Professional Documents
Culture Documents
Sent Ruk
Sent Ruk
Diajukan Kepada:
dr. Ardiansyah, Sp. S
Disusun oleh:
Haqqi Pradipta Suganda
20090310051
RSUD SALATIGA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Menyetujui,
Dokter Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
A. IDENTITAS PASIEN
No. RM
: diketahui
Nama
: NY. S
Umur
: 65 Tahun
Jenis kelamin
: perempuan
Alamat
: tingkir
Tanggal periksa
: 04 - 11 - 2014
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Anggota gerak kanan tidak bisa digerakkan
RPS : Pasien datang dengan keluhan anggota gerak kanan tidak dapat
digerakkan, bicara pelo, keluhan dirasakan sejak satu hari SMRS, keluhan
dirasakan mula-mula lemas lalu lama-lama tidak dapat digerakkan, nyeri
kepala(-), mual(-), muntah (-), jatuh sebelumnya (-)
RPD : Keluhan serupa (-) Penyakit darah tinggi (+), jantung(-), diabetes
mellitus(-).
RPK: Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan yang serupa dengan
pasien. Penyakit darah tinggi, jantung, diabetes melitus di keluarga di sangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
KU : Compos mentis, E4V5M6
Tanda Vital :
TD
: 76x/m
RR
: 18x/m
: afebris
: 170/100 mmhg
D. RANGSANGAN MENINGEAL
Kaku kuduk
: (-)
Laseque
Kernig
: >135o/>135o
Brudzinski I
: -/-
5
5
F. GERAKAN INVOLUNTER
-Tremor
: tidak ada
-Chorea
: tidak ada
-Atetose
: tidak ada
-Mioklonik
: tidak ada
G. TROFIK
Eutrofik
H. TONUS
Normotonus
I. REFLEKS FISIOLOGIS
Biceps
: N/N
Triceps
: N/N
Radius
: N/N
Lutut
: N/N
Patella
: N/N
Accilles
: N/N
J. REFLEKS PATOLOGIS
Hoffman tromer
: -/-
Babinski
: -/-
Chaddok
: -/-
Gordon
: -/-
Schaeffer
: -/-
Klonus otot
: -/-
Klonus tumit
: -/-
K. Scoring Stroke
L. Pemeriksaan Penunjang
CT scan kepala:
Diagnosis klinis
: Hemiparesis Dextra
Diagnosis etiologi
Diagnosis topik
N. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Inf RL 20 tpm
Neurodex 2x1
Amlodipin 1x5mg
Non-medikamentosa
Bed rest
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE NON HEMORAGIK
A. Definisi
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif
cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam
atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan
gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Stroke adalah penurunan fungsi otak yang terjadi dengan cepat akibat
gangguan peredaran darah otak (GPDO) yang dapat berupa penyumbatan atau
kebocoran pembuluh darah. GPDO dapat terjadi akibat iskemia oleh trombosis
atau emboli atau akibat pendarahan.
B. Epidemiologi
Di dunia barat, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan
setelah penyakit jantung dan kanker, serta merupakan 10% kematian di dunia.
Sama halnya dengan di Indonesia, stroke terdapat di urutan ke tiga setelah
penyakit jantung dan kanker. Pada tahun 2004, stroke merupakan penyebab
kematian terbanyak di rumah sakit pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Di Indonesia diperkirakan 500.000 penduduk terkena stroke. Dari jumlah
tersebut sepertiga dapat pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan
fungsional ringan sampai sedang, dan sepertiga sisanya mengalami gangguan
berat hingga mengharuskan penderita terus menerus di tempat tidur.
Insidensi stroke cenderung meningkat ketika melewati umur 30 tahun.
95% penderita stroke di atas umur 45 tahun, dan dua per tiga penderita stroke
berumur di atas 65 tahun. Stroke terjadi lebih banyak pada pria daripada wanita,
namun 60% kematian terjadi pada wanita. Hal ini terjadi karena wanita hidup
lebih lama daripada pria, sehingga kejadian stroke terjadi pada usia yang sudah
tua dan banyak menyebabkan kematian pada wanita.
C. Anatomi Vaskularisasi Otak
Otak memperoleh darah melalui dua sistem, yakni sistem karotis dan
sistem vertebral.
1. Sistem karotis
Arteri karotis interna merupakan hasil percabangan dari a. Karotis
komunis dextra dan A. Karotis komunis sinistra. A. Karotis komunis
dextra berasal dari percabangan A. Subklavia dextra, sedangkan A. Karotis
komunis sinistra berasal dari arkus aorta.
Arteri komunis interna setelah memisahkan diri dari a.carotis
komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis karotikus,
berjalan dalam sinus kavernosus, mempercabangkan A. opthalmika untuk
nervus opticus dan retina, akhirnya bercabang dua : A. serebri anterior dan
A. serebri media. Untuk otak sistem ini memberi aliran darah ke lobus
frontalis, parietalis dan beberapa bagian lobus temporalis.
2. Sistem vertebralis
Sistem vertebral dibentuk oleh A. Vertebralis kanan dan kiri yang
berpangkal di A. Subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis
transversalis di kolumna vertebralis servikalis, masuk rongga kranium
melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing
sepasang A. serebelli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons,
keduanya bersatu menjadi A. basilaris, dan setelah mengeluarkan 3
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna,
yang mengumpulkan darah ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena
eksterna yang yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah
ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya melalui
vena-vena jugularis, dicurahkan menuju jantung.
D. Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Stroke Hemoragik
2. Stroke Non Hemoragik
Stroke Hemoragik
Merupakan stroke karena perdarahan. Dapat dibagi :
a. Perdarahan intraserebral ( PIS )
Perdarahan intraserebral disebut juga perdarahan intraparenkim
atau hematoma intrakranial yang bukan disebabkan oleh trauma. Stroke
10
jenis ini terjadi karena pecahnya arteri otak. Hal ini menyebabkan darah
bocor ke otak dan menekan bangunan-bangunan di otak. Peningkatan
tekanan secara tiba-tiba menyebabkan kerusakan sel-sel otak di sekitar
genangan darah. Jika jumlah darah yang bocor meningkat dengan cepat,
maka tekanan otak meningkat drastis. Hal ini menyebabkan hilangnya
kesadaran bahkan dapat menyebabkan kematian. Penyebab perdarahan
intraserebral yang paling sering adalah hipertensi dan aterosklerosis
serebral karena perubahan degeneratif yang disebabkan oleh penyakit ini
biasanya dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah.
b. Perdarahan subarakhnoid (PSA)
Perdarahan subarakhnoid terjadi ketika pembuluh darah di luar
otak mengalami ruptur dan masuk ke dalam ruangan subarachoid. Hal ini
menyebabkan daerah di antara tulang tengkorak dan otak dengan cepat
terisi darah. Seorang dengan perdarahan dapat mengalami nyeri kepala
yang muncul secara tiba-tiba dan berat, sakit pada leher, serta mual dan
muntah. Peningkatan tekanan yang mendadak di luar otak dapat
menyebabkan hilangnya kesadaran dengan cepat bahkan kematian.
Stroke Non Hemoragik
Stroke karena penyumbatan, dapat disebabkan karena :
a. Trombosis serebri
Biasanya
ada
kerusakan
lokal
pembuluh
darah
akibat
11
tunika intima arteri besar. Plak cenderung terbentuk pada percabangan dan
tempat yang melengkung. Pembuluh darah yang mempunyai resiko adalah
arteri karotis interna dan arteri vertebralis bagian atas. Hilangnya
tunika intima membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit akan menempel
pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding menjadi kasar.
Trombosit akan melepaskan enzim adenosin difosfat yang mengawali
proses koagulasi.
Adesi trombosit (platelet) dapat dipicu oleh produk toksik yang
dilepaskan makrofag dan kerusakan moderat pada permukaan intima.
Trombosit juga melepaskan growth factors yang menstimulasi migrasi dan
proliferasi sel otot polos dan juga berperan pada pembentukan lesi
fibrointimal pada subendotelial.
12
b. Emboli serebri
Embolisme serebri biasanya terjadi pada orang yang lebih muda,
kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus di jantung sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya adalah perwujudan penyakit
jantung. Selain itu, emboli juga dapat berasal dari plak ateroma karotikus
atau arteri karotis interna. Setiap bagian otak dapat mengalami emboli,
tempat yang paling sering adalah arteri serebri media bagian atas.
Berdasarkan gejala klinis yang tampak stroke non hemoragik
terbagi menjadi :
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
Defisit neurologi yang bersifat akut yang terjadi kurang dari 24
jam, dapat hanya beberapa menit saja. Terjadi perbaikan yang reversibel
dan penderita pulih seperti semula dalam waktu kurang dari 24 jam.
Etiologi TIA adalah emboli atau trombosis dan plak pada arteria karotis
interna dan arteria vertebrabasalis.
2. Stroke In Evolution (SIE)
Stroke dimana defisit neurologinya terus bertambah berat.
3. Reversibel Ischemic Neurology Deficit (RIND)
Gejala yang muncul bertahap, akan hilang dalam waktu lebih dari
24 jam tetapi tidak lebih dari 3 minggu, tetapi pasien dapat mengalami
pemulihan sempurna.
4.
13
E. Faktor Resiko
1. Faktor resiko mayor
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko baik untuk orang tua atau
dewasa muda.
b. Diabetes Mellitus
Orang yang diobati dengan insulin mempunyai resiko mengidap
stroke.
c. Penyakit Jantung.
2. Faktor resiko minor
14
a. TIA
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Peningkatan hematokrit
e. Hiperlipidemia
f. Hiperuricemia
g. Kenaikan fibrinogen
h. Obesitas
i. Merokok
j. Kontrasepsi
k. Stress
l. Faktor genetik
F. Gambaran Klinis
Gejala neurologi yang timbul tergantung berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya. Hal ini dapat terjadi pada :
1. Sistem karotis
Gangguan penglihatan (Amaurosis fugaks / buta mendadak)
Gangguan bicara (afasia atau disfasia)
Gangguan motorik (hemiparese / hemiplegi kontralateral)
Gangguan sensorik pada tungkai yang lumpuh
2. Sistem vertebrobasiler
15
G. Diagnosis
1. Anamnesa, dapat memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah
fokal
2. Melakukan pemeriksaan fisik neurologik
3. Skoring untuk membedakan jenis stroke :
- Skor Siriraj :
( 2,5 x derajat kesadaran ) + ( 2 x vomitus ) + ( 2 x nyeri kepala ) + ( 0,1
x tekanan diastolik ) ( 3 x petanda ateroma ) 12 =
Hasil : SS > 1
= Stroke Hemoragik
16
- Vomitus
- Ateroma
Gejala Klinis
PIS
SNH
PSA
Berat
Ringan
Berat/ringan
2. Permulaan (onset)
Menit/jam
1-2 menit
Pelan (jam/hari)
3. Nyeri Kepala
Hebat
Sangat hebat
Ringan/tidak ada
Sering
Sering
Tidak,kecuali
lesi di batang
otak
5. Hipertensi
Hampir selalu
Biasanya tidak
Selalu
6. Kesadaran
Bisa hilang
7. Hemiparesis
Sering
awal
Bisa
sebentar
sejak
Permulaan
ada
17
hilang Bisa
tidak
hilang/
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Scan tomografik, sangat membantu diagnosis dan membedakannya
dengan perdarahan terutama pada fase akut.
2. Angiografi serebral ( karotis atau vertebral ) untuk membantu
membedakan gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang
terganggu, atau bila scan tidak jelas.
3. Laboratorium : Bila curiga perdarahan tes koagulasi ( HT, HB, PTT,
Protrombin Time), Trombosit, Fibrinogen, GDS, Cholesterol, Ureum
dan Kreatinin.
4. EKG (Elektrokardiogram ) : Untuk menegakkan adanya miokard
infark,
disritmia
(terutama
atrium
fibrilasi)
yang
berpotensi
I. Prognosis
Sebanyak 75% penderita stroke tidak dapat bekerja kembali akibat
ketidakmampuan tubuhnya. 30-50% penderita stoke mengalami depresi poststroke yang ditandai oleh letargi, sulit tidur, rendah diri, dan menarik diri dari
masyarakat.
Emosi yang labil dapat terjadi sebanyak 20% pada penderita stroke.
18
J. Penatalaksanaan
a) Terapi Umum
Dengan 5 B
Breath : Oksigenasi, pemberian oksigen dari luar
Blood : Usahakan aliran darah ke otak semaksimal
mungkin dan
pengontrolan tekanan darah pasien.
Brain
udema
serebri.
Bladder : Dengan pemasangan DC
Bowel : Saluran pencernaan dan pembuangan
b) Terapi Khusus
-
Stroke Hemoragik
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).In
http://kliniksehat.wordpress.com/2008/10/02/hernia-nukleus-pulposus-hnp/
2. Mansjoer, Arif, et all., 2007. In http : //www. innappni.or.id/index.php?name=News&file =article&sid=130
3. Nuarta B., 2004. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III,
Jilid kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius.
4.
Partono
M.
Mengenal
Nyeri
pinggang.
In
http://mukipartono.com/mengenalnyeri
pinggang-hnp/
5. Purwanto ET.Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Jakarta: Perdossi
6. Putrialthafunnisa, 2010. Rehabilitasi Medik Pada Penderita Hernia Nukleus
Pulposus. In http://putrialthafunnisa.wordpress.com/2010/07/04/rehabilitasimedikpada-penderita-hernia-nukleus-pulposus/
7. Sidharta Priguna, 2004. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri
Pinggang Bawah. In :http://www.kalbe.co.id
8. Sidharta Priguna, 1999. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima.
Jakarta:
PT Dian Rakyat.
20
21