Professional Documents
Culture Documents
Mr. Y, a 40 year old, truck driver, was admitted to hospital with massive hemoptoe. He
complained that 6 hours ago, he had a severe of coughing with fresh blood of about 2 glasses. He
also said that in the previous months, he had productive cough with a lot of phlegm, mild fever,
loss of appetite, rapud loss of body weight(previous weight: 70 kg), and shortness of breath.
Since a week ago, he felt his symptoms were worsening. From further interview, Mr. Y have
similar symptoms 6 years ago, he was given medication after consulting with doctor at that time.
But stop the treatment after 2 weeks because he was feeling better.
Physical examination:
General appearance: He looked severely sick and pale. Body height: 175 cm, Body Weight: 55
kg, BP: 100/70 mmhg, HR: 112 X/minute, RR: 36 X/ minute, temp: 37,6 C. There was a tattoo
on the chest. In chest auscultation there was an increase of vesicular sound at the right apex lung
with moderate rales.
Klarifikasi Istilah
Hemoptoe: Expektorasi darah atau dahak yang mengandung bercak darah dan berasal dari
saluran nafas bawah. +massive: Batuk darah antara diatas 100 dan sampai diatas 600 ml dalam
waktu 24 jam.
Productive Cough: Batuk(Ekspulsif udara yang tiba-tiba, sambil mengeluarkan suara dari paruparu) yang efektif mengeluarkan materi asing dari traktus respiratori atau disebut juga wet
cough.
Phlegm: Mukus kental yang diekskresikan dari saluran pernafasan dalam jumlah yang abnormal
Fever: Peningkatan temperature tubuh diatas normal (37 C)
Vesicular Sound: bunyi nafas normal dimana inspirasi terdengar lebih keras, lebih panjang dan
tinggi nadanya dari ekspirasi. Biasanya terdengar hampir di seluruh di lapangan paru, kecuali
suprasternal dan interscapula.
Moderate Rales: suara pernafasan abnormal yang terdengar pada auskultasi, dan menunjukkan
berbagai keadaan patologis .
Shortness Of Breath: Gangguan fungsi pernafasan yang diakibatkan oleh mengecil atau
tersumbatnya saluran pernafasan atau lemahnya oran pernafasan atau akibat dari penyakit
tertentu.
Identifikasi Masalah
1. Mr. Y, a 40 year old, truck driver, was admitted to hospital with massive hemoptoe. He
complained that 6 hours ago, he had a severe of coughing with fresh blood of about 2
glasses.
2. He also said that in the previous months, he had productive cough with a lot of phlegm,
mild fever, loss of appetite, rapid loss of body weight(previous weight: 70 kg), and
shortness of breath. Since a week ago, he felt his symptoms were worsening.
3. From further interview, Mr. Y have similar symptoms 6 years ago, he was given
medication after consulting with doctor at that time. But stop the treatment after 2 weeks
because he was feeling better.
4. Physical examination:
General appearance: He looked severely sick and pale. Body height: 175 cm, Body
Weight: 55 kg, BP: 100/70 mmhg, HR: 112 X/minute, RR: 36 X/ minute, temp: 37,6 C.
There was a tattoo on the chest. In chest auscultation there was an increase of vesicular
sound at the right apex lung with moderate rales.
Analisis Masalah
1. Mr. Y, a 40 year old, truck driver, was admitted to hospital with massive hemoptoe. He
complained that 6 hours ago, he had a severe of coughing with fresh blood of about 2
glasses.(>>>)
a. Bagaimana etiologi dari hemoptoe massive?
b. Bagaimana mekanisme batuk?
c. Bagaimana mekanisme hemoptoe massive pada kasus?
d. Bagaimana klasifikasi dari hemoptoe?
e. Bagaimana dampak dari hemoptoe massive?
f. Bagaimana tatalaksana awal dari hemoptoe massive?
2. He also said that in the previous months, he had productive cough with a lot of phlegm,
mild fever, loss of appetite, rapid loss of body weight(previous weight: 70 kg), and
shortness of breath. Since a week ago, he felt his symptoms were worsening. (>>)
a. Bagaimana mekanisme dari batuk produktif dengan banyak dahak?
b. Bagaimana mekanisme dari demam sedang?
c. Bagaimana mekanisme dari hilangnya nafsu makan dan berat badan menurun?
d. Bagaimana mekanisme dari sesak nafas?
e. Bagaimana hubungan gejala diatas dengan hemoptoe?
f. Mengapa gejala yang dialami Mr. Y semakin memburuk?
3. From further interview, Mr. Y have similar symptoms 6 years ago, he was given
medication after consulting with doctor at that time. But stop the treatment after 2 weeks
because he was feeling better. (>)
a. Bagaimana hubungan riwayat penyakit Mr. Y dengan penyakit yang dialami Mr.
Y?
Berdasarkan hasil anamnesis Mr. Y, didapatkan ia pernah mengalami gejala yang
sama 6 tahun lalu. Kemungkinan Mr. Y mengalami tuberculosis paru lagi yang
kini memburuk karena pengobatan yang tidak sempurna, sehingga terjadi
kekambuhan.
b. Bagaimana drug of choice dari pengobatan Mr. Y yang dikonsultasikan 6 tahun
yang lalu?
Untuk drug of choice dari pengobatan Mr. Y yang dikonsultasikan 6 tahun yang
lalu, Mr. Y digolongkan dalam kategori 1, pada 6 tahun yang lalu, Mr. Y
dikategorikan sebagai pasien baru, karena riwayat penyakit yang ia rasakan dulu
adalah baru.
a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
Tabel 4.2a. Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
30 37 kg
38 54 kg
55 70 kg
71 kg
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)
2 tablet 4KDT
3 tablet 4KDT
4 tablet 4KDT
5 tablet 4KDT
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150/150)
2 tablet 2KDT
3 tablet 2KDT
4 tablet 2KDT
5 tablet 2KDT
Lama
Pengobatan
Intensif
Lanjutan
2 Bulan
4 Bulan
Tablet
Isoniasid
@ 300 mgr
1
2
Kaplet
Rifampisin
@ 450 mgr
1
1
Tablet
Pirazinamid
@ 500 mgr
3
-
Jumlah
hari/kali
Tablet
Etambutol menelan
@ 250 mgr obat
3
56
48
(-)
IMT normal:
18,5-25
120/80mmHg
60-100x/min.
16-24x/min
36,5oC - 37,5oC
(-)
(-)
severely sick
and pale
IMT: 17,3
kekurangan
berat badan
tingkat ringan
100/70mmHg
112x/minute
36x/minute
37,6 C
Meningkat
Interpretasi
Hasil
Pemeriksaan
BP rendah
Takikardi
Takipneu
Subfebris
Abnormal
Abnormal
Kasus
Tb paru
Pneumonia
(typical)
Bronkietaksi
s
Karsinoma
bronkogenik
Hemoptisis
Demam
Ringan
Ringan
(subfebris) (subfebris)
Sesak napas
Tinggi
Tinggi,
berulang
Ringan
BB, anoreksia
Productive
cough
WBC
Gambaran
Radiologi
Infiltrate
pada lobus
kanan atas
paru
infiltrat
Konsolidasi
biasanya
biasanya pada
pada apeks basis paru
paru
Kista-kista
Nodul soliter
kecil seperti sirkumskripta
gambaran
atau coin lesion
sarang tawon,
bronchovascu
lar marking
oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk dormant. Fokus ini umumnya
tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi untuk menjadi focus
reaktivasi. Fokus potensial di apkes paru disebut sebagai Fokus SIMON. Bertahun- tahun
kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu menurun, focus TB ini dapat mengalami
reaktivasi dan menjadi penyakit TB di organ terkait, misalnya meningitis, TB tulang, dan
lain-lain.
Bentuk penyebaran hamatogen yang lain adalah penyebaran hematogenik
generalisata akut (acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah
besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang disebut TB
diseminata. TB diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah terjadi infeksi.
Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta
frekuensi berulangnya penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak
adekuatnya system imun pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada balita.
Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acute generalized hematogenic spread
dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui cara ini akan
mempunyai ukuran yang lebih kurang sama. Istilih milier berasal dari gambaran lesi
diseminata yang menyerupai butur padi-padian/jewawut (millet seed). Secara patologi
anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm, yang secara histologi
merupakan granuloma.
Bentuk penyebaran hematogen yang jarang terjadi adalah protracted hematogenic
spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu focus perkijuan menyebar ke saluran
vascular di dekatnya, sehingga sejumlah kuman TB akan masuk dan beredar di dalam
darah. Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan
acute generalized hematogenic spread. Hal ini dapat terjadi secara berulang.
Pada anak, 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun pertama), biasanya
sering terjadi komplikasi. Menurut Wallgren, ada 3 bentuk dasar TB paru pada anak, yaitu
penyebaran limfohematogen, TB endobronkial, dan TB paru kronik. Sebanyak 0.5-3%
penyebaran limfohematogen akan menjadi TB milier atau meningitis TB, hal ini biasanya
terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang
timbul akibat pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama
(3-9 bulan). Terjadinya TB paru kronik sangat bervariasi, bergantung pada usia terjadinya
infeksi primer. TB paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi
yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak, tetapi
sering pada remaja dan dewasa muda.
Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi TB.
TB tulang dan sendi terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi
dalam 1 tahun tetapi dapat juga 2-3 tahun kemudian. TB ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun
setelah infeksi primer.
Pathofisiologi
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis. Bakteri
menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat
bertumpuk. Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area
lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran
darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari
paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respon dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis
(menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan
(melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia.
Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara M. Tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa
awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma.
Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh
makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa
jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi
yang terdiri dari makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya
membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini
akan menjadi kalsifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian
bakteri menjadi nonaktif.
Setelah infeksi awal, jika respon sistem imun tidak adekuat maka penyakit
akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi
ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus
ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa
di dalam bronkhus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan
membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi kemudian meradang,
mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel dan seterusnya.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus
dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk
sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari).
Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel
epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon berbeda, kemudian pada
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel (Smeltzer &
Bare, 2001).
e. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit yang dialami Mr. Y?
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak
jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik
dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik meliputi :
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar
dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c) Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain
d) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala
ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
Gejala sistemik, meliputi :
a) Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam
hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b) Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat
juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
f. Bagaimana algoritma diagnosis dari penyakit yang dialami Mr. Y?
Diagnosis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala
tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis,
bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang
datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka
(suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung
pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada pasien anak. (lihat lampiran 2)
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan
diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak
yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak SewaktuPagi-Sewaktu (SPS):
S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.
Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan
dahak pagi pada hari kedua.
P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan
uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru,
sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu
menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk
suspek TB paru pada lampiran 2.
Suspek TB Paru
Hasil BTA
++
+
Hasil
BTA
+- -
Hasil
BTA
- - -
Antibiotik Non-OAT
++
-
Tidak
ada
Ada
perbaika
n
perbaika
n
pemeriksaan
dahak
mikroskopis
Hasil
BTA
+++
Hasil
BTA
- -
++ + - -
TB
BUKAN TB
i. Darah
Adanya kurang darah, sel sel darah putih serta laju endap
darah meningkat terjadi pada proses aktif.
ii. Sputum
Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum
yang terdapat pada penderita tuberkulosis paru yang
biasanya diambil pada pagi hari.
h. Bagaimana komplikasi dari penyakit yang dialami Mr. Y?
Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
Komplikasi dini
: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,
usus,
Poncets athropathy
Komplikasi akut
: Obstruksi jalan napas SOPT(Sindrom Obstruksi
Pasca Tuberculosis), kerusakan parenkim berat,
karsinoma paru, kor pulmonal, amiloidosis,
karsinoma
paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering
terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
i. Bagaimana tatalaksana farmakologi dan non farmakologi dari penyakit yang
dialami Mr. Y?
Farmakologi
Jenis, sifat dan dosis OAT
Isoniazid (H)
Rifampicin (R)
Pyrazinamide (Z)
Streptomycin (S)
Ethambutol (E)
yang
direkomendasikan
Harian
3x seminggu
Sifat
Bakterisid
Bakterisid
Bakterisid
Bakterisid
Bakteriostati
k
5
(4-6)
10
(8-12)
25
(20-30)
15
(12-18)
15
(15-20)
10
(8-12)
10
(8-12)
35
(30-40)
15
(12-18)
30
(20-35)
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis
obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori
pengobatan.
Jangan
gunakan
OAT
tunggal
(monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OATKDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment)
oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
Tahap awal (intensif)
o Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap
hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya resistensi obat.
o Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu.
o Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
o Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih
sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama
o Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Tabel 4.2a.
Kategori 1
Berat
Badan
30 37 kg
38 54 kg
55 70 kg
71 kg
Tahap
Intensif
tiap hari selama 56
2
tablet
3
4KDT tablet
4
4KDT tablet
5
4KDT tablet
4KDT
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16
minggu RH (150/150)
2 tablet 2KDT
3 tablet 2KDT
4 tablet 2KDT
5 tablet 2KDT
Lama
Tablet
Pengobata
Isonias
n
2 Bulan
1 id
4 Bulan
2
Kaplet
Tablet
Rifampisin Pirazina
450 mid 3
1@
1
-
Jumlah
hari/kali
Tablet
Etambut menelan
obat
ol 3
56
48
Tahap
Intensif
hari
Selama 56 hari
tiap
2 tab 4KDT
+ 500 mg Streptomisin
3 tab 4KDT
+ 750 mg Streptomisin
4 tab 4KDT
Tahap
Lanjutan 3 kali
seminggu
selama 20 minggu
Selama
28 hari
2
tab
2 tab 2KDT
4KDT
+ 2 tab Etambutol
3
tab
3 tab 2KDT
4KDT
+ 3 tab Etambutol
4
tab
4 tab 2KDT
+ 1000 mg Streptomisin
+ 4 tab Etambutol
5 tab 4KDT
5
tab
5 tab 2KDT
+ 1000mg Streptomisin 4KDT
+ 5 tab Etambutol
Tabel 4.3b.
Kategori 2
Tahap
Lama
Pengoba Pengob
-tan
a- tan
Tahap
Intens
2
if
bulan
Tahap
(dosis
Lanjuta
4
n
bulan
(dosis
Tablet Kaplet
Etambutol Strepto Jumlah
Tablet
Isonias Rifampis Pirazinami Tablet Tablet misin
hari/kal
@
250
@
400
id
in
d
injeksi i
mgr
mgr
menela
1
1
3
3
0,75 gr 56
1
1
28
3
3
2
60
Catatan:
Tahap
Pengobata
n
Tahap
intensif
(dosis
harian)
Tablet
Kaplet
Lamanya Isoniasid
Ripamfisi
Pengobata @ 300 mgr n
n
@ 450 mgr
1 bulan
Tablet
Pirazinami
d
@ 500 mgr
3
Tablet
Etambut
ol
@ 250
mgr
3
Jumlah
hari/kali
menela
n obat
28
Hipotesis
Mr. Y, 40 tahun, menderita tuberculosis
LI
1.
2.
3.
4.