Professional Documents
Culture Documents
Tanggal (Kasus)
: 14 Juli 2014
Pendamping
: Kasus
Cara Membahas
: Diskusi
Tanggal Masuk
: 14 Juli 2014
Pukul
: 02.10 WIB
Ruangan
: Kebidanan
A. DATA PASIEN
B.
Nama Ibu
: Ny. SM
Umur
: 35 tahun
Umur
: 38 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Buruh
Alamat
: Tegal Mukti
Alamat
: Tegal Mukti
ANAMNESIS
Os. datang ke RSD DSR pukul 02.10 WIB karena sakit kepala hebat
1. Keluhan Utama
Os mengeluh sakit kepala yang hebat sejak 2 jam sebelum masuk
rumah sakit
2. Keluhan Tambahan
Keluhan Tambahan : os merasakan pandangan kabur, mual-mual, tanpa
muntah, mulas-mulas (-), keluar air-air (-), keluar lendir darah (-).
Siklus Haid
: 28 hari,teratur
Lama
: 6-7 hari
HPHT
: Oktober 2013
7. Riwayat Perkawinan
a. Kawin ke
:1
b. Lama perkawinan
: 17 tahun
: Oktober 2013
TTP
:-
ANC
Tanggal
lahir anak
Jenis
kelamin
Jenis
Persalinan
Tidak
ada
Dukun
Sehat
27-1-2001
Tidak
ada
Bidan
3400gr
Sehat
2010
Laki-laki Pervaginam
spontan
-
Abortus
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
1. Keadaan Umum
Kesadaran
: Baik
: Compos mentis
2. Status Emosional :
Stabil
Labil
3. Tanda Vital
Tekanan Darah
: 200/130 mmHg
Denyut Nadi
: 80x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,5 oC
Status Generalis
1. Kepala
Tidak ada edema pada muka, konjungtiva tidak anemis, sklera mata tidak
ikterik.
2. Pinggang.
Nyeri
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Varises Tungkai
Ada
Tidak
3. Extremitas.
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
TFU
: 24 cm
: belum ada
DJJ
: 150 x/menit
Leopold :
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopod IV
: konvergen
Pemeriksaan Dalam
Tidak dilakukan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Hb
: 13,6 gr/dl
( 11,7-15,5 g/dL)
Ht
: 31 %
( 35-47 %)
Leukosit
: 13.700 /ul
( 3.600-11.000 /ul)
Eritrosit
: 4.100.000 /ul
( 3.800.000-5.200.000 /ul)
Trombosit
: 141.000 /ul
( 150-440x103 /ul)
Kimia Darah
Faal Hati
SGOT
: 124 U/L
( 0-35 U/L)
SGPT
: 72 U/L
( 0-35 U/L)
Karbohidrat
Gula Sesaat : 142 mg/dL
Lain-lain
HbsAg
Urinalisis
Protein/Albumin : +++
E. DIAGNOSIS KERJA
G4P2A1, 35 tahun, gravid 39 minggu
Janin Tunggal Hidup, intrauterine, presentasi kepala, letak memanjang
Belum Inpartu
Preeklampsia Berat Dengan Impending Eclampsia
F. DIAGNOSA BANDING
G2P1A0, 26 tahun, gravid 36 minggu
Janin Tunggal Hidup, intrauterine, presentasi kepala, letak memanjang
Belum Inpartu
Dengan HELLP Syndrom
G. PENATALAKSANAAN
Pemberian Nefedipine 3x 10 mg
H. FOLLOW UP
Tanggal
Perjalanan Penyakit
14-07-2014
Terapi
Pemeriksaan Fisik:
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
Konjungtiva : tidak anemis
Resusitasi cairan
dengan RL XX
gtt/menit
Observasi
Keadaan umum,
TTV, his, dan
denyut
jantung
janin
Pemberian
MgSO4 sesuai
protap selama 24
jam
Pemberian
Nefedipine 3x 10
mg
Pemberian
Ceftriaxone 2x 1gr
Status obstetrik :
Pemeriksaan Luar
TFU
: 20 cm
IV
Pemasangan
Daeuer Catether
Laboratorium:
Hb
: 13,6 gr/dl
Ht
: 31 %
Leukosit
: 13.700 /ul
Eritrosit
: 4.100.000 /ul
Trombosit
: 141.000 /ul
SGOT
: 124 U/L
SGPT
: 72 U/L
: +++
Laboratorium:
16-07-2014
Hb
: 10,5 gr/dl
Ht
: 31 %
Leukosit
: 24.900 /ul
Eritrosit
: 3.300.000 /ul
Trombosit
: 39.000 /ul
SGOT
: 51 U/L
SGPT
: 58 U/L
Protein Urin
: +++
17-07-2014
Amlodipine 1x 10
mg
Diet TKTP rendah
garam
Hb
: 11,8 gr/dl
Ht
: 33 %
Leukosit
: 24.900 /ul
Eritrosit
: 3.600.000 /ul
Trombosit
: 46.000 /ul
SGOT
: 124 U/L
SGPT
: 72 U/L
Protein Urin
: +++
Ruang
Resusitasi cairan
dengan RL XX
gtt/menit
Meropenem 1x
1gr Injeksi
Inj Dexametasone
2x0,5mg
SF tab 1x300mg
Hb
: 9,0 gr/dl
Ht
: 25 %
Leukosit
: 32.200 /ul
Eritrosit
: 2.700.000 /ul
Trombosit
: 178.000 /ul
SGOT
: 28 U/L
SGPT
: 46 U/L
Creatinin
: 0,5 mg/dL
Protein Urin
:-
10
dua kali pemeriksaan yang berjarak 4 jam atau lebih dan proteinuria, jika dijumpai
protein dalam urine melebihi 0,3 gr/24 jam atau dengan pemeriksaan kualitatif
minimal positif (+) satu.
DEFINISI
1. Hipertensi gestasional adalah kenaikan tekanan darah yang hanya
dijumpai dalam kehamilan sampai 12 minggu pasca persalinan, tidak
dijumpai keluhan dan tanda-tanda preeklampsia lainnya. Diagnosa akhir
ditegakkan pasca persalinan.
2. Hipertensi kronis adalah hipertensi yang sudah dijumpai sebelum
kehamilan, selama kehamilan sampai sesudah masa nifas. Tidak
ditemukan keluhan dan tanda-tanda preeklampsia lainnya.
3. Superimposed preeklampsia adalah gejala dan tanda-tanda preeklampsia
muncul sesudah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya
menderita hipertensi kronis.
4. Preeklamsia ringan, preeklampsia berat, eklampsia : Dahulu, disebut
PE jika dijumpai trias tanda klinik yaitu : tekanan darah 140/90 mmHg,
proteinuria dan edema. Tapi sekarang edema tidak lagi dimasukkan dalam
kriteria diagnostik , karena edema juga dijumpai pada kehamilan normal.
Pengukuran tekanan darah harus diulang berselang 4 jam, tekanan darah
diastol 90 mmHg digunakan sebagai pedoman.
a.
b.
c.
11
PREEKLAMPSIA / EKLAMPSIA
Insidens
Insidens preeklampsia dan eklamsia berkisar antara 4-9 % pada wanita hamil, 3-7
% terjadi pada nullipara, dan 0,8-5 % pada multipara. Angka kejadian PE di
Indonesia berkisar antara 3-10 %. Penelitian terakhir di Medan oleh Girsang ES
(2004), melaporkan angka kejadian PEB di RSUP. H. Adam Malik dan RSU. Dr.
Pirngadi Medan periode 2000-2003 adalah 5,94%, sedangkan eklamsia 1,07%.
Etiologi / Patogenesis
Etiologi dan patogenesis preeklampsia sampai saat ini masih belum sepenuhnya
difahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini
sering disebut the desease of theories. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat
diterima untuk menerangkan terjadinya preeklampsia adalah : faktor imunologi,
genetik, penyakit pembuluh darah dan keadaan dimana jumlah trophoblast yang
berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi trofoblast terhadap
arteri spiralis pada awal trimester satu dan trimester dua. Hal ini akan
menyebabkan arteri spiralis tidak dapat berdilatasi dengan sempurna dan
mengakibatkan turunnya aliran darah di plasenta. Berikutnya akan terjadi stress
oksidasi, peningkatan radikal bebas, disfungsi endotel, agregasi dan penumpukan
trombosit yang dapat terjadi diberbagai organ.
Faktor Predisposisi Terjadinya Preeklampsia.
Primigravida, kehamilan ganda, diabetes melitus, hipertensi essensial kronik,
mola hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar, obesitas, riwayat pernah menderita
preeklampsia atau eklamsia, riwayat keluarga pernah menderita preeklampsia atau
eklamsia, lebih sering dijumpai pada penderita preeklampsia.
PENANGANAN
Pada dasarnya penanganan yang terbaik pada preeklampsia adalah segera
melahirkan janin, tetapi disamping itu usia kehamilan, keadaan ibu dan keadaan
janin harus diawasi dengan baik, dan menjadi pertimbangan untuk melakukan
terminasi kehamilan
12
PE RINGAN
Penanganan yang optimal pada usia kehamialn <37 minggu adalah dirawat di rumah
sakit karena cara ini dapat meningkatkan ketahanan hidup bayi dan menurunkan
progresifitas penyakit. Jika rawat jalan, pastikan pasien kontrol secara teratur.
Selama dirawat pasien mendapatkan diet yang teratur tanpa restriksi garam dan
tanpa pembatasan aktifitas fisik.
1.
2.
3.
4.
PE RINGAN
PE BERAT .
TD diastolik
< 100 mmHg
110 mmHg
Proteinuria
+1
persisten +2
Sakit kepala
+
Gangguan penglihatan
+
Nyeri perut bagian atas
+
Oliguria
+
Kejang (eklamsia)
+
Kreatinin serum
meningkat
Trombositopenia
+
Peningkatan enzim hati
minimal
nyata
Restriksi pertumbuhan janin
+
Edema pulmonum
+.
13
PREEKLAMPSIA BERAT
A.
Pengobatan Medisinal
1.
Tirah Baring
2.
Oksigen
3.
Kateter menetap
4.
5.
Magnesium Sulfat
Initial dose :
- Loading dose : 4 gr magnesium sulfat 20% IV (4-5 menit)
- 8 gr MS 40% IM, 4 gr bokong kanan, 4 gr bokong kiri.
Maintenance dose : 4 gr magnesium sulfat 40% IM setiap 4 jam
magnesium sulfat maintenance dapat juga diberikan secara intravenus.
6.
Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastole > 110 mmHg. Dapat
diberikan nifedipin sublingual 10 mg. Setelah 1 jam, jika tekanan darah
masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 5-10 mg sublingual atau oral
dengan interval 1 jam, 2 jam atau 3 jam sesuai kebutuhan. Penurunan
tekanan darah tidak boleh terlalu agresif. Tekanan darah diastol jangan
kurang dari 90 mmHg, penurunan tekanan darah maksimal 30%.
Penggunaan nifedipine sangat dianjurkan karena harganya murah, mudah
didapat dan mudah pengaturan dosisnya dengan efektifitas yang cukup baik.
7.
8.
9.
10.
11.
14
12.
B.
Penanganan Obstetrik
Pada keadaan ibu sudah stabil, tetapkan suatu keputusan apakah dilakukan
terminasi kehamilan atau tindakan konservatif dengan mempertimbangkan
usia kehamilan dan keadaan janin.
Penanganan konservatif bisa dilakukan pada keadaan :
Tekanan darah terkontrol < 160/110 mmHg
Oliguria respon dengan pemberian cairan
Tidak dijumpai nyeri epigastrik
Usia kehamilan < 34 minggu
Kalau penyakit berkembang menjadi Sindroma HELLP murni cenderung
dilakukan tindakan penanganan aktif
Jika serviks sudah matang dan tidak ada kontra indikasi obstetrik, dilakukan
induksi persalinan dengan oksitosin drips dan amniotomi. Kala II dipercepat
dengan EV / EF.
Seksio sesarea dilakukan pada :
Skor pelvik dibawah 5.
Dengan drips oksitosin, setelah 12 jam belum ada tanda-tanda janin akan
lahir pervaginam.
Indikasi obstetrik.
15
MgSO4 :
Cara pemberian sama dengan pasien preeklampsia berat.
Bila kejang berulang diberikan MgSO4 20 % 2 gr IV, diberikan sekurangkurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir.Bila setelah diberikan
dosis tambahan masih tetap kejang dapat diberikan amobarbital 3-5 mg/ kg
BB IV perlahan-lahan.
2.
Infus Ringer Asetat atau Ringer Laktat. Jumlah cairan dalam 24 jam
sekitar 2000 ml, berpedoman kepada diuresis, insensible water loss dan
CVP .
3.
4.
5.
6.
7.
16
B. Pengobatan Obstetrik :
1.Semua kehamilan dengan eklamsia harus diakhiri tanpa memandang umur
kehamilan dan keadaan janin.
2.Terminasi kehamilan
Sikap dasar : bila sudah stabilisasi ( pemulihan ) hemodinamika dan
metabolisme ibu , yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan
dibawah ini :
Setelah pemberian obat anti kejang terakhir.
Setelah kejang terakhir.
Setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir.
Penderita mulai sadar ( responsif dan orientasi ).
3.Bila anak hidup sc dapat dipertimbangkan.
Perawatan Pasca Persalinan
Bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-tanda vital dilakukan
sebagaimana lazimnya.
Pemeriksaan laboratorium dikerjakan setelah 1x24 jam persalinan.
Biasanya perbaikan segera terjadi setelah 24-48 jam pasca persalinan.
SINDROMA HELLP
Sindroma HELLP yang merupakan singkatan dari Hemolysis, Elevated
Liver Enzymes dan Low Platelet counts pertama sekali dilaporkan oleh Louis
Weinstein tahun 1982 pada penderita preeklampsia berat.
Sindroma ini merupakan kumpulan gejala multisistem pada penderita
preeklampsia berat dan eklampsia yang terutama ditandai dengan adanya
hemolisis, peningkatan kadar enzym hepar dan penurunan jumlah trombosit
(trombositopenia).
Sindroma HELLP dikatakan merupakan varian yang unik preeklampsia.
Sekali berkembang dengan cepat dapat menyebabkan penderita menjadi gawat,
berakhir dengan kegagalan fungsi hati dan ginjal, respiratory distress syndrome
pada penderita dan kematian ibu dan janin.
17
18
Terjadinya
19
Dan sindroma HELLP murni apabila dijumpai perubahan pada ketiga parameter
tersebut. Selanjutnya sindroma HELLP partial dapat dibagi atas beberapa sub
grup, yaitu Hemolysis (H), Low Platelet counts (LP), Hemolysis + low platelet
counts (H+LP), dan hemolysis + elevated liver enzymes (H+EL).
Klasifikasi yang kedua hanya berdasarkan jumlah platelet. Menurut
klasifikasi ini, Martin (1991) mengelompokkan penderita sindroma HELLP
dalam 3 kategori, yaitu: kelas I jumlah platelet 50.000/mm3, kelas II jumlah
platelet > 50.000 - 100.000/mm3, dan Kelas III jumlah platelet >100.000 -
150.000/mm3.
GAMBARAN KLINIS
KARAKTERISTIK PENDERITA
Menurut Weinsten (1982) sindroma HELLP lebih banyak ditemukan pada
nullipara dan pada usia kehamilan yang belum aterm.
Gejala dapat muncul antepartum dan postpartum. Pada 69% kasus gejala
muncul antepartum, pada penderita postpartum onset bervariasi antara beberapa
jam sampai 6 hari setelah persalinan, sebahagian besar muncul pada 48 jam
postpartum.
GEJALA DAN TANDA KLINIS
Pada sindroma HELLP karena adanya mikroangiopati yang menyebabkan
aktifasi dan konsumsi yang meningkat dari platelet terjadi penumpukan fibrin di
sinusoid hepar, maka gejala yang menonjol adalah rasa nyeri pada daerah
epigastrium kanan, nyeri kepala, mual, muntah, ikterus dan gangguan penglihatan.
Sering dijumpai tanda-tanda hemolisis berupa perdarahan gastrointestinal dan
gusi, gangguan fungsi hepar dan fungsi ginjal dan tanda-tanda koagulopati.
Kadang-kadang gejala sindroma HELLP muncul mendahului tanda-tanda
preeklampsia. Differensial diagnosa sindroma HELLP adalah hepatitis, kelainan
gastrointestinal dan kandung empedu, apendisitis, pielonepritis dan Idiopathic
Trombocytopenia Purpurea (ITP).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
20
a. Hemolisis
Menurut Weinstein (1982) dan Sibai (1986) gambaran ini merupakan
gambaran yang spesifik pada sindroma HELLP.
Hemoglobin bebas pada sistim retikuloendotel akan berubah menjadi
bilirubin. Peningkatan kadar bilirubin menunjukkan terjadinya hemolisis.
Hemolisis intravaskuler menyebabkan sumsum tulang merespon dengan
mengaktifkan proses eritripoesis, yang mengakibatkan beredarnya sel
darah merah yang imatur
b. Peningkatan Kadar Enzim Hepar.
Serum aminotranferase yaitu aspartat aminotranferase (SGOT) dan
glutamat piruvat transaminase (SGPT) meningkat pada kerusakan sel
hepar. Pada Preklampsia, SGOT dan SGPT meningkat pada seperlima
kasus, dimana 50%
menganjurkan
terminasi
kehamilan
dengan
segera
tanpa
dengan
gangguan
fungsi
ginjal.
Pemberian
trombosit
dapat
dipertimbangkan apabila kadar trombosit kurang dari 50.000 /mm 3, apalagi jika
seksio sesarea akan dilakukan.
Kadang-kadang hasil pemeriksaan laboratorium tidak menggambarkan
jauhnya kerusakan yang terjadi pada jaringan hepar, jumlah penumpukan fibrin,
perdarahan dan lobular nekrosis. Itulah sebabnya beberapa peneliti seperti
Weinstein kurang menyetujui penanganan konservatif dan lebih menganjurkan
untuk segera melakukan terminasi kehamilan.
22
23
Sibai dkk (1993) melaporkan angka kematian ibu pada sindroma HELLP
1,1 %. Dengan komplikasi seperti DIC (21%), solusio plasenta (16%),gagal ginjal
akut ( 7,7 %), udema pulmonum (6%), hematom subkapsular hepar (0,9%) dan
ablasi retina (0,9%).
Angka morbiditas dan mortalitas pada anak berkisar 10 60% tergantung
dari keparahan penyakit ibu. Anak yang ibunya menderita sindroma HELLP
mengalami
pernafasan.
24
DAFTAR PUSTAKA
25