You are on page 1of 2

MANAJEMEN KETENAGAKERJAAN PUSKESMAS

Petugas puskesmas sekarang merupakan kebutuhan yang sangat mendesak untuk segera
dipenuhi. Pemikiran ini bukan hanya semata karena meringankan kegiatan puskesmas yang
sudah semakin banyak itu, namun juga mengingat pelayanan kesehatan yang sudah menjadi hak
penduduk, haruslah sudah dilaksanakan dengan prima. Sudah ketinggalan kalau kita masih
merasa paling hebat karena satu-satunya petugas kesehatan yang selalu dibutuhkan dalam
banyak hal di desa misalnya. Yang diperlukan bukan sekedar jumlah akan tetapi kualitas. Karena
itu berkaitan dengan perlunya sumber daya manusia tersebut perlu kita memiliki SDM yang
Ramah, Kompeten dan berpihak pada Rakyat. Demikian misi bu Menteri.
Karena itu dalam menjamin ketersedian (kaitannya dengan jumlah) tenaga yang masih
dibutuhkan di banyak puskesmas maka tenaga dibawah ini dirasakan sangat perlu ada di
Puskesmas :

Bidan Puskesmas seharusnya minimal 2 (dua) orang : Peran ini jelas dalam petunjuk
pelaksanaan Supervisi Bidan di Desa. Disana berbunyi di puskesmas induk seharusnya
ada Bidan Koordinator (Bikor) dan Koordinator KIA dengan tugas yang terpisah
sehingga bila hanya dirangkap satu orang pastilah ada keadaan-keadaan tertentu yang
tidak terlaksana.

Bendahara. Sebaiknya Puskesmas sudah mendapatkan pengelola keuangan tersendiri


yang sesuai dengan fungsionalnya. Kebutuhan ini semakin penting bila dikaitkan dengan
perencanaan anggaran berbasis kinerja yang seharusnya sudah berada di tingkat
puskesmas.

Dokter. Bila pelayanan sudah mengharuskan berbagai payung hukum digunakan maka
tentu saja Puskesmas dengan 1 orang dokter sudah sulit sekali untuk berinovasi dalam
pelayanan. Apalagi bila yang melaksanakan fungsi dokter puskesmas adalah kepala
puskesmas yang kebetulan juga dokter.

Tenaga Promosi Kesehatan dan Tenaga Sanitarian. Sehubungan dengan pentingnya


pencapaian target-target kesehatan yang meliputi bukan saja pelayanan, akan tetapi
perlunya lingkungan sehat dan PHBS. Maka tenaga ini harusnya tidak dibebankan kepada
tenaga yang sudah fungsional lain.

Bagi Puskesmas Perawatan, sebaiknya jumlah tenaga perawat khusus Rawat Inap adalah
2 kali jumlah bed. Di Rumah Sakit dengan pelayanan yang memuaskan biasanya malah
sampai dengan 3 kali jumlah bed.

Tentu saja itu hanyalah garis besar dari usulan jumlah petugas. Usulan sebenarnya yang lebih
obyektif adalah dengan menerapkan Analisis Ketenagaan dengan metode Workload Indicator
Staff Need (WISN). Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan WISN adalah juga
memperhitungkan pekerjaan yang seharusnya dilaksanakan, bukan hanya tupoksi yang saat ini
dijalani.
Untuk menjamin kompetensi petugas perlu kiranya ditetapkan pelatihan-pelatihan yang
merupakan keharusan bagi setiap tenaga fungsional. Untuk tenaga dokter dan bidan sudah ada,
sedang kaitannya dengan bidan di desa yang akan mendapatkan tugas tambahan harus ada
pelatihan khusus. Agar tidak terjadi pelanggaran payung hukum dalam penanganan pasien di
desa.

You might also like