Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Hiari Azhar Jauhari
NIM 1155030091
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN..
A. Latar belakang
B. Permasalahan ..
C. Tujuan .
D. Manfaat
BAB II LANDASAN TEORI .
BAB III PEMBAHASAN.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahuwataala. Salawat dan salam
kita kirimkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Sallahualaihiwasallam, karena atas
hidayah-Nyalah, makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini saya ajukan kepada dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Bapak Deni Suswanto, M.Pd sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak
lupa saya ucapkan terimakasih kepada bapak yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada
saya mengajar Pendidikan Kewarganegaraan.
Saya memohon kepada Bapak dosen apabila menemukan kesalahan atau kekurangan
pada makalah ini, baik dari segi bahasanya maupun isinya, saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun agar lebih baiknya makalah yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bukti kewarganegaraan itu sendiri yaitu antara lain dengan memiliki Kartu
Tanda Penduduk (KTP), adalah nama resmi kartu identitas seseorang di Indonesia
yang diperoleh setelah seseorang berusia diatas 17 tahun atau yang sudah menikah.
KTP berlaku selama 5 tahun dengan tanggal berakhirnya disesuaikan dengan tanggal
dan bulan kelahiran yang bersangkutan. Dimana pada nomor KTP berisikan informasi
mengenai sang pemilik kartu, termasuk nama lengkap, Nomor Induk Kependudukan
(NIK), alamat, tempat dan tanggal lahir, agama, golongan darah, kewarganegaraan,
foto, dan tanda tangan.
KTP ini digunakan pada berbagai bidang sebagai bukti identitas yang diakui.
Pada dasarnya setiap orang hanya memiliki satu KTP dan bersifat unik, tetapi ada
pihak yang dengan sengaja memalsukan KTP ini untuk maksud-maksud tertentu. Jika
KTP palsu tersebut digunakan untuk suatu tindak kejahatan dengan mengatas
namakan orang lain, maka tentu saja perbuatan tersebut merugikan orang yang diatas
namakan tersebut, dan ini termasuk sebuah tindakan kriminal.
Salah satu masalah yang dihadapi oleh Dinas Kependudukan pada saat ini
yaitu seorang warga negara dapat mempunyai lebih dari satu KTP yang disebabkan
karena berpindah tempat bermukim. Salah satu penyebabnya adalah urbanisasi.
Urbanisasi merupakan salah satu masalah yang sangat mendasar yang terjadi di
berbagai kota besar di negara berkembang seperti Indonesia ini. Alasan utama
perpindahan penduduk atau urbanisasi ini yaitu masalah ekonomi, karena adanya
perbedaan (disparitas) yang juga menggambarkan tidak adanya pemerataan
pendapatan antar wilayah dan alasan lain seperti pekerjaan, pendidikan, ataupun
karena bencana alam.
Oleh karena itu, mereka berpindah tempat sementara atau selamanya untuk
kebutuhan hidupnya dengan menempati wilayah baru, maka mereka pun harus
menyesusaikan dengan peraturan yang berbeda dengan daerah asalnya. KTP mereka
menjadi tidak berlaku di wilayah barunya, tempat kerja lainnya juga tidak menerima
KTP daerah asal mereka karena susah dilacak keberadaannya.
Karena itu, maka Pemerintah Daerah memberlakukan KIPEM (Kartu Identitas
Penduduk Musiman), agar memudahkan akses yang akan dilakukan seseorang
melakukan segala kepentingannya
Namun, karena prosedur pembuatannya lebih sulit, perpanjangannya pun
hanya bisa dilakukan setiap satu tahun sekali, kontras dengan KTP regional yang
diurus atau diperpanjang setiap 5 tahun sekali. Maka, banyak orang yang lebih
memilih untuk membuat KTP regional dibandingkan KIPEM, namun hal ini
menyebabkan seseorang mempunyai lebih dari satu tanda pengenal atau KTP.
Fenomena ini menyebabkan melonjaknya data jumlah penduduk di Indonesia
khususnya kota-kota besar seperti Bandung. Tidak sedikit pendatang yang menjadikan
Bandung sebagai tujuan utama bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.
Selain itu, Bandung juga terkenal karena memiliki banyak universitas atau perguruan
tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta. Hal ini juga yang menyebabkan
pendatang dari kalangan pelajar untuk datang ke kota Bandung untuk alasan
pendidikan. Namun, dengan mengukur banyak tidaknya jumlah pendatang yang
terdaftar masuk dan tinggal di kota Bandung ini menyulitkan Dinas Kependudukan
untuk memperoleh data yang akurat untuk memfasilitasi mereka juga. Berdasarkan
latar belakang itulah saya memilih judul ini.
B. PERMASALAHAN
1. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dijabarkan di atas, maka secara umum
permasalahannya adalah sebagai berikut: Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran
hukum masyarakat terhadap kepemilikian Kartu Identitas?
2. Pembatasan Masalah
C. TUJUAN
Penulisan ini ditujukan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang
dikemukakan di atas, yang secara umum adalah untuk memperoleh gambaran secara
faktual mengenai cara menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat pendatang
terhadap kepemilikan kartu identitas.
Secara khusus, tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran umum tentang kepemilikan kartu identitas di
wilayah RT 02 Kelurahan Cipadung.
2. Untuk mengetahui gambaran umum tentang faktor-faktor penyebab
kurangnya kesadaran hukum masyarakat pendatang terhadap kepemilikan
kartu identitas.
3. Untuk mengetahui prosedur pembuatan KIPEM di wilayah kota Bandung
4. Untuk mengetahui gambaran umum tentang sanksi yang harus diterima
masyarakat atau warga berkaitan dengan kepemilikan Kartu Identitas Kota
Bandung.
5. Untuk
mengetahui
gambaran
umum
tentang
solusi
yang
bisa
D. MANFAAT
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pelengkap nilai mata kuliah Civic Education (Pendidikan
Kewarganegaraan)
2. Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa dan dosen tentang pentingnya
kepemilikan kartu identitas
3. Secara praktis, dapat menjadi masukan bagi masyarakat Indonesia agar
menjadi warga negara yang baik dengan memiliki kesadaran hukum yang
tinggi dengan memiliki Kartu Identitas, baik KTP atau KIPEM bagi
masyarakat pendatang yang diakui keabsahannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Kesadaran
Kesadaran pada hal ini yaitu kesadaran yang diangkat dari sesuatu yang
sebenarnya telah dimengerti akan tetapi kurang dipahami manfaat dan kegunaannya.
Kesadaran diartikan sebagai kondisi terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang
terjadi. Kesadaran akan kepentingan atau keprihatinan bersama akan melahirkan
organisasi atau perkumpulan tertentu. Seseorang yang menganut kepercayaan atau
prinsip tertentu sadar akan pilihannya.
Berdasarkan wikipedia, kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar
artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan
dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur), ingat, tau dan
mengerti, misalnya, rakyat telah sadar akan politik.
Kesadaran, menurut Sartre bersifat itensional dan tidak dapat dipisahkan di
dunia. Kesadaran tidak sama dengan benda-benda. Kesadaran selalu terarah pada etre
en sio (ada-begitu-saja) atau berhadapan dengannya. Situasi dimana kesadaran
berhadapan dengannya. Situasi demikian oleh Sartre disebut etre pour soi (ada-bagidirinya). Bahwa kesadaran saya akan sesuatu juga menyatakan adanya perbedaan
antara saya dan sesuatu itu. Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya sadari ada
jarak antara saya dengan objek yang saya lihat. Misalkan etre pour soi menunjuk pada
manusia atau kesadaran. Manusia adalah etre pour soi sebab ia tidak persis menjadi
satu dengan dirinya sendiri. Tiadanya identitas manusia dengan dirinya sendiri
memungkinkan
manusia
untuk
melampaui,
untuk
mengatasi
dirinya
dan
memory).
Freud berpendapat bahwa alam bawah sadar adalah sumber dari motivasi dan
dorongan yang ada dalam diri kita, apakah itu hasrat yang sederhana seperti makanan
atau seks, daya-daya neurotik, atau motif yang mendorong seorang seniman atau
ilmuwan berkarya. Namun anehnya, menurut Freud, kita lebih sering terdorong untuk
mengingkari atau menghalangi seluruh bentuk motif ini naik ke alam sadar. Oleh
karena itu, motif-motif itu kita kenali dalam wujud samar-samar.
2. Pengertian Hukum
Hukum adalah saah satu dari norma yang ada dalam masyarakat. Norma
hukum memiliki hukuman yang tegas. Hukum merupakan untuk menghasilkan
keteraturan dalam masyarakat, agar dapat terwujud keseimbangan dalam masyarakat
dimana masyarakat tidak bisa sebebas-bebasnya dalam bermasyarakat, mesti ada
batasan agar ketidakbebasan tersebut dapat menghasilkan keteraturan.
Drs. E. Utrecht, S.H, dalam bukunya yang berjudul Pengantar dalam Hukum
Indonesia (1953) mengartikan hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi
perintah dan larangan untuk menertitbkan kehidupan bermasyarakat dan mesti ditaati
oleh seluruh anggota masyarakat karena dengan melakukan pelanggaran maka bisa
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.
Dikemukakan oleh Utrecht sebagaimana dikutip C.S.T Cansil dalam
Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (1986:38) menyebutkan, Hukum
adalah himpunan-himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan laranganlarangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat itu.
Sedangkan menurut Prof. Mr. L.J. van Apeldoorn dalam bukunya yang
berjudul Inleiding tot de studie van het Nederlandse Recht (terjemahan Oetarid
Sadino, SH dengan nama Pengantar Ilmu Hukum), bahwa adalah tidak mungkin
memberikan suatu definisi tentang apakah yang disebut hukum itu.
Definisi tentang hukum, menurut Prof. van Apeldoorn, adalah sangat sulit
untuk dibuat, karena itu tidak mungkin untuk mengadakannya yang sesuai dengan
kenyataan.
Kurang lebih 200 tahun yang lalu Immanuel Kant pernah menulis sebagai
berikut; Noch suchen die Juristen eine Definition zu ihrem Begriffe von Recht, yang
berarti masih juga para sarjana hukum mencari-cari suatu definisi tentang hukum.
Sesungguhnya ucapan Kant hingga kini masih berlaku, sebab telah banyak
benar Sarjana Hukum mencari suatu batasan tentang hukum, namun setiap
pembatasan tentang hukum yang diperoleh, belum pernah memberikan kepuasan.
Hampir semua sarjana hukum memberikan pembatasan hukum yang
berlainan, kata Prof. van Apeldoorn.
Para penulis ilmu pengetahuan hukum di Indonesia juga sependapat dengan
Prof. van Apeldoorn, seperti Prof. Sudiman Kartohadiprodjo, SH, menulis sebagai
berikut; ...jikalau kita menanyakan apakah yang dinamakan hukum, maka kita akan
menjumpai tidak adanya persesuaian pendapat. Berbagai permasalahan perumusan
yang dikemukakan.
Adapun sebabnya mengapa hukum itu sulit diberikan definisi yang tepat, ialah
karena hukum itu mempunyai segi dan bentuk yang sangat banyak, sehingga tak
mungkin tercakup keseluruhan segi dan bentuk hukum itu di dalam suatu definisi,
seperti seorang bekas Guru Besar Universiteit van Indonesis Dr. W.LG Lemaire dalam
bukunya Het Rech in Indonesis:
...De veelzijdigheid en veelomavaendheid van het recht brengen neit
aen met zich, dat het onmogelijk is in een enkele definitie aan te geven
wat recht is (Banyaknya segi dan luasnya isi hukum itu) tidak
mungkin seorang asing. Sedangkan orang asing hanya mempnyai hubungan selama
dia bertempat tinggal di wilayah negara tersebut.
Adapun beberapa pengertian warga negara menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
Warga
negara
ialah
orang
yang
turut
dalam
permusyawaratan-
permusyawaratan tentang negara dan pengadilan. (Dr. J.J. Von Schmid dalam buku
Ahli-Ahli Pikir Besar Tentang Negara dan Hukum) para warga negara harus
menyesuaikan diri dengan bentuk pemerintahan itu
KTP adalah singkatan dan sebutan yang mudah untuk menyebutkan Kartu
Tanda Penduduk yang pasti dimiliki oleh setiap warga negara pada ketentuan tertentu.
Hal ini karena kepemilikan KTP diwajibkan oleh aturan hukum yang berlaku. KTP ini
mempunyai fungsi sebagai simbol atau kartu tanda pengenal penduduk dari suatu
negara tertentu, dimana penduduk dapat mempunyai peluang dalam penggunaan
berbagai fasilitas yang disediakan oleh pemerintah.
Beragam layanan dan fasilitas dapat diterima dengan menunjukkan KTP ini.
Bagi pemerintah sendiri, KTP sangat membantu dalam rincian jumlah penduduk
secara keseluruhan.
Suatu penduduk wajib memilki kartu tanda pengenal, terlebih kartu tanda
penduduk yang cukup penting sebagai penanda bahwa ia adalah seorang warga negara
dari negara tersebut. Dengan memiliki KTP juga masyarakat dianggap memiliki
tujuan pada suatu tempat, ini sama halnya seperti pada manfaat dasar negara yang
menjadi salah satu faktor warga negara yang memiliki kartu identitas resmi.
pembuatan KTP.
Setiap penduduk yang sudah menikah akan tetapi berusia dibawah 17
dengan ketentuan.
Anak dari WNA yang sudah menginjak 17 tahun atau sudah menikah
daerah di suatu negara. Disisi lain, terdapat manfaat yang bisadirasakan oleh
Pasport;
KITAP/SKK A/B dari Kantor Imigrasi;
Surat Bukti Pelaporan Orang Asing (SBPOA);
Surat Bukti Penyerahan Data Kependudukan WNA;
BAB III
PEMBAHASAN
1. Sistem Kepemilikan KTP atau KIPEM di wilayah RT 02 RW 05
Kelurahan Cipadung
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara saya kepada ketua RT 02 RW
05 Kelurahan Cipadung, Bapak Idun Sahidun, bahwa warga di sini sudah cukup sadar
akan kepemilikan kartu identitas seperti KTP ataupun KIPEM. KIPEM sendiri
biasanya digunakan oleh warga pendatang. Mayoritas warga pendatang adalah
mahasiswa. Ini dikarenakan wilayah kelurahan Cipadung bahkan wilayah RT 02
sendiri bisa dikatakan sangat dekat dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Gunung Djati Bandung. Dan para mahasiswa yang menetap di wilayah RT 02 pun
memang hampir semuanya berstatus sebagai mahasiswa UIN Bandung. Sedangkan
warga pendatang lainnya memang datang ke kota Bandung sebagai perantau, mereka
biasanya membuka usaha di sini. Seperti pemilik Warung Tegal (Warteg) yang jelas
berasal dari Jawa Tengah.
Untuk warga asli sendiri sudah cukup sadar akan pentingnya kepemilikan
kartu identitas. Jikapun ada yang melapor kepada beliau, hanya sebatas kehilangan
kartu identitas ataupun hanya mengurus surat-surat penting lainnya seperti mengurus
akte kelahiran.
Sedangkan untuk warga pendatang, ada yang sudah sadar akan hukum dan ada
pula yang masih ngeyel, tapi memang jumlahnya tidak terlalu banyak. Kebanyakan
dari mereka sudah sadar akan pentingnya kartu identitas. Berdasarkan pengamatan
saya, jika mulai tahun perkuliahan baru, mahasiswa baru pun berdatangan dari
berbagai wilayah di luar kota Bandung. Dan jumlahnya pasti tidak sedikit. Mereka
biasanya menyewa kamar kos atau mengontrak rumah selama menetap di Bandung.
Ketua RT bersama perangkatnya, kadang juga ditemani dengan ketua RW,
akan mengecek ke setiap tempat kos. Biasanya, mereka hanya menanyakan kepada
pemilik kos tersebut tentang berapa jumlah mahasiswa yang ngekos di tempatnya.
Saat itu juga biasanya para perangkat RT akan mendata identitas mereka. Atau
jika tidak, si pemilik kos yang akan mendata. Walaupun biasanya sudah terdata ketika
mereka memutuskan untuk menyewa kamar kos tersebut. Lalu, si pemilik kos akan
menyampaikan data para mahasiswa kepada ketua RT.
Tidak sedikit juga para pendatang baru yang bermasalah, seputar kartu
identitas mereka. Jika seperti ini terjadi, ketua RT akan memberi teguran dan
peringatan dulu kepada pemilik kos. Namun, jika masalah tidak selesai, ketua RT
akan langsung memberi teguran dan peringatan kepada pendatang tersebut. Dan,
biasanya, jika sudah diberi peringatan, barulah para pendatang sadar akan pentingnya
kartu identitas.
Para pendatang ataupun warga asli yang akan mengurus perihal kartu identitas
akan mendatangi rumah ketua RT/RW seteempat, lalu mereka akan diberi surat
pengantar yang diketahui dan ditanda tangani Lurah setempat.
Untuk biaya pembuatan yang diperlukan untuk pengurusan Kartu Identitas
Penduduk Musiman (KIPEM) sendiri sebesar Rp 50.000,-.
kependudukan
Kurangna pemahaman akan prosedur dan mekanismenya
Mahalnya biaya serta prosedur birokrasinya yang terlalu rumit
administrasi
Bahkan, beberapa warga yang membuat KIPEM baru akan meningkat ketika
diadakannya Operasi Yustisi oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil antara
bulan Juni, Juli, dan Agustus saja pada setiap tahun ajaran baru pendidikan.
berdomisili;
Melampirkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku atau Surat
Pendidikan
lainnya,
dimana
yang
bersangkutan
Prosedur
sendiri;
Formulir Master KIPEM yang telah ditanda tangani Lurah beserta
sama,
pada
Pasal
115,
yang
berbunyi:
....atau untuk memiliki KTP lebih dari satu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 83 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan tulisan di atas, kesadaran warga asli maupun pendatang akan
kepemilikan kartu identitas di wilayah RT 02 RW 05 Kelurahan Cipadung Kecamatan Cibiru
Kota Bandung, sudah cukup tinggi. Setiap penduduk yang sudah berumur 17 tahun atau
sudah menikah telah memiliki KTP. Rata-rata warga RT 02 ini telah memiliki KTP, hanya
saja mereka mengurus semua itu apabila ada suatu kepentingan dan hanya beberapa saja
belum memiliki kartu identitas atau KTP. Hal itu disebabkan karena kurangnya kesadaran
hukum akibat kurangnya pengetahuan dan pendidikan. Sementara untuk kepemilikan KIPEM
dirasakan masih kurang kesadaran hukumnya karena sekali lagi, kurangnya pengetahuan dan
kurangnya sosialisasi dari pemerintah terkait. Untuk saran-saran agar hal seperti itu bisa
dikurangi, untuk warga asli ataupun pendatang bisa melapor ke RT setempat, hal ini bisa
memudahkan RT mengetahui penduduk yang mendiami wilayahnya. Dan untuk RT,
diharapkan dapat siap dalam melakukan sosialisasi mengenai pentingnya kartu identitas,
khususnya KIPEM untuk masyarakat pendatang. Dan bagi Dinas Kependudukan, mungkin
bisa dipertimbangkan lagi biaya pengurusan kartu identitas dan lebih dimudahkan lagi
prosedurnya, jangan sampai memberatkan masyarakat sehingga mereka menjadi malas
membuat dan mengurus kartu identitas. Selain itu, sosialisasi juga diperlukan karena Dinas
Kependudukan lebih paham secara detail tentang pentingnya kepemilikan kartu identitas.
DAFTAR PUSTAKA
C.S.T . Cansil (1986). Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
E, Utrecht (1953). Pengantar dalam Hukum Indonesia. Jakarta: Penerbitan dan Balai Buku
Indonesia
Apeldoorn, Prof. Dr. Mr.L.J. van (2011). Pengantar Ilmu Hukum. Pradnya Paramita
Soekanto, Soerjono (1982). Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta: CV.Rajawali
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia
Schmid, Von J.J. (1988). Ahli-Ahli Pikir Besar Tentang Negara dan Hukum. Jakarta: PT.
Pembangunan