You are on page 1of 37

PARASIT

Disusun untuk memenuhi tugas


MATAKULIAH PARASITOLOGI

Oleh
Kelompok V
Zulfikar
Rini Irma suryani
Aulia Agustina
Anggi Widyanza Vanessa
Miftahul Jannah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH

Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah, Hakim Yang Maha Bijaksana yang telah menurunkan
hukum-hukum-Nya untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia, agar mereka
memperoleh kesuksesan dan kebahagiaan didunia dan diakhirat. Shalawat
beriring salam kepada junjungan kita Muhammad SAW yang telah memberi
petunjuk dan penjelasan dalam rangka pelaksanaan hukum-hukum Allah.
Berkat taufiq dan hidayah dari Allah SWT, penulis akhirnya selesai
juga menyusun Makalah ini yang berjudul Parasit .
Makalah ini membahas tentang Berbagai macam Parasit , Latar
belakang parasit , Ciri-cirinya, Siklus hidup , Anggota dari genus , Dll.
Dengan demikian, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, dalam arti masih banyak terdapat kekurangan baik dalam
penyajian dan penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 13 Januari 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I

PENDAHULUAN................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 2
BAB III PENUTUP .............................................................................................31
BAB IV DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 32

BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang:
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang
semuaorganisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini
terbatasmempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi:
protozoa,helminthes, arthropoda dan insekta parasit, Cakupan parasitologi meliputi
taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masingparasit, serta patologi dan
epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organismeparasit adalah organisme
yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalumerugikan organisme yang
ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yanghidupnya juga bersifat
merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalaupredator ukuran
tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuhdan memakan
sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannyajauh lebih
kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebabkehidupan
hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.Tujuan
Pengajaran Parasitologi Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan
parasit terhadapkesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan
pengendalianpenyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan
suatupengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan
selengkapnya.
Rumusan Masalah:
1. Bagaimana kah pola habitat ,distribusi,siklus hidup, patogenesis, dan cara
pencegahan penyakit dari tipe parasit
A. Plasmodium
B. Toxxoplasma gondi
C. Entamoeba hyslotica
D. Entamoeba coli

Tujuan :
1. Untuk mampu mengetahui bagaiman perbedaan berbagai pola dari setiap
jenis plasmodium
2. Untuk dapat menjadi tambahan ilmu agar dapat tercegah dari serangan
parasit.
3. Untuk mengetahui bagaiman dari siklus hidup dari parasit.
1

BAB II
Pembahasan

A. Plasmodium vivax
Plasmodium vivax adalah protozoa parasit yang pathogen yang sering dan
didistribusikan secara luas sebagian besar menyebabkan malaria. Plasmodium
vivax merupakan salah satu dari enam jenis parasit malaria yang sering menginfeksi
manusia. Plasmodium Vivax termasuk ke dalam anggota filum Sporozoa yang tidak
memiliki alat gerak dan bersifat parasit, tubuh terbentuk bulat atau bulat panjang.
Taksonomi :
Domain

: Eukaryota

Kingdom

: Chromalveolata

Superphylum : Alveolata

B.

Phylum

: Apicomplexa

Class

: Aconoidasida

Ordo

: Haemosporida

Family

: Plasmodiidae

Genus

: Plasmodium

Morfologi

Eritrosit yang terinfeksi oleh parasit ini mengalami pembesaran dan pucat karena
kekurangan haemoglobin.
Tropozoit muda tampak sebagai cincin dengan inti pada satu sisi.
Tropozoid tua tampak sebagai cincin amuboid akibat penebalan sitoplasma yang
tidak merata
Dalam waktu 36 jam parasit akan mengisi lebih dari setengah sel eritrosit yang
membesar.
Proses selanjutnya inti sel parasit akan mengalami pembelahan dan menjadi bentuk
schizont yang berisi merozoit berjumlah antara 16 18 buah.
Gametosit mengisi hampir seluruh eritrosit.
Mikrogametosit berinti besar dalam pewarnaan Giemsa akan berwarna merah muda
sedangkan sitoplasma berwarna biru.
3

Makrogametosit berinti padat berwarna merah letaknya biasanya di pinggir.


C.

Reproduksi
Plasmodium vivax dapat mereproduksi baik secara aseksual dan seksual
,tergantung pada tahap siklus hidupnya.

Secara Aseksual
1.

Tanaman belum trofozoit (Ring atau cincin meterai-berbentuk), sekitar 1 / 3 dari


diameter dari sel darah merah

2.

Trofozoit dewasa: Sangat tidak teratur dan halus (digambarkan sebagai amoeboid);
pseudopodial banyak proses terlihat. Kehadiran butiran halus pigmen coklat (pigmen
malaria) atau hematin mungkin berasal dari hemoglobin dari sel darah merah yang
terinfeksi.

3.

Schizonts (juga disebut meronts): Sebagai besar sebagai sel darah merah yang
normal, sehingga sel terparasit menjadi buncit dan lebih besar dari biasanya. Ada
merozoit sekitar enam belas.

Secara Seksual
Tahap seksual Plasmodium vivax sebagai berikut :
1.

Transfer ke nyamuk

2.

Gametogenesis Mikrogamet dan Makrogamet

3.

Pembuahan

4.

Ookinite

5.

Oocyst

6.

Sporogony

D.

Hospes dan nama penyakit


Manusia merupakan hospes perantara parasit ini , sedangkan hospes
definitifnya adalah nyamuk Anophelesbetina.
Plasmodium vivax menyebabkan penyakit malaria vivaks, dapat juga disebut
malaria tersiana.

E.

Siklus hidup
4

1.

Nyamuk Anopheles betina menggigit, menghisap darah manusia kemudian


mengeluarkan air liur yang mengandung sporozoit.

2.

Bersama aliran darah sporozoit menuju hati, selama 3 hari.

3.

Sporozoit membelah menjadi 8 32 merozoit, keluar dari hati kemudian


menginfeksi sel hati lain dan membentuk merozoit baru. Akibatnya sel hati banyak
yang rusak.

4.

Gejala demam terjadi ketika merozoit melisiskan sel darah merah dalam jumlah
banyak.

5.

Gejala demam terjadi ketika merozoit melisiskan sel darah merah dalam jumlah
banyak.

6.

Jika darah si penderita digigit nyamuk Anopheles dan menghisap darah penderita
tadi maka makrogametosit dan mikrogametosit akan ikut terhisap dan masuk ke
dalam usus nyamuk. Di dalam usus nyamuk makrogametosit danmikrogametosit
berkembang menjadi makrogamet (ovum) dan mikrogamet (sperma). Prosesnya
dinamakan gametogonia atau gametogenesis. Fertilisasi terjadi di dalam usus
sehingga terbentuklah zigot (ookinet).

7.

Zigot (ookinet) selanjutnya akan menembus dinding usus dan untuk sementara
akan menetap, terbungkus oleh otot dinding perut nyamuk (ookista)

8.

Di dalam ookista, zigot akan membelah berulang kali sehingga terbentuk sel-sel
yang lengkap dinamakan sporozoit.

9.

Jika ookista telah matang maka akan pecah sehingga sporozoit tersebar ke seluruh
tubuh nyamuk, diantaranya adalah ke dalam kelenjar ludah.

10. Apabila nyamuk menghisap darah manusia bersamaan dengan itu nyamuk akan
melepaskan sporozoit ke dalam darah.
Plasmodium pada manusia : aseksual (Fase gametofit dan vegetatif)
Plasmodium pada nyamuk : seksual (Fase sporofit dan generatif )

Plasmodium malariae
A.

Definisi
Malaria

adalah

penyakit

yang

disebabkan

oleh

protozoa

yang

disebut Plasmodium, yang dalam salah satu tahap perkembang biakannya akan
memasuki dan menghancurkan sel-sel darah merah yang ditularkan oleh nyamuk
malaria ( Anopheles ). Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler.
Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betinaAnopheles ataupun ditularkan
langsung melalui transfusidarah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil
kepada janinnya.
B.

Jenis Plasmodium

Plasmodium pada manusia menyebabkan penyakit malaria dengan gejala


demam. anemia dan spleomegali (pembengkakan spleen). Dikenal 4 (empat) jenis
plasmodium, yaitu :
1.Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna).
2.Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana
3.Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana maligna).
menyebabkan malaria malariaeatau malaria kuartana karena serangan demam
berulang pada tiap hari keempat.
4.Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale. Malaria ini merupakan jenis ringan
dan dapat sembuh sendiri
5.Plasmodium Knowlesi
C.

D.

Klasifikasi
Kerajaan

: Protista

Filum

: Apicomplexa

Kelas

: Aconoidasida

Ordo

: Haemosporida

Famili

: Plasmodiidae

Genus

: Plasmodium

Spesies

: P. malariae

Proses Kehidupan Plasmodium


Sebagaimana makhluk hidup lainnya, plasmodium juga melakukan proses
kehidupan yang meliputi:

1.

Metabolisme (pertukaran zat).


Untuk proses hidupnya, plasmodium mengambil oksigen dan zat makanan dari
haemoglobin sel darah merah. Dari proses metabolisme meninggalkan sisa berupa
pigmen yang terdapat dalam sitoplasma. Keberadaan pigmen ini bisa dijadikan salah
satu indikator dalam identifikasi.

2.

Pertumbuhan.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ini adalah perubahan morfologi yang
meliputi perubahan bentuk, ukuran, warna, dan sifat dari bagian-bagian sel.
7

Perubahan ini mengakibatkan sifat morfologi dari suatu stadium parasit pada
berbagai spesies, menjadi bervariasi.Setiap proses membutuhkan waktu, sehingga
morfologi stadium parasit yang ada pada sediaan darah dipengaruhi waktu dilakukan
pengambilan darah. Ini berkaitan dengan jam siklus perkembangan stadium parasit.
Akibatnya tidak ada gambar morfologi parasit yang sama pada lapang pandang atau
sediaan darah yang berbeda.
3.

Pergerakan.
Plasmodium bergerak dengan cara menyebarkan sitoplasmanya yang berbentuk
kaki-kaki palsu (pseudopodia). Pada Plasmodium vivax, penyebaran sitoplasma ini
lebih jelas terlihat yang berupa kepingan-kepingan sitoplasma. Bentuk penyebaran
ini dikenal sebagai bentuk sitoplasma amuboit (tanpa bentuk).

4.

Berkembang biak.
Berkembang biak artinya berubah dari satu atau sepasang sel menjadi beberapa
sel baru. Ada dua macam perkembangbiakan sel pada plasmodium, yaitu:
a. Pembiakan seksual.
Pembiakan ini terjadi di dalam tubuh nyamuk melalui proses sporogoni. Bila
mikrogametosit (sel jantan) dan makrogametosit (sel betina) terhisap vektor bersama
darah penderita, maka proses perkawinan antara kedua sel kelamin itu akan terjadi.
Dari proses ini akan terbentuk zigot yang kemudian akan berubah menjadi ookinet
dan selanjutnya menjadi ookista. Terakhir ookista pecah dan membentuk sporozoit
yang tinggal dalam kelenjar ludah vektor.
Perubahan dari mikrogametosit dan makrogametosit sampai menjadi sporozoit di
dalam kelenjar ludah vektor disebut masa tunas ekstrinsik atau siklus sporogoni.
Jumlah sporokista pada setiap ookista dan lamanya siklus sporogoni, pada masingmasing spesies plasmodium adalah berbeda, yaitu: Plasmodium vivax: jumlah
sporozoit dalam ookista adalah 30-40 butir dan siklus sporogoni selama 8-9 hari.
Plasmodium falsiparum: jumlah sporozoit dalam ookista adalah 10-12 butir dan
siklus sporogoni selama 10 hari. Plasmodium malariae: jumlah sporozoit dalam
ookista adalah 6-8 butir dan siklus sporogoni selama 26-28 hari.
b. Pembiakan aseksual.

Pembiakan ini terjadi di dalam tubuh manusia melalui proses sizogoni yang
terjadi melalui proses pembelahan sel secara ganda. Inti troposoit dewasa membelah
menjadi 2, 4, 8, dan seterusnya sampai batas tertentu tergantung pada spesies
plasmodium. Bila pembelahan inti telah selesai, sitoplasma sel induk dibagi-bagi
kepada setiap inti dan terjadilah sel baru yang disebut merozoit.
5.

Reaksi terhadap rangsangan.


Plasmodium memberikan reaksi terhadap rangsangan yang datang dari luar, ini
sebagai upaya plasmodium untuk mempertahankan diri seandainya rangsangan itu
berupa ancaman terhadap dirinya. Misalnya, plasmodium bisa membentuk sistem
kekebalan (resistensi) terhadap obat anti malaria yang digunakan penderita.
Dengan adanya proses-proses pertumbuhan dan pembiakan aseksual di dalam sel
darah merah manusia, maka dikenal ada tiga tingkatan (stadium) plasmodium yaitu:
a. Stadium tropozoit, plasmodium ada dalam proses pertumbuhan.
b. Stadium sizon, plasmodium ada dalam proses pembiakan.
c. Stadium gametosit, plasmodium ada dalam proses pembentukan sel kelamin.
Oleh karena dalam setiap stadium terjadi proses, maka dampaknya bagi
morfologi parasit juga akan mengalami perubahan. Dengan demikian, dalam
stadium-stadium itu sendiri terdapat tingkatan umur yaitu: tropozoit muda, tropozoit
setengah dewasa, dan tropozoit dewasa. Sizon muda, sizon tua, dan sizon matang.
Gametosit muda, gametosit tua, dan gametosit matang. Untuk sizon berproses
berawal dari sizon dewasa pecah menjadi merozoit-merozoit dan bertebaran dalam
plasma darah. Merozoit kemudian menginvasi sel darah merah yang kemudian
tumbuh menjadi troposoit muda berbentuk cincin atau ring form. Ring form tumbuh
menjadi troposoit setengah dewasa, lalu menjadi troposoit dewasa. Selanjutnya
berubah menjadi sizon muda dan sizon dewasa. Pada saat menjadi merozoitmerozoit, sizon dewasa mengalami sporulasi yaitu pecah menjadi merozoit-merozoit
baru.
Di sini dapat dikatakan, proses dari sizon dewasa untuk kembali ke sizon lagi,
disebut satu siklus. Lamanya siklus ini dan banyaknya merozoit dari satu sizon
dewasa, tidak sama untuk tiap spesies plasmodium.

Plasmodium vivax: jumlah merozoit di dalam satu sel sizon dewasa sebanyak 16
dan lama siklusnya 48 jam. Artinya reproduksi rendah dan lebih lambat, sehingga
kepadatan troposoit pada darah sering rendah. Plasmodium malariae: jumlah
merozoit di dalam satu sel sizon dewasa sebanyak delapan dan lama siklusnya 72
jam. Artinya reproduksi lebih rendah dan lebih lambat. Ini mungkin yang menjadi
penyebab

jarangnya

spesies

ini

ditemukan.

Akhirnya, karena perbedaan proses perkembangan, maka masa tunas atau pre paten
atau masa inkubasi plasmodium di dalam tubuh manusia (intrinsik) masing-masing
spesies lamanya berbeda. Plasmodium falsiparum selama 9-14 hari, Plasmodium
vivax selama 12-17 hari, dan Plasmodium malariae 18 hari.
E.

Siklus Plasmodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia
dan nyamuk Anopheles betina.

a.

Silkus Pada Manusia


Pada waktu nyamuk Anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit yang
berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah selama
kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan
menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari
10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang
berlangsung selama kurang

10

lebih 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung
berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut
hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan
sampai bertahun- tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi
aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).(Depkes RI.2006)
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam
peredaran darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah,
parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit).
Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang
terinfeksi skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah
lainnya. Siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus
skizogoni darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah merah dan
membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina. (Depkes RI. 2006)
b.

Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina


Apabila

nyamuk Anopheles betina

menghisap

darah

yang

mengandung

gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding lambung nyamuk ookinet akan
menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan bersifat
infektif dan siap ditularkan ke manusia. Masa inkubasi atau rentang waktu yang
diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala
klinis yang ditandai dengan demam bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium.
F.

Patogenesis
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas
pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni
menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak
sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang
mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan
gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit
11

keluar. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena


terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga
mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering
terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada
malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag.
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi
merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung
parasit mengalami perubahan struktur dan biomolekular sel untuk mempertahankan
kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport
membran sel, Sitoadherensi, Sekuestrasi dan Resetting
Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan
berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
1.

Penghancuran eritrosit

2.

Mediator endotoksin-makrofag

3.

Sekuestrasi eritrosit yang terluka


Patogenesis penyakit atau proses terjadinya penyakit yang telah dijelaskan
sebelumnya digambarkan dalam teori simpul. Patogenesis atau proses kejadian
penyakit diuraikan ke dalam 4 simpul, yakni simpul 1 disebut dengan sumber
penyakit, simpul 2 merupakan komponen lingkungan, simpul 3 penduduk dengan
berbagai variabel kependudukan seperti pendidikan, perilaku, kepadatan, dan jender
dan simpul 4 penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami
interaksi atau exposure dengan komponen lingkungan yang mengandung bibit
penyakit atau agent penyakit. Berikut adalah teori simpul dari terjadinya penyakit
malaria.

G.

Patologi Malaria
Sporozoit pada fase eksoeritrosit bermultiplikasi dalam sel hepar tanpa
menyebabkan reaksi inflamasi, kemudian merozoit yang dihasilkan menginfeksi
eritrosit yang merupakan proses patologi dari penyakit malaria. Proses terjadinya
patologi malaria serebral yang merupakan salah satu dari malaria berat adalah
terjadinya perdarahan dan nekrosis di sekitar venula dan kapiler. Kapiler dipenuhi

12

leukosit dan monosit, sehingga terjadi sumbatan pembuluh darah oleh roset eritrosit
yang terinfeksi.
H.

Penularan Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit yang disebut plasmodiumspp yang
hidup dalam tubuh manusia dan dalam tubuh nyamuk.Parasit/plasmodium hidup
dalam tubuh manusia. Menurut epidemiologi penularan malaria secara alamiah
terjadi

akibat

adanya

interaksi

antara

tiga

faktor

yaitu Host,

Agent, dan Environment. Manusia adalah host vertebrata dari Human plasmodium,
nyamuk sebagai Host invertebrate, sementara sPlasmodium sebagai parasit malaria
sebagai agent penyebab penyakit yang sesungguhnya, sedangkan faktor lingkungan
dapat dikaitkan dalam beberapa aspek, seperti aspek fisik, biologi dan sosial
ekonomi.

B. Toxoplasma gondii

A. Sejarah
Toxoplasma gondii pada tahun 1908 pertama kali ditemukan pada binatang
pengerat yaitu Ctenodactylus gundi, di suatu laboratorium di Tunisia dan pada seekor
kelinci di suatu laboratorium di Brazil (Nicolle & Splendore). Pada tahun 1937,
parasit ini ditemukan pada neonatus dengan enfalitis. Walaupun trransmisi secara
intrauterin transplasental sudah diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup
parasit ini menjadi jelas, ketika ditemukan daur seksualnya pada kucing (Hutchison).
Setelah dikembangkan tes serologi yang sensitif oleh Sabin dan Feldman (1948), zat
anti Toxoplasma gondii ditemukan kosmopolit, terutama di daerah beriklim panas
dan lembab.

B. Morfologi Toxoplasma gondii


13

Bentuknya seperti pisang dan ujung anteriornya agak meruncing

Mempunyai ukuran 4-6 mikron x 2-3 mikron

Ujung posterior tumpul

Kadang ditemukan bentuk ovale

Nucleus yang mempunyai kariosom terletak sentrik di bagian yang tumpul/agak


posterior

Mempunyai para nucleus

C. Siklus Hidup Toxoplasma gondii


Toxoplasma gondii adalah suatu spesies dari Coccidia yang mirip dengan
Isospora. Dalam sel epitel usus kecil kucing berlangsung daur aseksual dan daur
seksual yang menghasilkan ookista yang dikeluarkan bersama tinja. Ookista
menhasilkan 2 sporokista yang masing-masing mengandung 4 sporozoit. Bila ookista
ditelan oleh mamalia lain atau burung (hospes perantara), maka pada berbagai
jaringan hospes perantara dibentuk kelompok tropozoit yang membelah secara aktif
yang disebut takzoit. Kemudian berubah menjadi brad izoit yang merupakan masa
infeksi klinis menahun yang biasanya merupakan infeksi latent. Pada hospes
perantara hanya terdapat sebagai kista jaringan.
Bila kucing sebagai hospes definitif memakan perantara hospes perantara yang
terinfeksi, maka terbentuk lagi stadium seksual dalam sel epitel usus kecilnya. Bila
hospes perantara mengandung kista jaringan Toxoplasama, maka masa prepatennya
adalah 3-5 hari, sedang bila kucing makan tikus yang mengandung takizoit, masa
prepatennya bisa 5-10 hari. Tetapi bila ookista langsung tertelan oleh kucing, maka
masa prepatennya adalah 20-24 hari.
Di berbagai jaringan tubuh kucing juga ditemukan tropozoit dan kista jaringan.
Pada manusia takizoit ditemukan pada infeksi akut dan dapat memasuki tiap sel yang
berinti.
Takizoit berkembang biak dalam sel secara endodiogeni. Bila sel penuh dengan
takizoit, maka sel menjadi pecah dan takizoit memasuki sel- sel di sekitarnya atau
difagositosis oleh sel makrofag. Kista jaringan dibentuk di dalam sel hospes bila
14

takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Kista jaringan ini dapat
ditemukan dalam hospes seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot
bergaris. Di otak kista berbentuk lonjong atau bulat, sedangkan di otot kista
mengikuti bentuk sel.
Dalam lingkar hidupnya Toksoplasma gondii mempunyai dua fase yaitu
1.

Fase Aseksual (skizogoni)


Pada fase ini cara berkembang biaknya adalah membelah dua atau binnary fission.

2.

Fase Seksual (gametogoni dan sporogoni)


Hanya didapatkan dari kucing sebagai tuan rumah definitif( efenitiv host).

D. Epidemiologi
Prevalensi zat anti T.gondii pada binatang di Indonesia adalah sebagai berikut,
35-73% pada kucing, 11-36% pada babi, 11-61% pada kambing, 75% pada anjing,
dan kurang dari 10% pada ternak lain.
Prevalensi toksoplasmosis konginetal di berbagai Negara diperkirakan sebagai
berikut : Nederland 6,5 dari 1000 kelahiran hidup, New York 1,3%, Paris 3%,
danvietnam 6-7%.
Keadaan toksoplasmosis di suatu daerah ditentukan oleh banyak factor,
sepertikebiasaan makan daging kurang matang, adanya kucing yang terutama
dipelihara sebagai hewan kesayangan, adanya tikus dan burung yang sebagai hospes
perantara, adanya lipas atau lalat yang sebagai vector untuk memindahkan ookista
dari tinja kucing.

E. Cara Penularan
a.

Pada toksoplasmosis konginetal transmisi Toxoplasma kepada janin terjadi in

utero melalui plasenta, bila ibunya mendapat infeksi primerwaktu ia hamil.

15

b.

Pada toksoplasmosis akuisita infeksi dapat terjadi, bila makan daging mentah

atau kurang matang (misalnya : sate) kalau daging tersebut mengandung kista
jaringan atau takizoit toxoplasma.
c.

Infeksi juga dapat terjadi di laboratorium bila seseorang bekerja dengan hewan

percobaan yang terinfeksi T.gondii, melalui jarum suntik atau alat laboratorium lain.
d.

Infeksi dapat terjadi dengan transplantasi organ dari donor yang menderita

toksoplasmosis
e.

Tranfusi darah lengkap juga dapat mengakibatkan infeksi.

F. Habitat Toksoplasma gondii hidup didalam :

Sel endotil

Leukosit mononukler

Cairan tubuh

Sel jaringan hospes/tuan rumah

G. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala yang nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit
lain, beberapa gejala klinis yang sering dihubungkan dengan Toksoplasmosis
diantaranya adalah :
1. Limfadenitis/Limfadenopati (radang limfa)
Limfadenitis adalah manifestasi klinis yang sering dijumpai pada Toksoplasmosis
akuisita akut. Kalenjer leher prosterior yang paling sering terkena tetapi kalenjarkalenjar lainpun dapat terlihat. Pada Toksoplasmosis akuisita yang ringan terkadang
menyerupai Mononukleusis infeksiosa, limfoma atau suatu tumor ganas. Dapat
disertai panas badan atau tidak dan biasanya sembuh sendiri
2. Kelainan pada organ-organ visera

16

Peningkatan suhu yang akut sering dijumpai bersama-sama dengan adanya proses
pneumonia, hepatitis atau miokarditi. Berbagai derajat bronkopneumoniae sering
disebabkan oleh karena adanya suprainfeksi dengan penyebab yang lain.
Ikterus merupakan salah satu tanda terkenanya hepar. Di hepar walaupun dijumpai
daerah dengan degenerasi sel-sel hepar yang luas, namun pada kebanyakan kasus
tidak ditemukan parasitnya. Sedangkan di otot jantung Toksoplasma gondii hamper
selalu dapat dijumpai dalam bentuk kista dalam serat-serat kista dalam serat-serat
miokardi.

H. Diagnosis
Diagnosis toksoplasmosis akut dapat dipastikanbila menemukan takizoit dalam
biopsy otak atau sumsum tulang, cairan serebrospinal dan ventrikel.
Tes serologi dapat menunjang diagnosis toksoplasmosis. Tes yang dapat dipakai
adalah tes warna Sabin Feldman(Sabin-Feldman dye test) dan test hemaglutinasi
tidak langsung (IHA), untuk antibody IgG , tes zat anti fluoresentidak langsung (IFA)
dan tes ELISA untuk deteksi antibody IgG dan IgM.
Prinsip tes warna adalah Toxoplasma yang hidup (dari cairan peritoneum tikus)
bila dicampur dengan serum normal mudah diwarnai dengan biru metilen. Tetapibila
dicampur dengan serumkebal, parasit tidak dapat mengambil warna lagi. Titer tes
warna ialah pengenceran tertinggi dengan 50% dari jumlah Toxoplasmatidak diwarai.
Titer zat anti IgG cepat naik dan tetap tinggi selama setahun atau lebih pada tes
warna maupun tes IHA, IHF dan ELISA. Pada tes warna diperlukan parasit hidup
sehingga tes ini sekarang jarang dipakai.
Pada tes IFA dan ELISA tidak diperlukan parasit hidup. Tes ini digunakan untuk
deteksi zat anti IgM Toxoplasma. Adanya zat anti IgM pada neonates menunjukkan
bahwa zat anti ini dibuat oleh janin yang terinfeksi dalam uterus, karena zat anti IgM
dari ibu yang berukuran lebih besar tidak dapat melalui plasenta, tidak seperti halnya
zat anti IgG. Maka jika ditemukan zat anti IgM Toxoplasma pada neonates, diagnose
toksoplasmosis konginetal sudah dapat dipastikan.

17

Tes serologik tidak selalu dipakai untuk menegakkan diagnosis toksoplasmosis


akut dengan cepat dan tepat. Karena IgM tidak selalu dapat ditemukan pada
neonates, atau karena IgM dapat ditemukan selama berbulan-bulan,bahkan smapai
lebih dari setahun. Sedangkan pada penderita imunodefisiensi tidak dibentuk IgM
dan tidak dapat ditemukan titer IgG yang meningkat.
Akhir-akhir

ini

dikembangkan

PCR

untuk

deteksi

DNA,yang

dapat

memberikandiagnosis dini yang cepat dan tepat untuk toksoplasmosis konginetal


prenatal dan postnatal.

I. Pengobatan
Primetamin dan sulfonamid bekerja secara sinergistik, maka dipakai sebagai
kombinasi selama 3 minggu atau sebulan. Primetamin dapat mengakibatkan
trombositopenia dan leukopenia, bahkan bagi wanita hamil bersifat teratogenik.
Pencegahan akan efek samping ini adalah dengan penambahan folinik atau ragi.
Sulfonamid dapat menyebabkan trombositopenia dan hematuria. Spiramisin
adalah antibiotika macrolide, yang tidak menembus plasenta, tetapi ditemukan
dengan konsentrasi tinggi di plasenta. Spiramisin dapat diberikan pada wanita hamil
yang medapat infeksi primer.
Klindamisin

efektif

untuk

pengobatan

toksoplasmosis,

tetapi

dapat

menyebabkan klitis pseudomembranosa ( colitis ulserative ), sehingga tidak


dianjurkan pada bayi dan wanita hamil.
Toksoplasmosis akuisita yang asimtomatik tidak perlu diberi pengobatan.
Seorang ibu hamil dengan infeksi primer harus diberi pengobatan profilaktik.
Toksoplasmosis konginetal harus diberi pengobatan sedikitnya 1 tahun. Penderita
imunokompromais (AIDS,keganasan) yang terjangkit toksoplasmosis harus diberi
pengobatan

J. Pencegahan

18

1.

Menghindari mengkonsumsi daging yang kurang matang (memasak daging dengan


cara yang benar dan harus sampai matang sebelum dikonsumsi),

2.

Mencuci tangan setelah memegang daging mentah (biasanya untuk para penjual
daging),

3.

Selalu menjaga kesehatan hewan peliharaan(memandikan dan membawa ke dokter


hewan secara rutin),

4.

Membasmi vector, misalnya tikus dan lalat,

5.

Menutup rapat makanan sehingga tidak dijamah lalat atau lipas,

6.

Member makan hewan peliharaan (terutama kucing) diberi makanan yang matang,
dan dicegah agar tidak berburu tikus atau burung.

7.

Pada orang yang bekerja di laboratorium, lebih berhati-hati, gunakan APD dengan
benar.

8.

Berhati-hati dalam melakukan tranfusi darah serta transplantasi organ.

19

Versi 2
Toxoplasmosis

TOXOPLASMOSIS, PENYEBAB, GEJALA KLINIK, PATOGENITAS


& PENCEGAHAN

20

Banyak masyarakat yang resah akibat penyakit yang ditularkan melalui


produk hewani seperti daging. Salah satu penyakit yang diresahkan tersebut adalah
toksoplasmosis. Selain masyarakat umum, banyak para dokter, dokter hewan
ataupun ilmuwan yang mulai tertarik dengan keberadaan dari penyakit tersebut baik
untuk kesehatan hewan ataupun manusia.
Akibat yang ditimbulkan tidak sedikit apabila ditinjau dari segi ekonomi
karena penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya abortus ataupun sampai kematian
khususnya pada hewan dan hewan domestikasi lain. Dari segi kesehatan manusia
parasit ini juga sangat berakibat fatal khususnya bagi ibu ibu hamil, anak- anak
ataupun penderita imunocompromise. Diperkirakan bahwa 30 50 % populasi
manusia didunia ini telah terinfeksi oleh Toxoplasma dan secara klinik mengandung
kista walaupun tidak jelas dan lebih dari 1000 bayi yang lahir terinfeksi oleh
Toxoplasma ( anonim , 2001a; anonim 2001b ).Berikut ulasan secara rinci mengenai
Toxoplasmosis :
Toxoplasma gondii
I.Hospes dan nama penyakit
Manusia, mammalia lain, dan burung merupakan hospes perantara T.gondii,
sedangkan kucing serta hewan yang termasuk famili felidae lainnya merupakan
hospes definitifnya. T.gondii merupakan parasit yang dapat menyebabkan penyakit
toxoplasmosis baik toxoplasmosis kongenital maupun toxoplasmosis akuisita.
II.Morfologi dan daur hidup
Pada umumnya Toxoplasma gondii ditemukan intraseluler namun bisa juga
ditemukan ektraseluler. Di dalam sel bisa tunggal, berpasangan atau berkelompok.
Secara morfologi T.gondii memiliki 2 stadium utama, yang dapat ditemukan pada
hospes perantara dan hospes definitif , yaitu tropozoit dan kista serta 1 stadium
yang hanya ditemukan pada hospes definitif saja, yaitu ookista.Tropozoit tampak
menyerupai bulan sabit, satu ujung lebih tumpul dibanding ujung yang
lain.Tropozoit membentuk kelompok menempati berbagai jaringan hospes
perantara dan mengadakan pembelahan secara aktif maka terbentuklah
pseudokista yang banyak mengandung takizoit (bentuk yang membelah cepat),
kecepatan takizoit membelah berkurang secara berangsur maka terbentuklah kista
yang mengandung bradizoit (bentuk yang membelah perlahan).Pseudokista dapat
21

dibedakan dengan kista, pseudokista merupakan sel tuan rumah yang


menggembung karena adanya multiplikasi parasit yang cepat (berisi takizoit), dan
terbatas pada infeksi akut sedangkan kista terjadi pada infeksi kronis terutama
dalam otak dan paru-paru, dinding kista dibentuk sebagai hasil sekresi dari parasit
sehingga kista memiliki dinding yang lebih kuat, lia dan tidak mudah pecah
dibanding pseudokista yang memiliki dinding tipis dan mudah pecah karena
berasal dari sel hospes, jika pseudokista pecah parasit dapat keluar menyerang sel
yang lain.
Dalam daur hidup T.gondii memerlukan dua jenis hospes yang berbeda, yaitu
manusia , mamalia lain dan burung sebagai hospes perantara sedangkan kucing
serta hewan famili felidae sebagai hospes definitif. Pada tubuh kucing terjadi kedua
macam reproduksi yaitu reproduksi aseksual (skizogoni/endodeogeni) dan seksual
(gametogoni) yang kesemuanya terjadi pada epitel usus muda.Reproduksi aseksual
dilakukan oleh takizoit dan bradizoit di dalam sel/intraseluler sedangkan
reproduksi seksual menghasilkan makrogamet/zigot yang akan ditemukan pada
tinja kucing dalam bentuk ookista sehingga pada tubuh kucing akan ditemukan
semua stadium (takizoit, bradizoit, pseudokista, kista dan ookista) sedangkan pada
tubuh hospes perantara hanya mengalami reproduksi aseksual saja sehingga tidak
akan ditemukan bentuk ookista.
Ookista dikeluarkan bersama tinja kucing dan belum mengalami sporulasi sehingga
masih bersifat tidak infektif, sporulasi terjadi pada suhu kamar dalam waktu 3-4
hari membentuk 2 sporoblast dan dari tiap sporoblast membentuk 4
sporozoit..Ookista ini relatif toleran terhadap perubahan lingkungan dan dapat
bertahan di tanah kurang lebih satu tahun.Infeksi terjadi jika ookista infektif
tertelan maka terjadi infeksi akut sampai kronik.Kadang-kadang infeksi akut tidak
menimbulkan gejala.Selama stadium akut bentuk tropozoit (takizoit) dapat
ditemukan pada berbagai jaringan akan tetapi jika infeksi berubah menjadi kronik
maka bentuk kista yang berisi bradizoit dapat ditemukan pada otot,otak atau dalam
berbagai jaringan.

22

Kucing mengalami infeksi jika memakan hospes perantara yang terinfeksi atau
melalui ookista yang tertelan maka terbentuk lagi berbagai stadium seksual pada
epitel usus mudanya. Jika kucing menelan ookista yang sudah mengalami
sporulasi, maka dalam 21-24 hari akan dapat mengeluarkan ookista, sementara jika
kucing memakan tikus (hospes perantara) yang dalam jaringannya terdapat takizoit
maka dalam 9-11 hari akan muncul ookista dalam tinja kucing.Akhirnya jika tikus
yang mengandung bradizoit/kista dalam jaringannya termakan oleh kucing maka
dalam waktu 3-5 hari akan terbentuk ookista dalam tinjanya.
I.Patologi dan Gejala Klinik
Toxoplamosis akuisita
Kasus toksoplasmosis akuisita pada manusia didapat dari masuknya jaringan kista
pada daging yang terinfeksi karena daging tidak dimasak dengan sempurna atau
ookista pada makanan yang tercemar kotoran kucing, transfusi darah atau melalui
transplantasi organ. Bradyzoite dari jaringan kista atau sporozoite yang terlepas
dari ookista masuk ke sel-sel epitel di usus dan bermultiplikasi di usus. Setelah
invasi yang terjadi di usus, parasit memasuki sel atau difagositosis. Sebagian mati
setelah difagositosis dan sebagian lain berkembangbiak dalam sel menyebabkan sel
hospes pecah dan menyerang sel baru.
Toxoplasma gondii dapat menyebar menyerang berbagai sel dan jaringan dalam
tubuh kecuali sel darah merah (karena tidak berinti), penyebaran itu cepat terjadi
karena parasit akan memasuki saluran limfe dan darah sehingga penyebaran
bersifat hematogen dan limfogen. Parasitemia berlangsung dalam beberapa
minggu.Gambaran klinis akan tampak setelah beberapa waktu dari rusaknya
jaringan yang terinfeksi, khususnya yang vital dan penting seperti mata, jantung,
dan kelenjar adrenal. Toxoplasma gondii tidak memproduksi toksin. Nekrosis pada
jaringan biasanya disebabkan oleh multiplikasi intraselular dari tachyzoite.
Manifestasi klinik yang paling sering dari toxoplasmosis akuisita adalah
limfadenopati, rasa lelah, disertai demam dan rasa sakit kepala.

23

Toxoplamosis kongenital .
Toksoplasmosis berpengaruh pada janin dalam kandungan. Bahkan bisa berakibat
fatal, jika daya tahan ibu yang terinfeksi lemah. Ibu dapat menularkan infeksi ini
pada janin melalui transplasenta dan merusak janin sehingga ibu pun mengalami
keguguran. Kalau pun kehamilan bisa berlanjut terus, janin bisa cacat. Ibu hamil
yang kena infeksi tokso pada trimester pertama, kehamilannya bisa mengalami
keguguran. Bila terjadi pada trimester kedua, janin dapat lahir dengan kondisi
cacat, misal kepala membesar (hidrosefalus) atau kepala mengecil (mikrosefalus).
Atau, bayi mengalami kebutaan (retinochoroid). Jika ibu terinfeksi pada trimester
ketiga, bayi akan lahir dengan kelainan seperti sulit konsentrasi, retardasi mental,
atau kejang-kejang. Bisa juga, lahir prematur dengan radang pada otak dan selaput
otak (meningo-ensefalitis). Bagaimana parasit tokso ini bisa menembus plasenta
dan sampai ke janin, hingga saat ini masih belum diketahui pasti, karena tak seperti
virus, parasit tak mudah menembus plasenta. Dan sayangnya, sulit sekali
mendeteksi terjadinya penularan toksoplasma ini, apalagi jika terjadi pada wanita
yang tidak hamil, kecuali melakukan pemeriksaan laboratorium. Si wanita tidak
akan merasakan gangguan berarti secara fisik. karena geiala-geiala terinfeksi tokso
juga tidak jelas. Kadang muncul demam, sakit kepala, badan pegal-pegal, mudah
lelah, dan kurang nafsu makan.
IV.Diagnosis
Untuk melakukan diagnosa terhadap penyakit toksoplasmosis dapat dilakukan
beberapa cara yaitu bisa menggunakan cara serologi (metode Elisa) ataupun
pemeriksaan histopatologi. Dengan hanya melihat gejala klinik maka diagnosa
kurang bisa ditegakkan karena gejala yang tampak tidak spesifik ( Dubey, 1999 ).
Diagnosa akan lebih akurat jika dilakukan pemeriksaan laboratorium, kadangkadang tropozoit dapat ditemukan dan diidentifikasi pada pewarnaan kelenjar
limfe, sumsum tulang, otak. Pemeriksaan bisa berupa isolasi parasit dengan cara
menginokulasi cairan tubuh atau gerusan jaringan pada mencit yang bebas
toxoplasma secara intraperitoneal, setelah 7-10 hari cairan peritoneal diperiksa
bentuk proliferatif Toksoplasma .Pemeriksaan tubuh langsung bisa dilakukan
24

dengan cara melihat adanya dark spot pada retina, melakukan pemeriksaan darah
untuk melihat apakah parasit sudah menyebar melalui darah dengan melihat
perubahan yang terjadi pada gambaran darahnya, serta bisa menggunakan CT scan
untuk menemukan lesi akibat parasit tersebut. Pemeriksaan juga bisa dilakukan
dengan biopsi dan dari sampel biopsi tersebut bisa dilakukan pengujian dengan
menggunakan PCR ( Theobald, 2001; Fuentes, 2001 ), isolasi pada hewan
percobaan ataupun pembuatan preparat histopatologi ( Dubey, 1999).
V.Epidemiologi
Kucing sering dianggap menjadi penyebab keguguran pada wanita hamil, karena
ibu / calon ibu secara tidak sadar terinfeksi toxoplasmosis . Namun kucing bukan
satu-satunya sumber penularan toxoplasmosis pada manusia, disamping itu
penularannya bukanlah melalui sentuhan atau berdekatan dengan hewan penderita.
Dari hasil survey di berbagai negara di dunia yang didasarkan atas pemeriksaan
serologi positif sangat bervariasi. Demikian juga di berbagai daerah di Indonesia.
Sekitar 27% kucing liar dan 15% kucing ras di Surabaya teruji positif
toxoplasmosis . Hasil survey di beberapa tempat di pulau Jawa menunjukkan
tingkat kejadian penyakit ini pada babi berkisar antara 7 - 56%, sedangkan pada
kambing dapat mencapai 80%. Kejadian pada sapi relatif lebih rendah, karena
kejadiannya tidak banyak dilaporkan.
Kejadian seropositif di Indonesia pada orang sehat bervariasi antara 5 - 51%, dari
RSUD Dr. Sutomo Surabaya dilaporkan mencapai 26.6%. Di negara yang
warganya mempunyai kebiasaan mengkonsumsi daging setengah matang,
kejadiannya relatif sangat tinggi, antara lain ; Prancis : anak-anak 33% , orang
dewasa 87% ; Elsavador : anak-anak 40%, orang dewasa 93%.
Yang paling rentan terhadap infeksi toxoplasmosis adalah :
Bayi yang dikandung oleh ibu yang tertular untuk pertama kalinya oleh infeksi
toxoplasma beberapa bulan sebelum kehamilan atau selama kehamilan

25

Seseorang yang mengalami penurunan system kekebalan yang hebat, misalnya


penderita HIV / AIDS ; sedang menjalani khemoterapi terhadap tumor ; atau baru
saja mendapat transplantasi organ.
Tindakan pencegahan tentu saja harus dilakukan demi menghindari terinfeksi
parasit ini. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah:
1. Jangan memberi makan hewan peliharaan dengan daging jeroan dan tulang
mentah/tidak dimasak. Demikian juga susu harus dimasak dulu.
2. Mencegah kucing dan anjing berburu burung, tikus, lalat, dan kecoa.
3. Pasir tempat kotoran kucing sebaiknya dibersihkan setiap hari. Ookista yang
mungkin keluar bersama kotoran memerlukan waktu 24 jam untuk menginfeksi.
4. Setelah mencuci daging mentah, sebaiknya cuci tangan dengan sabun.
5. Untuk ibu-ibu yang sedang hamil jangan mencuci/membersihkan daging/jeroan
yang akan dimasak.
6. Sebaiknya sayuran maupun buah-buahan yang akan dimakan dicuci bersih.
7. Untuk orang-orang yang biasa makan dengan tidak memakai sendok, jangan
lupa mencuci tangan dengan sabun.
8. Untuk ibu-ibu yang merencanakan kehamilan sebaiknya periksa darah, untuk
mengetahui ada tidaknya infeksi taksoplasma. Setelah hamil, pemeriksaan darah
diulang pada trisemester pertama dan akhir kehamilan.
9. Ibu hamil jangan membersihkan tempat kotoran kucing. (Erkus/berbagai
sumber)

26

Kenapa toxxoplasma Gondi mencari sel inang yang memiki inti sel dan
bagaiman cara mereka menyebar dalam tubuh jika mereka membutuhkan
sel yang memiliki inang untuk menyebar padahal sel darah tidak
memiliki inti ? menggunakan saluran limfa
Tropozoit membentuk kelompok menempati berbagai jaringan hospes
perantara dan mengadakan pembelahan secara aktif maka terbentuklah
pseudokista yang banyak mengandung takizoit (bentuk yang
membelah cepat), kecepatan takizoit membelah berkurang secara
berangsur maka terbentuklah kista yang mengandung bradizoit (bentuk
yang membelah perlahan). Apa yang menyebabkan kecepatan takizoit
membelah berkurang secara berangsur ? nutrisi sangat mempengaruhi
pada pembelahan

C. ENTAMOEBA HISTOLYTICA

Hospes
Bertindak sebagai hospes yaitu manusia, bias juga pada kera, anjing, kucing,
babi serta tikus.

Penyakit
Infeksi oleh Entamoeba histolytica disebut amebiasis, yaitu seseorang
mengandung Entamoeba histolytica.

Distribusi Geografik
Amebiasis meupakan hewan yang paling sederhana yang tersebar di seluruh
dunia (kosmopolit) terutama di daerah tropic dan daerah beriklim sedang.

27

Kebanyakan hidup bebas akan tetapi beberapa spesies hidup sebagai parasit pada
manusia.

Habitat
Parasit terutama ditemukan di daerah caecum juga di daerah rektrosigmoid.

Morfologi
Entamoeba histolytica memiliki dua bentuk utama dengan satu bentuk
peralihan, yaitu bentuk trofozoid (bentuk vegetative/ bentuk histolytica), bentuk
prekista (bentuk peralihan sebelum menjadi kista) dan bentuk kista.
Bentuk trofozoid, dapat bergerak aktif, dengan diameter antara 10-60 m.
sebagian besar berukuran 15-30 m. Ektoplasma lebar, jernih, membias cahaya jelas
dengan endoplasma, pseudopodium tipis. Endoplasma berglanula halus kadangkadang ditemukan sel darah merah dengan berbagai tingkat kerusakan.
Bentuk prekista bulat atau membujur, tidak berwarna, lebih kecil dari
trofozoid, lebih besar dari kista, tidak mengandung makanan.
Bentuk kista, oval atau bulat, agak asimetris, dinding halus, membias cahaya,
tidak berwarna, ukuran 10-20 m. jumlah inti 1 2 atau 4.

Siklus Hidup
Kista matang yang resisten merupakan stadium infektif, jika termakan, kita
tersebut sampai di lambung masih dalam keadaan utuh karena dinding kista tahan
terhadap asam lambung. Di rongga usus halus dinding kista dicernakan, terjadi
eksitasi dan keluarlah bentuk bentuk prekista yang masuk ke rongga usus besar.

28

Bentuk prekista dapat berubah menjadi bentuk trofozid yang pathogen dan
hidup di mukosa usus besar dan dapat menimbulkan gejala. Dengan aliran darah,
bentuk trofozoid dapat tersebar ke jaringan hati, paru, dan otak.

Diagnosis
1. Amebiasis Kolon Akut
Diagnosis klinis ditetapkan bila terdapat sindrom disentri disertai sakit perut
(mules). Biasanya gejala diare berlangsung tidak lebih dari 10 kali sehari. Gejala
tersebut dapat dibedakan dari gejala penyakit disentri basilaris. Pada disentri
basilaris terdapat sindrom disentri dengan diare yang lebih sering, kadangkadang sampai lebih dari 10 kali sehari, terdapat juga demam dan leukositosis.
2. Amebiasis Kolon Menahun
Biasanya terdapat gejala diare yang ringan dengan obstipasi.
3. Amebiasis Hati
Bila terdapat gejala berat badan menurun, badan terasa lemah, demam, tidak
nafsu makan disertai pembesaran hati yang nyeri.

Pencegahan
1. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging
ikan).
2. Minum air yang sudah dimasak hingga mendidih.
3. Menjaga kebersihan diri.
4. Sering gunting kuku.
5. Membiasakan cuci tangan menjelang dan sesudah makan.
6. Membiasakan cuci tangan sesudah buang air besar.
7. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat.

29

D. Entamoeba coli

Distribusi geografik
Ameba ini ditemukan kosmopolit. Di Indonesia frekuensinya antara 8 18%.
Penyakit
Tidak menimbulkan penyakit (bersifat komensal), dan digunakan untuk diferensial
diagnosis dengan Entamoeba histolytica.
Hospes
Manusia.
Morfologi
Amoeba ini hidup sebagai komensal di rongga usus besar. Dalam daur hidupnya
terdapat bentuk vegetatif dan bentuk kista. Morfologinya mirip dengan E.histolytica,
Terbagi atas dua bentuk yaitu:
(1) Bentuk trofozoit :
Besarnya 15-30 mikron, berbentuk lonjong atau bulat, mempunyai satu inti
Entamoeba dengan kariosom kasar dan biasanya letaknya eksentris, butir-butir
kromatin perifer juga kasar dan letaknya tidak merata. Ektoplasma tidak nyata, hanya
tampak bila pseudopodium dibentuk. Pseudopodium lebar, dibentuk perlahan-lahan
sehingga pergerakannya lambat. Endoplasma bervakuol, mengandung bakteri dan
sisa makanan, tidak mengandung sel darah merah. Bentuk ini tidak dapat dibedakan
dari bentuk minuta E.histolytica. cara berkembangbiaknya dengan belah pasang.
Bentuk trofozoit biasanya ditemukan dalam tinja lembek atau cair.
(2) Bentuk kista :
Besarnya 15-22 mikron. Bentuk kista bulat atau lonjong. Dinding kista tebal
berwarna hitam. Dalam tinja biasanya kista berinti 2 atau 8. Kista yang berinti 2
mempunyai vakuol glikogen yang besar dan benda kromatoid yang halus dengan
ujung runcing seperti jarum. Kista matang berinti 8 biasanya tidak lagi mengandung
vakuol glikogen dan benda kromatoid.
Infeksi terjadi dengan menelan kista matang.
Patologi Klinis
E.coli tidak patogen, tetapi penting dipelajari untuk membedakan dengan
E.histolytica.
Diagnosis
Menemukan bentuk trofozoit atau bentuk kista dalam tinja.
Terapi
Tidak memerlukan terapi.
.
30

Entamoeba coli
Entamoeba coli Hospes : Manusia.
Morfologi :
Amoeba ini hidup sebagai komensal di rongga usus besar. Dalam daur hidupnya
terdapat bentuk vegetatif dan bentuk kista. Morfologinya mirip dengan E.histolytica,
Terbagi atas dua bentuk yaitu:
(1) Bentuk trofozoit :
Besarnya 15-30 mikron, berbentuk lonjong atau bulat, mempunyai satu inti
Entamoeba dengan kariosom kasar dan biasanya letaknya eksentris, butir-butir
kromatin perifer juga kasar dan letaknya tidak merata. Ektoplasma tidak nyata, hanya
tampak bila pseudopodium dibentuk. Pseudopodium lebar, dibentuk perlahan-lahan
sehingga pergerakannya lambat. Endoplasma bervakuol, mengandung bakteri dan
sisa makanan, tidak mengandung sel darah merah. Bentuk ini tidak dapat dibedakan
dari bentuk minuta E.histolytica. cara berkembangbiaknya dengan belah pasang.
Bentuk trofozoit biasanya ditemukan dalam tinja lembek atau cair.
(2) Bentuk kista :
Besarnya 15-22 mikron. Bentuk kista bulat atau lonjong. Dinding kista tebal
berwarna hitam. Dalam tinja biasanya kista berinti 2 atau 8. Kista yang berinti 2
mempunyai vakuol glikogen yang besar dan benda kromatoid yang halus dengan
ujung runcing seperti jarum. Kista matang berinti 8 biasanya tidak lagi mengandung
vakuol glikogen dan benda kromatoid.
Infeksi terjadi dengan menelan kista matang.
Siklus hidup dan Patogenesis
Siklus hidup E. coli menyerupai E. histolytica, namun tanpa adanya penjalaran
ekstraintestinal. Penularan terjadi karena termakan bentuk kista malalui jalan yang
sama dengan penularan E. histolytica. Infeksi E. coli bersifat asimtomatis dan non
patogen. Namun parasit E. coli sering dijumpai bersamaan dengan infeksi E.
histolytica pada penderita amebiasis. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan tinja.
Bentuk trofozoit E. coli agak sukar dibedakan dengan bentuk prekista E. histolytica.
Kista mudah dibedakan bila telah memiliki lebih dari 4 inti. Pengobatan tidak
diperlukan karena protozoa ini non patogen.
Distribusi geografik
Ameba ini ditemukan kosmopolit. Di Indonesia frekuensinya antara 8 18%.
Penyakit
Tidak menimbulkan penyakit (bersifat komensal), dan digunakan untuk diferensial
diagnosis dengan Entamoeba histolytica.
31

Entamoeba coli merupakan spesies non-patogenik Entamoeba yang sering ada


sebagai parasit komensal di saluran pencernaan manusia. Klinis, E. coli (jangan
bingung dengan bakteri Escherichia coli) adalah penting dalam kedokteran karena
bisa bingung selama pemeriksaan mikroskopis dari spesimen tinja diwarnai dengan
Entamoeba histolytica patogenik [1] Sementara diferensiasi ini. Biasanya dilakukan
melalui pemeriksaan visual dari kista parasit melalui mikroskop cahaya, metode baru
dengan menggunakan teknik biologi molekular telah dikembangkan
Patologi Klinis
E.coli tidak patogen, tetapi penting dipelajari untuk membedakan dengan
E.histolytica.
Diagnosis
Menemukan bentuk trofozoit atau bentuk kista dalam tinja.
Terapi
Tidak memerlukan terapi.
Signifikansi klinis
Keberadaan E. coli tidak menyebabkan dalam dan dari dirinya sendiri untuk mencari
pengobatan karena dianggap tidak berbahaya [3] Namun, ketika seseorang menjadi
terinfeksi Entamoeba ini jinak, organisme patogen lain mungkin telah diperkenalkan
juga, dan ini lainnya. patogen dapat menyebabkan infeksi atau penyakit

32

BAB III
PENUTUP
1. Setiap parasit memiliki siklus hidup yang berbeda
2. Pola yang digunaka untuk mencegah parasit peu berbeda beda karena siklus
hidup dan hospes dari parasite berbeda
3. Kebayakan dari parasit memiliki lebih dari 2 buah inang
4.

Penyakit yang disebabkan oleh arasit biasanya dikategorikan sebgai penyakit


yang berbahaya dan dapat menular.

5. Cara yang aman untuk menjauhkan diri dari parasite agar tidak terkena dampak
ialah dengan cara hidup bersih dan gaya hidup yang sehat.

33

DAFTAR PUSTAKA :
1. Parasitologi Kedokteran edisi ketiga. 1998. Jakarta. UI
2. Soejoto

dan

Drs.

Soebari,

PARASITOLOGI

MEDIK

PROTOZOOLOGI dan HELMINTOLOGI. 1996. Jakarta. UI

34

JILID

You might also like