Professional Documents
Culture Documents
KOTA DEPOK
Tahun 2007
ii
Hal
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
i
ii
iv
v
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..
1.2. Tujuan..
1.3. Metodelogi kajian
1.4. Sistematika Penulisan Kajian
1
7
7
8
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pembangunan
2.2. Konsep Perencanaan
2.3. Partisipasi Masyarakat
2.4. Perencanaan Partisipatif
2.5. Modal Sosial.
2.6. Konsep Biaya Transaksi
2.7. Forum Warga.
2.8. Pendekatan Apreciative Inquiri
10
16
22
51
55
57
60
65
KEBIJAKAN DAERAH
3.1. Visi Pembangunan Daerah
3.2. Misi Pembangunan Daerah
3.3. Kebijakan Umum
72
75
75
82
85
90
92
94
ii
BAB V
BAB VI
BAB VII
116
118
120
122
REKOMENDASI SKENARIO
Musrenbang RW dan Kelompok-kelompok
7.1.
124
Masyarakat
7.2. Musrenbang Kelurahan 125
7.3. Musrenbang Kecamatan 126
7.4. Forum SKPD 126
7.5. Musrenbang Kota 127
iii
Hal
Gambar 1.
Tangga Partisipasi menurut Arnstein
Gambar 2.
Alur Kajian Perencanaan Partisipatif di Kota Depok
Gambar 3.
Roda Partisipasi oleh Davidson
44
iv
Hal
Tabel 1.
Tiga model pendekatan pemberdayaan masyarakat.
16
Tabel 2.
Istilah-istilah didalam proses perencanaan berdasarkan
proses perencanaan yang dikandungnya
17
Tabel 3.
Tangga pemberdayaan warga, Burns
34
Tabel 4.
Tipologi partisipasi, Pretty
40
Tabel 5.
Tingkatan partisipasi, Mayer.
41
Tabel 6.
Tahapan partisipasi, Wates.. 42
Tabel 7.
Tipologi partisipasi, Parkers dan Panelli. 43
Tabel 8.
Tipologi roda partisipasi, Davidson
45
Tabel 9.
Tangga partisipasi masyarakat, Bonger & Specht. 46
Tabel 10.
Perbedaan pendekatan problem solving dan KPA...
69
Tabel 11.
Hak-hak warga Negara berdasarkan UUD 1945. 82
Tabel 12.
Kewajiban warga Negara berdasarkan UUD 1945. 84
Tabel 13.
Tugas, tanggung jawab dan kewajiban Negara/pemerintah
85
Tabel 14.
Tinjauan evaluatif proses perencanaan di kota Depok.
99
vi
dan
pemberdayaan
di
lingkungan
masyarakat
belum.
Jawaban
dari
mereka
yang
secara
rutin
mengikuti
kekecewaan,
putus
asa,
frustasi,
dan
malahan
mungkin
tercipta
masyarakat
di
partisipasi
kelurahan
yang
substansial.
memang
sudah
Secara
diundang
prosedural
untuk
ikut
terdapat
simetrisitas
informasi
sebagai
basis
pengambilan
ke depan hanya
dan
tentang
Kemiskinan
Perkotaan
(P2KP),
atau
Proyek
Pemberdayaan
Masyarakat
Squatter
(PPMS),
misalnya,
derajat
kepustakaan
(referensi),
derajat
tingkatan
partisipasi
rencana
itu
dilaksanakan,
dan
bagaimana
memelihara
empowerment
(pemberdayaan) masyarakat
dapat
diartikan
proses
sebagai
menambah
memutuskan
terbaik
bagi
apa
dirinya
berpendapat
jika
ingin
empowerment
maka
bahwa
membangun
masyarakat,
perlu
dilakukan
disempowerment
kepada
kelebihan
(surplus)
Gambar 1.
Tangga partisipasi menurut Arnstein (1969)
power.
Berdasarkan
tolok
ukur
ini
terdapat
beberapa
tipologi
partisipasi
Jika
mengacu
participation)
yang
pada
tangga
dikemukakan
partisipasi
oleh
Arsntein
(ladder
(1969),
of
citizen
misalnya,
memang
tertinggi,
yaitu
tahapan
kontrol
pengendalian
oleh
sampai pada kesimpulan betapa modal sosial ini akan ikut menentukan
kemajuan ekonomi suatu bangsa. Ia membagi masyarakat di dunia ini
dengan masyarakat dengan tingkat kepercayaan yang rendah (low trust
society) dan masyarakat dengan
masyarakat
dengan
tingkat
kepercayaan
yang
tinggi
pula.
kepercayaan
kepercayaan
sesama
yang
mana?
stakeholders
Apakah
di
Kota
menambah
Depok
rekening
atau
malah
mungkin
derajat
partisipasi
masyarakat
dalam
proses
keterkaitan
antara
perencanaan
partisipatif
dan
1.2. Tujuan
Tujuan pelaksanaan kajian ini adalah:
1. Melakukan
tinjauan
evaluatif
pelaksanaan
proses
perencanaan
ini
menggunakan
pertanyaan-pertanyaan
dokumen-dokumen
pendekatan
rumusan
yang
ada,
kualitatif
masalah
termasuk
yang
yaitu
ada
pandangan
menjawab
dengan
dari
studi
berbagai
studi kepustakaan,
serta
Deskripsi Pelaksanaan
Perencanaan
Partisipatif di Kota
Depok
Tinjauan Peraturan
Perundangan tentang
Perencanaan
Partisipatif
Tolok Ukur
Peraturan
Perundangan
Kajian Evaluatif
Perencanaan
Partisipatif di Kota
Depok
Tipologi
Partisipasi
Modal Sosial
Kajian Skenario
Penguatan Perencanaan
Partisipatif di Kota
Depok
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Tujuan
1.4. Metodelogi kajian
1.5. Sistematika Penulisan Kajian
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pembangunan
2.2. Konsep Perencanaan
2.3. Partisipasi Masyarakat
2.4. Perencanaan Partisipatif
2.5. Modal Sosial
2.6. Konsep Biaya Transaksi
2.7. Forum Warga
2.8.
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
KEBIJAKAN DAERAH
3.1. Visi Pembangunan Daerah
3.2. Misi Pembangunan Daerah
3.3. Kebijakan Umum
LANDASAN KONSTITUSIONAL, YURIDIS
DAN KEBIJAKAN PERENCANAAN
PARTISIPATIF
4.1. UUD 1945
4.2. UU NO. 25/2004
4.3. SE Bersama Bappenas dan Mendagri
4.4. Srt Mendagri No. 414.2/2435/SJ (2005)
4.5. Kep. Walikota Depok No. 02/2004
KAJIAN EVALUATIF PERENCANAAN
PARTISIPATIF
5.1. Tolok ukur peraturan dan juknis
Tolok ukur berdasarkan tipologi
5.2.
partisipasi
5.3. Tolok ukur pengembangan modal sosial
5.4. Tinjauan evaluatif
5.5. Pembahasan
SKENARIO PENGUATAN PERENCANAAN
PARTISIPATIF
6.1. Tanpa perubahan berarti (status quo)
6.2. Memenuhi aturan/pedoman yg ada
6.3. Memenuhi aturan + kemitraan
6.3. Kemitraan + pendekatan apresiatif
SKENARIO PENGUATAN PERENCANAAN
PARTISIPATIF
Musrenbang RW dan Kelompok-kelompok
7.1.
Masyarakat
7.2. Musrenbang Kelurahan
7.3. Musrenbang Kecamatan
7.4. Forum SKPD
7.5. Musrenbang Kota
DAFTAR PUSTAKA
ini
ada
dalam
konteks
siklus
proses
pembangunan
menggambarkan
bahwa
sebagian
warga
masyarakat
10
pembangunan.
Yang
dituju
adalah
munculnya
persepsi
di
kelompok-kelompok
masyarakat
yang
selama
ini
tidak
yang
tidak
memiliki
akses
dalam
proses
bahwa:
pembangunan
adalah
proses
ekonomi,
sosial,
11
rumusan
seperti
ini
maka
pembangunan
pada
dasarnya
kecukupan
(substenance)
memenuhi
paling hakiki
kebutuhan
pokok,
meningkatkan rasa harga diri atau jatidiri (self esteem), serta kebebasan
(freedom) untuk memilih.
Tadaro berpendapat bahwa pembangunan harus dipandang sebagai
proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar
atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, institusi-institusi, disamping
12
tetap
mengejar
akselerasi
pertumbuhan
ekonomi,
penanganan
sumber
daya
alam
baik
akibat
degradasi
maupun
adalah
bahwa
pemanfaatan
sumber
daya
untuk
pemenuhan
13
pembangunan
yang
pernah
dikemukakan
(ODowd,
1978;
disebabkan
karena
terhenti
atau
tersendatnya
kegiatan
degan praktek
tiga
kategori,
yaitu:
(1)
development
for
community
bersama
masyarakat),
dan
(3)
development
of
untuk
masyarakat
(development
for
community)
14
aktor dari luar. Aktor luar ini dapat saja telah melakukan penelitian,
melakukan konsultasi, dan melibatkan tokoh setempat. Namun
apabila keputusan dan sumber daya pembangunan berasal dari luar
maka pada dasarnya masyarakat tetap menjadi objek. Hal ini dapat
terjadi
budayanya terdominasi.
2. Pembangunan bersama masyarakat (development with community)
secara khusus ditandai dengan kuatnya pola kolaborasi antara aktor
luar dan masyarakat setempat. Keputusan yang diambil merupakan
keputusan bersama dan sumber daya yang dipakai berasal dari kedua
belah pihak. Model ini paling populer dan banyak diaplikasikan oleh
berbagai
pihak.
Dasar
pemikiran
pola
ini
adalah
dapat
masyarakat
pembangunan
pelaksanaannya
(development
yang
dilaksanakan
of
inisiatif,
sendiri
oleh
community)
perencanaan,
masyarakat.
adalah
dan
Dapat
15
Aktor Utama
Development for
Community
(Pembangunan untuk
masyarakat)
Aktor dari luar
Bentuk
Hubungan
Sosialisasi dan
Konsultasi
Pengambil
keputusan
Pelaksana
Bentuk kegiatan
Proyek
Development with
Community
(Pembangunan
bersama masyarakat)
Aktor dari luar
bersama masyarakat
lokal
Kolaborasi
Aktor dari luar
bersama masyarakat
lokal
Aktor dari luar
bersama masyarakat
lokal
Proyek dan Program
Development of
Community
(Pembangunan
masyarakat)
Masyarakat lokal
Pemberdayan dan
pengerahan
potensi sendiri
Masyarakat lokal
Masyarakat lokal
Pengembangan
sistem dan
penguatan
kelembagaan
Rustiadi
et.
al
(2006),
perencanaan
adalah
suatu
proses
menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta
menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya.
Dengan
demikian,
proses
perencanaan
dilakukan
dengan
menguji
mengukur
kemampuan
(kapasitas)
kita
untuk
mencapainya,
16
tujuan
dan
sasaran
adalah
istilah-istilah
yang
menjelaskan
mengenai unsur perencanaan yang pertama (hal yang ingin dicapai). Misi
dan aktivitas adalah istilah-istilah mengenai unsur-unsur perencanaan
yang kedua (cara mencapainya). Sedangkan strategi, program, dan
proyek
merupakan
suatu
kumpulan
komponen
perencanaan
yang
Istilah
(nomenklatur)
Visi (vision)
Unsur Perencanaan
Hal yang ingin
Keterangan
dicapai
Normatif
Misi (mission)
Normatif
Tujuan (goal)
Terukur
Sasaran (objective)
Terukur
Strategi (strategy)
Normatif/terukur
Kebijakan (policy)
Terukur
Program (program)
Terukur
Pryek (project)
Terukur
Terukur
Aktifitas (action)
17
1. Visi (vision): suatu kondisi ideal (cita-cita) normatif yang ingin dicapai
di masa datang
2. Misi (mission): cara normatif untuk mencapai visi.
3. Tujuan-tujuan (goals): hal-hal yang ingin dicapai secara umum.
Setiap bentuk tujuan (goals) bersifat dapat dimaksimumkan atau
diminimumkan.
4. Sasaran (objectives): bentuk operasional dari tujuan, biasanya lebih
terukur, disertai target pencapaiannya. Sasaran merupakan kondisi
minimum yang harus dicapai dalam mencapai tujuan dalam waktu
tertentu.
5. Strategi (strategy): sekumpulan sasaran-sasaran dengan metodemetode untuk mencapainya.
6. Kebijakan
(policy):
sekumpulan
aktivitas
(actions),
untuk
18
Kebijakan
adalah
arah/tindakan
yang
diambil
oleh
Pemerintah
kegiatan
masyarakat
yang
dikoordinasikan
oleh
instansi
pemerintah.
2.2.2. Pendekatan / Basis Perencanaan
Perencanaan
umumnya
dilakukan
berdasarkan
berbagai
kombinasi
dilakukan
terutama
karena
alasan-alasan
pragmatis,
19
tujuan
(goal-driven).
Ini
merupakan
pendekatan
untuk
gerakan-gerakan
sosial,
pendidikan,
kapasitas
pengambilan
keputusan,
dan
mereduksi
ini
dilakukan
sedemikian
rupa
agar
tidak
terlalu
menyimpang dari kondisi saat ini (status quo). Komponen utama dari
pendekatan ini adalah: (a) pilihan-pilihan diturunkan dari kebijakan
dan perencanaan yang merupakan peningkatan, penambahan, atau
perbaikan dari kebijakan yang ada (status quo), (b) hanya sejumlah
kecil
pilihan
yang
dipertimbangkan,
(c)
hanya
sejumlah
kecil
20
(1978),
yaitu
suatu
pendekatan
yang
berfokus
pada
hal-hal
yang
bagi
mereka masih
penuh
Rasional.
Rasionalitas
adalah
cara
utama
yang
terbaik
dengan
menyeluruh
(komprehensif)
berpikir
untuk
tertib
mencapai
(sistematis)
tujuan
dan
tertentu.
partisipatif
konsensus.
Dalam
perencanaan
21
permasalahan
yang
ada.
Di
sisi
lain,
informasi
yang
berbeda-beda
pula.
Dengan
demikian,
sifat
penerimaan
(acceptability)
dari
pihak-pihak
yang
berkepentingan.
berbagai
konsep
tentang
masyarakat
atau
komunitas
sebagai
masyarakat
namun
ada
yang
lebih
suka
22
(space)
informasi
dan
waktu
(time).
Komunitas
dalam
masyarakat
komunitas
sebagai
warisan
identitas.
Makna
ini
hubungan
komunitas
direfleksikan
sebagai
dalam
hubungan
kekeluargaan
sosial.
dan
Pola
antar
ketetanggaan,
dimana interaksi sosial dan dukungan satu satu sama lain seringkali
digerakkan oleh faktor tempat tinggal. Ini merupakan sebuah konsep
yang menggambarkan legitimasi berdasarkan tradisi sosiologi dan
antropologi.
3. Masyarakat / komunitas sebagai basis konsumsi kolektif, yakni suatu
kesatuan kelompok atau ketetanggaan yang memiliki kebutuhan atau
permintaan yang sama terhadap barang publik (public goods), seperti
perpustakaan, transportasi, kualitas lingkungan dan lainnya. Ini
merupakan
sebuah
konsep
masyarakat
yang
menggambarkan
komunitas
sebagai
basis
untuk
produksi
dan
23
keterwakilan,
apakah
melalui
saluran
representasi
atau
komunitas
dapat
ditentukan
oleh
beberapa
hal.
Ciri-ciri
Sekelompok orang
Sekelompok
orang
yang
mengkonsolidasikan
sumberdaya
Menurut
Moelyadi
dan
Simanjuntak
(1993),
masyarakat
adalah
langsung
24
Berdasarkan
berbagai
konsep
tersebut,
sesungguhnya
pengertian
status
berdasarkan
sosial
tempat
ekonomi
ini
atau
lebih
diidentifikasi
Kategori
masyarakat
berdasarkan
tempat
pembuatan
keputusan
tentang
apa
yang
dilakukan,
dalam
25
(5)
partisipasi
dalam
menerima,
memelihara,
dan
partisipasi
oleh
The
International
Association
of
Public
partisipasi
masyarakat
melibatkan
partisipan
dalam
26
2.
serta
dalam
keputusan
penting
yang
menyangkut
masyarakat.
3.
Partisipasi
menciptakan
suatu
lingkungan
umpan
balik
arus
5.
6.
Partisipasi akan
memperluas
jangkauan
pelayanan
pemerintah
8.
Partisipasi
menyediakan
lingkungan
yang
kondusif
baik
bagi
Partisipasi
merupakan
lingkungan
yang
kondusif
baik
bagi
untuk
pengelolaan
program
pembangunan
guna
27
dari
kelompok-kelompok
komunitas,
khususnya
pengetahuan
lokal,
pengalaman,
dan
kreatifitas,
bahwa
solusi
didasarkan
pada
pemahaman
dan
keputusan,
maka
para
pembuat
keputusan
dapat
28
4. Partisipasi
akan
mendorong
kepemilikan
lokal,
komitmen
dan
(outcomes)
yang
berkelanjutan
dengan
menfasilitasi
dapat merugikan kepada mereka yang terlibat jika: (a) para ahli yang
melakukan
proses
kepentingannya,
(b)
ini
memanipulasi
jika
tidak
partisipasi
direncanakan
publik
secara
untuk
hati-hati,
29
dapat
memperlemah
(disempower)
masyarakat.
Jika
hanya sedikit hasil yang diraih, padahal usaha yang dilakukan oleh
masyarakat telah cukup besar.
2.3.4. Tipologi Partisipasi
Tipologi partisipasi menggambarkan derajat keterlibatan masyarakat
dalam
proses
partisipasi
yang
didasarkan
pada
seberapa
besar
(c) untuk
30
Kemudian
(informing),
(4)
diikuti
konsultasi
dengan
tangga
(consultation),
(3)
menginformasikan
dan
(5)
penentraman
sekadarnya,
berupa
upaya
superfisial
(dangkal,
pada
untuk
melibatkan
masyarakat
secara
bermakna.
Tangga
31
sudah
Masyarakat
ada
negosiasi
antara
dipersilahkan
untuk
masyarakat
dan
memberikan
pemerintah.
saran
atau
untuk
menilai
kelayakan
dan
keberadaan
usulan
tersebut.
Tiga tangga teratas dikategorikan sebagai bentuk yang sesungguhnya
dari partisipasi dimana masyarakat memiliki pengaruh dalam proses
pengambilan keputusan.
6. Kemitraan (partnership). Pada tangga partisipasi ini, pemerintah dan
masyarakat merupakan mitra sejajar. Kekuasaan telah diberikan dan
telah ada negosiasi antara masyarakat dan pemegang kekuasaan,
baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, maupun monitoring dan
evaluasi.
32
kekuasaan
(delegated
power).
Ini
berarti
bahwa
sendiri
perencanaan,
beberapa
pelaksanaan,
kepentingannya,
monitoring
dan
mulai
dari
evaluasi,
proses
sehingga
sepenuhnya
mengelola
berbagai
kegiatan
untuk
Partisipasi
Burns,
Hambleton,
dan
Hogget
(1994)
Burns
et
al
(1994)
berpendapat
bahwa
bila
pemerintah
hendak
menurut situasi
33
bahwa
kualitas
partisipasi
masyarakat
tidak
harus
pemetaannya
terhadap
ruang
kekuasaan
yang
ada
dalam
partisipasi
masyarakat
dan
perubahan
tata
kelola
pada penilaian
No.
Jenjang Partisipasi
1.
Civic hype
2.
Cynical Consultation
3.
Poor Information
4.
Customer care
5.
6.
Genuine Information
7.
8.
9.
Partnership
10.
Delegated Control
11.
Enrusted Control
12.
Independent Control
Kategori
Citizen Participation
Citizen Control
34
participation)
adalah
civic
hype,
cynical
consultation,
foor
information, dan
diabaikan,
manipulasi
karena
informasi
berkembang
dari
keempat
keadaan ini.
1. Civic hype. Peranan pemerintah dalam kondisi ini terlalu besar,
menguasai hampir seluruh segi kehidupan, sehingga masyarakat tidak
mempunyai peranan dan bersifat pasif. Pada jenjang ini pemerintah
daerah melakukan sosialisasi informasi, baik kepada masyarakat
maupun keluar, namun informasi yang diberikan bersifat manipulatif,
berbentuk propaganda dan pada dasarnya tidak sesuai dengan kondisi
obyektif daerahnya.
2. Cynical
consultation.
Pada
kondisi
ini
partisipasi
masyarakat
yang
berkaitan
dengan
kehidupan
masyarakat.
Pada
jenjang
ini
masyarakat
35
sulit
atau
tidak
bisa
unit
pelayanan
pengaduan.
Jika
pengaduan-pengaduan
memiliki
informasi
yang
cukup
mengenai
berbagai
care
ini
pada
awalnya
ditujukan
untuk
meredam
pemerintah
daerah
kepada
masyarakat
setempat.
baik
dalam
hal
pemantauan,
evaluasi,
maupun
36
ada
dan
sebenarnya
telah
berjalan.
Dalam
diskusi
ini,
genuine
consultation
ini,
dilakukan
improvisasi
untuk
program.
Sebagai
hasil
dari
peningkatan
kualitas
strategis.
Namun
tidak
ada
satu
ketentuan
pun
bagi
pemerintah
dalam
pengambilan
37
keputusan.
Organisasi
memberi
pandangan
apa
yang
terjadi
saat
ini,
keadaan
saat
ini.
Organisasi
ini
juga
mengambil
melakukan
pengalihan
manajerial
pengelolaan
program
pengaruh
yang
maupun
pelaksanaan
signifikan
kebijakan,
terhadap
terutama
proses
pembuatan
melalui
mekanisme
Partnership.
Pada
jenjang
ini
pemerintah
daerah
dan
dibedakan
secara
internal
(pemerintah)
dan
eksternal
38
yang
baik
legal
maupun
finansial
dari
pemerintah
daerah.
39
Partisipasi fungsional
Partisipasi interaktif
40
Cara
Tujuan
Pembelajaran
Ko-Produksi
Koordinasi
Mediasi
Antisipasi
Konsultasi
InformasiEdukasi
pada
masing-masing
tahapan
proyek
41
(inisiasi
proyek,
KEMANDIRIAN
Kontrol ada
pada komunitas
INISIASI
PERENCANAAN
IMPLEMENTASI
KEBERLANJUTAN
Komunitas
melakukan
inisiasi
Komunitas
merencanakan
kegiatannya
sendiri
Otoritas dan
komunitas secara
bersama-sama
merencanakan
kegiatan
Komunitas
mengimplementa
sikan rencananya
sendiri
Otoritas dan
komuniotas
bersama-sama
mengimplementa
sikan
perencanaan
Komunitas menjaga
hasil-hasil
pembangunan
Otoritas dan
komunitas
bersamasama
melakukan
inisiasi
kegiatan
KONSULTASI
Otoritas
Dilakukan
menginisiasi
dengan
kegiatan
pendekatan
setelah
dialog
berdialog
dengan
komunitas
Otoritas
INFORMASI
menginisiasi
Komunikasi
dilakukan searah kegiatan
KEMITRAAN
Berbagi tugas
dan ikut serta
dalam
pengambilan
keputusan
Otoritas
mengimplementa
sikan
perencanaannya
dengan
berkonsultasi
pada komunitas
Otoritas membuat Otoritas
mengimplementa
perencanaan
sikan
sendiri
perencanaannya
sendiri
Otoritas membuat
perncanaan
setelah
berkiomunikasi
dengan
komunitas
Otoritas dan
komunitas saling
menjaga hasil
pembangunan
Otoritas menjaga
hasil pembangunan
dengan bertanya
kepada komunitas
Otoritas menjaga
hasil
pembangunannya
sendiri
ini
menggunakan
esensinya
istilah
sama
yang
dengan
lain
tipologi
adalah
42
sebelumnya
tipologi
partisipasi
namun
yang
Co-option
(pilihan bersama)
Compliance
(kerelaan)
Consultation
(konsultasi)
Cooperation
(kerjasama)
Co-learning
(belajar bersama)
Collective action
(aksi bersama)
43
44
Karakteristik
1.
Minimal Communication
2.
Limited Information
3.
4.
Limited Consultation
5.
Customer Care
6.
Genuine Consultation
7.
8.
Partnership
9.
Limited Decentralized
Decision-Making
10.
Delegated Control
11.
Independent Control
12.
Enrusted Control
45
Contoh Teknik
Catatan publik
2.3.4.7.
Aksi Partisipan
Has control
(memiliki kontrol)
Plans jointly
(merencanakan bersama)
Advises
(pemberian saran )
Is consulted
(dikonsultasikan)
Receives information
(menerima informasi)
Rendah
None
(tidak ada)
Contoh
Organisiasi / badan pemerintah meminta
masyarakat untuk mengidentifikasi masalah dan
membuat seluruh keputusan penting terhadap
tujuan-tujuan dan langkah-langkah
mencapainya. Badan pemerintah berkeinginan
untuk membantu masyarakat pada tiap tahap
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan
Badan pemerintah mengidentifikasi dan
menyodorkan sebuah masalah kepada
masyarakat. Pemerintah menetapkan batasan
masalah dan meminta masyarakat untuk
membuat serangkaian keputusan yang dapat
ditambahkan dalam sebuah rencana sehingga
rencana itu dapat diterima.
Badan pemerintah menyodorkan rencana tentatif
(sementara) dan terbuka untuk perubahan dari
mereka yang dipengaruhi oleh rencana itu.
Badan pemerintah mempresentasikan sebuah
saran dan mengundang pertanyaan. Disiapkan
untuk perubahan rencana hanya jika betul-betul
dibutuhkan.
Badan pemerintah mencoba untuk
mempromosikan sebuah rencana dan
berkonsultasi dengan masyarakat sekadar untuk
mengembangkan dukungan agar rencana itu
dapat diterima, sehingga pemenuhan
administraif dapat diharapkan
Badan pemerintah membuat rencana dan
mengumumkannya. Masyarakat diajak
mengikuti pertemuan / rapat untuk tujuan
mendapatkan informasi.
Masyarakat tidak mendapatkan pemberitahuan
apa pun.
46
Sahidu
(1998),
masyarakat
faktor-faktor
untuk
yang
berpartisipasi
mempengaruhi
adalah
motif,
tingkat
harapan,
berpartisipasi
bisa
dianggap
sebagai
sebuah
perilaku
dari
theory).
Menurut teori pilihan rasional, perilaku individu atau sebuah kelompok
merupakan respon terhadap aturan (rules) dan insentif yang ada. Aturan
ini dapat berupa aturan formal (peraturan perundang-undangan) maupun
aturan non formal (misalnya, kesepakatan-kesepakatan warga), dapat
dalam bentuk tertulis atau tidak tertulis. Insentif pun beragam mulai dari
yang kasat mata dan bersifat ekonomi maupun yang tidak kasat mata
47
dan bersifat non ekonomi. Jadi, jika seseorang atau sebuah kelompok
berperilaku partisipatif, maka perilaku itu merupakan pilihan rasional bagi
yang bersangkutan dalam memberikan respon terhadap aturan main
atau insentif yang ada.
Sedangkan menurut teori normatif, seorang berperilaku tertentu karena
perilaku itu merupakan sesuatu yang memang patut dilakukan. Jadi yang
menjadi pertimbangan adalah logika kepatutan (logic of approriateness).
Logika ini merupakan hasil dari proses internalisasi yang memakan waktu
yang relatif lama dalam diri seorang individu atau kelompok. Ini
merupakan hasil dari pendidikan (formal, nonformal, dan informal) pada
berbagai tingkatan, atau melalui kampanye-kampanye publik melalui
berbagai media.
2.3.5.
yang
dirancang
dan
ditentukan
tujuannya
oleh
Abe
(2001)
mengidentifikasi
setidaknya
enam
faktor
48
berada
dalam
politik
sentralistik
otoriter
sehingga
49
ada atau bahkan tidak ada rasa keterikatan batin, rasa senasib
sepenanggungan, (5)
banyak
peran
terlalu
diborong
oleh
orang-orang
tertentu.
Pembagian peran dan tanggung jawab dianggap kurang adil dan terbuka,
(8) kebanyakan warga lokal belum melihat hasil pembangunan melalui
partisipasi mereka, atau pimpinan kurang menunjukan hasil yang
sebenarnya ada, (9) tidak ada organisasi yang cukup handal untuk
mengelola partisipasi masyarakat, sehingga aspirasi dan potensi warga
kurang tersalur secara efektif dan efisien.
Jika ditelaah berbagai pendapat tersebut, dapat dilihat bahwa faktorfaktor yang dapat menghambat partisipasi masyarakat dalam proses
perencanaan pembangunan dapat dalam bentuk: (a) faktor internal
masyarakat, (b) faktor internal pemerintah, dan (c) faktor luar /
eksternal.
Untuk
mengantisipasi
berbagai
hambatan
partisipasi
masyarakat
bahwa
beberapa
tahap
perencanaan,
seperti
konsultasi
untuk
poemanfaatan
mungkin
akan
lebih
singkat,
(3)
di
50
bahwa
sesungguhnya
banyak
pihak
(stakeholders)
yang
dari banyak
program /
proyek),
maka pihak
yang
demikian,
konsep
stakeholders
menjadi
penting,
karena
dan
51
apa,
berpartisipasi
kapan,
dalam
implementasinya.
dimana,
proses
Tanpa
siapa
dan
perencanaan
informasi
bagaimana
kebijakan
pemerintah
tidak
dan
dapat
untuk
merumuskan
kebijakan
pengembangan
dan
partisipasi
(forum)
stakeholders.
Mekanisme
menfasilitasi
kesediaan
di
antara
partisipasi
stakeholders
stakeholders
52
untuk
adalah
dibutuhkan
melakukan
koordinasi,
Dalam
hal
ini
pemerintah
harus
menyediakan
dan
lingkungan
yang
kondusif
untuk
masyarakat
berinisiatif.
Salah satu model best practice tentang perencanaan dan penganggaran
partisipatif dilakukan di Porto Alegre, sebuah kota industri di Rio Grande
do Sul, Brazil (World Bank, 2003). Dengan penduduk 1,3 juta jiwa,
kekayaan ekonominya sekitar US$ 7 miliar. Kota ini secara konsisten
menikmati
satu
dari
standar
kehidupan
yang
sangat
tinggi
dan
tuan
buruh
serta
berpengalaman
memobilisasi
partisipasi
Maret:
pertemuan
informal
antar
warga
untuk
menentukan
kantor
walikota
untuk
menilai
proyek-proyek
tahun
kriteria
untuk
teknis
setiap
dan
daerah.
53
mendiskusikan
Persiapan
kebutuhan
pertemuan
dan
informal
Dengan pendekatan seperti itu, maka hal-hal yang telah dicapai antara
lain: (a) sejak 1989, Partai Buruh yang mengusulkan penganggaran
partisipatif telah memenangkan tiga kali berturut-turut dalam pemilihan
daerah di Porto Alegre, (b) sebuah jurnal bisnis yang berpengaruh telah
menetapkan Porto Alegre sebagai masyarakat Brazil dengan best quality
of life selama 4 tahun sejak 1989, (c) antara 1989 dan 1996 persentase
rumah tangga dengan kemudahan mendapatkan pelayanan air bersih
meningkat dari 80% menjadi 98%, (c) persentase penduduk yang
mendapatkan pelayanan sistem pembuangan air limbah meningkat dari
46% menjadi 85%, (d) jumlah anak-anak yang diterima di sekolah
pemerintah menjadi dua kali lipat, (e) 30 km jalan diperbaiki setiap
tahun, (f) karena transparansi menghasilkan sikap patuh membayar
54
pajak, maka penerimaan meningkat mendekati 50%, dan (g) lebih dari
80 kota di Brazil mengikuti model Porto Alegre untuk penganggaran
partisipatif.
jaringan
pertemuan
dialog
masyarakat
(network
of
civic
Akibat
adanya
saling
percaya,
maka
para
pihak
tidak
55
Lebih
lanjut
Coleman
(1988),
yang
diacu
dalam
Yustika
(2006)
modal
sosial
berkaitan
erat
dengan
konsep
aksi
kolektif
(collective action). Menurut Marshall (1998), yang diacu dalam Knox dan
Gupta (2000), aksi kolektif adalah aksi yang dilakukan oleh sebuah
kelompok, baik secara langsung atau atas nama organisasi, dalam
mencapai apa yang oleh anggota kelompok itu dianggap sebagai
kepentingan bersama. Aksi kolektif dilaksanakan secara sukarela oleh
partisipannya yang membedakannya dengan usaha-usaha kolektif yang
dilakukan oleh kelompok-kelompok pekerja yang dibayar.
56
bahwa
manfaat
yang
bersifat
material
juga
mempengaruhi
Eggertsson
(1990),
masalah-masalah
penting
dalam
aksi
dengan
keinginan
individu
untuk
memaksimumkan
kegiatan
(provider)
menjadi
katalisator,
penyelenggara
57
disain
kelembagaan.
Semakin
tinggi
biaya
transaksi
untuk
untuk
menjadi
ukuran
dalam
proses-proses
membangun
atas
perlengkapan
biaya
untuk
(atributes)
mengerjakan
yang
pengukuran
dipertukarkan
dan
perlengkapanongkos
untuk
58
konsep
menganalisis
biaya
yang
dibutuhkan
ini
telah
untuk
digunakan
membangun
untuk
dan
berpendapat bahwa
59
akibat
kesenjangan
pengetahuan,
dan
(c)
biaya
strategi
kunci
warga
bagaimana
dan
caranya
penciptaan
agar
peningkatan
pemerintahan
yang
kualitas
efektif
bisa
60
juga
menuntut
pemahaman
baru
tentang
apa
yang
jika sektor
dengan
demokrasi
partisipatif,
proyek
penelitian
the
mampu
lagi
melayani
warga
negara
atau
memastikan
61
62
bahwa
bentuk
dasar
dari
proses
pemberdayaan
dapat
masyarakat
untuk
menghargai
perbedaan
pendapat,
pembangunan
secara
sektoral.
Selanjutnya
dapat
peran kepada
etnis minoritas
perkumpulan wanita
63
pengertian
forum
warga
adalah
rapat
pertemuan
untuk
konsultatif
dan
dialog
yang
diperlukan
dalam
proses
pengambilan keputusan.
Lebih lanjut workshop itu juga menyepakati bahwa peranan dan fungsi
forum koordinasi pembangunan di era desentralisasi di Indonesia antara
lain:
1. Sebagai media komunikasi dan konsultasi, dimana suasana forum
perlu diusahakan sekondusif mungkin bagi terwujudnya komunikasi
dan konsultasi yang efektif di antara para pelaku pembangunan.
2. Media mengembangkan komitmen, konsensus, dan kesepakatan,
dimana forum
penanganan
strategis
dan
menghasilkan
kesepakatan
demokratisasi
perencanaan
yaitu
meningkatkan
untuk
memadukan
berbagai
alur
perencanaan,
forum
64
65
partisipasi
aktif
komunitas
dalam
memberdayakan
dirinya
sendiri.
didasarkan
pada
pandangan
bahwa
semua
orang
mampu
khasanah pengembangan
komunitas
dan
juga
pengentasan
pengalaman
dalam
penerapan
appreciative
inquiry
ini
melakukan
langkah-langkah
kecil
yang
66
bermakna
dalam
Tujuan
utamanya
adalah
mengungkap
dan
masyarakat
menciptakan
proses
Tahapan
memberdayakan
ini
untuk
belajar,
membangun
menyesuaikan
setiap
harapan,
dan
anggota
dan
berimprovisasi.
untuk
melakukan
67
Inquiry
dapat
berjalan
karena
pendekatan
ini
menjalin hubungan
menceritakan
dan
mendengarkan
berbagai
kisah.
Manusia
menyampaikan berbagai nilai, kepercayaan, dan kearifannya lewat kisahkisah yang dituturkan. Manusia suka belajar dan menggunakan apa yang
dipelajari untuk meraih yang terbaik. Dan manusia merasa senang ketika
melakukan sesuatu dengan baik di hadapan orang-orang yang disayangi
dan dihormati.
Appreciative Inquiry memungkinkan para pemimpin untuk menciptakan
berbagai
organisasi manusia yang alami yakni sarat-pengetahuan, berbasiskelebihan, serta mampu melakukan pembelajaran organisasi secara
adaptif (Whitney, D & Trosten-Bloom, A. 2003). Hasil wawancara yang
dilakukan oleh Whitney dan Tristen-Bloom (2003) menunjukkan bahwa
Appreciative Inquiry dapat berhasil karena:
a. Appreciative Inquiry membangun hubungan yang memungkinkan
orang untuk dikenal karena hubungannya dengan orang lain, daripada
karena peran yang dibawakannya.
b. Appreciative Inquiry menciptakan kesempatan bagi setiap orang
untuk didengarkan.
c. Appreciative Inquiry memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk
bermimpi dan berbagi impian.
d. Appreciative Inquiry menciptakan lingkungan tempat setiap orang
dapat memilih cara dalam memberikan kontribusi.
e. Appreciative Inquiry memberikan keleluasaan dan dukungan untuk
bertindak.
68
Pusat Kajian
Problem Solving
KPA
69
Tahap
ini
diawali
dengan
penentuan
kelompok,
untuk membangun
aktif
untuk
belajar
dan
berkontribusi,
saling
menghormati
untuk
membagikan
(sharing)
pengalaman-pengalaman
mengimajinasikan
situasi
yang
lebih
baik,
yaitu
sesuatu
yang
70
baru,
memperoleh
ketrampilan-ketrampilan
71
baru
dan
demografi
Kota
Depok
saat
ini
dihadapkan
dengan
jumlah
Dimasa
depan
diprediksikan
bahwa
tumpuan
72
utama
4. Kondisi sosial budaya Kota Depok saat ini sudah mengarah pada
budaya metropolis yang multi etnis dan dengan latarbelakang
beragam tingkat intelektualitas. Dimasa depan, kondisi sosial budaya
yang ada akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.
5. Kondisi sarana dan prasarana Kota Depok saat ini cukup baik dalam
segi kualitas, walaupun masih kurang dalam segi rasio kuantitas per
penduduk, terutama rasio rumah sakit umum per penduduk. Di masa
depan diprediksikan rasio jumlah sarana dan prasarana per penduduk
di Kota Depok
akan
semakin
Diprediksikan
tahun
2006-2025 adalah :
DEPOK
KOTA
NIAGA
DAN
JASA,
YANG
RELIGIUS
DAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN
Visi
pembangunan
Kota
Depok
tahun
2006-2025
ini
merupakan
73
b.
Kota Religius
Terwujudnya
masyarakat
Depok
yang
menjalankan
kewajiban
secara
optimal
dengan
mengindahkan
kelestarian
dan
sosial
ekonomi
dan
upaya
konservasi,
perbaikan
kota,
serta
terpelihara
dan
termanfaatkannya
penjelasan
diatas,
Visi
Kota
Depok
mengarahkan
kepada
dan
dimasa
mendatang,
dengan
memperhatikan
kenyamanan
pendidikan,
kenyamanan
melaksanakan
kegiatan
74
serta
kenyamanan
dalam
memperoleh
pelayanan
dari
pemerintah
daerah.
3.2
mengutamakan
perhatian
kepada
sektor-sektor
yang
3.
4.
5.
Menata
sistem
pemerintahan
yang
profesional,
baik,
bersih,
75
atau
motor
penggerak
yang
perlu
mendapat
fokus
3.
4.
5.
Memanfaatkan
dan
mengelola
secara
optimal
potensi
letak
2.
yaitu
internasional,
transportasi
sebagai
sabagai
dengan
pintu
pusat
sekala
gerbang
jasa,
ke
pusat
pelayanan
kawasan-kawasan
pengolahan,
nasional
atau
simpul
beberapa
propinsi.
3.
76
optimal
dan
bertanggungjawab,
yaitu
dengan
menjaga
dan
sumberdaya
nasional
dan
manusia
yang
internasional
berdaya
melalui
saing
di
peningkatan
jumlah
dan
laju
pertumbuhan
penduduk,
3.
yang
setinggi-tingginya
sebagai
prasyarat
dalam
agama
sebagai
landasan
moral
dan
memupuk
etika
dalam
etos kerja,
77
5.
Pengembangan
budaya
diarahkan
untuk
mewujudkan
budaya
Pembangunan
hukum
terutama
diarahkan
untuk
mewujudkan
pengaruh globalisasi.
Menyediakan sarana dan prasarana kota dalam jumlah dan
kualitas yang memadai dan diselaraskan dengan Rencana Tata
Ruang dan Wilayah.
1.
air,
permukiman,
energi
dan
kelistrikan
serta
sarana/prasarana pemerintahan.
2.
pendekatan
pengembangan
wilayah
agar
tercapai
struktur
ruang.
Untuk
itu,
perlu
dilakukan
78
bermutu,
dengan
mengarahkan
terwujudnya
kawasan
pelayanan
perdagangan
yang
berkualitas
yang
drainase
yang
baik,
antara
lain
melalui
partisipasi
7.
Pengembangan
sarana
dan
prasarana
energi
dan
kelistrikan
Penataan
sistem
meningkatkan
pemerintahan
kualitas
daerah
diarahkan
penyelenggaraaan
79
untuk
administrasi
untuk
mengefektifkan
fungsi-fungsi
kelembagaan
Peningkatan
pelayanan
kepada
masyarakat
diarahkan
untuk
80
dan
dan
prinsip-prinsip
penganggaran
tata
pemerintahan
partisipatif
adalah
yang
baik.
bentuk
nyata
perencanaan
dan
penganggaran
daerah
muncul
sejak
Keuangan
antara
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintah
Pemerintah Daerah.
Keseluruhan peraturan tersebut memberikan peluang bagi pemerintah
daerah untuk menerapkan proses perencanaan dan penganggaran
81
Pasal
Pasal 27 ayat 2
Pasal 27 ayat 3
Pasal 28A
Pasal 28B ayat 1
Pasal 28B ayat 2
Jenis hak
Tiap tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya
Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi
82
83
Pasal 30 ayat 1
Pasal 31 ayat 1
Pasal 34 ayat 1
Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenangwenang oleh siapa
pun.
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak
untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif
atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban
Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak
asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundanganundangan.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
Fakir miskin dan anak anak terlantar dipelihara oleh negara.
Tabel 12.
Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945
Pasal 27 ayat 3
Pasal 28J ayat 1
Pasal 28J ayat 2
Pasal 30 ayat1
Pasal 31 ayat 2
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara
Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.
84
Tabel 13.
Tugas, Tanggung Jawab, dan Kewajiban Negara / Pemerintah
Pasal 29 ayat 2
Pasal 31 ayat 3
Pasal 31 ayat 4
Pasal 31 ayat 5
Pasal 31 ayat 1
Pasal 31 ayat 2
Pasal 34 ayat 2
Pasal 34 ayat 3
Pasal 31 ayat 2
aturan
main
dan
kesepakatan
kita
dalam
berbangsa
dan
bernegara.
No. 25 Tahun
85
RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang
mengacu pada RPJP Nasional (Pasal 5 ayat 1)
oleh
unsur-unsur
penyelenggara
Negara
dengan
86
strategi
pembangunan
program
Satuan
Kerja
Perangkat
Daerah,
rencana-rencana
Perangkat
dan
kerja
Daerah,
program
dalam
kebijakan
Daerah,
lintas
kewilayahan
kerangka
regulasi
umum,
Satuan
disertai
dan
dan
Kerja
dengan
kerangka
Kepala
Bappeda
menyusun
rancangan
RPJM
Daerah
dengan
Musrenbang
Jangka
Menengah
diselenggarakan
dalam
rangka
87
memuat
rancangan
kerangka
ekonomi
Daerah,
prioritas
Kepala
Bappeda
menyiapkan
rancangan
awal
RKPD
sebagai
88
Renstra-SKPD
memuat
visi,
misi,
tujuan,
strategi,
kebijakan,
Kepala
Satuan
Kerja
Perangkat
Daerah
menyiapkan
rancangan
maupun
yang
ditempuh
dengan
mendorong
partisipasi
Daerah,
Renstra-SKPD,
RKPD,
Renja-SKPD
dan
pelaksanaan
bagi
penyelenggara
negara
untuk
89
tata
meskipun
cara
tidak
pengikutsertaan
ada
keharusan
masyarakat
bagi
tersebut.
Pemerintah
Bahkan,
Daerah
untuk
Renja-SKPD,
namun
jika
ada
kesepakatan
di
daerah
untuk
menciptakan proses yang lebih partisipatif, maka hal itu dapat dilakukan.
Dalam
Negeri,
tentang
Petunjuk
Teknis
Penyelenggaraan
pada
tahun
2007
diterbitkan
Surat
Edaran
Bersama
No:
dengan
kewajiban
Pemerintah
Daerah
untuk
menyusun
90
II.
Musrenbang Kecamatan
91
dari
Pedoman
ini
adalah
ingin
menjadikan
paradigma
masyarakat
secara
aktif,
sehingga
secara
sistem
belum
mensyaratkan:
Pada
tataran
pemerintah
perlu
ditambahkan
desa /
92
4. Penguatan
kemampuan
masyarakatdalam
rangka
meningkatkan
pengelolaan
pembangunan
partisipatif
yaitu:
(1)
Metode
dan
kemandirian
masyarakat
dalam
kehidupan
(transparancy),
yaitu
setiap
proses
dan
tahapan
dan
dipertanggungjawabkan
pengendalian
secara
benar,
pembangunan
baik
kepada
dapat
pemerintah
(sustainability),
yaitu
setiap
proses
dan
tahapan
(participatory),
yaitu
keikutsertaan
dan
93
keterlibatan
Pedoman
ini,
hasil
dan
manfaat
yang
diharapkan
dari
keadaan
dusun/rukun
warga
desa/kelurahan,pemilihan
pemanfaatan
dan
pelestarian
serta
pengembangan
peningkatan
produktivitas
ekonomi
dalambentuk
proses
pembelajaran
bagi
masyarakatdan
aparat
diterbitkannya
Surat
Edaran
Bersama
Menteri
Negara
94
Dalam
Negeri
pada
Penyelenggaraan
tahun
2005
Musrenbang,
di
yang
tingkat
02
Tahun
2004
tentang
Forum
mengatur
Kota
tentang
Depok,
Teknis
mekanisme
Perencanaan
Pembangunan (FKPP).
FKPP
adalah
media
untuk
dilaksanakan
secara
partisipatif,
pembangunan
guna
menampung
dengan
merumuskan
aspirasi
masyarakat
melibatkan
indikasi
para
prioritas
yang
pelaku
kegiatan
melalui
tahapan-tahapan
kegiatan
meliputi:
Sosialisasi
Diskusi
Terfokus
Antar
Bidang
Kewenangan
Terkait,
Kompilasi dan Restrukturisasi Program, serta FKPP Kota (Pasal 5 ayat 1).
Tujuan
dari dibentuknya
FKPP
adalah
untuk:
(a) meningkatkan
95
Pembangunan,
Pemantapan Perencanaan
96
terjadi
dikaitkan
dengan
aturan
yang
ada,
(b)
tolok
ukur
proses
perencanaan
partisipatif
dikaitkan
dengan
yaitu
UU
No.25
tahun
2004
tentang
Sistem
Perencanaan
97
ukur
tipologi
partisipasi
adalah
untuk
mengetahui
derajat
warga pada
sosial
merupakan
langkah
awal
untuk
memasukan
aspek
98
kepercayaan
masyarakat
kepada
pemerintah,
maka
sosial ini.
Peraturan Perundang-undangan /
Kebijakan
I.
UU No.25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
1. Penyusunan RPJP
Musrenbang Penyusunan RPJP
yang melibatkan masyarakat
(Pasal 11 ayat 1)
2. Penyusunan RPJM
Musrenbang Penyusunan RPJM
yang melibatkan masyarakat
(Pasal 16 ayat 2)
Pelaksanaan
di Kota Depok
Catatan Evaluatif
Sesuai dengan
aturan
Derajat partisipasi:
Konsultasi
Kontribusi pada
modal sosial: Positif
Rendah
Sesuai dengan
aturan
Derajat partisipasi:
Konsultasi
Kontribusi pada
modal sosial:
Positif Rendah
99
3. Penyusunan RKPD
Musrenbang Penyusunan RKPD
hanya melibatkan unsur-unsur
penyelenggara pemerintahan
(Pasal 22 ayat 2)
4. Penyusunan Renstra-SKPD
Tidak ada ketentuan pelibatan
masyarakat
5. Penyusunan Renja-SKPD
Tidak ada ketentuan pelibatan
masyarakat
Masing-masing SKPD
menyusun Renja-SKPD tanpa
melibatkan masyarakat
100
Sesuai dengan
aturan
Derajat Partisipasi:
Menginformasikan
Kontribusi pada
modal sosial: Netral
Sesuai dengan
aturan
Derajat partisipasi:
Menginformasikan
Kontribusi pada
modal sosial: Netral
Sesuai dengan
aturan
Derajat partisipasi:
Menginformasikan
Kontribusi pada
modal sosial: Netral
Belum sesuai
dengan aturan
Kesesuaian dengan
Jukius : Belum
sepenuhnya sesuai
dengan Juknis
Derajat partisipasi:
Konsultasi
Kontribusi terhadap
modal sosial: Negatif
sampai Netral
dana kelurahan
- Kegiatan prioritas
pembangunan daerah tahun
mendatang
Mekanisme
- Tahap Persiapan (penetapan
tim fasilitator musrenbang,
musyawarah di RW dan
kelompok-kelompok
masyarakat, pengumuman
terbuka dan pendaftaran)
- Tahap pelaksanaan
(pemaparan camat, pemaparan
lurah, pembahasan dan
penetapan prioritas kegiatan,
pemisahan kegiatan yang
diselesaikan di kelurahan dan
yang akan menjadi tanggung
jawab SKPD, penetapan
perwakilan ke musrenbang
kecamatan.
Keluaran
- Dokumen Rencana Kerja
Pembangunan Kelurahan (form
1.5) yang berisi prioritas
kegiatan pembangunan skala
desa (form 1.1. dan 1.2) dan
prioritas kegiatan yang akan
dilaksanakan melalui SKPD
(form 1.3)
- Berita Acara dan Daftar nama
delegasi ke musrenbang
kecamatan.
Peserta
Peserta adalah perwakilan
komponen masyarakat (individu
atau kelompok): ketua RT/RW,
tokoh agama, wakil kelompok
perempuan, wakil
kelompokpemuda, organisasi
masyarakat, pengusaha,
kelompok tani, komite sekolah dll.
2. Musrenbang Kecamatan
Masukan dari Kelurahan
- Dokumen Rencana Kerja
Pembangunan Tahunan dari
BAPEDA KOTA DEPOK
Mekanisme:
- Musrenbang di RW dan
kelompok masyarakat
belum dilaksanakan
- Pengumuman terbuka dan
pendaftaran terbuka belum
dilaksanakan
Keluaran:
- Sesuai dengan Juknis
Peserta:
- Belum sepenuhnya
mewakili kelompokkelompok yang ada di
kelurahan
101
Kesesuaian dengan
Jukius: Belum
sepenuhnya sesuai
dengan Juknis
masing-masing kelurahan
- Daftar nama delegasi dari
kelurahan dan wakilkelompok
fungsional / organisasi sosial
kemasyarakatan, koperasi, LSM
yang bekerja di kecamatan.
Masukan dari Kecamatan / Kota
- Kegiatan prioritas
pembangunan daerah tahun
mendatang yang dirinci
berdasarkan SKPD
- Penjelasan nama dan jumlah
Forum SKPD dan Forum
Gabungan SKPD
Mekanisme
- Tahap Persiapan (penetapan
Tim Penyelenggara
Musrenbang Kecamatan,
pengumuman terbuka dan
pendaftaran)
- Tahap pelaksanaan
(pemaparan camat, pemaparan
kepala cabang SKPD setempat
atau pejabat SKPD Kota,
pemaparan Tim Penyelenggara
Musrenbang, Verifikasi dari
delegasi kelurahan,
kesepakatan kegiatan prioritas
pembangunan kecamatan
berdasarkan masing-masing
SKPD, penetapan perwakilan
ke Forum SKPD dan
Musrenbang Kota.
Keluaran
- Dokumen Rencana Kerja
Pembangunan Kecamatan yang
akan dibiayai oleh anggaran
kecamatan
- Daftarkegiatan prioritas yang
akan dilaksanakan melalui
SKPD
- Berita Acara dan Daftar nama
delegasi ke Forum SKPD dan
Musrenbang Kota.
Peserta
Peserta Musrenbang Kecamatan
BAPEDA KOTA DEPOK
Mekanisme:
- Pengumuman terbuka 7
hari sebelumnya dan
pendaftaran terbuka belum
dilakukan.
Keluaran:
Peserta:
- Belum semua perwakilan
102
Derajat partisipasi:
Konsultasi
Kontribusi terhadap
modal sosial:
Netral sampai
Positif-Rendah
kelompok masyarakat di
kecamatan hadir
Mekanisme:
- Pengumuman terbuka dan
pendaftaran tidak
dilakukan. Peserta datang
karena diundang.
- Rekomendasi regulasi
belum banyak dieksplorasi
Keluaran:
- Sesuai dengan Juknis
103
Kesesuaian dengan
Jukius: Belum
sepenuhnya sesuai
dengan Juknis
Derajat partisipasi:
Konsultasi
Kontribusi terhadap
modal sosial:
Netral sampai Positif
- Sedang
Peserta:
- Belum semua kelompok
yang berkaitan dengan
SKPD hadir
Masukan dari Provinsi dan
Kementerian Negara:
- Masukan hanya dari
Provinsi
Masukan dari Kota:
Mekanisme:
- Pengumuman terbuka dan
pembukaan pendaftaran
belum dilakukan.
- Dilakukan penyederhanaan
proses dibandingkan
dengan Juknis.
104
Kesesuaian dengan
Jukius: Belum
sepenuhnya sesuai
dengan Juknis
Derajat partisipasi:
Konsultasi
Kontribusi terhadap
modal sosial:
Netral sampai
Positif-Rendah.
Keluaran:
- Sesuai dengan Juknis
Peserta:
Peserta bukan hanya delegasi
Musrenbang Kecamatan dan
Forum SKPD, juga dengan
kelompok-kelompok
masyarakat yang mewakili
organisasi-organisasi skala
kota.
III.
Sosialisasi Pembangunan
- Sesuai dengan aturan
Mekanisme
Pemaparan oleh Kepala Bappeda
dan dialog interaktif pihak
eksekutif (Walikota / Wakil
Walikota / Sekda) dengan peserta
Peserta
Peserta adalah elemen
masyarakat kecamatan dan
kelurahan, pemerintah daerah dan
anggota DPRD dari daerah
pemilihan yang bersangkutan.
2. Pemantapan Perencanaan partisipatif
Peserta:
Pengurus LPM Kelurahan dan
FKA LPM Kecamatan,aparatur
perencana di setiap unit kerja
perangkat daerah
BAPEDA KOTA DEPOK
Pemantapan Perencanaan
Partisipatif
105
Kesesuaian dengan
Juknis: Sudah
sesuai sesuai atuan
Derajat partisipasi:
Menginformasikan
Kontribusi terhadap
modal sosial:
Negatif sampai Netral
Fasilitator:
Bappeda dan unsur perguruan
tinggi / tenaga ahli / NGOs yang
memiliki kompetensi dalam
perencanaan partisipatif
Materi:
- Konsep dan mekanisme
perencanaan partisipatif
- Konsep dan Teknik
Penyusunan Anggaran Berbasis
Kinerja
- Teknik Penyusunan Anggaran
Biaya
- Metode Penjaringan Aspirasi
Masyarakat
- Teknik Penyusunan Dokumen
Usulan Perencanaan
Mekanisme
- Persiapan
- Metode: kuliah umum, tanya
jawab, simulasi dan praktekl
penyusunan rencana
3. Survey Teknis Perencanaan
Pihak yang terlibat
- Tim Survey Bappeda dan Unit
Kerja Perangkat Daerah
- Pendamping dari perwakilan
masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan
Materi
Hasil kesepakatan diskusi terfokus
Mekanisme
- Penetapan tim survey
- Penetapan mekanisme dan
penilaian hasil oleh tim survey
- Pelaksanaan survey
- Penilaian hasilsurvey
5. Kompilasi dan Restrukturisasi
Program
106
5.5. Pembahasan
5.5.1. Evaluasi Kesesuaian Proses Berdasarkan Aturan.
Dari
segi
peraturan
perundang-undangan
dan
kebijakan
tentang
107
pemaparan dari berbagai unit birokrasi yang perlu diterima oleh peserta,
sebagai basis untuk menyepakati rencana di level masing-masing.
Di level kelurahan, yang sangat menyolok adalah ketiadaan dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kelurahan. Kemudian,
pada level Kecamatan, SKPD, dan Musrenbang Kota, beberapa dokumen
yang seharusnya dimiliki peserta Musyawarah juga umumnya tidak
tersedia.
Kemudian
evaluasi
terhadap
hasil
pembangunan
tahun
tidak
dapat
diakuinya
penggandaan
materi,
maka
tidak
ada
insentif
untuk
108
tentang
kegiatan
itu
dan
karena
kepeduliannya
datang
mendaftar.
Dalam Petunjuk Teknis yang ada, kepada Tim Penyelenggara Musrenbang
atau Forum SKPD diharuskan mengumumkan secara terbuka jadual,
agenda pembahasan, dan tempat penyelenggaraan acara, selambatlambatnya 7 hari sebelum pelaksanaan.
Kemudian
Tim
Penyelenggara
membuka
pendaftaran
dan
atau
berbeda-beda tentang apakah apakah jika ada warga Depok yang peduli,
yang
mungkin
memiliki
gagasan,
dan
berminat
mengikuti
forum
kegiatan Musrenbang atau Forum SKPD. Jika hal ini tidak dimungkinkan
karena alasan klasik keterbatasan dana, maka setidaknya dibuka
pemberian kesempatan untuk mengajukan usulan tertulis yang dikirim
melalui faksimili atau melalui e-mail.
BAPEDA KOTA DEPOK
109
Disamping
itu
pemberitahuan
memberikan
selambat-lambatnya
hari
sebelum
kesempatan
kepada
berbagai
pihak
untuk
waktu.
Pelaksanaannya
umumnya
hanya
sehari,
bahkan
Padahal Musrenbang
dengan
Musrenbang
di
tingkat
selanjutnya,
dan
dapat
110
daftar
belanja
yang
sebanyak-banyaknya
tanpa
memperhatikan
dan egoisme
enggan
karena
usulannya
belum
tentu
dapat
direalisasikan.
Jadi
merasa
percuma
saja
datang
ke
musrenbang.
2. Waktu pelaksanaan musrenbang sangat singkat, sehingga masyarakat
tidak
mempunyai
kesempatan
untuk
mengkritisi
maupun
mengklarifikasi usulannya.
3. Masyarakat kurang memahami proses musrenbang
4. Masyarakat kurang menguasai substansi dari program-program yang
diusulkan oleh dinas-dinas.
5. Pemahaman partisipasi dari pemerintah daerah yang muncul dalam
Musrenbang adalah menempatkan masyarakat sebagai pihak yang
harus mendukung kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
mulai
dari
tingkat
kelurahan,
kecamatan,
provinsi
BAPEDA KOTA DEPOK
111
kota/kabupaten,
dan
6. Keengganan
pemerintah
untuk
melibatkan
masyarakat
karena
memerlukan waktu yang cukup panjang dan biaya yang relatif cukup
besar.
5.5.2. Evaluasi Derajat Partisipasi
Dari sisi derajat partisipasi, proses Musrenbang dan Forum SKPD masih
berkisar pada, menurut Tipologi Partisipasi Arnstein, derajat tokenisme.
Istilah
tokenisme
ini
bermakna
bahwa
langkah
yang
dilakukan
tokenisme
ini
(menginformasikan),
meliputi
consultation
jenjang
mulai
(konsultasi),
dari
informing
dan
placation
dibandingkan
dengan
jika
kemitraan (partnership).
BAPEDA KOTA DEPOK
112
prosesnya
dilaksanakan
secara
sekadar
ritual
tahunan
merupakan
indikator
berkurangnya
muncul
kegiatan
yang
justru
tidak
diusulkan
semakin
dualisme
antara
proses
113
perencanaan
yang
melibatkan
proses
perencanaan
banyak
yang
tereduksi
di
proses
dan
penetapan
anggaran
ini
sudah
diwarnai
oleh
lanjut
dijelaskan,
bahwa
tidak
tuntasnya
proses
partisipasi
termasuk
ketersediaan
informasi,
waktu,
keterwakilan
bersifat netral
terhadap modal sosial karena proses yang ada tidak mengubah apa-apa
BAPEDA KOTA DEPOK
114
dari sisi pengembangan modal sosial. Proses yang ada tidak menambah
atau mengurangi posisi tingkat kepercayaan masyarakat yang ada
terhadap pemerintah. Ini dapat terjadi karena bagi kelompok ini telah
terbentuk persepsi bahwa mungkin seperti itulah proses perencanaan
yang seharusnya ada. Proses itulah yang optimal bisa dijalankan,
meskipun ada ketidakpuasan-ketidakpuasan.
Kontribusi positif. Proses perencanaan dapat memberikan kontribusi
positif pada modal sosial, jika proses itu memberikan hasil yang nyata
berupa usulan-usulan yang disampaikan dalam proses perencanaan di
musrenbang itu diterima, dan mereka bisa terlibat dalam kegiatankegiatan
kontribusi
yang
mereka
positif
usulkan
proses
yang
perencanaan
didanai
oleh
tidak
cukup
APBD.
besar
Namun
dalam
115
6.1. Skenario I :
Tanpa perubahan berarti (status quo)
Skenario pertama ini dapat disebut sebagai Skenario Status Quo.
Mempertahankan status quo atau pendekatan tidak mengubah apa
pun
berarti
melaksanakan
proses
dan
mekanisme
perencanaan
terhadap
Petunjuk
Teknis
Penyelenggaraan
Musrenbang
116
memiliki
pengalaman
bersama
tentang
bagaimana
proses
(3)
telah
terbangun
mekanisme-mekanisme
untuk
berada
pada
ungkapan-ungkapan
derajat
tokenisme,
ketidakpuasan
warga
sehingga
memunculkan
terhadap
output
yang
117
6.2. Skenario II :
Memenuhi aturan / pedoman yang ada
Skenario kedua ini bisa disebut sebagai Skenario Taat Aturan / Pedoman
Pusat. Dengan skenario kedua ini, proses perencanaan pembangunan
yang ada diupayakan untuk semaksimal mungkin mengikuti peraturan
perundangan dan petunjuk teknis yang ada. Disamping itu, agar semua
pihak
yang
terlibat
dapat
semaksimal
mungkin
mengikuti
proses
bagi
bagaimana
pemerintah
proses
kelurahan
perencanaan
di
dan
level
masyarakat,
RW,
tentang
kelompok-kelompok
Tahap
Persiapan
Musrenbang
Kelurahan
perlu
dilakukan
dan
atau
usulan
kegiatan
prioritas
masing-masing
118
2. Membuka
pendaftaran
bagi
warga
kelurahan
yang
peduli
dan
masyarakat
belum
secara
rutin
melakukan
kerap
dikemukakan
adalah
biaya
yang
terbatas
dan
Bahkan
acuan
untuk
penyusunan
RPJM
pelatihan
bagi
tenaga
fasilitator
untuk
pelaksanaan
119
biaya
kemungkinan
diusulkan
dan
pelatihan-pelatihan
tim
penyusunan
munculnya
ledakan
bagi
RPJM
fasilitator
di
harapan,
level
dimana
musyawarah
kelurahan,
kegiatan
(2)
yang
Tim yang
120
Pembangunan
Tahunan
Daerah
atau
Rencana
Kerja
pelembagaan
stakeholders
(semacam
forum
warga)
pada
berbagai level.
1. Pada level kota difasilitasi pembentukan Forum Stakleholders Kota
2. Pada level kecamatan difasilitasi pembentukan Forum Stakeholders
Kecamatan
3. Pada tiap SKPD difasilitasi pembentukan Forum Stakeholders SKPD
4. Pada level kelurahan difasilitasi pembentukan Forum Stakeholders
Kelurahan.
Dengan demikian, maka pemilihan dan penetapan individu yang akan
duduk dalam Tim Penyusun draft dokumen rencana itu dilaksanakan
dalam
masing-masing
forum
stakeholders
secara
terbuka
dan
demokratis.
6.3.1. Kelebihan Skenario Kemitraan
Kelebihan dari skenario kemitraan ini adalah: (1) keluaran dokumen akan
lebih aspiratif dan
mengakomodir kepentingan
dan
cara
pandang
121
peran
tambahan
yang
biaya
setara
untuk
dengan
masyarakat,
menfasilitasi
(2)
pelembagaan
dibutuhkan
forum-forum
(3)
pendekatan
masalah
(problem
yang
dilakukan
solving
masih
approach),
pendekatan
sehingga
tidak
6.4. Skenario IV :
Kemitraan + Pendekatan Apresiatif
Skenario keempat bisa disebut Skenario Kemitraan-Apresiatif. Melalui
skenario
ini,
maka
proses
perencaan
mengintegrasikan
antara
122
Untuk
dapat
terlaksana
skenario
ini
dibutuhkan
fasilitator
yang
yang
dapat
digunakan
oleh
berbagai
level
perencanaan.
6.4.1. Kelebihan Skenario Kemitraan-Apresiatif
Kelebihan dari skenario ini adalah: (1) akan terbangun energi positif
kolektif pada berbagai level, mulai dari RT/RW, Kelurahan, Kecamatan,
SKPD, dan Kota untuk melaksanakan pembangunan di masing-masing
level, (2) dokumen perencanaan yang dihasilkan pada masing-masing
level
merupakan
rencana
aksi
bersama,
sebagai
upaya
untuk
dapat
dikurangi
karena
pendekatan
apresiatif
akan
kemitraan
dan
pendekatan
apresiatif,
serta
membuat
123
garis
besar
teknis
pelaksanaan
musrenbang
berdasarkan
124
Kota
Depok
No.
13
Tahun
2002
tentang
Pedoman
bersangkutan
dapat
bergabung
dalam
Forum
tersebut
dengan mendaftar.
Fasilitasi
warga
yang
tergabung
dalam
Forum
Stakeholders
125
Draft
RPJM
Kelurahan
di
bahas
dalam
Forum
Stakeholders
Kelurahan
Fasilitasi
pembentukan
Forum
Stakeholders
Kecamatan.
Fasilitasi
warga
yang
tergabung
dalam
Forum
Stakeholders
ini
adalah
hasil
fasilitasi
pendekatan
apresiatif
di
yang
peduli
terhadap
bidang
tugas
SKPD
dapat
126
Dalam
penyusunan
Renstra-SKPD
dan
Renja-SKPD,
draftnya
127
8.1. Kesimpulan
menilai
derajat
partisipasi
yang
tercipta
dalam
proses
128
pengembangan
modal
sosial,
terutama
dalammembangun
yang
perencanaan
dikemukakan
di
Kota
oleh
Sherry
Depok
Arnstein
barulah
pada
(1969),
taraf
proses
konsultasi
warga
dan
berpotensi
129
juga
menurunkan
tingkat
Berdasarkan
tolok
ukur
kontribusi
proses
perencanaan
dalam
Taat
Aturan
Pusat.
Dalam
skenario
ini
proses
dilakukan
menemukan
(discover),
tahapan
mengimpikan
mendefinisikan
130
(dream),
(define),
merancang
8.2. Saran
131