal ialah pada pokoknya
tentang bagaimana menjadi masyarakat Indonesia yang baik, tentang apa hak serta kewajiban
seorang warga negara Indonesia. Setiap warga negara harus tahu tentang undang-undang yang
berlaku di negara kita. Tidak tahu undang-undang tidak merupakan alasan pemaaf : ignorantia
legis excusat neminem. Asas ini yang lebih dikenal dengan kata-kata bahasa Belanda dengan
iedereen wordt geacht de wet te kennen berlaku di Indonesia harus ditanamkan dalam
pendidikan tentang kesadaran hukum. Ini tidak hanya berarti mengenal undang-undang saja,
tetapi mentaatinya, melaksanakannya, menegakkannya, dan mempertahankannya. Lebih lanjut
ini berarti menanamkan pengertian bahwa di dalam pergaulan hidup kita tidak boleh melanggar
hukum serta kewajiban hukum, tidak boleh berbuat merugikan orang lain dan harus bertindak
berhati-hati di dalam masyarakat terhadap orang lain. Suatu pengertian yang pada hakekatnya
sangat sederhana, tidak bombastis, mudah dipahami dan diterima setiap orang. Sesuatu yang
mudah dipahami dan diterima pada umumnya mudah pula untuk menyadarkan dan
mengamalkannya
Di Taman Kanak-kanak sudah tentu tidak mungkin ditanamkan pengertian-pengertian abstrak
tentang hukum atau disuruh menghafalkan undang-undang. Yang harus ditanamkan kepada
murid Taman Kanak-kanak ialah bagaimana berbuat baik terhadap teman sekelas atau orang lain,
bagaimana mentaati peraturan-peraturan yang dibuat oleh sekolah. Maka perlu kiranya di
sekolah dipasang tanda-tanda larangan (verbodstekens) atau tanda-tanda perkenan
(gebodstekens) berupa poster atau tanda-tanda bergambar lainnya yang menarik dan ibu guru
harus mengadakan pengawasan serta menindak pelanggarnya dengan memberi hukuman.
Suatu taman mini lalu lintas pada tiap-tiap sekolah Taman Kanak-kanak akan membantu
memupuk kesadaran hukum pada anak-anak. Yang penting dalam pendidikan di Taman Kanakkanak ialah menanamkan pada anak-anak pengertian bahwa setiap orang harus berbuat baik dan
bahwa larangan-larangan tidak boleh dilanggar dan si pelanggar pasti menerima akibatnya.
Di SD, SLTP dan SLTA hal tersebut di atas perlu ditanamkan lebih intensif lagi: hak dan

kewajiban warga negara Indonesia, susunan negara kita, Pancasila dan Undang-undang Dasar,
pasal-pasal yang penting dari KUHP, bagaimana cara memperoleh perlindungan hukum. Perlu
diadakan peraturan-peraturan sekolah. Setiap pelanggar harus ditindak. Untuk itu dan juga untuk
menanamkan sense of justice pada murid-murid perlu dibentuk suatu dewan murid dengan
pengawasan guru yang akan mengadili pelanggar-pelanggar terhadap peraturan sekolah. Di
samping buku pelajaran yang berhubungan dengan kesadaran hukum perlu diterbitkan juga
buku-buku bacaan yang berisi cerita-cerita yang heroik.
Secara periodik perlu diadakan kampanye dalam bentuk pekan (pekan kesadaran hukum, pekan
lalu lintas dan sebagainya) yang diisi dengan perlombaan-perlombaan (lomba mengarang, lomba
membuat motto yang ada hubungannya dengan kesadaran hukum), pemilihan warga negara
teladan terutama dihubungkan dengan ketaatan mematuhi peraturan-peraturan, pameran dan
sebagainya.
Di Perguruan-perguruan Tinggi harus diberi pelajaran Pengantar Ilmu Hukum, yang disesuaikan
dengan kebutuhan: PIH yang diberikan di Fakultas Teknik misalnya harus berbeda dengan yang
diberikan di Fakultas Ekonomi atau Fakultas Hukum. Dalam memberi Pengantar Ilmu Hukum di
semua Perguruan Tinggi hendaknya diketengahkan probleem situasi yang konkrit dengan
mengetengahkan res cottidianae (= peristiwa sehari-hari), yaitu persoalan-persoalan yang
terjadi setiap hari yang dimuat di dalam surat kabar terutama yang berhubungan dengan
kesadaran hukum. Pada Fakultas-fakultas hukum hendaknya dibentuk seksi atau jurusan
peradilan yang khusus mendidik para calon hakim, jaksa dan pengacara. Kecuali itu Fakultas
Hukum ditugaskan pula untuk memberi penataran kepada para petugas penegak hukum.
Perguruan Tinggi khususnya Fakultas Hukum mempunyi peranan penting dalam hal
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Menarik sekali pendapat Achmad Sanusi yang
mengatakan bahwa Perguran Tinggi menghasilkan orang-orang yang diasumsikan mempunyai
kesadaran hukum yang tinggi.
Pendidikan non formal ditujukan kepada masyarakat luas meliputi segala lapisan di dalam
masyarakat. Pendidikan non formal ini dilakukan dengan peyuluhan atau penerangan, kampanye
serta pameran.
Penyuluhan atau penerangan dapat dilakukan melalui segala bentuk mass media: televisi, radio,
majalah, surat kabar dan sebagainya. Bahan bacaan, terutama ceritera bergambar atau strip yang
bersifat heroik akan sangat membantu dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Buku
pegangan (vademecum, handboek) yang berisi tentang hak dan kewajiban warga negara
Indonesia, susunan negara kita, Pancasila dan \Undang-undang Dasar, pasa-pasal yang penting
dalam KUHP, bagaimana caranya memperoleh perlindungan hukum perlu diterbitkan. Dalam
buku ini harus ditanamkan rasa demuwe dan sense of belonging, yaitu agar merasa dan
menyadari sebagai bangsa yang merdeka dan mempunyai negara yang merdeka pula.
Buku vademecum untuk umum ini hendaknya ditulis secara populer dan sebaiknya dalam bentuk
tanya jawab, seperti misalnya buku the USA answers questions, a guide to understanding
diterbitkan oleh Kenneth E. Beer atau Our American Government the answers to one thousand
and one questions ditulis oleh Wright Patman seorang anggota Kongres.
Di tempat yang banyak dikunjugi oleh orang, seperti pasar, alun-alun, restoran, stasiun, terminal,

stasiun udara, bioskop dan juga di perempatan-perempatan atau sepanjang jalan raya atau pada
kendaraan-kendaraan umum dipasang atau ditempelkan poster-poster atau spandoek dengan
motto yang berhubungan dengan kesadaran hukum.
Penyuluhan atau penerangan dapat dilakukan juga dengan ceramah yang diadakan di kecamatankecamatan atau di tempat tempat lain kepada golongan-golongan tertentu, misalnya para
pemegang SIM, para pedagang, para narapidana dan sebagainya. Ceramah-ceramah ini harus
diadakan secara sistematis dan periodik.
Di Amerika Serikat, suatu negara yang sudah maju, dikenal adanya Law Day untuk membina
kesadaran hukum masyarakat. Maka kiranya tidak berlebihan kalau kita mengadakan kampanye
peningkatan kesadaran hukum masyarakat secara ajeg yang diisi dengan kegiatan-kegiatan yang
disusun dan direncanakan secara planmatig (terencana), seperti ceramah-ceramah, pelbagai
macam perlombaan, pemilihan warga negara teladan, pameran dan sebagainya. Suatu pameran
mempunyai fungsi yang informatif edukatif. Maka tidak dapat disangkal peranannya yang positif
dalam meningkatkan dan membina kesadaran hukum masyarakat. Tersedianya buku vademecum
seperti yang telah diketengahkan di muka, brochure serta leaflets di samping diperlihatkan film,
slide dan sebagainya yang merupakan visualisasi kesadaran hukum akan mempunyai daya tarik
yang besar.
Pelaksanaan hukum
Adanya hukum itu adalah untuk ditaati, dilaksanakan atau ditegakkan. Pelaksanaan hukum atau
law enforcement oleh petugas penegak hukum yang tegas, konsekuen, penuh dedikasi dan
tanggung jawab akan membantu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Tidak atau kurang
adanya sikap yang tegas dan konsekuen dari para petugas penegak hukum, kurangnya dedikasi
dan tanggung jawab akan minmbulkan sikap acuh ta acuh dari masyarakat dan memberi peluang
serta perangsang untuk terjadinya onrecht.
Setiap petugas penegak hukum harus bersikap tegas dan konsekuen terhadap setiap pelanggaran
hukum yang terjadi. Tegas dan konsekuen dalam arti tidak ragu-ragu menindak setiap
pelanggaran kapan saja dan di mana saja. Pengabdian dalam tugas dan rasa tanggung jawab
merupakan persyaratan yang penting bagi setiap petugas penegak hukum.
Pelaksanaan hukum yang tegas dan konsekuen serta penuh dedikasi dan tanggung jawab akan
menimbulkan rasa aman dan tenteram di dalam masyarakat. Orang tahu kepada siapa harus
mencari perlindungan hukum dan dapat mengharapkan perlindungan hukum itu tanpa adanya
kemungkinan akan dipersukar, tidak dilayani atau dipungut beaya yang tidak semestinya. Kalau
sampai terjadi sebaliknya maka orang tidak akan merasa aman dan tenteram. Untuk mengadukan
atau melaporkan suatu pelanggaran hukum saja segan karena tidak yakin akan dilayani dengan
baik atau ditindak pelanggaran hukum yang dilaporkan itu.
Oleh karena itu maka perlu ada kontrol atau pengawasan terhadap para petugas penegak hukum
dalam menjalankan tugasnya melaksanakan atau menegakkan hukum. Pengawasan ini tidak
cukup dilakukan oleh pimpinan setempat saja, tetapi harus dilakukan juga oleh pimpinan pusat.
Banyak hal-hal yang terjadi di daerah tidak diketahui atau lepas dari sorotan pimpinan pusat.

Lebih-lebih mengingat banyaknya laporan-paporan ke pusat yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Maka oleh karena itu secara ajeg pimpinan dari pusat harus turun ke bawah.
Mengingat bahwa praktek hukum itu pada hakekatnya merupakan suatu chaos, tidak teratur
secara sistematis dan merupakan sleur sebagaimana sifat praktek pada umumnya, maka sekalikali para petugas penegak hukum perlu ke luar dari suasana sleur dari praktek untuk
mendapatkan refreshing. Di dalam praktek hukum ada kecenderungan orang untuk mengabaikan
teori dan sistem, maka oleh karena itu sangat penting fungsi penataran bagi para petugas penegak
hukum.
Akhirnya demi suksesnya peningkatan dan pembinaan kesadaran hukum masyarakat masih
diperlukan partisipasi dan kooperasi dari para pejabat dan pemimpin-pemimpin.
Achmad Sanusi, SH., Prof. Dt A.-,1977, Kesadaran hukum masyarakat, Hukum no.5 tahun ke 4
1977
Lemaire, Dr. L.W.G.-,1952, Het recht in Indonesie, NV Uitgeverij W v \Hoeve sGravenhage
Post,
C. Gorden-, 1963, An introduction to the law, Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs
Scholten, Mr. Paul-, 1954, Algemeen /Deel,, NV Uitgeversmaatschappij W.E.J. Tjeenk Willink
Rose,
Arnold M.-, 1975, The use of law to induce social change
Soerjono Soekanto: Beberapa permasalahan hukum dalam kerangka pembangunan di Indonesia,
Yayasan Penerbit UI,

Yogyakarta, 29 Juli 1978


Kertas kerja dalam rangka kerja sama Kampanye Penegakan Hukum antara Fakultas Hukum
UGM dengan Kejaksaan Agung RI tahun 1978

You might also like