You are on page 1of 10

STUDI KINETIKA DAN ISOTERM ADSORPSI LOGAM Cu dan Zn

LIMBAH ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN KARBON AKTIF


KULIT SINGKONG
KINETICS AND ISOTHERM STUDIES OF Cu and Zn FROM
ELECTROPLATING WASTEWATER USING CASSAVA PEEL
ACTIVATED CARBON
Listari Husna Fitri - 25315015
Program Studi Magister Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,
Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132
listarihusnafitri@yahoo.com
Abstrak: Air limbah yang berasal dari proses industri jika tidak ditangani secara benar dapat membahayakan
tidak hanya bagi lingkungan tersebut namun juga bagi manusia. Salah satu jenis limbah yang membahayakan
adalah air limbah industri elektroplating yang menghasilkan limbah logam berat. Limbah logam berat yang
dihasilkan oleh industri elektroplating antara lain nikel (Ni), zink (Zn), kromium (Cr), kadmium (Cd) dan
cuprum (Cu). Berbagai metode pengolahan air limbah dikaji dan diterapkan untuk mengolah air limbah tersebut,
salah satu pengolahannya adalah dengan metode adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses perpindahan massa
yang melibatkan perpindahan adsorbat dari fase cair ke fase padat, dimana pada percobaan ini menggunakan
kulit singkong sebagai media adsorbennya dan limbah elektroplating sebagai adsorbatnya. Dari percobaan yang
dilakukan untuk mengadsorpsi logam Cu dan Zn dari 20 mL sampel air limbah elektroplating dengan
menggunakan 1,8 g adsorben dengan pH 6, waktu pengadukan dan kecepatan pengadukan adalah 60 menit dan
250 rpm, didapatkan hasil bahwa model pseudo orde satu merupakan model yang mengambarkan kinetika dari
proses adsorpsi. Kemudian dilakukan percobaan adsorpsi isoterm dengan dua model yaitu model Freundlich dan
Langmuir menggunakan data dari percobaan sebelumnya dan didapatkan hasil bahwa model Freundlich
merupakan model yang lebih menggambarkan proses isoterm adsorpsi yang terjadi pada percobaan tersebut.
Kata Kunci : isoterm, kinetika, adsorpsi, Cu, Zn, karbon aktif kulit singkong
Abstract: Wastewater discharged from industrial process that if not handled properly
can be threat not only for environment but also for humans. One of hazardous waste is
wastewater from electroplating industries that produce heavy metals. Heavy metals
produced by the electroplating industry are nickel (Ni), zinc (Zn), chromium (Cr),
cadmium (Cd) and copper (Cu). Various methods of wastewater treatment studied and
applied to treat wastewater, one of the treatment is the adsorption method. Adsorption is
a mass transfer process that involves transfer of adsorbate from the liquid phase to a
solid phase, which at this experiment use cassava peel as adsorbent and electroplating
wastewater as adsorbate. From the experiments carried out to adsorb metals Cu and Zn
from 20 mL sample of electroplating wastewater by using 1.8 g of adsorbent at pH 6,
agitation time and the speed of agitation was 60 minutes and 250 rpm, showed that
pseudo first order reaction is the model that fitted to the kinetics of the adsorption
process. Then for isotherm adsorption experiment using two models, Freundlich isotherm
model and Langmuir isotherm model using data from previous experiment and showed
the Freundlich model is model that describe the process of isotherm adsorption
experiment.
Keywords : isotherm, kinetics, adsorption, Cu, Zn, cassava peel activated carbon

PENDAHULUAN
Air limbah merupakan salah satu pencemar yang masuk ke lingkungan di sekitar manusia
yang dapat berasal dari aktivitas domestik, industri dan lain-lain. Salah satu industri yang
menghasilkan air limbah yang cukup berbahaya adalah industri elektroplating. Elektroplating
atau penyepuhan adalah proses pelapisan logam dengan logam yang lebih tipis melalui
prinsip logam yang akan disepuh diperlakukan sebagai katoda, dan logam penyepuh
diperlakukan sebagai anoda (Artistryana, 2012). Elektroplating juga dapat didefinisikan
sebagai perpindahan ion logam dengan bantuan arus listrik melalui elektrolit sehingga ion
logam mengendap pada benda padat konduktif membentuk lapisan logam. Pengendapan
terjadi pada benda kerja yang bersifat konduktif atau menghantarkan arus listrik yang
digunakan sebagai katoda. Lapisan logam yang mengendap disebut juga deposit. Sumber arus
listrik searah dihubungkan dengan dua buah elektroda, yaitu elektroda yang dihubungkan
dengan kutub negatif disebut katoda dan elektroda positif disebut anoda (Sari, 2011). Efluen
dari berbagai proses industri elektroplating ini dilaporkan mengandung banyak ion logam
berat seperti, nikel (Ni), zink (Zn), kromium (Cr), kadmium (Cd) dan cuprum (Cu)
(Dermentiz et al., 2011).
Tidak seperti limbah organik yang dapat terdegradasi secara biologi, ion logam berat tidak
dapat didegradasi menjadi produk yang kurang berbahaya. Logam berat yang masuk dalam
rantai makanan dapat menyebabkan berbagai dampak terhadap kesehatan, seperti
keterbelakangan mental, penurunan hemoglobin, gangguan metabolisme sel dan
mengakibatkan kerusakan pada jaringan saraf. Selain itu, paparan yang kuat oleh logam berat
dapat menyebabkan nyeri lambung, mual, muntah, diare, pendarahan dan mempengaruhi
saluran pencernaan dan paru-paru. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan untuk
menghilangkan logam berat dari air limbah (Gin et al., 2014).
Beberapa metode pengolahan dikembangkan dan digunakan untuk menghilangkan logam
berat dari air limbah, seperti metode presipitasi, pertukaran ion, penyemenan, koagulasi dan
flokulasi dan proses membran. Tetapi pengolahan tersebut sangat mahal untuk diterapkan di
negara berkembang. Idealnya, proses penghilangan logam berat tersebut harus sederhana,
efektif dan murah. Metode baru dan murah dalam menghilangkan ion logam berat dari
limbah industri terus mendapatkan perhatian dan metode adsorpsi adalah metode yang
dilaporkan sebagai metode yang murah, secara luas dapat diaplikasikan, efisien dan
cenderung menghasilkan sedikit lumpur (Bernard, dan Jimoh. 2013).
Adsorpsi adalah proses fisika dan/atau kimia dimana suatu zat terakumulasi pada permukaan
zat padat. Zat padat dapat berasal dari bahan alami (permukaan tanah, sedimen sungai atau
bahan akuifer) atau bahan buatan seperti karbon aktif (Mihelcic, 1998). Adsorbat merupakan
zat yang akan dipindahkan dari fase cair ke fase padat (adsorben) (Gin et al., 2014; Mihelcic,
1998). Pada penelitian ini kulit singkong digunakan sebagai adsorben karbon aktif. Kulit
singkong dipilih sebagai adsorben karena harganya yang cukup murah (Gin et al., 2014) dan
dapat ditemukan di sekitar kita sehingga memudahkan dalam mencari bahan baku untuk
proses adsorpsi.
Makalah ini membahas kinetika dan isoterm adsorpsi yang merupakan materi pada kuliah
Dasar-dasar Teknik Lingkungan yang mengacu pada buku Fundamental of Environmental
Engineering. Ketertarikan penulis pada studi kinetika dan isoterm adsorpsi dari limbah
elektroplating menggunakan kulit singkong ini dikarenakan industri elektroplating

menghasilkan air limbah yang mengandung logam yang membahayakan bagi makhluk hidup
dan lingkungan sehingga perlu penanganan yang efektif dan efisien (seperti penggunaan
adsorben yang ekonomis) sehingga toksisitas dari air limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
METODOLOGI
Karbonisasi Kulit Singkong
Kulit singkong yang sudah kering ditumbuk hingga menjadi bubuk dan 15 g dari bubuk
singkong dibagi menjadi 6 bagian dan ditimbang berat awalnya, yang kemudian dipanaskan
di furnace. Suhu furnace dinaikkan 10oC/menit dari suhu ruangan. Kulit dikarbonisasi pada
suhu yang berbeda (250, 300, 350 dan 400oC) dengan variasi waktu (15, 30, 45 dan 60 menit)
untuk mendapatkan kondisi optimum. Sampel kemudian dikeluarkan dari furnace dan
didinginkan pada udara terbuka selama 1 jam. Proses ini diulangi sampai sejumlah sampel
yang sudah terkarbonisasi didapatkan.
Pengumpulan Sampel Efluen
Efluen dari fasilitas elektroplating dari lembaga pengembangan ilmu pengetahuan di Niger,
Nigeria dikumpulkan pada kontainer plastik berukuran 4 L dari titik pembuangan efluen.
Untuk pengawetan, 5 mL dari 2 M asam nitrit ditambahkan per liter sampel. Sampel
kemudian didinginkan pada suhu kira-kira 4 oC untuk menghindari pengendapan logam dan
agar dapat digunakan lebih lanjut (USEPA, 1979).
Analisis Logam
Efluen yang terkumpul dianalisis keberadaan logamnya (Cu dan Zn) dengan mendigesti 100
mL sampel efluen menggunakan 10 mL campuran tiga asam (5:1:1 HNO 3:HClO4:H2SO4)
pada labu ukur 250 mL di lemari asam (Momudu and Anyakora, 2010). Sampel ditutup
dengan aluminium foil agar tidak tumpah dan dipanaskan pada hot plate sampai larutan
menjadi 10 mL. Larutan kemudian didinginkan, disaring dan ditambahkan akuades sampai
batas labu ukur 50 mL, diberi label dan siap untuk analisis selanjutnya. Konsentrasi dari
logam pada air buangan diukur dengan Atomic Absorption Spectrometer.
Studi Kinetika dan Isoterm Adsorpsi
Kinetika adsorpsi dapat diketahui dengan menganalisis penyerapan logam dari air limbah
elektroplating dengan interval waktu yang berbeda. Model pseudo orde satu digunakan
sebagai model untuk mengetahui kinetika adsorpi logam menggunakan karbon aktif kulit
singkong. Persamaan dari model pseudo orde satu adalah:
k
t
log (qe qt) = log qe - 2,303

Persamaan 1

Keterangan:
qe
= jumlah logam yang teradsorpsi pada kesetimbangan (mg/g)
qt
= jumlah logam yang teradsorpsi pada waktu t (mg/g)
k

= konstanta laju pseudo orde-satu (menit-1)

Setelah itu, dengan data yang dihasilkan dari proses adsorpsi juga diestimasikan isoterm
adsorpsi dengan model Langmuir dan Freundlich menggunakan persamaan:
q m KL Ce
q
=
e
Persamaan Langmuir :
1+ KL Ce

Persamaan 2

Persamaan Freundlich : q e = k f C

1
n
e

Persamaan 3

Keterangan:
qe
= kapasitas adsorpsi pada kesetimbangan (mg/mg)
qm
= konstanta Langmuir (kapasitas adsorbsi) (mg/g)
Ce
= konsentrasi logam di larutan saat kesetimbangan (mol/L)
KL
= konstanta yang terkait dengan afinitas dari binding sites dan energi (L/mg)
Ce
= konsentrasi logam di larutan pada kesetimbangan (mol/L)
kf
= konstanta Freundlich yang berhubungan dengan kapasitas adsorbsi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Logam Cu dan Zn dan Penentuan Kondisi Optimum untuk Adsorpsi
Sampel yang didapatkan dari fasilitas elektroplating lembaga pengembangan ilmu
pengetahuan di Niger, Nigeria dianalisis logam Cu dan Zn yang hasilnya adalah 43,5 mg/L
untuk konsentrasi logam Cu dan konsentrasi logam Zn sebesar 17,4 mg/L. Kemudian
dilakukan percobaan untuk menentukan kondisi optimum yang akan digunakan pada proses
adsorpsi. Pada percobaan ini dilakukan beberapa perlakuan menggunakan 20 mL sampel air
limbah yaitu, variasi pada lama pengadukan (0, 15, 30, 45, 60 dan 75 menit), variasi dosis
adsorben (1, 1,2, 1,4, 1,6, 1,8 dan 2 g), variasi pH (2, 3, 4, 5, 6 dan 7) dan variasi kecepatan
pengadukan (100, 150, 200, 250 dan 300 rpm). Setelah dilakukan percobaan didapatkan
kondisi optimum untuk proses adsorpsi menggunakan 20 mL sampel, yaitu dosis adsorben
sebesar 1,8 g, pH 6, kecepatan pengadukan 250 rpm dan lama pengadukan 60 menit.
Kinetika Adsorpsi
Proses adsorpsi dilakukan dengan menggunakan 20 mL air limbah dengan adsorben sebanyak
1,8 g dengan pH 6, waktu pengadukan selama 60 menit dengan kecepatan pengadukan 250
rpm. Untuk mengetahui kinetika proses adsorpsi logam Cu dan Zn dilakukan perhitungan
dengan menggunakan kinetika pseudo orde satu.
Rumus : R = k[A]a[B]b ; dimana [A]>>>[B] atau [A] ~ [A0]
sehingga
R = k[B]
[B] = [Bo]e-kt
log [B] = log [Bo] kt
dalam jurnal

k
t
log (qe qt) = log qe - 2,303
Dengan rumus log (qe qt) = log qe -

k
t
2,303 , dapat ditentukan nilai k dan qe dari

persamaan yang didapatkan pada Gambar 1. Untuk logam Cu, dari gambar didapatkan
persamaan y = -0,018x+0,310 dengan R2 = 0,988, maka nilai k yang didapatkan adalah 2,303
x 0,018 = 0,041454 menit-1 dan nilai qe adalah 100,310 = 2,042 mg/g. Persamaan logam Zn
yang didapatkan dari Gambar 1 adalah y = -0,024x+0,5 dengan R 2 = 1 sehingga didapatkan
nilai k = 2,303 x 0,024 = 0,055272 dan nilai q e = 100,5 = 3,162. Dari nilai R2 yang didapatkan
dari persamaan pada Gambar 1, dapat disimpulkan bahwa percobaan adsorpsi logam Cu dan
Zn menggunakan karbon aktif kulit singkong cocok dengan model reaksi pseudo orde satu,
ditunjukkan dengan nilai R2 yang mendekati nilai 1.

Jika dibandingkan gambar model reaksi pseudo orde satu, nilai k, R 2 dan qe dari hasil
perhitungan dengan gambar model reaksi pseudo orde satu, nilai k, R2 dan qe yang terdapat
pada jurnal dapat disimpulkan bahwa tidak terlalu terdapat perbedaan pada gambar dan nilainilai tersebut. Gambar model reaksi pseudo orde satu dari jurnal dapat dilihat pada Gambar 2
dan rekapitulasi nilai k, R2 dan qe hasil perhitungan dan jurnal dapat dilihat pada Tabel 1.
1
0.5
0
10
Log (qe-qt)

-0.5

f(x)
f(x) =
= -- 0.02x
0.02x +
+ 0.5
0.31
20= 1 30
40
R
R = 0.99

50

60

70

80

Logam Cu
Linear (Logam Cu)
Logam Zn
Linear (Logam Zn)

-1
-1.5
-2
Waktu, t (menit)

Gambar 1 Model Reaksi Pseudo Orde Satu untuk Adsorpsi Logam Cu dan Zn Menggunakan Karbon
Aktif Kulit Singkong Hasil Perhitungan

Gambar 2 Model Reaksi Pseudo Orde Satu untuk Adsorpsi Logam Cu dan Zn Menggunakan Karbon
Aktif Kulit Singkong dari Jurnal
Tabel 1 Rekapitulasi Nilai k, R2 dan qe Model Reaksi Pseudo Orde Satu Hasil Perhitungan dan Jurnal

-1

k(min )
R2
qe (mg/g)

Hasil Perhitungan
Cu
Zn
0,041454
0,055272
0,988
1
2,042
3,162

Hasil Jurnal
Cu
0,039151
0,988
1,972

Zn
0,057575
0,999
3,199

Isoterm Adsorpsi
Isoterm Adsorpsi Menggunakan Model Freundlich
Perhitungan isoterm adsorpsi menggunakan model Freundlich dengan kondisi optimum
menggunakan rumus:
q = kC1/n
atau
qe= k F C1/n
e
log qe =

1
log Ce + log k f
n

Hasil dari perhitungan dapat dilihat pada Gambar 3. Persamaan yang didapatkan dari Gambar
1
log qe = log Ce + log k f
3 merupakan bentuk persamaan
. Dari persamaan pada Gambar 3
n
dapat ditentukan nilai kf dan n untuk masing-masing logam menggunakan rumus model
Freundlich
-1.5

Log qe

0
-0.5 -0.2 0
f(x) = 0.65x - 0.81
R = 1-0.4
f(x) = 0.75x - 0.83-0.6
R = 0.96
-0.8
-1

-1
-1.2
-1.4

0.5

1.5

Logam Cu
Linear (Logam Cu)
Logam Zn
Linear (Logam Zn)

-1.6
-1.8
Log Ce

Gambar 3 Model Freundlich untuk Adsorpsi Logam Cu dan Zn Menggunakan Karbon Aktif Kulit
Singkong Hasil Perhitungan

Persamaan logam Cu dari grafik pada Gambar 3 adalah y = 0,647x - 0,808 dengan nilai R =
0,996, sehingga didapatkan nilai kf yaitu 10-0,808 = 0,1556 mg/g dan nilai n = 1/0,647 = 1,546,
sedangkan persamaan logam Zn adalah y = 0,745x 0,827 dengan nilai R 2= 0,955 sehingga
nilai kf logam Zn adalah 10-0,827 = 0,1489 dan n = 1/0,745 = 1,342.
Jika dibandingkan gambar model Freundlich, nilai kf, n dan R2 yang didapat dari perhitungan
terhadap gambar model Freundlich, nilai k f, n dan R2 pada jurnal, dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang cukup berarti pada hasil perhitungan. Gambar model
Freundlich pada jurnal dapat dilihat pada Gambar 4 dan rekapitulasi dari nilai k f, n dan R2
dari logam Cu dan Zn hasil perhitungan dan jurnal dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi Nilai kf, n dan R2 Model Freundlich Hasil Perhitungan dan Jurnal

kf (mg/g)
n
R2

Hasil Perhitungan
Cu
Zn
0,1556
0,1489
1,546
1,342
0,996
0,955

Hasil Jurnal
Cu

Zn
0,1483
1,471
0,994

0,1507
1,355
0,958

Gambar 4 Model Freundlich untuk Adsorpsi Logam Cu dan Zn Menggunakan Karbon Aktif Kulit
Singkong dari Jurnal

Isoterm Adsorpsi Menggunakan Model Langmuir


Selain melakukan analisis kesetimbangan dengan model Freundlich, juga dilakukan analisis
kesetimbangan dengan model Langmuir. Hasil dari perhitungan dapat dilihat pada Gambar 5.
Dari persamaan yang terdapat pada Gambar 5 dapat ditentukan nilai-nilai q m dan KL untuk
masing-masing logam menggunakan rumus model adsorpsi isoterm Langmuir. Rumus yang
q m K L Ce
digunakan pada model adsorpsi isoterm Langmuir ini adalah q e = 1+ KL Ce sehingga
untuk persamaan logam Cu dari grafik y = 0,936x + 4,969 dengan nilai R = 0,841 dapat
ditentukan nilai qm dan KL yaitu qm= 1/0,936 = 1,0684 mg/g dan K L = 1/b* x qm (b* didapat
dari persamaan = 4,969) = 0,1884 L/mg, sedangkan untuk logam Zn yang persamaannya
adalah y = 2,090x + 3,584 nilai q m adalah 1/2,090 = 0,4785 mg/g dan KL= 1/(3,584 x 0,4758)
= 0,924 L/mg. Rekapitulasi dari nilai qm, KL dan R2 dapat dilihat pada Tabel 3.
Jika dilakukan perbandingan pada gambar model Langmuir, nilai K L, qm dan R2 dari hasil
perhitungan terhadap gambar model Langmuir, nilai KL, qm dan R2pada jurnal dapat
disimpulkan bahwa hasil perhitungan tidak terlalu berbeda dengan hasil yang terdapat pada
jurnal. Hal ini dapat dilihat dari kedua gambar yang tidak terlalu berbeda dan nilai K L, qm dan
R2 perhitungan yang mendekati nilai KL, qm dan R2 jurnal. Gambar model Langmuir dari
jurnal dapat dilihat pada Gambar 6 dan rekapitulasi nilai KL, qm dan R2 perhitungan dan jurnal
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rekapitulasi Nilai qm, KL dan R2 Model Adsorpsi Isoterm Langmuir Hasil Perhitungan dan
Jurnal
Hasil Perhitungan

Hasil Jurnal

Cu
qm (mg/g)
KL (L/mg)
R2

Zn
1,0684
0,1884
0,841

Cu
0,4785
0,5831
0,924

Zn
1,0245
0,1838
0,834

0,4568
0,5789
0,912

14
f(x) = 0.94x + 4.97
R = 0.84

12
10

f(x) = 2.09x + 3.58


R = 0.92

8
Ce/Qe

Logam Cu
Linear (Logam Cu)
Logam Zn
Linear (Logam Zn)

6
4
2
0
0

10

Ce

Gambar 5 Model Langmuir untuk Adsorpsi Logam Cu dan Zn Menggunakan Karbon Aktif Kulit
Singkong Hasil Perhitungan

Gambar 6 Model Langmuir untuk Adsorpsi Logam Cu dan Zn Menggunakan Karbon Aktif Kulit
Singkong dari Jurnal

Hasil dari perhitungan isoterm adsorpsi menggunakan model Freundlich dan Langmuir dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Menggunakan Model Freundlich dan Langmuir untuk
Adsorpsi Logam Cu dan Zn Menggunakan Karbon Aktif Kulit Singkong
Model Isoterm

Konstanta

Unit

Logam
Cu

Zn

Freundlich

Langmuir

kf
n
R2
qm
KL
R2

mg/g
mg/g
L/mg
-

0,1556
1,546
0,996
1,0684
0,1884
0,841

0,1489
1,342
0,955
0,4785
0,5831
0,924

Berdasarkan hasil pada Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa nilai q m pada model Langmuir
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai k f pada model Freundlich yaitu 1,0684
mg/g untuk logam Cu dan 0,4758 untuk logam Zn, dimana nilai kf untuk logam Cu adalah
0,1556 dan nilai kf untuk logam Zn adalah 0,1489. Hal ini menandakan bahwa model
Langmuir memiliki kapasitas adsorpsi lebih besar dibandingkan dengan kapasitas adsorpsi
pada model Freundlich. Namun, jika mengacu pada koefisien korelasi kuadrat (R2) dari kedua
model, dapat dilihat bahwa model Freundlich lebih cocok untuk menggambarkan proses
isoterm adsorpsi yang telah dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari nilai R 2 model Freundlich
yang lebih mendekati nilai 1 dibandingkan dengan model Langmuir. Nilai 1/n yang
didapatkan pada model Freundlich juga memiliki nilai kurang dari 1 (0,647 untuk logam Cu
dan 0,745 untuk logam Zn), hal ini menandakan isoterm adsorpsi dapat dianggap
menguntungkan karena dengan konsentrasi adsorbat yang sedikit dapat menghasilkan nilai
penyerapan yang besar pada adsorben. Hal ini berarti bahwa adsorbat lebih suka terserap
pada permukaan adsorben. Namun, pada keadaan kosentrasi air yang lebih tinggi, kapasitas
penyerapan adsorben akan menurun karena adsorben menjadi jenuh terhadap molekul
adsorbat (Mihelcic, 1998).
KESIMPULAN
Berdasarkan proses adsorpsi yang dilakukan dengan menggunakan 1,8 g adsorben berupa
karbon aktif kulit singkong pada 20 mL sampel limbah elektroplating dengan pH 6 dan waktu
dan kecepatan pengadukan adalah 60 menit dan 250 rpm, didapatkan kesimpulan bahwa
model pseudo orde satu merupakan model yang dapat menggambarkan kinetika dari proses
adsorpsi yang terjadi. Untuk isoterm adsorpsi yang dilakukan menggunakan dua model yaitu
model Freundlich dan Langmuir didapatkan hasil bahwa model Freundlich lebih tepat untuk
menggambarkan proses isoterm adsorpsi yang terjadi. Hal ini dikarenakan hasil R 2 yang
didapatkan pada model Freundlich lebih mendekati nilai 1 dibandingkan dengan nilai R2
model Langmuir. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa materi kinetika, adsorpsi dan
isoterm Freundlich yang dipelajari pada mata kuliah Dasar-dasar Teknik Lingkungan
menggunakan buku Fundamental of Environmental Engineering dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada pada jurnal yang digunakan pada makalah ini.

REFERENSI
Artistryana. 2012. Pengolahan Limbah Elektroplating/Penyepuhan. https://ecovolution
today.wordpress.com/2012/03/. Diakses tanggal 7 November 2015
Bernard, E. dan Jimoh, A. 2013. Adsorption of Pb, Fe, Cu and Zn From Industrial
Electroplating Wastewater by Orange Peel Activated Carbon-International Journal
of Environmental Sciences, Volume 4 No 2. Nigeria: Federal University of
Technology
Dermentiz, K., Christoforidis A., and Valsamidou, E. 2011. Removal of Nickel, Copper, Zinc
and Chromium from Synthetic and Industrial Wastewater by ElectrocoagulationInternational Journal of Environmental Sciences, Volume 1 No 5. Yunani:
Technological Education Institute TEI of Kavala
Gin, W.A., Jimoh, A., Abdulkareem, A.S., and Giwa, A. 2014. Kinetics and Isotherm Studies
of Heavy Metal Removals From Electroplating Wastewater Using Cassava Peel
Activated Carbon-International Journal of Engineering Research and Technology
Volume 3 Issue 1. Nigeria: Federal University of Technology
Mihelcic, James R. 1998. Fundamental of Environmental Engineering. Amerika : John Wiley
& Sons Inc.
Momodu, M.A. and Anyakora, C.A. 2010. Heavy metal contamination of ground water:
Surulere case study - Research Journal Environmental and Earth Sciences, 2(1), 3943. Nigeria : University of Lagos
Sari, R. Yosi Aprian. Makalah PPM: Teknik Pengolahan Limbah Elektroplating dengan
Pemanfaatan Kembali Limbah Elektroplating. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta
USEPA (United States Environmental Protection Agency). 1979. Human Health Effect of
Molybdenum in Drinking Water. Ohio : EPA

You might also like