Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Demam rematik dan penyakit jantung rematik telah lama dikenal. Demam
rematik (DR) dan atau Penyakit jantung rematik (PJR) eksaserbasi akut adalah suatu
sindroma klinik penyakit akibat infeksi kuman Streptokokus hemolitik grup A pada
tenggorokan yang terjadi secara akut ataupun berulang dengan satu atau lebih gejala
mayor yaitu poliartritis migrans akut, karditis, korea, nodul subkutan dan eritema
marginatum. Penyakit Jantung rematik (PJR) adalah penyakit jantung sebagai akibat
adanya gejala sisa (sekuele) dari DR, yang ditandai dengan terjadinya cacat katup
1,2,3
jantung
sistemik yang dapat melibatkan sendi, jantung, susunan saraf pusat, jaringan subkutan
dan kulit dengan frekuensi yang bervariasi. Jauh sebelum T. Duckett Jones pada tahun
1944 mengemukakan criteria Jones untuk menegakkan diagnosis demam rematik,
beberapa tulisan sejak awal abad ke 17 telah melaporkan mengenai gejala penyakit
tersebut.
Epidemiologis dari Perancis de Baillou adalah yang pertama menjelaskan
rheumatism artikuler akut dan membedakannya dari gout4,5. dan kemudian Sydenham
dari London menjelaskan korea, tetapi keduanya tidak menghubungkan kedua gejala
tersebut dengan penyakit jantung. Pada tahun 1761 Morgagni, seorang patolog dari
Itali menjelaskan adanya kelainan katup pada penderita penyakit tersebut dan
deskripsi klinis PJR dijelaskan setelah didapatinya stetoskop pada tahun 1819 oleh
Laennec. Pada tahun 1886 dan 1889 Walter Butletcheadle mengemukakan rheumatic
fever syndrome yang merupakan kombinasi artritis akut, penyakit jantung, korea dan
belakangan termasuk manifestasi yang jarang ditemui yaitu eritema marginatum dan
nodul subkutan sebagai komponen sindroma tersebut. Pada tahun 1931, Coburn
mengusulkan hubungan infeksi Streptokokus grup A dengan demam rematik dan
secara perlahanlahan diterima oleh Jones dan peneliti lainnya
Pada tahun 1944 Jones mengemukakan suatu kriteria untuk menegakkan
diagnosis demam rematik. Kriteria ini masih digunakan sampai saat ini untuk
menegakkan diagnosis dan telah beberapa mengalami modifikasi dan revisi, karena
dirasakan masih mempunyai kelemahan untuk menegakkan diagnosis secara tepat,
akurat dan cepat. Saat ini banyak kemajuan yang telah dicapai dalam bidang
kardiologi, tetapi demam rematik dan penyakit jantung rematik masih merupakan
problem karena merupakan penyebab kelainan katup yang terbanyak terutama pada
anak. Sampai saat ini demam rematik belum dapat dihapuskan, walaupun kemajuan
dalam penelitian dan penggunaan antibiotika terhadap penyakit infeksi begitu maju.
Demam rematik dan pernyakit jantung rematik masih merupakan penyebab penyakit
kardiovaskular yang signifikan didunia, termasuk Indonesia. Dinegara maju dalam
lima tahun terakhir ini terlihat insidens demam rematik dan prevalens penyakit
jantung rematik menurun, tetapi sampai permulaan abad ke-21 ini masih tetap
merupakan problem medik dan public health didunia karena mengenai anak-anak dan
dewasa muda pada usia yang produktif
BAB II
PRESENTASI KASUS
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH
STATUS PASIEN KASUS I
Nama Mahasiswa : Mohammad Haikal Bakry
Pembimbing
: Prof Muzief, SpA
NIM
: 030.10.181
Tanda tangan:
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. IK
Usia
: 14 Tahun
Jenis kelamin
: Laki laki
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS
: 14 November 2015
No. Register
: 81-89-74
Ibu :
Nama : Ny.N
Umur : 29 tahun
Alamat: Jalan pisangan baru pelukis II RT 11
jantung
(-),
penyakit
paru
(-),
KEHAMILAN
Perawatan antenatal
KELAHIRAN
Tempat persalinan
Penolong persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
Keadaan bayi
2 kali
Puskesmas
Bidan
Spontan pervaginam
Cukup Bulan
Berat lahir : 3800 gram
Panjang lahir : 50 cm
Lingkar kepala : tidak
tahu
Langsung menangis (+)
Merah (+)
Pucat (-)
Biru (-)
Kuning (-)
Nilai APGAR : tidak
tahu
Kelainan bawaan : tidak
ada
Kesimpulan riwayat kehamilan/kelahiran: Pasien lahir spontan
pervaginam,
neonatus cukup bulan dengan berat badan lahir sesuai masa kehamilan.
D. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I
Gangguan perkembangan mental
Psikomotor
: umur 7 bulan
:-
Tengkurap
: 3 bulan
Duduk
: 7 bulan
Berdiri
: 9 bulan
Berjalan
: 1 tahun
(Normal: 13 bulan)
Bicara
: 1 tahun
Sekarang pasien tidak ada masalah dalam interaksi sosial dan kegiatan
sekolah.
Perkembangan pubertas
Rambut pubis
:Payudara
:Menarche
:Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan: Tidak ada tanda-tanda
perlambatan dari perkembangan pasien.
E. RIWAYAT MAKANAN
Umur
ASI/PASI
Buah / Biskuit
Bubur Susu
Nasi Tim
02
ASI
24
ASI
56
ASI + PASI
(bulan)
6 12
ASI + PASI
+
+
Kesimpulan riwayat makanan: pasien mendapatkan ASI dari sejak lahir, tidak ada
kesulitan makan dan pasien telah diberikan makanan pendamping asi sejak usia 5
bulan.
F. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin
BCG
DPT / PT
2 bulan
2 bulan
Dasar ( umur )
X
X
4 bulan
6 bulan
Polio
0 bulan
2 bulan
4 bulan
Campak
Hepatitis B
9 bulan
0 bulan
X
1 bulan
X
6 bulan
Ulangan ( umur )
6 bulan
No
1.
2
Tanggal lahir
(umur)
Jenis
kelamin
Hidup
Lahir
mati
Abortus
Mati
(sebab)
Keterangan
kesehatan
sehat
Sakit
2 tahun 11 bulan
(15
November Laki-Laki
2013)
14 tahun (08 Maret
Laki-Laki
2001)
b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali
Tn. S
1
31
SMA
Islam
Sunda
Sehat
-
Nama
Perkawinan keUmur saat menikah
Pendidikan terakhir
Agama
Suku bangsa
Keadaan kesehatan
Kosanguinitas
Penyakit, bila ada
c
Ibu / Wali
Ny. N
1
29 tahun
SMA
Islam
Minang
Sehat
-
pasien.
Kesimpulan riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat yang
sama seperti pasien
H RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit
Alergi
Umur
(-)
Penyakit
Difteria
Umur
(-)
Penyakit
Penyakit
jantung
Cacingan
(-)
Diare
(-)
Penyakit ginjal
DBD
(-)
Kejang
(-)
Radang paru
Otitis
(-)
Morbili
(-)
TBC
Parotitis
(-)
Operasi
(-)
Lain-lain
Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita : pasien pernah
Umur
(9
tahun)
(-)
(-)
(-)
(-)
mengalami
J.
Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Nafas
Suhu
KEPALA
RAMBUT
WAJAH
: 106/80 mmHg
: 88 x / menit, ekual kanan dan kiri, regular
: 24x /menit
: 38,0C, axilla (diukur dengan thermometer air raksa)
MATA: Alis mata merata, madarosis (-), air mata (+), palpebral cekung (-)/(-), bulu
mata hitam, merata, trikiasis (-)
TELINGA
Bentuk
Tuli
Nyeri tarik aurikula
: normotia
: -/: -/7
HIDUNG:
Bentuk
Napas cuping hidung
Sekret
Deviasi septum
Mukosa hiperemis
Konka eutrofi
: simetris
: -/: -/:: -/: -/-
BIBIR
MULUT
merah muda.
LIDAH
:Sonordikedualapangparu
:Suaranapasvesikuler,reguler,ronchi(/),wheezing(/)
:asites(),benjolan(),tidakdijumpaiadanyaefloresensipada
kulitperutmaupunbenjolan,roseolaspot(),kulitkeriput().
Palpasi
:supel,nyeritekan(),turgorkulitnormal.Hepardanlientidak
teraba.
Perkusi
:timpanipadaseluruhlapangperut
Auskultasi :bisingusus(+),3xpermenit
GENITALIA : Jenis kelamin perempuan, tanda pubertas (-), tanda radang (-), edema
(-)
KGB
:
Preaurikuler
Postaurikuler
Submandibula
Supraclavicula
Axilla
Inguinal
ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas : akral agak dingin pada ekstremitas bawah, CRT <2 detik, edema
tidak ada pada keempat ekstremitas
STATUS NEUROLOGIS
Refleks Fisiologis
Kanan
Kiri
Biseps
Triceps
Patella
Achiles
Kanan
-
Kiri
-
Refleks Patologis
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Rangsang meningeal
Kaku kuduk
Kanan
Kiri
Kerniq
Laseq
Bruzinski I
Bruzinski II
Nervus kranialis: tidak ada lesi nervus kranialis
KULIT :warna putih, pucat (-),ikterik (-), sianosis (-), turgor kulit menurun, lembab,
pengisian kapiler kurang dari 2 detik, petechie (-)
TULANG BELAKANG: bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam
(-)
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 14 November 2015:
Nama tes
Hasil
Unit
Nilai rujukan
Leukosit
11.6
ribu/uL
4,5-13
Eritrosit
4.8
juta/uL
4,4-5.9
Hemoglobin
14
g/dL
11.8-15
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hematokrit
40
40-52
Trombosit
95
Ribu/microL
156-406
MCV
85.0
fL
80-100
MCH
29.4
pg
26-34
MCHC
34,7
32-36
RDW
12.0
<14
Index eritrosit
URINALISIS
Urine lengkap
warna
Kejernihan
Kuning
Agak Keruh
kuning
mmol/L
98-109
Glukosa
Negative
Negative
Bilirubin
Negative
Negative
Keton
Negative
Negative
5,5
4.6-8
>=1.030
1.005-1.030
Albumine Urine
2+
0.1-1
Urobilinogen
2.0
PH
Berat jenis
E.U/dL
Negative
Nitrit
Negative
Negative
Darah
2+
Negative
Negative
Negative
Esterase Lekosit
Sedimine Urine
Leukosit
1-3
/LPB
<5
Eritrosit
3-5
/LPB
<2
Epitel
Positive
/LPB
Positif
Silinder
Negative
/LPK
Negative
Kristal
Negative
Negative
Bakteri
Negative
Negative
Jamur
Negative
/LPB
Negative
Hasil
Unit
Nilai rujukan
Leukosit
8,8
ribu/uL
4,5-13
Eritrosit
4.3
juta/uL
4,4-5.9
Hemoglobin
12,5
g/dL
11.8-15
Hematokrit
37
40-52
Trombosit
80
Ribu/microL
156-406
MCV
84.0
fL
80-100
MCH
28.9
pg
26-34
MCHC
34,3
32-36
RDW
13.7
<14
LED
65
mm/jam
0-30
Basofil
0-1
Eosinofil
2-4
Netrofil Batang
3-5
Netrofil Segmen
73
50-70
Limfosit
16
25-40
Monosit
2-8
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Index eritrosit
Hitung Jenis
IV. RESUME
Dari anamnesis didapatkan:
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam dirasakan terus menerus dan tidak ada hari tanpa demam namun
demam dirasakan tidak terlalu panas. Demam hanya diukur dengan menggunakan
perabaan tangan. Pasien mengaku badannya sering pegal-pegal, tetapi pasien
mengaku tidak ada pembengkakan, kemerahan maupun keterbatasan gerakan. Pasien
mengaku juga terkadang sesak namun saat ini keluhan tersebut tidak dirasakan. Pasien
mengaku tidak suka jajan sembarangan. Ibu pasien mengaku bahwa pasien
mempunyai riwayat penyakit jantung rematik saat kelas 4 SD.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
Gizi kurang, compos mentis, gelisah, TSS, Tekanan Darah 106/80 mmHg,
Nadi: 88 x / menit, Nafas: 24x /menit, Suhu : 38,0C, BJ I-II regular, murmur (+),
gallop (-)
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan:
Eritrosit 4,3 Juta/uL, Hematokrit 37%, Trombosit 80 ribu/MicroL, Eosinofil
1%, Netrofil batang 1%, netrofil segmen 73%, Limfosit 16%, Monosit 9%, dan
albumin urine 2+.
VI. DIAGNOSIS BANDING
DemamdenguedanGiziKurang
BacterialInfectiondanGizikurang
TersangkaPJRdanGiziKurang
VII. DIAGNOSIS KERJA
Demam Dengue dan Gizi Kurang
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan Tubex
Pemeriksaan Darah rutin
Pemeriksaan ASTO
Pemeriksaan Echocardiography
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Non medika Mentosa
1. Komunikasi, informasi, edukasi kepada orang tua pasien mengenai
keadaan pasien.
2. Rujuk ke spesialis gizi untuk masalah gizi kurang.
B. Medika Mentosa
1. IVFD Asering 2cc/kgBB/Jam
2. PCT 3 x 500 mg
3. Cefixime 2 x 200 mg (PO) (Alergi Ceftriaxone)
IV. PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanationam
: Dubia ad Bonam
: Dubia
: Dubia ad malam
Follow up
Tgl
S
17/11/15 Demam (+) 06:00
Pusing (+) BB:38 kg Muntah (-) Sesak (-) -
O
TSS, CM,
TD: 100/70
N: 96 x/m
S: 37,6C
R: 22x/menit
Normosefali
Mata: ca -/-, si -/-, cekung
A
-MR berat, AR -IVFD
moderate,
mild
ec
reaktivasi
- gizi kurang
P
Asering
TR cc/kgBB/Jam
PJR -PCT 3 x 500mg
- Cefixime 2x200mg
-/-, edema palpebral -/- Mulut: sianosis -, kering - Thoraks: Snves, w -/-. rh
-/-; BJ 1&2 reguler, m +,
g- Abdomen:
Turgor
baik,
ec
TR 2cc/kgBB/Jam
PJR -PCT 3x500mg
nyeri
Sesak (-)
- Normosefali
reaktivasi
- Mata: ca -/-, si -/-, cekung - gizi kurang
-cefixime 2x200mg
(PO)
-/-, edema palpebral -/- Mulut: sianosis -, kering - Thoraks: Snves, w -/-. rh
-/-; BJ 1&2 reg, m +, g - Abdomen: Turgor baik,
bising usus+, 3x/min
- Ekstremitas: akral hangat +,
19/11/15
06:00
- MR berat, AR -Venflon
moderate,
mild
ec
reaktivasi
- gizi kurang
TR - Cefixime 2x200mg
PJR - Prednison 4x4 tablet
- Furosemid 3x20mg
-Captopril 3x12,5mg
- Aldactone 2x30mg
-/-, edema palpebral -/- Mulut: sianosis -, kering - Thoraks: Snves, w -/-. rh
-/-; BJ 1&2 reg, m +, g - Abdomen: Turgor baik,
bising usus+, 3x/min
- Ekstremitas: akral hangat +,
CRT <2 detik, edema Status neurologis (N)
20-11-15 Demam (-) - TSS, CM,
Muntah (-) - N: 94 x/m
Sesak (-) - S: 37,4C
- R: 24x/menit
- Normosefali
- Mata: ca -/-, si -/-, cekung
-/-, edema palpebral -/- Mulut: sianosis -, kering - Thoraks: Snves, w -/-. rh
- MR berat, AR -Venflon
moderate,
mild
ec
reaktivasi
- gizi kurang
TR - Cefixime 2x200mg
PJR - Prednison 4x4 tablet
- Furosemid 3x20mg
-Captopril 3x12,5mg
- Aldactone 2x30mg
- MR berat, AR -Venflon
moderate,
TR
S: 37,0C
R: 22x/menit
mild ec PJR
Normosefali
Mata: ca -/-, si -/-, cekung reaktivasi
- gizi kurang
-/-, edema palpebral -/- Mulut: sianosis -, kering - Thoraks: Snves, w -/-. rh
-
- Cefixime 2x200mg
- Prednison 4x4 tablet
- Furosemid 3x20mg
-Captopril 3x12,5mg
- Aldactone 2x30mg
-/-, edema palpebral -/- Mulut: sianosis -, kering - Thoraks: Snves, w -/-. rh
-/-; BJ 1&2 reg, m +, g - Abdomen: Turgor baik,
bising usus+, 3x/min
- Ekstremitas: akral hangat +,
CRT <2 detik, edema Status neurologis (N)
Leukosit
23,2
Eritrosit
4.2
Hemoglobin 12,3
Hematokrit 36
Trombosit
279
MCV 84.1
MCH 29,0
MCHC34,5
- MR berat, AR -Venflon
moderate,
mild
ec
reaktivasi
- gizi kurang
TR - Cefixime 2x200mg
PJR - Prednison 4x4 tablet
- Furosemid 3x20mg
-Captopril 3x12,5mg
- Aldactone 2x25mg
RDW 11,5
TSS, CM,
TD : 110/80
N: 88 x/m
S: 36C
R: 16x/menit
Normosefali
Mata: ca -/-, si -/-, cekung
- MR berat, AR Venflon
moderate,
mild
ec
reaktivasi
- gizi kurang
TR - Cefixime 2x200mg
PJR - Prednison 4x4 tablet
(tapering off setelah 2
minggu, saat Tapp off
aspilet 3x500mg)
-/-, edema palpebral -/- Mulut: sianosis -, kering - Thoraks: Snves, w -/-. rh
- Furosemid 3x20mg
-Captopril 3x12,5mg
- Aldactone 2x25mg
- MR berat, AR Venflon
moderate,
mild
ec
reaktivasi
- gizi kurang
TR Cefixime 2x200mg
PJR - Prednison 4x4 tablet
(untuk 14 hari)
- Furosemid 3x20mg
-Captopril 3x12,5mg
-/-, edema palpebral -/- Mulut: sianosis -, kering - Thoraks: Snves, w -/-. rh
- Aldactone 3x25mg
- MR berat, AR Venflon
moderate,
mild
ec
TR Cefixime 2x200mg
PJR Untuk pulang
- R: 16x/menit
reaktivasi
- Normosefali
- gizi kurang
- Mata: ca -/-, si -/-, cekung
-/-, edema palpebral -/- Mulut: sianosis -, kering - Thoraks: Snves, w -/-. rh
-Captopril 3x12,5mg
- Aldactone 3x25mg
- MR berat, AR Venflon
moderate,
mild
ec
TR Cefixime 2x200mg
PJR Untuk pulang
reaktivasi
- gizi kurang
-/-, edema palpebral -/- Mulut: sianosis -, kering - Thoraks: Snves, w -/-. rh
- Aldactone 3x25mg
- MR berat, AR
Venflon
Sesak (-)
TD : 100/70
N: 90 x/m
S: 36,3C
R: 19x/menit
Normosefali
Mata: ca -/-, si -/-, cekung
-/-, edema palpebral -/- Mulut: sianosis -, kering - Thoraks: Snves, w -/-. rh
moderate, TR
Cefixime 2x200mg
mild ec PJR
Untuk pulang
reaktivasi
- gizi kurang
Boleh Pulang
Rujuk ke bagian
kardiologi RSCM
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien anak IK umur 14 tahun datang dengan dengan keluhan demam sejak 5
hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan terus menerus dan tidak ada hari
tanpa demam namun demam dirasakan tidak terlalu panas. Pasien mengaku badannya
sering pegal-pegal, tetapi pasien mengaku tidak ada pembengkakan, kemerahan
maupun keterbatasan gerakan. Pasien mengaku juga terkadang sesak namun saat ini
keluhan tersebut tidak dirasakan. Ibu pasien mengaku bahwa pasien mempunyai
riwayat penyakit jantung rematik saat kelas 4 SD.
Analisis :
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien anak IK berumur 14 tahun,
sesuai dengan studi epidemiologis bahwa Insidens tertinggi penyakt jantung rematik
ditemukan pada anak berumur 5-15 tahun. Pada pasien juga mengaku demam.
Demam pada demam rematik biasanya ringan, meskipun adakalanya mencapai 39C,
terutama jika terdapat karditis. Manifestasi ini lazim berlangsung sebagai suatu
demam derajat ringan selama beberapa minggu. Demam merupakan pertanda infeksi
yang tidak spesifik, dan karena dapat dijumpai pada begitu banyak penyakit lain,
kriteria minor ini tidak memiliki arti diagnosis banding yang bermakna. Pasien
mengaku badannya sering pegal-pegal, tetapi pasien mengaku tidak ada
pembengkakan, kemerahan maupun keterbatasan gerakan. Artralgia adalah rasa nyeri
pada satu sendi atau lebih tanpa disertai peradangan atau keterbatasan gerak sendi.
Gejala minor ini harus dibedakan dengan nyeri pada otot atau jaringan periartikular
lainnya, atau dengan nyeri sendi malam hari yang lazim terjadi pada anak-anak
normal. Artralgia tidak dapat digunakan sebagai kriteria minor apabila poliartritis
sudah dipakai sebagai kriteria mayor. Menurut keterangan ibu pasien, pasien
mempunyai riwayat penyakit jantung rematik saat kelas 4 SD. Penderita yang sudah
mendapat serangan demam rematik cenderung rekuren dan Riwayat demam rematik
sebelumnya dapat digunakan sebagai salah satu kriteria minor apabila tercatat dengan
baik sebagai suatu diagnosis yang didasarkan pada kriteria obyektif yang sama
Dari pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan:
compos mentis, gelisah, TSS, Tekanan Darah 106/80 mmHg, Nadi: 88 x / menit,
Nafas: 24x /menit, Suhu : 38,0C, BJ I-II regular, murmur (+), gallop (-). Dan pada
pemeriksaan Echocardiography didapatkan MR berat, AR moderate, TR mild ec PJR
reaktivasi.
Analisis :
Penyakit jantung reumatik merupakan kelainan katup jantung yang menetap
akibat demam reumatik akut sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%),
aorta (25%), jarang mengenai katup trikuspid, dan tidak pernah menyerang katup
pulmonal. Penyakit jantung reumatik dapat menimbulkan stenosis atau insufisiensi
atau keduanya. Sesuai seperti yang didapatkan pada pasien yaitu didapatkan mitral
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
IV.1 Epidemiologi
Demam rematik (DR) masih sering didapati pada anak di negara sedang
berkembang dan sering mengenai anak usia antara 5 15 tahun 2. Pada tahun 1944
diperkirakan diseluruh dunia terdapat 12 juta penderita DR dan PJR dan sekitar 3 juta
mengalami gagal jantung dan memerlukan rawat inap berulang di rumah sakit.
Prevalensinya dinegara sedang berkembang berkisar antara 7,9 sampai 12,6 per 1000
anak sekolah dan relatif stabil. Data terakhir mengenai prevalensi demam rematik di
Indonesia untuk tahun 1981 1990 didapati 0,3-0,8 diantara 1000 anak sekolah dan
jauh lebih rendah dibanding negara berkembang lainnya 5,13. Statistik rumah sakit di
negara sedang berkembang menunjukkan sekitar 10 35 persen dari penderita
penyakit jantung yang masuk kerumah sakit adalah penderita DR dan PJR. Data yang
berasal dari negara berkembang memperlihatkan mortalitas karena DR dan PJR masih
merupakan problem dan kematian karena DR akut terdapat pada anak dan dewasa
muda.
Di negara maju insiden DR dan prevalensi PJR sudah jauh berkurang dan
bahkan sudah tidak dijumpai lagi, tetapi akhir-akhir ini dilaporkan memperlihatkan
peningkatan dibeberapa negara maju 13. Dilaporkan dibeberapa tempat di Amerika
Serikat pada pertengahan dan akhir tahun 1980an telah terjadi peningkatan insidens
DR, demikian juga pada populasi aborigin di Australia dan New Zealand dilaporkan
peningkatan penyakit ini
1,3,6
tidak dinyatakan.
IV.2 Definisi
Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan penyakit
jantung didapat yang sering ditemukan pada anak. Penyakit jantung reumatik
merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat demam reumatik akut
sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai
katup trikuspid, dan tidak pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit jantung
reumatik dapat menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau keduanya.
IV.3 Etiologi
Etiologi terpenting dari penyakit jantung reumatik adalah demam reumatik.
Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi
setelah infeksi Streptococcus grup A pada individu yang mempunyai faktor
predisposisi. Keterlibatan kardiovaskuler pada penyakit ini ditandai oleh inflamasi
endokardium dan miokardium melalui suatu proses autoimunne yang menyebabkan
kerusakan jaringan. Inflamasi yang berat dapat melibatkan perikardium. Valvulitis
merupakan tanda utama reumatik karditis yang paling banyak mengenai katup mitral
(76%), katup aorta (13%) dan katup mitral dan katup aorta (97%). Insidens tertinggi
ditemukan pada anak berumur 5-15 tahun.
IV.4 Patogenesis
Demam
rematik
merupakan
respons
autoimmune
terhadap
infeksi
streptokokus
1. Karditis merupakan manifestasi klinik demam rematik yang paling berat karena
merupakan satu-satunya manifestasi yang dapat mengakibatkan kematian
penderita pada fase akut dan dapat menyebabkan kelainan katup sehingga terjadi
penyakit jantung rematik. Diagnosis karditis rematik dapat ditegakkan secara
klinik berdasarkan adanya salah satu tanda berikut: (a) bising baru atau perubahan
sifat bising organik, (b) kardiomegali, (c) perikarditis, dan gagal jantung
kongestif. Bising jantung merupakan manifestasi karditis rematik yang seringkali
muncul pertama kali, sementara tanda dan gejala perikarditis serta gagal jantung
kongestif biasanya baru timbul pada keadaan yang lebih berat. Bising pada
karditis rematik dapat berupa bising pansistol di daerah apeks (regurgitasi mitral),
bising awal diastol di daerah basal (regurgitasi aorta), dan bising mid-diastol pada
apeks (bising Carey-Coombs) yang timbul akibat adanya dilatasi ventrikel kiri.
Pada karditis yang asimtomatik didagnosis dengan keluhan non kardiak, yaitu
poliartritis migrant, maupun chorea.
Pada derajat berat penderita datang ke dokter karena keluhan gagal jantungnya
seperti dispnea (dispnea on effort, otopnea/paroxysmal nocturnal dispnea), edema
tungkai dan hepatomegali. Karditis ringan apabila pada pemeriksaan fisik dengan
berat.
5. Nodulus subkutan pada umumnya hanya dijumpai pada kasus yang berat dan
terdapat di daerah ekstensor persendian, pada kulit kepala serta kolumna
vertebralis. Nodul ini berupa massa yang padat, tidak terasa nyeri, mudah
digerakkan dari kulit di atasnya, dengan diameter dan beberapa milimeter sampai
sekitar 2 cm. Tanda ini pada umumnya tidak akan ditemukan jika tidak terdapat
karditis.
IV.8 Diagnosis
peradangan atau keterbatasan gerak sendi. Gejala minor ini harus dibedakan dengan
nyeri pada otot atau jaringan periartikular lainnya, atau dengan nyeri sendi malam hari
yang lazim terjadi pada anak-anak normal. Artralgia tidak dapat digunakan sebagai
kriteria minor apabila poliartritis sudah dipakai sebagai kriteria mayor.
Demam pada demam rematik biasanya ringan, meskipun adakalanya mencapai
39C, terutama jika terdapat karditis. Manifestasi ini lazim berlangsung sebagai suatu
demam derajat ringan selama beberapa minggu. Demam merupakan pertanda infeksi
yang tidak spesifik, dan karena dapat dijumpai pada begitu banyak penyakit lain,
kriteria minor ini tidak memiliki arti diagnosis banding yang bermakna.
Peningkatan kadar reaktan fase akut berupa kenaikan laju endap darah, kadar
protein C reaktif, serta leukositosis merupakan indikator nonspesifik dan peradangan
atau infeksi. Ketiga tanda reaksi fase akut ini hampir selalu ditemukan pada demam
rematik, kecuali jika korea merupakan satu-satunya manifestasi mayor yang
ditemukan. Perlu diingat bahwa laju endap darah juga meningkat pada kasus anemia
dan gagal jantung kongestif. Adapun protein C reaktif tidak meningkat pada anemia,
akan tetapi mengalami kenaikan pada gagal jantung kongestif. Laju endap darah dan
kadar protein C reaktif dapat meningkat pada semua kasus infeksi, namun apabila
protein C reaktif tidak bertambah, maka kemungkinan adanya infeksi Streptokokus
akut dapat dipertanyakan.
Interval P-R yang memanjang biasanya menunjukkan adanya keterlambatan
abnormal sistem konduksi pada nodus atrioventrikel dan meskipun sering dijumpai
pada demam rematik, perubahan gambaran EKG ini tidak spesifik untuk demam
rematik. Selain itu, interval P-R yang memanjang juga bukan merupakan pertanda
yang memadai akan adanya karditis rematik.
Titer antistreptolisin O (ASTO) merupakan pemeriksaan diagnostik standar
untuk demam rematik, sebagai salah satu bukti yang mendukung adanya infeksi
Streptokokus. Titer ASTO dianggap meningkat apabila mencapai 250 unit Todd pada
orang dewasa atau 333 unit Todd pada anak-anak di atas usia 5 tahun, dan dapat
dijumpai pada sekitar 70% sampai 80% kasus demam rematik akut.
Infeksi Streptokokus juga dapat dibuktikan dengan melakukan biakan usapan
tenggorokan. Biakan positif pada sekitar 50% kasus demam rematik akut.
Bagaimanapun, biakan yang negatif tidak dapat mengesampingkan kemungkinan
adanya infeksi Streptokokus akut.
Pada 20022003 WHO mengajukan kriteria untuk diagnosis DR dan PJR
IV.9 Penatalaksanaan
A. Pengobatan
1. Pencegahan primer
Cara pemusnahan Streptokokus dari tonsil dan faring sama dengan pengobatan
faringitis Streptokokus, yakni pemberian penisilin benzatin intramuskuler dengan
dosis 1,2 juta unit untuk pasien dengan berat badan > 30 kg atau 600.000 sampai
900.000 unit untuk pasien dengan berat badan < 30 kg. Penisilin oral 400.000 unit
(250 mg) diberikan 4 kali sehari selama 10 hari dapat digunakan sebagai alternatif.
Eritromisin 50 mg/kgBB sehari dibagi 4 dosis yang sama, dengan maksimum 250 mg
4 kali sehari selama 10 hari dianjurkan untuk pasien yang alergi penisiin. Obat lain
seperti sefalosforin yang diberikan dua kali sehari selama 10 hari juga efektif untuk
pengobatan faringitis streptokokus, seperti pada tabel di bawah ini :
Pengobatan eradikasi kuman Streptokokus
Cara pencegahan sekunder yang diajukan The American Heart Association dan
WHO yaitu dengan pemberian suntikan penisilin berdaya lama setiap bulan. Pada
keadaan-keadaan khusus, atau pada pasien resiko tinggi, suntikan diberikan setiap 3
minggu. Meskipun nyeri suntikan dapat berlangsung lama, tetapi pasien lebih suka
dengan cara ini karena dapat dengan mudah dan teratur melakukannya satu kali setiap
3 atau 4 minggu, dibandingkan dengan tablet penisilin oral setiap hari. Preparat sulfa
yang tidak efektif untuk pencegahan primer terbukti lebih efektif dari pada penisilin
oral untuk pencegahan sekunder. Dapat juga digunakan sulfadiazin yang harganya
lebih murah daripada eritromisisn, seperti tertera pada tabel dibawah ini.
B. Pengobatan suportif
Tirah Baring
Semua pasien demam reumatik akut harus tirah baring, jika mungkin di rumah
sakit. Tirah baring di rumah sakit untuk pasien demam reumatik derajat 1 , 2, 3 dan 4
berturut-turut 2, 4, 6,12 minggu. Serta lama rawat jalan untuk pasien demam reumatik
derajat 1,2,3 dan 4 berturut-turut 2, 4, 6, 12 minggu. Karditis hampir selalu terjadi
dalam 2-3 minggu sejak dari awal serangan, hingga pengamatan yang ketat harus
dilakukan selama masa tersebut. Sesudah itu lama dan tingkat tirah baring bervariasi.
Tabel berikut merupakan pedoman umum untuk mendukung rekomendasi tersebut. 7,8
Pedoman umum tirah baring dan rawat jalan pada pasien demam reumatik
Tabel 5. Pedoman umum tirah baring dan rawat jalan pada pasien
demam reumatik10
Status karditis
Penatalaksanaan
demi
sedikit
rawat
jalan
2(Karditis
tanpa sedikit
demi
sedikit
rawat
jalan
selama 4 minggu
kardiomegali)
3(Karditis
demi
sedikit
rawat
jalan
kardiomegali)
Tirah baring ketat selama masih ada
Derajat
jantung)
4(Karditis
dengan
DAFTAR PUSTAKA
1. Chakko S, Bisno AL. Acute Rheumatic Fever. In: Fuster V, Alexander
RW, ORourke et al. Hurst The Heart; vol.II; 10th ed. Mc Graw-Hill : New
York, 2001; p. 1657 65.
2. Meador RJ, Russel IJ, Davidson A, et al. Acute Rheumatic Fever.
Available from: http://www.emedicine.com/med/topic2922.htm
3. Stollerman GH. Rheumatic fever (Seminar). Lancet 1997; 349: 9354. Lopez WL, de la Paz AG. Jones Criteria for Diagnosis of Rheumatic
Fever. A Historical Review and Its Applicability in Developing Countries.
In: Calleja HB, Guzman SV. Rheumatic fever and Rheumatic Heart
Disease, epidemiology, clinical aspect, management and prevention
and control programs. A publication of the Philipine Foundation for the
prevetion and control of rheumatic fever/rheumatic heart disease :
Manila, 2001; p. 17- 26.
5. Parillo S, Parillo CV, Sayah AJ, et al.Rheumatic Fever. Available from:
http://www.emedicine.com/emerg/topic509.htm
6. Achutti A, Achutti VR. Epidemiologi of rheumatic fever in the
developing world. Cardiol Young 1992; 2:206-15.
7. Meador RJ, Russel IJ, Davidson A, et al. Acute Rheumatic Fever.
Available from: http://www.emedicine.com/med/topic2922.htm
8. Veasy GL. Rheumatic fever T.Duckett Jones and the rest of the story.
Cardiol Young 1995; 5: 293-01.
9. World Health Organization. Rheumatic fever and rheumatic heart
disease WHO Technical report series 923. Report of a WHO Expert
Consultation Geneva, 29 October1 November 2001.
10.